“Perencanaan dan Penjadwalan Proyek”
MK Administrasi Proyek Kesehatan Semester 6 (3 SKS) Disusun Oleh : Kelompok 1 Fila Mulia Citra
25010113120041
Lilis Setyaningrum 25010113120149 Ade Selvia Selvia S
25010113140201 25010113140201
Rini Oktaviani
25010113140253
Inna Maullina
25010113130314
Sri Widi Astuti
25010113130397
Iwan Yunianto
25010115183029
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Tahun 2016
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................... i Daftar Isi ........................................................................................................ ii BAB I Pendahuluan Pendahuluan ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang Belakang................................................................................ 1 B. Tujuan............................................................................................. 2 C. Manfaat........................................................................................... 2 BAB II Pembahasan Pembahasan ....................................................................................... 3 A. Siklus dan Tahapan Perenca Perencanaa naa Proyek Proyek ........................................ 3 B. Urgensi Perencanaa Perencanaan n ..................................................................... 5 C. Asumsi dan Kemampuan Dasar dalam Perencanaan Proyek ......... ...... ... 6 D. Keahlian Keahlian Manajemen Proyek Proyek .......................................................... 7 E. Masalah Dasar Dasar yang Dihadapi Dihadapi ........................................................ 14 14 F. Fungsi Penjadwalan Penjadwalan Proyek Proyek............................................................ 17 G. Metode Penjadwal Penjadwalan an Proyek .......................................................... 17 BAB III SIMPULAN SIMPULAN ......................................................................................... 29 Daftar Pustaka ................................................................................................ 30
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan di Negara yang sedang berkembang dilakukan dengan
sangat
cepat,
dimana
kegiatan
pembangunan
tersebut
dapat
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat sehingga tercipta suatu masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan cita-cita bangsa yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan pancasila. Dalam kegiatan pembangunan
tentunya sangat dibutuhkan peran dari teknologi dan ilmu
pengetahuan. Pada dasarnya setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu dihadapkan pada masalah-masalah pokok yang saling berhubungan satu dengan
yang
lainnya.
Perusahaan
harus
selalu
merencanakan
dan
mengendalikan kegiatannya. Hal ini jelas menjadi tanggung jawab utama dari manajemen, yang inti tanggung jawabnya adalah mengekika seefisien mungkin segala sumber yang tersedia dalam perusahaaan. Salah satu bentuk dari perencanaan suatu proyek adalah penjadwalan proyek. Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dengan progress waktu untuk penyelesaian proyek. Proyek pada umumnya memiliki batas waktu (deadline), artinya proyek harus diselesaikan sebelum atau tepat pada waktu yang telah ditentukan. Namun pada kenyataannya di lapangan, suatu proyek tidak selalu berjalan sesuai dengan penjadwalan yang telah dibuat. Salah satu cara untuk mengembalikan tingkat kemajuan pengerjaan proyek yang telah tertunda adalah melakukan upaya percepatan waktu proyek. Oleh karena itu diperlukan analisis optimalisasi durasi proyek sehingga dapat diketahui berapa lama suatu proyek tersebut diselesaikan dan mencari adanya kemungkinan percepatan waktu pelaksanaan proyek dengan metode PERT (Project Evaluation and Review Technique) dan CPM (Critical Path Method).
1
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana siklus dan tahapan perencanaan proyek? 2. Mengapa perencanaan harus dilakukan ? 3. Bagaimanakah asumsi dan kemampuan dasar dalam perencanaan proyek ? 4. Bagaimanakah keahlian manajemen proyek ? 5. Apa saja masalah dasar yang dihadapi dalam proyek ? 6. Apa saja fungsi penjadwalan proyek ? 7. Apa saja metode penjadwalan dalam proyek? C. Tujuan Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui siklus dan tahapan perencanaan proyek 2. Mahasiswa dapat mengetahui urgensi dari perencanaan 3. Mahasiswa dapat mengetahui asumsi dan kemampuan dasar dalam perencanaan proyek
4. Mahasiswa dapat keahlian manajemen proyek 5. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dasar yang dihadapi dalam proyek 6. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi penjadwalan proyek 7. Mahasiswa dapat mengetahui metode penjadwalan dalam proyek D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Bagi Fakultas Makalah ini berguna sebagai tambahan pustaka ilmu yang bisa dijadikan koleksi bacaan bagi para mahasiswa. 2. Bagi Mahasiswa Makalah ini dapat dijadikan sebuah bacaan atau tambahan referensi bagi para mahasiswa dalam penyusunan tugas-tugas yang berkaitan.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Siklus dan Tahapan Perencanaan Proyek Perencanaan proyek merupakan salah satu fungsi manajemen proyek yang meliputi beberapa kegiatan yaitu memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Perencanaan proyek bertujuan sebagai penghubung antara sasaran yang akan diraih engan keadaan pada saat awal. Menurut Herjanto (2007) unsur-unsur dalam perencanaan proyek diantaranya meliputi: 1. Sasaran Sasaran merupakan target dimana semua kegiatan diarahkan dan diusahakan untuk mencapainya. Pada umumnya sasaran proyek dinyatakan dalam bentuk-benuk waktu, biaya, dan mutu. Disamping itu sasaran proyek secara keseluruhan, sasaran masing-masing tugas dibuat, sehingga akan memudahkan dalam pengendalian proyek. 2. Organisasi Organisasi merupakan sarana dimana para anggota bekerjasama untuk mencapai tujuan proyek. Organisasi proyek diutamakan efisien dan memiliki pembagian tugas serta wewenang yang jelas. 3. Jadwal Perencanaan
proyek
dijabarkan
alam
bentuk
jadwal,
yang
merupakanurutan langkah-langkah kegiaan yang sistematis utuk mencapai saasaran. Penjadwalan bergina sebagai sarana koordinasi dan integrasi bagi kegiatan peserta proyek menjai satu rangkaian yang berurutan, saana pengendalian yang idpakai sebagai tolok ukur dalam mengkaji kurun waktu penyelesaian, serta untuk mengungkapkan adanya kegiatan yang perlu mendapat prioritas supaya penyelesaian proyek sesuai dengan waktu yang ditentukan. 4. Anggaran Anggaran merupakan salah satu bentuk perencanaan yang harus ditentukan sejak awal. Anggaran menunjukan perencanaan pengguna an dana
untuk
melaksakan
pekerjaan
dalam
kurun
waktu
tertentu.
3
Penganggaran proyek tifdak boleh kaku, maksudnya adalah bahwa melakukan penyesuaian anggaran karena adanya faktor-faktor yang tidak bisa dihindari, seperti berubahnya kondisi ekonomi makro, kendaa alamiah yang tak terduga, atau dilakukanya percepatan proyek untuk mencapai suatu jadwal tertentu. Siklus Perencanaan Proyek Tahapan perencanaan proyek
diawali dengan mengidentifikasi gagasan
atau ide dan memrumuskan dalam bentuk yang lebih jelas dan kongkrit dalam suatu acuan, serta mengadakan studi pendahuluan dan kelayakan terhadap gagasan itu, serta mengevaluasi dari aspek-aspek pasar, teknis, ekonomi, keuangan, sosial politik dan lingkungan. Secara lebih rinci dalam siklus perencanaan proyek yaitu sebagai berikut:
(Herjanto, 2007) Tahapan Perencanaan Proyek Orang yang bertanggung jawab dalam hal perencanaan dan penjadwalan proyek dengan demikian perlu memahami semua faktor yang melatar belakangi
4
pembuatan jadwal proyek. Menurut AGCA (1994) dalam Adrianus (2011) pemahaman faktor-faktor tersebut dilakukan dengan mengkaji lima tahapan yang ada dalam proses menjadwal tersebut, yakni : 1. Identifikasi aktivitas bertujuan untuk mengetahui secara rinci kegiatankegiatan yang akan ada dalam pelaksanaan proyek. Pengidentifikasian aktivitas yang baik dan lengkap diperoleh dari peninjauan, pemahaman dan analisis yang cermat atas semua dokumen kontrak proyek yang ada, karena itu dokumen kontrak harus benar-benar lengkap menginformasikan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan. 2. Estimasi durasi aktivitas adalah memperkirakan panjang waktu yang perlu untuk menyelesaikan aktivitas tersebut. Durasi aktifitas adalah fungsi dari jumlah (kuantitas) pekerjaan yang harus diselesaikan dan produk kerja tiap satuan waktu (Production Rate) kuantitas pekerja dapat diketahui dari data dan pengalaman dengan memperhatikan ketersediaan semua sumberdaya (bahan,
alat,
tenaga
kerja)
dan
kendala-kendala
yang
mungkin
mempengaruhi produktivitas. 3. Penyusunan rencana kerja
proyek dimaksudkan untuk menentukan
tahapan/urutan aktivitas kerja dalam melaksanakan proyek. Urutan aktivitas ini diperlukan untuk menggambarkan hubungan antara berbagai aktivitas yang ada dalam proses pelaksanaan proyek. 4. Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek pada dasarnya adalah menentukan pada saat kapan suatu aktivitas harus mulai dan berakhir. Rangkaian aktivitas- aktivitas dengan durasinya masing-masing yang telah diurutkan akan membentuk rangkaian penjadwalan aktivitas yang menjadi jadwal pelaksanaan proyek. 5. Peninjauan kembali jadwal bertujuan menjamin bahwa jadwal proyek adalah masuk akal dan lengkap, sedangkan analisis jadwal bermaksud menjamin bahwa jadwal tersebut merupakan rencana yang dapat dikerjakan dengan pertimbangan sumberdaya produksi dan menajerial yang ada. B. Urgensi Perencanaan Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah di
5
buat, karena kondisi kenyataan tidak sama/sesuai dengan kondisi saat jadwal tersebut dibuat Arditi and Patel (1989) dalam Adrianus (2011) Perencanaan proyek (project planning) merupakan kunci dari manajemen proyek yang efektif. Perencanaan proyek yang terinci dan akurat menghasilkan informasi manajerial yang menjadi dasar justifikasi proyek (biaya, manfaat, dampak strategis, dan lain-lain) dan menentukan definisi penggerak bismis (ruang lingkup, tujuan) yang membentuk konteks untuk solusi teknis. Selain itu, perencanaan proyek juga menghasilkan jadwal proyek dan alokasi sumber daya yang akan menjadi kerangka kerja proses manajamen proyek lainnya. Perencanaan salah satu fungsi penting dalam manajemen konstruksi, yaitu memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang akan datang dan diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tindakan yang pertama dilakukan adalah pengumpulan data yang berkaitan dengan proyek yang akan dilaksanakan, antara lain: ketentuan umum, kebijaksanaan dan keputusan, hasilhasil survey , hasil studi kelayakan, dokumen perencanaan lengkap dengan persyaratan teknis yang diperlukan. Tahapan selanjutnya adalah apabila pelaksanaan proyek telah berjalan, data dan informasi ini kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan data perencanaan dasar. Kegiatan ini meliputi analisis dan membandingkan hasil pelaksanaan fisik di lapangan terhadap perencanaan dasar, kemudian dilakukan pembetulan yang diperlukan agar pekerjaan selalu terkontrol menuju sasaran yang disebut perencanaan untuk pengendalian. C. Asumsi dan Kemampuan Dasar dalam Perencanaan Proyek Asumsi adalah faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu proyek, yang tidak dikuasai oleh pemimpin proyek. Asumsi diperlukan untuk mewujudkan keserasian dengan hipotesis yang digunakan. Boleh jadi asumsi-asumsi yang disertakan dalam analisis tersebut berubah menjadi faktor yang paling kritis dalam suatu proyek karena tidak realistis .Banyak proyek gagal karena didasarkan asumsi yang tidak realistis. Dengan penyelasaian
menyertakan proyek,
seluruh
kemudian
asumsi dapat
yang
dilakukan
berpotensi dengan
memengaruhi usaha
untuk
meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam mencapai harapan pada jenjang berikutnya. Sebagai contoh misalnya dalam merencanakan pelaksanaan kontruksi suatu proyek bangunan fisik (gedung, jalan raya, waduk dan lain
6
sebagainya) harus ditentukan asumsi yang berkaitan dengan musim hujan. Asumsi tidak saja menetapkan kaan saat akan datangnya musim hujan, tetapi juga seberapa curah hujan dan berapa lama yang bakal terjadi. (Ismawan, 1996) Kemampuan
dasar
dalam
perencanaan
proyek,
adalah
kemampuan
forecasting, meliputi : 1.
Mengidentifikasi proyek pengembangan sistem
2.
Mengidentifikasi sasaran proyek sistem
3.
Mengidentikfikasi kendala proyek sistem
4.
Mengidentifikasi prioritas proyek sistem
D. Keahlian Manajemen Proyek Manajemen proyek merupakan suatu tata cara yang berurutan untuk mengelola,
mengarahkan
dan
mengkoordinasikan
sumber
daya
(manusia/material) disaat akan dimulainya suatu proyek hingga akhir untuk mencapai suatu tujuan yang dibatasi faktor biaya,waktu dan tuntutan kualiatis untuk mencapai kepuasan. Dalam manajemen suatu proyek diperlukan suatu tim proyek yang terdiri dari beberapa bagian antara lain : 1. Programmer yang bertugas menyusun program keseluruhanya , dari awal perencanaan hingga pelaksanaan . Pekerjaan programmer berkaitan dengan administrasi yang
mendukung
keberlangsungan
Beberapa pekerjaan yang mesti disiapkan antara lain :
erat
proyek.
menentukan
Laporan dan asumsi serta dokumentasi. 2. Pimpro yang bersifat
teknis,
bertanggung jawab atas jalanya kegiatan kegiatan yang seperti
analisis,
desain,
tugas-tugas
pemrograman
keseluruhan. Selain pimpro kita dapati manager proyek bertanggung jawab atas
semua
komunikasi
yang
datangnya
dari
luar
(laporan-
laporan,pertemuan pertemuan, penghubung manager tingkat atas kepada user /pemilik proyek). 3. Owner adalah perseorangan, badan, atau lembaga yang dengan tujuan tertentu menyelengaraan proses pengadaan baik fisik , barang maupun jasa yang karena sifat dan
ukuran pekerjaanya diserah kan kepada pihak
7
ahli dibidangnya untuk dilaksanakan pekerjaanya
dalam
bentuk
proyek
sehingga mendapat hasil yang baik. 4. Pelaksana Proyek adalah pihak pihak yang dikarenakan bidang keahlianya dan dianggap mampu dan bersedia melaksanakan kegiatan pembangunan dengan mengikuti ketentuan dan aturan aturan baku baik kepada pemilik proyek maupun aturan pemerintah berkaitan
proyek dengan batasan
qualitas produk yang dihasilkan dan pada waktu yang tertentu sesuai kesepakatan. 5. Perencana dan Pengawas adalah pihak pihak yang dikarenakan bidang keahlianya dan
dianggap
mampu
dan
perencanaan proyek ataupun pengawasan proyek
bersedia
melaksanakan
dengan
ketentuan
ketentuan yang berlaku sesuai kesepakatan. Kerangka manajemen proyek atau yang lebih dikenal dengan istilah project management framework akan membantu mengilustrasikan tentang ruang lingkup di dalam suatu manajemen proyek, yang terdiri dari: (Schwalble, 2007).
a. Stakeholder proyek Stakeholder adalah orang-orang yang terlibat atau berpengaruh terhadap aktivitas suatu proyek, contoh seperti: pihak sponsor, tim proyek, orangorang yang mendukung atau menentang jalannya proyek, pelanggan,
8
pengguna serta pemasok. Para stakeholder tersebut sering memiliki harapan dan tingkat kepentingan yang berbeda-beda terhadap suatau proyek b. Area pengetahuan manajemen proyek Area ini merupakan kompetensi-kompetensi utama yang harus dimiliki serta dikembangkan oleh seorang manajer proyek, yaitu: 1. Manajemen Ruang Lingkup Proyek (Project scope management) Meliputi proses yang pendefinisian dan pengontrolan apa-apa saja yang termasuk dan yang tidak termasuk dalam suatu proyek. Menurut Schwalble (2007) ada lima proses utama dalam manajemen ruang lingkup: a. Perencanaan ruang lingkup Memutuskan bagaimana ruang lingkup di definisikan, diferifikasi, serta dikendalikan dan juga memutuskan bagaimana struktur rincian kerja atau work breakdown structure (WBS) akan dihasilkan. b. Pendefinisian ruang lingkup Mengecek kembali project charter dan persiapan membuat scope statement selama proses awal dan pengumpulan data-data yang diperlukan selama proses perencanaan. c. Membuat WBS Meliputi pembagian dari gambaran proyek secara umum ke dalam beberapa sub proyek atau proses yang lebih rinci secara hirarki. d. Verifikasi ruang lingkup Meliputi penerimaan lingkup proyek, jika tidak disetujui biasanya pelanggan atau sponsor meminta perubahan yang menghasilkan suatu permintaan untuk dilakukan koreksi terhadap lingkup yang telah didefinisikan. e. Pengendalian ruang lingkup Meliputi pengendalian terdahap perubahan suatu lingkup proyek, yang mencakup identifikasi, evaluasi serta implementasi perubahan terhadap suatu lingkup proyek.
9
2. Manajemen Waktu Proyek (Project time management) Meliputi proses-proses yang dilakukan agar suatu proyek dapat diselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Ada enam proses utama didalam manajemen waktu proyek: a. Mendefinisikan aktivitas Mengidentifikasi aktivitas secara sepesifik yang harus dilakukan oleh anggota tim proyek serta para stakeholder agar proyek mudah diselesaikan. b. Mengurutkan aktivitas Meliputi identifikasi serta mendokumentasikan hubungan atar setiap aktivitas proyek. c. Mengestimasi sumberdaya Meliputi
bagaimana
memperkirakan
besarnya
kebutuhan
akan
sumber daya manusia, peralatan serta material. d. Mengestimasi kebutuhan waktu (durasi) Meliputi pengestimasian berapa lama jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap aktivitas proyek. e. Membuat jadwal Meliputi analisa terhadap urutan aktivitas, perkiraan sumberdaya serta estimasi kebutuhan waktu untuk menghasilkan suatu jadwal proyek. f.
Mengendalikan jadwal Mencakup pengendalian dan pengaturan terhadap perubahanperubahan serta tidakan koreksi terhadap jadwal proyek.
3. Manajemen Biaya Proyek (Project cost management) Mencakup proses yang diperlukan pada suatu proyek sampai dengan selesai yang telah di sesuaikan dengan alokasi dana yang telah disepakati dan telah disetujui. Ada tiga proses utama dalam manajemen biaya proyek: a. Perkiraan biaya Membuat pendekatan atau pengestimasian besarnya anggaran yang dibutuhkan sampai proyek selesai dilaksanakan.
10
b. Penganggaran biaya Meliputi alokasi seluruh perkiraan biaya terhadap setiap elemen proyek yang membutuhkan. c. Pengendalian biaya Meliputi pengendalian terhadap perubahan biaya yang dibutuhkan terhadap suatu proyek. 4. Manajemen Kualitas Proyek (Project quality management) Melakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk memberikan kepercayaan dan kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan bahwa semua tindakan yang diperlukan dalam mencapai kualitas yang diinginkan telah dilaksanakan dengan baik. Manajemen kualitas proyek meliputi tiga proses utama: a. Perencanaan kualitas Mencakup identifikasi terhadap standar kualitas yang relevan dengan proyek dan bagaimana menyesuaikannya dengan standar tersebut. b. Penjamin kualitas (Quality assurance) Meliputi evaluasi secara periodik terhadap seluruh kinerja proyek untuk meyakinkan bahwa proyek akan sesuai dengan standar kualitas yang relevan serta memuaskan. c. Pengendalian mutu (Quality control) Meliputi pemantauan terhadap hasil-hasil proyek secara spesifik untuk meyakinkan bahwa hasil-hasil telah memenuhi standar kualitas yang diterapkan. 5.
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
(Project
human
resource
management) Suatu tindakan yang terkait dengan langkah-langkah efektif yang perlu diambil dari orang-orang yang terlibat (stakeholder) dalam suatu proyek. Manajemen sumber daya manusia mencakup empat proses: a. Perencanaan sumber daya manusia Meliputi identifikasi serta dokumentasi terhadap peranan, tanggung jawab serta hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek.
11
b. Mendapatkan tim proyek Meliputi perekrutan serta penugasan personil yang terlibat dalam suatu proyek. c. Mengembangkan tim proyek Meliputi membangun kemampuan individu serta kelompok untuk meningkatkan kinerja proyek. d. Mengatur tim proyek Meliputi penelusuran kinerja dari anggota tim, memotivasi anggota tim, memecahkan masalah serta konflik dan mengkoordinasikan perubahan dalam membantu meningkatkan kinerja proyek. 6. Manajemen
Komunikasi
Proyek
(Project
communications
management) Meliputi bagaimana menghasilkan, mengumpulkan, menyebarkan serta menyimpan informasi suatu proyek. Dalam manajemen komunikasi juga perlu dipahami dengan atau untuk siapa komunikasi dibutuhkan, bagaimana serta seberapa sering komunikasi harus dilakukan (Baca and Jansen, 2003). Tujuan dari manajemen komunikasi proyek adalah untuk memperkokoh hubungan antar personil, serta mendapatkan gagasan dan informasi penting untuk mencapai keberhasilan. Ada empat proses utama didalam komunikasi proyek: a. Perencanaan komunikasi Meliputi
penetapan
kebutuhan-kebutuhan
akan
informasi
dan
komunikasi pada para stakeholder, mencakup informasi apa yang dibutuhkan, kapan mereka membutuhkan serta bagaimana informasi dapat secara tepat disampaikan. b. Pendistribusian informasi Meliputi usaha agar informasi yang diperlukan oleh para stakeholder dapat terpenuhi. c. Laporan kinerja Meliputi pengumpulan dan penyebaran informasi kinerja, termasuk laporan status kinerja serta perkiraan kapan perkerjaan yang bersangkutan akan dapat diselesaikan.
12
d. Pengaturan stakeholder Meliputi bagaimana melakukan komunikasi yang tepat terhadap para stakeholder agar harapannya dapat terpenuhi terhadap keberhasilan suatu proyek. 7. Manajemen resiko proyek (Project risk management) Merupakan suatu proses identifikasi, analisis, serta jawaban terhadap resiko-resiko yang berpotensi menghambat atau dapat menggagalkan jalannya suatu proyek. Ada enam proses utama yang termasuk didalam manajemen resiko: a. Perenacanaan manajemen resiko Meliputi keputusan bagaimana melakukan pendekatan terhadap resiko dan perencanaannya didalam aktivitas suatu proyek. b. Identifikasi resiko Menentukan
resiko-resiko
mana
saja
yang
mungkin
memilki
perngaruh terhadap proyek serta mendokumentasikan karakteristik dari setiap resiko yang ada agar mudah diantisipasi jika ada resiko yang serupa dikemudian hari. c. Analisa resiko Memprioritaskan resiko berdasarkan kemungkinan terjadi serta dampak yang diakibatkannya. d. Kuantifikasi resiko Meliputi perkiraan secara kuantitatif atau derajat ketidak pastian terhadap tingkat pengaruh yang ditimbulkan oleh sutu resiko. e. Perencanaan tanggung jawab resiko Meliputi langkah-langkah yang dilakukan untuk menghasilkan atau meningkatkan kesempatan dan mengurangi ancaman dari suatu resiko terhadap tujuan suatu proyek. f.
Memantau dan mengendalikan resiko Melakukan tindakan korektif serta aksi pencegahan dari resiko-resiko baru yang teridentifikasi serta tindakan penanganannya. Kemudian melakukan evaluasi terhadap efektifitas penyelesaian tersebut di dalam suatu proyek.
13
8. Manajemen Pengadaan Proyek (Project procurement management) Meliputi bagaimana mendapatkan barang dan pelayanan dari pihak luar atau (rekanan). Ada enam proses utama dari manajemen pengadaan proyek: a. Perencanaan pembelian Meliputi penentuan apa yang harus dibeli, kapan serta bagaimana dilakukan. b. Perencanaan mengenai kontrak Meliputi penjelasan kebutuhan terhadap produk atau layanan yang diinginkan. Hasil dari perencanaan kontrak ini berupa dokumendokumen pengadaan seperti proposal permintaan (request for proposal), kriteria evaluasi serta pembaruan terhadap kontrak kerja. c. Permintaan tanggapan dari penyedia Meliputi perolehan informasi, penawaran serta proposal dari para penyedia. d. Pemilihan penyedia Meliputi pemilihan dari seluruh penyedia (seller) atau supplier melalui suatu proses evaluasi dan negosiasi kontrak. e. Administrasi kontrak kerja Meliputi pengaturan seluruh kesepakatan serta hubungan dengan pihak penyedia yang terpilih. f.
Penutupan kontrak Meliputi penyelesaian dari setiap kontrak yang telah disepakati.
Kompetensi diatas tersebut harus bisa diintegrasikan dengan baik agar komponen-komponen kegiatan proyek dapat berfungsi sebagai satu kesatuan guna mencapai tujuan proyek secara efektif dan efisien. E. Masalah Dasar yang Dihadapi Menurut Ir.Iman Soeharto (1999), menyatakan bahwa dalam proses mencapai tujuan dari suatu proyek, ada batasan yang harus dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggaraan proyek
14
yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan ini sering disebut sebagai tiga kendala ( triple constraint )
Sumber gambar: (PMBOK dalam wikipedia) 1. Biaya / Anggaran (Cost/Budget) Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran yang telah direncanakan. Untuk proyek- proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal yang bertahun-tahun, anggaranya bukan hanya ditentukan untuk total proyek tetapi dipecah bagi komponen- komponennya, atau per periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaikan bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode. 2. Waktu / jadwal (Time/Schedule) Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan. 3. Scope (Ruang Lingkup) Banyak proyek gagal karena ruang lingkup yang tidak terdefenisi secara jelas dari awal dimulainya suatu proyek sehingga berpotensi terjadinya
15
penambahan ruang lingkup proyek. Akibatnya, terjadi penambahan biaya dan berpotensi proyek mengalami keterlambatan. Sumber daya bisa saja bertambah dengan kurang memperhatikan risiko-risiko yang mungkin terjadi sehingga berdampak pada penurunan kualitas dari proyek itu sendiri 4. Mutu (Quality) Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kreteria yang dipersyaratkan. Memenuhi persyaratan mutu berarti memenuhi tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intended use. Mutu menentukan keberhasilan penyampaian dari suatu proyek. Kualitas proyek yang baik ditentukan oleh analisis risiko yang baik, ketersediaan sumber daya manusia yang handal dan memadai, kesesuaian ruang lingkup yang sudah didefenisikan bersama pemangku kepentingan, kesesuaian dengan bujet, dan tepat waktu penyelesaian proyek. 5. Risk (Risiko) Setiap proyek pasti memiliki risiko. Sebisa mungkin setiap risiko yang ada diminimalkan. Semakin minim risiko yang diinginkan dari suatu proyek, maka semakin besar biaya yang dikeluarkan dan semakin lama waktu pengerjaan proyek. Seiring dengan itu, ruang lingkup akan semakin bertambah. 6. Resources (Sumber Daya) Merupakan hal penting dalam mengelola suatu proyek. Tanpa sumber daya yang berkualitas dan memadai, suatu proyek akan sulit memenuhi kualitas yang baik. Begitu juga waktu penyelesaian suatu proyek akan cenderung berpotensi mengalami keterlambatan. Analisis risiko suatu proyek bukan lagi menjadi prioritas. Ketiga batasan antara scope, schedule,dan budget; bersifat tarik-menarik, yang artinya jika ingin meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak maka umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau jadwal. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat dipenuhi.
16
F. Fungsi Penjadwalan Proyek Penjadwalan merupakan tahapan menerjemahkan suatu perencanaan ke dalam suatu diagram-diagram yang sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan menentukan kapan kegiatan-kegiatan akan dimulai, ditunda, dan diselesaikan, sehingga pengendalian sumber-sumber daya akan disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang ditentukan. Dalam
proyek,
penjadwalan
sangat
penting
dalam
memproyeksikan
keperluan tenaga kerja, material, dan peralatan. Menjadwalkan adalah berpikir secara mendalam melalui berbagai persoalan-persoalan, menguji jalur-jalur yang logis, serta menyusun berbagai macam tugas, yang menghasilkan suatu kegiatan lengkap, dan menuliskan bermacam-macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu yang tepat. (Luthan, 2006) Sedangakan fungsi penjadwalan dalam suatu proyek antara lain: a. Menentukan durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. b. Menentukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan. c. Menentukan kegiatan-kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda pelaksanaannya dan menentukan jalur kritis. d. Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek. e. Sebagai dasar perhitungan cashflow proyek. f.
Sebagai dasar bagi penjadwalan sumber daya proyek, seperti tenaga kerja, material, dan peralatan.
g. Sebagai alat pengendalian proyek.
G. Metode Penjadwalan Proyek Metode penjadwalan proyek, antara lain adalah : 1. Waktu dan durasi kegiatan Dalam konteks penjadwalan, terdapat dua perbedaan, yaitu waktu (time) dan kurun waktu (duration). Bila waktu menyatakan siang atau mala sedangkan kurun waktu menunjukkan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam melakukan suatu kegiatan. 2. Bagan balok atau barchart Bagan balok dengan panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap kegiatan. Format bagan baloknya informatif, mudah dibaca dan efektif untuk
17
komunikasi serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana. Bagan balok terdiri atas sumbu y yang menyatakan kegiatan atau paket kerja daari lingkup proyek, sedangkan sumbu x menyataan satuan waktu dalam hari, minggu, bulan dan seterusnya.
Secara garis besar, ada dua jenis teknik penjadwalan proyek, yaitu (Ma’arif, 2003): Gantt Chart dan metode Network (jaringan). b. Gantt Chart Gantt Chart merupakan diagram perencanaan yang digunakan untuk penjadwalan sumber daya dan alokasi waktu (Heizer, 2006). Gantt Chart adalah contoh teknik non-matematis yang banyak digunakan dan sangat popular di kalangan para manajer karena sederhana dan mudah dibaca. Gantt Chart dapat membantu penggunanya untuk memastikan bahwa (Heizer, 2006): 1.
Semua kegiatan telah direncakan
2.
Urutan kinerja telah diperhitungkan
3.
Perkiraan waktu kegiatan telah tercatat, dan
4.
Keseluruhan waktu proyek telah dibuat Berikut merupakan contoh Gantt chart dari suatu proyek Perancangan
dan
Implementasi
Statistical
Process
Control
di
suatu
perusahaan
manufaktur (Santosa, 2003).
18
Kelebihan penggunaan Gantt Chart, diantaranya : -
Dapat menunjukkan waktu, kegiatan dan urutan kegiatan
-
Jika jumlah kegiatan tidak terlalu banyak atau hanya sekedar jadwal induk, maka metode Gantt Chart menjadi pilihan pertama dalam proses perencanaan dan pengendalian kegiatan, karena mudah dipahami oleh semua lapisan pelaksana proyek.
Dari kelebihan diatas Gantt Chart juga memiliki kelemahan, antara lain (Murahartawaty dalam Dwinovi, 2012) : -
Tidak memperlihatkan saling ketergantungan dan hubungan antar kegiatan sehingga sulit diantisipasi jika terjadi keterlambatan suatu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan proyek.
-
Tidak
mudah
dilakukan
perbaikan
dan
pembaharuan
(updating)
disebabkan Gantt Chart baru harus dibuat kembali (tidak efesien), padahal pembuatan ulang akan memakan waktu dan jika tidak dilakukan segera maka peta tersebut akan menurun daya gunanya. -
Untuk proyek yang berukuran sedang dan besar serta kompleks, maka Gantt Chart tidak mampu menyajikan jadwal secara sistematis dan mengalami kesulitan dalam menentukan keterkaitan antar kegiatan.
2. Metode Network (Jaringan) Jaringan adalah kerangka dari sistem informasi proyek yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan waktu biaya, dan performansi (Nurhayati, 2010). Jaringan berisi tampilan grafis dari aliran dan urutan tiap pekerjaan. Komponen yang digunakan dalam model network mempunyai pengertian-pengertian standar, yang dapat diuraikan sebagai berikut : a. Aktivitas,
merupakan
bagian
dari
keseluruhan
pekerjaan
yang
dilaksanakan, aktivitas mengkonsumsi waktu dan sumber daya serta mempunyai waktu mulai dan waktu berakhirnya (Handoko, 2000). Biasanya berbentuk simbol anak panah, panjang pendeknya garis anak panah tidak menunjukkan atau tidak identik dengan jangka waktu yang digunakan oleh aktivitas tersebut (Gitosudarmo, 2002). Maka dari itu tidak
19
perlu menggunakan skala dalam menggambarkan garis anak panah tersebut. Kepala anak panah menunjukkan arah jalur rangkaian/urutan proses. b. Kejadian/ event, menandai permulaan dan akhir suatu kegiatan. Biasanya kejadian/ event digambarkan dengan suatu lingkaran atau nodes dan diberi nomor, dengan nomor-nomor yang lebih kecil bagi kejadian-kejadian yang mendahuluinya. Dalam jaringan, setiap aktivitas menghubungkan dua kejadian (Handoko, 2000). Dalam penjadwalan, penggambaran diagram jaringan, baik CPM maupun PERT yang dibuat merupakan lanjutan dari diagram baris atau gantt chart (Bernard, dalam Dwinovi, 2012). Teknik-teknik ini umumnya bertujuan menguraikan
dan
menentukan
hubungan-hubungan
antara
berbagai
kegiatan dan berbagai penafsiran waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan dalam rencana proyek secara menyeluruh (Nurhayati, 2010). CPM menggunkan AOA (Activity On Arrow), yang akan menggunakan anak panah sebagai simbol dari kegiatan. Sedangkan PERT menggunakan pendekatan AON (Activity On Node), yang menggunakan lingkaran (node) sebagai simbol kegiatan. a. Program Evaluation and Review Technique (PERT) PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada di dalam suatu proyek (Setianingrum, 2011). PERT juga merupakan suatu metode yang bertujuan untuk (semaksimal mungkin) mengurangi adanya penundaan kegiatan (proyek, produksi, dan
teknik)
maupun
rintangan
dan
perbedaan-perbedaan,
mengkoordinasikan dan menyelaraskan berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan pekerjaan dan mempercepat selesainya proyek-proyek (Nurhayati, 2010). PERT memiliki asumsi bahwa proyek yang akan dilaksanakan adalah baru, tidak ada contoh sebelumnya. Berdasarkan atas asumsi itu, maka
20
orientasi dari metode PERT adalah mengoptimalkan waktu penyelesaian proyek dan belum menekankan soal minimisasi biaya. Untuk setiap aktivitas, model biasanya mencakup tiga perkiraan waktu (Soeharto, 2002): 1. Waktu Optimis, yaitu perkiraan waktu yang paling singkat bagi penyelesaian aktivitas 2. Waktu Perkiraan Paling Mungkin, waktu penyelesaian yang memiliki probabilitas tertinggi (berbeda dengan : waktu yang diharapkan), dan 3. Waktu Pesimis, yaitu waktu terpanjang yang mungkin diperlukan suatu kegiatan. PERT “menimbang” ketiga perkiraan waktu ini untuk mendapatkan waktu kegiatan yang diharapkan (expected time) dengan rumusan : Waktu Optimis + (4 x Waktu Perkiraan Paling Mungkin) + Waktu Pesimis 6
Sebagai contoh, manajer proyek memperkirakan pekerjaan analisis sistem akan dapat diselesaikan dalam waktu 8 hari kerja. Akan tetapi berdasarkan pengalaman pada proyek sejenis, pekerjaan analisis sistem memerlukan waktu hanya 10 hari pada kondisi normal dan membutuhkan waktu 24 hari pada kondisi tidak normal. Maka waktu (durasi) pekerjaan analisis sistem dapat ditentukan :
Waktu estimasi aktivitas = (8+4*10+24)/6 = 12 hari Keterbatasan dan kelemahan diagram PERT secara umum adalah bahwa perkiraan atas waktu yang dibutuhkan bagi masing-masing kegiatan bersifat subyektif dan tergantung pada asumsi. Sehingga secara umum PERT cenderung terlalu optimis dalam menetapkan waktu penyelesaian sebuah proyek. Berikut ilustrasi pembuatan network suatu proyek dalam PERT dapat diberikan contoh, sebagai berikut.
21
Diagram network pada di atas menunjukkan rangkaian kejadian untuk aktivitas A, B, dan C, di mana penyelesaian aktivitas A merupakan saat dimulainya aktivitas B dan C. Dalam diagram network ini setiap aktivitas harus dimulai pada suatu kejadian di mana aktivitas sebelumnya berakhir. Sebagai contoh, pada gambar diatas, aktivitas A dimulai pada kejadian 1. Akan tetapi, karena kejadian 1 merupakan awal dari seluruh aktivitas dalam network, maka tidak ada aktivitas yang mendahuluinya. c. Critical Path Method (CPM) Critical
Path
Method
(CPM)
merupakan
diagram
kerja
yang
memandang waktu pelaksanaan kegiatan yang ada dalam jaringan bersifat unik (tunggal) dan deterministic (pasti), dan dapat diprediksi (Haming,
2007).
CPM
dapat
dipandang
sebagai
metode
yang
menyempurnakan metode PERT, karena pada CPM telah dilakukan penyederhanaan (Haming, 2007). Teknik CPM menggambarkan suatu proyek dalam bentuk network dengan komponen aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya. Agar teknik ini dapat diterapkan, suatu proyek harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Pekerjaan-pekerjaan dalam proyek harus menandai saat berakhirnya proyek 2. Pekerjaan-pekerjaan dapat dimulai, diakhiri, dan dilaksanakan secara terpisah dalam suatu rangkaian tertentu. 3. Pekerjaan-pekerjaan dapat diatur menurut suatu rangkaian tertentu
22
Selain ciri-ciri yang harus dimiliki oleh proyek tersebut, untuk membuat suatu network dengan benar diperlukan sejumlah aturan. Berikut ini adalah aturan-aturan tersebut : 1. Setiap aktivitas atau pekerjaan ditunjukkan dengan suatu cabang tertentu 2. Antara
suatu
cabang
dengan
cabang
yang
lainnya
hanya
menunjukkan hubungan antara aktivitas atau pekerjaan yang berbeda 3. Bila sejumlah aktivitas berkahir pada suatu kejadian maka kejadian ini tidak dapat dimulai sebelum sejumlah aktivitas yang berkahir pada kejadian ini selesai 4. Aktivitas dummy digunakan untuk menggabungkan dua buah kejadian,
bila
antara
suatu
kejadian
dan
kejadian
yang
mendahuluinya tidak dihubungkan dengan suatu aktivitas tertentu. Aktivitas dummy ini tidak mempunyai biaya dan waktu 5. Setiap kejadian diberikan angka, sedangkan setiap aktivitas diberikan tanda huruf munurut kejadian awal dan kejadian yang mengakhirinya. Persyaratan urutan pengerjaan harus diperhatikan, karena berbagai aktivitas tidak dapat dimulai sebelum aktivitas-aktivitas lainnya yang dapat dilaksanakan secara bersamaan dan/ atau tidak saling tergantung (Handoko, 2000). Aktivitas mana saja yang harus diselesaikan lebih dahulu sebelum aktivitas selanjutnya dapat mulai dikerjakan. CPM mengenal beberapa waktu mulai dan waktu berakhir, antara lain (Handoko, 2000): 1.
Earliest Start Time (ES) adalah waktu paling awal (tercepat) suatu aktivitas dapat dimulai, dengan memperhatikan waktu aktivitas yang diharapkan dan persyaratan ururtan pengerjaan.
2.
Latest Start Time (LS) adalah waktu paling lambat untuk dapat memulai suatu aktivitas tanpa penundaan keseluruhan proyek.
3.
Earliest Finish Time (EF) adalah waktu paling awal (tercepat) suatu aktivitas dapat diselesaikan, atau sama dengan ES + waktu aktivitas yang diharapkan.
23
4.
Latest Finish Time (LF) adalah waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu aktivitas tanpa penundaan penyelesaian proyek secara keseluruhan, atau sama dengan LS + waktu kegiatan yang diharapkan. Berikut ilustrasi pembuatan network suatu proyek dalam CPM dapat,
sebagai berikut.
Jalur 1 : A-D-H-J, Total waktu = 1 + 4 + 6 + 3 = 14 hari Jalur 2 : B-E-H-J, Total waktu = 2 + 5 + 6 + 3 = 16 hari Jalur 3 : B-F-J, Total waktu = 2 + 4 + 3 = 9 hari Jalur 4 : C-G-I-J,Total waktu = 3 + 6 + 2 + 3 = 14 hari Berarti jalur kritisnya adalah B-E-H-J dengan total waktu proyek 16 hari
Free Float adalah total waktu tunda aktivitas tanpa menunda mulainya aktivitas berikutnya.Total Float adalah total waktu tunda aktivitas tanpa menunda berakhirnya proyek. Free float dan Total float dapat dihitung dengan menggunakan metode penelusuran arah depan atau
penelusuran
arah
belakang.
Jika
dihitung
menggunakan
penelusuran arah belakang (backward) maka harus mempertimbangkan
24
waktu paling lambat mulainya aktivitas (late start, LS) dan waktu paling lambat
selesainya
aktivitas
(late
finish,
LF).
Jika
menggunakan
penelusuran arah depan (forward) maka harus mempertimbangkan waktu paling cepat mulainya aktivitas (early start, ES) dan waktu paling cepat selesainya aktivitas (early finish, EF). Berikut contoh menghitung free float dan total float menggunakan penelusuran arah depan (forward) dan arah belakang (backward). Untuk memudahkan perhitungan, setiap node kita modifikasi menjadi 3 komponen :
Penjadwalan dalam CPM dapat menggunakan proses two-pass, untuk menentukan jadwal proyek yang terdiri dari forward pass dan backward pass (Prasetya, 2009).
25
Pada node-node merger, waktu paling cepat selesai (early finish) merupakan nilai maksimum dari akhir masing-masing aktivitas yang berakhir pada node merger. Hal ini dimaksudkan agar selesainya aktivitas tersebut tidak mengganggu dimulainya aktivitas berikutnya. Contoh aktivitas D berdurasi 4 hari, apabila dikerjakan mulai hari ke-1 semestinya akan berakhir pada hari ke-5. Akan tetapi aktivitas D baru dianggap berakhir pada hari ke-7. Hal ini disebabkan karena : jikalau D berakhir pada hari ke-5, aktivitas berikutnya yaitu aktivitas H tetap saja tidak dapat dimulai karena harus menunggu aktivitas E. Sebab pekerjaan H harus menunggu D dan E selesai semuanya. Ini artinya bahwa D mempunyai kelonggaran waktu (free float) selama 2 hari hingga aktivitas E selesai agar aktivitas H tidak terganggu. Demikian juga pada node 6.
26
Node 3 dan node 1 merupakan merger node. Sehingga pada node 3, waktu paling lambat selesainya E dan F (late finish) harus bersamaan. Akibatnya aktivitas F mempunyai waktu kelonggaran (free float). Demikian juga pada node 1, aktivitas A, B dan C harus selesai secara bersamaan. Sehingga aktivitas A dan C mempunyai waktu kelonggaran (free float). Hasil penelusuran maju dan mundur dari umur proyek diringkas pada gambar berikut :
27
Untuk masing-masing aktivitas : Total Float = Late Finish –Early Start –Durasi Free Float = Early Finish –Early Start –Durasi Jalur Kritis adalah jalur yang melewati aktivitas dimana Total Float = Free Float = 0, artinya jalur dimana setiap aktivitas tidak memiliki waktu kelonggaran, baik total float maupun free float. Jalur kritis = B –E –H –J atau 1 –3 –5 –6 –8 dengan umur proyek selama 16 hari. Jadi jika proyek dimulai tanggal 1 April 2006 maka akan selesai tanggal 16 April 2006
28
BAB III SIMPULAN Perencanaan proyek merupakan salah satu fungsi manajemen proyek yang meliputi beberapa kegiatan yaitu memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Adapun lima tahapan yang ada dalam proses menjadwal yaitu identifikasi aktivitas, estimasi durasi aktivitas , penyusunan rencana kerja proyek , penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek, dan peninjauan kembali jadwal. Dalam merencanakan proyek perlu kemampuan dasar yaitu kemampuan forecasting. Kompetensi utama yang harus dimiliki serta dikembangkan oleh seorang manajer proyek, yaitu manajemen ruang lingkup proyek , waktu proyek, biaya proyek, kualitas proyek, SDM, komunikasi proyek, risiko proyek, dan pengadaan proyek. Beberapa fungsi penjadwalan dalam suatu proyek yaitu menentukan durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek dan sebagai alat pengendalian proyek. Secara garis besar, ada dua jenis teknik penjadwalan proyek, yaitu Gantt Chart dan metode Network (jaringan). Gantt Chart merupakan diagram perencanaan yang digunakan untuk penjadwalan sumber daya dan alokasi waktu. Jaringan adalah kerangka dari sistem informasi proyek yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan waktu biaya, dan performansi.
29
DAFTAR PUSTAKA Dipohusodo, Ismawan. 1996. Manajemen Proyek dan Kontruksi Jilid 1 . Yogyakarta; Kanisius Dwinovi, Titin. 2012. “Implementasi dan Perbandingan Algoritma Program Evaluation and Review Technique (Pert) dan Critical Path Method (Cpm) dalam Bidang Transportasi,” Skripsi Sarjana Program Studi S1 Ekstensi Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Kompeter dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara, Medan Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Operasi. Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE Haming, Murdifin dan Nurnajamuddin, Mahfud. 2007. Manajemen Produksi Modern Operasi Manufaktur dan Jasa. Jakarta: Bumi Aksara. Handoko, Hani. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi . Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Heizer, Jay dan Render Barry. 2006. Operations Management Edisi Ketujuh , terj. Setyoningsih Dwianoegrahwati dan Almahdy Indra. Jakarta: Salemba Empat. Herjanto, Eddy.2007. Manajemen Operasi, Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo. Luthan, Putri Lyna A dan Syafriandi. 2006. Apllikasi Microsoft Project Untuk Penjadwalan Kerja Proyek Teknik Sipil. Yogyakarta: Andi. Ma’arif, Syamsul Mohamad dan Tanjung Hendri. 2003.
Manajemen Operasi .
Jakarta: Grasindo. Mahendra, Adrianus Adhika .2011. Studi Tentang Penyebab Keterlambatan dalam Pelaksanaan
Proyek
Konstruksi. Yogyakarta;
Universitas
Atma
JayaYogyakarta. Nurhayati. 2010. Manajemen Proyek. Yogyakarta: Graha Ilmu. Prasetya, Hery dan Lukiastuti Fitri. 2009. Manajemen Operasi . Yogyakarta : MedPress.
30