MAKALAH PERT (Program Evaluation and Review Technique) LSM (Linear Scheduling Method)
Disusun Oleh:
SURYA ADIYU AKBAR (41114210003) Matkul: Perencanaan dan Pengendalian Proyek Dosen : Siti aisyah, MT
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNUVERSITAS MERCU BUANA 2017 i|PERT&LSM
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata mata kuliah “PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK” yang membahas tentang “PERT (Program Evaluation and Review Technique) & LSM (Linear Scheduling Method)”. Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini, dan bisa lebih baik baik lagi kedepannya. Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang “PERT (Program Evaluation and Review Technique) & LSM (Linear Scheduling Method)” ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan terhadap pembaca.
Jakarta, 28 juni 2017
Surya Adiyu Akbar
ii | P E R T & L S M
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i DAFTAR ISI ................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4 1.1
Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2
Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3
Tujuan .......................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN PERT (Program Evaluation and Review Technique) .................. 5 2.1
Pengertian PERT......................................................................................................... 5
2.2
Tujuan dan Manfaat PERT ....................................................................................... 5
2.3
Kelebihan dan kekurangan PERT ............................................................................. 6
2.4
Terminology PERT ..................................................................................................... 6
2.5
Proses dalam PERT .................................................................................................. 10
BAB III PEMBAHASAN LSM (Linear Scheduling Method) ............................................... 19 3.1
Pengertian LSM/Metode Penjadwalan Linear ....................................................... 19
3.2
Line of Balance (LoB) ............................................................................................... 19
3.3
Teknik Perhitungan LoB .......................................................................................... 20
3.4
Buffer .......................................................................................................................... 23
3.5
Kelemahan LoB ......................................................................................................... 23
3.6
Time Chainage Diagram ........................................................................................... 24
3.7
Format Time Chainage Diagram ............................................................................. 24
3.8
Kelemahan Time Chainage Diagram ..................................................................... 26
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................... 27 4.1
Kesimpulan ................................................................................................................ 27
4.2
Saran........................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 28
iii | P E R T & L S M
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemui berbagai macam proyek yang harus dikerjakan dengan baik. Demi kelancaran keberlangsungan suatu proyek dibutuhkan manajemen proyek yang akan mengelola proyek tersebutmulai dari awal sampai proyek tersebut berakhir. Dalam manajemen proyek seringkali dijumpai proyek-proyek berbentuk jaringan yang berskala besar. Untuk mengadakan perencanaan dan pengendalian proyek yang berjenis jaringan tersebut, seorang manajer perlu menentukan kegiatankegiatan kritis yang sangat mempengaruhi penyelesaian suatu proyek. Perencanaan kegiatan-kegiatan proyek merupakan masalah yang sangat penting karena perencanaan kegiatan merupakan dasar untuk proyek dapat berjalan dengan lancar dan proyek yang dilaksanakan dapat selesai dengan waktu yang optimal. Perlunya analisis optimalisasi durasi proyek untuk dapat mengetahui berapa lama suatu proyek tersebut diselesaikan secara optimal. Untuk mencari adanya kemungkinan percepatan waktu pelaksanaan proyek tersebut manajemen proyek dapat menggunakan metode PERT ( Project Evaluation and ReviewTechnique) dan LSM (Linear Scheduling Method) untuk penyelesaian proyek tersebut. LSM dan PERT dapat digunakan dalam perencanan dan pengendalian proyek. 1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian dari PERT dan LSM 2. Kelebihan dan Kekurangan PERT dan LSM 3. Ilustrasi Penggunaan PERT dan LSM 1.3 Tujuan
Sebagai bahan pembelajaran pembaca dan penulis sendiri untuk mengetahui lebih lanjut tentang PERT dan LSM sekaligus untuk melengkapi tugas mata kuliah Perencanaan dan Pengendalian Proyek.
4|PERT&LSM
BAB II PEMBAHASAN PERT (Program Evaluation and Review Technique) 2.1 Pengertian PERT
PERT adalah variasi dari Critical Path Method (CPM) yang memiliki pandangan yang lebih skpetis/realistis mengenai perhitungan waktu yangdigunakan dalam stiap tahapan suatu proyek. Dalam penggunaanya PERTmemperhitungkan waktu yang terpendek, memperhitungkan waktu normal, danwaktu terlama yang di gunakan jika aktivitas tersebut mengambil waktu yanglebih banyak dari yang telah di perkirakan.PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaanyang ada didalam suatu proyek. Fungsi PERT adalah untuk menentukan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu proyek PERT pertama kali digunakan pada tahun 1950 dimana U.S Navy’s Special Project Office di tugaskan untuk mengembangkan Polaris Submarine weapon system dan the Fleet Ballistic Missile capability atau dengan kata lain pengembangan sistem persenjataan bawah air dan pengembangan rudal balistik bagi armada bawah laut mereka. PERT di aplikasikan sebagai alat pengambil keputusan yang di desain untuk menghemat waktu dalam pencampaian hasil akhir dari proyek. 2.2 Tujuan dan Manfaat PERT
PERT berguna karena memberikan informasi berikut: 1. Waktu penyelesaian proyek yang diharapkan 2. Probabilitas penyelesaian sebelum tanggal yang ditentukan 3. Kegiatan jalur kritis yang berdampak langsung terhadap waktu penyelesaian 4. Kegiatan yang memiliki waktu kendur dan yang dapat meminjamkan sumber daya untuk kegiatan jalur kritis 5. Kegiatan awal dan akhir tanggal
5|PERT&LSM
2.3 Kelebihan dan kekurangan PERT
Kelebihan Metode PERT sebagai berikut : 1. Sangat bermanfaat untuk menjadwalkan dan mengendalikan proyek besar. 2. Konsep yang lugas (secara langsung) dan tidak memerlukan perhitungan matematis yang rumit. 3. Network dapat untuk melihat hubungan antar kegiatan proyek secara cepat. 4. Analisa jalur kritis dan slack membantu menunjukkan kegiatan yang perlu diperhatikan lebh dekat. 5. Dokumentasi proyek dan gambar menunjukkan siapa yang bertanggung jawab untuk berbagai kegiatan. 6. Dapat diterapkan untuk proyek yang bervariasi 7. Berguna dalam pengawasan biaya dan jadwal. Kekurangan yang dimiliki metode PERT yaitu : 1. Kegiatan harus jelas dan hubungan harus bebas dan stabil 2. Hubungan pendahulu harus dijelaskan dan dijaringkan bersama-sama. 3. Perkiraan waktu cenderung subyektif dan tergantung manajer. 4. Ada bahaya terselubung dengan terlalu banyaknya penekanan pada jalur kritis, maka yang nyaris kritis perlu diawasi. 2.4 Terminology PERT
Perencanaan PERT melibatkan langkah-langkah berikut: 1. Mengidentifikasi kegiatan tertentu dan tonggak. Kegiatan ini merupakan tugas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Tonggak adalah peristiwa yang menandai awal dan akhir dari satu atau lebih kegiatan. Hal ini membantu untuk membuat daftar tugas dalam tabel bahwa dalam langkah-langkah selanjutnya dapat diperluas untuk mencakup informasi tentang urutan dan durasi.
6|PERT&LSM
2. Tentukan urutan yang tepat dari aktivitas. Langkah ini dapat dikombinasikan dengan langkah identifikasi aktivitas sejak urutan kegiatan jelas untuk beberapa tugas. Tugas lainnya mungkin memerlukan analisis lebih lanjut untuk menentukan urutan yang tepat di mana mereka harus dilakukan. 3. Buatlah sebuah diagram jaringan. Menggunakan informasi urutan aktivitas, diagram jaringan dapat ditarik menunjukkan urutan kegiatan serial dan paralel. Setiap kegiatan merupakan simpul dalam jaringan, dan panah mewakili hubungan antara kegiatan. Paket perangkat lunak menyederhanakan langkah ini dengan secara otomatis mengkonversi informasi kegiatan tabel menjadi diagram jaringan. 4. Perkirakan waktu yang diperlukan untuk setiap kegiatan. Minggu adalah unit yang umum digunakan waktu untuk penyelesaian kegiatan, tetapi setiap satuan yang konsisten dari waktu dapat digunakan. Sebuah fitur yang membedakan dari PERT adalah kemampuannya untuk menangani ketidakpastian dalam waktu aktivitas penyelesaian. Untuk setiap kegiatan, model biasanya mencakup tiga perkiraan waktu: a) Optimis Waktu Optimis waktu pada umumnya yaitu waktu singkat di mana aktivitas dapat diselesaikan. Ini adalah praktek umum untuk menentukan waktu optimis menjadi tiga standar deviasi dari rata-rata sehingga ada sekitar 1% kesempatan bahwa kegiatan tersebut akan selesai dalam waktu yang optimis. b) Kemungkinan Besar Waktu Kemungkinana besar waktu adalah waktu penyelesaian yang memiliki probabilitas tertinggi. Perhatikan bahwa kali ini berbeda dari waktu yang diharapkan. c) Pesimis Waktu Pesisimis waktu merupakan waktu terpanjang bahwa suatu kegiatan mungkin memerlukan. Tiga standar deviasi dari rata-rata umumnya digunakan untuk waktu yang pesimis. PERT mengasumsikan distribusi probabilitas beta untuk estimasi waktu. Untuk distribusi beta,
7|PERT&LSM
waktu yang diharapkan untuk setiap kegiatan dapat diperkirakan dengan menggunakan rata-rata tertimbang sebagai berikut:
Waktu diharapkan Waktu diharapkan mempunyai rumus : (Optimis + 4 x Kemungkinan besar + Pesimis) / 6
Kali ini diharapkan dapat ditampilkan pada diagram jaringan
Untuk menghitung varians untuk setiap waktu penyelesaian aktivitas, jika tiga kali standar deviasi yang dipilih untuk kali optimis dan pesimis, maka ada enam standar deviasi antara mereka, sehingga varians diberikan oleh: [(Pesimis - Optimis) / 6]
5. Tentukan Jalur Kritis Alur kritis ditentukan dengan menambahkan waktu untuk kegiatan dalam urutan masing-masing dan menentukan jalur terpanjang dalam proyek. Jalur kritis menentukan waktu kalender total yang dibutuhkan untuk proyek tersebut.Jika kegiatan di luar kecepatan jalur kritis atas memperlambat (dalam batas-batas), waktu total proyek tidak berubah. Jumlah waktu yang non – kegiatan jalur kritis dapat ditunda tanpa proyek ini disebut sebagai waktu yang kendur. Jika jalur kritis tidak segera jelas, mungkin akan membantu untuk menentukan empat berikut jumlah musuh setiap kegiatan:
ES : merupakan waktu mulai terlama
EF : merupakan waktu finish terlama
LS : merupakan waktu mulai terbaru
LF : merupakan latest finish waktu Saat-saat tersebut dihitung dengan menggunakan waktu yang diharapkan
untuk kegiatan yang relevan. Awal dan akhir awal kali dari masing-masing kegiatan ditentukan dengan bekerja maju melalui jaringan dan menentukan waktu yang paling awal di mana aktivitas dapat mulai dan selesai mempertimbangkan pendahulunya kegiatan. Awal terbaru dan kali selesai adalah waktu terbaru yang suatu kegiatan dapat mulai dan selesai tanpa menunda proyek. LS dan LF ditemukan
dengan
bekerja
mundur
melalui
jaringan.
Perbedaan
8|PERT&LSM
dalammenyelesaikan terbaru dan paling awal dari masing-masing kegiatan adalah kendur bahwa kegiatan itu. Jalur kritis maka adalah jalur melalui jaringan di mana tidak ada kegiatan yang kendur. Varians
dalam
waktu
penyelesaian
proyek
dapat
dihitung
denganmenjumlahkan varians dalam waktu penyelesaian kegiatan di jalur kritis. Mengingat varians ini, seseorang dapat menghitung probabilitas bahwa proyekakan selesai pada tanggal tertentu dengan asumsi distribusi probabilitas normaluntuk jalur kritis. Asumsi distribusi normal berlaku jika jumlah kegiatan di jalan cukup besar untuk teorema limit pusat untuk diterapkan. Karena jalur kritis menentukan tanggal penyelesaian proyek, proyek dapatdipercepat dengan menambahkan sumber daya yang diperlukan untuk mengurangi waktu untuk kegiatan di jalur kritis. Seperti pemendekan proyek kadang-kadangdisebut sebagai proyek menerjang. Memperbarui
bagan
PERT
sebagai
kemajuan
proyek.
Buatlah
penyesuaiandalam bagan PERT sebagai kemajuan proyek. Ketika proyek terungkap, kali diperkirakan dapat digantikan dengan waktu yang sebenarnya. Dalam kasus dimana ada penundaan, sumber daya tambahan mungkin diperlukan untuk tetap pada jadwal dan bagan PERT dapat dimodifikasi untuk mencerminkan situasi baru. 6. Update bagan PERT sebagai kemajuan proyek. Asumsi yang digunakan dalam metode PERT adalah bahwa lama waktu semua kegiatan tidak tergantung satu sama lain. Penentuan lama waktu penyelesaian suatu proyek dengan PERT dilakukan dengan menentukan waktu yang paling pesimis (terlama) dan optimis (tercepat) untuk setiap kegiatan. Hal ini terjadi karena adanya ketidakpastian penyelesaian suatu kegiatan ini dinyatakan dalam suatu varians. Semakin kecil varians menunjukan semakin pasti suatu kegiatan dapat diselesaikan. Apabila jaringan sudah sedemikian besar, penentuan lama penyelesaian suatu proyek dapat dilakukan melalui proses foward pass dan backward pass.
9|PERT&LSM
PRASYARAT
Personil harus sudah memiliki pemahaman yang baik tentang manajemen proyek formal terminologi, alat, dan teknik
Bentuk template PERT alat setara (misalnya software)
Buat rencana proyek
Pilih metode penjadwalan yang paling tepat
Pilih dan mengatur tim untuk melakukan tugas-tugas proyek.
2.5 Proses dalam PERT
1. Komponen Jaringan (network component) Satu syarat untuk dapat membentuk jaringan PERT adalah daftar urutan kegiatan proyek. Dari berbagai kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu proyek. Kita dapat menyusunnya dalam bentuk jaringan PERT yang menunjukkan saling hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Dalam jaringan PERT dikenal istilah Dummy yaitu dua atau lebih kegiatan yang mulai dan berakhir pada titik yang sama. Kegiatan dummy timbul semata-mata untuk tujuan membentuk hubungan preseden sehingga memungkinkan kita menggambarkan jaringan dengan hubungan preseden yang baik. Ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek yakni kegiatan pada titik (activity on node – AON) dan kegiatan pada panah (activity on arrow – AOA). Pada konvensi AON, titik menunjukan kegiatan, sedangkan pada AOA panah menunjukan kegiatan.
10 | P E R T & L S M
11 | P E R T & L S M
Contoh: Pemerintah akan membangun rumah sakit berstandar internasional, rumah sakit tersebut akan di bangun dan harus melalui delapan kegiatan yakni: membangun komponen internal, memodifikasi atap dan lantai, membangun tumpukan, menuangkan beton dan memasang rangka, membangun pembakar temperatur tinggi, memasang sistem kendali polusi, membangun alat pencegah polusi udara, dan kegiatan terakhir yaitu pemerikasaan dan pengujian. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini berikut penjelasan susunan kegiatannya:
12 | P E R T & L S M
Setelah membuat tabel kegiatan untuk mempermudah agar program berjalan dengan baik maka dilanjutkan dengan membuat gambar AON.
13 | P E R T & L S M
Setelah proses penggambaran AON dilanjutkan dengan menggambar AOA sebagai berikut :
2. Jadwal Aktivitas (activity Scheduling) Menentukan jadwal proyek atau jadwal aktivitas artinya kita perlu mengidentifikasi waktu mulai dan waktu selesai untuk setiap kegiatan. Kita menggunakan proses two-pass, terdiri atas forward pass dan backward pass untuk menentukan jadwal waktu untuk tiap kegiatan. ES (earlist start) dan EF (earlist finish) selama forward pass. LS (latest start) dan LF (latest finish) ditentukan selama backward pass.
14 | P E R T & L S M
Forward pass, merupakan indentifikasi waktu-waktu terdahulu. Aturan waktu mulai terdahulu: a.
Sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, kegiatan pendahulu langsungnya harus selesai.
b. Jika suatu kegiatan hanya mempunyai satu pendahulu langsung, ES nya sama
dengan EF pendahulunya. c.
Jika satu kegiatan mempunyai satu pendahulu langsung, ES nya adalah nilai maximum dari semua EF pendahulunya, yaitu ES = max [EF semua pendahulu langsung]. Aturan selesai terdahulu :Waktu selesai terdahulu (EF) dari suatu kegiatan adalah
jumlah dari waktu mulai terdahulu (ES) dan waktu kegiatannya, EF = ES+waktu kegiatan. Forward pass, dimulai dengan kegiatan pertama pada proyek, sedangkan backward pass dimulai dengan kegiatan terakhir dari suatu proyek. Untuk setiap kegiatan kita pertama-tama menentukan nilai EF nya, di ikuti dengan nilai ES nya. Dua aturan berikut digunakan dalam proses ini. Aturan waktu selesai terakhir, aturan ini sekali lagi didasarkan pada kenyataan bahwa sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, seluruh pendahulu langsungnya harus diselesaikan yaitu : 15 | P E R T & L S M
a.
Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi hanya satu kegiatan, LF nya sama dengan LS dari kegiatan yang secara langsung mengikutinya.
b. Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi lebih daru satu kegiatan,
maka LF adalah minimum dari seluruh nilai LS dari kegiatan-kegiatan yang secara langsung mengikutinya, yaitu LF = Min [ LS dari seluruh kegiatan langsung yang mengikutinya] Aturan waktu mulai terakhir.: Waktu mulai terakhir (LS) dari suatu kegiatan adalah perbedan antar waktu selesai terakhir (LF) dan waktu kegiatannya, yaitu LS = LF – waktu kegiatan. Contoh: Hitunglah waktu mulai dan selesai terdahulu, untuk proyek rumah sakit berstandar internasional yang di bangun pemerintah. Dan berikut menunjukan jaringan proyek lengkap untuk proyek rumah sakit tersebut, bersama dengan nilai ES dan EF untuk semua kegiatan.
16 | P E R T & L S M
Hitungan waktu mulai dan selesai terakhir untuk tiap kegiatan pada proyek rumah sakit pemerintah tersebut.
17 | P E R T & L S M
18 | P E R T & L S M
BAB III PEMBAHASAN LSM (Linear Scheduling Method) 3.1 Pengertian LSM/Metode Penjadwalan Linear
Metode penjadwalan linier memberi alternatif cara penjadwalan proyek berulang yang pada umumnya menggunakan metode jaringan. Proyek berulang cukup umum ditemui dalam industri konstruksi. Mereka dibagi menjadi dua kategori (Hegazy dan Wassef, 2001) : proyek yang berulang karena pengulangan seragam dari unit kerja selama proyek berlangsung (seperti beberapa unit rumah yang serupa, segmen-segmen lantai pada bangunan bertingkat) dan proyek yang harus berulang-ulang karena geometris layout (seperti ruas-ruas jalan raya dan proyek pipa). Proyek tersebut biasanya disebut sebagai proyek berulang atau linier (Ammar dan Elbeltagi, 2001). Proyek ini dijadwalkan dengan cara untuk meminimalkan waktu tunggu kru dan memastikan kesinambungan sumber daya (Birrell, 1980; Reda, 1990). Metode penjadwalan linear adalah metode yang efektif untuk proyek yang memiliki karakteristik kegiatan berulang, baik yang bersifat horizontal maupun vertikal. Ada dua jenis umum dalam metode penjadwalan linear, yaitu (Mawdesley et al., 1997) : LoB ( Line of Balance) dan Time Chainage Diagram. 3.2 Line of Balance (LoB)
LoB adalah metode yang menggunakan keseimbangan operasi, yaitu tiap-tiap kegiatan adalah kinerja yang terus menerus. Keuntungan utama dari metodologi LoB adalah menyediakan tingkat produktifitas dan informasi durasi dalam bentuk format grafik yang lebih mudah. Selain itu, plot LoB juga dapat menunjukkan dengan sekilas apa yang salah pada kemajuan kegiatan, dan dapat mendeteksi potensial gangguan yang akan datang. Dengan demikian, LoB mempunyai pemahaman yang lebih baik untuk proyek proyek yang tersusun dari kegiatan berulang daripada teknik penjadwalan yang lain, karena LoB memberikan kemungkinan untuk mengatur tingkat produktifitas kegiatan, mempunyai kehalusan dan efisiensi dalam aliran sumber daya, dan membutuhkan sedikit
19 | P E R T & L S M
waktu dan upaya untuk memproduksinya daripada penjadwalan network (Arditi dan Albulak, 1986). Metode ini cukup efektif untuk digunakan pada proyek bangunan bertingkat dengan keragaman masing-masing tingkat bangunan relative sama. Pada proyek yang cukup besar, metode ini membantu memonitor kemajuan beberapa kegiatan tertentu yang berada dalam suatu penjadwalan keseluruhan proyek. Hal ini dapat dilakukan bila dikombinasikan dengan metode Network , karena metode penjadwalan linear dapat memberikan informasi tentang kemajuan proyek yang tidak dapat ditampilkan oleh metode Network (Husen, 2008 : 137). 3.3 Teknik Perhitungan LoB
Format dasar dari LoB adalah Time diplotkan pada sumbu horizontal dan unit number pada sumbu vertikal (Mawdesley et al., 1997 : 23). Konsep LoB didasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana unit yang banyak harus diselesaikan pada beberapa hari agar program pengiriman unit dapat dicapai (Lumsden, 1968). Karena kecepatan pengiriman m diasumsikan konstan, maka hubungan antara LoB kuantitas q dan waktu t adalah linier. Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 2.22 sebagai garis miri ng.
20 | P E R T & L S M
Terlihat dari gambar 2.22 di atas hubungan antara LoB kuantitas q dan waktu t adalah linier dengan rumus sebagai berikut: q
=
mt
+
c
Di mana : q adalah kuantitas unit pada LoB; t adalah waktu;
m adalah kecepatan pengiriman
c adalah konstanta
Karena nilai c berimpitan dengan sumbu q, maka diperoleh rumus:
q2 = m(t2-t1) + q1, atau
t2 = [(q2-q1) / m] + t1
Dimana :
q1 adalah kuantitas unit ke-1 pada LoB;
t1 adalah waktu untuk unit ke-1
q2 adalah kuantitas unit ke-2 pada LoB;
t2 adalah waktu untuk unit ke-2
Line of balance didefinisikan atas dasar sebagai berikut (Mawdesley, 1997)
Berdasarkan pada tingkat pengiriman atau handover rate
Logika konstruksi dasar dari unit yang berulang digambarkan dalam bentuk sebuah Network yang disebut dengan “ Production Diagram”.
Konstanta dari pada tingkat produksi biasanya menggunakan satuan jumlah unit /unit time. Apabila dibandingkan dengan metode network (misalnya precedence diagram)
LoB terlihat lebih sederhana untuk penjadwalan proyek berulang, seperti bangunan bertingkat (lihat pada Gambar 2.23).
21 | P E R T & L S M
Garis aktifitas pada metode Line of Balance tidak boleh saling berpotongan ( no cross) atau dengan kata lain rangkaian aktivitasnya tidak boleh saling mengganggu atau saling mendahului. Artinya progress atau kemajuan pekerjaan dari aktifitas yang mengikuti ( successor )
tidak
boleh
mendahului
aktifitas
yang
mendahuluinya
( predecessor ). Bila ini sampai terjadi, maka akan terjadi konflik kegiatan atau dapat mengganggu semua jalannya proyek tersebut (Hinze, 2008 : 302).
22 | P E R T & L S M
3.4 Buffer
Buffer adalah penyerapan yang memungkinkan untuk mengatasi gangguan antara tugas-tugas atau lokasi yang berdekatan, buffer merupakan komponen dari hubungan logika antara dua tugas tapi yang dapat menyerap penundaan. Buffer tampak sangat mirip dengan kelambanan (float), yang digunakan untuk melindungi jadwal dan dimaksudkan untuk menyerap variasi kecil dalam produksi (Kenley dan Seppanen, 2009). 3.5 Kelemahan LoB
Kavanagh (1985) menunjukkan bahwa LoB adalah teknik sederhana yang dirancang untuk model sederhana proses produksi berulang dan karenanya tidak siap terhadap berubah-ubahnya lingkungan konstruksi dan kompleksitasnya. Arditi dan Albulak (1986) berkomentar tentang masalah visual dalam penyajian diagram LoB dan merekomendasikan warna grafis untuk membedakan antara kegiatan yang tumpang tindih. Neale dan Neale (1989) menyebutkan bahwa LoB bisa menunjukkan dengan jelas hanya pada jumlah informasi dan tingkat kompleksitas yang terbatas, terutama bila menggunakan teknik ini untuk memantau kemajuan. Al Sarraj (1990) memberi review penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa metode LoB adalah tidak diformalkan dalam bentuk pemakaian secara umum, sehingga yang digunakan pada industri konstruksi sangat terbatas.
23 | P E R T & L S M
3.6 Time Chainage Diagram
Time Chainage Diagram adalah merupakan salah satu metode dari penjadwalan linear. Nama lain dari Time Chainage Diagram adalah Space Time Diagram. Time Chainage Diagram adalah variasi lain dari LoB (Mawdesley et al., 1989). Metode ini juga dikenal sebagai Time Distance Chart yaitu merupakan perluasan sederhana dari metode Bar Chart yang dikenal luas oleh pengguna sistem perencanaan. Pada proyek yang bersifat linear seperti proyek jalan raya dan pipeline, chainage (distance) adalah salah satu parameter yang penting. Sedangkan pada proyek yang besifat repetitive seperti pada proyek perumahan dan gedung bertingkat di mana banyak terdapat sejumlah kegiatan yang sama, maka menjadi sangat beralasan jika jumlah pekerjaan yang berulang (repetition number ) menjadi parameter yang penting juga dalam perencanaan. Jadi di dalam Time Chainage Diagram ada dua parameter penting yaitu distance dan repetition number (Mawdesley et al., 1997 : 22). Sebagai alat komunikasi seperti bar chart , time chainage diagram juga dapat digunakan sebagai alat perencanaan. Misalnya untuk membantu
mencegah
perselisihan/penumpukan
sumber
daya
dengan
cara
mengisolasi/memisahkan wilayah pekerjaan sumber daya selama waktu tertentu (Mawdesley et al., 1997 : 24). 3.7 Format Time Chainage Diagram
Biasanya format dari Time Chainage Diagram adalah sumbu horizontal untuk waktu (Time), sedangkan sumbu vertikal untuk space atau distance (unit number ). Tetapi di dalam prakteknya, banyak perencana yang memilih untuk proyek yang bersifat linear seperti proyek jalan raya dan pipeline, sumbu horizontal digunakan untuk chainage sedangkan sumbu vertikal untuk Time.
24 | P E R T & L S M
Adapun bentuk umum dari Time Chainage Diagram adalah sebagai berikut :
Penggunaan plotting waktu ke bawah dan lima bentuk dasar yang sering digunakan dalam time chainage diagram diperlihatkan pada gambar di atas. Adapun interpretasi dari masing-masing bentuk tersebut adalah sebagai berikut : Garis Horisontal, merupakan perencanaan kegiatan yang terjadi seketika itu atau
yang harus segera selesai secara signifikan selama proyek berlangsung. Misalnya pekerjaan traffic yang biasanya dikerjakan pada hari libur atau tanggal tertentu. Garis Vertikal, merupakan suatu perencanaan kegiatan yang berada pada jarak
tertentu atau menempati jarak yang relatif pendek sepanjang potongan longitudinal proyek. Misalnya pekerjaan jembatan, dan drainage outfall . Garis Miring, digunakan jika suatu pekerjaan linear mempunyai durasi relatif yang
dapat diabaikan, pada lokasi yang khusus, dan dijadwalkan untuk progress selama proyek berlangsung. Seperti pekerjaan drainase dan marka jalan.
25 | P E R T & L S M
Kotak Miring, merupakan suatu jajaran genjang yang digunakan jika suatu
kegiatan menempati jarak yang signifikan dari suatu proyek dan dijadwalkan untuk progress selama proyek berlangsung. Seperti pekerjaan surfacing dan topsoil . Kotak Persegi , digunakan untuk pekerjaan yang menempati jarak yang signifikan
pada suatu proyek, dan mengindikasikan suatu pekerjaan yang mungkin terjadi pada beberapa lokasi sepanjang jarak yang ditentukan serta beberapa waktu pada area pekerjaan. Misalnya pekerjaan tanah. Bentuk-bentuk dasar yang biasa digunakan tersebut adalah suatu bentuk penyederhanaan dari tujuan perencanaan, biasanya berdasarkan atas pertimbangan yangmendekati kenyataan. Adapun pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut (Mawdesley et al., 1997 : 24) :
Progress pekerjaan pada kisaran yang sama di semua lokasi
Adanya sejumlah pekerjaan spesifik yang sama yang dikerjakan pada tiap lokasi
Tipe spesifik dari pekerjaan yang mengambil waktu yang sama pada tiap lokasi
3.8 Kelemahan Time Chainage Diagram
Penggunaan Time Chainage Diagram sebagai alat penjadwalan proyek kurang begitu familiar (Mawdesley et al., 1997 : 23). Keterbatasan penggunaan Time Chainage Diagram sebagai perencanaan dan pengendalian fungsi dikarenakan oleh kesulitan di alam memperbarui data secara manual. Oleh karena itu, komsumsi waktu untuk perubahan akan menjadi lama (Mawdesley et al., 1997 : 25).
26 | P E R T & L S M
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Siklus hidup proyek minimal memiliki empat tahap yang harus dilalui, yaitu inisiasi proyek, perencanaan, pengontrolan dan penutupan. Perencanaan proyek merupakan unsur yang sangat penting dari konsep manajemen proyek karena perencanaan merupakan suatu usaha untuk meletakan dasar dan tujuan serta menyusun langkah-langkah kegiatan untuk melaksanakan proyek. Jaringan PERT dan metode LSM merupakan dua diantara beberapa metode yang digunakan untuk pengendalian proyek Menentukan durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek, Menentukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan, Sebagai alat pengendalian proyek. Saran penjadwalan dan perencanaan proyek harus sangat diperhatikan dan dilakukan sebaik-baiknya karena menentukan keberhasilan suatu proyek. 4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
27 | P E R T & L S M
DAFTAR PUSTAKA https://www.scribd.com/doc/253381610/Makalah-Pert-Dan-CPM eprints.undip.ac.id/38831/1/Tesis.pdf
28 | P E R T & L S M