PERAWATAN MESIN TRIBOLOGI
Disusun oleh : Nama
: Ahmad Hidayat Fannani
NIM
: 13/05123
Kelas
: CM1
Dosen Pembimbing : Ir. Tarmono, MT.
PROGRAM DIPLOMA TEKNIK MESIN SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi karunia-Nyabaik kesehatan maupun kesempatan, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan memenuhi tugas mata kuliah Perawatan Mesin. Makalah ini berisi tentang gesekan, keausan, dan pelumasan. Dengan demikian, penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan tugas makalah ini masih terdapat banyak kerkurangan dalam isi maupun penyusunan, untuk itu masukan berupa kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini. Akhir kata, Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan kontribusi dalam melengkapi bidang ilmu yang diperlukan dalam perawatan mesin.
Yogyakarta, oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
I.
Tribologi Tribol ogi ........................................................................................ .................................. ..................................................................... ...............4
II.
Gesekan ........................................................................................................ ............................................................... ......................................... 5
III.
IV.
i.
Adhesi ........................................................ ................................................................................................. ......................................... 5
ii.
Hambatan gelinding gelindin g .................................................... ............................................................................ ........................ 6
iii.
Efek viskoelastik viskoela stik ................................................. .................................................................................. ................................. 6
iv.
Hambatan hidrodinamis ..................................................................... 6
Keausan ......................................................................................... ................................... ..................................................................... ...............7 i.
Jenis-jenis keausan............................................................................10
ii.
Pengaruh keausan.............................................. keausan............................................................................. ............................... 11
Pelumas ................................................................................................. ............................................ .......................................................... .....12 i.
Macam-macam pelumas .................................................................. 12
ii.
Mekanisme Mekanism e pelumasan pe lumasan ............................................... ..................................................................... ...................... 15
iii.
Klasifikasi minyak pelumas ............................................................... 16
3
TRIBOLOGI Tribologi adalah studi tentang gesekan, keausan, dan pelumasan. Tribology meliputi banyak disiplin ilmu, sperti mekanika benda padat, mekanika fluida, ilmu bahan, dan ilmu kimia. Beberapa spesialis perlu dilibatkan dalam tim perancangan untuk menyelesaikan perancangan bantalan atau pelumasan umum yang kritis. Bagian ini menyajikan beberapa prinsip umum pelumasan ynag dapat berlaku untuk berbagai situasi perancangan bila gerakan relative terjadi antara elemen-elemen mesin yang berpasangan. Tujuannya adalah untuk membantu anda mengenali banyak parameter yang harus dipertimbangkan dalam merancang mesin dan menganalisis kegagalan atau operasi yang kurang memuaskan dari mesin-mesin yang ada. Banyak pembahasan dalam bagian ini akan berkaitan dengan minimalisasi atau pengendalian gesekan yang umunya diterapkan sebagai penghambat terhadap gerakan
sejajardari
permukaan-permukaan
yang
berpasangan.
Pelumasan
digunakan untuk memperkecil gesekan dengan memberikan lapisan bahan yang dengan sendirinya mengurangi gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkan satu komponen relative terhadap komponen pasangan. Beberapa bahan memiliki sifat koefisien gesek yang rendah dan dapat beroperasi secara memuaskan tanpa pelumasan di bagian luar. Jika gerakan relatuf menyebabkan kontak fisik antara permukaan-permukaan dari komponen-komponen yang berpasangan, maka beberapa bahan permukaan dapat terkikis, yang menyebabkan keausan.
GESEKAN Tidak semua gesekan tidak diinginkan. Suatu roda penggerak menggunakan gesekan unutk membuat gaya dorong terhadap lantai, rel, atau jalan. Kopling tidak tetap dan rem menggunakan gesekan untuk menangani mesin, mempercepat, memperlambat, membuatnya berheti, atau menahan pada posisinya. Klem dan kolet menggunakan gesekan untuk menahan komponen yang sedang dikerjakan selama operasi pemesinan. Dalam aplikasi semacam itu, gaya-gaya gesekan yang besar dan konsisten sangat dibutuhkan . Kebanyak apikasi lain yang dimana terjadi kontak geser antara komponenkomponen yang berpasangan membutuhkan gesekan minimumagar dapat memininalkan gaya , torsi, dan gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkan mesin. Dalam bagian ini kita akan membahas aplikasi tersebut.
Fenomena utama yang terlibat dalam terjadinya gesekan adalah : 1. Adhesi 2. Efek-efek elastik seperti hambatan gelinding 3. Efek viskoelastik 4. Hambatan hidrodinamis
i.
Adhesi Adhesi merupakan ikatan antara materi-materi yang berbeda. Kekuatan
adhesi bergantung pada struktur dan sifat kimia dari bahan yang berpasangan. Karakteristik permukaan juga berpengaruh seperti ketinggian puncak dan lembah (tinggi dan rendahnya), kekerasan bahan, yang disebut aperities. Kadang asperities pada komponen-komponen yang berpasangan dipisahkan atau dipecah selama
gerakan relative, sementara untuk kondisi lain, gerakan ditahan ketika asperitiesnya neik ke atas atau dibawah yang lain. ii.
Hambatan gelinding Hambatan gelinding disebabkan
deformasi elastis dari benda yang
bergerak atau permukaan tempat benda bergerak. Geometri dari benda-benda dalam kontak gelinding, besarnya gaya yang digunakan, dan elastisitas bahan-bahan yang bersinggungan semua memainkan peran dalam menentukan besarnya hambatan. iii.
Efek viskoelastik Efek viskoelastik berhubungan dengan gaya-gaya yang disebabkan
deformasi bahan-bahan fleksibel, seperti elastomer, selam kontak. iv.
Hambatan hidrodinamis Hambatan hidrodinamis, yang juga disebut efek viskos (viscous effect),
disebabkan oleh gerakan relative antar molekul pelumas fluida diantara komponenkomponen berpasangan yang bergerak. Ini merupakan bentuk utama dari hambatan dalam bantalan-bantalan berpelumas hidrodinamis lapisan penuh. Semua atau banyak dari bentuk gesekan tersebut ada secara bersamaan dalam banyak mesin praktis.
6
KEAUSAN Keausan merupakan pengikisan bahan permukaan secara bertahap dari permukaan geser. Ini merupakan proses kompleks dengan banyak variable. Satusatunya pengujian dibawah riil dapat memprediksi keausan actual dalam suatu system tertentu. Beberapa keausan yang terjadi antara lain : 1. Bopeng, berlubang-berlubang, lecet-lecet, atau bintil-bintil yang secara khas berasal dari tegangan kontak yang tinggi dan kelelahan bahan permukaan selama kontak gelinding atau geser. 2. Keausan abrasi, kikis mekanis, pemotongan atau goresan seperti kontaminan yang keras dalam antar muka diantara komponen-komponen yang berpasangan. 3. Garutan,
luncuran
berulang
degan
amplitude
sangat
kecil
yang
menghilangkan bahan permukaan. Akumulasi dari serpihan-serpihannya cenderung
mempercepat
prosesnya.
Operasi
berkelanjutan
akan
menghasilkan permukaan yang sama dengan karat dan dapat menyebabkan retak kecil yang akhirnya menyebabkan kegagalan lelah. Ini sering terjadi jika komponen-komponen yang dipasang sangat kencang dikenai beban yang berisolasi atau dikenai getaran. 4. Keausan timpasan yang disebabkan oleh pengikisan bahan yang dikarenakan bahan keras yang memukul suatu permukaan, mungkin terbawa oleh udara atau fluida. Fluida berkecapatan tinggi, seperti pembuangan mesin pencuci bertekanan tinggi, dapat menyebabkan keausan. Sekalipun tidak mungkin menentukan pendekatan-pendekatan spesifik untuk mengurangi keausan, berikut ini adalah hal-hal yang harus dicoba untuk menjamin operasi yang memuaskan :
1. Pertahankan agar kontak gaya tetap rendah antara permukaan-permukaan yang bergeser. 2. Pertahankan temperature rendah pada permukaan-permukaan yang berhubungan. 3. Gunakan permukaan-permukaan permukaan-permukaan kontak yang y ang keras. 4. Haluskan permukaan-permukaan yang berhubungan. 5. Pertahankan pelumasan yang terus-menerus untuk mengurangi gesekan. 6. Pertahankan agar viskositas relative antar permukaan-permukaan tetap rendah. 7. Tentukan bahan-bahan yang memiliki sifat keausan yang baik. Banyak penyalur bahan akan melaporkan sifat-sifat bahan mereka ketika bahan tersebut beroperasi terhadap beban yang sama atau berbeda. Data tersebut yang diperoleh dengan menguji dalam kondisi laboratorium yang dikendalikan dengan seksama. Lazimnya satu bagian dari sepasang bahn digerakkan dengan kecepatan yang diketahui, semisal dengan pemutaran. Bahan yang berpasangan dipertahankan tetap diam dan dengan beban yang diketahui. Pengukuran berat yang seksama dilakuakndengan berat yang orisinil dan ukuran-ukuran contoh dari bahan-bahan yang berpasangan. Setelah waktu operasi yang terukur, contoh tersebut kembali ditimbang dan diukur untuk menetukankan seberapa banyak bahan yang telah terbuang. Hasilnya dilaporkan sebagai keausan yang dihitung dari persamaan berikut :
Dengan
K = factor keausan untuk bahan W = keausan yang diukur sebagai hilangnya berat atau volume
8
F = beban yang berlaku V = kecepatan linier yang relative antara batang-batang yang bergeser T = waktu operasi Membandingkan faktor-faktor dalam memilih K untuk berbagai bahan yang dipertimbangkan dapat membantu perancang dalam memilih bahan. A. Sifat keausan : 1. Keausan normal. 2. Keausan tidak normal (akibat penggantian minyak pelumas yang tidak teratur). B. Keausan tergantung pada : 1. Pembebanan, dimana semakin besar pembebanan semakin tinggi kemungkinan keausan terjadi. 2. Kecepatan, dimana semakin tinggi semakin tinggi kemungkinan keausan terjadi. 3. Jumlah minyak pelumas, dimana semakin banyak jumlah minyak pelumas semakin tinggi kemungkinan keausan terjadi. 4. Jenis miyak pelumas, dimana semakin tinggi viskositasnya semakin rendah kemungkinan keausan terjadi. 5. Temperature, dimana semakin tinggi temperatur semakin tinggi kemungkinan keausan terjadi. 6. Kekerasan permukaan, dimana semakin keras permukaan semakin rendah kemungkinan keausan terjadi. 7. Kehalusan permukaan, dimana semakin halus permukaan
semakin
rendah kemungkinan keausan terjadi. 8. Adanya benda asing, dimana semakin banyak adanya benda asing semakin tinggi kemungkinan keausan terjadi.
9
9. Adanyan bahan kimia, dimana semakin banyak adanya bahan kimia semakin tinggi kemungkinan keausan terjadi. C. Gesekan permukaan dibedakan menjadi : 1. Metal terhadap metal 2. Metal terhadap non-metal 3. Metal terhadap fluida D. Gesekan permukaan juga dapat dibedakan menjadi : 1. Gesekan luncur (sliding) 2. Gesekan menggelinding (rolling)
i. Jenis-jenis keausan A.
Keausan Adhesive Disebabkan adanya gesekan antara permukaan kerja yang telah “terlas”akibat “terlas”akibat
terjadinya panas apabila lapisan minyak pelumas pecah (putus). Lapisan (film) pelumas pecah dikarenakan :
Kenaikan temperature tinggi
Tekanan kerja tinggi
Kecepatan luncur tinggi
Jenis-jenisnya :
B.
Kelupas (galling), misal : pada permukaan roda gigi
Gores (scuffing), misal : pada piston
Luka-luka gores (scoring), misal : pada bantalan luncur
Pelengketan (seizing), misal : antara poros engkol dan bantalan luncur
Keausan Abrasive Disebabkan adanya partikel-partikel asing yang terdapat diantara dan permukaan yang sedang bergesekan. Partikel-partikel ini mula-mula menekan dan masuk kedalam logam kemudian merobek partikel-partikel logam
10
tersebut dalam bentuk goresan-goresan. Partikel-partikel asing tersebut antara lain : serbuk-serbuk logam, debu oksida logam, dan serbuk-serbuk lain. C.
Keausan tegangan kontak Disebabkan adanya tegangan kontak bbidang yang terjadi secara berulang antara dua bidang kerja yang berpasangan, misal pada roda gigi, bantalan dan lain sebagainya. Tegangan kontak dapat menyebabkan keretakan yang memisahlan suatu partikel dari badan utama material mesin tersebeut. Penyebab :
Tegangan bidang kontak yang tinggi secara berulang dan menimbulkan kelelahan
Gerakan luncur dengan kecepatan tinggi disertai gerkan menggelinding
ii. Pengaruh keausan Jika keausan terjadi pada :
Bantalan, akan menimbulkan getaran dengan amplitude dan frekuensi yang berlainan
Alat-alat ukur, akan mengurangi ketelitian
Alat-alat produksi, akan mengurangi kualitas dan kapasitas
Silinder
motor
torak,
akan
mengakibatkan
penurunan
daya
dan
penambahan pemakaian bahan bakar
Plunger (torak pompa) rem, akan terjadi kebocoran sehingga rem tidak bekerja lagi
11
PELUMASAN Kondisi optimum pelumasan diperoleh saat kedua permukaan yang saling bergesekan dipisahkan secara sempurna oleh lapisan selaput (film) minyak yang ketebalannya cukup untuk menghindari terjadinya kontak antar logam dengan logam. Ketebalan minimum lapisan minyak pelumas harus jauh lebih besar dari kekasaran permukaan logam. i.
Macam-macam minyak pelumas A.
Pelumas gemuk Gemuk-grease-vaselin, merupakan minyak pelumas berbentuk padat atau setengah padat tetapi lembut. Terdiri dari minyak mineral tebal ditambah dengan sabun logam. Kadang-kadang minyak mineral ditambah bahanbahan kimia lain agar tidak terjadi pemisahan minyak dengan sabunnya. Bagian yang diberi gemuk biasanya tertutup dan disekat, biasanya tidak perlu lagi diberi gemuk sampai saat turun mesin atau dapat juga diberi lagi secara periodik. Fungsi : 1. Dapat digunakan untuk semua bagian mesin yang bergerak. 2. Bersifat sebagai penyekat untuk menahan masuknya kotoran 3. Manahan kebocoran dan penetesan dari permukaan yang dilumasi 4. Melindungi terhadap terjadinya korosi 5. Memberikan tahanan pada kerja mekanis yang didukung Keuntungan : 1. Lebih praktis dan ekonomis 2. Tidak sering mengganti pelumas 3. Melekat lebih baik pada permukaan logam yang dilumasi 4. Dapat digunakan pada kondisi : a. Temperature tinggi
b. Tekanan tinggi c. Kecepatan rendah d. Operasi periodic e. Mesin yang sudah tua umurnya Kekurangan/kerugian Kekurangan/kerugian : 1.
Bukan pendingin yang baik
2.
Dalam penggantian pelumas gemuk lebih sulit dibersihkan
3.
Harga pergalon lebih mahal dari minyak cair
Macam-macam :
B.
1.
Gemuk sabun kalsium
2.
Gemuk sabun natrium
3.
Gemuk sabun litium
4.
Gemuk sabun campuran
Pelumas cair Dibedakan menjadi dua : 1.
Pelumas konvensional (minyak mineral) Adalah minyak yang berbentuk cairan (liquid) yang terdapat dialam dan merupakan hasil produksi dari proses pengilangan secara normal dari industri perminyakan. Kualitas minyak pelumas dicapai dengan cara permunian dan proses pengolahan ditambah bahan-bahan kimia tertentu yang disebut aditif. Aditif yang ditambahkan kedalam minyak pelumas mempunyai bermacam-macam tujuan dan peranan yang sebagian besar untuk memperbaiki mutu minyak pelumas yang berasal dari alam dan dari proses pengolahan terhadap : a. Untuk kerja (kinerja/performance) mesin dalam kondisi berat b. Temperature operasi yang luas c. Kecepatan luncur yang lebih tinggi
13
Jenis-jenis aditif : a. Deterjen b. Dispersan c. Pelindung korosi d. Pelindung tekanan ekstrim
2.
Minyak pelumas sintesis (tiruan) Adalah minyak pelumas yang tidak terdapat dialam dan bukan merupakan hasil produksi langsung dari proses pengilangan secara normal dari industri perminyakan. Minyak pelumas sintesis adalah hidrokarbon yang telah mengalami proses khusus, yaitu : a. Dibentuk sama dengan minyak pelumas konvensional b. Mempunyai kemampuan melebihi minyak pelumas konvensional c. Dibuat menggunakan fluida-fluida yang sesuai dengan tujuan penggunaannya Bahan-bahan kimia yang ditambahkan antara lain : ester asam, ester fosfat, ester silikat. Keuntungan : a. Mempunyai kualitas lebih baik b. Mempunyai unjuk kerja yang lebih baik c. Mempunyai gesekan lebih kecil d. Mempunyai umur lebih baik yaitu penggantian penggantian minyak pelumas lebih lama Kerugian : a. Harga lebih mahal b. Tidak dapat digunakan untuk semua mesin
14
ii.
Mekanisme pelumasan A.
Pelumasan hidrodinamis Terjadi pada pelumasan bantalan luncur, ialah pelumasan yang tergantung gerak hidrodinamis, merupakan sifat dari aliran viskos. Minyak pelumas melekat baik pada permukaan yang bergerak mupun yang diam dan kemudian dihisap masuk kedalam ruang bebas pada arah putaran disertai tekanan yang cukup besar untuk mengangkat beban. Kedua permukaan dipisahkan oleh lapisan selaput minyak pelumas. Agar permukaan bidangbidang tetap terpisah pada saat diberi beban maka tekanan rata-rata dari lapisan selaput harus lebih besar dari tekanan atmosfir. Kondisi yang diperlukan
untuk
menimbulkan
lapisan
selaput
tipis
yang
dapat
mengangkat beban karena gerak hidrodinamis adalah : 1.
Gerak relative dari permukaan
2.
Lapisan selaput tipis minyak yang menyempit kearah gerakan
Kapasitas angkat beban tergantung :
1.
Viskositas-
2. 3.
Luas permukaan-
4.
Ketebalan lapisan selaput minyak-
Kecepatan gerak-
Ketebalan lapisan minyak pelumas jauh lebih besar dari kekasaran permukaan logam dan aliran pelumas adalah laminer. Ketebalan lapisan berkisar antara : 0,0025 mm - 0,076mm B.
Pelumas non hidrodinamis 1. Pelumasan tipis :
15
Pada beban berat dan kecepatan rendah serta pelumas yang tidak mencukupi menyebabkan kedua permukaan yang bergesekan tidak terpisahkan secara sempurna. Hanya sebagian beban yang diangkat oleh gaya hidrodinamis dan sisanya merupakan kontak dengan logam. Permukaan yang kasar mengganggu kondisi aliran laminer (selpaut tipis) dan mengakibatkan koefisien gesek naik
2.
Pelumasan batas Beban bertambah berat sehingga tekanan kontak cukup tinggi, kecepatan cukup rendah dan pengaruh gaya hidrodinamis diabaikan. Pelumas masih ada tetapi sifat viskositas minyak pelumas tidak efektif dan tidak ada aliran pelumas. Terjadi pelpisan secara kimia pada permukaan logam yang berbentuk selaput pada grafit. Seluruh beban diangkat oleh lapisan yang sangat tipis dan merupakan lapisan multimolekuler. Terjadi kontak logam dengan logam, koefisien gesek naik dan nilainya berkisar antara 0,01-0,1
C.
Pelumasan hidrostatis Lapisan minyak pelumas tidak tergantung gerak hidrodinamis tetapi tergantung tekanan luar dari siset pembagian minyak pelumas.
iii.
Klasifikasi minyak pelumas Catatan : SAE = Society of Automotive engineers ASTM = American Standard of Testing and Material Viskometer = alat untuk mengukur viskositas (kinematis) Higrometer = alat untuk mengukur kelembaban
16
A.
Viskositas Adalah hambatan aliran fluida yang merupakan gesekan antar molekulmolekul cairan satu dengan yang lainnya. l ainnya. Viskositas rendah rendah (kecil) : cairan dapat dapat mengalir dengan mudah mudah Viskositas tinggi (besar) (besar) : cairan cairan sulit mengalir Viskositas sangat bergantung pada temperature : 1.
Temperatur naik, viskositas turun
2.
Temperatur turun, viskositas naik
Semakin tinggi grade viskositas dari mnyak pelumas maka semakin kecil perubahannya terhadap temperatur.
= viskositas absolut (dinamis) = viskositas kinematis = massa jenis Satuan-satuan viskositas :
( )) = Pascal = Centi Stokes = Centi Poise = Mili Pascal 17
B.
Indeks Viskositas Disingkat IV : adalah angka empiris (berdasarkan penelitian) yang menyatakan kepekaan suatu minyak pelumas terhadap temperatur. Jika IV bertambah besar, maka perubahan viskositas terhadap perubahan temperatur semakin kecil. Besar IV antara 0-100 (tanpa satuan) SAE 10 : minyak pelumas dengan IV = 10 SAE 40 : minyak pelumas dengan IV = 40 IV 10, tidak berarti viskositasnya 10 IV 40, tidak berarti viskositasnya 40 IV merupakan tingkatan (grade) viskositas
C.
Sistem klasifikasi minyak pelumas 1.
Klasifikasi SAE J 300d Khusus minyak pelumas mesin, disebut meinyak pelumas karter a.
Tingkat viskositas diberi tanda W Untuk spesifikasi kondisi temperature lingkungan rendah yaitu daerah beriklim sedang terutama pada saat musim dingin Viskositas kinematis diukur pada temperature -18°C dengan CCS (Cold Cranking Simulator), contoh = SAE 10 W
b.
Tingkat viskositas tanpa tanda W Untuk temperature lingkungan normal. Viskositas kinematis diukur pada temperature 100°C, Contoh = SAE 10
c.
Minyak pelumas multigrade Untuk kondisi musim dingin maupun musim panas,
18
Contoh = SAE 10 W – 40, artinya batas pengukuran viskositas -18°C untuk SAE 10 W dan 100°C untuk SAE 40 Minyak pelumas multigrade sulit ditemukan di Indonesia. Indonesia adalah Negara tropis maka tidak memerlukan minyak pelumas dengan tanda W, minyak pelumas multigrade dapat diganti dengan minyak pelumas single grade untuk operasi pada temperature normal. Misalnya SAE 20 W – 40 dapat diganti dengan SAE 30 atau SAE 40 2.
Klasifikasi SAE J 306C Minyak pelumas transmisi manual dan axel, disebut minyak pelumas roda gigi. Minyak pelumas dengan tanda W, viskositas maksimum ditentukan 150.000 CP dan temperature maksimum tertentu untuk setiap tingkat viskositas. Untuk temperature tinggi viskositas diukur pada 100°C dengan metode ASTM D445 dan dinyatakan dalam CSt. Tidak ada hubungan antara tingkat viskositas minyak pelumas karter SAE J 300d dengan minyak pelumas roda gigi SAE J 306C meskipun kelihatan sama dalam sistim penomoran. Contoh :
Minyak pelumas karter SAE 50 tidak sama dengan minyak pelumas roda gigi SAE 50, tetapi minyak pelumas karter SAE 50 sesuai/sama dengan minyak pelumas roda gigi SAE 90.
Minyak pelumas karter SAE 40 merupakan bagian bagian dari minyak pelumas roda gigi SAE 90.
3. Klasifikasi ASTM D 2422-75 Viskositas ditentukan antara 2-1500 CSt dengan pengukuran pada 40°C. ada 18 tingkat viskositas menurut ASTM D 2422. Tingkat viskositas
19
dengan
identifikasi
ISO
VG
(International
Organization
for
Standardization viscosity Grade) Contoh : ISO VG 10 : artinya viskositas normal 10 CSt pada temperature 40°C ISO VG 100 : viskositas nominal 100 CSt pada temperature 40°C
ISO terdiri dari Negara-negara dengan organisasi standard : British standard BS 4231 German Engineering Standard DIN 51519 American National Standard Z 11.232
20
PENUTUP Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritikdan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalh ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca
yang
budiman
pada
umunya
DAFTAR PUSTAKA 1. Suparlan, suwandi. (1999), Perawatan Mesin, Catatan Kuliah, Bandung, Teknik mesin ITB 2. Anton, L Wartawan (1983), Minyak Pelumas, Pengetahuan Dasar dan Cara Penggunaan, Jakarta, Gramedia Jakarta
3. Subiyono (-), Managemen Perawatan Mesin, Konsep umum perawatan , Bandung, Polman Bandung 4. Malau, Victor (2009), Preventive Maintenance and Predictive maintenance, Yogyakarta, FTMI FT UGM