HUBUNGAN KECERDASAN BERBAHASA DENGAN BIDANG STUDI KEFARMASIAN
Oleh : Geris Novita sari
(13.020)
Himawan Wiji Jatmiko (13.021) Ika Novianti
(13.023)
Iknewati Mega R
(13.024)
Ilvi Lailatul Fitria
(13.025)
AKAFARMA AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG Jl. Barito No.5 Malang
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat suatu bangsa, bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat sebagai alat untuk berinteraksi satu sama lain. Adapun bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia juga memiliki kedudukan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia adalah alat pemersatu bangsa Indonesia yang memiliki banyak perbedaan, baik dari segi suku, agama, ras, adat istiadat dan budaya yang masing-masing memiliki bahasa daerah tersendiri. Oleh karena itu, keberadaan bahasa Indonesia sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia itu sendiri, dalam berbagai keadaan dan bidang. Salah satunya yaitu dalam bidang kesehatan, dalam hal ini yang akan menjadi pokok bahasan adalah bidang kefarmasian. Bahasa Indonesia merupakan penunjang aktivitas masyarakat dalam kehidupan seharihari. Dalam lingkungan medis farmasi, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi dalam suatu pelayanan kesehatan dan kemasyarakatan.
1.2
Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana peranan bahasa Indonesia dalam dunia medis?
1.3Tujuan
-
Tujuan Pembahasan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan: Bahasa Indonesia sebagai media Komunikasi Pengertian Bahasa Untuk mengetahui kegunaan berbahasa dalam dunia kefarmasian Untuk melakukan suatu komunikasi secara lesan maupun tertulis. Untuk membuat sebuah makalah/laporan dengan tata bahasa yang benar. Untuk melakukan sebuah presentasi dengan baik dan lancar. Mempermudah dalam melakukan sebuah forum diskusi.
4.1 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi penulis Diharapkan dapat menambah wawasan penulis terkait disiplin ilmu yang dimiliki makalah ini. 2. Bagi Pemerintah dan Instansi Terkait Makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu opini atau masukan dan sebagai bahan pertimbangan yang bersifat evaluatif. 3. Bagi Masyarakat Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan sebagai wahana sosialisasi terkait dengan peranan bahasa Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
3.1
Pengertian dan Fungsi Bahasa Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Dalam hal ini, arbitrer memiliki pengertian bahwa manusia mempergunakan bunyi-bunyi tertentu dan disusun dengan cara tertentu pula adalah secara kebetulan saja. Orang-orang menggunakan satu kata untuk melambangkan satu benda, misalnya kata kuda ditujukan hanyalah untuk binatang berkaki empat tertentu karena orang lain berbuat demikian. Demikian pula kalimat berbeda dari satu bahasa kebahasa lainnya. Dalam bahasa latin kata kerja cenderung menempati posisi akhir. Dalam bahasa Perancis kata sifat diletakkan setelah kata benda seperti halnya bahasa Indonesia. Ini semuanya adalah secara kebetulan saja. Hasan Alwi (2000: 61) memberikan pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal dan arti atau makna. Bahasa sebagai bunyi vokal berarti sesuatu yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berupa bunyi yang merupakan getaran yang merangsang alat pendengar. Sedangkan bahasa sebagai arti atau makna berarti isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan orang lain. Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kegunaan bahasa sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan bermasyarakat, tanpa bahasa mungkin dunia ini tidak akan seperti sekarang ini dan karena manusia tidak bisa melakukan apa-apa tanpa bahasa. Untuk berkomunikasi dengan seseorang kita pasti menggunakan bahasa, contoh seorang dosen yang menyampaikan materi kuliah, seorang guru yang menyampaikan pelajaran, seorang pedagang yang menawarkan dagangannya, seorang atasan yang memberikan perintah kepada bawahannya, dan banyak lagi contoh lainnya, dan pasti itu semua menggunakan bahasa dalam melakukan aktivitasnya. Betapa pentingnya bahasa bagi manusia kiranya tidak perlu diragukan lagi. Hal itu tidak saja dapat dibuktikan dengan menunjuk pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dapat juga dibuktikan dengan menunjuk banyaknya perhatian para ilmuwan dan praktisi terhadap bahasa. Bahasa sebagai objek ilmu tidak dimonopoli oleh para ahli bahasa.
Para ilmuwan dalam bidang lain pun menjadikan bahasa sebagai alat bantu untuk mengkomunikasikan berbagai hal. Politisi mempelajari bahasa agar dapat menemukan ciri kata atau kalimat dan gaya bahasa yang dapat menyentuh hati nurani orang-orang di sekitarnya sehingga dapat mempengaruhi mereka. Para ahli ilmu jiwa (psikolog dan psikiater) mempelajari bahasa agar dapat menemukan kata-kata atau kalimat yang dapat berperan dalam proses penyembuhan pasiennya. Dengan anggapan bahwa speech therapy mempunyai daya sugestif terhadap hilangnya penyakit. Dokter-dokterpun perlu mempelajari bahasa. Untuk mendekatkan diri dengan masyarakat ditempatnya bertugas, para pamong, para peneliti, para penyuluh sering mempelajari bahasa daerah setempat untuk memudahkan mereka berinteraksi sosial demi kelancaran tugasnya. Bahasa juga dipelajari oleh wartawan, seniman, usahawan, relawan medis dan oleh orang-orang dari beraneka profesi untuk mengungkapkan pikiran, pandangan, perasaan, dan berbagai maksud lainnya. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memang memakai dua cara berkomunikasi, yaitu secara verbal dan nonverbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan dengan menggunakan alat/media massa (lisan dan tulisan), sedangkan berkomunikasi secara nonverbal yang wujudnya berupa aneka simbol, isyarat, kode dan bunyi, misalnya tanda lalu lintas, morse, lambaian tangan, sirine, kentongan, atau terompet, dimana bahasa tersebut dapat dipahami maknanya setelah diterjemahkan kedalam bahasa manusia. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang terpenting bagi manusia. Dalam literatur bahasa, para ahli umumnya merumuskan fungsi bahasa bagi setiap orang ada empat, yaitu 1.
Sebagai alat berkomunikasi;
2.
Sebagai alat mengekspresikan diri;
3.
Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial;
4.
Sebagai alat kontrol sosial. Kalau kita cermati, sebenarnya ada satu lagi fungsi bahasa yang selama ini kurang disadari oleh sebagian anggota masyarakat, yaitu sebagai alat untuk berpikir. Seperti kita ketahui, ilmu tentang cara berpikir adalah logika. Dalam proses berpikir, bahasa selalu hadir bersama logika untuk merumuskan konsep, proposisi, dan simpulan. Segala kegiatan yang
menyangkut penghitungan atau kalkulasi, pembahasan atau analisis, bahkan berangan-angan atau berkhayal, hanya dimungkinkan berlangsung melalui proses berpikir disertai alatnya yang tidak lain adalah bahasa. Sejalan dengan uraian di atas dapat diformulasikan bahwa makin tinggi kemampuan berbahasa seseorang, makin tinggi pula kemampuan berpikirnya. Makin teratur bahasa seseorang, maka makin teratur pula cara berpikirnya. Dengan berpegangan pada formula itulah, dapat dikatakan bahwa seseorang tidak mungkin menjadi intelektual tanpa menguasai bahasa. Seorang intelektual pasti berpikir, dan proses berpikir pasti memerlukan bahasa. 3.2
Peran Bahasa Indonesia dalam Medis ke-Farmasian Farmasi (bahasa Inggris: pharmacy, bahasa Yunani: pharmacon, yang berarti: obat) merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasimodern yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien (patient care) di antaranya layanan klinik, evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat. Kata farmasi berasal dari kata farma (pharma). Farma merupakan istilah yang dipakai pada tahun 1400 - 1600an. Institusi farmasi Eropa pertama kali berdiri di Trier, Jerman, pada tahun 1241 dan tetap eksis sampai dengan sekarang. Farmasis (apoteker) merupakan gelar profesional dengan keahlian di bidang farmasi. Farmasis biasa bertugas di institusi-institusi baik pemerintahan maupun swasta seperti badan pengawas obat/makanan, rumah sakit, industri farmasi, industri obat tradisional, apotek, dan di berbagai sarana kesehatan.
3.3
Ruang Lingkup Farmasi 3.3.1.
Farmasi Komunitas
Apotek menjadi tempat yang paling banyak digunakan farmasis profesional untuk menerapkan ilmunya. Namun sekarang sebagian farmasis mulai beralih ke perusahaanperusahaan keperluan rumah tangga seperti kosmetik, sampo, makanan, dll. 3.3.2.
Hospital Phrmacy Berbeda dengan farmasi komunitas yang lebih mengarah kepada bisnis dan
hubungan dengan pasien, farmasis yang nekerja dirumah sakit bertanggung jawab atas medikasi klinik terhadap pasien. Karena pengobatan yang dilakukan di rumah sakit cenderung kompleks, sebelum mulai bekerja, farmasis biasanya diwajibkan untuk mengikuti pelajaran tambahan dan program training setelah lulus. 3.3.3.
Farmasi Klinik Farmasi klinik melayani perawatan pasien secara langsung untuk
mengoptimalkan medikasi dan mengajarkan atau memberikan pengetahuan tentang kesehatan dan pencegahan penyakit terhadap masyatakat.
3.3.4.
Pembentukan Sediaan Farmasi Pembentukan ulang sediaan merupakan praktek dari penyiapan sediaan dalam
wujud baru. seperti, pabrik obat yang menyediakan sediaan dalam bentuk tablet akan diubah oleh farmasis menjadi lolipop yang mengandung obat tersebut. sehingga ketika seseorang memakan lolipop tesebut, kandungan obat juga masuk ke dalam tubuhnya. 3.3.5.
Konsultan Farmasi Konsultan farmasi, pada prakteknya, lebih fokus dalam pemerikasaan sediaan
obat. mereka biasanya bekerja di rumah rawat, namun sekarang juga banyak ditemukan di berbagai institusi. biasanya mereka juga bekerja secara independen.
3.3.6.
Veterinary Pharmacy
Veterinary pharmacies terkadang disebut animal pharmacies / farmasis hewan. sediaan veterinary pharmacies memiliki variasi dan kekuatan obat yang berbeda dengan obat pada umumnya, yaitu sebagai sediaan farmaseutika hewan. veterinary pharmacy seringkali dibedakan dari farmasi pda umumnya. 3.3.7.
Farmasi Nuklir Nuclear pharmacy memfokuskan pada persiapan bahan radioaktif untuk keperluan
diagnosis dan untuk pengobatan jenis penyakit tertentu. Farmasis nuklir harus mengikuti training tambahan sebelum elakukan praktek dan farmasis nuklir juga tidak boleh berinteraksi dengan pasien secara langsung. Dalam aspek medis ke-farmasian, bahasa Indonesia juga memiliki peranan yang sangat vital dalam rangka menyelesaikan persoalan-persoalan sosial masyarakat terkait bidang medis ke-farmasian ini. dalam pemberian pelayanan kesehatan, seorang farmasis membutuhkan sarana sebagai alat komunikasi. Misalnya, antara seorang apoteker dengan pasien di apotik maupun pada saat memberikan pelayanan kesehatan lainnya.
BAB III
PENUTUP 3.1
Kesimpulan Bahasa merupakan alat komunikasi yang memiliki peranan yang sangat vital dalam kehidupan suatu masyarakat. Dengan adanya bahasa, manusia mampu melakukan interaksi sosial dan melakukan aktivitas kehidupan dalam lingkungan masyarakatnya. Sebagai alat penunjang kehidupan manusia, bahasa memiliki banyak fungsi, yaitu bahasa sebagai alat komunikasi, sebagai alat mengekspresikan diri, sebagai alat berintegrasi atau beradaptasi sosial, sebagai alat kontrol sosial, dan juga sebagai alat untuk berfikir. Sedangkan, farmasis adalah suatu keahlian dalam ilmu peracikan obat. Namun, ruang lingkup kefarmasian sendiri luas. Seperti pelayanan kemasyarakatan, pengawasan obat dan makanan. Oleh karenanya, dibutuhkan suatu alat sebagai sarana komunikasi untuk menghubungkan antara seorang farmasis dengan lingkungan sekitarnya, yang disebut sebagai bahasa.
3.2
Saran Makalah ini masih jauh dari unsur ke-sempurnaan. Oleh karenanya, penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca, untuk melengkapi kekurangan dalam makalah apapun. Baik dalam bentuk kata maupun susunan kalimatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan.2000. Bahasa Indonesia, Pemakai dan Pemakaiannya. ITB : Jakarta Dardjowidjodjo, Soenjono. 1996. Bahasa Nasional Kita. ITB : Bandung Ildep, Seri. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta Sakri, Adjat. 1988. Ilmuwan dan Bahasa Indonesia. ITB : Bandung Adynesia. 2013. Budaya Indonesia (online) http://adynesia.blogspot.com/budaya-Indonesia/ diakses tanggal 20 April 2013 Angel. 2009. Peran dan fungsi bahasa Indonesia (online) http://angel.ngeblogs.com/2009/11/01/peran-dan-fungsi-bahasa-indonesia/ diakses tanggal 20 April 2013 Yani. 2012. Ruang lingkup farmasi (online) http://yanikbhexa.wordpress.com/2012/08/02/ruanglingkup-farmasi/diakses tanggal 20 April 2013