7
BAB II TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA
si cuma annuum L.) 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar (C apsicum Tanaman cabai merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dengan batang berkayu dan bercabang banyak. Tinggi tanaman cabai bisa mencapai 120 cm dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm (Cahyono, 2003). Daun cabai pada umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya. Daun Daun cabai cabai yang yang dito ditopan pang g oleh oleh tangk tangkai ai daun daun memp mempun uny yai pertu pertula lang ngan an daun daun menyi menyirip rip.. Bentuk Bentuk daun daun umumny umumnyaa bulat bulat telur, telur, lonjon lonjong, g, dan oval oval dengan dengan ujung ujung merunc meruncing ing,, tergant tergantung ung pada pada jenis jenis dan varieta varietasny snya. a. Foto Foto tanaman tanaman cabai cabai besar besar (Capsicum annuum L.) annuum L.) disajikan disajikan pada Gambar Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Tanaman Tanaman cabai besar (Capsicum annuum L.) annuum L.) (Sumber : Koleksi pribadi, 2013)
8
Menu Menuru rutt Tjitr Tjitros osoe oepo pomo mo (201 (2010) 0) cabai cabai besar besar terma termasu suk k dala dalam m
Famil Familii
Solanaceae, dengan klasifikasi sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Sub Sub Clas Classs
: Aster sterid idae ae
Ordo
: Solanales
Family
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Species
: Capsicum annuum L.
Selain Selain sebaga sebagaii penye penyedap dap makana makanan, n, cabai cabai juga juga banyak banyak diguna digunakan kan untuk untuk terapi kesehatan. Berbagai hasil penelitian membuktikan bahwa buah cabai dapat membantu membantu menyembu menyembuhkan hkan kejang otot, rematik, rematik, sakit tenggorokan tenggorokan,, dan alergi. alergi. Cabai juga dapat membantu melancarkan sirkulasi darah dalam jantung. Selain itu, itu, caba cabaii dapa dapatt digun digunak akan an untu untuk k meri mering ngan anka kan n rasa rasa pega pegall dan dan ding dingin in akib akibat at rematik dan encok karena bersifat analgesik. Khasiat cabai yang begitu banyak diseba disebabka bkan n oleh oleh adanya adanya senyawa senyawa kapsaik kapsaikin in (C18H27 NO3) yang terka terkand ndun ung g di dalam buah cabai. Kapsaikin merupakan unsur aktif yang berkhasiat obat terdiri dari lima komponen kapsaikinoid, yaitu nordihidro kapsaikin, kapsaikin, dihidro kapsaikin, homo kapsaikin, dan homo dihidro kapsaikin (Cahyono, 2003). Produk Produksi si cabai cabai di Indon Indonesia esia belum belum dapat dapat memenuh memenuhii kebutu kebutuhan han cabai cabai nasional sehingga pemerintah harus mengimpor cabai yang mencapai lebih dari 16.0 16.000 00 ton ton per per tahun tahun (DJBP (DJBPH, H, 2013 2013). ). Rata Rataan an prod produk uksi si caba cabaii nasio nasional nal baru baru menc mencap apai ai 6,19 6,19 ton/ ton/ha ha,, seme sement ntar araa pote potens nsii prod produk uksi si caba cabaii dapa dapatt menc mencap apai ai 10
9
ton/ha ton/ha.. Kendala Kendala biolog biologis is yang yang diakib diakibatka atkan n oleh serang serangan an patogen patogen pada pada cabai cabai masih merupakan merupakan penyebab penyebab utama kegagalan kegagalan panen, maka usaha untuk untuk mengatasi mengatasi penyakit pada tanaman cabai akibat hama dan penyakit sangat perlu mendapat perhatian (Suryaningsih (Sur yaningsih et et al .,1996). .,1996). Cabai ditanam secara luas di Bali untuk memenuhi kebutuhan lokal dan nasi nasion onal al.. Kult Kultiv ivar ar caba cabaii yang ang bany banyak ak dita ditana nam m di Bali Bali adal adalah ah caba cabaii besa besar r (Capsicum annum L ) dan cabai rawit (Capsicum (Capsicum frutescens L). Sebagian besar caba cabaii ditan ditanam am pada pada lahan lahan tanpa tanpa iriga irigasi si sehing sehingga ga menye menyeba babk bkan an penur penurun unan an produksi selama musim kemarau mencapai 50%. Selain akibat penanaman tanpa irigasi irigasi penuru penurunan nan produk produksi si lebih lebih banya banyak k diseba disebabka bkan n oleh oleh penyaki penyakit, t, terutama terutama penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur jamur Colletotrichum spp. (Duriat, (Duriat, 1990; Sulandari, 2004).
2.2 Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai Besar
Sala Salah h satu satu jenis jenis peny penyaki akitt pada pada tanam tanaman an caba cabaii besa besarr adala adalah h peny penyakit akit antrak antraknos nosaa yang yang disebab disebabkan kan oleh oleh jamur jamur Colletotrichum spp. spp. Adanya Adanya serangan serangan jamur jamur Colletotrichum spp. spp. pada pada tanama tanaman n cabai cabai besar besar mempunya mempunyaii arti ekonomi ekonomi yang ang sang sangat at pent pentin ing, g, kare karena na dapa dapatt menu menuru runk nkan an hasi hasill prod produk uksi si caba cabaii dan dan merugikan para petani sampai 50% (Semangun, 2007). Menurut Suhardi (1989) penyakit antraknosa di Kabupaten Demak menyebabkan kerugian sebesar 5065%. 65%. Peny Penyak akit it antr antrak akno nosa sa terse tersebar bar luas luas di Jawa, Jawa, Madu Madura ra,, Bali Bali dan dan Lomb Lombok ok (Duriat, 1990).
10
2.2.1 Penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar Penya Penyakit kit antrak antraknos nosaa pada pada tanama tanaman n cabai cabai besar besar diseba disebabka bkan n oleh oleh jamur jamur Colletotrichum spp. spp. Hann Hannde den n and and Blac Black k (198 (1989) 9) meny menyeb ebut utka kan n jeni jeniss jamu jamur r Colletotrichum yang umum menyebabkan penyakit antraknosa pada buah cabai terdiri atas empat spesies yaitu : C. : C. gloeosporioides, gloeosporioides , C. capsici, capsici , C. acutatum, acutatum , dan C. coccodes. coccodes. Menurut Kim et al . (1999) penyakit antraknosa pada tanaman cabai dise diseba babk bkan an oleh oleh jamur jamur Colletotrichum ter terdiri iri atas lima ima spe spesie sies yaitu aitu : C. gloeosporio gloeosporioides ides,, C. capsici capsici,, C. acutatu acutatum m, C. demati dematium um,, dan C. coccode coccodess. Menurut Menurut hasil penelitian Sudiarta dan Sumiartha Sumiartha (2012) penyakit antraknosa pada tana tanama man n caba cabaii di Bali Bali keba kebany nyak akan an dise diseba babk bkan an oleh oleh jamu jamur r Colletotrichum acutatum. acutatum. Menurut Alexopoulos et al . (1996) jamur Genus Colletotrichum termasuk Colletotrichum termasuk dalam Family Melanconiaceae, Class Deuteromycetes dengan klasifikasi sebagai berikut : Kingdom
: Fungi
Phylum
: Deuteromyc mycota
Class
: Deuteromycetes
Subc Subcla lass ss
: Coel Coelo omyce myceti tida daee
Ordo
: Melanconiales
Family
: Melanconiaceae
Genus
: Colletotrichum
Species
: Colletotrichum spp. Colletotrichum spp.
11
Jamur Jamur Colletotrichum spp. merupakan jamur parasit fakultatif dari Ordo Melanconiales dengan ciri-ciri konidia (spora) tersusun dalam aservulus (struktur asek aseksu sual al pada pada jamur jamur paras parasit, it, Gamb Gambar ar 2.2) 2.2).. Jamur Jamur dari dari Genu Genuss Colletotrichum termasuk dalam Class Deuteromycetes yang merupakan bentuk anamorfik (bentuk aseksual), dan pada saat jamur tersebut dalam telemorfik (bentuk seksual) masuk dalam Class Ascomycetes yang dikenal dengan jamur dalam Genus Glomerella (Alexopoulos et (Alexopoulos et al ., ., 1996). Struktur aservulus jamur Colletotrichum jamur Colletotrichum spp. spp. disajikan pada Gambar 2.2.
A B
C Gambar 2.2 Struktur aservulus jamur Colletotrichum spp. Colletotrichum spp. (A = setae, B = konidia, C = konidiofor) (Sumber : Barnett and Hunter, 1998) CiriCiri-ci ciri ri umum umum jamu jamurr dari dari Genu Genuss Colletotrichum yaitu yaitu memilik memilikii hifa hifa bersekat dan menghasilkan konidia yang transparan dan memanjang dengan ujung membul membulat at atau meruncin meruncing g panjan panjangny gnyaa antara antara 10-16 10-16 µm dan lebarn lebarnya ya 5-7 µm. Massa Massa dari dari konidia konidia berwarn berwarnaa hitam hitam dan hifany hifanyaa berwarn berwarnaa abu-ab abu-abu u (Dickma (Dickman, n, 1993). Jamur Colletotrichum Colletotrichum gloeosporioides mempunyai gloeosporioides mempunyai bentuk spora silendris, ujung spora tumpul, ukuran spora 16,1 x 5,6
m
dengan kecepatan tumbuh 12,5
12
mm per hari. Jamur Colletotrichum Jamur Colletotrichum acutatum mempunyai bentuk spora silendris, ujung spora meruncing, ukuran spora 16,1 x 5,3
m
dengan kecepatan tumbuh 6,8
mm per hari. Jamur Colletotrichum coccodes mempunyai bentuk spora silendris, ujung spora runcing, ukuran spora 14,9 x 4,2
m
dengan kecepatan tumbuh 8,4
mm per hari. Sedangkan jamur jamur Colletotrichum capsici mempunyai bentuk spora sepert sepertii bulan bulan sabit, sabit, ujung ujung spora spora runcing runcing,, ukuran ukuran spora spora 24,3 24,3 x 4,4
m
dengan dengan
kecepatan tumbuh 9,8 mm per hari (AVRDC, 2010). Bentuk spora beberapa jenis jamur Colletorichum spp. Colletorichum spp. tersaji dalam Gambar 2.3.
C. gloeosporioides
C. acutatum
C. cocodes
C. capsici
Gambar 2.3 Bentuk Bentuk spora beberapa beberapa jenis jamur Colletotrichum spp. Colletotrichum spp. (Sumber : AVRDC, 2010) 2.2.2 Gejala penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar Jamur Colletotrichum Jamur Colletotrichum dapat menginfeksi cabang, ranting, daun dan buah cabai. Infeksi pada buah cabai besar terjadi biasanya pada buah menjelang tua dan sesudah tua. Gejala diawali dengan adanya bintik-bintik kecil berwarna kehitamhitama hitaman n dan sedikit sedikit melekuk melekuk pada permuk permukaan aan buah. buah. Gejala Gejala lebih lebih lanjut lanjut buah buah
13
mengke mengkerut rut,, kering kering,, membus membusuk uk dan jatuh jatuh (Rusli (Rusli dan Zulpa Zulpadli dli,,
1997). 1997). Bercak Bercak
berbentuk bundar atau cekung dan berkembang pada buah yang belum dewasa/matang dari berbagai ukuran. Biasanya bentuk bercak beragam pada satu buah cabai dan ketika penyakit semakin parah, bercak akan bersatu. Gejala pada buah cabai yang sudah menua tampak seperti pada Gambar 2.4. Spora terbentuk dan memencar secara cepat pada buah cabai, sehingga sehingga mengakibatkan mengakibatkan kehilangan kehilangan hasil hasil sampai sampai 100%. 100%. Penyak Penyakit it dapat dapat mengin menginfek feksi si sampai sampai ke tangka tangkaii buah buah cabai cabai dan menimbulkan bercak seperti bintik yang tidak beraturan berwarna merah tua (Damm et (Damm et al ., ., 2010).
A Gambar 2.4 Buah cabai besar terserang penyakit penyakit antraknosa dengan gejala berat (A) (Sumber : Koleksi pribadi, 2013) Menurut Menurut Kim et al . (1984) (1984) gejala gejala penya penyakit kit antrakn antraknosa osa pada pada buah buah cabai cabai besar
dimulai dengan kulit buah akan tampak mengkilap, diikuti dengan
pelunakan jaringan, kemudian permukaan buah akan menjadi cekung dan berwarna kecoklatan, sehingga terlihat adanya seperti luka atau lebih dikenal dengan sebutan lesio. Lesio muncul sedikit demi sedikit kemudian pada akhirnya
14
dapat dapat menutu menutupi pi sebagi sebagian an besar besar permuk permukaan aan buah. buah. Permuk Permukaan aan buah buah cabai cabai yang yang tersera terserang ng penyakit penyakit antrakn antraknosa osa akan akan berair berair dan aservul aservulus us jamur jamur Colletotrichum spp. spp. terliha terlihatt sepert sepertii bercak bercak kehitam kehitaman an yang yang kemudi kemudian an meluas meluas dan membus membusuk. uk. Pada Pada buah buah cabai cabai denga dengan n gejala gejala penyakit penyakit antrak antraknos nosaa berat berat buah buah menger mengering ing dan keriput, sehingga buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami.
2.2.3 2.2.3 Mekanisme terjadinya terjadinya penyakit penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar Gejala serangan jamur Colletotrichum spp. Colletotrichum spp. penyebab penyakit antraknosa pada buah cabai besar secara umum hampir sama dengan gejala serangan jamur patogen lainnya. Gejala serangan jamur jamur Colletotrichum spp. spp. diawal diawalii dengan dengan adanya inokulasi jamur jamur Colletotrichum spp. pada buah cabai, kemudian diikuti dengan dengan proses penetrasi, penetrasi, infeksi, kolonisasi, kolonisasi, dan diseminasi. diseminasi. Inokulasi Inokulasi merupakan proses deposisi atau kontaknya inokulum (spora) pada permukaan jaringan inang. Proses penetrasi yaitu proses masuknya organisme patogen ke dalam tubuh inang. Kemudian Kemudian setelah organisme organisme patogen patogen tersebut masuk ke dalam tubuh inang, maka akan terjadi proses perkecambahan spora (Sinaga, 2006). Proses perkecambahan perkecambahan spora pada tubuh inang dapat digambarkan digambarkan sebagai sebagai berikut : pada mulanya spora patogen membentuk tabung kecambah ( erm tube). tube). Bagian spora yang memproduksi erm tube bertambah panjang dan menembus dinding sel inang. Kemudian
erm tube tube akan termodifikasi menjadi apresorium
yang berf berfun ungs gsii untu untuk k mele meleka katt deng dengan an kuat kuat pada pada perm permuk ukaan aan jarin jaringa gan n inan inang g (Yudia (Yudiarti, rti, 2007). 2007). Proses Proses infeks infeksii terjadi terjadi setelah setelah proses proses penetra penetrasi si yaitu yaitu patoge patogen n suda sudah h berad beradaa pada pada jaring jaringan an inang inang dan dan memp mempro role leh h maka makana nan n dari dari inan inangn gny ya.
15
Kolonisasi merupakan proses kelanjutan dari infeksi yaitu patogen melanjutkan pertumbuhan dan perluasan aktivitas patogen melalui jaringan inang. Proses kolonisasi kolonisasi tersebut akan merusak merusak seluruh seluruh jaringan jaringan pada tubuh inang (Wharton dan Uribeondo, 2004). Periode inkubasi merupakan waktu yang dibutuhkan patogen sejak mulai inokulasi sampai timbul gejala penyakit. Bila gejala penyakit telah timb timbul ul bera berart rtii pato patoge gen n tela telah h mela melaku kuka kan n
repr reprod oduk uksi si inok inokul ulum um seku sekund nder er..
Sedangkan proses diseminasi merupakan proses penyebaran inokulum sekunder yang diha dihasil silka kan n oleh oleh patog patogen en melal melalui ui agen agen peny penyeb ebar ar seper seperti ti angi angin, n, air air dan dan serangga (Sinaga, 2006). Terd Terdap apat at tiga tiga jala jalan n atau atau cara cara yang ang dig digunak unakan an oleh oleh pato patoge gen n dala dalam m melakukan penetrasi yaitu, luka, lubang alami, dan penetrasi langsung. Luka yang ada pada tanaman dapat disebabkan oleh manusia, faktor fisik seperti angin, air hujan, hujan, atau serangan dari hama. Lubang alami yang biasa digunakan digunakan oleh patogen untuk masuk ke dalam tubuh tanaman inang antara lain, stomata, hidatoda dan lenti sel. Sedangkan untuk cara penetrasi langsung, dibutuhkan usaha dari patogen antar antaraa lain lain deng dengan an mempr memprod oduk uksi si zat kimia kimia beru berupa pa enzim enzim atau atau toks toksin in yang yang berfungsi untuk mendegradasi dinding sel dan atau merubah permeabilitas memb membra ran n sel sel tana tanama man. n. Kead Keadaa aan n cuac cuacaa yang ang lemb lembab ab sang sangat at coco cocok k untu untuk k pembentukan spora dan terjadinya infeksi sehingga diameter lesio akan cepat membesar (Martinez et (Martinez et al ., ., 2009).
2.2.4 Siklus hidup jamur Colletotrichum jamur Colletotrichum spp. spp. Spora jamur Colletotrichum spp Colletotrichum spp.. dapat disebarkan oleh angin dan percikan air hujan dan pada inang yang cocok akan berkembang dengan cepat (Dickman,
16
1993). Pertumbuhan awal jamur Colletotrichum jamur Colletotrichum spp. spp. membentuk koloni miselium yang yang berwar berwarna na putih putih dengan dengan miseliu miselium m yang yang timbul timbul di permuk permukaan aan.. Kemudia Kemudian n perlahan-lahan berubah menjadi hitam dan akhirnya berbentuk aservulus. Aservu Aservulus lus berwarn berwarnaa merah merah muda muda sampai sampai coklat coklat muda muda merupa merupakan kan kumpul kumpulan an massa massa konidi konidiaa (Rusli (Rusli dan Zulpa Zulpadli dli,, 1997). 1997). Tahap Tahap awal awal infeks infeksii Colletotrichum umumnya dimulai dari perkecambahan spora pada permukaan jaringan tanaman, menghasilkan tabung kecambah. Setelah penetrasi maka akan terbentuk jaringan hifa, hifa, hifa hifa intra intra dan intersel interselule ulerr menyeba menyebarr melalui melalui jaring jaringan an tanaman tanaman (Yudiar (Yudiarti, ti, 2007). 2007). Siklus Siklus penya penyakit kit antrak antraknos nosaa pada pada tanaman tanaman cabai cabai yang yang diseba disebabka bkan n oleh oleh jamur Colletotrichum spp. Colletotrichum spp. disajikan pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Siklus penyakit antraknosa pada tanaman cabai yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum spp. Colletotrichum spp. (Sumber, Agrios 2005)
17
Infeksi Infeksi terjadi setelah apresorium dihasilkan, apresorium mempenetrasi kutiku kutikula la dan tumbuh tumbuh dibawa dibawah h dindin dinding g kutiku kutikula la dan dindin dinding g perikli periklinal nal dari dari sel epidermis. Kemudian, hifa tumbuh dan menghancurkan dinding sel utama. Hal ini terjad terjadii karena karena matiny matinyaa sel yang yang berdamping berdampingan an secara secara meluas. meluas. Ketika Ketika jaringan jaringan membusuk, hifa masuk ke pembuluh sklerenkim dan langsung tumbuh menembus dinding sklerenkim (Pring et (Pring et al., 1995). al., 1995).
2.2.5 Pengendalian penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar Peng Pengen endal dalian ian peny penyak akit it antra antrakn knos osaa pada pada tanama tanaman n caba cabaii yang yang serin sering g dilakukan oleh petani adalah dengan menggunakan fungisida, karena sampai saat ini belum belum ada tanaman tanaman cabai cabai merah merah yang yang tahan tahan terhad terhadap ap penyaki penyakitt antrakn antraknosa osa.. Prin Prinsip sip peng penggu guna naan an fung fungisi isida da dida didasar sarka kan n pada pada prin prinsip sip antib antibio ioti tik k terh terhad adap ap tanama tanaman. n. Cara lainnya lainnya yang yang diguna digunakan kan untuk untuk mengen mengendal dalika ikan n penyaki penyakitt yaitu yaitu penggunaan bahan kimia sintetik yang mampu memicu ketahanan tanaman (Suhendro et (Suhendro et al ., ., 2000). Bila Bila patoge patogen n sudah sudah mengin menginfek feksi si jaringa jaringan n tanaman tanaman,, umumny umumnyaa fungis fungisida ida tidak tidak efek efektif tif dalam dalam peng pengen enda dalia lian n peny penyaki akit. t. Dalam Dalam bany banyak ak kasu kasus, s, info inform rmas asii spesifik tentang siklus penyakit sangat dibutuhkan dalam aplikasi fungisida yang tepat tepat untuk untuk melind melindung ungii tanama tanaman. n. Dalam Dalam label label fungis fungisida ida member memberikan ikan petunj petunjuk uk pengaplikasian, biasanya dengan jarak interval 7-14 hari. Jika kelembaban tinggi atau atau pertum pertumbuh buhan an tanaman tanaman cepat, cepat, maka maka interva intervall terend terendah ah antar antar aplikas aplikasii yang yang sering digunakan, dan jika kelembaban rendah maka digunakan interval tertinggi (Suryaningsih dan Suhardi, 1993).
18
Cara Cara aplik aplikas asii dan dan jenis jenis fung fungisi isida da berpe berpeng ngaru aruh h nyata nyata terha terhada dap p masa masa inku inkuba basi si dan dan inte intens nsit itas as peny penyak akit it antr antrak akno nosa sa pada pada buah buah caba cabaii sela selama ma di penyimpanan. Fungisida dari kelompok sistemik menunjukkan yang terbaik dibandingkan dengan fungisida kontak. Tetapi tidak ada interaksi antara waktu aplik aplikas asii dan dan fung fungisi isida da dala dalam m memp memper erta tahan hanka kan n masa masa inku inkuba basi si dan dan menek menekan an intens intensitas itas penya penyakit kit tersebu tersebutt (Sudar (Sudarmo, mo, 2005) 2005).. Jenis Jenis fungis fungisida ida yang yang diguna digunakan kan seperti Dithane M-45 80 WP merupakan jenis fungisida bersifat sistemik karena cara kerjanya ditranslokasikan ke dalam jaringan tanaman dan fungisida Dakonil 500 F merupakan jenis fungisida kontak atau non sistemik (Semangun, 2007).
2.3 Identifikasi Spesies Colletotrichum spp. dengan Gen 18S rRNA
Mikroorganisme Eukaryota memiliki 3 jenis DNA ribosomal yaitu 5.8S rDNA, 18S rDNA dan 28S rDNA. Diantara ketiganya, ribosomal 18S rDNA yang paling sering digunakan dalam identifikasi suatu spesies jamur. Analisis gen penyandi 18S rDNA dapat digunakan sebagai penanda molekuler dengan fungsi yang identik pada seluruh organisme yang sejenis. Pendekatan secara molekular dengan metode Polimerase metode Polimerase Chain Reaction (PCR) dengan menggunakan gen 18S rDNA berkembang secara cepat dan akurat. Pada penelitian ini digunakan primer Internal Transcript Spacer Spacer (ITS) yaitu ITS 1 dan ITS 4 yang digunakan untuk men mendete deteks ksii gen 18S 18S DNA DNA dari ari DNA gen gen kompl omplek ek rib riboso osom dari ari jamu jamur r Colletotrichum spp. sehing sehingga ga dapat dapat diguna digunakan kan untuk untuk proses proses identif identifika ikasi si secara secara tepat sampai ke tingkat tingkat spesies (Nishizawa (Nishizawa et al ., ., 2010).
19
cuss sep septi ca Burm.f) 2.4 Deskripsi Tumbuhan Awar-Awar ( F i cu Awar Awar-aw -awar ar ( Ficus septica Burm Burm.f .f.) .) berh berhab abit itus us perd perdu u dari dari Fami Family ly Mora Morace ceae ae deng dengan an ting tinggi gi tana tanama man n dapa dapatt menc mencap apai ai ± 6 mete meter. r. Awar Awar-a -awa war r merupa merupakan kan tumbuh tumbuhan an liar yang yang tumbuh tumbuh pada pada lahan lahan kosong kosong,, semak-s semak-semak emak dan huta hutan. n. Tumb Tumbuh uhan an ini ini dapa dapatt hidu hidup p pada pada ketin ketingg ggia ian n dari dari 0-1. 0-1.80 800 0 meter meter dari dari permukaan laut. Batangnya berkayu, berongga, bergetah, bulat, bercabang berwarna coklat muda. Daunya tunggal, berseling atau berhadapan, bulat telur, ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata, panjang 10-30 cm, lebar 6-16 cm, permukaan daun mengkilat, pertulangan menyirip, tangkai panjangnya 2-5 cm, berwarna hijau keputih-putihan. Bunganya majemuk, pada batang dan ranting, kelopak dan mahkota kecil, berwarna hijau keputih-pulihan. Buahnya berupa buah buni, bulat, tangkai pendek, diameter ± 2 cm, masih muda berwarna hijau setelah tua berwarna hitam. Bijinya kecil, keras, berwarna coklat. Akarnya berupa akar tungg tunggang ang,, berwar berwarna na putih putih kecokl kecoklatan atan (de Padua Padua et al ., ., 1999). 1999). Foto Foto tumbuha tumbuhan n awar-awar ( Ficus septica Burm.f.) septica Burm.f.) disajikan pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Tumbuhan awar-awar ( Ficus ( Ficus septica Burm.f.) septica Burm.f.) (Sumber : Koleksi pribadi, 2013)
20
Tumbuhan awar-awar ( Ficus ( Ficus septica Burm.f.) septica Burm.f.) jarang dimanfaatkan secara ekon ekonom omis is,, buah buah awar awar-a -awa warr seri sering ng dima dimaka kan n seba sebaga gaii maka makana nan n buru burung ng dan dan kelelawar. kelelawar. Penyebarannya Penyebarannya oleh burung atau kelelawar melalui feses yang dibuang dibuang yang didalamnya terdapat biji tumbuhan awar-awar, sehingga distribusi tumbuhan ini ini memp mempun uny yai kisa kisara ran n yang ang sang sangat at luas luas dari dari keti keting nggi gian an 0 – 1.80 1.800 0 di atas atas permukaan laut.
2.4.1 Kandungan kimia tumbuhan awar-awar Sukadana Sukadana (2010) (2010) melaporkan melaporkan bahwa ekstrak kulit kulit akar awar-awar ( Ficus septica Burm.f. Burm.f.)) mengan mengandun dung g senyawa senyawa flavon flavonoid oid dari dari golong golongan an flavano flavanon n dan senyawa senyawa tersebut tersebut dapat menghambat menghambat pertumbuhan pertumbuhan bakteri bakteri Vibrio cholera cholera dan Escherichea coli. sedangkan sedangkan Damu et al . (2005) (2005) melapor melaporkan kan bahwa bahwa ekstra ekstrak k batang awar-awar mengandung senyawa dari golongan alkaloid phenanthroindoliz indolizidi idine ne yang yang terdir terdirii atas ficuse ficuseptin ptines es B-D (1-3), (1-3), 10 R,13a R,13a R R-t -ty yloph lophor orin inee oxide (4), 10 R 10 R,13a ,13a R-yl R-ylocre ocrebri brine ne 10S 10S ,13a ,13a R-iso R-isotyl tylocre ocrebri brine ne
-
-oxide -oxide (5), (5), 10S 10S ,13a ,13a R-ty R-tylocr locrebr ebrine ine
-oxide -oxide (6), (6),
-oxide -oxide (7), (7), dan dan 10S 10S ,13aS ,13aS -isoty -isotylocr locrebr ebrine ine
-oxide -oxide (8). (8).
Senyawa golongan alkaloid tersebut bersifat sitotoksik. Menurut Nugroho et al . (2011) hasil fraksinasi etanol dan heksan dari ekstrak daun awar-awar berpotensi seba sebag gai seny senyaw awaa
anti antika kan nker. ker. Disa Disam mping ping itu itu dau daun dan dan
akar akar awar awar-a -awa war r
mengan mengandun dung g saponi saponin n dan flavono flavonoid, id, buahny buahnyaa mengan mengandun dung g alkalo alkaloid id dan tanin tanin sedangkan akarnya mengandung polifenol (de Padua et al ., ., 1999).
21
2.4.2 Pemanfaatan tumbuhan awar-awar Sampai Sampai saat ini awar-aw awar-awar ar belum belum dimanfa dimanfaatk atkan an secara secara ekonom ekonomii oleh oleh masyarakat. Pemanfaatan awar-awar hanya terbatas untuk pengobatan tradisional yaitu yaitu daun daun awar-aw awar-awar ar biasan biasanya ya diguna digunakan kan sebagai sebagai obat obat bisul, bisul, luka, luka, borok borok dan sebagai penawar racun binatang berbisa, sedangkan akarnya biasanya digunakan untuk obat obat sesak nafas. Pemanfaatan Pemanfaatan daun awar-awar awar-awar sebagai obat bisul, bisul, borok dan dan luka luka yaitu yaitu deng dengan an cara cara diamb diambil il sebany sebanyak ak 5 gram gram daun daun awar awar-aw -awar ar segar segar,, ditumbuk sampai halus kemudian ditempelkan pada bagian tubuh yang luka, bisul ataupun borok (Asgar.or.id, 2013). Buah awar-awar yang sudah masak biasanya akan dimakan oleh burung dan kelelawar, sehingga penyebaran atau distribusi tumbuhan awar-awar dibantu oleh oleh buru burung ng dan dan kelel kelelawa awarr melal melalui ui biji biji yang terd terdap apat at di dala dalam m feces feces buru burung ng ataupu ataupun n kelelaw kelelawar ar yang yang memanf memanfaata aatakan kan buah buah awar-aw awar-awar ar sebagai sebagai makana makananny nnyaa (Asgar.or.id, 2013).
2.5 Pestisida Nabati
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berupa tumbuhan. Penggunaan pestisida nabati telah berlangsung dari sejak tahun 1690 oleh para petani di Perancis dengan menggunakan perasan daun tembakau untuk mengen mengendal dalika ikan n hama hama kepik kepik pada pada tanama tanaman n buah buah persik. persik. Pengg Pengguna unaan an pestisi pestisida da nabati nabati selain selain dapat dapat mengu mengurang rangii pencem pencemaran aran lingk lingkung ungan an hargany harganyaa relatif relatif lebih lebih murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia (Sudarmo, 2005). Menurut Kardinan (2002), pestisida nabati mudah terurai di alam karena terbua terbuatt dari bahan bahan alami. alami. Pada Pada saat diapli diaplikas kasikan ikan pestisi pestisida da nabati nabati akan dapat dapat
22
mengen mengendal dalika ikan n hama hama dan penyaki penyakitt secara secara spesifik spesifik dan kemudi kemudian an dengan dengan cepat cepat akan terurai oleh lingkungan sehingga tidak ada residu pada tanaman dan tanaman aman aman untu untuk k diko dikons nsum umsi. si. Cara Cara kerja kerja pesti pestisid sidaa naba nabati ti sang sangat at spesi spesifik fik yaitu aitu : merusa merusak k perkemb perkembang angan an telur, telur, larva larva dan pupa, pupa, mengh menghamb ambat at pergant pergantian ian kulit kulit serang serangga, ga,
menyebab menyebabkan kan serangga serangga menola menolak k makan, makan, menghamb menghambat at reprod reproduks uksii
serangga betina, mengurangi nafsu makan pada serangga, mengusir serangga dan menghambat perkembangan patogen. Tumb Tumbuh uhan an pada pada dasar dasarny nyaa menga mengand ndun ung g bany banyak ak seny senyawa awa kimi kimiaa yang yang merupa merupakan kan hasil hasil dari dari metabo metabolit lit sekund sekunder er yang yang dimanf dimanfaatk aatkan an oleh oleh tumbuh tumbuhan an sebaga sebagaii alat pertaha pertahanan nan dari dari seranga serangan n organi organisme sme pengg penggang anggu gu tanaman tanaman (OPT). (OPT). Meta Metabo bolit lit seku sekund nder er yang yang diha dihasil silka kan n dan dan digun digunak akan an oleh oleh tumb tumbuh uhan an seba sebaga gaii senyawa senyawa pertahanan pertahanan tersebut terdiri terdiri atas senyawa senyawa golongan golongan terpenoid, terpenoid, alkaloid alkaloid dan fenol. Senyawa-se Senyawa-seny nyawa awa tersebu tersebutt
berpoten berpotensi si diguna digunakan kan sebaga sebagaii pestisi pestisida da
nabati nabati untuk untuk mengen mengendali dalikan kan OPT, OPT, sehing sehingga ga akan dapat dapat membant membantu u masyarak masyarakat at petani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman secara ramah lingkungan lingkungan dengan memanfaatkan memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya disekitarnya (Kardinan, 2002). Menurut Dixit et Dixit et al . (1995), dari 30 spesies tumbuhan tingkat tinggi yang berpotensi digunakan sebagai fungisida nabati diuji aktivitas antijamurnya terhad terhadap ap pertum pertumbuh buhan an jamur jamur Penicilium Penicilium italicum italicum penyeb penyebab ab penyakit penyakit busuk busuk kapang kapang biru (blue blue mold mold ) pada pada jeruk jeruk Mandari Mandarin. n. Ekstra Ekstrak k Ageratum Ageratum conyzoides conyzoides menunjukkan toksisitas tertinggi dalam menghambat pertumbuhan miselia jamur yang diuji. Perendaman buah dengan minyak atsiri dan melalui fumigasi berhasil
23
mengendalikan blue blue mold mold (ka (kapa pang ng biru biru)) pada pada jeru jeruk k mand mandar arin in dan dan tida tidak k menimbulkan bahaya pada buah. Tripathi et Tripathi et al . (2008) melaporkan bahwa dari 26 jenis tanaman yang diuji aktivitas antijamurnya terhadap jamur Botrytis Botrytis cinerea penyebab cinerea penyebab penyakit kapang biru (blue mold ) ) pada tanaman anggur, ditemukan 10 jenis tanaman yang mampu meng mengha hamb mbat at pert pertum umbu buha han n jamu jamurr uji. uji. Kese Kesepu pulu luh h jeni jeniss tana tanama man n ters terseb ebut ut diantaranya Chenopodium Chenopodium ambrosioides ambrosioides,, Eucalyptu Eucalyptuss citriodora citriodora,, Eupatorium cannabinum, cannabinum, Lawsonia Lawsonia inermis inermis, Ocinum canum, canum, Ocinum gratissimum gratissimum,, Ocinum sanctum, sanctum, Prunus Prunus persica, persica, Zingiber Zingiber cassumunar cassumunar dan Zingiber Zingiber officinale officinale.. Nila Nilaii minimum minimum inhibitory inhibitory concentratio concentration n (MIC) (MIC) dari minya minyak k atsiri atsiri Ocinum Ocinum sanctum, sanctum, masing-mas -masing ing 200, 150 dan 100 ppm ppm Prunus persica dan Zingiber officinale officinale masing (mg/l). (mg/l). Sifat Sifat minyak minyak atsiri ini stabil stabil terhada terhadap p panas panas dan menunjuk menunjukkan kan aktivitas aktivitas antijam antijamur ur terhada terhadap p 15 jamur jamur lainny lainnya. a. Potens Potensii antijamu antijamurny rnyaa bahkan bahkan lebih lebih besar besar dari fungisida fungisida sintetis. Buah anggur anggur yang diberi perlakuan perlakuan minyak atsiri Ocinum atsiri Ocinum sanctum dan Prunus dan Prunus persica daya persica daya simpannya dapat diperpanjang sampai 5 dan 4 hari, hari, sement sementara ara yang yang diberi diberi perlaku perlakuan an minyak minyak atsiri atsiri Zingiber Zingiber officinale officinale daya simpann simpannya ya bisa bisa diperp diperpanja anjang ng sampai sampai 6 hari. hari. Minya Minyak k atsiri atsiri yang yang diuji diuji ini tidak tidak menimbulkan kerusakan pada kulit buah anggur. Minya Minyak k atsiri atsiri yang yang diisola diisolasi si dari dari 5 jenis jenis tanama tanaman n yang yang tumbuh tumbuh di Iran Iran yaitu Urtica Urtica dioica dioica,, Thymus Thymus vulgaris vulgaris,, Eucalyptus spp., Ruta graveolens graveolens dan Achillea millefolium diuj diujii aktiv aktivita itass antij antijam amur urny nyaa terha terhada dap p jamu jamurr pato patoge gen n Alternaria alternata yang menyebabkan penyakit pasca panen pada tomat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dari Urtica Urtica dioica dioica dan Thymus
24
vulgaris menunjukk menunjukkan an aktivitas aktivitas antijamur antijamur terhadap terhadap jamur jamur Alternaria alternate alternate.. Miny Minyak ak atsi atsiri ri dari dari Thymus Thymus vulgar vulgaris is menun menunju jukk kkan an daya daya hamb hambat at terh terhad adap ap perkecambahan spora sebesar masing-masing 68,5% dan 74,8% pada konsentrasi 1500 dan 2000 ppm. Minyak atsiri dari Urtica dioica pada dioica pada konsentrasi 1500 ppm secara signifikan menghambat perkecambahan dan elongasi dari tabung kecambah dan dan mamp mampu u meli melind ndun ungi gi keru kerusa saka kan n buah buah toma tomatt
pasc pascaa pane panen, n, baik baik mela melalu luii
inokulasi buatan maupun infeksi alamiah (Hadizadeh et (Hadizadeh et al ., ., 2009). Cassia alata dan Dennetia dan Dennetia tripetala diekstrak daunnya dan diuji sifatnya sebaga sebagaii antijam antijamur ur terhadap terhadap jamur jamur Sclerotium Sclerotium rolfsii, rolfsii, penye penyebab bab penyakit penyakit busuk busuk pada Cocoyam selama penyimpanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tepung tepung daun dan ekstrak ekstrak daun dari dari Cassia alata dan Dennetia tripelata tripelata secara nyata mengurang mengurangii pertumbuhan pertumbuhan koloni koloni jamur secara in vitro dan perkembangan penyakit pada umbi Cocoyam secara in vivo. vivo. Tepun daun ditemukan lebih efektif dalam menghambat menghambat pertumbuhan pertumbuhan jamur patogen patogen baik baik in vitro maupun in vivo dibanding dibandingkan kan dengan ekstrak daun. daun. Tepung Tepung daun dan ekstrak daun lebih efektif diberik diberikan an sebaga sebagaii biopro bioprotek tektan tan pada pada umbi umbi Cocoy Cocoyam am (Nwach (Nwachukw ukwu u dan Osuji, Osuji, 2008). Bobbarala et Bobbarala et al . (2009) meneliti 49 jenis tumbuhan yang digunakan dalam obat tradisional di India diuji aktivitas antijamurnya terhadap jamur jamur Aspergillus niger . Jamur ini merupakan saprofit di dalam tanah menyebabkan busuk hitam pada bawang bawan g merah dan bawang putih serta menyebabkan beberapa jenis penyakit pada beberapa jenis tanaman seperti pada kapas, kacang tanah, dan buah vanili. Hasil Hasil penelit penelitian ian menunj menunjukk ukkan an bahwa bahwa dari dari 49 jenis jenis tumbuh tumbuhan an yang yang diuji, diuji, 86%
25
menunjukka menunjukkan n aktivitas aktivitas antijamaur antijamaur terhadap terhadap Aspergillus Aspergillus niger niger sementara sementara 14% tidak menunjukka menunjukkan n aktivitas aktivitas antijamur. antijamur. Ekstrak Ekstrak Grewia arborea arborea menunjukkan aktivitas antijamur yang tertinggi. Satish et al . (2007), melakukan penelitian pada 52 jenis tumbuhan yang tumbuh di India dari berbagai famili diuji potensi aktivitas antijamurnya terhadap 8 spesies spesies Aspergillus yaitu Aspergillus Aspergillus candidus candidus,, A. column columnaris aris,, A. flavip flavipes es,, A. flavus, flavus, A. fumigatus, fumigatus , A. niger , A. pchraceus dan A. dan A. tamari yang yang diiso diisolasi lasi dari dari biji sorghum, jagung ja gung dan padi. Kedelapan jenis jamur ini sering dijumpai sebagai patogen pada biji selama penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 52 jenis tumbuhan yang diuji, sebanyak 12 jenis tumbuhan menunjukkan aktivitas antijamur terhadap A terhadap Aspe : Acacia nilotica, Achras sperr illus illus. Tanaman tersebut adalah : Acacia apota, apota, Datura stramonium, stramonium, Emblica officinalis, officinalis , Eucalyptus globules, globules , Lawsonia inermis, inermis,
imusop imusopss elengi elengi,, Peltop Peltophor horum um pteroc pterocarp arpum um,, Polyalthia Polyalthia longifolia longifolia,,
Prosopis juliflora, juliflora, Punica Punica granatum granatum dan Sygigium Sygigium cumini. cumini. Aspergillus Aspergillus flavus ditemu ditemukan kan paling paling peka peka terhada terhadap p ekstrak ekstrak.. Diantar Diantaraa solven solven yang yang diuji, diuji, ekstra ekstrak k metanol metanol memberikan memberikan hasil yang lebih baik dari etanol, kloroform, kloroform, petroleum petroleum ether dan dan benze benzene ne,, kecua kecuali li untu untuk k Polyathi Polyathia a longifolia longifolia,, dima dimana na petr petrol oliu ium m ethe ether r memberikaan memberikaan hasil yang terbaik di antara solven yang diuji. Ekstrak Ekstrak tumbuhan tumbuhan Mimusops Mimusops elengi (Family (Family Sapotaceae) Sapotaceae) diuji aktivitas aktivitas antij antijam amur urny nyaa terha terhadap dap bebe bebera rapa pa jenis jenis jamu jamurr pato patoge gen n tana tanama man n yang yang bersi bersifa fatt sebagai tular benih ( seed ( seed borne). borne). Jamur Jamur yang yang diuji diuji adalah adalah Alternaria Alternaria alternata, alternata, Drechslera (2 spesies) spesies),, Fusarium (8 spesies spesies), ), Aspergillus (10 (10 spesi spesies) es) dan dan Penicillium (3 spesies spesies). ). Semua Semua jenis jenis jamur jamur ini sering sering beraso berasosias siasii denga dengan n benih benih
26
tanaman tanaman sorghum sorghum (Sorghum ( Sorghum bicolor ), ), jagung ( Zea ( Zea mays) mays) dan padi (Oryza ( Oryza sativa). sativa). Hasil Hasil penelit penelitian ian menunj menunjukk ukkan an bahwa bahwa ekstra ekstrak k air, ekstrak ekstrak metanol metanol dan ekstra ekstrak k etanol memiliki daya hambat yang nyata terhadap semua jenis jamur yang diuji. Senyawa alkaloid yang terdapat di dalam ekstrak tumbuhan ini secara nyata lebih ting tingg gi diba diband ndin ingk gkan an deng dengan an Dith Dithan anee M-45 M-45 dan dan fung fungis isid idaa yang ang lain lainny nya. a. Berdasa Berdasarka rkan n hasil hasil penelit penelitian ian tumbuh tumbuhan an
dapat dimanfaatkan dimanfaatkan imusops imusops elengi elengi dapat
untuk mengendalika mengendalikan n penyakit penyakit yang disebabkan disebabkan oleh jamur patogen patogen yang bersifat tular benih dan mencegah kerusakan biji-bijian (grain) dari kerusakan oleh jamur serta serta mencega mencegah h terbent terbentukn uknya ya mikoto mikotoksin ksin selama selama penyi penyimpa mpanan nan (Satish (Satish et al ., ., 2008). Suprapta et al . (2008), melaporkan bahwa dari 45 jenis tumbuhan yang diuji aktivitas antijamurny antijamurnyaa terhadap terhadap jamur Phytophthora Phytophthora palmivora palmivora penyebab penyakit bercak hitam (black black pod ) pada pada tana tanama man n caca cacao, o, dite ditemu muka kan n 5 jeni jeniss tumb tumbuh uhan an yang yang mampu mampu meng mengham hamba batt pertu pertumbu mbuha han n jamur jamur uji uji yaitu aitu Eugenia aromatica, aromatica, Piper Piper betle betle,, Pometia Pometia pinata pinata , Alpinia Alpinia galanga galanga dan Sphaeranthus Diantara ra kelima kelima jenis jenis tumbuh tumbuhan an tersebu tersebutt E. aromat indicus. indicus. Dianta aromatica ica dan P. betle betle memi memilik likii aktiv aktivita itass antij antijam amur ur yang yang kuat kuat terha terhada dap p jamu jamur r P. palmiv palmivora ora pada konsentrasi 0,05% dan 0,1%. Sementara itu pemanfaatan kombinasi ekstrak daun sirih ( Piper betle) betle) dan rimpang lengkuas ( Alpinia ( Alpinia galanga) galanga) mampu meningkatkan ketahanan benih tanaman pisang sampai 90-93% dari serangan jamur Fusarium jamur Fusarium oxysporum dan dan atau atau Ralstonia Ralstonia solanacearu solanacearum m peny penyebab ebab peny penyak akit it layu layu pada pada tana tanama man n pisa pisang ng.. Seda Sedang ngka kan n pada pada kont kontro roll dan dan perl perlak akua uan n fung fungisi isida da sint sinteti etik k
27
(cholothalonil) kemampuan tumbuh sehat benih pisang berkisar antara 11-18% dan 77-81% (Suprapta et al ., ., 2005).
2.5.1 Keunggulan dan kelemahan pestisida nabati Upaya untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia sintetik akhir-akhir ini banyak mendapat mendapat perhatian perhatian dunia dan sering kali dibicarakan dibicarakan di dalam seminar dan dituli dituliss dalam dalam naskah naskah jurnal jurnal,, khususn khususnya ya yang yang berkai berkaitan tan dengan dengan penya penyakit kit tanaman. tanaman. Adanya Adanya kekhawatiran kekhawatiran masyarakat masyarakat dengan penggunaan penggunaan pestisida kimia sinteti sintetis, s, dan diduku didukung ng oleh oleh permin permintaa taan n produk produk pertan pertanian ian yang yang sehat sehat dan aman aman bagi konsumen, maka diperlukan cara untuk mengendalikan penyakit tanaman yang lebih aman (Soesanto, 2008). Menurut Sudarmo (2005), keunggulan pestisida nabati adalah murah dan mudah dibuat oleh petani, relatif aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan resistensi hama, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, tidak meninggalkan residu pada tanaman. Sedangkan Sedangkan beberapa beberapa kelemahanny kelemahannyaa adalah daya kerja relatif lambat, tidak membunuh organisme target secara langsung, tidak tahan terhadap sinar matahari, dan tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Pengg Pengguna unaan an pestisi pestisida da nabati nabati mengal mengalami ami beberap beberapaa kendal kendalaa dianta diantarany ranyaa adalah penggunaan pestisida sintetis (kimia) tetap lebih disukai dengan beberapa alasan alasan mudah mudah didapa didapat, t, prakti praktiss dalam dalam aplika aplikasin sinya, ya, hasilny hasilnyaa relatif relatif lebih lebih cepat cepat terliha terlihat, t, tersed tersedia ia dalam dalam jumlah jumlah banya banyak, k, Disamp Disamping ing itu tidak tidak tersed tersediany ianyaa bahan bahan tanaman secara berkesinambungan dalam jumlah yang memadai saat diperlukan dan sulitnya registrasi pestisida nabati di komisi pestisida karena bahan aktif tidak mudah untuk dideteksi. Tetapi dengan dikembangkannya sistem pertanian organik
28
maka penggunaan pestisida nabati lebih meningkat dan semakin berpotensi untuk dikembangkan (Kardinan, 2002). Menuru Menurutt Suprap Suprapta ta (2014) (2014) pestisi pestisida da nabati nabati memilik memilikii bebera beberapa pa kelebi kelebihan han dan dan keku kekura rang ngan an,, kele kelebi biha han n pest pestis isid idaa naba nabati ti dian dianta tara rany nyaa pest pestis isid idaa naba nabati ti mengan mengandun dung g senyawa senyawa fenol, fenol, alkalo alkaloid, id, saponin saponin,, quinon quinon,, xantho xanthone ne yang yang mudah mudah terurai di alam sehingga tidak mengandung bahaya residu yang besar baik hasil pertanian maupun pada lingkungan; pestisida nabati tidak berbahaya bagi organisme bukan target karena pestisida nabati bersifat spesifik terhadap hama dan patoge patogen n tertent tertentu; u; persist persistens ensii pestisi pestisida da nabati nabati relatif relatif singka singkatt sehingg sehinggaa dapat dapat digunakan digunakan beberapa s aat menjelang menjelang panen; pestisida nabati mengandung mengandung senyawa senyawa aktif dan senyawa kurang aktif sering keberadaannya bersifat sinergis dan patogen tidak tidak mudah mudah menjad menjadii resisten resisten terhad terhadap ap pestisi pestisida da nabati nabati karena karena pestisi pestisida da nabati nabati bersifat komplek. Sedangkan beberapa kekurangan pestisida nabati diantaranya persistensi pestisida nabati umumnya sangat singkat sehingga harus diaplikasikan secara berulang-ulang; biaya produksi yang tinggi sehingga tidak dapat bersaing deng dengan an pesti pestisid sidaa sintet sintetis is dan dan kosis kosiste tens nsii pesti pestisid sidaa naba nabati ti umum umumny nyaa kura kurang ng diband dibanding ingkan kan dengan dengan pestisid pestisidaa sinteti sintetiss karena karena bahan bahan aktif aktif pestisi pestisida da nabati nabati dari dari ekstrak tumbuhan sangat bervariasi menurut musim dan tempat tumbuh. Pestisi Pestisida da nabati nabati tidak tidak dapat dapat berlak berlaku u secara secara umum umum dan bersifa bersifatt spesifi spesifik, k, karena satu jenis tanaman yang ditanaman pada tempat dengan lingkungan yang berbeda kemungkinan besar akan mengandung bahan aktif yang berbeda pula, akibat akibatny nyaa dosis dosis dan konsent konsentrasi rasi dan efektifi efektifitas tas pestisida pestisida nabati nabati akan akan berbed berbedaa bergantung pada lokasi setempat. Disamping itu aplikasi pestisida nabati sangat
29
dipeng dipengaru aruhi hi oleh oleh lingkun lingkunga gan n setempa setempat, t, pestisi pestisida da nabati nabati yang yang diguna digunakan kan pada pada daerah tertentu belum tentu cocok untuk daerah yang lain walaupun digunakan untuk mengendalik mengendalikan an penyakit yang sama pada tanaman tanaman yang sama. Hal ini dapat diseba disebabka bkan n oleh oleh kondisi kondisi lingkun lingkungan gan pada pada masing masing-ma -masing sing tempat tempat atau daerah daerah berbeda seperti kondisi pH, kelembaban, suhu, dan musim pada masing-masing tempat atau daerah belum tentu sama (Kardinan, 2002).
2.5.2 Prospek pengembangan pestisida nabati Terjad Terjadiny inyaa keracu keracunan nan pada pada hewan hewan dan manusia manusia,, pencema pencemaran ran air, tanah, tanah, udara, udara, terjadi terjadinya nya resisten resistensi si hama, hama, terjadi terjadinya nya resurge resurgensi nsi merupak merupakan an bebera beberapa pa kele kelema maha han n
dari dari
peng pengg gunaa unaan n
pest pestis isid idaa
sint sintet etis is,,
sehi sehing ngga ga
pelu peluan ang g
untu untuk k
mengembang mengembangkan kan pestisida pestisida nabati nabati semakin semakin meningkat. meningkat. Peluang Peluang pengembang pengembangan an pestisida nabati semakin meningkat dengan meningkatnya pendidikan masyarakat dise disert rtai ai deng dengan an kebu kebutu tuha han n
hidu hidup p seha sehat. t. Dalam alam ling lingku kung ngan an yang ang seha sehatt
menyeb menyebabk abkan an perana peranan n pestisi pestisida da nabati nabati dalam dalam pertan pertanian ian semakin semakin mening meningkat kat,, karena karena tidak mungkin pertanian pertanian bisa berlangsung berlangsung dan berproduksi berproduksi dengan dengan baik tanpa pestisida (Suprapta, 2014). Berk Berkem emba bang ngny nyaa sistem sistem perta pertani nian an orga organi nik k akan akan dapa dapatt meni mening ngka katk tkan an kebutu kebutuhan han terhad terhadap ap pestisid pestisidaa alami alami termasu termasuk k pestisi pestisida da nabati nabati karena karena sistem sistem pertanian organik, masalah hama dan penyakit p enyakit selalu muncul dan menjadi kendala produksi utama terutama pada tahap awal pengembangan sistem pertanian organi organik. k. Karena Karena sistem sistem pertan pertanian ian organi organik k hanya hanya menggu menggunak nakan an bahan bahan organi organik k alam alam untuk untuk proses proses produk produksi, si, dan tidak tidak menggu menggunak nakan an senyawa senyawa kimia kimia sintetis sintetis seperti seperti pupuk pupuk kimia sintetis dan pestisida pestisida kimia sintetis. Menurut Menurut Suprapta Suprapta ( 2014) 2014)
30
saat ini sharing sharing pasar pestisida alam masih sangat kecil yaitu kurang dari 2%, sedangkan sedangkan pertumbuhan pertumbuhan pasar pestisida alam meningkat meningkat cukup besar yaitu sekitar 10-1 10-15% 5% setiap setiap tahu tahun. n. Sehi Sehing ngga ga pertu pertumb mbuh uhan an perm permin inta taan an yang yang cuku cukup p besar besar merupa merupakan kan peluan peluang g yang yang cukup cukup besar besar dalam dalam pengem pengemban banga gan n pestisi pestisida da nabati nabati untuk masa yang akan datang.