PENGUNYAHAN DAN PENELANAN
A. Pengunyahan Pengunyahan atau mastikasi adalah suatu proses penghancuran partikel makanan di dalam mulut dengan bantuan dari saliva untuk mengubah ukuran dan konsistensi makanan yang pada akhirnya akan membentuk bolus sehingga mudah untuk ditelan. Proses penghancuran makanan tersebut dilakukan oleh gigi-geligi dibantu dengan otot-otot mastikasi dan pergerakan dari kondilus melalui artikulasi temporomandibula. Proses pengunyahan terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap membuka mandibula, tahap menutup mandibula dan tahap berkontaknya gigi antagonis satu sama lain atau kontak antara gigi dengan bolus makanan, dimana setiap tahap mengunyah mengun yah berakhir 0,5 -1,2 detik. Otot yang bertanggung jawab untuk menggerakan mandibula selama proses pengunyahan adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, muskulus pterygoideus medialis dan muskulus pterygoideus lateralis. Adapun beberapa otot tambahan pada cavum oris yaitu muskulus mylohyoideus, muskulus geniohyoideus, muskulus stylohyoideus, muskulus infrahyoideus dan muskulus bucinator. Selama proses pengunyahan otot yang berperan aktif dalam gerakan membuka mandibula adalah muskulus pterygoideus lateralis, pada saat membuka mandibula tersebut muskulus pterygoideus lateralis berkontraksi sedangkan muskulus pterygoideus medialis, muskulus masseter dan muskulus temporalis berada dalam keadaan relaksasi. Begitu pula pada gerakan menutup mandibula terjadi berkebalikan dari proses membuka mandibula yaitu muskulus masseter, muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis berkontraksi sedangkan muskulus pterygoideuslateralis dalam keadaan relaksasi. Sementara mandibula tertutup perlahan, muskulus temporalis dan muskulus masseter juga berkontraksi untuk membantu gigi-geligi saling berkontak pada oklusi normal. Pada saat membuka mulut, M. Pterigoideus lateralis menarik processus condilaris ke depan menuju eminentia articularis.Pada saat bersamaan,serabut posterior M. Temporalis harus relaks dan keadaan ini diikuti dengan relaksasi M. Maseter,serabut anterior M. Temporalis, dan M. Pterigoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal sehingga processus condilaris akan bergerak ke
depan sedang angulus mandibula begerak ke belakang. Dagu akan terdepresi , keadaan ini dibantu dengan gerak membuka yang kuat oleh M. Digastricus,M. Geniohyoideus , dan M. Mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoid .
Rahang dapat menutup pada berbagai posisi. Mulai dari menutup pada posisi protusi penuh sampai menutup pada keadaan processus condilaris berada pada posisi paling posterior dalam fossa mandibula . Pada posisi protusi memerlukan kontraksi M. Pterigoideus Lateralis yang dibantu M. Pterigoideus Medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan eminentia articularis . Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior M. Temporalis akan bekerjasama dengan M.Maseter untuk mengembalikan processus condilaris ke dalam fossa mandibula. Sehingga gigi geligi dapat saling kontak pada oklusi normal. Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. M. Pterigoideus Lateralis dan serabut posterior M.
Temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus. Seluruh otot rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan kekuatan di gigi incisor (incisivus) sebesar 55 pounds dan gigi molar sebesar 200 pounds. Gigi dirancang untuk mengunyah, gigi incisivus berperan untuk memotong, gigi caninus untuk mencabik, dan gigi posterior (molar) berperan untuk menggiling makanan. Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nerevus cranial ke lima dan proses pengunyahan dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi dari area spesifik retikular di batang otak pusat rasa akan menyebabkan pergerakan pengunyahan secara ritmik, juga stimulasi area di hipotalamus, amyglada dan di korteks cerebral dekat dengan area dengan area sensori untuk pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan pengunyahan. Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks penghambat dari otot mastikasi yang membuat rahang bawah turun. 2. penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan otot rahang memimpin untuk mengembalikan kontraksi. 3. secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga menekan bolus lagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot rahang sekali lagi, membuat rahang turun dan mengganjal (rebound) di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus. Pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua makanan, khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat karena mereka memiliki membrane selulosa yang tidak tercerna di sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus dihancurkan sebelum makanan dapat dicerna. Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan alasan sebagai berikut: -
Enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan, sehingga tingkat pencernaan bergantung pada area permukaan keseluruhan yang dibongkar oleh sekresi pencernaan.
-
Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah penolakan dari gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan untuk mengosongkan makanan dari lambung ke usus kecil, kemudian berturut-turut ke dalam semua segmen usus.
Lidah ikut berperan serta pula pada proses pengunyahan karena lidah berfungsi membawa makanan diantara permukaan oklusi gigi-geligi, membuang objek seperti biji, benda asing, fragmen tulang, dan substansi yang tidak enak rasanya serta berfungsi untuk membawa massa makanan yang sudah dikunyah ke palatum sebelum akhirnya ditelan. Selain itu lidah juga berperan penting dalam mempertahankan kebersihan mulut yaitu untuk menghilangkan debris makanan pada gingiva, vestibulum dan dasar mulut. Peranan dari gigi-geligi pada proses pengunyahan juga sangat berpengaruh. Susunan gigi-geligi yang lengkap pada oklusi sangat penting karena menghasilkan proses pencernaan makanan yang baik, dimana dengan penghancuran makanan oleh gigi-geligi sebelum penelanan akan membantu pemeliharaan kesehatan gigi yangbaik. Oklusi yang baik dan penggantian gigi yang hilang dengan gigi tiruan akan menjaga estetis dan kesehatan rongga mulut. Dikatakan juga oleh Larsen (1957) bahwa dengan mengunyah dan memberikan latihan untuk otot-otot dalam mempertahankan fungsi dan kesehatan jaringan periodontal. Tonjol gigi pada arkus dentalis superior dan inferior terletak pada posisi oklusi yang normal, dimana hal ini akan menghasilkan kontak yang maksimal antara tonjoldan fossa serta interkusipidasi maksimal. Oklusi umunya bervariasi anatara individu satu dengan yang lainnya, sehingga ada beberapa individu yang benar-benar mempunyai oklusi ideal. Oklusi ideal dimana terdapat hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada bidang sagital. Selama proses pengunyahan gigi-geligi cenderung kembali ke posisi istirahat, dimana pada posisi ini semua otot yang mengontrol posisi mandibula berada dalam keadaan istirahat, disebut free way space dan dalam upaya mencapai keadaan tersebut gigi-geligi akan memberikan efek mekanis yang maksimal terhadap bahan makanan. Proses pengunyahan tersebut dapat dijelaskan menjadi proses seperti berikut yaitu, pada makanan berkonsentrasi keras akan dipotong kemudian gigi insisivus menutup dalam hubungan edge to edge tetapi tidak pada posisi kontak yang sebenarnya. Mandibula bergerak ke depan sampai makanan berkontak dengan gigi sebagai tanda dimulainya proses pemotongan lalu setelah itu mandibula retrusi. Retrusi mandibula berhenti ketika resistensi terhadap pemotongan makanan dijumpai.Pada saat gigi rahang bawah menekan makanan, tegangan otot akan meningkat dan pergerakan gigi akan berubah dalam bentuk gerakan beraturan yang terusmenerus.Makanan yang telah dipotong oleh gigi anterior (insisivus) kemudian dihancurkan atau digiling dengan gigi posterior (molar) kemudian dihancurkan dan dibawa keposterior oleh lidah.
Dengan demikian gigi insisivus berada dalam hubungan edge to edge selama pemotongan makanan. Selain organ yang telah disebutkan diatas, sendi temporomadibula juga berperan penting dalam proses pengunyahan. Selama gerakan mandibula, kondilus mandibula melakukan gerakan memutar dan meluncur, hal ini mengakibatkan mandibula membuka dan menutup. Pergerakan kondilus terjadi pada saat kondilus bergerak ke bawah dan ke atas sepanjang eminansia artikularis dari tulang temporal. Kondilus dan tulang temporal dipisahkan oleh rongga persendian dan meniskus,dimana meniskus terbagi atas rongga bagian atas dan bawah.
Pergerakan dari pembukaan mandibula diikuti oleh peluncuran dari processus kondilaris dan meniskus ke depan dan ke belakang sepanjang tuberkulum artikularisdi dalam fossa mandibula bersama dengan pergerakan serat. Pergerakan dari memajukan mandibula terjadi karena tertariknya kondilus dan meniskus ke depan sepanjang tuberkulum artikularis. Pergerakan dari memundurkan mandibula oleh serat-serat posterior dari muskulus temporalis yang menarik kondilus dan meniskus ke belakang dan ke atas sepanjang tuberkulum artikularis, muskulus masseter mempertahankan kontak gigi-geligi. Pergerakan mandibula ke samping oleh aktivitas muskulus
pterygoideus
medialis
dan
muskulus
pterygoideus
lateralis
pada
satu
sisi,dimana processus kondilaris dan diskus artikularis akan terdorong ke depan dan ke eminansia artikularis.
B. Penelanan Proses penelanan adalah aktivitas terkoordinasi yang melibatkan beberapa macam otot dalam mulut, otot palatum lunak, otot faring dan otot laring. Aktivitas otot penelanan di mulai sebagai kerja volunter dan kemudian berubah menjadi refleks infolunter. Holinshead, loogmore (1985) menyatakan bahwa peristiwa menelan adalah peristiwa yang terjadi setelah proses pengunyahan selesai di dalam mulut,kemudian mulut menutup. Lidah bagian ventral bergerak ke arah palatum sehingga mendorong bolus ke arah istmus fausium menuju faring untuk selanjutnya di teruskan ke esofagus. 1. Aktivitas otot Berkovits (1995) dan wiliams (1995) menyatakan bahwa otot-otot yang berperan dalam proses penelanan adalah otot-otot di dalam kavum orispropium yang bekerja secara volunter, otot-otot faring dan otot-otot laring bekerja secara involunter. Kavum oris terbagi menjadi 2 bagian yaitu vestibulum oris dan kavum oris proprium. a) Otot di dalam kavum oris proprium Otot yang termasuk dalam kelompok ini adalah otot-otot lidah dan otot-otot palatum lunak. Otototot lidah terdiri dari otot-otot intrinsik dan ekstrinsik.otot intrinsik lidah merupakan otot yang membentuk lidah itu sendiri yaitu muskulus longitudinalis lingua superfisialis, muskulus longitudinalis lingua profunda, muskulus transversus lingua dan muskulus vertikalis lingua. Otot ekstrinsik lidah merupakan merupakan otot yang berada di bawah lidah yaitu muskulus genioglossus untuk menggerakan bagian tengah lidah ke belakang. Sedangkan otot-otot palatum lunak yaitu muskulus tensor dan muskulus levator vely palatini untuk mengangkat faring dan muskulus palatoglosus yang menyebabkan terangkatnya uvula. b) Otot faring Terbagi menjadi 2 golongan yaitu otot-otot yang jalanya melingkar dan otot -otot membujur faring. Otot-otot melingkar terdiri dari muskulus konstriktot faringis superior, muskulus konstriktor faringis media, muskulus konstriktor faringis inferior. Sedangkan otot otot membujur terdiri dari muskulus stylofaringeus. Faring tertarik ke arah medial untuk saling mendekat. Setelah itu lipatan lipatan faring membentuk celah sagital yang akan di lewati makanan menuju ke dalam fsring posterior, celah ini melakukan kerja selektif sehingga makannan yang telah di kunyah dapat lewat dengan mudah. c) Otot laring
Terbagi menjadi 2 bagian yaitu otot laring intrinsik dan otot laring ekstrinsik. Otot laring ekstrinsik yaitu muskulus cricotiroideus. Sedangkan otot otot laring intrinsik yaitu muskulus
cricoaritenoideus
posterior,muskulus
cricoaritenoideus
lateral.muskulus
tiroaritinoideus, muskulus vokalis, muskulus tiroepiglotikus dan muskulus aritenoideus. Pada laring terdapat 2 sfrinngter yaitu aditus laringis dan rima glotidis. Aditus laringis berfungsi hanya pada saat menelan. Ketika bolus makanan di pindahkan kebelakang diantara lidah dan palatum mole, laring tertarik ke atas. Adituslaringis dipersempit oleh kerja muskulus aritenoideus oblique dan muskulus ariepiglotikus. Bolus makanan atau cairan, kini masuk ke esofagus dengan menggelincir di atas epiglotis atau turun lewat alur padasisi sisi aditus laringis. Rima glotidis berfungsi sebagai sfringter pada saat batuk atau bersin tetapi yang terpenting adalah epiglotis membantu mencegah makanan agar sejauh mungkin dari pita suara, di mana akan mempengaruhi tegangan pita suara pada waktu bicara. 2. Persarafan Pada tahap menelan, daerah posterior mulut dan faring merupakan daerah yang paling sensitif. Pada faring terdapat suatu cincin yang mengelilingi pembukaan faring dan mempunyai sensitifitas terbesar pada tiangtiang tonsil. Impuls di jalarkan dari daerah ini melalui bagian sensori saraf trigerminal dan saraf glosofaringeal ke daerah medula oblongata yang berhubungan erat dengan traktus salifarius yang terutama menerima impuls sensori dari mulut. Secara otomatis proses menelan diatur oleh daerah daerah neuron dibatang otak yang di distribusikan ke seluruh substansia retikularis medula dan bagian bawah pond. Daerah medula dan bagian pons bagian bawah mengatur penelanan secara keseluruhan disebut pusat menelan atau deglutasi. Impuls motorik dari pusat menelan ke faring dan esofagus bagian atas menyebabkan menelan dijalarkan oleh saraf kranial, yaitu saraf trigeminal,saraf glossofaringeal, saraf vagus dan saraf hipoglossal. 3. Tahap-tahap mekanisme penelanan Penelanan makanan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap volunter atau tahap oral atau tahap bukal, tahap faringeal atau involunter, dan tahap esophageal. Tahap-tahap ini melakukan gerakan yang berkesinambungan dan berlangsung secara cepat. A. Tahap oral atau volunter
Tahap ini berlansung setelah makanan dikunyah dan berbentuk bolus sehingga mudah untuk ditelan. Lidah akan bergerak secara vertikal dan mendorong bolus tersebut ke arah isthmus fausium. Ishtmus fausium merupakan daerah posterior dari cavum oris yang dibatasi oleh palatum mole pada bagian superior dan radiks lidah pada bagian inferior. Ketika bolus akan melewati isthmu sfausium, muskulus palatoglossus berkontraksi untuk menyempitkan isthmus fausium sehingga makanan tidak dapat kembali ke dalam cavum oris. Setelah makanan sampai pada orofaring, muskulus levator veli palatini, muskulus tensor veli palatine, dan muskulus palatofaringeus untuk menutup nasofaring agar makanan tidak masuk kedalam nasofaring dan terdorong ke dalam orofaring. B. Tahap Faringeal Pada tahap faringeal atau involunter dimulai peranan faring dalam proses penelanan. Setelah makanan di dorong ke belakang mulut, makanan tersebut merangsang daerah reseptor penelanan yang terletak di orofaring, khususnya tonsila. Selanjutnya, impuls berjalan ke batang otak untuk memulai serangkaian kontraksi otot faring dengan jalan sebagai berikut: a.
Palatum molle didorong ke atas menutup nares posterior untuk mencegah refluks makanan ke rongga hidung.
b. Arkus palato-faringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk saling mendekati hingga membentuk celah sagital sebagai jalan masuk makanan ke posterior faring. c.
Pita suara larings menjadi berdekatan dan epiglotis terdorong ke belakang ke atas pintu superior larings. Kedua efek ini mencegah masuknya makanan ke dalam trakea.
d. Seluruh laring ditarik ke bawah dan ke depan oleh otot-otot yang melekat pada os hyoideus. Pergerakan ini meregangkan pintu esofagus. e.
Selanjutnya, bagian atas esophagus (sfingter esophagus atas)berelaksasi sehingga memungkinkan makanan berjalan dari posterior faring ke dalam esofagus bagian atas. Pada saat menelan sfingter tetap berkontraksi secara tonik dengan kuat untuk mencegah udara masuk ke dalam esofagus saat bernafas.
f.
Pada saat laring terangkat dan sfingter esofagus atas relaksasi, m. Konstriktor faringeus superior berkontraksi sehingga menimbulkan gelombang peristaltik cepat yang berjalan ke bawah melewati otot-otot faring dan mauk ke dalam esofagus serta
mendorong makanan esofagus bagian bawah. Mekanisme penelanan pada fase faringeal ini berlangsung selama 1-2 detik. Pada fase faringeal ini terjadi : 1.
m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.
2.
m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis (n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.
3.
Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).
4.
Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)
5.
Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.
Peranan saraf kranial pada fase faringeal Organ
Afferen
Efferen
Lidah
n.V.3
n.V :m.milohyoid, m.digastrikus n.VII : m.stilohyoid n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid n.XII :m.stiloglosus
Palatum
n.V.2, n.V.3
n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini n.V :m.tensor veli palatini
n.Laringeus superior cab Hyoid
internus (n.X)
n.V : m.milohyoid, m. Digastrikus
n.VII : m. Stilohioid n.X
n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid
n.X
n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus
Nasofaring Faring n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor faring sup, m.konstriktor ffaring med. n.rekuren (n.X)
n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.
Laring n.IX :m.stilofaring
n.X Esofagus
n.X : m.krikofaring
Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen. Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur. Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu : 1. Oropharyngeal
propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah
2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari m.konstriktor faring. 2. Hypopharyngeal
suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat
terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus bagian superior.
Selanjutnya muskulus stylofaringeus dan muskulus palatofaringeus berkont raksi sehingga menarik faring kearah kranial yang memungkinkan makanan terdorong kearah laringofaring. Pada saat bersamaan otot-otot laring yaitu muskulus sritenoideusobliqus dan muskulus transversus
serta
muskulus
cricoaritenoideus
lateral
berkontraksi
yang
menyebabkan
penyempitan aditus laringis. Kedua cartilago maritenoidea berkontraksi, kemudian tertarik dan saling mendekati sampai bertemudengan epiglottis, rima glotidis tertutup sehingga makanan tidak masuk ke dalam laring tetapi berada dalam laringofaring.
C. Tahap Esophageal Pada tahap esophageal, muskulus constrictor faring berkontraksi berganti dari atas ke bawah mendorong bolus makanan ke bawah melewati laring. Dengan terangkatnya laring dan relaksasi dari sfingter faringoesofageal, seluruh otot-otot pada dinding faring berkontraksi. Makanan yang telah memasuki esophagus, akan dialirkan ke lambung melalui gerak peristaltik. Gerak peristaltic pada esophagus terbagi menjadi dua tipe, yaitu peristaltik primer dan peristaltik sekunder. Gerak peristaltik primer merupakan gelombang peristaltik yang mendorong makanan di faring menuju esophagus selama tahap faringeal. Jika setelah gelombang peristaltik primer masih terdapat sisa makanan yang belum terdorong ke lambung, maka akan timbul gelombang peristaltik sekunder yang dihasilkan dari peregangan esophagus oleh makanan yang tertahan akan mendorong sisa makanan tersebut ke lambung.
Daftar pustaka -
Biyantini, Nisa Milati. 2007. Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara.Available from
:http://www.Scribd.com/doc/15767100/Fisiologi+Pengunyahan-Penelanan-dan-
Bicara. diakses pada tanggal 25 September 2013 -
Norton, Neil S., 2007,
-
SaundersHegner, Barbara R., 2003, Asisten Keperawatan Suatu Pendekatan Proses
Netter’s
Head and Neck Anatomy for Dentistry, Philadelphia:
Keperawatan, Jakarta: EGCLiebgott, -
Bernard., 1995, Dasar-dasar Aanatomi Kedokteran Gigi,Jakarta: EGC