PENGUKURAN DIMENSI TEGAKAN1
(Dimensions Measurements tree stands)
Indah Resmiati/E341300302
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan,Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor
ABSTRAK
Luas bidang dasar pohon dapat diukur dua parameter penting untuk inventarisasi hutan yaitu kepadatan bidang dan volume pohon atau tegakan. Pengukuran dilakukan di tegakan karet belakang rektorat Institut Pertanian Bogor. Luas bidang dasar tegakan pada plot lingkaran menggunakan perhitungan dari diameter rata-rata pohon dan tinggi pohon untuk perhitungan volume sedangkan pada point sampling penafsiran nilai langsung menggunakan bitterlich stick. Hasil luas bidang dasar tegakan dari pengukuran plot lingkaran hasilnya 24.5 m2/ha sedangkan pada point sampling hasilnya 12 m2/ha. Hasil yang paling teliti adalah menggunakan pengukuran dari diameter rata-rata pohon.
Kata kunci: Luas bidang dasar pohon, dimensi tegakan, Bitterlich stick.
PENDAHULUAN
Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Tegakan Hutan adalah suatu skala unit ekosistem hutan yang dapat diidentifikasi relatif lebih homogen. Komposisi, struktur, dan fungsi ekologis di dalam tegakan cukup mirip. Bentuk pengelolaan dan pemanfaatan dapat diterapkan secara seragam dan tidak ada perubahan parameter ekologi sesuai yang diinginkan. Secara umum inventarisasi hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya tersebut secara lestari dan serbaguna (Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999).
Dimensi-dimensi tegakan yang sering diukur adalah diameter rata-rata yaitu rata-rata diameter dari seluruh pohon yang ada dalam tegakan. Tinggi rata-rata yaitu merupakan rata-rata tinggi dari seluruh pohon yang ada dalam tegakan. Pohon peninggi yaitu tinggi rata-rata seratus pohon tertinggi per hektar, yang menggambarkan pohon-pohon dominan dalam suatu tegakan hutan. Luas bidang dasar tegakan yakni jumlah/banyaknya pohon persatuan luas tegakan. Kerapatan tegakan adalah ukuran kuantitatif stok pohon didasarkan pada jumlah normal, luas bidang dasar dan volume tegakan. Kerapatan tegakan hutan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan produktivitas tempat tumbuh dalam tegakan hutan yang sudah ada. Hal ini penting karena kerapatan tegakan hutan merupakan faktor utama yang dapat dimanipulasi dalam rangka pengembangan tegakan (Baker, Daniel, dan Helms 1979). Terakhir adalah volume tegakan yaitu
penjumlahan dari volume seluruh pohon dalam tegakan, baik berupa total volume (m³) maupun rata-rata volume (m³/ha).
Tujuan dari praktikum ini adalah dapat mengukur berbagai dimensi tegakan, baik diameter, tinggi, lbds, maupun volume tegakan dan dapat mengetahui cara-cara pendugaan potensi tegakan.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 18 Mei 2015, pukul 14.30-17.30 WIB di tegakan pohon karet belakang rektorat Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Objek
Alat yang digunakan adalah pita ukur/ phi band, Bitterlich stick dan haga hypsometer. Objek yang diambil adalah pohon karet yang masuk di plot lingkaran 0.02 ha.
Cara Pengambilan Data
Pengambilan data pengukuran tinggi dan diameter pohon metode observasi secara langsung. Data yang di ambil pada plot lingkaran yaitu diameter dengan menggunakan phi band dan pengukuran tingginya menggunakan haga hypsometer yang kemudian akan di dapatkan hasil diameter rata-rata, tinggi rata-rata, keliling, lbds, kerapatan dan volume. Sedangkan pada point sampling hanya menduga lbds menggunakan Bitterlich stick dengan membidik pohon-pohon disekitar titik pusat (sejauh mata memandang) kemudian hitung jumlah pohon yang IN dan yang BORDER.
Analisis Data
Data yang didapatkan dengan menggunakan cara/prinsip penggunaan setiap alat untuk mengukur diameter, tinggi pohon dan luas bidang dasar pohon.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Hasil pengukuran dimensi pohon pada plot contoh 0.02 ha
No
Nama Pohon
Diameter (cm)
Keliling (cm)
Tinggi (m)
Lbds (m2)
Volume (m3)
1
Karet
25
78.5
9
0.05
0.27
2
Karet
28
87.92
9.5
0.061
0.35
3
Karet
26
81.64
14.5
0.053
0.46
4
Karet
20
62.8
7
0.0314
0.13
5
Karet
30
94.2
14.5
0.070
0.61
6
Karet
32
100.48
16
0.08
0.77
7
Karet
23
72.22
11
0.041
0.27
8
Karet
36
113.0
11
0.101
0.67
Jumlah
220
690.76
92.5
0.49
3.53
Rata-rata
27.5
86.345
11.56
0.061
0.44
Tabel 2. Hasil pengukuran lbds tegakan dengan metode point sampling
Jumlah Pohon IN
Jumlah Pohon Border
BAF
Lbds Tegakan (m2/ha)
9
6
1
12
Tabel 3. Rekapitulasi hasil pengukiran dimensi tegakan
No
Diameter Tegakan
Plot Lingkaran 0.02 ha
Point Sampling
1.
Diameter rata-rata (cm)
27.5
2.
Tinggi rata-rata (m)
11.56
3.
Kerapatan tegakan (pohon/ha)
400
4.
Lbds tegakan (m2/ha)
24.5
12
5.
Volume tegakan (m3/ha)
176.5
Hasil pengukuran didapatkan 8 pohon karet yang terdapat pada plot lingkaran seluas 0.02 ha disajikan pada ditabel 1 dan tabel 2 merupakan hasil pengukuran lbds tegakan dengan metode point sampling. Pengambilan data ini hasil pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan haga hypsometer, diameter menggunakan phi band, dan luas bidang dasar menggunakan bitterlich stick di tegakan karet belakang rektorat Institut Pertanian Bogor.
Pembahasan
Suatu inventarisasi hutan selalu dilakukan dengan melakukan pengukuran sejumlah pohon di dalam petak ukur sampel. Parameter yang digunakan sebagai dasar pengukuran di setiap petak ukur tersebut adalah diameter pohon, tinggi pohon serta luas bidang dasar pohon ( Simon 1987).
Hasil pengukuran di tegakan karet belakang rektorat Institut Pertanian Bogor yang menggunakan plot lingkaran 0.02 ha di dapatkan tinggi dan diameter rata-rata pohon menggunakan perhitungan. Selanjutnya dari data tersebut dapat dicari luas bidang dasar dan volume pohon. Sedangkan pada sampling point luas bidang dasar tidak sama seperti cara perhitungan lainnya melainkan ditaksir langsung dengan menggunakan Bitterlich stick atau alat-alat turunan seperti relaskop dan sebagainya (Husch 1987). Luas bidang dasar pada plot lingkaran lebih besar daripada point sampling, pada plot lingkaran hasilnya 24.5 m2/ha sedangkan pada point sampling hasilnya 12 m2/ha. Kerapatan yang terdapat di tegakan karet sebesar 400 pohon/ ha dan memiliki volume 176.5 m3/ ha.
Hasil luas bidang dasar yang paling teliti adalah menggunakan pengukuran daripada menggunakan Bitterlich stick. Alat Bitterlich merupakan alat pengukur luas bidang dasar pohon yang praktis, memiliki harga yang relatif rendah dan alat ini juga dapat dibuat sendiri secara manual dengan alat-alat sederhana. Bitterlich stick bisa saja terjadi kesalahan dalam pembuatan alat ini karena pembuatan manual. Kesalahan yang mungkin terjadi adalah pada panjang tongkat Bitterlich yang kurang tepat, atau celah panjang yang tidak tepat lebarnya, sehingga dapat mempengaruhi hasil kecermatan dan ketelitian pengukuran alat ini. Kelemahan yang lainnya dalam hal faktor kelerengan dan topografis. Sering kali alat ini menghasilkan pengukuran yang tidak tepat jika dilakukan pada daerah yang memiliki kelerengan yang tinggi (De vries 1986).
Pemilihan alat pengukur yang tepat sesuai dengan kondisi tegakan memiliki arti yang penting dalam point sampling agar diperoleh kecermatan yang baik dan dapat dilaksanakan secara efisien. Pemilihan nilai ini mirip dengan penentuan luas petak ukur yang lebih besar atau juga sebaliknya. Luas bidang dasar pohon dapat diukur dua parameter penting untuk inventarisasi hutan yaitu kepadatan bidang dan volume pohon atau tegakan. Bentuk penampang lintang pohon yang tidak persis sama dengan lingkaran tidak dikoreksi di sini (Spuri 1960).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Luas bidang dasar pada plot lingkaran lebih besar daripada point sampling, pada plot lingkaran menggunakan perhitungan dari diameter rata-rata pohon. Alat Bitterlich merupakan alat pengukur luas bidang dasarvpohon yang praktis, memiliki harga yang relatif rendah dan alat ini juga dapat dibuat sendiri secara manual tetapi banyak keemahannya dalam faktor keleraengan dan topografis, selain itu juga alat ini bisa dibuat sendiri yang bisa mengakibatkan kurangnya ketelitian dan ketepatan pada pengukurannya.
Saran
Pengukuran menggunakan Bitterlich stick terlebih dahulu di lihat alatnya, terutama bagian panjang dan lebarnya. Pembuatan alat ini harus lebih teliti agar meminimalisir kesalahan dalam pembuatannya. Pengukuran menggunakan Bitterlich stick juga bisa dilakukan secara berulang, supaya ketelitian dan ketepatan lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Baker F S, Daniel T W, dan Helms J A. 1979. Principles of Silviculture. New York (US) : McGraw-Hill Inc. Book Co.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan RI. 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Jakarta (ID) : Departemen Kehutanan dan Perkebunan.
Vries Egbert De. 1985. Pertanian dan Kemiskinan di Jawa. Jakarta (ID) : Yayasan Obor.
Husch. 1987. Perencanaan Inventarisasi Hutan. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia press.
Simon H. 1987. Manual Inventore Hutan. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia Press.