ILMU UKUR TANAH
10.0.0. PENGUKURAN PENGUKUR AN BEDA TINGGI DENGAN ALAT ALAT SIPA SIPAT DAT DATAR 10.1.0. 10.1.0. Pendahulu Pendahuluan an
Cara pengukuran untuk tiap-tiap alat penyipat datar ini hanya sedikit berbeda tetapi pada umumnya alat dipasang mendatar dan kesalahan-kesa-lahannya dapat dihilangkan. Rambu ukur dipasang tegak di atas titik di belakang dan di muka alat. Penguk Pengukur ur mengar mengarahk ahkan an teropo teropong ng alat ke rambu rambu ukur ukur dan dengan dengan mengmenggunakan tromol pengatur, fokus lensa bayangan rambu ukur dijelaskan. Bila akan menghilangkan paralaks, diafragma harus dijelaskan. Bayangan benang silang silang akan akan tepat tepat menunj menunjukk ukkan an bacaan bacaan pada pada rambu rambu bila bila dengan dengan mengmenggerakkan keatas dan kebawah bacaan benang silang pada rambu tidak lagi berubah. Jika Jika sekrup sekrup pengun pengungki gkitt diguna digunakan kan maka maka garis garis penyip penyipat at datar datar akan akan tepat tepat mendatar. Pada alat type kekar dan type otomatis, garis penyipat datar ini sudah tepat mendatar. mendatar. Pengukur Pengukur harus melepaskan tangannya tangannya dari tripod tripod dan alat. Jika alat miring maka maka kedudu kedudukan kan garis garis pisir pisir akan akan miring miring sehing sehinggga gga akan akan men-da men-dapat patkan kan bacaan yang salah. enaikan !"mm dihitung dan millimeter akhir ditaksir. #asil pem-bacaan yang lengkap kemudian dibukukan. $ntuk mengechek, hasil pengu-kuran pada rambu diulang dan dicocokkan dengan buku ukur. ukur. Rambu ukur kemudian langsung dipindahkan ketempat berikutnya kemudian dilakukan pengukuran secara berulang.
10.2.0. Cara Menyeel Menyeel Ala !Se"n# !Se"n# U$ The Le%el& Le%el&
%angka %angkah h pertam pertamaa untuk untuk menyet menyetel el alat adalah adalah dengan dengan mendir mendirika ikan n posisi posisi ketiga kaki tripod sedemikian rupa sehingga landasannya mendatar. Posisi keti ketiga ga kaki kaki tripo tripod d haru haruss cuku cukup p leba lebarr dan dan dita ditanc ncap apka kan n keda kedala lam m tana tanah h sehingga dapat meyangga alat dengan baik dan aman tanpa bisa terjatuh akibat hembusan angin kencang. &ngat, memperbaiki alat yang sudah rusak biayanya cukup mahal. arena alasan tersebut, hindari menyetel alat di TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!'!
ILMU UKUR TANAH
daerah yang sangat keras, seperti diatas jalan atau trotoar, karena ketiga kaki tripod tersebut susah ditancapkan ditancapkan.. Jika terpaksa, penyetelan alat tersebut tersebut harus dilakukan dengan ekstra hati-hati dan dimungkinkan membutuhkan peralatan tambahan untuk mengamankan peralatan tersebut akibat tergelincir. tergelincir. $ntuk menyetel peralatan penyipat datar yang disanggah oleh tiga sekrup, putar secara berlawan arah kedua sekrup (a) dan (b) untuk meggerakkan gelembung udara, yang posisinya sejajar dengan kedua sekrup, ke posisi tengah. Putar teropong sebesar *"+ dan putar sekrup c saja agar gelembung juga berada ditengah pada arah tersebut. emudian sejajarkan teropong dengan posisi sekrup (b) dan (c) dan putar kedua sekrup dengan arah yang berlawanan sampai gelembung berada ditengah. Begitu juga teropong kemudian diputar *"+ sampai berada di atas titik dan putar sekrup tersebu tersebutt hingga hingga gelemb gelembung ung berada berada diteng ditengah. ah. %akuka %akukan n prosed prosedur ur diatas diatas berulang-ulang sampai dinyakini gelembung tidak lagi bergerak dari titik tengah untuk kedua arah sekrup tersebut. Jika berjalan disekitar ketiga kaki tripod, haruslah dilakukan secara hati-hati sehingga sehingga tidak mengganggu mengganggu posisinya, terutama di atas tanah yang lembek. lembek. Begitu juga jika memegang bagian dari alat penyipat datar harus dilakukan dengan dengan hati-hati hati-hati karena gelembung gelembung dapat bergerak bergerak dari posisi tengahnya tengahnya beberapa bagian akibat meletakkan tangan diatas alat atau piringan tripod. Posisi gelembung juga bisa akhirnya berubah bila alat yang sudah distel dibiark dibiarkan an dalam dalam rentan rentang g waktu waktu yang yang lama. lama. angat angatlah lah perlu perlu bagi bagi seoran seorang g operator alat membiasakan diri untuk mengecheck posisi buble sebelum dan sesudah sesudah pembac pembacaan aan dilaku dilakukan kan untuk untuk menyak menyakink inkan an bahwas bahwasany anyaa posisi posisi gelembung masih benar-benar berada ditengah (tidak berubah). etika etika membid membidik ik objek objek melalu melaluii telesko teleskop, p, sipeng sipengama amats tsipem ipembid bidik ik harus harus terlebih terlebih dahulu memfokuska memfokuskan n bagian system lensa bidikan bidikan (eyepiece) (eyepiece) agar objek bisa terlihat terlihat dengan dengan jelas. /ang /ang paling paling mudah dilakukan, dilakukan, letakkan letakkan sebuah kertasbuku sekitar 0" cm di depan lensa objek, namun jangan sampai meng mengha hala lang ngii sinar sinar masu masuk k ke dala dalam m tele telesko skop. p. ekr ekrup up peng pengge gerak rak lens lensaa eyepiece diputar ke kiri atau ke kanan sampai benang bacaan terlihat dengan jelas dan terang. ekarang, dengan sudah fokusnya lensa eyepiece, arahkan TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!'1
ILMU UKUR TANAH
daerah yang sangat keras, seperti diatas jalan atau trotoar, karena ketiga kaki tripod tersebut susah ditancapkan ditancapkan.. Jika terpaksa, penyetelan alat tersebut tersebut harus dilakukan dengan ekstra hati-hati dan dimungkinkan membutuhkan peralatan tambahan untuk mengamankan peralatan tersebut akibat tergelincir. tergelincir. $ntuk menyetel peralatan penyipat datar yang disanggah oleh tiga sekrup, putar secara berlawan arah kedua sekrup (a) dan (b) untuk meggerakkan gelembung udara, yang posisinya sejajar dengan kedua sekrup, ke posisi tengah. Putar teropong sebesar *"+ dan putar sekrup c saja agar gelembung juga berada ditengah pada arah tersebut. emudian sejajarkan teropong dengan posisi sekrup (b) dan (c) dan putar kedua sekrup dengan arah yang berlawanan sampai gelembung berada ditengah. Begitu juga teropong kemudian diputar *"+ sampai berada di atas titik dan putar sekrup tersebu tersebutt hingga hingga gelemb gelembung ung berada berada diteng ditengah. ah. %akuka %akukan n prosed prosedur ur diatas diatas berulang-ulang sampai dinyakini gelembung tidak lagi bergerak dari titik tengah untuk kedua arah sekrup tersebut. Jika berjalan disekitar ketiga kaki tripod, haruslah dilakukan secara hati-hati sehingga sehingga tidak mengganggu mengganggu posisinya, terutama di atas tanah yang lembek. lembek. Begitu juga jika memegang bagian dari alat penyipat datar harus dilakukan dengan dengan hati-hati hati-hati karena gelembung gelembung dapat bergerak bergerak dari posisi tengahnya tengahnya beberapa bagian akibat meletakkan tangan diatas alat atau piringan tripod. Posisi gelembung juga bisa akhirnya berubah bila alat yang sudah distel dibiark dibiarkan an dalam dalam rentan rentang g waktu waktu yang yang lama. lama. angat angatlah lah perlu perlu bagi bagi seoran seorang g operator alat membiasakan diri untuk mengecheck posisi buble sebelum dan sesudah sesudah pembac pembacaan aan dilaku dilakukan kan untuk untuk menyak menyakink inkan an bahwas bahwasany anyaa posisi posisi gelembung masih benar-benar berada ditengah (tidak berubah). etika etika membid membidik ik objek objek melalu melaluii telesko teleskop, p, sipeng sipengama amats tsipem ipembid bidik ik harus harus terlebih terlebih dahulu memfokuska memfokuskan n bagian system lensa bidikan bidikan (eyepiece) (eyepiece) agar objek bisa terlihat terlihat dengan dengan jelas. /ang /ang paling paling mudah dilakukan, dilakukan, letakkan letakkan sebuah kertasbuku sekitar 0" cm di depan lensa objek, namun jangan sampai meng mengha hala lang ngii sinar sinar masu masuk k ke dala dalam m tele telesko skop. p. ekr ekrup up peng pengge gerak rak lens lensaa eyepiece diputar ke kiri atau ke kanan sampai benang bacaan terlihat dengan jelas dan terang. ekarang, dengan sudah fokusnya lensa eyepiece, arahkan TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!'1
ILMU UKUR TANAH
telesko teleskop p ke titik titik target target yang yang diingi diinginka nkan n dan putarl putarlah ah sekrup sekrup lensa lensa objek objek sampai objek objek terlihat pada daerah pengamat pengamatan an emudian emudian kuncilah kuncilah sekrup pengerak teleskop utama, lalu putar sekrup tangensial agar teleskop bisa berputar ke arah objek yang diinginkan. Perbaiki kembali fokus lensa le nsa objek agar agar objek objek benar benar-ben -benar ar terliha terlihatt dengan dengan jelas jelas dan putar putar kembal kembalii sekrup sekrup penggerak tangensial sampai objek benar-benar dititik fokus yang diinginkan dan objek tersebut juga terlihat jelas pada lensa bacaan. rahkan penglihatan keluar lensa bidikan dan lihat kembali objek pada lensa bidikan tersebut dan hasilnya hasilnya bacaan benang yang dilihat dilihat tidak bergerak bergerak akibat bidikan objek yang masih tidak fokus. Jika sebuah bayangan dari lensa berada di depan atau di belakang lensa bacaan benang, dan jika penglihatan pengamat sedikit dinaikkan atau diturunkan posisinya dari posisi penglihatan yang sebelumnya di lensa eyepiece, eyepiece, benang bacaan sepertinya bergerak bergerak kea tas atau ke bawah di depan depan bak ukur, ukur, lakuka lakukan n perbai perbaikan kan sampai sampai jarak jarak fokus fokus lensa lensa benang benang bacaan dan focus lensa objek benar-benar sesuai dengan focus mata anda sebelum melakukan pengukuran.
10.(.0. 10.(.0. I)yara I)yara !S"#nal) !S"#nal) )
2isaat pelaksanaan pengukuran, sangatlah penting diantara pemegang alat dan pemegang rambu untuk terus berkomunikasi. udah barang tentu untuk dapat dapat berkom berkomuni unikas kasii dengan dengan baik baik sangat sangat diperlu diperlukan kan isyarat isyarat tangan tangan dan isyarat tangan tersebut harus bisa dimengerti oleh satu dengan yang lainnya. pabila target akan ditentukan, pemegang rambu akan bergerak ke arah yang diminta diminta oleh pemegang pemegang alat dengan menggerakan menggerakan tangannya ke kiri atau ke kanan. 3enaikkan kedua tangannya diatas bahu, pemegang alat meminta pemegang rambu ukur mencabut atau menaikkan jalon atau bak ukur agar kelihatan atau pindah ke target lain. 3enurunkan kedua tangan sampai ke bawah oleh pemegang alat meminta pemegang rambu untuk menancapkan atau meleta meletakka kkan n jalon jalonbak bak ukur ukur kedi kedi atas atas target target.. $ntuk $ntuk lebih lebih jelasny jelasnya, a, isyarat-isyarat tangan yang sering digunakan dapat dilihat pada gambar 0.*.
10.*.0. 10.*.0. Le%el"n# Le%el"n# TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!'0
ILMU UKUR TANAH
ecara umum, pekerjaan le4eling adalah pekerjaan sur4eying untuk mencari ketinggian (ele4asi) dari sebuah titik untuk mencari beda tinggi antara titik yang diukur dan menentukan ketinggiankemiringan permukaan tanah seperti yang direncanakan. etinggian atau ele4asi dari sebuah titik harus mengacu pada sebuah titik referensi (B3), baik B3 yang dimiliki oleh negara, pro4insi, atau lokalsetempat. 5itik B3 adalah adalah titik titik yang yang perman permanen en atau semi perman permanen en yang yang ele4asi ele4asi danatau koordinat hori6ontalnya sudah diketahui. B3 digunakan sebagai acuan (titik awal) dari setiap pengukuran yang akan dilaksanakan. Biasanya B3 berbentuk lempengan bulat yang terbuat dari kuningan dan diletakkan di atas beton baik itu sebuah patok di atas pondasi bangunan, di atas dinding penahan tanah, di atas tiang dermaga, dll yang ele4asinya sudah ditentukan berdasarkan akurasi yang berbeda-beda. Peralatan utama yang sering digunakan untuk pekerjaan le4eling adalah alat penyipat datar yang mampu membentuk garis lurus hori6ontal dengan bantuan teleskop dan gelembung ketegakan ketegakan (buble le4el). Jika Jika dua titik titik atau atau lebih lebih mempun mempunyai yai keting ketinggia gian n yang yang berbed berbeda, a, dikata dikatakan kan mempu mempunya nyaii beda beda tinggi tinggi.. Beda Beda tinggi tinggi titik titik terseb tersebut ut dapat dapat diukur diukur dengan dengan beberapa cara, seperti dijelaskan di bawah ini.
10.+.0. Cara Lan#)un# !D"re, !D"re, D"--eren"al D"--eren"al Le%el"n#&
Peng Penguk ukur uran an cara cara langs langsun ung g (dir (direct ect diff differ eren enti tial al le4e le4eli ling ng)) adal adalah ah untu untuk k pengukuran beda tinggi antara dua titik di atas permukaan tanah. Cara yang paling akurat untuk mencari beda tinggi adalah dengan menggunakan sebuah alat penyipat datar dan rambu ukur. $ntuk mendapatkan hasil yang terbaik, bak ukur harus didirikan benar-benar 4ertikal dan begitu juga peralatan penyipat nyipat datar harus diposisikan diposisikan sedatar sedatar mungkin mungkin yang bisa dilihat dari posisi gelembung pendatar benar-benar ditengah lingkaran. ebagai tambahan, menyipat datar juga adalah suatu cara penentuan tinggi relatif dari beberapa titik di atas atau di bawah suatu bidang acuan yang disebut datum. Pada kenyataannya, pengukuran beda tinggi dengan alat sipat TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!''
ILMU UKUR TANAH
datar tersebut adalah menentukan jarak 4ertikal dari titik B3 dengan garis penyipat datar alat (benang tengah).
Cnh 1/
Pada penentuan beda tinggi antara beberapa titik dari jalur yang direncanakan, digunakan alat penyipat datar dan rambu ukur. Pada gambar !".!, titik dan titik B adalah dua titik yang berjarak kira-kira 7"m yang akan ditentukan beda tingginya. lat sipat datar dipasang kira-kira ditengah-tengah antara kedua titik tersebut. emudian alat diatur. Pertama kali pembacaan dilakukan pada rambu yang dipasang tegak di titik sebagai rambu belakang. #asil pembacaan diperoleh 1,8""m. Rambu kemudian dipindahkan dan dipasang tegak di titik B sebagai rambu muka dan dilakukan pembacaan untuk kedua kalinya. #asil pembacaan diperoleh ",8""m.
9ambar !".!. Pengukuran Beda 5inggi dan 2atum ntara 2ua
5itik
2ari skets di atas, jelas bahwa titik B lebih tinggi 1,8"" : ",8"" ; 1,"""m dari titik . 2engan perkataan lain, tanah naik dari titik ke titik B setinggi 1,"""m.
Caaan
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!'8
ILMU UKUR TANAH
2engan cara ini, ketinggian alat dari atas permukaan tanah tidak perlu diukurdipertimbangkan. Pada contoh di atas, jika tinggi permukaan tanah di adalah *8,'""m diatas datum, maka tinggi titik B diatas datum dapat dtentukan. arena permukaan tanah naik 1,"""m dari ke B, haruslah ditambah menjadi *8,'"" < 1,""" ; *=,'""m diatas datum. Cara ini merupakan dasar untuk menentukan ketinggian titik-titik selanjutnya dan dengan menggunakan prinsip di atas dapat lebih mudah di-mengerti. Pada umumnya titik-titik diatas datum diperoleh dari pembacaan pada rambu ukur yang ditempatkan pada titik-titik tersebut dikurangi dengan pembacaan rambu berikutnya yang ditempatkan diatas titik yang diketahui ketinggiannya diatas datum. elisih dari pembacaan pada rambu tersebut menunjukkan naik atau turunnya permukaan tanah diantara titik-titik tersebut. etinggian titik yang tidak diketahui dapat ditentukan dengan men jumlahkan kenaikan dari permukaan tanah atau mengurangkan penurunan permukaan tanah dari titik yang diketahui ketinggiannya.
10.+.1. Peu3uan Dan H"un#an Ha)"l Pea,aan Unu3 Keadaan Na"3 dan Turun
emua data pengukuran sipat datar harus dicatat pada buku ukur seperti terlihat dalam tabel !".! di bawah ini. Pada setiap alat yang sudah diset diatas sebuah titik, pembacaan pertama dilakukan ke rambu belakang. Pada gambar !".! arah bidikan ke >? merupakan arah rambu belakang dan hasil pembacaan diperoleh 1,8"" dan ditulis di kolom >rambu belakang?. eterangan-keterangan mengenai titik yang diamati ditulis pada kolom >keterangan?.
Posisi
eterangan
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!'7
ILMU UKUR TANAH
Rambu
Rambu
Rambu
Belakang
5engah
3uka
Aaik
5urun
1,8"" ",8""
1,"""
@le4asi etinggian *8,'""
. Perm. 5anah
*=,'""
B. Perm. 5anah
5abel !".!. Contoh 5abel Pengukuran @le4asi
rah bidikan terakhir disebut >rambu muka?. Pada contoh, arah rambu muka adalah arah >B? dan hasil bacaan ",8"" dan ditulis pada kolom >rambu muka?. eadaan naik atau turun dari permukaan tanah ditentukan oleh hasil hitungan. 2alam hal ini, selalu diambil selisih bacaan antara rambu pertama dengan rambu kedua. Jika hasilnya positif artinya permukaan tanah naik. ebaliknya, jika hasilnya negati4e artinya permukaan tanah turun.
Pada contoh Bacaan pada rambu belakang >?
; 1,8""
Bacaan pada rambu muka >B?
; ",8"" -
elisih bacaan ( : B)
; <1,"""
(permukaan tanah naik dari ke B).
Pada pengukuran sipat datar, biasanya dihitung ketinggian titik di atas datum. Jika tinggi titik *8,'""m di atas datum, pada tabel dimasukkan di kolom ele4asi sejajar dengan garis untuk titik . @le4asi ketinggian titik B merupakan penjumlahan aljabar dari tinggi ele4asiketinggian titik dengan kolom naik atau turun dari ke B. 5inggi titik
;
*8,'""m
Posisi dari ke B (naik)
;
<1,"""m <
5inggi titik B
;
*=,'""m
Cnh 2/
2alam gambar !".1, dianggap ele4asi di titik B (sebagai titik B3) adalah *=7m dan ele4asi di titik dan C harus dicari. lat penyipat datar dipasang
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!'=
ILMU UKUR TANAH
diantara ketiga titik tersebut dengan jarak mendekati sama panjang dan ketinggian kedua titik tersebut dapat dibaca. Pertama, dirikan secara 4ertikal rambu ukur diatas titik B (sebagai titik B3) dan baca ketinggian benang tengahnya, misalnya !,8""m. emudian, dirikan rambu ukur di atas titik secara 4ertikal dan dibaca ketinggian benang tengahnya, misalnya ",=8". emudian, dirikan rambu ukur di atas titik C secara 4ertikal dan dibaca ketinggiannya, misalnya !,"8"m. khirnya, dapat dicari ele4asi di titik dan C, yaitu *=7m < !,8""m : ",=8" ; *=7,=8" (naik) dan *=7m < !,8"" - !,"8"m ; *=7,'8"m (naik). Beda tinggi antara titik B3 dan adalah *=7,=8" - *=7,"" ; ",=8"m dan atara titik B3 dan C tersebut adalah *=7,'8"m : *=7,""m ; ",'8"m.
9ambar !".1. 3encari Beda 5inggi dan @le4asi 2iatas 2atum
2apat dilihat pada gambar !".1 di atas , tinggi titik di atas datum adalah !,8"" : ",=8" ; ",=8"m, dan tinggi titik C di atas datum adalah !,8"" : !,"8" ; ",'8"m. 2atum disini diambil bidang khayal mendatar yang melalui patok B3. #asil perhitungan di atas dapat dilihat pada tabel !".1 di bawah ini.
Ao
5itik
Posisi
eterangan
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!'
ILMU UKUR TANAH
lat 5arget
Rambu
Rambu
Belakang 5engah
Rambu 3uka
Aaik 5urun
!,8"" ",=8"
",=8"
@le4asi etinggian *=7,"""
5itik B3
*=7,=8"
. Perm. 5anah C. Perm. 5anah
!,"8"
",0""
*=7,'8"
!,"8"
",=8" ",0""
*=7,'8"
- !,"8"
",0""
- *=7,"""
",'8"
",'8"
",'8"
!,8""
5abel !".1. Contoh 5abel Pengukuran @le4asi
Pen"n#
emua pengukuran dengan alat sipat datar harus dilakukan minimum dua kali untuk kontrol dan dilakukan dengan cara pengkuran tertutup (looping).
10.4.0. Pen#u3uran S"$a Daar Berana"
Bila dua buah titik dan B mempunyai jarak yang cukup jauh dan juga mempunyai kemiringan, maka untuk menentukan beda tingginya diperlukan lebih dari satu kali pengukuran alat sipat datar.
Cnh (/
Pada gambar !".0 titik dan titik B kira-kira berjarak 18"m. etinggian titik adalah 10,*""m dan ketinggian B akan ditentukan.
9ambar !".0. Pengukuran Berantai
lat dipasang kira-kira '"m dari (kedudukan !), dan bacaan pada rambu belakang di titik diperoleh ',1""m. Rambu ukur dipindahkan ke titik berikutnya, D, yang kira-kira berjarak '"m dari alat dan bacaan ke rambu muka diperoleh ",="". etinggian titik D tersebut dapat dihitung dari TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!'*
ILMU UKUR TANAH
Bacaan rambu belakang ke
; ',1""
Bacaan rambu muka ke D
; ",="" :
Beda tinggi dari ke D
; <0,8""m (naik)
5inggi titik
; 10,*""
Beda tinggi dari ke D
; <0,8"" <
@le4asi titik D
; 1=,'""m
5abel !".0. memperlihatkan bagaimana cara pengisian dan perhitungan ketinggian dari hasil pengukuran. Rambu Belakan g
Ramb u 5enga h
Posisi
Ramb u 3uka
Aaik
5urun
@le4asi etinggia
eterangan
n . Perm.
Baris !
',1""
Baris 1
",=""
0,8""
10,*""
5anah
1=,'""
D. titik Bantu
Baris 0 Baris '
5abel !".0. Contoh 5abel Pengukuran @le4asi 2engan Cara Berantai
5idak ada bacaan pada rambu yang dapat diambil diluar titik D sebab garis bidikan akan terus berjalan sepanjang jalur pengukuran. lat sipat datar dipindahkan ke kedudukan 1. emudian dibaca lagi rambu di titik D sebagai rambu belakang. #asil pembacaan pada rambu belakang diperoleh ',!8" dan bacaan tersebut harus ditulis dimulai pada baris 1, sebab baris ini menunjukkan jalur D (5abel !".'). Rambu dipindahkan ke muka, ke titik / dan diambil sebagai rambu muka. #asil bacaan diperoleh ",88" dan ditulis pada tabel dibaris 0 pada kolom rambu muka. etinggian titik / dapat dihitung. Bacaan rambu belakang ke D
; ',!8"
Bacaan rambu muka ke /
; ",88" :
Beda tinggi dari D ke /
; <0,7""m (naik)
5inggi titik D
; 1=,'"" TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!8"
ILMU UKUR TANAH
Beda tinggi dari D ke /
; <0,7"" <
@le4asi titik / Rambu Belakan g
Ramb u 5enga h
Posisi
Ramb u 3uka
; 0!,"""m
Aaik
5urun
@le4asi etinggia
eterangan
n . Perm.
Baris !
',1""
Baris 1
',!8"
Baris 0
10,*""
5anah
",=""
0,8""
1=,'""
D. 5itik Bantu
",88"
0,7""
0!,"""
/ 5itik Bantu
Baris '
5abel !".'. Contoh 5abel Pengukuran @le4asi
Perlu diperhatikan bahwa pengisian tabel dan hitungan dari alat pada ke dudukan 1 sama seperti pada pengaturan kedudukan pertama. Jika jalur pengukuran masih belum selesai, maka pengukuran dilanjutkan dari / dan alat dipindahkan pada posisi 0. Rambu yang dipasang di / digunakan sebagai rambu belakang. #asil pembacaan diperoleh 1,8"", dan rambu muka adalah B dan hasil bacaan diperoleh 0,="". Pada tabel !".8 memperlihatkan bahwa hasil pembacaan ditulis pada baris 0 dan '. #itungan tinggi titik B dapat dihitung dari
Bacaan rambu belakang ke /
; 1,8""
Bacaan rambu muka ke B
; 0,="" :
Beda tinggi dari / ke B
; -!,1""m (naik)
5inggi titik /
; 0!,"""
Beda tinggi dari / ke B
; -!,1"" <
@le4asi titik B
; 1*,""m
5itik-titik D dan / adalah titik-titik dimana keduanya dapat bertindak sebagai rambu belakang. edudukan alat dapat dirubah antara rambu muka dan rambu belakang dan titik-titik tersebut disebut >titik-titik bantu?. etinggian titik yang lengkap diperlihatkan pada tabel !".8. Pada pelaksanaan pengukuran perlu dilakukan pemeriksaan terutama dalam
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!8!
ILMU UKUR TANAH
operasi hitungannya. Baris 8, 7, dan = merupakan baris-baris control hitungan. khirnya ketinggian titik akhir dapat dituliskan sebagai berikut
5inggi titik akhir ; tinggi titik awal < semua beda tinggi (naik) : semua beda tinggi turun (-). tau 5inggi titik akhir ; tinggi titik awal < jumlah beda tinggi (naik) : jumlah beda tinggi (turun).
5etapi masing-masing beda tinggi, naik atau turun, adalah selisih antara masing-masing bacaan rambu belakang dan rambu muka, atau jumlah beda tinggi naik dikurangi jumlah beda tinggi turun harus sama dengan perjumlahan bacaan rambu belakang dikurangi perjumlahan bacaan rambu muka.
Rambu Belakan g
Ramb u 5enga h
Posisi
Ramb u 3uka
Aaik
5urun
@le4asi etinggia
eterangan
n . Perm.
Baris !
',1""
Baris 1
',!8"
",=""
Baris 0
1,8""
",88"
Baris '
10,*""
5anah
0,8""
1=,'""
D. 5itik Bantu
0,7""
0!,"""
/. 5itik Bantu B. Perm.
!,1""
1*,""
5anah
!,1""
1*,""
0,=""
Baris 8
!",8"
',*8"
=,!"" -
Baris 7
- ',!8"
!,1""
10,*""
Baris =
8,*""
8,*""
8,*""
Baris
5abel !".8. Contoh 5abel Pengukuran @le4asi $ntuk ' 5itik
Pemeriksaan yang lengkap menjadi (tinggi akhir) : (tinggi awal) ; (jumlah beda tinggi naik) : (jumlah beda tinggi turun) ; (jumlah bacaan rambu belakang) : (jumlah bacaan rambu muka), yaitu (1*,"" : 10,*"") ; (=,!"" : !,1"") ; (!",8" : ',*8") ; 8,*"" m.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!81
ILMU UKUR TANAH
Contoh di atas merupakan contoh pengukuran sipat datar, biasanya dipilih jalan yang terpendek antara dan B supaya dalam pengukuran diharapkan sesedikit mungkin proses pemindahan alat yang dipakai.
In#a
!. esungguhnya semua hitungan beda tinggi ditentukan oleh kecermatan dari pengukur 1. Penulisan titik bantu pada formulir sering tidak dituliskan.
Cnh */
Pada gambar !".' akan ditentukan ketinggian dari keenam titik, titik sampai titik E. lat dipasang dan diatur dengan tepat dan bidikan diarahkan ke . Jika ini sebagai rambu belakang yang hasil bacaannya dicatat pada kolom rambu belakang, titik-titik B, C, 2, dan @ merupakan bidikan selan jutnya dan berkhir di titik E sebagai arah bidikan terakhir dan didefinisikan sebagai rambu muka.
0 5 1 0.
0 2 7 3.
0 2 9 0.
0 2 9 0.
0 5 6 2.
0 2 2 2.
A C
D
E
F
B
9ambar !".'. Pengukuran Berantai
Pembacaan-pembacaan pada titik B, C, 2, dan @ merupakan bacaan tengah (intermediate ight) antara rambu belakang (back sight) dan rambu muka TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!80
ILMU UKUR TANAH
(front sight) dan disebut rambu tengah. #asil pembacaannya ditulis pada kolom rambu tengah seperti terlihat pada tabel !".7.
Rambu Belakan
5enga
g
h
@le4asi
Posisi 3u ka
Aaik
5ur un
etinggia n
Jara
eterangan
k
. Baris !
",8!"
!"=,81"
5anah B. Perm. Pilar
!"',0!"
! C. Perm. Pilar
!"=,!!"
1 2. Perm. Pilar
!,7
!"=,!!"
0 @. Perm. Pilar
'"
!"8,'="
' E. Perm. Pilar
!"8,!"
8
0,1 Baris 1
0,=1"
Baris 0
",*1"
1.
Baris '
",*1"
-
Baris 8
1,87"
!"
1,1 Baris 7
1" 1,1
",0'"
1"
0,!'" -
Perm.
',
Baris =
",8!"
8"
!"8,!"
Baris
-1,11"
',8" -
-!"=,81"
Baris *
-!,=!"
!,=!"
-!,=!"
5abel !".7. Contoh 5abel Pengukuran @le4asi $ntuk 7 5itik
Aaik atau turunnya tanah antara kedua titik dari ke B, dari B ke C, dari C ke 2 dan seterusnya dapat dihitung dari Rambu Belakang
; ",8!"
Rambu 5engah B
; 0,=1"
Beda tinggi -B
; -0,1!" (turun)
Rambu 5engah B
; 0,=1"
Rambu 5engah C
; ",*1"
Beda tinggi B-C
; <1,"" (naik)
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!8'
ILMU UKUR TANAH
Rambu 5engah C
; ",*1"
Rambu 5engah 2
; ",*1"
Beda tinggi C-2
; "
Rambu 5engah 2
; ",*1"
Rambu 5engah @
; 1,87"
Beda tinggi 2-@
; -!,7'" (turun)
Rambu 5engah @
; 1,87"
Rambu 2epan E
; 1,11"
Beda tinggi @-E
; <0,'"" (naik)
Knrl/
Jumlah bacaan rambu belakang (hanya satu)
; ",8!"
Jumlah bacaan rambu muka (hanya satu)
; 1,11" :
Beda tinggi
; -!,=!" (turun)
Jumlah kenaikan beda tinggi (1,"" < ",0'")
;
0,!'"
Jumlah penurunan beda tinggi (0,1!" < !,7'")
;
',8" :
Beda tinggi
; -!,=!" (turun)
ontrol hitungan pada tiap kedudukan dapat ditulis pada kolom tinggi titik (ele4asi). ebagai contoh hitungan, ketinggian titik dapat diperoleh dari penjumlahan atau pengurangan secara aljabar biasa sesuai dengan naik atau turunnya permukaan tanah.
5inggi titik
; !"=,81"
- turun (0,1!") dari ke B
; !"',0!"
< naik (1,"") dari B ke C
; !"=,!!"
3endatar dari C ke 2
; !"=,!!"
- turun (!,7'") dari 2 ke @
; !"8,'="
< naik (",0'") dari @ ke E
; !"8,!"
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!88
ILMU UKUR TANAH
ontrol 5inggi titik terakhir
; !"8,!"
- 5inggi titik awal
; !"=,81" : Beda 5inggi
;
-!,=!" (turun)
9ambar !".8 memperlihatkan suatu daerah dimana ketinggian-ketinggian diperlukan sepanjang titik-titik batas. 2i daerah tersebut terdapat 1 titik pilar (B3). ketch sepanjang jalur menggambarkan jalannya pengukuran sipat datar memanjang yang terdiri dari beberapa penempatan alat.
9ambar !".8. Pengukuran @le4asi ntara 2ua 5itik B3
Pada setiap penempatan alat ukur sipat datar dengan satu penempatan alat ukur sipat datar lainnya dihubungkan oleh titik-titik pindah. 2alam hal ini titik-titik C, E, dan &. Buku ukur dari setiap ketinggian diperlihatkan pada TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!87
ILMU UKUR TANAH
tabel !".=. Bila cara menentukan ketinggian garis bidik telah dimengerti, maka jelas bahwa bacaan ke muka dan ke belakang pada setiap titik pindah tidak pernah dikurangkan satu sama lain.
In#a
Bacaan muka hanyalah menyatakan akhir dari suatu pengukuran menyipat datar dan bacaan belakang merupakan awal dari pengukuran menyipat datar berikutnya.
Rambu Belakang
5engah
Posisi 3uka
Aaik
@le4asi
5urun
1.8!"
etinggian
Jarak
eterangan
!""."""
Pilar !
1.17"
".18"
!"".18"
Patok
!.**"
".1="
!"".81"
Patok B
".8="
!"!."*"
Bak ontrol C
1.8"
".07"
!"!.'8"
Bak ontrol 2
1.'""
".'8"
!"!.*""
Patok @
".7""
!"1.8""
Bak ontrol E
".!8"
!"1.78"
Patok 9
"."8"
!"1.7""
Patok #
".!7"
!"1.''"
Pojok Bang. &
".!1"
!"1.01"
Bak ontrol J
"."0"
!"1.08"
Bak ontrol
".71"
".!*"
!"1.8'"
Pilar 1
8.8""
1.=" -
0.1!
!.'1"
!.7""
!."" !.'8" !.8""
".=1"
!.77" ".'" ".!"
."'" -8.8"" 1.8'"
1.8'"
-
!"1.8'" -!"".""" 1.8'"
5abel !".=. Contoh 5abel Pengukuran @le4asi ntara 1 Pilar B3
10.5.0. Pen#u3uran S"$a Daar Teruu$
Bila titik B31 diketahui tingginya, maka pengukuran sipat datar harus dilanjutkan sampai kembali ke B3!. Cara ini disebut sebagai pengukuran sipat datar tertutup.
Cnh +/
Catatan lapangan seperti pada tabel !". yang diambil dari pengukuran sipat datar untuk mencari kemiringan suatu lapisan batuan pada tiga titik
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!8=
ILMU UKUR TANAH
pengeboran (, B, dan C). 5itik-titik bor tersebut berada pada satu garis dengan jarak masing-masing 8"m. edalaman titik-titik tersebut adalah 5itik
edalaman
B C
!'.10"m *.=0"m 7.7"m
Rambu Belakang
@le4asi
Posisi
5engah
3uka
0.17" 1.=!"
Aaik
5urun
etinggian !0'.8!"
Jarak
Pilar ! CP 5itik Bor 5itik Bor B 5itik Bor C Pilar !
".!0" ".*1" 0.'1"
!.*""
'.'=" 0.1="
eterangan
!0'.8!"
5abel !".. Contoh 5abel Pengukuran ipat 2atar 5ertutup
6a7a/
a. urangi ketinggian seperti yang terlihat pada 5abel !".* diatas Rambu Belakang
5engah
Posisi 3uka
Aaik
5urun
0.17" 1.=!"
Jarak
eterangan Pilar !
0.!0"
!0=.7'"
CP
!.=*"
!0*.'0"
5itik Bor
-1.8""
!07.*0"
5itik Bor B
'.'="
-!."8"
!08."
5itik Bor C
0.1="
-!.0="
!0'.8!"
Pilar !
-'.*1"
!0'.8!"
".!0" 0.'1"
=.="
etinggian !0'.8!"
".*1" !.*""
@le4asi
=.="
'.*1"
-=.="
-'.*1"
-!0'.8!"
"."""
"."""
"."""
5abel !".*. Contoh 5abel Pengecheckan #asil Pengukuran @le4asi ipat 2atar 5ertutup
b. etinggian dari lapisan batu pada beberapa titik bor diperoleh dari pengurangan kedalaman titik bor dan ketinggian permukaan
etinggian Permukaan
5itik Bor !0*.'0"
5itik Bor B !07.*0
5itik Bor C !08.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!8
ILMU UKUR TANAH
edalaman etinggian %apisan
-!'.10" !18.1""
-*.=0 !1=.1
-7.7 !1*.1
c. emiringan lapisan antara titik dan B adalah hasil pembagian antara beda tinggi dengan jaraknya, yaitu 8"m. etinggian %apisan di titik
; !18,1""m
etinggian %apisan di titik B
; !1=,1""m
Beda tinggi -B
; <1,""" (naik)
Jarak -B
; 8"m
emiringan -B
; 1m naik untuk 8"m panjang atau !m naik
untuk 18m panjang.
2engan cara sama didapat pula untuk B dan C etinggian %apisan di titik B
; !1=,1""m
etinggian %apisan di titik C
; !1*,1""m
Beda tinggi B-C
; <1,""" (naik)
Jarak C-B
; 8"m
emiringan B-B
; 1m naik untuk 8"m panjang atau !m naik
untuk 18m panjang.
10.8.0. Cara Men#u3ur Ke"n##"an Den#an Redu3)" Ba,aan Gar") B"d"3 !Cara S"$a Daar Lua)&
alah satu cara untuk mendapatkan ketinggian adalah dengan cara mereduksi garis bidik. 9aris bidik adalah suatu garis yang menghubungkan pusat optis dari objek ditengah-tengah diafragma. Bila teleskop diputar maka akan terbentuk suatu garis bidang kolimasi atau garis bidang bidikan seperti pada gambar !".7.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!8*
ILMU UKUR TANAH
Garis
bidik
B 205.500
A
9ambar !".7. Pengukuran Cara ipat 2atar %uas Pada gambar !".7 tersebut, garis bidang bidikan (kolimasi) memotong rambu ukur yang terletak diatas suatu titik, , dimana keting-giannyaele4asinya sama dengan 1"8,8""m. Pembacaan benang tengah pada rambu adalah 1.'""m. Pada cara ini ketinggian dari garis bidang bidikangaris colimasi (#PC) diatas titik bidang acuan (2atum) adalah tinggi titik (1"8,8"") ditambah bacaan benang tengah pada rambu (1,'"") sama dengan 1"=,*""m.
5inggi garis bidikan (#PC)
; 5inggi titik < 5inggi Benang 5engah pada
rambu . ; 1"8,8"" < 1,'"" ; 1"=,*""m. Bila bacaan lainnya pada B diamati (!,""m), maka ketinggian titik B dapat dengan mudah dicari. etinggian garis bidang bidikan (kolimasi) masih sama dengan 1"=,*""m ketika bidikan diarahkan ke titik B dan oleh karena itu, tinggi titik B adalah #PC dikurangi tinggi bacaan benang tengah pada rambu B. 5inggi titik B ; 5inggi garis bidikan #PC - 5inggi Benang 5engah pada rambu B ; 1"=,*"" : !,"" ; 1"7,!""m. $mumnya tinggi garis bidikankolimasi (#PC) adalah tinggi suatu titik ditambah dengan bacaan benang tengah pada rambu di titik awal (rambu
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!7"
ILMU UKUR TANAH
belakang) dan tinggi titik lainnya adalah tinggi garis bidang bidikan (#PC) dikurangi bacaan benang tengah pada titik-titik lainnya (dari Rambu tengah pertama, kedua, dstnya sampai pada rambu muka). udah barang tentu catatan lapangan dibuat berbeda seperti terlihat pada 5abel !".!". Rau Bela3an#
Ten#ah
Mu3a
1.'""
HPC
1"=.*"" !.""
Ele%a)"9 Ke"n##"an 1"8.8"" 1"7.!""
6ara3
Keeran#an
5itik ditanah B 5itik ditanah
5abel !".!". 5abel Pengukuran @le4asi 2engan Cara ipat 2atar %uas Fleh karena pengamatan tersebut sebenarnya tidak berubah, bidikan ke adalah bidikan ke belakang sementara bidikan ke B adalah bidikan ke muka. 5inggi #PC ditulis pada baris !, dan hanya satu saja besaran #PC digunakan untuk seluruh pengukuran titik-titik yang ada pada satu perletakan alat. Fleh karena seluruh istilah yang digunakan pada pengukuran sipat datar telah diperkenalkan dalam tahapan-tahapan untuk pengukuran sipat datar reduksi naik turun, maka selanjutnya dapat dibahas sebuah contoh dari sipat datar memanjang dengan cara reduksi bacaan garis bidang bidikan (kolimasi).
Cnh 4/
Pada gambar !".= diperlihatkan suatu pengukuran sipat datar melalui daerah pemukiman. etinggian akan dicari dengan berdasarkan cara reduksi garis bidang bidikan. 5inggi titik tidak diketahui tapi dimisalkan sama dengan !"","""m untuk kemudahan perhitungan (5abel !".!"). 5ahap-tahap reduksi adalah sebagai berikut Rau
Belakang
5engah
3uka
'.!""
!"'.! 0.!"" 1."""
1.!""
".!"" !.*""
".0""
HPC
0.!"" '.1""
Ele%a)"9 Ke"n##"an !""."""
6ara3
Keeran#an
".""" 0".""" 7".""" *".""" !1".""" !7".""" 1""."""
B C 2 @ E 9
5abel !".!". Bentuk 5abel Pengukuran @le4asi 2engan Cara Reduksi
!. 5inggi garis bidang bidikan alat pada perletakan alat yang pertama TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!7!
ILMU UKUR TANAH
#PC
; ele4asi titik yang diketahui < bacaan benang tengah
rambu belakang di ; !"",""" < ',!"" ; !"',!""m 5ulis !"',!"" pada tabel !".!! baris pertama di kolom #PC
9ambar !".=. Pengukuran 2engan Reduksi Bacaan 9aris Bidik
1. 5inggi titik B, C, dan 2 (pada perletakan alat yang pertama) 5inggi titik; #PC : Bacaan Benang 5engah Rambu 5inggi titik B
; !"',!"" : 0,!"" ; !"!,"""m
5inggi titik C
; !"',!"" : 1,""" ; !"1,!""m
5inggi titik 2
; !"',!"" : ",!"" ; !"',"""m
5uliskan tinggi titik-titik tersebut diatas pada baris ke 1, 0, dan ' pada kolom >@le4asiketinggian?.
0. 5inggi garis bidang bidikan alat pada perletakan alat yang kedua #PC
; ele4asi titik 2 yang diketahui < bacaan benang tengah rambu belakang di 2 ; !"',""" < 1,!"" ; !"7,!""m
5ulis !"7,!"" pada tabel !".!! baris ke empat di kolom #PC
'. 5inggi titik @ dan E (pada perletakan alat yang kedua) 5inggi titik; #PC : Bacaan Benang 5engah Rambu 5inggi titik @
; !"7,!"" : !,*"" ; !"',1""m
5inggi titik E
; !"7,!"" : 0,!"" ; !"0,"""m
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!71
ILMU UKUR TANAH
5uliskan tinggi titik-titik tersebut diatas pada baris ke 8 dan 7 pada kolom >@le4asiketinggian?.
8. 5inggi garis bidang bidikan alat pada perletakan alat yang ketiga #PC
; ele4asi titik yang diketahui < bacaan benang tengah
rambu belakang di E ; !"0,"""< ",0"" ; !"0,0""m 5ulis !"',!"" pada tabel !".!! baris keenam di kolom #PC
7. 5inggi titik 9 (pada perletakan alat yang ketiga) 5inggi titik; #PC : Bacaan Benang 5engah Rambu 5inggi titik 9
; !"0,0"" : ',1"" ; **,!""m
5uliskan tinggi titik-titik tersebut diatas pada baris ke = pada kolom >@le4asiketinggian?.
=. Pemeriksaan Pemeriksaan yang umum dilakukan, diperlihatkan pada baris ke , *, dan !". Pemeriksaan ini sama seperti dalam cara naik dan turun pada mana beda antara ketinggian pertama dan terakhir sama dengan perbedaan antara ketinggian dari kolom jumlah rambu belakang dengan kolom jumlah rambu muka, yaitu - ",*"".
Ele%a)"9
Rau Bela3an# '.!""
Ten#ah
Mu3a
HPC !"'.!""
0.!"" 1.""" 1.!""
".!""
!"7.!""
0.!"" '.1"" =.'""
!"0.0""
!.*"" ".0"" 7.8"" -=.'"" -".*""
Ke"n##"an !"".""" !"!.""" !"1.!"" !"'.""" !"'.1"" !"0."""
6ara3 ".""" 0".""" 7".""" *".""" !1".""" !7"."""
Keeran#an B C 2 @ E
**.!"" **.!"" -!"".""" -".*""
1""."""
9
5abel !".!!. . Bentuk 5abel ontrol Pengukuran @le4asi 2engan Cara Reduksi
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!70
ILMU UKUR TANAH
Galaupun pemeriksaan seperti ini sangat umum dilakukan, tetapi hal tersebut tidaklah merupakan pemeriksaan yang lengkap dari pengukuran sipat datar karena kesalahan-kesalahan yang lainnya sebenarnya bisa juga terjadi di tempat pengukuran karena tanpa kita sadarimengerti. 3isalkan pada keadaan tinggi titik B berubah dari sebesar !"!,""" menjadi !"1,""". Pemeriksaan yang telah diuraikan sebelumnya akan tetap dapat berlaku dan tentu saja jika ketinggian sementara dari setiap titik perantara yang diamati tersebut salah, pemeriksaan akan diteruskan sampai berhasil. lasan untuk hal tersebut adalah sangat sederhana yakni ketinggian sementara tidak bergantung pada harga dari ketinggian hasil akhir seperti yang berlaku dalam system atau secara naik dan turun. Pemeriksaan lengkap secara hitungan yang diperlihatkan dibawah ini adalah sangat sulit dan keadaan seperti ini merupakan alasan mengapa pemeriksaan sederhana seperti diuraikan diatas dapat diterima. Jumlah ketinggian sementara (kecuali untuk yang pertama) ; jumlah (tiap ketinggian garis bidang bidikan H jumlah pengamatan setiap kali dari & dan E) : jumlah (kolom Rambu 5engah < kolom Rambu 3uka). Jumlah ketinggian sementara (kecuali untuk yang pertama) ; !"!,""" < !"1,!"" < !"',""" < !"',1"" < !"0,""" < **,!"" ; 7!0,'""m. Jumlah (tiap ketinggian garis bidang bidikan dikalikan dengan jumlah pengamatan setiap kali dari & dan E) : jumlah (kolom Rambu 5engah < kolom Rambu 3uka) ; !"',!"" H 0
; 0!1,0""
!"7,!"" H 1
; 1!1,1""
!"0,0"" H !
; !"0,0"" < ; 71=,0""
Jumlah dari kolom Rambu 5engah
; =,"""
Jumlah dari kolom Rambu 3uka
; =,'"" < ; !','""
Jadi 71=,0"" : !','"" ; 7!0,'""m
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!7'
ILMU UKUR TANAH
Cnh 5/ 1. Pela3)anaan Pen#u3uran Beda T"n##" Den#an Cara Redu3)".
3encari beda tinggi antara dua buah titik dapat dilakukan dengan hanya satu kali penempatan alat. #al ini bisa dilaksanakan jika perbedaan tinggi diantara kedua titik tidak terlalu besar dan jaraknya tidak terlalu panjang. Pada gambar !"., titik and titik tidak dapat terlihat melalui kedua posisi tersebut. Jika ingin mencari ketinggian titik dari titik maka diperlukan beberapa titik bantu, seperti titik C, @, dan 9, dan hal seperti ini sering terjadi di lapangan. 3ari kita anggap ele4asi di titik (B3) sebesar 1,'7*m. @le4asi tersebut dicatat dalam buku lapangan. emudian alat didirikan di B dekat garis diantara titik dan C sehingga ke dua titik dan C dapat jelas terlihat posisinya dari B. Bacaan benang tengah untuk titik diketahui 1,'87m . Bacaan ini disebut dengan bacaan rambu belakang (Back ight, disingkat B) dan dicatat di kolom Bacaan Belakang. 2iketahuinya bacaan rambu belakang untuk menentukan ketinggian alat (#&). 2engan demikian ketinggian alat adalah 1,'7* < 1,'87 ; 0",*18m.
9ambar !".. Pengukuran 5ertutup 2iantara 1 5itik B3
etelah ketinggian alat diketahui, ditentukan titik C yang jaraknya dari titik alat (B) relatif sama jaraknya dari titik ke titik B dan posisinya masih sedikit di bawah garis bidik hori6ontal. 5itik C ini harus benar benar stabil dan tidak samar, sehingga bak ukur dapat berulang-ulang, jika diperlukan, dipindahkan dan diletakkan kembali ke posisi titik C yang sama. $ntuk tujuan ini, sebuah batu keras yang permukaan atasnya TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!78
ILMU UKUR TANAH
tajam atau patok permanen yang diberi paku diatasnya lebih diutamakan. Jika tidak ada, sebuah patok kayu atau baut rel kereta api atau pelat metal segitiga yang bagian atasnya dicembungkan ditancapkan kedalam tanah dimana bak ukur dapat diletakkan di atasnya. etelah titik C, dalam tabel disebut 5P-!, ditetapkan, pembacaan rambu ukur dititik tersebut dilakukan. Jika hasil bacaannya adalah ",=8m di bawah garis bidik hori6ontal, maka ketinggian titik C adalah 0",*18 : ",=8 ; 0",!7=m. Pembacaan rambu ukur dititik C ini disebut bacaan rambu muka (Eore ight, disingkat E). ebuah bacaan rambu belakang diambil di atas sebuah titik yang tidak diketahui untuk mengetahui ketinggianele4asinya dari ketinggian alat (#&). Biasanya akan diambil beberapa kali bacaan rambu muka dan rambu belakang sampai berakhir di titik yang akan dicari ketinggiannya #asil bacaan rambu muka (E) yang didapat dikurangkan dengan ketinggian garis bidik (#&) untuk mendapatkan ele4asi di titik tersebut dan hasil bacaan rambu belakang (B) ditambahkan dengan ele4asi dititik tersebut untuk mendapatkan ketinggian garis bidik (#&). #asil bacaan-bacaan tersebut harus dicatat dengan hati-hati di buku lapangan. Pada saat pemegang rambu masih berada di C, pemegang alat bergerak untuk meletakkan dan menyetel alat di titik 2 sehingga bacaan rambu belakang dan rambu muka akan bisa terbaca dari posisi alat tersebut. Bacaan rambu belakang yang didapat adalah 1,"0=m sehingga ketinggian garis bidiknya adalah 0",!7= < 1,"0= ; 01,1"'. Pada saat melakukan pembacaan rambu belakang, sangatlah penting bahwa posisi bak ukur harus benar-benar berada pada posisi titik yang sama ketika membaca ketinggian untuk bacaan rambu muka disaat alat berada dititik B. etelah bacaan rambu belakang diambil pada saat alat di titik C, kemudian bak ukur dipindahkan ke titik @ (prosedurnya sama seperti sebelumnya) dan didapat bacaan rambu muka sebesar ",**!m. Jadi, ele4asi di titik @ (5P-1) adalah 01,1"' : ",**! ; 0!,1!0m. emudian alat dipindahkan dan distel dititik E dan di dapat bacaan rambu TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!77
ILMU UKUR TANAH
belakangnya sebesar 1,*'m sehingga ketiggian alat didapat sebesar 0!,1!0 < 1,*' ; 0',!"=m. Pemegang bak ukur kemudian berpindah ke titik 9 dan didapat bacaan rambu muka sebesar 0,!8*m sehingga ele4asi di titik 9 (5PI0) adalah 0',!"= : 0,!8* ; 0",*'m. /ang terakhir, alat dipindahkan dan distel di titik # dan didapat bacaan rambu belakangnya sebesar !,!'=m sehingga ketinggian garis bidik alat dititik # sebesar 0",*' < !,!'= ; 01,"*8m. emudian bak ukur dipindahkan ke titik B3 dan didapat bacaan rambu muka sebesar !,100m. 2engan demikian didapatlah bahwasanya ketinggian titik adalah 01,"*8 : !,100 ; 0",71m dan beda tinggi antara titik B3 dan B3 adalah 0",71 - 1,'7* ; 1,0*0m (naik). #asil dari perhitungan ini dapat dilihat pada tabel !".!1 di bawah ini.
2. Men#re3)" Le%el"n# D" Bu3u La$an#an Unu3 en#h"lan#3an 3e)alahan $erh"un#an 3e"n##"an ala !HI& dan ele%a)": $erlu d"la3u3an $en#e,he,3an $ada )e"a$ $e3er;aan. Den#an en;ulah3an )eluruh daa yan# ada $ada 3l rau ela3an# !
<=S: ha)"l $en#uran#an er)eu haru) )aa den#an ele%a)" d" ""3 BM K > ele%a)" d" ""3 BM A LE?ELING BM A @ BM K 6L. ALMAMATER
STA
BS
HI
PR'EK DRAINASE P'LMEDMDN?
=S
ELE ?
B3
1.'8
0".*
5P-!
1."0
01.1
".=8
0".!
5P-1
1.*
0'.!
".**
0!.1
5P-0
!.!'
01."
0.!8
0".*
!.10
0".
B3 KB
.80
KE
LE?EL R'D
2+Se$0
LE?EL/ R'D/
GALLI' MARSEDES PURBA
1.' B3di atas pipa air di pintu &
7.!'
-
0".71
1.0*
-1.'7* 1.0*0
5abel !".!1. 5abel Pengukuran 5ertutup 2iantara 1 5itik B3
(. Men#re3)" Ha)"l Pen#u3uran La$an#an TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!7=
ILMU UKUR TANAH
3eski secara matematis dalam mengoreksi hasil pengukuran di buku lapangan telah dikerjakan dan memenuhi, tidak ada jaminan bahwa perbedaan ketinggian sudah benar. Perbedaan ketinggian tergantung dari bacaan setiap rambu ukur yang hasilnya telah dicatat. Jika ada terjadi kesalahan pada pembacaan rambu maupun pada pencatatan di buku lapangan, perbedaan tinggi yang didapat juga akan salah. atu-satunya cara untuk mengecheck perbedaan ketinggian tersebut sudah benar adalah dengan melakukan pengukuran balik, dari titik terakhir (B3 ) kembali ke titik awal (B3 ) atau ke B3 yang lain yang ele4asinya juga telah diketahui. Cara ini disebut juga metode pengukuran 3enutup (3etode %ooping). Jika B3 digunakan sebagai titik awal, maka B3 adalah sebagai titik kembali ke B3 setelah bacaan rambu depan dibaca di titik tersebut dari titik alat di #. emudian posisi alat di pindahkan dan distel di titik yang baru sehingga bacaan rambu belakang bisa dibaca dari titik B3 dan bacaan rambu depan dibaca dari titik 9. 2emikian seterusnya sampai bacaan rambu muka dibaca dari titik B3 . #asilnya, ketinggian (ele4asi) yang akan di dapat dititk B3 harus sama dengan 1,'7*m. Jika terjadi perbedaan ketinggian di B3 tersebut haruslah sekecil mungkin (L 1mm). Jika perbedaannya sangat besar, kesalahan mungkin sudah terjadi pada saat melakukan perhitungan matematisnya sehingga perlu dicheck ulang kembali. Jika tidak pada saat melakukan perhitungan matematisnya, maka kesalahan telah terjadi pada saat melakukan pembacaan rambu belakang atau depan atau telah terjadi kesalahan pada saat melakukan pencatatan di dalam tabel.
10..0. Ba,aan Rau U3ur Teral"3
2alam semua contoh yang terdahulu pada pengukuran sipat datar, titik-titik yang diamati semuanya terletak di bawah garis bidik. ering di dalam lokasi pengukuran bangunan, ketinggian titik-titik di atas ketinggian alat juga diperlukan, misalnya ketinggian dasar jembatan atau suatu lintasan jalan bawah, bagian dasar dari suatu atap, ketinggian suatu atap, ujung atap dan sebagainya dari suatu bangunan. TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!7
ILMU UKUR TANAH
9ambar !".* menggambarkan sebuah bentuk pengukuran dengan rambu ukur terbalik. 5inggi titik , B, C, dan 2, pada kerangka dari suatu bangunan gedung serbaguna, memerlukan pemeriksaan. Rambu ukur dipasang di atas dengan arah tegak ke bawah pada titik dan C dan dicatat dengan tanda negatif didepan bacaan rambu, misalnya -!,81". emungkinan lain, bacaan ditempatkan dalam tanda kurung, misal (!,81"). Pengukuran ini disebut dengan pengukuran rambu terbalik.
Pen#uran#an den#an ede na"3 dan urun
Aaik atau turun diperlukan diantara dua titik yang diamati seperti diuraikan dibawah ini. Bacaan depan dikurangkan dari bacaan yang dibelakangnya, seperti berikut
Bacaan rambu belakang
; !,=8"
Bacaan rambu tengah untuk titik
; - 0,!"" :
Perbedaan dari Pilar ke
; ',8" (naik)
Bacaan rambu tengah untuk titik
; -0.!""
Bacaan rambu tengah untuk titik B
; !,'*" :
Perbedaan dari ke B
; -',88" (turun)
Bacaan rambu tengah untuk titik B
;
!,'*"
Bacaan rambu depan untuk titik C
; -1,87" :
Perbedaan dari B ke C
;
',"8" (naik)
Bacaan rambu belakang untuk titik C;
-',1!"
Bacaan rambu depan untuk titik 2
;
-1,87" :
Perbedaan dari C ke 2
;
-,'!" (turun)
etinggian titik diperoleh dengan penambahan aljabar dari penaikan dan penurunan seperti di atas (tabel !".!0). Pemeriksaan secara hitungan digunakan dalam kejadian biasa. olom Rambu Belakang dan Rambu 3uka dijumlahkan secara aljabar. Bacaan rambu ukur terbalik dianggap negatif. TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!7*
ILMU UKUR TANAH
Bacaan akhir ele4asi : bacaan awal ele4asi ; (jumlah penaikan : jumlah penurunan) ; (jumlah Bacaan Rambu Belakang : Jumlah Bacaan Rambu 3uka) ; 7,1"" : =1,0"" ; ,*"" : !0,""" ; - 1,'7" : !,7'" ; -',!""m.
A
C
B
0
9ambar !".*. Bacaan Rambu $kur 5erbalik
Rambu Belakang
5engah
Posisi 3uka
Aaik
5urun
!.=8" -0.!"" !.'*" -'.1!" -1.'7" -!.7'" -'.!""
'.8" '.8*" -1.87" '.1"" !.7'"
'."8" .*"" -!0.""" -'.!""
.'!" !0."""
@le4as
Jar
i
ak
=1.0"" ==.!8" =1.87" =7.7!" 7.1"" 7.1"" =1.0"" -'.!""
eterangan Pilar 5iang %ift B 5inggi lantai C tap Penutup 2. Perm. Batu Jalan
5abel !".!0. Pengukuran @le4asi Bacaan Rambu $kur 5erbalik
10.10.0. Perand"n#an Pen#u3uran anara Mede Na"3 dan Turun den#an Mede Redu3)"
istem naik dan turun menemukan suatu pemeriksaan yang lengkap pada keseluruhan pekerjaan sedang kekurangan pada pemeriksaan garis bidang bidikan sangat lambat dan kurang menarik. istem naik dan turun memakan waktu lebih lama untuk penyelesaiannya, namun memerlukan waktu lebih singkat dalam pemeriksaannya dibandingkan dengan system garis bidang bidikan. 5otal waktu keseluruhan hampir sama untuk kedua system tersebut. istem naik dan turun harus dipakai bilamana pengukuran sipat datar melibatkan
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!="
ILMU UKUR TANAH
sejumlah besar titik-titik bantu yang akan diamati. 5idak dapat diragukan lagi, system garis bidang bidikan sangat baik dipakai untuk ketinggian patok di lapangan dan bila sejumlah besar dari titik-titik harus ditentukan untuk penempatan suatu bangunan. #al ini merupakan alasan dari popularitas metode pengukuran garis bidang bidikan diantara para teknisi di lapangan.
10.11.0. Cara Men##una3an Ke"#a Benan# Ba,aan !Three F"reLe%ell"n#&
3enggunakan
ketiga
benang bacaan,
bertujuan
untuk
melakukan
pengukuran ketinggian yang presisi. dalah suatu proses pengukuran langsung dimana pengukuran ketinggiannya menggunakan bacaan dari ketiga benang bacaan sebagai pembanding dari pada hanya dari satu bacaan benang saja yaitu benang tengah (B5). etiap peralatan penyipat datar yang menggunakan lensa dengan ketiga benang bacaan dapat digunakan untuk mengukur beda tinggi dengan cara tiga benang bacaan (5hree Gire %e4eling). Biasanya, rambu ukur yang digunakan berskala metrik. arena cara bacaan tiga benang ini digunakan untuk pengukuran yang berpresisi tinggi, rambu ukur yang berpresisi tinggi juga harus digunakan. 2iagram arah dan bentuk tabel untuk pengukuran dengan cara bacaan tiga benang diperlihatkan pada tabel !".!'. 2i halaman kiri digunakan untuk penulisan bacaan rambu belakang, dan di halaman kanan digunakan untuk penulisan bacaan rambu muka. Perlu dicatat bahwa sebagai titik acuan mengacu ke posisi titik alat, bukan ke titik-titik dimana rambu ukur diletakkan. Pengukuran ketinggian dimulai dari B310 dan berkhir di B31'. Pemegang rambu depan, membawa rambu Ao. ', bergerak untuk menentukan titik target dan pemegang rambu belakang berada di titik yang sebelumnya menjadi titik target untuk bacaan rambu depan. lat penyipat datar diposisikan untuk kemudian diset dan didapat bacaan rambu belakang untuk ketiga bacaan benang masing-masing 1'=, 1'!7, dan 10'8mm. $ntuk mendapatkan bacaan tersebut pembaca harus benar-benar TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!=!
ILMU UKUR TANAH
menyetel gelembung berada ditengah. 2ari hasil perhitungan 1'C=
1
10'8
BA
BB
1
;
1'!7mm .
emudian, bacaan benang atas dikurangi dengan bacaan benang tengah dan begitu juga bacaan benang tengah dikurangi dengan bacaan benang bawah. #asilnya masing-masing =!mm dan =!mm. elisih dari kedua hasil perhitungan di atas, 1'!7 (hasil perhitungan) : 1'!7 (bacaan benang tengah) ; " dan =!mm (B-B5) : =!mm (B5-BB) ; ", dan hasilnya masih lebih kecil dari 1 mm (selisih yang diijinkan). 2ari hasil penjumlah B : BB ; 1'= : 10'8 ; !'1mm emudian pemegang alat melakukan pembacaan rambu ukur depan dan didapat ketiga bacaan benangnya masing-masing "8!*, "''', dan "07*. 2ari hasil perhitungan
BA
1
BB
;
"8!*
1
"07*
"''' .
emudian, bacaan benang atas dikurangi dengan bacaan benang tengah dan begitu juga bacaan benang tengah dikurangi dengan bacaan benang bawah. #asilnya masing-masing =8mm dan =8mm sehingga didapat selisihnya. edua hasil perhitungan di atas, ",''' (hasil perhitungan) : ",''' (bacaan benang tengah) ; " dan ","=8 (B-B5) -","=8 (B5-BB) ; ", dan hasilnya masih lebih kecil dari 1 mm (selisih yang diijinkan). 2ari hasil penjumlah B : BB ; "8!* : "07* ; !8"mm. 2ari hasil selisih B-BB
untuk bacaan rambu belakang, !'1mm dan
bacaan rambu muka !8"mm, dapat dilihat bahwa panjang jarak hori6ontal antara titik alat dengan titik target rambu muka lebih besar m dari jarak titik alat ke titik target rambu belakang. 2emikian pengukuran dan cara perhitungan di atas sampai pengkuran rambu muka terakhir berada di titik B31'. ebagai kontrol dari menghitung nilai rata-rata, semua bacaan rambu belakang dan bacaan rambu muka dijumlahkan, dan selisih hasil penjumlahannya dibagi dengan 0. emudian hasil tersebut dibandingkan TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!=1
ILMU UKUR TANAH
dengan selisih hasil penjumlahan antara bacaan benang tengah untuk rambu belakang dengan bacaan benang tengah untuk rambu muka.
THREEFIRE LE?ELING 5gl. 18-*-!*1
2epan - Belakang
2ari B3 10
e B3 1'
un
(coret salah satu)
ngin
Gaktu 0'8
Bacaan Ao. B,B5,BB Ratatitik Rambu rata Belakang
5otal &nter4al
1'=
=!
'1
'0
''
'8
'7
1'!7
1'!7
!'1
1""
0 1=!7.8
!7=
01'1
7! 0!!
!11
1=''
=1 17=1.8
17"!
!'0
17"1
=8
181=
1817.8
1'8! '"80
!08!1.8
-!"'!=
-0'=1
0"!1!
!""'",8
11+C
07*
!8"
='
1
' '0!
= 8='
=7 !8!
'''
0"*
=!
=18
=8
'
=
7!
0!1"
17=1
!'1
'
1700
0!!
8!*
=!
10'8
1=!=
Bacaan RodM B,B5,BB Rata- 5otal B-BB and B-BB @5. Rambu rata &nter4al 5emp. 3uka
777
'''
778
=8
'
81
!77
770
8=
7"7
7"7.8
!!0
!"77
=' **!.8
!'*
0
=0
=78
1'+C
7*1 !"'!=
=78
'1*
=8
*!=
'
0!7
87
88"
**1
!8"
8=
=0 !'7
=1'
0'=1
0"!1!0 !""'",0000
5abel !".!'. Bentuk 5abel 5hree-Gire %e4eling
10.12.0. Pen#u3uran Ke"n##"an Se,ara Re,"$r,al !Meny"lan#&
2alam pengukuran ketinggian melewati sebuah sungai atau sebuah lembah yang dalam, sering tidak memungkinkan untuk mempertahankan jarak yang sama antara rambu belakang dan rambu muka dari titik posisi alat. 3eskipun kondisinya seperti ini, pengukuran ketinggian secara reciprocal sering digunakan karena hasil rata-ratanya cukup baik. Perbedaan ketinggian antara kedua titik pada kedua sisi yang berlawanan di badan sungai atau lembah didapat dari dua posisi pengukuran.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!=0
ILMU UKUR TANAH
3etode diatas disajikan pada gambar !".!". Pertama alat diset di titik % ! dan bacaan rambu diambil untuk titik dan B. 2ari kedua bacaan tersebut didapat perbedaan ketinggian diantara kedua titik tersebut. emudian alat diset diseberang sungai, yaitu dititik % 1 dengan jarak diambil % 1B ; %! dan %1 ; %!B. Pada posisi kedua ini, dilakukan pembacaan untuk titik dan B dan dari kedua bacaan tersebut juga akan didapat perbedaan ketinggian antara kedua titik tersebut. #asil kedua beda tinggi tersebut mungkin masih ada kesalahan akibat alat, cur4ature dan refraksi. 2engan mendapatkan beda tinggi rata-rata dari kedua hasil perhitungan diatas dapat membantu kita untuk bisa mendapatkan perbedaan ketinggian diantara kedua titik tersebut lebih mendekati sebenarnya.
%!
$A9&
%1
B $A9&
9ambar !".!". Pengukuran Reciprocal
eakuratan hasil pengukuran tersebut akan lebih baik lagi apabila pada saat pembacaan menggunakan 1 bak ukur sekaligus untuk menghindari adanya perbedaan waktu yang cukup lama disaat mendapatkan hasil bacaan rambu ukur dari kedua titik tersebut. emudian, keakuratan hasil pengukuran juga bisa lebih baik lagi dengan mengambil lebih dari satu bacaan rambu ukur pada masing-masing sisi sungai dengan jarak posisi alat distel berbeda-beda agar didapat nilai rata-rata lebih dari dua posisi saja. Jika jarak antara titik ke titik B terlalu jauh, sangatlah disarankan melakukan pembacaan rambu ukur di kedua titik tersebut pada saat kondisi TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!='
ILMU UKUR TANAH
atmospherenya relatif sama. Jika tidak sama, sangat mungkin akan terjadi kesalahan akibat adanya perbedaan faktor refraksi yang diakibatkan oleh perbedaan kondisi atmosphere tersebut.
Cnh 8/
Pada gambar !".!", sewaktu alat diset di %!, bacaan rambu belakang () didapat sebesar !,87'm dan bacaan rambu depan (B) sebesar 1,1!"m. edang sewaktu posisi alat diset di %1, bacaan rambu belakang () didapat sebesar !,8!m dan bacaan rambu depan (B) sebesar 1,"=*m. etinggian titik diketahui sebesar *!,"8"m. 5entukan berapa ketinggian di titik B.
6a7a/
2ari hasil bacaan pada saat alat diset di %!, didapat beda tinggi yang pertama antara kedua titik tersebut adalah !,87'm : 1,1!"m ; -",7'7m dan beda tinggi yang kedua didapat pada saat alat diset di %1 adalah !,8!m - 1,"=*m ; -",87!m. Jadi, beda tinggi rata-rata yang didapat dari keduanya adalah
",7'7 ",87! 1
",7"08 . 2an didapat ketinggian di
titik B ; *!,"8"m : ",7"08m ; *",''78m.
10.1(.0. Ke)alahan3e)alahan Dala Pen#u3uran S"$a Daar
eperti dalam semua operasi pengukuran, sumber-sumber dan pengaruh pengaruh dari kesalahan harus dikenali dan kemudian dihilangkan atau diperkecil. esalahan-kesalahan dalam pengukuran sipat datar dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok besar 10.1(.1. Ke)alahan Be)ar !Gr))Errr&
esalahan besar adalah kesalahan yang muncul akibat kesalahan pengukur. #al tersebut dapat diakibatkan oleh kelalaian, kurangnya pengalaman dan kelelahan. !. esalahan 3embaca Rambu esalahan ini mungkin merupakan kesalahan yang paling umum terdapat dalam semua pengukuran sipat datar. Contoh-contoh kesalahan
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!=8
ILMU UKUR TANAH
bacaan rambu adalah salah penempatan titik desimal, kesalahan membaca satuan meter, atau membaca rambu dengan cara yang salah.
1. 3enggunakan Benang ilang /ang alah Pengamat seharusnya membaca rambu ukur berdasarkan garis sumbu, bukan membaca berdasarkan salah satu garis arah pengamatan. esalahan ini biasa terjadi akibat lemahnya penglihatan.
0. alah 3encatat Bacaan dicatat dengan angka yang bertukar, misalnya 0,"1" dicatat 0,""1.
'. 5idak 5ercatat atau alah 3emasukkan Bacaan rambu dapat dengan mudah tertulis dalam kolom yang salah atau bahkan hilang atau tidak tertulis sama sekali.
8. Ai4o 5abung 5idak 2itengah Rambu dibaca tanpa mengetengahkan gelembung ni4o. emua kesalahan-kesalahan tersebut dapat sangat kecil atau sangat besar dan setiap usaha harus dilakukan untuk menghilangkan kesalahan tersebut. atu-satunya jalan untuk menghilangkan kesalahan besar adalah melakukan pengukuran ganda (berulang), yakni mengukur dari ke B, kemudian mengukur kembali dari B ke . ecara teoritis, pengukuran sipat datar harus tepat tanpa adanya kesalahan, namun hal itu sangat jarang terjadi. esalahan tersebut harus di dalam batasan yang dapat diterima, biasanya tidak lebih dari !mm perjarak 8"m, untuk sipat datar yang kurang dari ! km (kurasi !8""""). Banyak pemegang alat biasanya sering membaca bacaan benang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari bacaan yang sebenarnya. #al ini terjadi karena keterbatasan penglihatan menentukan kapan gelembung benar benar berada ditengah. $mumya kesalahan manusia ini sering TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!=7
ILMU UKUR TANAH
diabaikan
meskipun
terkadang
kesalahan
seperti
ini
dapat
menyebabkan terjadinya kesalahan yang lebih besar secara komulatif. $ntuk mengetahui adanya kesalahan seperti ini, sebaiknya si pemegang alat melakukan pengukuran di sebuah garis bidik yang juga digunakan oleh beberapa tim sur4ey atau dengan melakukan beberapa pengukuran secara looping, dimana pengukuran dimulai dan berakhir dititik yang sama.
10.1(.2. Ke)alahan Tea$ !Sy)ea",Errr& Suer)uer
Ke)alahan
d"
)aa
Mela3u3an
Pen#u3uran
Ke"n##"an
umber-sumber utama yang menyebabkan terjadinya kesalahan pada saat melakukan pengukuran ketinggian adalah kerusakan yang terjadi pada alat penyipat datar, kesalahan dalam menggunakan alat penyipat datar maupun bak ukur, kesalahan pada saat menyetel alat maupun bak ukur, kesalahan membidik target, kesalahan membaca bak ukur atau pada saat mencatat dan mengoreksi hasil pengukuran ketinggian, kesalahan karena faktorfaktor alam dan akibat kecerobohan pengukur. esalahan-kesalahan ini dikarenakan kelemahankekurangan alat dan akan selalu terjadi dengan tanda yang sama. !. 5idak 5egaknya Rambu $kur esalahan ini merupakan sumber kesalahan yang perlu mendapat perhatian. eharusnya rambu ukur dipasang tegak. enyataannya mungkin rambu miring kearah depan atau belakang dari pengamat. Pada gambar !".!!. rambu ukur membentuk sudut sebesar 0+ dari arah tegak. Jika bacaan ',""" diamati, akan terdapat kesalahan sebesar 8mm. Bacaan yang benar adalah 'm H cos 0+ ; 0,**8m. esalahan tersebut dapat dihilangkan dengan menempatkan sebuah ni4o kotak pada rambu ukur untuk membantu tegaknya rambu ukur. Pemegang rambu ukur harus menjamin bahwa gelembung udara pada ni4o tersebut harus tetap berada ditengah pada saat rambu ukur dibaca.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!==
ILMU UKUR TANAH
Bacaan ygsbnarnya 3.395 Garis bidik / garis pisir
yang dibaca !000
9ambar !".!!. 5idak 5egaknya Rambu $kur 3etode kedua untuk menghilangkan kesalahan ini adalah pemegang rambu merubah rambu secara perlahan-lahan dalam arah ke muka dan ke belakang melewati posisi tegak selama pengamatan. Pengamat kemudian membaca bacaan terkecil.
1. alah olimasi dari lat Pada pengaturan alat sipat datar yang baik, garis bidik harus betul-betul mendatar bila gelembung udara berada ditengah. Jika keadaan tersebut tidak dapat dipenuhi sebelumnya, maka akan terdapat kesalahan dalam pembacaan rambu ukur. Pada gambar !".!1. garis bidik miring dan kesalahan sisa adalah sebesar >c? dan akan bertambah sebanding dengan jarak pengamatan. esalahan tersebut dapat dihilangkan secara lengkap dengan pengamatan rambu muka dan rambu belakang pada jarak yang sama. esalahan >c? akan sama untuk setiap kali pengamatan dan beda tinggi yang benar akan merupakan beda dari bacaan.
9ambar !".!1. Ke)alahan Kl"a)" TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!=
ILMU UKUR TANAH
Boleh dikatakan, kesalahan kolimasi pada alat adalah biasa dalam penetapan bangunan karena kesalahan pada hasil dapat sepenuhnya dihilangkan dengan menentukan jarak muka sama dengan jarak belakang. Fleh karenanya, praktek seperti itu selalu bisa diterima.
(. Ke)alahan Pada Gar") B"d"3an
Jika terjadi parallaH diantara bayangan yang terbentuk pada lensa fokus dan pada bidang garis benang bacaan, akan menyebabkan terjadinya kesalahan pada saat membaca rambu ukur. 2isamping itu, rambu ukur harus ditegakkan dengan unting-unting atau hand le4el sebelum dilakukan pembacaan. Pengguna alat dapat membantu apakah bak ukur dalam posisi tegak atau tidak melalui bantuan dari benang 4ertikal yang dapat dilihat melalui teropong namun pengguna alat tidak dapat membantu mengetahui apakah rambu ukur berada tegak mendekati atau menjauhi posisi pemegang bak ukur. Bak ukur yang digunakan untuk perkerjaan yang lebih presisi dilengkapi dengan alat pendatar (le4el) yang berbetuk lingkaran, sehingga pemegang bak ukur dapat mendirikan bak ukur secara 4ertical.
$ntuk
pekerjaan
pengukuran
ketinggian
yang
tidak
memerlukan presisi yang tinggi, pemegang bak ukur dapat mendirikan bak ukurnya secara 4ertikal hanya dengan bantuan kedua tangannya. Jika kecepatan angin tidak kencang, bak ukur tersebut bisa juga digeser perlahan-lahan mendekat dan menjauhi si pemegang bak ukur. Bacaan dengan memiliki kesalahan terkecil bisa didapat jika penyetelan peralatan dilakukan dengan benar. Jika pembacaan bak ukur akan dilakukan, posisi benang bacaan harus benar-benar bertemu dengan skala bacaan. esalahan akibat kegagalan memegang bak ukur secara 4ertikal akan lebih besar terjadi pada bacaan dibagian atas bak ukur dibandingkan dengan bacaan dibagian bawah. 2engan alasan ini, perhatian yang lebih hati-hati perlu dilakukan jika pengukuran harus menggunakan bak ukur yang lebih panjang.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!=*
ILMU UKUR TANAH
$ntuk pekerjaan yang lebih hati-hati, jarak dari posisi penempatan alat bak ukur untuk bacaan belakang dan muka harus diusahakan sama panjang. Jika pengukuran akan dilakukan di daerah yang curam, maka pembacaan ketinggian harus dilakukan pada sebuah garis lurus diantara titik-titik perpindahan. Beda tinggi dari posisi alat ke bak ukur bacaan belakang dibuat sebesar dua kali dari beda tinggi dari posisi alat ke bak ukur bacaan muka dan kemungkinan kesalahan bisa terjadi apabila peralatan tidak ditempatkan pada posisi yang baik. Jika tidak ada penghalang, kedua jarak dari posisi alat ditempatkan harus diusahakan sama panjang dan bila perlu posisi alat tersebut bisa dijauhkan dari garis lurus kedua titik tersebut agar kedua jarak bisa dibuat sama panjang. 2engan adanya kesamaan jarak tersebut, kesalahan yang terjadi dapat dihilangkan.
*. Salah Pea#"an Ba,aan Pada Rau U3ur
esalahan ini lebih umum didapat dari pada yang sering dibayangkan, khususnya pada tahapan pemindahan satuan bila rambu ukur dalam satuan inchi akan dirubah kedalam satuan metrik dengan menempelkan pembagian system metrik pada system bacaan aslinya. Perhatian harus diberikan untuk menjamin bahwa titik nol yang ditempelkan betul betul berimpit dengan dasar dari rambu ukur dan bahwa macam-macam pembagian rambu benar-benar baik.
+. Ke)alahan 3arena Peralaan
esalahan yang umum dari alat penyipat datar adalah yang disebabkan oleh tidak benarnya alat distel. eperti telah disebutkan sebelumnya, garis bidikan pada alat yang telah dikalibrasi dengan benar akan benar benar hori6ontal jika gelembung persis berada ditengah lingkaran. Jika kalibrasi alat masih kurang baik, garis bidik akan miring ke atas atau ke bawah dari garis bidik yang sebenarnya.pada saat gelembung diketengahkan. esalahan dari alat dapat dihilangkan atau dieliminir dengan menguji alat tersebut berulang-ulang dan menyetelnya kembali jika dibutuhkan. TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!"
ILMU UKUR TANAH
esalahan dari alat ini dapat juga dihilangkan dengan meletakkan alat berada ditengah-tengah kedua titik target. arena rusaknya alat tidak dapat diprediksi, maka cara yang disebutkan terakhir tadi sangat baik untuk menghilangkan kesalahan dari alat dan seharusnya digunakan untuk pengukukuran-pengukuran dengan akurasi dan presisi yang tinggi.
9ambar !".!0 5est olimasi Pada gambar !".!0 di atas, garis bidik pada alat yang berada dititik B sebenarnya harus berada pada garis @B9. Jika garis bidik ternyata miring ke atas dan dipakai untuk membaca ketinggian bak ukur di titik , ketinggiannya adalah E, bukan @. Pembacaan ini mengandung kesalahan sebesar @E ; e!. etika alat penyipat datar diarahkan ke titik C atau 2, garis bidik juga akan miring ke atas dengan sudut yang sama bila tidak terjadi perubahan posisi gelembung dari yang sebelumnya atau
harus
dikembalikan
ketengah
sama
seperti
pada
posisi
sebelumnya. Bacaan rambu pada C didapat sebesar C# dan mengadung kesalahan sebesar 9# ; e1. Jika jarak hori6ontal B@ ; B9 adalah sama, maka kesalahan yang terkandung pada kedua pengukuran tersebut besarnya akan sama e! ; e1 sehingga beda tinggi yang akan didapat tersebut adalah beda tinggi yang sebenarnya antara titik dan C. ementara bacaan rambu ukur yang didapat pada titik 2 adalah 2% yang mengandung kesalahan e 0. arena jarak hori6ontal B2 lebih panjang dari B, maka kesalahan perbedaan ketinggian antara titik dan 2 adalah sebesar e 0 : e !. #al yang sama juga akan terjadi jika garis bidik miring ke bawah. esalah seperti ini juga dapat tejadi pada alat penyipat datar otomatis. 5erkadang tidak mungkin mendapatkan jarak hori6ontal yang sama untuk membaca rambu belakang dan muka akibat kondisi di lapangan dan beberapa pengukuran harus dilakukan dari posisi alat yang sama TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!!
ILMU UKUR TANAH
untuk mencari beda tinggi di daerah pengukuran yang luas. angatlah dianjurkan untuk senantiasa menyetel alat atau menggunakan alat yang telah dikalibrasi dengan baik. lternatif lain, gunakan alat penyipat datar type tilting yang teropongnya dapat dibalik sehingga bacaan rambu bisa dilakukan dengan posisi benang silang yang bolak balik sehingga hasil ketinggian rata-ratanya bebas dari kesalahan akibat garis bidik yang miring. lternatif yang lain, adalah dengan melakukan pengukuran dengan system looping. 3enggunakan garis bidik yang jaraknya terlalu panjang harus dihindari. emakin jauh jarak bak ukur dari alat penyipat datar, semakin lebar jarak yang diliput oleh benang silang dan semakin sulit melakukan pembacaan secara akurat. $ntuk mendapatkan akurasi yang baik dari pengukuran, maka jarak garis bidik yang digunakan tidak melebihi 8"m.
4. Ke)alahan A3"a Penyeelan Ala
eperti sudah dijelaskan sebelumnya, pengguna alat yang baik akan senantiasa membiasakan diri melakukan pengecheckan terhadap posisi gelembung sebelum dan sesudah melakukan setiap pengukuran. Cara ini adalah satu-satunya cara untuk menyakinkan hasil bacaan didapat dengan benar. Besarnya kesalahan akibat posisi gelembung tidak benar-benar berada ditengah, tergantung pada kepekaan gelembung tersebut. Cara yang paling tepat untuk menemukan kesalahan akibat gelembung tidak berada ditengah dan akibat jarak hori6ontal adalah dengan mengingat bahwa kesalahan yang bisa terjadi akibat ketidak dataran alat sebesar !? dapat menyebabkan terjadinya kesalahan sebesar !8mm untuk setiap !""m jarak yang diukur. Jadi, jika sebuah gelembung 0"? tidak mendatar sebesar ! bagian skalanya disaat pengukuran dilakukan akan menyebabkan adanya kesalahan pembacaan sebesar =,8m untuk setiap 8"m jarak pengukuran. esalahan seperti ini tidak pernah terjadi pada alat penyipat datar otomatis.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!1
ILMU UKUR TANAH
esalahan umum yang sering terjadi disaat menggunakan bak ukur adalah karena tidak hati-hatinya membaca ketiggian target disaat sebelum bagian atas bak ukur dipanjangkan. kibat terlalu kerasnya bagian bak ukur dipanjang-pendekkan dan kurang benarnya bagian bak ukur diperpanjang, dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pada saat pengukuran. Para pemula harus diingatkankan agar hati-hati melakukan pembacaan, yaitu agar benar-benar membaca bacaan bak ukur di bagian yang segaris dengan garis hori6ontal benang tengah. Pembacaan bak ukur yang dibaca persis dititik tersebut akan mengandung kesalahan yang ber4ariasi sampai beberapa mm!" apabila gelembung tidak benar-benar berada ditengah.
5. Ke)alahan a3"a Pene$aan Ala
Jika.alat penyipat datar ditempatkan diantara bacaan rambu belakang dan bacaan rambu muka maka kesalahan akibat kolimasi dapat dihindari.
8. Ke)alahan Pada Saa Mea,a Ba3 U3ur: Men,aa Daa dan Men#h"un#
esalahan umum pada waktu membaca bak ukur adalah kesalahan sewaktu membaca skala satuan yang terkecil. Pembaca bak ukur yang teliti akan membaca satuan, baik yang berada diatas maupun dibawah garis benang tengah. $ntuk pengukuran garis bidik yang cukup dekat, garis skala satuan tidak bisa terlihat dalam daerah teleskop. $ntuk kasus seperti ini, pembacaan dapat dilakukan dengan bantuan pemegang rambu ukur menggeser-geser jarinya agar skala satuan yang berimpit dengan garis benang hori6ontal dapat diketahui besarnya. Beberapa alat penyipat datar yang digunakan untuk presisi yang tinggi dilengkapi dengan 0 bagian benang hori6ontal. 2an ketiga bagian benang hori6ontal tersebut, benang atas (B), benang tengah (B5) dan benang
bawah
(BB)
harus
pembagiannya sama besar, BT
dibaca
BA
1
untuk BB
mengetahui
apakah
atau BA BT BT BB .
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!0
ILMU UKUR TANAH
Perhitungan ini harus terlebih dahulu dilakukan oleh pemegang alat dan atau bersama-sama dengan pencatat sebelum pemegang bak ukur berpindah. 2isaat mencatat hasil bacaan sampai tiga desimal dibelakang koma, sering terjadi kesalahan berupa kesilapan menuliskannya, misalnya bacaan 8,""' dapat tertulis menjadi 8,"' atau 8,'. esalahan seperti ini dapat dihindarkan dengan memastikan bahwasanya hasil pembacaan harus ditulis sampai tiga desimal. Jika sudah nyakin yang terbaca hanya satu atau dua decimal saja, bukan tiga decimal, dapat diketahui bahwasanya sudah terjadi kesalahan pembacaan. Fleh karena itu perlu dilakukan pembacaan ulang. esalahan lainnya yang umum terjadi adalah hasil bacaan ditulis di kolom yang salah, misalnya bacaan rambu ukur belakang ditulis di kolom bacaan rambu ukur depan. Jika pemegang alat masih meminta pemegang rambu terus bertahan di titik target tersebut lebih lama lagi setelah pembacaan benang, kemungkinan kesalahan ini langsung bisa dideteksi. $ntuk menghindari hasil bacaan ditulis pada kolom yang salah, para pemula harus mengingat bahwasanya pembacaan pada rambu ukur yang pertama kali adalah pembacaan pada rambu ukur belakang dan hanya satu saja hasil bacaan rambu belakang dari setiap posisi alat didirikan. Bacaan-bacaan lainnya sebelum bacaan rambu ukur depan (E) adalah bacaan rambu ukur tengah (&). esalahan
pada waktu
control
perhitungan
sudah
diterangkan
sebelumnya. dalah suatu kebiasaan yang baik jika hasil pengukuran yang sudah penuh dalam satu halaman langsung dikoreksi secepatnya agar kesalahan yang terjadi pada perhitungan ketinggian tersebut tidak terbawa ke halaman berikutnya.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!'
ILMU UKUR TANAH
10.1(.(. Ke)alahan A,a3 !RandErrr& 1. Ke)alahan A3"a =a3r Ala
ebuah kesalahan yang diakibatkan oleh factor alam adalah penyebab terjadinya pembiasan dan refraksi. esalahan yang terjadi akibat factor tersebut antara ","!m0"m
sampai dengan ",=mm!"". $ntuk
pengukuran beda tinggi yang sederhana, kesalahan ini dapat diabaikan. ecara praktisnya, kesalahan seperti ini dapat juga dieliminir dengan membuat jarak dari alat ke titik B dan E sama panjang. Jika jarak dari alat ke rambu belakang dan rambu muka tidak sama, koreksi harus dilakukan untuk hasil perhitungan ketinggian yang berbeda. 9elombang panas di saat terik matahari adalah penyebab terjadinya refraksi dan
diketahui bahwasanya refraksi mungkin pe-nyebab
kesalahan yang sering terjadi disaat melakukan pengukuran ketinggian. Jika terik matahari terlalu panas, sangatlah tidak mungkin membaca rambu ukur kecuali jarak rambu tersebut relatif lebih dekat dengan posisi alat dari pada jarak yang biasa diberikan. esalahan akibat refraksi akan menjadi lebih besar jika bacaan rambu ukur lebih dekat ke permukaan tanah. $ntuk pengukuran yang teliti, jangan melakukan pengukuran selama 1 atau 0 jam disaat tengah hari. gar kesalahan yang terjadi sekecil mungkin, sangatlah baik jika jarak bidikan dibuat sependek mungkin dan tinggi bacaan rambu ukur tidak lebih rendah dari !m. #asil yang lebih baik biasanya didapat bila alat penyipat datar dipayungi. Jika alat sipat datar terlalu kepanasan akibat terik matahari, dapat menyebabkan terjadinya pemuaian yang besarnya bisa berbeda beda untuk setiap bagian alat yang berbeda. 2an apabila salah satu sudut bagian waterpass mengalami panas yang lebih tinggi, besar kemungkinan gelembung akan turun pada bagian yang lebih panas tersebut. $ntuk pengukuran yang lebih teliti, sebaiknya hindari alat dari terpaan cahaya matahari secara langsung.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!8
ILMU UKUR TANAH
$ntuk menjaga terjadinya perubahan panjang pada rambu ukur akibat temperatue, skala satuan jarak yang digunakan biasanya dibuat diatas pita in4ar, yang sangat kecil sekali akan memuai pada temperatur yang tinggi. Biasanya untuk kwalitas pengukuran yang rendah, kesalah akibat faktor alam ini bisa diabaikan. esalahan-kesalahan ini disebabkan oleh keadaan fisik dan iklim. esalahan yang diperoleh umumnya sangat kecil dan dapat diabaikan. a. Pen#aruh An#"n dan Suhu
tabilitas dari alat mungkin terganggu sehingga menyebabkan tinggi garis kolimasi sedikit berubah.
. Tanah yan# lee3 dan 3era)
Bila alat dipasang pada tanah yang lembek, hal tersebut akan menyebabkan alat turun perlahan-lahan pada saat pengamat bergerak disekitarnya. Bila dipasang pada tanah yang tertutup tumbuh-tumbuhan, posisi alat bisa berubah naik dari muka tanah, dalam hal ini juga bisa merubah kolimasi secara perlahan.
2. Per$"ndahan T""3
Pada setiap perpindahan titik, rambu ukur harus dijaga betul-betul pada ketinggian yang sama untuk kedua pengamatan, rambu belakang dan rambu muka. uatu titik yang stabil harus dipilih dan ditandai dengan kapur. Jika tanahnya lembek, segitiga penopang rambu ukur harus digunakan (lihat gambar !".!'). egitiga penopang tersebut terbuat dari logammetal. Pada bagian tengah atas dibuat permukaannya melengkung setengah bola yang berfungsi menjadi tempat rambu diletakkan pada setiap kali pengamatan. edangkan pada bagian ujung segitiga dibuat melengkung kebawah yang berfungsi sebagai paku, diruncingkan agar dapat menancap ke tanah dengan baik.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!7
ILMU UKUR TANAH
9ambar !".!'. 2udukan egitiga
(. Ke"da3 Tel""an Pen#aa
esalahan yang terjadi dalam penafsiran bacaan millimeter, terutama bila penglihatan kurang baik atau pengamatan terlalu jauh. emua kesalahan dalam kelompok ini merupakan kesalahan kecil dan mudah diatasi serta tidak begitu penting untuk keperluan sur4ey bangunan.
10.1(.*. Baa)an Ke)alahan !l"" - errr&
Jika pengukuran dilakukan dengan hati-hati, hampir seluruh kesalahan (error) yang terjadi bersifat random. 2engan alasan seperti ini, kesalahan dalam pengukuran sebuah garis cenderung akan berbanding lurus dengan banyaknya jumlah titik dimana alat di set up. pabila banyaknya titik-titik dimana alat diposisikan,
jumlahnya konstan per kilometernya, ma-ka
besarnya kesalahan yang terjadi berbanding lurus dengan panjangnya. Presisi yang bisa didapat dapat ditentukan dengan membandingkan kedua hasil pengukuran beda tinggi antara dua titik yang dilakukan dalam dua arah (arah maju dan mundur) etelitian hasil pengukuran dapat diklasifikasikan sebagai tingkat !, tingkat 1, tingkat 0 dan tingkat ' berdasarkan prosedur kerja dilapangan ( ; erangka cuan erja) dan ketelitianakurasi dari hasil pengukuran ketinggian yang telah disepakati untuk kedua arah pengukuran sepanjang garis pengukuran tersebut.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!=
ILMU UKUR TANAH
10.1*.0. Men#re3)" Ke)alahan Ala
Pada pembahasan tentang kesalahan-kesalahan, dijelaskan bahwa garis bidik dapat tidak sejajar dengan garis arah ni4o. Pengukuran beda tinggi akan benar bila jarak antara alat ke rambu muka sama dengan jarak ke rambu belakang. Aamun keadaan ini tidak dapat selalu dipenuhi oleh karena keadaan di lapangan yang tidak memungkinkan.. alah satu cara untuk mengatasinya adalah terlebih dahulu menogreksi alat ukur tersebut sehingga alat yang dipakai benar-benar dalam keadaan baik. Cara pembetulan alat akan berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung dari jenis dan konstruksi alat yang bersangkutan.
10.1*.1. Ala U3ur S"$a Daar Ke3ar a. Suu 3e)au haru) enarenar e#a3 3e"3a #eleun# n"% erada d" en#ahen#ah. a.1. Cara en#u;"nya/
!. tur alat ukur dan letakkan ni4o tabung sejajar dengan dua buah sekrup pengatur. Bila keadaan alat tidak baik, maka hubungan antara sumbu tegak dengan ni4o tabung diperlihatkan pada gambar !".!8. (a), dimana terdapat kemiringan sebesar e. 1. Putar teropong sebesar *"+ dan ketengahkan kembai gelembung. 0. $langi pekerjaan ! dan 1 sedemikian sehingga gelembung berada tetap ditengah-tengah. '. Putar teropong sebesar !"+ dari posisi !. Fleh karena sumbu kesatu masih dalam keadaan miring sebesar e, maka gelembung tidak akan berada ditengah-tengah lagi. Ai4o tabung dalam hal ini akan miring sebesar 1e (gambar !".!8.b). Catatlah pergeseran dari gelembung ni4o dari keadaan ditengah, misalkan n skala
a.2. Cara Men#re3)" 1. Putar sekrup pengatur sedemikian rupa sehingga gelembung
bergerak kembali menuju tengah-tengah sebesar n1 skala, yaitu sebesar setengah dari kesalahan. 2alam keadaan ini sumbu kesatu masih miring sebesar e (gambar !".!8.c). TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!
ILMU UKUR TANAH
2. tur ni4o tabung dengan melepaskan pengunci sekrup dan menaik-
turunkan salah satu ujung tabung sampai gelembung benar-benar ditengah. 2engan demikian, setengah kesalahan yang tersisa tadi (n1) dapat dihilangkan (gambar !".!8.d)
. Gar") "d"3 haru) )e;a;ar den#an #ar") arah n"%. Den#an $er3aaan la"n #ar") "d"3 haru) endaar.
9ambar !".!8. Cara 3engoreksi lat ipat 2atar ekar
Pertanyaan yang sering muncul adalah >mengapa garis bidik pada alat sipat datar kekar bisa salahN?. Jawabannya adalah akibat adanya goyangan-goyangan yang menyebabkan bergesernya diafragma dari posisi yang benar, yakni dari posisi tegak. Bahkan tanpa goncanganpun pergeseran bisa terjadi akibat pengaruh lingkungan alam, salah satunya adalah efek temperature yang menimbulkan pengembangan dan ataupun penyusutan komponen.
.1. Cara en#u;"
Cara mengujinya disebut >uji dengan dua patok?, yaitu !. Pilih dua titik, titik dan titik B, yang terpisah sejarak 7"m dan tancapkan kedua patok kuat-kuat kedalam tanah. 1. Pasanglah alat betul-betul ditengah antara kedua patok tersebut. emudian, ukurlah beda tingginya dengan hati-hati. 0. mati rambu ukur pada titik patok dan catat bacaannya.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!*
ILMU UKUR TANAH
'. Pindahkan rambu ukur ke B. Bacalah rambu dan ratakan tinggi patok B sehingga bacaannya sama seperti yang diperoleh pada . 8. edua patok dan B akan berada pada ketinggian yang sama tanpa dipengaruhi apakah garis bidik mendatar atau tidak. Pada gambar !".!7, garis bidik miring arah keatas sebesar sudut O memiliki kesalahan sebesar >e?. arena patok B berada pada jarak yang sama dari alat seperti jarak pada patok , maka pada pun akan terbaca kesalahan yang besarnya sama, yaitu sebesar >e?. 7. Pasanglah alat didekat titik B dan bacalah rambu ukur pada titik B tersebut (gambar !".!=). =. Pindahkan rambu ukur ke dan baca. Bacaan harus sama. Jika tidak sama, maka hal tersebut menunjukkan adanya kesalahan kolimasi yang disebabkan oleh bergesernya diafragma dalam arah tegak.
.2. Pen#auran
9ambar !".!7. $ji lat ipat 2atar ekar 2engan 2ua Patok
9ambar !".!=. $ji lat ipat 2atar ekar 2engan 2ua Patok
!. endorkan sekrup-sekrup pengatur antagonis (yang berlawanan) dan geserkan diafragma ke atas, seperti pada gambar !".!. sehingga bacaan yang diinginkan diperoleh pada . TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!*"
ILMU UKUR TANAH
1. arena patok dan B benar-benar sama tinggi maka garis bidik sekarang telah mendatar, atau dengan kata lain, garis bidik tersebut telah sejajar dengan garis B dan alat telah berada dalam kondisi baik.
9ambar !".! Cara 3engendorkan ekrup Pengatur ntagonis
10.1*.2. S"$a Daar Un#3" !T"l"n# Le%el&
a.Perbedaan antara sipat datar ungkit dengan sipat datar kekar adalah pada sipat datar ungkit pengaturannya cukup dibuat sumbu & dalam keadaan 4ertical. eadaan ini dicapai dengan mengatur ni4o kotak pada setiap pengaturan alat. b. 9aris bidik akan mendatar apabila gelembung ni4o ada ditengahtengah ni4o tabung.
Cara Peer"3)aan .
Cara pemeriksaan sama seperti yang dilakukan pada sipat datar kekar, yang disebut test menggunakan >dua patok? yang sama keting-giannya. 2alam pemeriksaan yang dilakukan akan diketahui apakah garis bidiknya mendatar atau tidak. #al ini dilihat dari hasil pambacaan benang tengah pada rambu di titik . Bila dipasang diatas titik B, maka garis bidik dikatakan mendatar apabila bacaan benang tengah rambu pada titik sama dengan tinggi alat di titik B.
Cara Me$era"3" TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!*!
ILMU UKUR TANAH
9aris bidik dapat diungkit dengan menggunakan sekrup pengungkit sampai diperoleh bacaan rambu di sama dengan tinggi alat di B. 9aris bidik sekarang sudah mendatar, karena patok dan B sama tingginya. 5etapi, jika sekrup pengungkit digerakkan, digerakkan, gelembung ni4o akan bergeser. bergeser. 2engan menggunakan sekrup pengatur ni4o, ketengahkan lagi gelembung ni4o. 3aka sekarang garis arah ni4o sudah sejajar dengan garis bidik. Berarti syarat alat telah dipenuhi.
10.1*.(. 10.1*.(. Ala S"$a Daar Daar ' 'a a") ")
umbu umbu tegak tegak hanya hanya diperlu diperlukan kan kira-k kira-kira ira tegak tegak sepert sepertii pada pada sipat sipat datar datar ungkit. ekali lagi, keadaan seperti ini cukup dipenuhi dengan menggunakan ni4o kotak yang kecil. 9aris bidik akan mendatar bila gelembung ni4o ni4o kotak kotak yang yang kecil kecil berada berada diteng ditengah. ah. Penguj Pengujian ian dengan dengan dua patok patok dilakukan, seperti diuraikan terdahulu dan bila garis bidik diketahui salah, maka biasanya diafragma dapat diatur seperti halnya pada sipat datar kekar. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka unit konpensator dapat diatur. 5etapi sebenarnya hal itu bukan tugas seorang sur4eyor dan alat tersebut harus dikembalikan ke pembuatnya untu dikalibrasi ulang. Pada pengujian dengan dua patok dan B, tidak diperlukan ketinggiannya. Pada Pada prak prakte tek k juga juga bias biasaa dila dilaku kuka kan n deng dengan an mema memasa sang ng alat alat (pad (padaa pemasangan kedua) disekitar patok B selain diatasnya.
Cnh /
Pada pengujian pengujian dengan dua patok, patok, alat sipat datar dipasang tepat ditengah diantara ke dua rambu ukur dan B yang terpisah sejarak " m. Patok patok tersebut diatur sedemikan rupa sehingga diperoleh bacaan yang sama pada masing-masing rambu ukur. ukur. lat kemudian dipasang di atas patok B dimana tingginya diukur sebesar !,08 !,08"m "m dan dan baca bacaan an sebesa sebesarr !,'8 !,'8"m "m diba dibaca ca pada pada ramb rambu u ukur ukur yang yang ditempatkan di atas patok . a.#itunglah kesalahan kolimasi dari alatN b.
Ayatakan kesalahan miring atau depresi TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!*1
ILMU UKUR TANAH
6a7a/
arena alat diletakkan ditengah diantara dua patok dan bacaan yang sama diperoleh pada setiap patok, maka pasti sama tinggi. !. lat lat pada pada pato patok kB - Beda tinggi tinggi yang diperol diperoleh eh ; !,'8" : !,08" !,08" ; ",!"m ",!"m rtinya, garis bidik dimiringkan sebesar ",!"m diatas garis sepanjang "m. 1. Pros Prosen enta tase se kesal kesalah ahan an ; 0. 5an sud sudut ut mir mirin ing g;
",! C"
",!" C"
x!""P
",!18P
",""!18
3aka sudut miring ; < ""+ 'Q
Pada pengujian dengan dua patok, kedua patok dan B tidak perlu dibuat sama tinggi seperti yang dibuktikan pada contoh berikut.
Cnh 10/
uatu alat sipat datar dipasang benar-benar berada ditengah diantara dua patok P dan yang letaknya terpisah sejarak =8m dan bacaan berikut diperoleh pada rambu secara berurutan (gambar !".!*). Bacaan ke P ; ",=78m dan bacaan ke ; !,0*8m. Bia alat dipasang diatas P, diperoleh data-data sebagai berikut -
tin tinggi ggi ala alatt pad padaa P ; !,0 !,0"8 "8
-
bacaa acaan n ram rambu bu pada pada ; !, !,88
#itunglah kesalahan kolimasi dari alat dan nyatakan kesalahan tersebut sebagai sudut kemiringanN
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!*0
ILMU UKUR TANAH
9ambar !".!*. $ji lat ipat 2atar Ftomatis 2engan 2ua Patok 6a7a/
lat dipasang ditengah diantara patok P dan - Beda tinggi tinggi sebenarnya sebenarnya P ; !,0*8 : ",=78 ",=78 ; ",70"m ",70"m lat dipasang diatas patok P - Beda tinggi tinggi yang diperoleh diperoleh P ; !,88 : !,0"8 !,0"8 ; ",88"m arena beda tinggi yang diperoleh lebih kecil dari beda tinggi sebenarnya, maka garis bidik turun kebawah sebesar ","70m : ",88"m ; ",""m diatas jarak sepanjang =8m. udut miring
; rc tan
","C" arctan ",""!"= =8,"
; ""+ "0Q '"?
10.1+.0. =a3r Kre3)" Kre3)" A3"a Kl"a)" !Cll"a"n !Cll"a"n Crre,"n& Crre,"n&
Perlu diketahui, sangat jarang bisa dilakukan jarak pengukuran rambu belakang relati4e sama dengan jarak pengukuran rambu muka. 2engan adanya adanya perbed perbedaan aan antara antara jarak jarak rambu rambu belaka belakang ng dan jarak jarak rambu rambu muka muka keposisi alat, koreksi kesalahan akibat collimation menjadi perlu untuk mendapatka mendapatkan n perbedaan perbedaan ketinggian ketinggian yang benar. benar. oreksi oreksi kesalahan kesalahan akibat kolimasi biasa disebut C-factor correction, dimana C adalah besarnya kenaikan naikan garis garis bidika bidikan n meskip meskipun un gelemb gelembung ung pendat pendatar ar sudah sudah benar benar-ben -benar ar berada ditengah. TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!*'
ILMU UKUR TANAH
Pada gambar !".1", dianggap gelembung pendatar sudah berada ditengah, tetapi tetapi garis garis bidika bidikan n mengal mengalami ami kenaik kenaikan an dengan dengan sudut sudut relati4 relati4ee kecil kecil sebesar O. Bacaan pada rambu seharusnya di garis R, bukan digaris RQ. esalahan yang terjadi sebesar R : RQ ; 2 tan O, dimana O adalah sudut kecil yang dibuat dalam satuan radian. oreksi untuk R adalah :2O ; 2C, dimana C adalah sebuah factor sehingga C ; -O dan hal ini menunjukkan jika C positif mengartikan garis bidik menurun.
9ambar !".1". 3enaiknya 9aris Bidik ipat 2atar
$ntu $ntuk k meng mengor orek eksi si adan adanya ya kena kenaik ikan an pada pada gari gariss bidi bidika kan n pada pada saat saat melakukan pengukuran yang teliti, faktor C harus dicari setiap saat atau setida setidak-ti k-tidak daknya nya dilaku dilakukan kan dua kali kali dalam dalam sehari. sehari. $ntuk $ntuk mendap mendapatk atkan an factor koreksi ini, hanya membutukan sedikit waktu saja dan tidak hanya dila dilaku kuka kan n pada pada peral peralat atan an peny penyip ipat at data datarr jeni jeniss tilt tiltin ing, g, tapi tapi bisa bisa juga juga dila dilaku kuka kan n
untu untuk k
pera perala lata tan n
peny penyip ipat at data datarr
jeni jeniss
auto automa mati tiss
kare karena na
disebabkan adanya kesa-lahan kolimasi pada setiap alat. $ntuk mendapatkan nilai C, dua titik, titik dan B, dibuat dengan jarak 7" meteran meteran pada daerah yang relati4e datar dan dan kedua beda tinggi antara kedua titik tersebut diukur dari dua posisi alat yang berbeda. Pada gambar !".1! (a) Posisi alat dibuat berada sekitar 7 meteran dari titik . Jarak dari titik ke posisi alat adalah d!, semetara jarak dari posisi alat ke B adalah 2!.edua jarak ini dicatat. Bacaan pada rambu di titik adalah n! dan pada rambu di titik B adalah A !. Jika garis bidik diketahui berada di bawah, dapat dianggap nilai factor C adalah positip, Perbedaan ketinggian didapat
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!*8
ILMU UKUR TANAH
dari posisi alat ini.adalah bacaan rambu belakang yang sudah dikoreksi di titik dikurangi bacaan rambu depan di titik B. Jadi, DE AB
(n!
Cd ! )
( N !
CD! )
lat sipat datar kemudian di pasang kira-kira 7 meteran dari B, seperti dapat dilihat pada gambar !".1!.(b). Bacaan rambu didapat A1 dititik dan n1 dititik B. Jarak dari posisi alat ke titik adalah 2 1 dan jarak dari posisi alat ke titik B adalah d1. Perbedaan ketinggian didapat dari posisi alat ini.adalah bacaan rambu belakang yang sudah dikoreksi di titik dikurangi bacaan rambu depan di titik B. Jadi, DE AB
( N 1
CD1 )
(n 1
Cd 1 )
9ambar !".1!. Percobaan 3encari Eaktor C
2ari ke dua persamaan di atas, didapat (n!
Cd ! )
( N !
CD! )
( N 1
CD1 )
(n 1
Cd 1 )
2an didapat nilai C adalah C
(n! n1 ) ( N ! N 1 ) ( D! D1 ) (d ! d 1 )
arena factor koreksi untuk kesalahan kolimasi lebih dipengaruhi oleh beda tinggi dari pada jarak, dan kedua faktor pengaruh tersebut diekspresikan dalam inter4al.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!*7
ILMU UKUR TANAH
Catatan mengenai nilai determinasi C dapat dilihat pada tabel !".!8 di bawah ini. kala rambu ukur yang digunakan adalah skala satuan meter dan ketiga benang bacaan dicatat. ondisi pengukuran di lapangan dapat dilihat dalam gambar !".1!. etika alat diletakkan dekat keposisi titik , bacaan rambu untuk B, B5 dan BB dititik tersebut dicatat, masingmasing !,'"1, !,087, dan !,0!", seperti ditunjukkan pada kolom 1 dalam BA
gambar !".!'. Rata-rata bacaan
BB
1
,dapat dilihat pada kolom 0,
adalah !,087 yang tidak lain adalah nilai n ! pada gambar !".1!. Ailai d ! yang digunakan dalam bentuk inter4al adalah !,087m, seperti diperlihatkan pada kolom ' dan begitu juga pada kolom 8 pada tabel !".!8.
MENCARI =ACT'R C BACAAN RAMBU BELAKANG Ao. 5itik
Bacaan etiga
B-B5 Rata-rata
dan
Benang
-1-
B5-BB
-0-
-'-
!.'"1 !
!.087
!.087
;n!
!.0!"
d! ;
!.0'! 0
!.11
C;
; d!
".1!!
dan B5-BB
; d!
-=-
--
Jumlah &nter4al
-*-
".11" !."=!
;A!
".8"
!.8='
1.70
".787
"."*1
!.==
".!!*
Rata-rata
-7-
"."8*
d1 ; ; (n!
-".""=
-8-
!."=!
"."*1
B-B5
Benang
"."'7
"."8*
-".""=
etiga
&nter4al
!.1*!
;n1
-1.7'8
Bacaan
Jumlah
"."'7
!.11
!.111
BACAAN RAMBU MUKA
".11! 2! ;
".''!
".''!
; 2!
".7=
; 2!<21
".1!0 !.8='
;A1
".1!0 ".'17
1.7'8
21 ; ; (A!
!.07!
; (A!
;-"."!!
cmcm inter4al
5abel !".!8. Bantuk Catatan 3encari Eaktor C
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!*=
ILMU UKUR TANAH
9ambar !".11. etidak seimbangan penjumlahan inter4al B dan E
Bak ukur kemudian dipindahkan ke titik B dan ketiga bacaan benang, B, B5 dan BB, dicatat masing-masing !,1*!, !,"=!, dan ",8", seperti ditampilkan pada kolom 7. Rata-rata bacaan
BA
BB
1
,dapat dilihat pada
kolom =, adalah !,"=! yang tidak lain adalah nilai A !.. Ailai 2! yang digunakan dalam bentuk inter4al adalah ",''!m, seperti diperlihatkan pada kolom dan begitu juga pada kolom *. 2engan meletakkan posisi alat penyipat datar dekat ke titik B dalam gambar !".1!(B), bacaan rambu untuk B, B5 dan BB dititik tersebut dicatat, masing-masing !,0'!, !,11, dan !,111, seperti ditunjukkan pada kolom 1 dalam table !".!8. Rata-rata bacaan
BA
1
BB
,dapat dilihat pada
kolom 0, adalah !,11 yang tidak lain adalah nilai n 1. Ailai d1 yang digunakan dalam bentuk inter4al adalah ",!!*m, seperti diperlihatkan pada kolom ' dan begitu juga pada kolom 8. Bak ukur kemudian dipindahkan ke titik dan ketiga bacaan benang, B, B5 dan BB, dicatat masing-masing !,==, !,8=', dan !,07!, seperti ditampilkan pada kolom 7. Rata-rata bacaan
BA
1
BB
,dapat dilihat pada kolom =, adalah !,8=' yang tidak
lain adalah nilai A1.. Ailai 21 yang digunakan dalam bentuk inter4al adalah ",'17m, seperti diperlihatkan pada kolom dan begitu juga pada kolom *. 2ari data di atas, besarnya jumlah (d !
!*
ILMU UKUR TANAH
eperti konsep pada gambar !".11, jika dimisalkan untuk mengukur sebuah garis yang menghubungkan titik dan B seperti dibawah ini, jumlah nilai rata-rata bacaan rambu bela-kang adalah *,8==m, jumlah ratarata bacaan rambu muka 0,0", jumlah inter4al bacaan rambu belakang 7,'=m, dan jumlah inter4al bacaan rambu muka ,'=m. Perbedaan antara jumlah inter4al rambu muka dengan jumlah inter4al rambu belakang adalah !,7'"m. 2ari itu, besarnya nilai rata-rata dari total jumlah bacaan rambu depan adalah -","!! H !,7'" ; -","!m. Besarnya nilai rata-rata dari total bacaan rambu muka setelah dikoreksi adalah ,'=m : ","!m ; ,78m. Jadi, besarnya beda tinggi setelah dikoreksi adalah *,8==m : ,78m ; ",=!1m.
10.14.0. Kelen#3un#an Bu" Dan Re-ra3)" 10.14.1. Cur%aure and Re-ra,"n
Pengukuran le4eling sering dilaksanakan pada beberapa bidang 4ertikal. onsekwensinya, faktor pengaruh dari bentuk lengkungan bumi dan pembiasan (refraksi) akibat tekanan atmospher harus diperhitungkan karena sangat mempengaruhi pekerjaan pengukuran jarak 4ertical. $ntuk mengetahui efek dari bentuk lengkungan permukaan bumi, pertimbangkan berapa besar ketinggian permukaan yang melewati titik berbeda dari bidang hori6ontal pada jarak sepanjang garis CB. Jika pengaruh dari factor kelengkungan bumi dianggap sebesar c dan jarak dari titik awal ke titik yang akan diketahui , maka besarnya faktor kelengkungan bumi adalah c ; ",""=8 1 ( adalah jarak dalam satuan km). inar daripada cahaya melewati atmosphere bumi pada semua arah, selain dari pada besarnya sudut datang 4ertical, arah sinar cahaya tersebut akan mengalami pembiasan atau dibelokkan mendekati permukaan bumi pada kondisi temperature dan perbedaaan tekanan atmosphere yang normal. Pembiasan arah sudut datang cahaya tersebut cenderung mengurangi besarnya efek akibat kelengkungan bumi. Besarnya efek dan arah faktor yang diakibatkan oleh tekanan atmosphere ini dalam gambar dapat dilihat TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
!**
ILMU UKUR TANAH
sebagai garis putus-putus. Pengaruh dari kedua faktor tersebut dapat ditulis menjadi fB ","7=8K 1 , dimana dalam satuan km.
Pada saat melakukan pengukuran le4eling dengan alat penyipat datar, ketinggian bak ukur yang dibaca tidak boleh lebih dari 1m diatas permukaan tanah. 5ergantung cuaca, perbedaan temperatur di dekat permukaan tanah, besarnya dapat berbeda jika dibandingkan dengan yang ada pada ketinggian !"m diatas permukaan tanah. arena itu, pengaruh pembiasan atmosphere tidak menentu. euntungannya, walau bagaimanapun, karena pengukuran jarak selalu pada jarak yang pendek dan alat diletakkan berada ditengah kedua titik yang diukur, factor yang tidak menentu akibat pembiasan atmosphere ini bisa diabaikan. 3elalui pasal ini, acuan telah dibuat terhadap suatu garis bidik mendatar yang ditetapkan dari suatu garis ketinggian. Jika bumi dipertimbangkan sebagai suatu permukaan bola (gambar !".10), sebuah garis ketinggian merupakan jarak yang sama untuk semua titik dari pusatnya. 5etapi garis bidik melalui alat sipat datar adalah sebuah garis mendatar (hori6ontal) yang tegak lurus terhadap garis ketinggian. Jika sebuah rambu ukur dipasang pada B, bacaan yang diamati dari akan diperoleh terlalu besar, sebesar BBQ. Besaran ini merupakan koreksi kelengkungan >c? yang dapat dihitung seperti berikut. Pada segitiga B!F, harga % adalah panjang pengamatan dalam kilometer dan R ; jari-jari rata-rata dari bumi ; 70="km
9ambar !".10. Permukaan Bumi
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1""
ILMU UKUR TANAH
2engan menggunakan theory phythagoras
R c 1
R
1
1
L
/akni
R 1 c 1 1 Rc R 1 L1
ehingga
c c 1 R L
1
1
c
L
c 1 R
arena nilai c sangat kecil dibandingkan dengan nilai R, maka nilai c tersebut dapat diabaikan sehingga L kilometer c 1 R 1
L1 km c !1='"
arena nilai diperlukan dalam m, sedangkan besaran % tetap dalam km, maka !""" L1 m atau c !1='" c
1
","=C8 L meter ,
dimana % dalam kilometer.
9aris bidik tidak benar-benar mendatar karena garis bidik tersebut dipengaruhi oleh refraksi sedemikian sehingga garis bidik tersebut melengkung kebawah mendekati permukaan bumi. Refraksi dipengaruhi oleh tekanan, suhu, kelembaban, dan sebagainya, dimana harganya tidak tetap. #arganya itu diambil != lengkungan dan arahnya berlawanan dengan pengaruh kelengkungan bumi tersebut. Jadi koreksi gabungan ; ;
1 ; ","=C8 L
! =
","=C8 L m 1
7 ","=C8 L1 = 1
","7=0 L meter ,
dimana % dalam kilometer.
Cnh 11/
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1"!
ILMU UKUR TANAH
#itunglah bacaan rambu yang terkoreksi untuk suatu pengamatan sejauh !8""m jika bacaan hasil pengamatan beda tinggi adalah 0,18"m
6a7a/
Panjang pengamatan
; !,8km
oreksi untuk kelengkungan
; ","7=0
!,8
1
; ",!8!m
Jadi Bacaan hasil pengamatan beda tinggi setelah dikoreksi adalah 0,18" : ",!8! ; 0,"**m.
Cnh 12/
#itunglah koreksi akibat kelengkungan bumi dari refraksi untuk panjang pengamatan sebesar !1"m C koreksi gabungan
;
","7=0
",!1
1
; ",""!m
arena ",""!m (atau !mm) adalah sangat kecil sekali, maka koreksinya dapat diabaikan untuk panjang pengamatan yang kurang dari !1"m. 2alam praktek pengukuran sipat datar, sangat baik dilakukan bilamana batas panjang pengamatan kira-kira S 8"m. %ebih jauh lagi, bacaan rambu jangan dilakukan lebih rendah dari ",8m karena semakin dekat ke permukaan tanah akan ada kelainan akibat adanya refraksi yang dise babkan oleh perbedaan kerapatan udara.
10.15.0. Pen#u3uran Beda T"n##" Den#an Rau U3ur Mendaar Dan Faer Pa))
Pada bab 0 sudah diterangkan pengukuran jarak secara bertahap. 2ibawah ini juga adalah suatu contoh cara pengukuran jarak-jarak mendatar (hori6ontal) secara bertahap. 2engan cara yang sama kita dapat juga mencari beda tinggi antara dua titik secara bertahap seperti terlihat pada gambar !".1' dibawah ini.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1"1
ILMU UKUR TANAH
9ambar !".1'. Cara 3engukur etinggian ecara Bertahap
Jika rambu ukur digunakan untuk mengukur beda tinggi antara dua patok, maka sisi 4ertikal dari rambu ukur ke patok diukur. Contoh ini sering digunakan dalam hal praktis dan jika dilakukan dengan sungguh-sungguh maka kesalahan
didalam
pengukuran tidak
akan berarti. Contoh
perhitungan pengukuran jarak dan beda tinggi secara bertahap ini dapat dilihat pada table !".!7 dan table !".!=.
Cnh 1( P@A9$$RAB@R5#P - B$$ %PA9A Pengukuran Pertama %angkah !
Pengukuran edua
Panjang
Beda 5inggi
%angka
Panjang
Beda
(m)
(m)
h
(m)
5inggi (m)
!
'."""
'.""" -!.18
1
'."""
-!.187 1
'."""
-!.017 0
0.7!"
-!.01 0
0.7!"
-!.!00 !!.7!"
-0.=!=
-!.!08 !!.7!"
-0.=!*
5abel !".!7. 2ata Pengukuran etinggian ecara Bertahap
#asil pengukuran diambil rata-rata adalah Panjang ;
!!,7!" m !!,7!" m !!,7!" m 1
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1"0
ILMU UKUR TANAH
Beda tinggi ;
0,=!=m (0,=!*m) 1
0,=!Cm
"A#A$GA$
%angga& ' ()r) Ga*bar' P@A9$$RAB@R5#P - B$$ %PA9A Pengukuran Pertama Pengukuran edua Beda Panjan Beda %angka Panjang %angkah 5inggi g (m) 5inggi (m) h (m) ! 1 0 ' 8 7 = * !" !! !1 !0 !' !8 !7 != ! !* 1" 1! 11
! 1 0 ' 8 7 = * !" !! !1 !0 !' !8 !7 != ! !* 1" 1! 11
5abel !".!=. Contoh Bentuk 5abel Pengukuran Beda 5inggi 2engan Cara Bertahap.
10.18.0. Pen#u3uran Beda T"n##" Den#an Taun# Pla)"3
Pengukuram beda tinggi dengan tabung plastic adalah cara yang sederhana untuk menentukan perbedaan diantara dua titik. 3etode ini didasarkan pada hukum bejana berhubungan. Peralatan ini terdiri atas (lihat gambar !".18) -
2ua buah buah gelas pengukur dengan kalibrasi dan katup
-
5abung plastic
-
atup air.
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1"'
ILMU UKUR TANAH
9ambar !".18. Peralatan Pengukuran 2engan 5abung Plastik
Pe3er;aan La$an#an/
Pertama, tabung plastik harus diikatkan pada dua buah gelas peng-ukur. ekarang, seluruh susunan harus diisi dengan air yang bening tanpa ada gelembung-gelembung sampai air mendatar pada dua alat pengukur. Paling baik pengisian air dapat dilihat sampai air mendatar mencapai pada tengah-tengah dari pada alat pengukur. ekarang, tutup kedua katup untuk selanjutnya alat siap untuk dipakai. $ntuk mengukur perbedaan tinggi diantara dua titik, berikut ini dijelaskan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dilapangan -
Pasang sebuah patok disebelah titik tetap yang diketahui ketinggiannya (gambar !".17)
-
Pasang patok yang sama disebelah titik yang mana akan dicari ketinggiannya.
-
ekarang mulai pegang dan tepatkan salah satu benang dari pada alat pengukur di atas dari salah satu patok (paling atas) dan buka katupnya.
-
%angkah selanjutnya adalah pegang ujung lain dari alat pengukur pada patok kedua. Coba buat permukaan air sama tinggi dengan alat pengukur pertama. ekarang, buka katup pelan-pelan jika air akan keluar atau ketinggian air tidak dapat dilihat. lat pengukur dirubah ke atas atau ke bawah sampai ketinggian air dapat dilihat dalam alat pengukur. TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1"8
ILMU UKUR TANAH
-
5epatkan alat pengukur diatas patok dengan benang-benangnya untuk pengukuran tinggi sampai ketinggian air sama tenang.
-
ekarang pengukuran dapat dilakukan diantara titik permukaan dan ketinggian air sama dalam alat pengukuran.
-
$ntuk pencatatan dilapangan dapat menggunakan tabel yang sama pada sipat datar memanjang.
lat ini dapat dibuat dalam beberapa cara, karena itu hanya satu cara diperlihatkan disini. Prinsipnya selalu sama. 2idalam praktek, alat ini dapat dipakai untuk mengukur beda tinggi yang kecil (kira-kira !m sampai !,8"m). Jarak maksimum diantara 1 titik harus sedemikian sehingga permukaan mendatar dapat ditaksir dengan mata. Caaan/
$ntuk pengukuran-pengukuran kecil dapat menggunakan selang plastik yang bening tanpa alat ukur.
9ambar !".17. Pemasangan Patok Bantu 10.1.0. Penenuan 6ara3 Dan Beda T"n##" Den#an Ta,h"ery
istem pengukuran jarak dan beda tinggi menggunakan prinsip-prinsip kesebangunan antara dua buah segitiga. Pada gambar !".1= diperlihatkan segitiga BC dan segitiga @E adalah sebangun, maka
AC AF
BC EF
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1"7
ILMU UKUR TANAH
AC
BC EF
AF
2engan cara yang sama AC
;
BD EG
AF
AF
BD
EG
B E F
A
C
G D
9ambar !".1=. egitiga ebangun
Pada gambar, panjang E ; '"mm, dan @9 ; mm. Perbandingan E @9 adalah '" atau 8 !. Jika B2 diukur, misal 1"mm, maka C ; (1"H8) ; !""mm. Prinsip ini biasanya digunakan pada teropong alat-ala t ukur dan merupakan dasar-dasar dari pengukuran jarak dan beda tinggi cara 5achemetri.
Cara pengukuran Cara pengukuran jarak dan beda tinggi dengan 5achemetry dapat dikerjakan dengan menggunakan alat sipat datar atau theodolit. Contoh yang sederhana diperlihatkan pada gambar !".1, dimana alat yang digunakan adalah alat sipat datar. Jarak hori6ontal # dan beda tinggi antara dan B dapat ditentukan
Cara-caranya adalah sebagai berikut a.lat dipasangdiatur dititik dengan ketinggian alat (garis bidik) sedemikian rupa. 5inggi alat dicatat harganya i ; !,0""m
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1"=
ILMU UKUR TANAH
b. rahkan teropong alat pada rambu B (yang dipasang tegak) dan baca benang silang C pada kedudukan normal (mendatar). Catat bacaannya pada buku ukur (hasilnya 1,0'"m). #al ini disebut juga bacaan benang tengah. c.Baca benang atas dan benang bawah lainnya yang disebut juga jarak stadia pada 2 dan @ dan catat bacaannya ( hasilnya 2 ; 1,77"m dan @ ; 1,"1"m ). d. elisih antara bacaan 2 dan @ pada rambu adalah s ; 1,77" : 1,"1" ; ",7'"m e.2apat dibuktikan bahwa pada teropong alat, jarak # adalah # ; !"" H s ; 7'," m f. Beda tingginya diperoleh dengan cara sipat datar yaitu (!,0"" : 1,0'")m ; - !,"'"m (turun dari sebesar !,"'" ke B)
D
C
E ,
B +
9ambar !".1. Cara pengukuran jarak dan Beda 5inggi 2engan 5achemetry
Ruu) Da)ar
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1"
ILMU UKUR TANAH
Pada bab *, diterangkan prinsip optis dari alat-alat ukur yang ditempatkan pada suatu titik. 9ambar !".1* adalah perluasan dari gambar *.7 yang memperlihatkan sinar-sinar yang masuk dari rambu !B! melewati lensa objecti4e teropong theodolite sampai pada diafragma B. Jarak EF adalah jarak fokus f dan jarak rambu serta bayangan rambu masing-masing u dan 4 yang dihitung dari lensa. Jarak fokus dapat dihitung dari persamaan
!
f
!
!
u
v
arena segitiga BF dam segitiga !B!F sebangun, maka
"C !
elii!.bacaan.rambu.( )
bayangan.(i)
"C
tau
!
f
!
u
! v
dikalikan dengan besaran fu
3aka diperoleh
u v
u f f
3asukkan harga
u f
untuk
i
u v
, diperoleh
f . i
Jarak FC! ; u adalah jarak hori6ontal dari lensa objektif ke rambu, tetapi jarak 2 dari pusat alat ke rambu adalah jarak yang diminta. 2engan demikian, konstanta C harus ditambahkan u
c
f c
f i
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1"*
ILMU UKUR TANAH
tau f f c i
D
Perbandingan
f
adalah suatu konstanta yang harus dikalikan dengan s
i
dan untuk memperoleh jarak 2 harus ditambahkan dengan konstanta
f c . f i
disebut konstanta. emetara m dan f c .disebut konstanta pen-
jumlahan k. Jadi jarak hori6ontal dapat ditulis D
m.
k
#arga dari m dan k diketahui dari alatnya. Pada umumnya
(kadang-kadang
f i
;
!"" !
8" ). !
#arga f c berbeda untuk tiap alat, sesuai dengan panjang focus lensa teropong. $ntuk teropong yang panjangnya 18"mm, panjang f c adalah 0=8mm.
) A1
A
C
F
C1
"nsa bki B
B1
c %iik api A&a di nga
D
9ambar !".1*. inar-inar /ang 3asuk 3elewati %ensa Fbjecti4e
5eropong
10.20.0. Penenuan Kn)anaKn)ana Den#an Pen#u3uran D" La$an#an
Bukan tidak mungkin konstanta-konstanta m dan k tidak diketahui harganya pada suatu alat ukur atau hanya diketahui salah satu dari konsatanta tersebut. onstanta-konstanta tersebut dapat ditentukan dengan pengukuran lapangan sebagai berikut
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1!"
ILMU UKUR TANAH
a.Pilihlah suatu daerah (pada permukaan tanah) yang kira-kira mendatar dan pasang patok-patok yang masing-masing berjarak 8"m, =8m, dan !""m dari stasion (9ambar !".0"). b. Pasang alat sipat datar atau theodolit di titik dan atur sedemikian rupa sehingga siap untuk dipakai dalam pengukuran. Buatlah bacaan 4ertikal. $ntuk 5heodolite menjadi "+ atau *"+. c.Baca ketiga benang, atas, tengah dan bawah, pada rambu yang sebelumnya telah dipasang 4ertical pada patok-patok tadi. d. #asil bacaan dapat dilihat pada tabel !".!. onstanta dapat ditentukan dari pemecahan persamaan secara simultan yang dibentuk dari pengamatan.
75 *
50 *
100 *
9ambar !".0". Pengukuran %apangan 2engan Jarak 8"m, =8m, dan !""m
Bacaan Bnang (arak
&isi Bacaan
Aas
%nga
Baa
BA
B%
BB
100
1.8!9
1.35
0.851
0.998
75
1.688
1.31!
0.9!
0.7!8
50
1.!67
1.218
0.969
0.!98
4a*b) BA- BB
5abel !".! #asil Bacaan Benang Rumus $mum
2 ; m.s.k
3aka persamaan
!"" ; ",** m < k TTTT.(!) =8 ; ",=' m < k TTTT.(1) 8" ; ",'* m < k TTTT.(0)
Pers (!) : Pers (1)
18 ; ",18 m
Pers (1) : Pers (0)
18 ; ",18 m TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1!!
ILMU UKUR TANAH
3aka m ; !""
3asukkan harga m ; !"" pada pers (!), (1), dan (0) Pada pers (!)
!"" ; **. < k k ; ".1" m
2engan cara yang sama, untuk pers (1) dan (0) diperoleh onstanta pengali jarak (m)
; !""
onstanta penjumlah
; ".1" m
5eori yang sederhana seperti yang telah diterangkan di atas hanya mungkin untuk fokus lensa dalam teropong dimana jarak fokus lensa tersebut harganya konstan untuk type alat tersebut. 2alam fokus lensa dalam teropong, panjang fokusnya bermacam-macam, atau ditambah lagi dengan suatu lensa cekung (lihat gambar *.). #asil konstanta pengalipun bermacam-macam pula tetapi tetap untuk lensa k. Pada prakteknya, pengaruh terhadap konstanta-konstanta itu sering diabaikan karena relatif tidak diperlukan. Eaktor pengali jarak biasanya diambil " dengan rumus dari jarak adalah D m.
2ari catatan akademis pada tahun !10, seorang insinyur dari Piedmore bernama Eorro berhasil menciptakan suatu 5heodolite 5achimetry yang tidak mempunyai konstanta penjumlah f c , yaitu dengan memasang suatu lensa yang disebut lensa analitik pada theodolite diantara lensa objektif dan sumbu 4ertical alat. 2engan dipasangnya lensa tersebut, maka titik focus lensa akhirnya mampu mengabaikan konstanta penjumlah
f c .
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1!1
ILMU UKUR TANAH
2alam fokus teropong alat-alat modern, tidak dilengkapi dengan lensa analitik, tetapi kesalahan akibat konstanta penjumlah tersebut biasanya tidak diperlukan (diabaikan) Cnh 1*/
Jarak selisih bacaan rambu s ; ",8*m m ; !"" 6a7a/
Jarak yang didapat 2 ; m . s 2 ; !"" H ",8* ; 8*m.
10.20.1. Ke)alahan Pada 6ara3 Benan# Ten#ah Ta,h"er"
esalahan besar sama untuk semua system tangensial. esalahan pembacaan rambu biasanya dalam system jarak antara benang tengah yang diakibatkan oleh kesalahan interpolasi dan inter4al dari skala rambu. Pengukur dapat mendeteksi kesalahan besar dengan membandingkan selisih bacaan antara benang atas dan benang tengah dengan selisih antara benang tengah dan benang bawah. elisihnya harus sama. Jika tidak maka pengukuran harus diulang. esalahan sistematis sama untuk system tangensial. esalahan tersebut diakibatkan oleh tidak tegak lurusnya rambu dan refraksi diferensial.
10.20.2. Ke)alahan Pada Sad"a Ta,h"ery
2alam stadia tachimetry, tidak ada kesalahan besar. esalahan pada pengukuran jarak hori6ontal yang diakibatkan oleh stadia tachimetry adalah # ! k .m L
m% adalah kesalahan menengah dari pembacaan rambu dan jarak antara 0" dan !""m kira-kira !,8mm. Jika jarak-jarak bertambah panjang, kesalahan pada pembacaan rambu menjadi besar pula.
Cnh 1+/
Pembacaan pada rambu
s ; ",8*m TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1!0
ILMU UKUR TANAH
2iketahui
m! ; ",""!8m k ; !""
3aka # ! k .m L 3# ; !"" H ",""!8 ; ",!8m
SalSal/
!. Jelaskan kenapa semua posisi titik bantu yang digunakan harus stabiltidak berubahN 1. Jelaskan kenapa ketiga kaki tripod harus dari jenis logam yang samaN 0. 2engan cara menyilang (Reciprocal), pada saat alat diletakkan di titik %! di dapat bacaan rambu belakang di sebesar !,*"m dan bacaan rambu muka di B sebesar 1,"7!m. Pada saat alat diletakkan di titik % 1 di dapat bacaan rambu belakang di B sebesar !.71!m dan bacaan rambu muka di sebesar !,'81m. @le4asi di titik 187,71"m. #itung ele4asi di titik BN '. 2engan cara menyilang (Reciprocal), pengukuran ele4asi antara dua titik yang dipisahkan oleh sungai dilakukan. Pada saat alat diletakkan di titik % ! di dapat bacaan rambu belakang di sebesar !,'=7m dan bacaan rambu muka di B sebesar !,10=m. Pada saat alat diletakkan di titik % 1 di dapat bacaan rambu belakang di B sebesar !.071m dan bacaan rambu muka di sebesar !,8**m. @le4asi di titik B ='0,='m. #itung ele4asi di titik N
8. 3asukkan ke dalam tabel hasil pengukuran di bawah ini. @le4asi di titik B3= adalah 0*7,7=0m. Jika panjang total dari jarak pengukuran menutup (looping) ini adalah'8"m, berapa ketelitiannyaN
5itik
Rambu
Rambu
Belakang
3uka
B3=
!,01=
5P!
1,"*
!,0=1
B3
!,'!8
1,77!
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1!'
ILMU UKUR TANAH
5P1
!,!1
!,"
5P0
1,87"
!,87
B3=
7.
!,"
ama seperti soal no.8 di atas, kecuali ele4asi di titik B3= 0'!,"*m dan panjang total dari jarak pengukuran menutupnya adalah 0""m.
=. atu bacaan rambu belakang didapat sebesar 0,"'88m dari jarak 8"m ke titik alat dan satu bacaan rambu muka didapat sebesar 1,!8"m dari jarak 1""m ke titik alat. Cari beda tinggi yang sebenarnya antara ke dua titik tersebut dengan menghilangkan kesalahan akibat adanya faktor cur4ature dan mengabaikan adanya pengaruh faktor refraksi pada garis bidik. . Jika tingkat sensiti4itas dari sebuah bubble pendatar sebesar 01U dan besar jarak skala pembaginya per 1mm, tentukan berapa besar jari-jari cur4ature bubble tersebutN *.
elesaikan perhitungan dari hasil pengukuran beda tinggi di bawah ini dan periksa hasilnya. Ramb Rambu u Belakang 5enga h ".70 !.088 ".*1 ".8! !.10
Ramb u 3uka
Aai k
5urun
5inggi 5itik (m)
Jara k
. Permukaan Patok B. Permukaan Patok C. Permukaan Patok 2. Permukaan Patok @. Permukaan Patok
!08.=! ".'*1 ".' ".0 !.1'1 !.!!!
".70 !.!!! -".1'
".= !.' !.= -
eterangan
E. Permukaan Patok 7 !.=0'
!08.'=" !08.=! -".1'
!". elesaikan perhitungan dari hasil pengukuran beda tinggi di bawah ini dan periksa hasilnya Ramb Rambu u Belakang 5enga h
Ramb u 3uka
Aai k
5urun
".70
5inggi 5itik (m) !08.=!
!.188 ".*1
".'*1 ".' 70
Jarak
eterangan . Permukaan Patok ! B. Permukaan Patok 1 C. Permukaan Patok 0
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1!8
ILMU UKUR TANAH
".0 !!
".8! !."0
2. Permukaan Patok ' @. Permukaan Patok 8 E. Permukaan Patok 7
!.1'1 !.!!!
".70 !.!!!
-".1'
".= !1 !.' 7 !.= 0' ".1 '
!.=0'
!08.'=" !08.=!
-".1'
!!. elesaikan perhitungan dari hasil pengukuran beda tinggi di bawah ini dan periksa hasilnya 5itik
Rambu
5inggi
Rambu
@le4asi
Belakang
9aris
3uka
(m)
B3!"8
!,"'1
!'7,81
5P!
",!7
0,""'
5P1
!,'8'
1,78
5P0
0,!7
1,''7
5P'
1,8"0
!,"'8
B3!"7
1,78'
!,!"0
5P8
1,=
1,7''
5P7
1,7""
1,=!7
5P=
",0''
!,'
5P
!,!"7
!,878
5P*
!,81'
1,07"
B3!"=
1,*70
!,8
5P!"
1,"18
1,!8! !,'''
B3!"
!1. elesaikan perhitungan dari hasil pengukuran beda tinggi di bawah ini dan periksa hasilnya. 5itik B3!"8 5P! 5P1 5P0
Rambu
Rambu
Rambu
Belakang
5engah
3uka
!,"'1 " !7 ! '8' 0 !7
Aaik
5urun
@le4asi (m) !'7,81
0 ""' 1 78 1 ''7 TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1!7
ILMU UKUR TANAH
5P' B3!"7 5P8 5P7 5P= 5P 5P* B3!"= 5P!" B3!"
1 8"0 1,78' 1 = 1 7"" ",0'' ! !"7 ! 81' 1,*70 1 "18
! "'8 !,!"0 1 7'' 1 =!7 !,' ! 878 1 07" !,8 1 !8! ! '''
!0. elesaikan perhitungan dari hasil pengukuran beda tinggi di bawah ini dan periksa hasilnya. 5itik
Rambu
5inggi 9aris
Rambu
Rambu
@le4asi
Belakang
Bidik (#&)
5engah (&)
3uka
(m)
< < < < < < < < < < < < < < < 5P' < <
" '1*
" ''
!'. Berapa besar kesalahan untuk pengukuran jarak sepanjang !""m jika bacaan benang tengah sebesar 1,=8m didapat dari posisi bak ukur panjang 0m berada ",0m dibelakang titik yang sebenarnyaN !8. 5erangkan bagaimana prosedur kerja mengukur beda tinggi yang digunakan di lapangan untuk menghilangkan adanya faktor pengaruh akibat lengkungan bumi dan refraksiN !7. elesaikan perhitungan dari hasil pengukuran beda tinggi di bawah ini dan periksa hasilnya. TITIK
RAMBU BELAKANG
TENGAH
MUKA
NAIK
TURUN
ELE?ASI
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1!=
ILMU UKUR TANAH
!
1+0:580
!,8!"
1
!,17"
0
!,**"
'
1,1!"
".18" 1,'1"
!0!."0" -".=0"
!0".0""
-".'0"
!1*.="
8
!,8"
".07"
!0".10"
7
!,'""
".'8"
!0".7"
=
",7""
",""
".7""
!0!.1"
-!,87"
-1,!""
1.=""
!00.*"
*
!,1=7
!,'*"
!" !!
!,117 ",7=
-0."8"
!0".*0"
"."8"
!0".*"
".8'
!0!.81
!=. elesaikan perhitungan dari hasil pengukuran beda tinggi di bawah ini dan periksa hasilnya. RAMBU TITIK
BELAKANG
TENGA H
MUKA
!,8!"
1
!,**"
!,17"
0
1,1!"
1,'1" !,8"
8 7
!,'"" ",7""
",""
=
-!,87"
-1,!""
!,1=7
!,'*"
* !"
TUR UN
ELE?ASI 1+0:580
!
'
NA IK
!,117 ",7=
".18 "
!0!."0"
-".'0"
!1*.="
".07 " ".'8 " ".7" " 1.=" "
!0".10"
!0".7"
!0!.1"
!00.*"
-0."8"
!0".*0"
"."8 " ".8'
!0".*"
!0!.81
!. elesaikan perhitungan dari hasil pengukuran beda tinggi di bawah ini dan periksa hasilnya. 5itik
Rambu
Rambu
Rambu
Belakang
5engah (&)
3uka
B3!"8
!,07=
5P!
",177
"<"""
Aaik
5urun
@le4asi (m) 0!7,='
",*7 ",8''
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1!
ILMU UKUR TANAH
"<"1"
!,8=1
"<"'"
!,=8
"<"8"
!,*08
5P1
1,"*"
!,18
"<"7"
0,"8'
"<""
!,=1'
"
!,!=*
"
!,"1
"
",=87
"
",070
5P0
",!7"
",00*
"<"7"
0,!'8
"
0,107
"<1""
0,"1'
"<11"
!,"1
"<11*
",'=
5P'
",''
",'1*
"<1'"
!,0*!
"<17"
",8=8 !,877
B37
!*. elesaikan perhitungan dari hasil pengukuran beda tinggi 5hree-wire le4eling di bawah ini dan periksa hasilnya. THREEFIRE LE?ELING 5gl. 18-*-!*1
2epan - Belakang
2ari B3 !0
e B3 !'
un
(coret salah satu)
ngin
Gaktu 0'8
Bacaan Ao. B,B5,BB Ratatitik Rambu rata Belakang
5otal &nter4al
Bacaan RodM B,B5,BB Rata- 5otal B-BB and B-BB @5. Rambu rata &nter4al 5emp. 3uka
TEKNIK SIPIL P'LITEKNIK NEGERI MEDAN
1!*