BAB I PENDAHULUAN
2.1. Latar Belakang dan Tujuan Praktikum 1.1.1 Latar Belakang Sipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses penentuan elevasi sederetan titik-titik baik membentuk suatu garis lurus atau hanya membentuk suatu jalur (trase) dimana letak titik-titik tersebut berada pada setiap perubahan bentuk lahan.
Pengukuran sipat datar profil banyak
digunakan dalam perencanaan suatu wilayah. Pengukuran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan profil melintang. Dengan pengukuran profil ini, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari data yang dihasilkan karena beda tinggi di setiap bagian di wilayah tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai beda tinggi sangat berguna dalam cut dan fill suatu permukaan tanah yang tidak rata, misalnya saja dalam pengerjaan jalan raya atau jalur kereta api. Mengingat begitu besarnya manfaat dari pengukuran sipat datar profil memanjang, maka ilmu pengukuran ini harus dikuasai oleh mahasiswa teknik pertanian. Salah satu cara untuk menguasai pengukuran sipat datar profil adalah dengan pelaksanaan praktikum secara sungguh-sungguh atau dengan memperbanyak jam terbang pengukuran.
1.1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dilaksanakannya praktikum kali ini adalah: 1.
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran sipat datar profil dengan benar
2.
Mahasiswa mampu menentukan titik-titik yang dapat memberikan gambaran profil dari lahan yang diukurnya
3.
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran beda tinggi atau ketinggian dari titik-titik yang telah ditentukan dengan cara sipat ukur datar profil dengan baik dan benar.
2.2. Peralatan yang Digunakan Pada praktikum kali ini alat yang digunakan adalah: 1. Waterpass sebagai alat ukur jarak dan sudut. 2. Rambu ukur sebagai patokan pengukuran jarak. 3. Tripod sebagai tempat meletakkan waterpass. 4. Unting-unting untuk memastikan posisi vertical alat terhadap titik pengukuran. 5. Patok sebanyak empat buah sebagai penanda titik di lahan. 6. Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. 7. Formulir prngukuran jarak dan sudut. 8. Kalkulator sebagai alat bantu hitung.
2.3. Pelaksanaan Praktikum 1.
Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus terlebih dahulu memahami prosedur praktikum di bawah ini:
2.
Mahasiswa melakukan pematokan dari titik-titik pada jalur yang akan diukur disertai dengan pengukuran jarak dan arah diantarapatok-patok tersebut sehingga posisinya dapat ditentukan atau digambarkan. Bila tidak dilakukan seperti ini, lakukan pematokan sambil berjalan ( ingat titik-titik untuk menempatkan rambu ini adalah di lokasi yang mewakili bentuk/perubahan bentuk lahan ). Misalanya kita memasang titik patokan sebanyak 10 titik patokan, dimana titik 1 s.d titik 10 ini bukan merupakan titik sementara seperti pada pengukuran sifat ukur datar memanjang. Oleh karena itu biasanya dipasang patok yang cukup permanent, kecuali pengukurannya hanya sekedar penjajagan saja.
3.
Titik awal (A) pada gambar atau titik diluar jalur pengukuran, seperti ketitik P dapat dijadikan sebagai titik acuan atau refrensi.
4.
Dirikan alat dititik tertentu sepanjang jalur atau diluar jalur yang akan diukur.
5.
Bidikan alat ke rambu ukur yang dipasang dititik P (titik P dijadikan sebagai titik acuan/ingat teropong dalam keadaan mendatar) baca dan
catat bacaan rambu ( BA,BT,BB ), bacaan/bidikan ini merupakan bidikan/bacaan belakang. 6.
Selanjutnya bidikan alat ke rambu ukur yang dipasang di titik-titik berikutnya sebanyak mungkin selama titik-titik tersebut masih memungkinkan untuk dibidik ( ingat teropong dalam keadaan mendatar, jadi bila menggunakan alat teodolit, sudut vertikalnya 90o atau 100o ).
7.
Bila bidikan sudah tidak memungkinkan/terjangkau lagi, misalanya ketitik 4 maka alat perlu dipindahkan. Tempat alat berikutnya ini harus dapat membidik ketitik 3 atau titik sebelumnya yang telah dibidik pada pengukuran sebelumnya (ke 1) untuk dijadikan sebagai bidikan belakang ( bidikan ke titik acuan pada pengukuran ke II/yang bersangkutan ).
8.
Selanjutnya lakukan pengukuran seperti pada titik 4 dan 5 diatas dengan titik 3 sebagai acuan ( bidikan ke belakang ) dan titik 4,5,6, dan 7 sebagai bidikan kemukanya.
9.
Lakukan terus kegiatan ini secara berulang sampai akhir bidikan mukanya mendidik ke titik B ( titik paling ujung ).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Waterpass Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal. Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut dengan Levelling atau Waterpassing. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan tiggi suatu titik yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu system referensi atau bidang acuan. Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah tinggi muka air air laut rata-rata atau Mean sea Level (MSL) atau sistem referensi lain yang dipilih. Sistem referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama dalam bidang keairan, misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan sebagainya. Namun demikian masih banyak pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan sistem referensi. Untuk menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu harus mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun dapat dilakukan dengan titik-titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi pengukuran. Titik-titik tersebut umumnya telah diketahui ketinggiannya maupun kordinatnya (X,Y,Z) yang disebut Banch Mark (BM). Banch mark merupakan suatu tanda yang jelas (mudah ditemukan) dan kokoh dipermukaan bumi yang berbentuk tugu atau patok beton sehingga terlindung dari faktor-faktor pengrusakan. Manfaat penting lainnya dari pengukuran Levelling ini adalah untuk kepentingan proyek-proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah (Earth Work) misalnya untuk menghitung volume galian dan timbunan. Untuk itu dikenal adanya pengukuran sipat datar profil memanjang (Long section) dan sipat datar profil melintang (Cross section). Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan pada setiap pengukuran akan selalu terdapat kesalah-kesalahan. Fungsi tingkat-
tingkat ketelitan tersebut adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang diperbolehkakan. Untuk itu perlu diantisipasi kesalah tersebut agar di dapat suatu hasil pengukuran untuk memenuhi batasan toleransi yang telah ditetapkan.
Gambar 1. Waterpas
2.2 Alat Ukur Sipat Datar Secara garis besar alat ukur sipat datar di bedakan menjadi : 1. Dumpy level 2. Tilting level 3. Tipe otomatis (Automatic level), maksudnya apabila sumbu I telah vertical otomatis garis bidik akan mendatar.
2.3. Penentuan Beda Tinggi Antar Dua Titik Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu ditinjau dari kedudukan atau penempatan alat ukur penyipat datar. Tiga cara ini dapat dipergunakan sesuai dengan kondisi di lapangan dan hasil pengukuran yang ingin diperoleh. 1. Cara pertama, alat ukur berada di antara kedua titik. Pada cara ini alat ukur ditempatkan antara titik A dan B, sedangkan masingmasing titik tersebut ditempatkan rambu ukur yang vertikal. Jarak dari alat ukur terhadap masing-masing rambu diusahakan berimbang atau ± sama. Sedangkan letak alat ukur tidaklah harus pada garis lurus yang menghubungkan titik A dan B. Cara ini merupakan dasar dalam pengukuran sipat datar memanjang
Gambar 2. Pengukuran beda tinggi di antara titik dengan alat penyipat datar Dengan cara ini aturlah kedudukan alat agar memenuhi syarat melakukan pengukuran, kemudian arahkan garis ke rambu A sebagai bacaan belakang (b) dan ke rambu B sebagai bacaan muka (m). Dalam hal ini selalu diingat, bahwa angka pembacaan pada rambu merupakan jarak yang dibatasi antara alas rambu terhadap garis bidik maka dapat dimengerti bahwa beda tinggi antara titik A dan B yaitu sebesar t = b – m. 2. Cara kedua, alat ukur berada di luar kedua titik Cara yang kedua ini merupakan cara yang dapat dilakukan bilamana pengukuran beda tinggi antara kedua titik tidak memungkinkan dilakukan dengan cara yang pertama, disebabkan oleh kondisi di lapangan atau hasil pengukuran yang hendak dicapai. Pada cara ini alat ukur ditempatkan disebelah kiri atau kanan pada salah satu titik. Jadi alat tidak berada diantara kedua titik A dan B melainkan di luar garis A dan B melainkan di luar garis A dan B. Sedangkan pembacaan kedua rambu sama dengan cara yang pertama, hingga diperoleh beda tinggi antara kedua titik A dan B. Penentuan tinggi dengan cara ini umum dilakukan pada pengukuran sipat datar profil.
Gambar 3. Pengukuran Beda Tinggi di luar Titik dengan Alat Penyipat Datar
3. Cara ketiga, alat ukur berada di atas salah satu dari kedua titik. Pada cara ini, alat ukur ditempatkan di atas salah satu titik dari kedua titik yang diukur. Harus dipahami bahwa, penempatan alat di atas titik terlebih dahulu diketahui titik tersebut, sehingga kedudukan sumbu ke satu alat ukur segaris dengan titik tengah patok (Center). Dalam hal ini untuk menempatkan alat tepat di atas patok menggunakan alat tambahan yaitu unting-unting. Penggunaan cara yang ketiga ini umum dilakukan pada penyipat datar luas dan Stake out.
Gambar 4. Pengukuran Beda Tinggi di atas Titik dengan Alat Penyipat Datar Seperti terlihat pada Gambar 4. Tinggi a adalah Tinggi Garis Bidikyang diukur dengan rambu dari atas patok B terhadap titik tengah teropong. Untuk memperoleh beda tinggi antara titik A dan B maka, arahkan teropong ke rambu lainnya yaitu rambu A dengan angka bacaan rambu sebesar b. Dengan demikian, beda tinggi titik A terhadap titik B adalah t = b – a. Dari ketiga cara pengukuran beda tinggi di antara dua titik tersebut, sesuai dengan urutannya cara yang pertama merupakan cara yang paling teliti. Hal ini disebabkan alat berada diantara kedua rambu sehingga dapat saling memperkecil kesalahan yang disebabkan oleh tidak sejajarnya garis bidik dan garis nivo pada saat pengaturan kedudukan alat. Cara kedua dan cara ketiga sering kali dipahami sebagai cara Tinggi Garis Bidikdan selanjutnya disingkat TGB. Dengan TGB sebagai garis acuan, maka dengan cepat dapat ditentukan ketinggian atau elevasi titik-titik di lapangan. Bila dicermati lebih mendalam cara kedua lebih teliti dibandingkan dengan cara ketiga, karena kasarnya prediksi terhadap titik tengah teropong menggunakan rambu. Yang harus dipahami pada pengukuran beda tinggi antara dua titik ini ialah, beda tinggi selalu diperoleh dari bacaan rambu belakan dan bacaan rambu muka. Ditentukannya nama belakang dan muka pada rambu terkait dengan nama patok
serta arah jalur pengukuran yang direncanakan. Bila t bernilai positif (+), maka titik muka lebih tinggi dari pada titik belakang, sedangkan sebaliknya bila t bernilai negatif (-), maka titik muka lebih rendah dari pada titik belakang.
2.4 Pengukuran Sipat Datar Profil Dengan data ukuran jarak dan perbedaan tinggi titik-titik diatas permukaan tanah dapat ditentukan irisan tegak dilapangan yang dinamakan profil atau biasa pula disebut penampang. Pada pekerjaan-pekerjaan rekayasa seperti perencanaan jalan raya, jalan kereta api, saluran irigasi, lapangan udara dll, sangat dibutuhkan bentuk profil atau tampang pada arah tertentu untuk perencanaan kemiringan sumbu proyek, maupun hitungan volume galian atau timbunan tanah dan lain-lain. Pengukuran profil umumnya dibedakan atas profil memanjang searah dengan sumbu proyek dan profil melintang dengan arah memotong tegak lurus sumbu proyek pada interval jarak yang tertentu Prinsip pengukuran profil dilapangan adalah menggunakan cara TGB untuk mengukur ketinggian titik-titik pada jalur pengukuran dilapangan. Profil suattu wilayah terbagi menjadi 2, yaitu: a. Profil Memanjang Sekilas bila dilihat cara pengukuran profil memanjang hampir sama dengan pengukuran sipat datar memanjang akan tetapi terdapat perbedaan dari maksud dan pola dilapangan. Dengan cara TGB khususnya cara kedua pada prinsip pengukuran beda tinggi antara kedua titik, alat berada diluar jalur sumbu proyek maka hal yang harus diperhatikan pada saat pengukuran adalah: 1. Harus memiliki titik ikat atau BM dilapangan, dengan interval jarak antar titik yang umumnya dijumpai adalah 10, 15, 25, 50, 100 meter. 2. Harus tersedia tabel pengukuran dan sketsa pengukuran. 3. Dalam pengukuran cara TGB terdapat bacaan belakang, bacaan tengah dan bacaan muka, mengingat alat berada diluar garis sumbu proyek sehingga pada posisi satu kali alat berdiri banyak titik yang dapat diukur. 4. Rambu ditempatkan diatas patok sedangkan tinggi masing-masing patok harus diukur dari permukaan tanah.
b. Profil Melintang Arah profil melintang di setiap stasiun umumnya diambil tegak lurus terhadap sumbu proyek, sebagai dasar ketinggian di setiap profil adalah titik-titik stasiun yang telah diukur dari profil memanjang. Lebar profil tergantung dari kebutuhan dan tujuan proyek, namun pada umumnya batas lebar profil melintang ke kiri dan kanan dari garis sumbu proyek adalah 50 m – 100 m Pada daerah yang relatif datar, satu profil melintang mungkin dengan satu kali kedudukan alat. Namun pada daerah yang mempunyai topografi curam atau bergelombang tidak cukup dengan sekali berdiri alat, mungkin dua kali atau lebih. Di atas gambar profil inilah digambarkan tampang atau irisan dari rencana proyek dan luasan yang terjadi antara permukaan tanah asli dengan tampang proyek merupakan luas tampang galian atau timbunan yang diperlukan atau dibuang. Dengan mengkombinasikan antara tampang memanjang dan melintang maka volume dari tubuh tanah yang ditimbun atau digali dapat dihitung. Adapun cara pengukuran profil melintang dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan profil memanjang, akan tetapi jarak antara titik-titik detail dilapangan lebih pendek dan disesuaikan dengan maksud pengukuran tersebut.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Tempat
Tinggi
Titik
Alat
Alat
Bidikan
Bacaan Belakang BA
BT
BB
BM1 1 I
164,5
184.8
183.6
192.8
187.35
11
Tinggi
202.9
198.75
194.6
277
126 76.2 254.9
146.1 76.65 28.95 9
145.5 75.3 27 5
116 176.7 116.5 61.55
110 170.2 107 46.9
250.4 81
128.75 77.85
127.7 74.7
8.3
-0.1515
Koreksi
Elevasi Terkoreksi
799
2.4
799
180
1.2
10.7
0.3750
799.3750
-0.69766
798.6773
180
o
2.7
1.5
1.0695
800.0695
-0.0978
799.6490
180
o
3.9
1.2
1.5465
800.5465
-0.07824
801.1173
180
o
8.0
4.1
1.7460
800.7460
-0.26733
802.5960
o
10.9
802.5960
180
o
12.0
22.9
0.7135
801.4595
-1.49313
801.8163
180
o
13.0
1.0
0.1065
800.8525
-0.0652
801.8576
180
o
19.0
6.0
0.7085
801.4545
-0.39121
802.1749
180
o
29.3
10.3
1.2580
802.0040
-0.67158
802.7613
2 129.8
o
Elevasi
o
2 183.2
259.4
o
0
122
9
156
Titik (m)
181.9
8
III
(m)
13
7
10
Beda
Horizontal
30.9
6
9
Jarak Antar
BB
78
3 5
152
Jarak
BT
146.7
4
II
Bacaan Muka
182.4
2
5
Sudut
BA
o
9.0
802.7613
180
o
2.1
11.1
1.2615
803.2655
-0.72375
803.2991
180
o
6.3
4.2
1.7705
803.7745
-0.27385
804.7957
12.7
6.4
2.3575
804.3615
-0.41729
806.7359
15.9
3.2
2.4005
804.4045
-0.20865
808.9278
12
25.5
19.15
12.8
180
o
13
22.8
14.85
6.9
180
o
13 IV
152.5
197.8
193.4
189
2 132.7
14
132
15
123.5
BM2
total
130.65 124.65 112.15
126.6 117.3 100.8
o
8.8
808.9278
180
o
6.1
14.9
0.6275
805.0320
-0.97151
808.5838
180
o
14.7
20.8
0.6875
805.0920
-1.35621
807.9151
139
o
22.7
37.4
0.8125
805.2170
-2.43857
806.2890
155.7
17.4410
1.
Perhitungan Jarak Jarak (m)
= BA – BB
(Tempat Alat I) BM1 Jarak (m)
Jarak (m)
= 122-110
= 202,9-194,6
= 12 m
Titik 1
= BA – BB
= BA – BB
= 183,2-170,2
= 184,8-182,4
= 13 m
Titik 2
Titik 8 Jarak (m)
= BA – BB
= BA – BB
= 126-107
= 146,7-145,5
= 19 m
= 1,2 m Titik 3 Jarak (m)
Titik 7 Jarak (m)
= 2,4 m
Jarak (m)
= BA – BB
= BA – BB
= 8,3 m
Jarak (m)
Titik 6
Titik 9 Jarak (m)
= BA – BB
= BA – BB
= 76,2-46,9
= 78-75,3
= 29,3 m
= 2,7 m Titik 4 Jarak (m)
(Tempat Alat III) = BA – BB = 30,9-27
Titik 9 Jarak (m)
= 3,9 m
= 259,4-250,4
Titik 5 Jarak (m)
=9m = BA – BB = 13-5
Titik 10 Jarak (m)
=8m Titik 5
= BA – BB = 129,8-127,7
(Tempat Alat II)
Jarak (m)
= BA – BB
= 2,1 m Titik 11
= BA – BB
Jarak (m)
= BA – BB
= 192,8-181,9
= 81-74,7
= 10,9 m
= 6,3 m
Titik 12 Jarak (m)
Titik 14 = BA – BB
Jarak (m)
= 25,5-12,8
= 132,7-126,6
= 12,7 m
= 6,1 m
Titik 13 Jarak (m)
Titik 15 = BA – BB
Jarak (m)
= BA – BB
= 22,8-6,9
= 132-117,3
= 15,9 m
= 14,7 m BM2
(Tempat Alat IV) Titik 13 Jarak (m)
= BA – BB
Jarak (m)
= BA – BB
= BA – BB
= 123,5-100,8
= 197,8-189
= 22,7 m
= 8,8 m
2.
Perhitungan Beda Tinggi H= BTBB - BTBM (Tempat Alat I)
=
BM1 H = BTBB - BTBM
= 1,5465 m
=
H = BTBB - BTBM
= -0,1515 m
=
Titik 2 H = BTBB - BTBM =
= 1,746 m (Tempat Alat II)
Titik 3
=
H = BTBB - BTBM = = 1,0695 m
Titik 4 H = BTBB - BTBM
Titik 6 H = BTBB - BTBM
= 0,375 m
Titik 5
= 0,7135 m
Titik 7 H = BTBB - BTBM = = 0,16065 m
= 2,3575 m
Titik 8
H = BTBB - BTBM
H = BTBB - BTBM
=
=
= 0,7085 m
Titik 13
= 2,4005 m
Titik 9 H = BTBB - BTBM
(Tempat Alat IV)
=
= 1,258 m
Titik 14 H = BTBB - BTBM
(Tempat Alat III)
=
= 0,6275 m
Titik 10
H = BTBB - BTBM
H = BTBB - BTBM
=
=
= 1,2615 m
= 0,6875 m
Titik 11
H = BTBB - BTBM
BM2 H = BTBB - BTBM
=
=
= 1,7705 m
Titik 15
= 0,8125 m
Titik 12 H = BTBB - BTBM =
3.
Perhitungan Elevasi Elevasi = T + H (Tempat Alat I) T= 799
Titik 2 Elevasi
Titik 3 Elevasi
=T+ H
=T+ H
= 799+1,0695
= 799+0,375
= 800,0695
= 799,375
(Tempat Alat III) T= 802,004
Titik 4 Elevasi
=T+ H
Titik 10 Elevasi
= 799+1,5465 = 800,5465
= 802,004+1,2615 = 803,2655
Titik 5 Elevasi
=T+ H
=T+ H
Titik 11 Elevasi
= 799+ 1,746 = 800,746
=T+ H = 802,004+1,7705 = 803,7745
(Tempat Alat II)
T= 800,746
Titik 6 Elevasi
=T+ H
=T+ H
= 802,004+2,3575
= 800,746+0,7135
= 804,3615
Titik 7 Elevasi
Titik 12 Elevasi
= 801,4595
Titik 13 Elevasi
=T+ H
=T+ H
= 802,004+2,4005
= 800,746+0,1065
= 804,4045
= 800,8525
(Tempat Alat IV) T= 804,4045
Titik 8 Elevasi
=T+ H
Titik 14 Elevasi
= 800,746+0,7085 = 801,4545
= 804,4045+0,6275 = 805,032
Titik 9 Elevasi
=T+ H
=T+ H
Titik 15 Elevasi
= 800,746+1,258 = 802,004
=T+ H = 804,4045+0,6875 = 805,095
BM2 Elevasi
=T+ H = 804,4045+0,8125 = 805,217
4.
Perhitungan Koreksi Koreksi
=
∑
d = jarak antar titik (m) ∑
= jumlah jarak antar titik (m)
Error = elevasi akhir seharusnya - elevasi awal - total beda tinggi = 806.289 - 799 – 17,441 = -10,152
(Tempat Alat I)
=
Titik 2
= -1,49313
Koreksi
=
∑
Titik 7 Koreksi
= = -0,69766
∑
=
Titik 3
= -0,0652
Koreksi
=
∑
Titik 8 Koreksi
= = -0,0978
=
∑
=
Titik 4
= -0,39121
Koreksi
=
∑
Titik 9 Koreksi
= = -0,07824
=
∑
=
Titik 5
= -0,67158
Koreksi
=
∑
(Tempat Alat III)
= = -0,26733
Titik 10 Koreksi
(Tempat Alat II)
=
∑
=
Titik 6 Koreksi
=
= -0,72375 =
∑
Titik 11 Koreksi
(Tempat Alat IV) =
Titik 14
∑
Koreksi
=
Titik 12
= -0,97151 =
Titik 15
∑
Koreksi
=
=
∑
=
= -0,41729 Titik 13 Koreksi
∑
=
=-0,27385
Koreksi
=
= -1,35621 =
BM2
∑
Koreksi
= = -0,20865
=
∑
= = -2,43857
5.
Perhitungan Elevasi Terkoreksi Elevasi terkoreksi = koreksi + elevasi sebelumnya + beda tinggi antar titik (Tempat Alat I) Titik 2 Elevasi terkoreksi
= -0,69766+799+0,375 = 798,6773
Titik 3 Elevasi terkoreksi
= -0,0978+798,6773+1,0695 = 799,649
Titik 4 Elevasi terkoreksi
= -0,07824+799,649+1,5465 = 801,1173
Titik 5 Elevasi terkoreksi
= -0,26733+801,1173+1,746 = 802,596
(Tempat Alat II) Titik 6 Elevasi terkoreksi
= -1,49313+802,596+0,7135 = 801,8163
Titik 7 Elevasi terkoreksi
= -0,0652+801,8163+0,1065 = 801,8576
Titik 8 Elevasi terkoreksi
= -0,39121+801,4545+0,7085 = 802,1749
Titik 9 Elevasi terkoreksi
= -0,67158+802,1749+1,258 = 802,7613
(Tempat Alat III) Titik 10 Elevasi terkoreksi
= -0,72375+802,7613+1,2615 = 803,2991
Titik 11 Elevasi terkoreksi
= -0,27385+803,2991+1,7705 = 804,7957
Titik 12 Elevasi terkoreksi
= -0,41729+804,7957+2,3575 = 806,7359
Titik 13 Elevasi terkoreksi
= -0,20865+806,7359+2,4005 = 808,9278
(Tempat Alat IV) Titik 14 Elevasi terkoreksi
= -0,97151+808,9278+0,6275 = 808,5838
Titik 15 Elevasi terkoreksi
= -1,35621+808,5838+0,6875 = 807,9151
BM2 Elevasi terkoreksi
= -2,43857+807,9151+0,8125 = 806,289
Nama: Rizal Arafat NPM: 240110120041
3.2
Pembahasan Pada praktikum kali ini praktikan diperkenalkan cara mengukur beda tinggi
dengan pengukuran sifat datar profil memanjang menggunakan waterpass. Pengukuran di mulai dengan membidik bench mark yang telah ditentukan pada lahan yang akan diukur, lalu praktikan menentukan patok-patok sampai batas yang
ditentukan
oleh
asisten.
Kemudian
praktikan
melakukan
pengukuran,pengukuran dilakukan pada setiap kontur lahan yang berbeda lalu praktikan membaca BA, BT, BB bacaan belakang dan membaca BA, BT, BB bacaan muka. Praktikum kali ini praktikan bersama tim menyelesaikan praktikum dengan waktu yang cukup cepat. Hal ini dikarenakan kerjasama yang baik antara praktikan dan tim. Terdapat beberapa kendala dalam praktikum kali ini seperti kurang akuratnya praktikan dalam membaca bacaan atas, bacaan bawah dan bacaan tengah pada rambu ukur, kurang lurus nya titik yang ditempatkan oleh praktikan sehingga rekan yang memegang rambu ukur harus bergeser beberapa kali dan membuat sudut yang diperoleh tidak 0 derajat saat kembali membaca bacaan belakang.
Nama: Joshua Sitio NPM: 240110120039
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran beda tinggi dengan sipat ukur datar memanjang. Dalam praktikum ini kita dapat mengetahui beda tinggi dari dua titik yang berjauhan. Dalam praktikum kali ini terdapat beberapa kesalahan, yaitu dapat terjadi oleh karena kurang telitinya praktikan dalam melaksanakan praktikum. Kesalahan dapat terjadi oleh karena sudut yang dibentuk oleh batas muka dan batas belakang tidaklah 0˚ ataupun 180˚. Kesalahan sudut dapat mengakibatkan kesalahan data dan pengukuran, karena dalam praktikum kali ini dituntut untuk mengukur dalam keadaan lurus kedepan dan belakang. Kesalahan juga dapat terjadi oleh karena setiap perbedaan kontur atau kemiringan tidak dilakukan pengukuran. Seharusnya disetiap perbedaan kontur harus dilakukan pengukuran agar data yang diperoleh lebih akurat. Kesalahan juga dapat terjadi karena kurang telitinya mata dalam membidik rambu ukur, atau pun karena kurang fokusnya lensa yang ada pada waterpass.
Nama: Prisilia Ratna NPM: 240110120059
Pada praktikum kali ini, praktikan akan melakukan pengukuran beda tinggi dengan sifat ukur datar profil memanjang. Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan titik-titik (stasiun) tempat menyimpan patok sehingga besar sudut dari titik A terhadap titik-titik selanjutnya, segaris lurus atau sebesar 180 0dengan menggunakan visir pada waterpass. Pembacaaan menggunakan waterpass terus dilakukan pada posisi yang sama dengan titik tinnjauan yang terus berubah-ubah sampai titik terjauh yang bisa ditinjau dari posisi tersebut, baru waterpass dipindah posisinya. Setelah selesai melakukan praktikum, maka akan diperoleh hasil pengamatannya dalam bentuk data bacaan belakang dan bacaan muka. Dengan menggunakan data bacaan belakang dan bacaan muka, maka kita bisa menentukan jarak, beda tinggi dan elevasi. Setelah melakukan penghitungan jarak, beda tinggi dan elevasi. Elevasi akhir yang didapat dari hasil praktikum kami ternyata masih tidak sesuai dengan elevasi sebenarnya dari titik akhir. Hal ini bisa disebabkan oleh diantaranya: 1. Penempatan alat yang tidak tepat/tidak benar yang menghasilkan hasil pembacaan yang salah 2. Kesalahan pembacaan rambu ukur 3. Nivo tidak tepat berada di tengah 4. Kesalahan karena panasnya sinar matahari dan getaran udara, jika selalu kena sinar matahari maka akan menimbulkan perubahan pada gelembung nivo sehingga akan mengakibatkan kesalahan pada hasil pengukuran. 5. Refraksi cahaya, sehingga sinar yang datang bukan lurus, melainkan melengkung 6. Jarak antar titik yang terlalu jauh, sehingga pembacaan kurang akurat. 7. Sudut pengamatan tidak tepat 180o 8. Praktikan tidak teliti dalam menentukan titik-titik perubahan kontur, sehingga mnedapat profil mendatar yang bebeda dengan keadaan aslinya.
Nama: Jhonson Andryanto NPM: 240110120053
Pada praktikum kali ini adalah tentang Pengukuran beda tinggi dengan sipat datar profil memanjang menggunakan alat ukur waterpass. Pengukuran kali ini dengan profil memanjang yaitu pengukuran beda tinggi pada suatu lahan yang sudah diatur menggunakan patok untuk meluruskan dengan patok yang berbeda tempat. Praktikum beda tinggi ini telah dilakukan dalam praktikum sebelumnya, perbedaanya dengan praktikum sebelumnya yaitu mencari tinggi suatu lahan. Selain itu praktikum kali ini yang membedakan adalah jalur yang sudah kita atur dalam satu jalur, pengukuran dilakukan dari ketinggian satu titik ke titik lain. Dikarenakan pengukuran dalam satu jalur yang kita atur, memiliki gundukan tanah atau lubang yang dalam sehingga dalam pengukuran memiliki perbedaan beda ketinggian lahan. Pertama yang dilakukan pada praktikum yaitu melihat jalur dan memasang jalon dari titik A ke titik B. Setelah itu memasang patok dengan lurus dari titik A ke titik B, patok yang diletakan harus lurus pada jalurnya dari titik A ke titik B. Setelah memasang patok, lalu memasang waterpass dan memulai membidik ke arah bidikan pertama yaitu ke benchmark menggunakan rambu ukur. Setelah mengukur benchmark lalu membidik ke titik A, lalu dilanjutkan lahi pembidikan ke muka ke arah patok yang terjauh, hingga waterpass tidak menjangkau atau membidik. Jika waterpass tidak dapat membidik lagi, maka bisa membidik lagi setelah pemindahan alat
ke titik sebelumnya dan memulai
membidik bacaan belakang ke titik sebelumnya pada rambu ukur tidak terlihat sebelumnya menggunakan waterpass. setelah membidik bacaan belakang lalu membidik lagi ke arah muka ke titik selanjutnya hingga sampai titik B. Perpindahan pada praktikum ini sebanyak tiga kali. Dan pembidikan sebanyak 12 kali. Selain itu tidak lupa mengukur BA,BB,BT untuk mengukur jarak antar patok dan beda tinggi dan juga sudut horizontal selalu berada posisi 0° dan 180° ,dikarenakan patok berada jalur posisi lurus. Pada elevasi didapat dengan hasil penjumlahan dari ∆h + 799 mdpl. Dikarenakan pada satuan tersebut data pembidikan dalam cm, maka harus diubah terlebih dahulu ke dalam m, untuk mendapatkan elevasi yang tepat. Pada praktikum kali ini terdapat juga kesalahan yang sering terjadi pada praktikan yaitu :
Kesalahan dalam pembacaan rambu ukur dapat mempengaruhi nilai ∆h, dikarenakan kesalahan pembacaan rambu ukur, yang disebabkan rambu ukur tersebut terjadi kesalahan pada nivo yang miring tidak sesuai di dalam lingkaran sehingga posisi rambu ukur tidak lurus vertical.
Teriknya sinar matahari yang membuat pembidik untuk mengukur rambu ukur silau karena difraksi cahaya matahari.
Kondisi mata yang tidak sehat juga mempengaruhi pembidikan dan kemungkinan bisa terjadi kesalahan pengukuran.
Oleh karena itu pengukuran beda tinggi dengan sipat datar profil memanjang membutuhkan pengukuran yang sangat teliti dan keterampilan dalam praktikum sehingga dalam pengukuran luas bangunan tersebut tidak salah.
Nama: Bunga Pratiwi NPM: 240110120035
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai pengukuran beda tinggi dengan sipat ukur datar profil memanjang. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan jalur pengukuran. Hal ini penting dilakukan karena prinsip dasar perofil memanjang ini adalah pengukuran pada garis lurus. Dengan kata lain, sudut yang terbentuk antar titik-titik pengukuran sebesar 180o. namun, pada praktikum ini, sudut yang terbentuk tidak tepat 180o. hal ini tentu akan mempengaruhi hasil pengukuran. Penentuan jalur tersebut dilakukan dengan visir. Tahap ini merupakan salah satu penentu sesuai atau tidaknya metode pengukuran yang digunakan. Apabila jalur pengukuran benar-benar lurus, maka pengukuran yang akan dilakukan akan sesuai dengan literatur dimana pengukuran profil memanjang dilakukan pada satu lintasan lurus. Seperti pada pengukuran menggunakan alat ukur waterpass pada praktikum sebelumnya, pada praktikum ini pengukuran dan pembacaan skala juga harus dilakukan dengan sangat teliti. Ketidaktelitian pada pembacaan skala akan sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Besarnya tingkat ketelitian pengukuran dapat dilihat dari nilai error. Pada praktikum ini, nilai error yang dihasilkan adalah sebesar -10,152. Nilai tersebut berarti hasil pengukuran yang didapat lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Nilai error yang diperoleh dari praktikum ini cukup besar. Hal ini mungkin saja terjadi karena pengukuran dilakukan tidak tepat seperti yang diinstruksikan. Seperti yang telah dibahas, pada praktikum ini praktikan melakukan kesalahan karena setelah pindah alat sudut yang terbentuk antara titik bacaan belakang dan bacaan muka tidak tepat 180o melainkan memiliki selisih 2o. Setelah dilakukan koreksi dengan rumus yang tertera pada sub bab hasil, maka diperoleh elevasi terkoreksi. Elevasi akhir terkoreksi tersebut memiliki nilai yang sama dengan elevasi akhir yang sebenarnya. Hal tersebut menunjukkan perhitungan yang telah dilakukan sudah benar.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik bebrapa kesimpulan
yaitu: Jhonson Andryanto (240110120053) 1. Penepatan nivo yang tepat ditengah-tengah yang telah ditentukan pada waterpas dapat mempengaruhi pengukuran. 2. Penentuan arah bansmat yang benar sangat mempengaruhi dalam pengukuran sudut horizontal. 3. Pada pengukuran beda tinggi yang tingkat kejauhannya tinggi dapat diukur menggunakan alat yang ditempatkan diantara dua titik, dan pemindahan alat secara berangkai atau bertingkat. 4. Pada pengukuran beda tinggi yang titik awal dan akhirnya jauh dapat digunakan jalon terlebih dahulu dengan memvisir jalon tersebut penggunaannya. 5. Paktikum ini belum mendapatkan hasil yang baik dikarenakan mendapatkan hasil nilai elevasi terakhir sebesar 816,441 yang seharusnya 806,29. 6. Nilai error pada pengukuran ini sebesar 10,143 m. Bunga Pratiwi (240110120035) 1. Pengukuran dengan sipat ukur datar profil memanjang dilakukan pada suatu lintasan (jalur) garis lurus 2. Elevasi pada titik BM1 adalah 799, sedangkan elavasi pada titik BM2 adalah 806,289. 3. Jika elevasi akhir pada perhitungan tidak sesuai dengan elevasi akhir yang diketahui, maka dilakukan koreksi dengan menghitung error terlebih dahulu 4. Setelah dilakukan koreksi, maka elevasi akhir pada perhitungan akan sama dengan elevasi akhir yang telah diketahui 5. Ketelitian dan ketepatan sudut harus diperhatikan untuk meminimalisir error
Rizal Arafat (240110120041) 1. Pengukuran di mulai dengan membidik bench mark yang telah ditentukan pada lahan. 2. Tidak lurusnya titik yang telah ditandai menyebabkan kesalahan dalam sudut horizontal 3. Kurang telitinya membaca rambu ukur menyebabkan kesalahan pada hasil 4. Ketinggian dan kemiringan lahan membuat praktikan harus mengatur ketinggian alat kembali
Joshua Sitio (240110120039) 1. Pengukuran harus memiliki sudut yang sama, yaitu 0˚ dan 180˚ 2. Setiap perbedaan kontur harus dilakukan pengukuran agar data yang diperoleh akurat 3. Ketelitian dalam membidik rambu ukur sangatlah diperlukan untuk keakuratan data 4. Titik awal dan akhir pengukuran harus berada pada satu garis lurus Prisilia Ratna (240110120059) 1. Menyipat ukur datar profil memanjang adalah suatu proses penentuan elevasi sederetan titik dimana letak titik-titik tersebut berada pada setiap perubahan bentuk lahan. 2. Hasil yang ideal berupa nilai elevasi yang sama antara hasil pengukuran yang dilakukan dengan posisi BM yang sebelumnya telah diketahui 3. Ketidak tepatan hasil elevasi akhir dengan elevasi sebenarnyadan ketidak sesuaian profil yang dibuat dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut: -
Penempatan alat yang tidak tepat/tidak benar yang menghasilkan hasil pembacaan yang salah
-
Kesalahan pembacaan rambu ukur
-
Nivo tidak tepat berada di tengah
-
Kesalahan karena panasnya sinar matahari dan getaran udara, jika selalu kena sinar matahari maka akan menimbulkan perubahan pada
gelembung nivo sehingga akan mengakibatkan kesalahan pada hasil pengukuran. -
Refraksi cahaya, sehingga sinar yang datang bukan lurus, melainkan melengkung
-
Jarak antar titik yang terlalu jauh, sehingga pembacaan kurang akurat.
-
Sudut pengamatan tidak tepat 180o
-
Praktikan tidak teliti dalam menentukan titik-titik perubahan kontur, sehingga mnedapat profil mendatar yang bebeda dengan keadaan aslinya.
4.2
Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh praktikan pada praktikum kali ini
adalah sebagai berikut: Jhonson Andryanto (240110120053) 1. Menggunakan alat dengan dengan alat yang masih berkondisi prima. 2. Menepatkan nivo sesuai dengan yang dianjurkan, yaitu ditengah-tengah lingkaran yang telah ditentukan pada waterpas. 3. Menentukan bansmat yang tepat dan sebaik mungkin pada saat pengukuran sudut horizontal. 4. Membaca bacaan bawah, bacaan tengah, dan bacaan atas lebih teliti lagi, dikarenakan minimnya ketelitian yang ada pada rambu ukur. 5. Kerja sama antara pembaca rambu ukur dengan pemegang rambu ukur haruslah sangat kuat. Bunga Pratiwi (240110120035) 1. Sebelum
melakukan praktikum
praktikan hendaknya memahami
prosedur praktikum terlebih dahulu. 2. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus memastikan alat yang digunakan dalam kondisi baik agar tidak menghambat jalannya praktikum. 3. Dalam melakukan praktikum praktikan hendaknya melakukan dengan teliti dan memperhatikan sudut antara titik bacaan belakang dengan titik bacaan muka
4. Dalam menentukan jalur pengukuran harus memperhitungkan kontur tanah agar titik-titik pengamatan terjangkau oleh waterpass. Rizal Arafat (240110120041) 1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam membaca rambu ukur 2. Dibutuhkan kerja sama tim yang sangat baik 3. sebaiknya praktikan lebih memperhatikan lagi saat menandai titik agar titik yang sudah ditandailurus dengan titik yang akan ditandai selanjutnya Joshua Sitio (240110120039) 1. Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan praktikum agar hasil yang diperoleh akurat dan tepat 2. Sebelum memulai praktikum, periksalah dahulu alat-alat yang akan digunakan, apakah masih layak dipakai atau tidak
Prisilia Ratna (240110120059) 1.
Alat dalam kondisi yang baik
2.
Praktikan paham dan berhati-hati dalam penggunaan alat saat pengukuran
3.
Praktikan dalam kondisi yang prima, sehingga teliti dan tidak tergesagesa dalam melakukan pengukuran
4.
Penentuan titik pengamatan sesuai dengan kontur yang diamati dan tidak terlalu jauh dari posisi waterpass sehingga tingkat ketelitiannya lebih tinggi.