29
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan pembangunan pada era globalisasi pada saat ini sangatlah pesat. Dibutuhkan suatu metode yang praktis dengan bantuan alat untuk mempermudah para ahli untuk menyelesaikan segala masalah dalam pengembangan pemanfaatan alam dalam hal ini bidang terkait adalah bidang teknik sipil, dalam laporan ini menjabarkan dan melaporkan hasil pengamatan yang mengenai pengukuran tanah tentang kerangka dasar vertikal.
Oleh karena , perkembangan teknologi sangat pesat terutama dalam bidang teknik sipil seperti pengukuran kerangka dasar vertikal untuk mendapatkan tinggi dari suatu titik yang nantinya dapat dipergunakan untuk mengetahui kontur dari tanah tempat bangunan akan didirikan dan segala perangkat untuk mempermudah dan mempercepat pengukuran kerangka vertikal, profil memanjang dan melintang serta pengolahan datanya telah tersedia di dalam laporan ini.
Tujuan Praktikum
Mahasiswa mengerti secara teori dan praktek dalam pengukuran kerangka vertikal, profil memanjang dan melintang
Mengetahui segala peralatan yang digunakan untuk pengukuran kerangka vertikal, profil memanjang dan melintang.
Dapat mengolah data hasil pengamatan kerangka vertikal, profil memanjang dan melintang dengan benar.
Rumusan Masalah
Bagaimana cara mengukur kerangka vertikal?
Bagaimana cara mengukur profil memanjang dan melintang?
Prinsip Dasar Pengukuran
Untuk menghindari kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi, maka tugas mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu:
1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah
2. Pengambilan data yang akurat
Volume Perkejaan
Volume pekerjaan adalah urutan kegiatan saat praktikum dilaksanakan. Berikut adalah hal-hal yang akan dilakukan selama praktikum di laksanakan :
a. Persiapan perlengkapan alat ukur.
b. Persiapan pengukuran
c. Pengukuran pada objek
d. Perhitungan kesalahan koreksi garis bidik.
Metode Penulisan
Pencatatan data hasil pengukuran lapangan dan penyusunan laporan praktikum survey dan pemetaan ini menggunakan metode penulisan berdasarkan studi lapangan dan studi literatur.
Studi Lapangan
Metode penulisan yang digunakan untuk pengisian data pada tabel hasil pengamatan praktikum sipat datar (Waterpass) adalah dengan studi lapangan atau pengamatan langsung di lapangan.
BAB II
DASAR TEORI
Kerangka Dasar Vertikal
Kerangka Dasar Vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air laut rata-rata (Mean Sea Level-MSL) atau ditentukan lokal. Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila tinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Ha dan titik B letak lebih tinggi daripada titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h.
Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B kecil, maka kedua bidang nivo yang melalui titik-titik A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar.
Beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara:
Dengan cara Barometris, yaitu menentukan beda tinggi dengan cara mengamati tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain yang dijadikan referensi dalam hal ini misalnya elevasi ± 0.00 meter dari permukaan laut rata-rata.
Dengan cara Trigonometris, yaitu menentukan beda tinggi menggunakan alat ukur yang cukup teliti yang dapat mengukur sudut vertikal dan horizontal yaitu alat ukur Theodolit.
Dengan cara pengukuran sipat datar, yaitu dengan cara menghitung tinggi garis bidik atau Benang Tengah (BT) dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur sipat datar (waterpass).
Dari ketiga metode diatas, metode pengukuran sipat datar adalah metode pengukuran yang paling teliti. Sehingga dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar.
TUJUAN PENGUKURAN SIPAT DATAR
Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang relatif akurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang tercakup layak untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks.
METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR
Pengukuran Sipat Datar Kerangka vertikal adalah pembuatan serangkaian titik-titik dilapangan yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan ketinggian titik-titik lain yang lebih detail dan banyak.
Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah:
syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,
syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,
syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat diatas harus dipenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus diatur terlebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi.
Pengukuran dengan cara menyipat datar adalah dengan memahami bahwa beda tinggi dua titik adalah jarak antara kedua bidang nivo yang melalui titik–titik itu. Selanjutnya bidang nivo dianggap mendatar untuk jarak–jarak yang kecil antara titik–titik itu. Apabila demikian, beda tiggi h dapat ditentukan dengan menggunakann garis mendatar yang sembaranng dan dua mistar yang dipasang di atas kedua titik A dan B.
PENGENALAN ALAT UKUR
Perlengkapan yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah alat penyipat datar (waterpass), rambu ukur, statip, pita ukur 50 m, payung, tabel pengukuran, serta alat tulis dan kalkulator. Berikut adalah penjelasan mengenai alat ukur serta bagian-bagiannya.
Waterpass
Bagian – bagian penting dari alat waterpass
Teropong jurusan
Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, di dalamnya terdapat Susunan lensa-lensa yang terdiri dari lensa objektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat. Didalam teropong terdapat pula pelat kaca yang dibalur dengan bingkai dari logam (diafragma), sedang pada pelat kaca terdapat goresan benang silang.
Niveau
Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat arah-arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya niveau dibagi menjadi dua macam yaitu niveau kotak dan niveau tabung. Pada waterpass yang digunakan adalah niveau kotak. Niveau kotak, terdiri atas kotak dari gelas yang dimasukkan dalam montur dari logam sedemikian hingga bagian atas tidak tertutup. Kotak tersebut diisi dengan cairan atsiri (ether atau alkohol), bidang atas dari gelas diberi bentuk bidang lengkung dengan jari-jari besar. Bagian kecil kotak itu tidak berisi zat cair, sehingga bagian ini dari atas terlihat sebagai gelembung.
Titik teratas ditandai dengan lingkaran yang digambar di atas gelas. Garis singgung pada titik tertinggi (tengah lingkaran) disebut garis arah niveau. Niveau kotak dikatakan seimbang jika gelembung berada ditengah-tengah. Cara mengaturnya dengan memutar tiga sekrup penyetel.
Sekrup-sekrup pada waterpass dan fungsinya :
Sekrup koreksi niveau, mengatur agar garis arah niveau berubah dari keadaan semula terhadap garis bidik teropong dan sumbu tegak.
Sekrup koreksi diafragma, mengatur kedudukan garis bidik teropong agar berubah terhadap garis arah niveau dan sumbu tegak.
Sekrup penyetel, mengatur kedudukan bagian atas seluruhnya berubah terhadap bagian bawah.
Sekrup helling, mengatur kedudukan garis bidik dan garis arah niveau bersama-sama berubah terhadap sumbu tegak.
Mistar / Rambu ukur
Umumnya terbuat dari kayu atau besi, panjangnya antara 3-4 meter, bahkan ada yang 5 meter. Karena panjangnya, untuk pengangkutannya, maka mistar ini dapat dilipat menjadi 1,5 m atau 2 meter. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap cm ada blok merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih dan hitam-putih untuk memudahkan pembacaan meter.
Statip
Statip adalah salah satu perlengkapan pengukuran yang berfungsi sebagai kaki untuk meletakkan waterpass. Statip mempunyai 3 kaki yang berfungsi untuk menyeimbangkan berdirinya statip. Saat mendirikan statip, meja statip harus rata karena dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada niveau.
Pita Ukur
Pita ukur terbuat dari kain diberi benang dari tembaga dimasukkan dalam minyak cat yang masak. Panjang pita ukur ada yang 10, 15, 20, 30, sampai 50 meter. Pita ukur ini di gulung dalam kotak bulat yang disebut rol.
Payung
Dalam pengukuran di lapangan, payung juga memiliki peran penting, yaitu sebagai pelindung waterpass dari sinar matahari agar cairan niveau tidak menguap.
Tabel Pengukuran
Data hasil pembacaan benang dimasukkan ke dalam tabel pengukuran untuk memudahkan analisa data.
g. Alat tulis dan Kalkulator
Alat tulis dan kalkulator, untuk mencatat data dan menghitung koreksi kesalahan pembacaan benang.
h. Patok kayu dan paku
Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil pengukuran, dimana pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan dengan menggunakan patok/paku.
2.5 Pengukuran Sipat Datar Memanjang
Pengukuran menyipat datar dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila dua titik tentu itu terletak jauh dengan jarak yang lazimnya dibuat kira-kira 2 km, maka beda tinggi antara dua titik itu ditentukan dengan mengukur beda tinggi titik-titik penolong yang dibuat antara dua titik yang tentu itu.
Salah satu cara yang digunakan pada pengukuran sipat datar memanjang adalah cara menyipat datar dari tengah-tengah. Maksudnya adalah, alat ukur penyipat datar ditempatkan antara titik A dan B, sedang di titik A dan B ditempatkan dua mistar. Jarak antara alat penyipat datar dan kedua mistar kira-kira diambil jarak yang sama. Cara ini memberi hasil paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengukuran dapat saling memperkecil.
Dengan cara ini dapat disimpulkan bahwa beda antara pembacaan mistar belakang dan mistar muka akan menjadi beda tinggi.
Pengukuran Sipat Datar Profil Memanjang
Pelaksanaan pengukuran Sipat datar profil memanjang tidak jauh berbeda
dengan sipat datar memanjang, yaitu melalui jalur pengukuran yang nantinya
merupakan titik ikat bagi sipat datar profil melintangnya, sehingga mempunyai
ketentuan sebagai berikut :
Pengukuran harus dilakukan sepanjang garis tenah (as) jalur pengukuran dan dilakukan pengukuran pada setiap perubahan yang terdapat pada permukaan tanah.
Data ukuran jarak dengan pita ukur dan dicek dengan jarak optis.
Gambar 2.2 Profil Memanjang Tampak Atas
Cara Pengukuran :
Alat di Atas Titik.
Gambar 2.3 Profil Memanjang Alat di Atas Titik
Tempatkan alat sipat datar diatas patok (A).
Lakukan centering, sehingga alat tepat di atas titik A.
Gelembung nivo ketengahkan dengan 3 skrup klap.
Ukur tinggi alat diatas patok.
Bidik rambu pada titik 1 kemudian baca BA, BT dan BB.
Hitung d (jarak) dari alat ke rambu, d=(BA-BB).100
Lakukan hal yang sama (v, vi, vii) pada setiap titik relief (ii, iii, dst) ini pada seksi AB, untuk pengukuran pada seksi BC, maka alat isa dipindahkan pada titik B.
Lakukan urut-urutan dari nomor i s/d vii.
Hitungan : H1 = HA+ HA1
H2 = HA+ HA2
Hn = HA+ HAn (Nurjati, 2004 )
Pengukuran Sipat Datar Profil Melintang
Profil melintang adalah irisan tegak lurus pada sumbu proyek dan pada tempat-tempat penting yang didapatkan dari jarak dan beda tinggi titik-titik di atas permukaan bumi. Jarak antara profil melintang pada garis proyek melengkung dibuat lebih kecil dari garis proyek yang lurus. Profil melintang harus pula dibuat di titik-titik permulaan dan titik akhir garis proyek melengkung. Profil melintang dibuat dengan lebar 50 m-100 m kiri kanan garis proyek.
Pengukuran profil melintang adalah untuk menghitung banyaknya tanah, baik yang digali maupun untuk menimbuni. Cara pengukuran profil melintang sama dengan cara pengukuran profil memanjang, hanya jarak-jarak adalah pendek bila dibandingkan dengan jarak-jarak pada profil memanjang. Untuk menghitung penggalian tanah atau penimbunan tanah, cukup diambil jumlah rata-rata penggalian tanah atau penimbunan tanah yang didapat dari dua profil melintang yang berdekatan diperbanyak jarak antara dua profil melintang itu.
2.8 Metode Penghitungan Beda Tinggi
Gambar 2.1 Prinsip Pengukuran Beda Tinggi
Penghitungan beda tinggi antara dua titik yang diukur dengan waterpass dapat dihitung
dengan rumus
ΔH = BTB – BTM
Keterangan :
BTB : Benang tengah belakang
BTM : Benang tengah muka
Istilah-istilah :
- 1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.
- 1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang ± 1-2 km yang terbagi dalam slag yang genap dan diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
2.9 Kesalahan-Kesalahan Pada Sipat-Datar
Kesalahan-kesalahan pada sipat-datar dengan menggunakan instrumen sipat datar diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kesalahan Petugas :
Disebabkan oleh observer
Pengaturan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (penempatan gelembung nivo yang tidak sempurna dan sebagainya).
Instrumen sipat datar tidak ditempatkan pada jarak yang sama dari kedua rambu.
Kesalahan pembacaan.
Kesalahan pencatatan.
Disebabkan oleh rambu
Penempatan rambu yang tidak betul-betul vertikal.
Rambu tipe perpanjangan seperti misalnya rambu Sopwith yang perpanjangannya dirasakan kurang sempurna.
Disebabkan terbenamnya rambu, karena tidak ditempatkan pada tumpuan yang keras.
Selanjutnya kesalahan yang disebabkan kekurangan-kekurangan pada tanda-tanda indeks rambu karena titik-titik balik bernomor genap yang tidak tersedia antara dua titik dapat dianggap sebagai kesalahan pembidik. Pada sipat datar teliti, seluruh jarak harus dibagi menjadi bagian-bagian berjumlah genap untuk menentukan titik-titik balik.
Kesalahan Instrumen :
Disebabkan oleh petugas
Penyetelan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (garis kolimasi tidak sejajar dengan sumbu niveu tabung)
Parallax yang timbul pada saat pengukuran
Disebabkan oleh rambu
Graduasi rambu yang tidak teliti. Untuk perbaikannya dibutuhkan kalibrasi.
adanya kesalahan indeks rambu.
Sambungan rambu yang tidak sempurna (terutama pada tipe perpanjangan).
3.Kesalahan Alami :
Pengaruh sinar matahari langsung : sinar matahari langsung dapat merubah kondisi intrumen sipat datar dan karenanya merubah garis kolimasi. Pada sipat datar teliti selama observasi, instrumen sipat datar harus terlindung dari sinar matahari. Demikian pula, pemuaian atau penyusutan skala rambu harus dikoreksi disesuaikan dengan temperatur rambu tersebut.
Perubahan posisi intrumen sipat datar dan rambu-rambu : Karena beratnya sendiri, baik instrumen sipat datar maupun rambu akan dapat terbenam, jika ditempatkan di atas tanah yang lunak. Pada tempat-tempat seperti itu, penyangga statif dan rambu haruslah dibuat khusus seperti piket, patok atau harus dipilih tempat-tempat padat. Angin yang berhembus kencang akan menyulutkan pekerjaan pengukuran, dan untuk menghindarinya dapat digunakan perisai pelindung atau menggunakan rambu yang pendek.
Pengaruh refraksi cahaya : sebagaimana dimaklumi, bahwa berkas cahaya yang melintasi udara dengan kerapatan yang berbeda-beda akan direfraksikan. Sedangkan dekat di atas permukaan tanah temperatur udara sangat berubah-ubah dan karenanya perubahan kerapatannyapun besar pula. Karena itu pembacaan rambu menjadi sulit dan mungkin sekali tidak teliti. Untuk meningkatkan ketelitiannya, jarak bidikan haruslah sependek mungkin. Selanjutnya diusahakan agar posisi instrumen sipat datar terletak di tengah-tengah antara kedua rambu.
Pengaruh lengkung bumi : karena permukaan bumi tidaklah datar, akan tetapi berbentuk speris, maka lengkung permukaan bumi haruslah diperhitungkan. Tetapi hal ini merupakan problema yang kecil pada sipat datar. Lebih-lebih apabila instrumen sipat datar ditempatkan di tengah-tengah antara kedua rambu, maka pengaruhnya dapat diabaikan. (Sosrodarsono, 1983)
BAB III
PELAKSANAAN PENGUKURAN
Lokasi Pengukuran
Lapangan Mini Soccer
123456U123456U
1
2
3
4
5
6
U
1
2
3
4
5
6
U
Gedung AK dan AN
123456A A B B C C D D E E F F Food CourtMasjidGd.AkuntansiPos SatpamLab. ElektronikaGd. Administrasi NiagaTamanU123456A A B B C C D D E E F F Food CourtMasjidGd.AkuntansiPos SatpamLab. ElektronikaGd. Administrasi NiagaTamanU
1
2
3
4
5
6
A A
B B
C C
D D
E E
F F
Food Court
Masjid
Gd.
Akuntansi
Pos Satpam
Lab. Elektronika
Gd. Administrasi Niaga
Taman
U
1
2
3
4
5
6
A A
B B
C C
D D
E E
F F
Food Court
Masjid
Gd.
Akuntansi
Pos Satpam
Lab. Elektronika
Gd. Administrasi Niaga
Taman
U
Lapangan Upacara
Lapangan UpacaraJl. Soekarno HattaLapangan UpacaraJl. Soekarno Hatta
Lapangan Upacara
Jl. Soekarno Hatta
Lapangan Upacara
Jl. Soekarno Hatta
Waktu Pengukuran
Hari : Senin
Tanggal : 6 Oktober 2014
Kegiatan : Pemberian Materi
Pukul : 07.00 s.d. Selesai
Lokasi : Ruang Multimedia gedung Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang
Hari : Selasa
Tanggal : 7 Oktober 2014
Kegiatan : Pengukuran Pada Jalur Tertutup
Pukul : 07.00 s.d. Selesai
Lokasi : Lapangan mini soccer Politeknik Negeri Malang
Hari : Rabu
Tanggal : 8 Oktober 2014
Kegiatan : Pengukuran Pada Jalur Tertutup
Pukul : 07.00 s.d. Selesai
Lokasi : Gedung AK dan AN Politeknik Negeri Malang
Hari : Kamis
Tanggal : 9 Oktober 2012
Kegiatan : Mencari Profil Memanjang dan Melintang
Pukul : 10.00 s.d. selesai
Lokasi : Lapangan Upacara Politeknik Negeri Malang
Pelaksanaan Praktikum
Setelah mendapat pengarahan dan pengenalan alat tentang sipat datar, maka saya bersama rekan dari kelompok 2 melaksanakan praktikum pengukuran sipat datar di tempat yang telah di tentukan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan :
Membaca panduan dan prosedur pelaksanaan praktikum.
Meminjam alat sipat datar dan alat-alat lain yang diperlukan dalam kegiatan praktikum pengukuran sipat datar.
Menuju ke tempat yang sudah di tentukan dan survey lapangan
Setelah survey lapangan, membuat sketsa tempat titik-titik yang akan di gunakan untuk membidik dan meletakkkan alat
Memberi tanda dengan paku pada 6 titik tersebut
Melakukan pembidikan pada tempat-tempat yang sudah di beri tanda
Setelah di bidik catat data atau bacaan pada alat pada format data yang telah disediakan.
Hasil data di lapangan kami melakukan pengolahan data di komputer dengan program excel dan menampilkan gambar dengan AutoCAD
3.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini di anataranya :
1.Waterpass
2. Sumbu Ukur
3. Paku Payung
4. Tripot
5. Alat Tulis
6. Roll Meter
7. Kapur
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Pengukuran Waterpas pada Jalur Tertutup
Selasa, 07 Oktober 2014
Titik
Rambu belakang (cm)
Titik
Rambu depan (cm)
BA
BT
BB
BA
BB
BT
1
27,8
14,8
2
2
160
147,7
135,6
32
19
6
164
152
140
2
99,7
91,4
83,1
3
146
137,6
129,5
97,8
88,5
79,4
142,2
134,7
127,2
3
128
116
104,1
4
156,5
143,5
130,5
128
112
100
152,5
139,9
126,4
4
186
171
156
5
141,2
127,5
113,5
186,3
171,3
156,4
141,1
127,3
113,5
5
182,6
172,2
161,6
6
71,5
55,3
39
182,9
170,6
158,6
68,5
54
39,2
6
160,2
153,3
146,5
1
113,5
106,5
99,5
158,2
154,5
143,1
110,3
104
97,6
Jumlah
1569,5
1434,6
1296,8
1567,3
1430
1291,5
Titik
Bacaan rambu (cm)
Jarak (cm)
Beda tinggi (cm)
ᵟh (cm)
Elevasi (cm)
Belakang
Muka
1
14,8
0
5020
-132,9
-0,11069
2
91,4
147,7
-133,011
3310
-46,2
-0,07299
3
116
137,6
-179,284
4990
-27,5
-0,11003
4
171
143,5
-206,894
5770
43,5
-0,12723
5
172,2
127,5
-163,521
5350
116,9
-0,11797
6
153,3
55,3
-46,7389
2770
46,8
-0,06108
1
106,5
0
Jumlah
718,7
718,1
27210
0,6
-0,6
Titik
Bacaan rambu (cm)
Jarak (cm)
Beda tinggi (cm)
ᵟh (cm)
Elevasi (cm)
Belakang
Muka
1
19
0
5000
-133
-0,72359
2
88,5
152
-133,724
3340
-46,2
-0,48336
3
112
134,7
-180,407
5410
-27,9
-0,78292
4
171,3
139,9
-209,09
5750
44
-0,83213
5
170,6
127,3
-165,922
5360
116,6
-0,77569
6
154,5
54
-50,0977
2780
50,5
-0,40232
1
104
0
Jumlah
715,9
711,9
27640
4
-4
4.2 Data Pengukuran Waterpas pada Jalur Tertutup
Rabu, 8 Oktober 2014
Titik
Rambu belakang (cm)
Titik
Rambu depan (cm)
BA
BT
BB
BA
BT
BB
1
137,2
133,3
129,5
2
189,1
173,3
158,4
137,8
132,9
127
187
173,2
159,5
2
85,6
69,6
53,6
3
210,7
193,7
176,7
87,7
72,2
56,6
213,5
196,3
178,7
3
183,3
172,3
161
4
142,5
130
117,4
192,2
180,3
168,4
150
138
126
4
158,5
147,9
136
5
84
66
48
165,2
150,3
135,4
84
69,5
55,4
5
181,5
171,2
161,3
6
127,1
119
110,8
195,1
185,3
175,5
141,2
133
124,6
6
147,9
141,9
134,9
1
164,1
151,3
138,5
149,8
141
133,1
162,5
151
139,3
1821,8
1698,2
1572,3
1855,7
1694,3
1533,3
Titik
Bacaan rambu (cm)
Jarak (cm)
Beda tinggi (cm)
ᵟh (cm)
Elevasi (cm)
Belakang
Muka
1
133,3
0
3840
-40
-0,39019
2
69,6
173,3
-40,39019
6600
-124,1
-0,67064
3
172,3
193,7
-165,1608
4740
42,3
-0,48164
4
147,9
130
-123,3425
5850
81,9
-0,59443
5
171,2
66
-42,0369
3650
52,2
-0,37088
6
141,9
119
9,7922214
3860
-9,4
-0,39222
1
151,3
0
Jumlah
836,2
833,3
28540
2,9
-2,9
Titik
Bacaan rambu (cm)
Jarak (cm)
Beda tinggi (cm)
ᵟh (cm)
Elevasi (cm)
Belakang
Muka
1
132,9
0
3830
-40,3
-0,13368
2
72,2
173,2
-40,4337
6590
-124,1
-0,23002
3
180,3
196,3
-164,7637
4780
42,3
-0,16684
4
150,3
138
-122,6305
5840
80,8
-0,20384
5
185,3
69,5
-42,0344
3620
52,3
-0,12635
6
141
133
10,1393
3990
-10
-0,13927
1
151
0,0000
Jumlah
862
861
28650
1
-1
Titik
Pesawat
Rambu Belakang
Detil
Rambu Depan
Jarak
TB
Elevasi
BA
BT
BB
BA
BT
BB
BA
BT
BB
A
1
126,1
106,9
87,4
335
1106,9
1000
1
129,3
111,5
95,6
500
995,4
2
131
115,6
100,3
500
991,3
3
131,2
118,9
105,5
500
988
4
131,5
121,2
111
500
985,7
5
132
124
116,1
500
982,9
6
135,2
129,5
124
500
977,4
7
143
139,5
136,2
500
967,4
8
153,1
150,7
148,5
500
956,2
9
166
162,7
159,4
500
944,2
10
180,5
175,2
169,8
500
931,7
11
197,2
189,5
181,9
500
917,4
12
213,9
203,7
193,5
500
903,2
13
235
222,5
210
500
884,4
14
255,5
240,5
225,4
300
866,4
15
270,1
253,5
237,2
350
853,4
B
180
170
160
303,5
285,5
267
500
821,4
1
2
166,5
159
151,5
500
991,4
832,4
2
155
150
145
500
841,4
3
149,8
146,8
144,3
500
844,6
4
141,4
140,7
140
500
850,7
5
132,2
130
127,9
500
861,4
6
124,5
119,5
114,5
500
871,9
7
117,6
110
102,6
500
881,4
8
96,8
86,8
76,8
100
904,6
C
248,1
225,9
203,5
96,3
85,6
73,1
500
905,8
1
3
206,9
187
167
500
1131,7
944,7
2
176,6
159,2
141,7
500
972,5
3
161
146
131
500
985,7
4
150,5
138
125,5
500
993,7
5
142,5
132,5
122,5
500
999,2
6
140,1
132,5
125
500
999,2
7
140
134,9
129,6
500
996,8
8
140,4
137,4
134,3
500
994,3
9
138,3
136,4
134,5
500
995,3
10
138,2
134,9
131,6
500
996,8
11
139,2
133,8
128,2
500
997,9
12
143,4
135,5
127,5
500
996,2
13
142
131,5
121,3
500
1000,2
14
137,5
124,9
112
500
1006,8
15
130,1
115
99,5
500
1016,7
D
120
102
84
-
1029,7
4.3 Data Pengukuran Waterpas pada Profil Permukaan Tanah
Kamis, 9 oktober 2014
Profil Memanjang
Profil Melintang
Profil Melintang di A
Posisi
Titik
Pesawat
Bacaan Rambu Belakang
Detil
Bacaan Rambu Depan
Jarak
TGB
Elevasi
BA
BT
BB
BA
BT
BB
BA
BT
BB
Kanan A
6
1
138
118,1
98,5
0
1106,9
988,8
5
199,5
180
160,5
43
926,9
4
199,5
180
160,4
0
926,9
3
112,5
92,9
73
116
1014
2
113,5
94
74,5
1
1012,9
1
132,4
113
93,5
315
993,9
A
126,1
106,9
87,4
315
1000
Kiri A
1
123,6
104,4
85,1
1
1002,5
2
106,3
87
67,9
8
1019,9
3
95,9
76,5
57,3
1030,4
Profil Melintang di B
Kanan B
2
343,5
325,5
306,2
330
781,4
1
316
297,5
279
180
809,4
B
303,5
285,5
267
210
821,4
Kiri B
1
287,6
270
252,3
242
836,9
2
272
255
237,5
851,9
Kanan B
2
2
149,1
140,9
132,6
242
991,4
850,5
1
164
154,9
145,6
210
836,5
B
180
170
160
180
821,4
Kiri B
1
193,2
182,4
171,5
330
809
2
223
210,8
198,5
780,6
Profil Melintang di C
Kanan
2
99,2
86,5
74
242
904,9
1
99,5
88
76,4
240
903,4
C
96,3
85,6
73,1
210
905,8
Kiri
1
83,7
75,1
67,5
242
916,3
2
62,8
54
45,2
937,4
Kanan
2
3
214,6
194
173
242
1131,7
937,7
1
235,5
204,2
192,3
210
927,5
C
248,1
225,9
203,5
240
905,8
Kiri
1
250,7
227,9
205
215
903,8
2
250
226,5
203
905,2
Profil Melintang di D
Kanan
1
120
102,1
84,5
405
1029,6
D
120
102
84
405
1029,7
Kiri
1
124
105,9
87,5
0
1025,8
2
106,1
88,1
70,1
150
1043,6
3
103,9
85,5
67,1
15
1046,2
4
198,5
180,2
162
45
951,5
5
198,5
180,3
162
0
951,4
6
120
101,5
83,5
1030,2
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dengan kebutuhan para pengguna jasa semakin meningkat maka data-data yang belum lengkap dikerjakan dengan lebih serius lagi maka, kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap suatu bidang ketinggian tertentu. Bidang ketinggian ini bisa berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka dasar vertikal dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar horizontal
Maka Para mahasiswa mampu memahami, mendeskripsikan, dan mengaplikasikan penentuan koordinat-koordinat beberapa titik dengan metoda pengukuran beda tinggi dengan pesawat penyipat datar pada praktek pengukuran dan pemetaan Ilmu Ukur Tanah.
Selanjutnya perlu pembaca ketahui, bahwa dalam penyusunan laporan ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Melihat dari kenyataan tersebut penyusun berlapang dada menerima saran dan kritik serta uluran pendapat dari para pembaca demi kesempurnaan penyusunan laporan ini di kemudian hari.
Akhirnya tiada kata yang dapat penyusun sampaikan kepada segenap pembaca, melainkan hanya ucapan terima kasih, semoga mereka selalu dalam lindungan Allah SWT , dengan harapan dapat ridho dan pengampunan-Nya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi segenap pembaca pada umumnya dan bagi penyusun khususnya.
5.2 SARAN
Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat, pengutaraan dan kalibrasi.
Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan, keadaan cuaca yang cerah.
Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang mendukung.
DAFTAR PUSTAKA
Frick, heinz. 1979. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ukur_tanah.
Sosrodarsono. Suyono. 1983. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Wongsotjitro, Soetomo. 1964. Ilmu ukur tanah. Kanisius. Jakarta
LAMPIRAN