Pengertian Krioterapi Definisi Krioterapi (cryotherapy) adalah penggunaan adalah penggunaan es dan air es dalam pengobatan cedera. Secara fisiologis es mengurangi aktivitas metabolisme dalam jaringan sehingga mencegah kerusakan jaringan sekunder dan mengurangi sinyal rasa sakit ke sistem saraf pusat. Terapi es mengurangi rasa sakit dan membantu untuk mengurangi pengembangan pembengkakan. Liputan6.com, Jakarta Tes Jakarta Tes IVA dan Papsmear bukan hanya berguna untuk mencegah risiko kanker serviks, tapi juga sebagai deteksi dini. Jadi, bila ada plak putih atau lesi prakanker setelah tes IVA, pasien bisa melakukan pengobatan krioterapi ( cryotherapy ). ). "Sebelum dinyatakan kanker bisa dilakukan krioterapi, sebuah metode pengobatan khusus untuk merusak sel kanker menggunakan dry ice dan alat khusus. Kalaupun kadung kanker, maka kanker ditemukan dini dan bisa diobati," kata Ketua Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) Prof. DR. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Rad (K) Onk.Rad pada wartawan di RS Dharmais, Jakarta, Kamis (4/2/2016). Kementerian Kesehatan mencatat ada beberapa keuntungan melakukan pap smear atau IVA, terutama pada wanita usia 30-50 tahun, yaitu: - pemeriksaan sederhana, mudah dan murah serta hasilnya dapat diketahui langsung, - tidak memerlukan sarana laboratorium, - dapat dilakukan di puskesmas bahkan mobil keliling yang dilakukan dokter umum dan bidan, - jika dilakukan dengan kunjungan tunggal, IVA dan krioterapi akan meminimalisasi klien yang hilang sehingga menjadi lebih efektif, - cakupan deteksi dini dengan IVA minimal 80 persen selama 5 tahun sehingga akan menurunkan insiden kanker leher rahim, - sensitivitas IVA sebesar 77 persen dan spesivitas 86 persen, dan - skrining kanker leher rahim dengan frakuensi 5 tahun sekali dapat menurunkan risiko kanker serviks hingga 83,6 persen. "Self test dilakukan bagi wanita yang malu melakukan deteksi kanker serviks di pelayanan kesehatan. Kalau di puskesmas atau di rumah sakit, pasien harus mendaftar dan mengantre memeriksakan diri," kata Dr. dr. Laila Nuranna, SpOG(K), dokter kebidanan dan kandungan dari Fakultas Kedokteran UI. Saat diwawancarai Health-Liputan6.com di sela-sela acara Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara dengan Tes IVA dan Sadani di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (17/4/2017), dr Laila menjelaskan singkat soal self test. Alat yang digunakan untuk self test berupa sebuah tabung kecil yang dimasukkan melalui vagina. "Alat ini akan menangkap lendir yang berada di leher rahim. Selanjutnya, lendir yang berada di dalam tabung akan dianalisis dan diproses di laboratorium. Hasil pemeriksaan, apakah berisiko kanker serviks atau tidak, dapat ditunggu selama seminggu sampai 2 minggu," lanjut dr Laila. Sayangnya, pemeriksaan self test, yang menggunakan alat tabung kecil belum dilakukan di Indonesia.