PENGERTIAN FILSAFAT ISLAM SERTA SEJARAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN FILSAFAT YUNANI
Pendahuluan
Filsafat selalu dikaitkan dengan Yunani sebagai tempat lahirnya ilmu ini, dan hal ini menjadikan salah satu alasan kaum muslim khususnya beberapa negara di wilayah timur. Dan setelah itu, munculah para filsuf yang mencelupkan ajaran-ajaran Islam kepada setiap pembahasan mencapai hakikat yang sebenarnya.
Walaupun banyak dari ajaran-ajaran Filsafat Islam bersumber pada Filsafat Yunani, hal ini bukan berarti mengekor atapun mengikuti secara keseluruhan, seperti beberapa tokoh filsoh Islam, Meskipun merek merupkan murid terbaik para fisof Barat,akan tetapai mereka memili alur dan jalan pemikirannya masing.
Dan berikut akan dibahas secara rinci tentang pengertian serta hubungan Filsafat Islam dan Filsafat Yunani.
Pembahasan
Pengertian Filsafat Islam
Sebelum mendalami secara jauh makna dari filsafat islam, haruslah bagi kita untuk memahami arti dari filsafat itu sendiri. Istilah filsafat dapat ditinjau melalui dua segi, yaitu segi semantik dan segi praktis. Segi semantik adalah segi yang lebih mengarah kepada artianya dalam bahasa. Yaitu, berasal dari bhasa Yunani philosophia, philein yang berati mencintai dan shopia yang berati kebijaksanaan. Sedangkan dalam segi praktis lebih kepada segi praktisnya yang berarti alam fikiran atau alam berfikir.
Pembentukan kata filsafat menjadi kata Indonesia diambil dari kata Barat fil dan safat dari kata Arab sehingga terjadilah gabungan antara keduanya dan menimbulakn kata fisafat. Akan tetapi, kata shopia oleh orang Arab dipindahkan ke dalam bahasa mereka dengan kata hikmah. (alabaqoroh 269)
Dari uraian diatas dapat dikatan bahwasanya filsafat adalah ilmu tentang wujid-wujud melalui sebab-sebabnya yang jauh, yakni pengetahuan yang yakin yang sampai kepada sebab-sebabnya sesuatu.
Filsafat Islampun tidak jauh berbeda dengan uraian diatas, hanya saja dalam filsafat Islam pembahsan tentang hakikat kebenaran sesuatu telah dicelup dengan ajaran-ajaran Islam.Jadi secara sederhana, dapat dikatan filsafat adalah hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan universal. Sedangkan Filsafat Islam itu sendiri adalah hasil pemikiran para filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran agama Islam dalam suatu pemikran yang logis dan sitematis.
Latar Belakang Sejarah
Ekspedisi militer yang dilakukan oleh Raja Iskandar Zulkarnain (356-326 SM) dari Macedonia ke kawasan Asia dan Afrika Utara pada permulaan Abad ke-4 SM, merupakan suatu peristiwa sejarah yang sangat penting bagi penyebaran kebudayaan dan ilmu pengetahuan Yunani, sehingga tekah melahirkan suatu kebudayaan baru yang disebut kebudayaan Hellenisme. Yaitu, kebudayaan campuran antara kebudayaan Yunani dengan kebudayaan kawasan yang ditaklukan. Diantara pusat-pusat studi Yunani terpenting terdapat di Iskandaria, Harran, Urfah, Nusaibain, Jundaisabur, dan Baghdad.
Madzhab Iskandaria
Sejak Abad ke-3 SM, raja-raja Ptolemaeus dari Mesir telah menmbangun Universitas Iskandaria sebagai pusat studi bebagai ilmu pengetahuan. Universitas tersebut banyak didatangi oleh guru-guru besar dari Yunani yang mulai mengembangkan ilmu-ilmu tentang filsafat.
Penakklukan kota Iskandaria oleh Bangsa Arab telah membawa perubahan terhadap ilmu pengetahuan sebelumnya. Dimana pada saat itu, ilmu pengetahuan Yunani telah bercampur dengan peradaban baru Bangsa Arab.
Madzhab Harran dan Jundaisabur
Harran adalah suatu kota yang terletak di bagian Utara Negri Syam. Disini juga terdapat sebuah pusat studi ilmu pengetahuan yang juga merupakan kubu pertahanan bagi tradisi Yunani terhadap pengaruh agama kristen yang telah mendominasi Dunia Hellenisme pada waktu itu.
Setelah jatuh ke tangan Bangsa Arab, kota ini menjadi lebih terbuka dan menjadi pusat studi falsafah dari berbagai madzhab keagamaan Bangsa-Bangsa Semit. Beberapa karya terpenting dari pusat studi ini, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Aliran Nestorit dan Nakobit
Dalam agama Kristen, ada dua aliran yang sangat besar perhatiannya kepada ilmu filsafat pada masa itu. Yaitu, aliran Nestorit dan Nakobit. Dua aliran ini mempunyai pemahamanan yang saling bertentangan dalam akidah agama terutama tentang hakikat ketuahana Yesus Kristus. Perbedaan pemahaman dan persaingan pengaruh dalam usaha memperbanyak penganut antar dua golongan ini, telah mendorong masing-masing pihak untuk mempelajari falsafah Yunani untuk dipergunakan dalam mempertahankan kebenaran pendirian masing-masing.
Demikianlah, menjelang datangnya Islam kawasan Syam yang subur itu telah menjadi suatu daerah yang dipenuhi oleh berbagai kebudayaan baik yang berasal dari Timur maupun dari Barat.
Madzhab Baghdad
Baghdad sebagai Ibu Kota Khalifah Abbasiyah, adalah suatu kota yang merupakan pusat studi ilmu yang sangat maju dan terkenal pada zaman itu. Dengan berpindahnya pusatstudi ilmu pengetahuan dari Harran ke Baghdad berpindah pula para mahaguru dari Harran, antara lain Tsabit bin Qurrah dan Qista bin Luqa dua tokoh penterjemah yang terkenal.
Di antara mahaguru yang mengajar di Baghdad, beberapa guru bertindak sebagai pengulas buku-buku filsafat Aristhoteles seperti Quwairi, Abu Masyar matta, Yuhanna bin Hilan dan Al-farabi. Aktivitas ilmiah di kota Baghdad pada zaman itu sangat pesat sekali, sehingga telan memungkin lahirnya para pemikir Islam seperti AL-Kindi dan Al-Farabi.
Kegiatan Penerjemahan
Khalifah Al-Ma'mun, salah seorang Khalifah Abbasiyah merupakan seorang cedekiawan yang sangat besar perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat, terutama ilmu dan filsafat Yunani yang sangat dikaguminya. Dari itu, ia mencurahkan perhatiannya untuk kegiatan penerjemahan, dengan membangun sebuah perpustakaan yang diberi nama Bait al-Hikmah.
Selain kota Baghdad, kegiatan penerjemahan juga dilakukan di kota Marwa (Persia Tengah) dan Jundaisabur (Persia Barat). Penerjemahan dilakukan langsung dari bahasa Yunani ke bahasa Arab terhadap buku-buku ilmu falak, kedokteran dan ilmu filsafat.
Berkat adanya pemusatan usaha penerjemahan, umat Islam telah mampu menguasai warisan intelektual dari tiga jenis kebudayaan yang besar: Yunani, Persia dan India. Mereka telah memanfaatkan warisan ilmiah tersebut untuk membangun suatu kebudayaan ilmu yang lebih maju seperti yang terlihat dalam berbagai bidang ilmu dan madzhab filsafat dan pemikiran yang beraneka.
Objek Filsafat Islam
Objek pada filsafat Islam tidaklah berbeda jauh dengan objek filsafat lainnya, yaitu Tuhan, manusia dan sehala realitas yang nampak dari manusia. Hanya saja:
Dalam proses pencarian hakikat yag sebenarnya, filsafat Islam lebih diwarnai oleh nilai-nilai Islami
Kebebasan pola pikir pada Filsafat Islam digantungkan nilai-nilai etis yaitu sebuah ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran Islam.
Filsafat Arab atau Filsafat Islam
Banyak dari para filsuf yang berbeda dalam pemakaian nama filsafat Islam atau filsafat arab. Beberapa dara filsuf lebih pada pemakaian kata Filsafat Arab, hal ini disebabkan banyak dari kaum muslim yang menuliskan bukunya akan tetapi sumber-sumbernya berasal dari berbagai golongan seperti Masehi, Yahudi dan Shabi'ah. Tetapi, apabila makna filsafat Arab mengandung makna yang terlalu sempit, dikarenakan Islam telah mempersatukan bebagia umat dan semuanya ikut memberi sumbangan dalam filsafat tersebut. Dan juga, pemikiran-pemikiran Islam lebih tepat untuk diebut dengan Filsafat Islam, hal in dilihat bahwasanya Islam bukan hanya digunakan untuk agama semata melainkan untuk suatu peradaban juga.
Adapun beberapa alasan pemakaian Istilah Filsafat Arab atau Islam adalah sebagai berikut:
Argumentasi yang memebrikan istilah Filsafat Arab:
Predikat "Arab" diberikan kepada ilmuini dikarenakan bahasa yang digunakan dalam pengungkapannyaadalah Bahasa Arab
Dengan memberikan cap Islam pada ilmu ini, berarti diharuskan menghilangkan sejumlah tokoh pemikir dan penterjemah yang bukan beragama Islam tetai masih dalam rumpun Bangsa Arab, seperti Majusi,Yahudidan Nasrani
Sejarah Arab lebih tua dari pada sejarah Islam
Argumentasi yang memberikan istilah Fisafat Islam:
Para filsuf sendirilh yang memberikan istilah ilmu pengetahuan ini dengan Filsafat Islam
Islam bukan hanya sekedar nama agama melainkan suatu peradaban.
Filsafat Islam tidak pernah terlepas pada Dawalah Islamiyah, dan persoalan yang dibahaspun merupakan persoalan tentang agama islam.
Hubungan Filsafat Islam dangan Filsafat Yunani
Dilihat dari pengertian sebelumnya, dapat dipahami bahwasanya ilmu Filsafat memang berasal dari dunia barat (Yunani). Akan tetapi, walaupun banyak filosof Islam banyak mengambil pemikira dari Filosof Yunani, tetapi bukan berarti mengekor ataupu meguti Filsafat-filsafat Yunani. Sebagaimana Spinoza, meskipun ia banayk mengikuti Descrtaes tetapi ia memiliki madzhab sendir. Begitu huga Ibnu Sina, meskipun ia merupakan murid baik Aristoteles ia tetap memiliki pemikiran yang berbeda.
Dan walupun ilmu-ilmu in berasa dari Yunani, tetap saja ada beberapa cara untuk menolak ataupun menerima ajaran-ajaran tersebut. Dan beberapa cara untuk meerima Filsafat Yunani adalah:
Mengulas pemikiran-pemikran Yunani, kemudian melenyapkan terhadap kejanggalannya dan mempertemukan pemkiran filsafat kontrversi
Mengadakan keterpaduan antara pihak filsafat dengan agama.
Kesimpulan
Filsafat Islam adalah hasil pemikiran para filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran agama Islam dalam suatu pemikran yang logis dan sitematis. Dan Objek pada filsafat Islam tidaklah berbeda jauh dengan objek filsafat lainnya, yaitu Tuhan, manusia dan sehala realitas yang nampak dari manusia. Hanya saja segala pemikiran dan proses-proses pencarian hakikat yang sebernarya lebih disinari dengan nilai-nilai Islam.
Walaupun Filsafat Islam bersumber dari Filsafat Barat, hal ini bukan berarti mengekor ataupun mengikuti sepenuhnya kepada filsafat-filsafat Barat. Seperti halnya Spinoza, meskipun ia banayk mengikuti Descrtaes tetapi ia memiliki madzhab sendir. Begitu juga Ibnu Sina, meskipun ia merupakan murid baik Aristoteles ia tetap memiliki pemikiran yang berbeda.
Referensi
Mustofa, Drs. H. Ahmad, Filsafat Islam, Bandung: Cv. Pustaka Setia, Oktober 1977
Nasution, M.A, Dr. Hasyimasyah, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, cetakan ketiga, November 2002
Hanafi, MA, Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Februari 1990
Daudy, Dr. Ahamad, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1986
Drs. H. Ahmad Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung: Cv. Pustaka Setia, Oktober 1977), hal: 17
Ibid, Drs, H, Ahmad Mustofa, hal: 20
Ibid, Drs. H. Ahmad Mustofa, hal: 9
Dr. Hasyimasyah Nasution, M.A, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet. III, November 2002), hal: 1
Ibid, Drs, H, Ahmad Mustofa, hal: 9
Ibid, Dr. Hasyimasyah Nasution, hal: 1-2
Ahmad Hanafi, MA, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, Februari 1990), hal: 6
Ibid, Drs, H, Ahmad Mustofa, hal: 17
Ibid, Dr. Hasyimasyah Nasution, hal: 2
Dr. Ahamad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hal: 1
ibid, hal: 2
Ibid, hal: 3
Ibid, hal: 3
Ibid, hal: 4
Ibid, hal: 4
Ibid, hal: 6
Ibid, hal: 7
Ibid, Drs, H, Ahmad Mustofa, hal: 18-20
Ibid, Drs, H, Ahmad Mustofa, hal: 18
Ibid, Dr. Hasyimasyah Nasution, hal: 3-4
Ibid, Drs, H, Ahmad Mustofa, hal: 20
Ibid, Drs, H, Ahmad Mustofa, hal: 31