RESUME
SEJARAH PERADABAN ISLAM DI INDONESIA Disusun guna Memenuhi Tugas : Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam Dosen Pengampu : Dra. Hj. Fatihah, M. Ag
Oleh : Muhammad Syukron NIM : 202111067
PAI TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI STAIN PEKALONGAN
2010
2
RESUME SEJARAH PERADABAN ISLAM DI INDONESIA
A. Pendahuluan
Dalam pembahasan bagian pengantar ini, terdapat tiga konsep utama yang perlu dijelaskan terlebih dahulu, yaitu : “Sejarah”, “ Peradaban”, dan “ Islam”. Ketiga konsep tersebut pada giliranya perlu dipahami sebagai suatu kesatuan konsep “Sejarah Dan Peradaban Islam”. Kata sambung “dan” sebenarnya memberikan makna yang memisahkan antara “Sejarah Islam” di satu segi dan “Peradaban Islam” di segi lain. Akan tetapi peradaban yang dimaksud merupakan pembahasan yang tercakup dalam perspektif kesejarahan umat islam, maka kata sambung diatas dianggap sebagai suatu penekanan saja bukan berarti pemisahan antara dua disiplin pengetahuan. Cakupan pembahasan tentang “Sejarah dan Peradaban Islam” disini bukan sebagai pengertian atas konsep-konsep serta keterkaitan antar konsep dalam sebuah disiplin tersebut, melainkan akan dibahas juga mengenai kedudukan disiplin ini dalam ilmu pengetahuan; objek-objek kajianya; sumber-sumber bagi pengembangan ilmu tersebut; dan periodisasi sejarah peradaban islam. Tulisan ini diharapkan dapat mengantarkan tulisan-tulisan lain sesudahnya. Oleh karena itu pembahasan di dalamnya akan bersifat konseptual dan teoritik sehingga fungsi praktis pembahasan ini diharapkan dapat memberikan kejelasan terhadap tulisan lain yang lebih bersifat faktual.
B. Sejarah
1.
Pengertian Sejarah
3
Pengertian “Sejarah” secara etimologis dapat ditelusuri dari asal kata sejarah yang sering dikatakan berasal dari kata arab “ syajarah” artinya “pohon kehidupan”. Dalam bahasa asing lainya, peristilahan sejarah disebut histore (perancis), geschicte (jerman), histoire atau geschiedenis (Belanda), dan history (inggris). Kata history sendiri yang lebih popular untuk menyebut sejarah dalam ilmu pengetahuan sebenarnya berasal dari bahasa yunani (istoria) yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, khususnya manusia yang bersifat kronologis. Sementara pengetahuan serupa yang tidak kronologis diistilahkan scientia atau science. Oleh karena itu sejarah dalam perspektif ilmu pengetahuan menjadi terbatas hanya mengenai aktifitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu (unik) yang tersusun secara kronologis. Makna sejarah juga dapat mengacu kepada paling sedikit dua konsep terpisah : sejarah yang tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau, keseluruhan pengalaman manusia; dan sejarah sebagai suatu cara yang denganya fakta-fakta diseleksi, diubah-ubah, dijabarkan, dan dianalisis. 2.
Kedudukan Sejarah
Kedudukan sejarah sebagai sebuah ilmu, yakni “ilmu sejarah”, adalah sebuah disiplin yang berusaha menentukan pengeahuan tentang masa lalu suatu masyarakat tertentu. Misalnya tentang masa lalu masyarakat muslim. 3.
Objek Sejarah
Dalam hal ini peristiwa sejarah adalah mengenai apa saja yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan dialami manusia; atau dalam bahasa metodologis bahwa lukisan sejarah itu merupakan pengungkapan fakta mengenai apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana sesuatu telah terjadi. Peristiwa sejarah sebetulnya bukan hanya berupa kejadian fisik, melainkan juga peristiwa-peristiwa bermakna yang
4
terpantul sepanjang waktu, sehingga terungkap dari segi-segi pertumbuhan, kejayaan, dan keruntuhanya. 4.
Sumber Sejarah
Sumber-sumebr yang dapat dijadikan alat bukti tentang peristiwa masa lampau adalah peninggalan-peninggalan yang berbentuk relief-relief, monumen, manuskripmanuskrip, atau bukti-bukri lain yang otentik. 5.
Penulisan Sejarah
Ragam pengkisahan sejarah, sebagai penjabaran lanjut atas maknanya secara subjektif, dapat dibagi menjadi dua macam; sejarah naratif dan sejarah ilmiah. Pengkisahan sejarah secara naratif biasanya merupakan uraian logis mengenai suatu perkembangan terjadinya peristiwa; berdasarkan common sense (akal sehat) imajinasi dan keterampilan ekspresi bahasa, dan pengetahuan fakta; prses terjadinya secara genesis (dari awal peristiwa sampai akhirnya) dipaparkan secara deskriptif tanpa memakai teori dan metodologi. Kebalikan atas cirri-ciri tersebut adalah “Sejarah Ilmiah”. Sejarah ilmiah atau sejarah analisis berusaha mengkaji suatu peristiwa masa lampau itu dengan menerangkan sebab-sebabnya. Sejarah ilmiah bertujuan memberikan makna dan penjelasan tentang faktor-faktor terjadinya peristiwa dengan analisisnya menggunakan konsep serta teori yang relevan. 6.
Kegunaan Sejarah
Kegunaan sejarah antara alin : pertama, untuk kelestarian identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok itu bagi kelangsungan hidupnya. Kedua, sejarah berguna bagi pengambilan pelajaran dan tauladan dari contoh-contoh dimasa lampau, sehingga sejarah memberikan azas manfaat secara lebih khusus demi kelangsungan hidup.
5
C. Pengertian Peradaban Dalam bahasa Indonesia, kata peradaban seringkali dipahami sama artinya dengan keudayaan. Akan tetapi dalam bahasa inggris terdapat perbedaan pengertian antara kedua istilah tersebut, yakni istilah civilization untuk peradaban dan culture untuk kebudayaan. Demikian pula dalam bahasa arab, dibedakan pula antara istilah tsaqafah (kebudayaan) dan tamaddun (peradaban); bahkan dalam bahasa melayu istilah tamaddun dimaksudkan untuk menyebut keduanya. Perbedaan kedua istilah tersebut menjadi sulit karena terbentur pada pemaknaan dan penterjemahan. Istilah cultur dalam bahasa jerman, dalam bahasa inggris diterjemahkan sebagai civilization, karena kata cultur itu dalam bahasa jerman bersifat lebih inklusif daripada culture dalam bahasa inggris. Pengertian peradaban dibedakan secara cukup jelas oleh A.A.A. Fyzee. Menurutnya, peradaban (civilization) dapat diartikan dalam hubunganya dengan kewarganegaraan karena kata itu diambil dari kata civies (latin) atau civil (inggris) yang berarti menjadi seorang warga negara yang berkemajuan. Dalam hal ini peradaban dapat diartikan menjadi dua cara : (1) Proses menjadi berkeadaan, dan (2) Suatu masyarakat manusia yang sudah berkembang dan maju. Berdasarkan pengertian terakhir, suatu peradaban ditunjukkan dalam gejala-gejala lahir, misalnya memiliki kota-kota besar, masyarakat telah memiliki keahlian dalam industri (pertanian, pertambangan, pembangunan, pengangkutan, dan sebagainya), memiliki tertib politik dan kekuasaan, dan terdidik dalam kesenian yang indah-indah. Peradaban islam adalah terjemahan dari kata arab “al hadharah al islamiyah”. Kata arab ini sering diterjemakan kedalam bahasa Indonesia sebagai “kebudayaan islam”. Di Indonesia sebagaimana di arab dan barat masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata : kebudayaan dan peradaban. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, sedangkan peradaban
6
biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah.
D. Teori Kedatangan Islam di Indonesia
Kennet w. Morgan menerangkan bahwa berita yang dapat dipercaya mengenai islam di Indonesia yang pertama kali terdapat dalam berita Marcopolo dalam perjalananya kembali ke Venezuela pada tahun 692 (1292 M). setelah bekerja pada Khubilaikhan di Tiongok, Marcopolo singgah di Perlak, sebuah kota di pantai utara sumatera. Menurut Marcopolo, penduduk perlak ketika itu diislamkan oleh pedagang yang ia sebut Saracen. Wilayah-wilayah pangeran di sekitar perlak didiami oleh penyembah berhala yang belum beradap. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa islam sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 dan telah dianut sebagian besar masyarakat di Indonesia, baik sebagai agama maupun hukum. Mengenai kedatangan islam di Indonesia terdapat perbedaan dan diskusi yang panjang diantara para ahli sejarah mengenai 3 masalah pokok yakni tempat asal kedatangan, para pembawanya, dan waktu kedatanganya. Sejumlah ahli mengajukan teori bahwa islam masuk ke Indonesia karena Indonesia merupakan anak benua India selain arab dan Persia. Seorang ilmuwan belanda mengatakan bahwa islam di Indonesia berasal dari Gujarat di pesisir selatan India. Hal ini disimpulkan setelah dia melihat gaya batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Jawa Timur dan batu nisan yang ditemukan di Pasai, Sumatera Utara, identik dengan gaya batu nisan yang ditemukan di Gujarat. Namun teori ini tidak disetujui oleh beberapa ahli karena mereka berpendapat bahwa pada masa islamisasi di Indonesia Gujarat masih merupakan kerajaan hindu.
7
E. Sejarah Awal Masuknya Islam di Indonesia
Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negara-negar di Asia bagian barat dan timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan islam dibawah Bani Umayyah. Pada tahun 172 H sebuah kapal layar dengan pimpinan Makhada Khalifah dari teluk Kambay Gujarat berlabuh di Bandar Perlak dengan membawa kira-kira 100 orang dakwah yang terdiri atas orang-oran arab, Persia, dan Hindia. Selanjutnya islam masuk ke pulau jawa diperkirkan pada abad ke-5 dengan ditemukanya makam Fatimah binti Maemun di lereng Gresik yang meniggal pada tahun 475 H/ 1082 M. Ada teori tentang kedatangan islam di Indonesia yaitu : 1. Teoti Arab, yaitu datangnya islam ke melayu langsung dari arab karena muslim wilayah melayu berpegang pada mahzab Syafi’i yang lahir di semenanjung wilayah arab. 2. Teori India, yakni bahwa islam dating dari India. Teori ini lahir selepas tahun 1883 M dibawa oleh C. Snouch Hurgronye 3. Teori Cina, teori ini dikemukakan oleh Emanuel Godinho de Erodie, seorang ilmuwan dari Spanyol.
F. Peradaban Islam di Indonesia 1.
Sebelum Kemerdekaan
Oleh karena penyebaran islam pertama-tama dilakukan oleh pedagang, maka pertumbuhan islam di Indonesia mula-mula berkembang pesat di daerah pelabuhan pelabuhan di Sumatera, Jawa, dan di daerah pesisir lainya.
8
Disamping merupakan pusat-pusat perdagangan, ibu kota kerajaan juga merupakan tempat berkumpul para ulama dan mubaligh islam. Raja-raja mengangkat para ulama menjadi pejabat dibidang keagamaan. a) Ulama dan ilmu-ilmu keagamaan Penyebaran dan pertumbuhan kebudayaan islam di Indonesia terutama terletak di pundak para ulama, paling tidak ada cara-cara yang dilakukanya, antara lain ; membentuk kader-kader ulama yang akan menjadi mubaligh di daerah-daerah yang lebih luas; dengan karya-karya besar yang dihasilkan dan dibaca diberbagai tempat yang jauh, karya-karya tersebut mencerminkan perkembangan pemkiran dan ilmuilmu keagamaan di Indonesia pada masa-masa itu. b) Arsitek dan bangunan Oleh karena perbedaan latar belakang budaya, arsitektur bangunan-bangunan islam di Indonesia berbeda dengan yang terdapat di dunia islam lainya. Hasil-hasil bangunan dan arsitektur pada masa pertumbuhan dan perkembangan islam di Indonesia antara lain Masjid Kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, Masjid Agung Banten, Baiturrahan di Aceh, dan berbagai arsitektur lain yang tersebar di seluruh Indonesia. 2.
Setelah kemerdekaan a)
Departemen Agama
Sebagaimana telah disebutkan sejak awal kebangkitan nasional, posisi agama sudah mulai dibicarakan dalam kaitanya dengan politik / negara. Departemen agama didirikan pada masa kabinet Syahrir yang mengambil keputusan tanggal 3 Januari 1946 untuk memberikan suatu konsesi kepada kaum muslimin. Menteri agama pertama adalah M. Rasyidi yang diangkat pada 12 maret 1946. sebelum terbentuknya kementrian ini ada pembahasan mengenai apakah kementrian ini akan dinamai Kementrian Agama Islam atau Kementrian Agama.
9
Akhirnya diputuskan diberi nama Kementrian Agama yang mempunyai empat seksi, masing-masing untuk kaum muslimin, kaum protestan, umat katholik roma, dan umat hindu budha. Tujuan dan fungsi departemen agama yang dirumuskan pada 1967 adalah sebagai berikut : 1. Mengurus
seta
mengatur
pendidikan
agama
di
sekolah
serta
membimbing perguruan-perguruan agama. 2. Mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan. 3. Memberi penerangan dan penyuluhan agama. 4. Mengurus dan mengatur peradilan agama serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hukum agama. 5. Mengatur, mengurus, dan mengawasi peyelenggaraan ibadah haji. Sesuai dengan perkembanganya, struktur departemen agama berkembang dari yang semula terdiri dari empat seksi sekarang terdiri dari lima seksi direktorat jenderal, sekretariat jenderal, badan penelitian dan pengembangan agama, serta pusat pendidikan dan pelatihan pegawai. b)
Lebaga Pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan islam sudah berkembang dalam beberapa bentuk sejak masa penjajahan belanda, salah satu bentuk pendidikan islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang tersebar di berbagai pelosok. Lembaga ini dipimpin oleh seorang ulama atau kiai. Antar lembaga pendidikan islam pada saat itu (pesantren) tidak memeiliki keterkaitan antara satu dengan lembaga yang lain. Setelah Indonesia merdeka, terutama setelah berdirinya departemen agama, persoalan pendidikan islam mulai mendapat
perhatian
lebih
serius.
Setelah
10
revolusi
selesai,
usaha
untuk
mengkoordinasikan sekolah-sekolah agama dimulai kembali bukan saja untuk Jawa dan Sumatera melainkan seluruh Indonesia sehingga mulai terbentuk lembagalembaga pendidikan islam seperti MT, MTs, MA, d ll. Setelah itu mulai dipikirkan untuk membentuk sebuah perguruan tinggi islam yang memiliki fakultas-fakultas non agama, dengan bantuan dari pemerintah maka pada tanggal 8 juli 1945 hal ini bisa terwujud namun tidak lama lembaga ini ditutup kembali karena gedung-gedung dikuasai oleh pasukan sekutu dan dibuka kembali pada tanggal 10 April 1946 di Yogyakarta. Perguruan tinggi yang khusus terdiri dari fakultas-fakultas keagamaan mulai mendapaat perhatian kementrian agama pada tahun 1950. Departemen agama juga mulai menangani persoalan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum negeri. c)
Hukum Islam
Salah satu lembaga islam yang sangat penting yang juga ditangani oleh departemen agama lembaga hukum islam atau syariat. Pengadilan islam di Indonesia membatasi wewenangnya pada persoalan hukum muamalat yang bersifat pribadi. Keberadaan lembaga peradilan agama di masa Indonesia merdeka adalah kelanjutan dari masa kolonial belanda. Sebenarnya usaha untuk mengundangkan peraturan perkawinan secara nasional sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1950 diawali dengan dibentuknya sebuah panitia khusus yang diketuai oleh bekas Gubernur Sumatera Teuku Mohamad Hasan. Pelaksanaan hokum islam di Indonesia masih sulit dilaksanakan karena belum ada kompilasi hokum islam yang dapat dijadikan pegangan. Peraturan-peraturan hokum islam yang dapat dijadikan hokum terapan pada badan peradilan agama masih terpencar didalam berbagai kitab fiqih klasik yang jumlahnya sangat banyak. d)
Haji
11
Indonesia termasuk negara yang banyak mengirim jemaah haji, pengiriman jemaah haji pada masa penjajahan terbanyak yaitu terjadi pada tahun 1926/1927 yaitu sekitar 52.000 orang. Baru pada tahun 1992 sekitar 107.000 orang jamaah haji Indonesia diberangkatkan. Untuk meningkatkan pelayanan, pemerintah menyediakan tim pembimbing haji Indonesia, tim pembimbing haji daerah, tim kesehatan haji Indonesia, dan tim kesehatan haji Indonesia. e)
Majelis Ulama Indonesia
Disamping
departemen agama, cara lain pemerintah Indonesia dalam
menyelenggarakan administrasi ialah mendirikan majelis ulama. Majelis ini didirikan di daerah-daerah karena diperlukan untuk menjamin keamanan. Pertama kali majelis ulama didirikan pada masa pemerintahan Soekarno. Disamping untuk pembinaan mental, rohani, dan agama masyarakat oleh pemerintah, waktu itu majelis ini dimaksudkan juga untuk ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan pembangunan. Pada tanggal 8 september 1969 di Jakarta didirikan Pusat Dakwah Islam Indonesia yang merupakan badan setengah resmi. Tokoh-tokoh pemerintah, organisasi islam serta ilmuwan turut serta dalam badan ini. Pada tahun 1975 usahausaha dimulai untuk mendirikan majelis ulama yang baru, majelis ulama di tiap ibukota provinsi dibentuk. Dalam pedoman dasar majelis ulama Indonesia yang disahkan dalam kongres tersebut, disebutkan bahwa majelis ulama Indonesia berfungsi : 1. Memberi fatwa dan nasehat mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat islam 2. Mempererat ukhuwah islamiyah dan memelihara serta meningkatkan suasana kerukunan antar umat beragama
12
3. Mewakili umat islam dalam konsultasi antar umat beragama.
13
DAFTAR PUSTAKA
Azra Azyumardi, Islam Nusantara, Jakarta: Mizan Anggota IKAPI, 2002 Supriyadi Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2003 Yatim Badri Drs, MA, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 1998, Cet. 7
14