Kedisiplinan Belajar Siswa Dalam Proses Pendidikan
Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Menurut Moeliono (1993: 208) disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Sedangkan pengertian siswa adalah pelajar atau anak (orang) yang melakukan aktifitas belajar ( Ibid: 849). 849). Dengan demikian disiplin siswa adalah ketaatan (kepatuhan) (kepatuhan) dari siswa kepada aturan, tata tertib atau norma di sekolah yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Dari pengertian tersebut, kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan (kepatuhan) siswa terhadap aturan (tata tertib) te rtib) yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, s ekolah, kepatuhan siswa dalam berpakaian, berpakaia n, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah. Salah satu pengertian pendidikan yang sangat umum dikemukakan oleh Driyarkara (1980 dalam Mikarsa, 2004:2) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke ta raf insani harus diwujudkan dalam seluruh proses atau upaya pendidikan. Dalam Dictionary of Education dikemukakan bahwa pendidikan adalah (1) proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk dan tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana dia hidup (2) proses sosial dimana sesorang diharapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. G. Thomson (1957 dalam Mikarsa, 2004: 1.2) menyatakan bahwa pendidikan adalah pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan-kebiasaan pemikiran, sikap-sikap, dan tingkah laku. Sedangkan Crow and Crow (1960 dalam Mikarsa, 2004) menyatakan bahwa “harus diyakini bahwa fungsi utama pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga dia memperoleh kepuasan dalam seluruh aspek kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diberikan beberapa ciri atau unsur umum dalam pendidikan yaitu :
1.
Pendidikan harus memiliki tujuan, yang pada hakekatnya adalah pengembangan pengembangan potensi individu yang bermanfaat bagi kehidupan pribadinya maupun warga-negara atau negara lainnya.
2.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan upaya yang disengaja dan terencana yang meliputi upaya bimbingan, pengajaran, dan pelatihan.
3.
Kegiatan tersebut harus diwujudkan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang lazim disebut dengan pendidikan formal, informal, dan non-formal.
Pengertian Disiplin
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami pekembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua, disiplin sebagai latihan yang betujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib. Disiplin di Sekolah Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negative siswa. Perilaku negative yang terjadi dikalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawatirkan, seperti: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, geng motor dan berbagai tindakan yang menjurus kearah criminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti: kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk menyimpang lainnya. Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain factor lingkungan, keluarga, dan sekolah.
Tidak dapat dapat dipungkiri dipungkiri bahwa bahwa sekolah
merupakan salah satu factor dominan dalam membentuk me mbentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sanksi adalah hukuman yang diberikan kepada siswa atau warga sekolah l ainnya yang melanggar tata tertib atau kedisiplinan yang telah diatur oleh sekolah, yang secara eksplisit berbentuk larangan-larangan. Hal ini menurut DepDiknas(2001:10). Sanksi yang diterapkan diter apkan agar bersifat mendidik, tidak bersifat hukuman fisik, dan tidak menimbulkan trauma
psikologis. Sanksi dapat diberikan secara bertahap dari yang paling ringan sampai yang seberat-beratnya. Sanksi tersebut dapat berupa: 1.
Teguran lisan atau tertulis bagi yang melakukan pelanggaran ringan terhadap ketentuan sekolah yang ringan.
2.
Hukuman pemberian tugas yang sifatnya mendidik, misalnya membuat rangkuman buku tertentu, menterjemahkan tulisan berbahasa inggris dan lain-lain.
3.
Melaporkan secara tertuliskepada orang tua siswa tentang pelanggaran yang dilakukan putera-puterinya.
4.
Memanggil yang bersangkutan bersama orang tuanya agar yang yang bersangkutan tidak mengulangi lagi pelanggaran yang diperbuatnya.
5.
Melakukan skorsing kepada siswa apabila yang bersangkutkan melakukan pelanggaran peraturan sekolah berkali-kali dan cukup berat.
6.
Mengeluarkan yang bersangkutan dari sekolah, misalnya yang bersangkutan tersangkut perkara pidana dan perdata yang dibuktikan dibuktikan oleh pengadilan.
Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa
Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003) 2003) mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu: 1.
Konsep diri, untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin,guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka.
2.
Keterampilan berkomunikasi, guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan mendorong kepatuhan siswa.
3.
Konsekuensi- konsekuensi logis dan alami, guru disarankan dapat menunjukan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya, dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.
4.
Klarifikasi nilai, guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk system nilainya sendiri.
5.
Analisis transaksional, guru disarankan guru belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah.
6.
Terapi realitas, sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab.
7.
Disipin yang terintegrasi, metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.
8.
Modifikasi perilaku, perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang yang kondusif.
9.
Tantangan bagi disiplin, guru diharapkancekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.
Kesimpulan
Penegakan disiplin disekolah tidak hanya berkaitan dengan masalah seputar kehadiran atau tidak, terlambat atau tidak. Hal itu lebih mengacupada pembentukan sebuah lingkungan yang didalamnya ada aturan bersama yang dihormati, dan siapapun yang melanggar mesti berani mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setiap pelanggaran atas at as kepentingan umum didalam sekolah mesti diganjar dengan hukuman yang mendidik sehingga siswa mampu memahami bahwa nilai disiplin itu bukanlah bernilai demi disiplinnya itu sendiri, melainkan demi tujuan lain yang lebih luas, yaitu demi stabilitas dan kedamai an hidup bersama.
Tata Tertib Seragam STIKes Budi Luhur
1. Berpakaian seragam dan memakai atribut sesuai ketentuan institusi(celana panjang warna hijau dan baju lengan panjang/pendek warna putih). 2. Menggunakan sepatu warna hitam dan kaos kaos kaki warna putih. putih. 3.
Rambut bagi mahasiswa laki – laki – laki laki dicukur dicukur rapi dan pendek, rambut bagi mahasiswa wanita ditata rapih dan memakai harnet.
Bagi
mahasiswi
berkerudung
menggunakan
kerudung
berwarna
putih
dan
menggunakan daleman kerudung 4. Tidak diperkenankan diperkenankan memakai perhiasan berlebihan, kecuali kecuali jam tangan serta tidak memakai cat kuku. 5. Pakaian praktik di lahan praktik, bercelana panjang warna putih dan baju lengan panjang/pendek warna putih, berjilbab, papan papan nama nama dengan dengan warna warna sesuai tingkatan, dan logo institusi).