PENGARUH SISTEM FULLDAY SCHOOL
TERHADAP KEMAMPUAN BERSOSIALISASI SISWA
SMAN 1 TAMBUN SELATAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb.
Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. yang telah memberi kami nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan proposal "Pengaruh Sistem Fullday School terhadap Kemampuan Bersosialisasi Siswa Sman 1 Tambun Selatan".
Kami mencoba berusaha menyusun proposal ini sedemikian rupa dengan harapan dapat membantu teman-teman semua untuk dapat mengerti apa itu sosialisasi dan lainnya. Kami juga berharap proposal ini dapat dijadikan pengetahuan untuk dapat bermanfaat bagi teman-teman semua.
Kami menyadari di dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak kekurangan di dalamnya yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal penataan proposal. Oleh karena itu kami meminta maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaksempurnaan dan juga kami memohon kritik dan saran untuk kami agar kami dapat lebih baik dalam membuat proposal.
Harapan kami mudah-mudahan apa yang telah kami susun bisa memberi manfaat untuk diri kami sendiri, teman-teman, serta orang lain. Akhir kata, kami ucapkan banyak terimakasih.
Wassalamualaikum Wr, Wb.
Bekasi, 11 Mei 2018
DAFTAR ISI
BAB I
PENGANTAR
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dini sekarang ini sudah hampir universal. Lebih dari 90% anak usia lima tahun dan lebih dari 60% anak usia empat tahun warga Negara kita mengunjungi salah satu bentuk pendidikan dini. Beberapa Negara bagian juga mendaftarkan anak-anak tiga tahun masuk sekolah program belajar dini. Yakni bagian dari sekolah umum.
Program pendidikan dini bisa setengah hari (half day) atau sehari penuh (full day). Dengan hadirnya full day school akan membantu mengamankan pendidikan anak dijenjang yang akan datang. Program full day school popular karena memberikan kepada anak-anak lebih banyak waktu belajar dan menjawab kebutuhan orangtua yang menghendaki pendidikan sehari penuh bagi anak-anak mereka. Lebih dari 56% anak usia lima tahun mengunjungi program penuh dan sekitar seperempat anak usia empat tahun mengunjugi program sehari penuh. Pada masyarakat perkotaan, sedikit sekali ibu-ibu memiliki profesi sebagai ibu rumah tangga. Mereka umumnya berprofesi sebagai wanita karier karena karyanya sedang ditunggu oleh masyarakat. Biasanya, sikecil diasuh oleh pembantu atau baby sistter. Jika sikecil hanya dipercayakan pada pembantu atau baby sistter, kemungkinan perkembangan dan pertumbuhan anak untuk masa yang akan datang kurang bisa dipertanggung jawabkan. Perlu diingat bahwa dasar perkembangan anak terbentuk dalam usia balita. Salah pendidikan dalam usia dini, maka jenjang pendidikan selanjutnya bisa berakibat fatal.
2. Rumusan masalah
a. Beberapa alasan orangtua memasukkan anaknya ke program full day school
b. Dampak positif dan negatif full day school terhadap perkembangan anak
c. Pengembangan full day school untuk mengoptimalkan perkembangan anak
d. Dampak positif dan negative full day school terhadap orangtua
e. Penelitian yang telah dilakukan tentang full day school
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Full Day School
Full day school berasal dari bahasa inggris. Full artinya penuh, day artinya hari, dan school artinya sekolah. Jadi full day school merupakan sekolah sepanjang hari, atau proses belajar mengajar yang dilakukan dari pukul 06.45-15.00 dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali, dengan demikian sekolah dapat mengatur jadwal pendidikan dengan leluasa. Disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. Dan yang diutamakan dalam full day school adalah pegaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman.
Dilihat dari makna dan pelaksanaannya full day school diatas, sebagian besar waktunya digunakan untuk belajar tapi tidak kaku, menyenangkan bagi siswa yang bertujuan menggali potensi anak didik secara total, dan menitik beratkan pada situasi dan kondisi dimana anak didik daapat mengikuti proses belajar tapi juga bermain agar siswa tidak merasa terbebani dan bosan berada disekolah. Karena full day school banyak memiliki metode pembelajaran-dimana proses belajar tidak selalu dilakukan dikelas akan tetapi siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat belajar yang diinginkannya. Sekedar untuk ketertiban belajar mengajar maka dibuatlah jadwal dan semua itu membutuhkan kreatifitas dan inovasi dari guru untuk mengatur metode pembelajaran. Karena belajar yang efektif bagi anak hanya 3-4 jam sehari (dalam suasana formal) dan 7-8 jam sehari (dalam suasana informal).
2. Teori Perkembangan
Perkembangan kecerdasan kognitif menurut Peaget.
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berfikir. Jean Piaget (1886-1980), seorang ahli biologi dari perancis yang kemudian tertarik pada bidang psikologi anak, memberi sumbangan pikiran yang tak ternilai bagi pemahaman perkembangan kognitif anak. Ia adalah seorang ilmuwan yang kaya akan tulisan ilmiah. Menurut Piaget semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama yaitu melalui empat tahapan : a. sensorimotor, b. preoperasional, c. konkret operasional, dan d. formal operasional. Keempat tahapan tersebut berlaku serentak disemua bidang perkembangan kognitif. Untuk lebih jelasnya, tahapan perkembangan anak menurut teori Piaget tersebut dibahas satu persatu.
a. Sensorimotor (0-2 Tahun)
Pada tahap ini anak lebih banyak menggunakan gerak refleks dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Kelak hasil pengalaman berinteraksi dengan lingkungan ini sangat berguna untuk berfikir lebih lanjut. Piaget membagi tahapan ini menjadi empat seperti berikut.
1. Tahap reflex atau reflexive stage (lahir-usia 1 bulan)
Pada tahap ini gerak refleks sangat dominan. Anak secara refleks member respons terhadap rangsangan tertentu. Ia akan menangis bila merasa lapar, pakaian basah, atau merasa haus. Ia juga akan menangis kalau kedinginan atau kepanasan. Jadi, refleks permulaan ini sangat penting untuk mempertahankan hidup (survival).
2. Reaksi sirkuler atau primary circular reaction (usia 1-4 bulan)
Tahap ini disebut demikian karena dua hal : a) anak melakukan gerak refleks terhadap anggota badannya (primary), dan b) anak mengulang gerak tersebut (circular). Sebagai contoh anak tidak sengaja memasukkan jempol tangannya ke mulut. Hal ini kemudian diulanginya sampai menjadi perilaku.
3. Reaksi sirkuler sekunder atau secondary circular reaction (usia 4-8 bulan)
Anak usia 4-8 bulan mulai menaruh perhatian tidak saja pada anggota badannya, tetapi juga menaruh perhatian terhadap benda-benda disekelilingnya (secondary). Ia mulai memperhatikan wajah ibunya, suara ibunya, dan memperhatikan botol susu. Ia juga mulai memegang benda-benda yang ada disekelilingnya dan mulai memainkannya.
4. Koordinasi skema sekunder atau coordination of secondary schemata (8-12 bulan)
Anak usia ini mulai menggunakan memory hasil pengalaman sebelumnya untuk mereaksi suatu rangsang. Hal ini tentu dimulai dari rangsang yang sama atau yang pernah dikenalnya. Ia mulai memperhatikan perilaku orang lain dan belajar menirunya. Misalnya, ia akan melambaikan tangan jika orang lain melambaikan tangan kepadanya. Ia juga mulai senang diajak bermain.
Pada akhir tahap sensorimotor, anak sudah menunjukkan tingkah laku inteligen, sekalipun masih dalam batas aktivitas motorik sebagai reaksi tehadap stimulasi sensoris. Selain itu, mulai tampak adanya diferensiasi antara subjek dan objek, atau antara anak dengan lingkungannya. Ciri khas perkembangan tahap ini ditunjukkan dengan segala objek yang telah permanen, anak masih mengenali objek diotaknya meskipun objek tersebut secara riil tidak ada lagi disekitarnya.
b. Preoperasional (2-7 Tahun)
Pada tahap ini anak mulai menunjukkan proses berfikir yang lebih jelas. Ia mulai mengenali beberapa symbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar. Anak menunjukkan kemampuannya melakukan permainan simbolis (symbolic play atau pretend play). Misalnya, dia pura-pura minum disebuah cangkir mainan yang kosong atau menggerakkan balok kayu sambil menirukan bunyi mobil seakan-akan balok itu adalah mobil. Dengan demikian, anak sudah menggunakan memorinya tentang mobil dan menggunakan balok untuk mengekspresikan pengetahuan itu.
Anak usia 5 tahun, menurut Piaget (1972) memiliki pola berfikir yang disebut precausal reasoning. Istilah ini digunakan untuk menerangkan hubungan sebab akibat. Tipe-tipe pola pikir ini sebagai berikut :
1. Motivasi
Menurut pola pikir ini, hubungan sebab akibat didasarkan atas suatu tujuan tertentu. Kalau anak ditanya, "Mengapa matahari bersinar?" Anak mugkin menjawab, "Sebab Tuhan mengirimnya agar (dunia ini) terang."
2. Final
Cara berfikir final ini didasarkan atas pengertian bahwa hubungan sebab akibat terjadi karena memang harus terjadi. Sebagai contoh, anak ditanya, "Mengapa kaca ini berserakan dilantai?" Anak mugkin akan menjawab, "Karena Pecah".
3. Fenomenalisme
Cara berfikir ini didasarkan atas kepercayaan yang sering diceritakan pada anak. Misalnya, dulu sewaktu kecil, ayah dan ibu saya selalu menasehati saya agar menghabiskan makanan yang saya makan, sebab kalau tidak, ayam saya akan mati. Anak kecil akan percaya kalau makanan tidak habis, ayamnya akan mati.
4. Moralisme
Anak menerangkan sebab akibat sebagai fungsi dari suatu benda. Sebagai contoh, anak ditanya, "Mengapa mobil itu bergerak? Agar dapat membawa kita ke mana-mana. Mengapa matahari bersinar? Agar matahari itu menerangi kita. Mengapa hujan turun? Agar kita memperoleh air darinya."
5. Artifisial
Anak menerangkan hubungan sebab akibat ditinjau dari kepentingannya terhadap manusia. Misalnya anak ditanya "Mengapa jarum jam bergerak? Agar kita dapat mengetahui waktu. Mengapa matahari terbit dari timur? Manusia yang membuatnya. Mengapa matahari tidak terlihat di malam hari? Seseorang menyimpannya."
6. Animisme
Cara berfikir ini didasarkan atas anggapan bahwa segala sesuatu (termasuk benda-benda tak hidup) itu hidup. Anak pada usia ini atau dibawahnya umumnya bingung membedakan konsep hidup dengan gerak. Sesuatu yang kelihatannya bergerak biasanya dikatakan hidup. Mengapa awan itu bergerak ? Sebab ia hidup. Hal ini berlaku untuk benda-benda yang bergerak lainnya, seperti mobil, matahari, lampu, radio, bahkan gunung sering dikatakan hidup.
7. Dinamisme
Anak pada usia ini masih sulit membedakan antara konsep gaya dengan konsep hidup. Kalau ditanya mengapa sungai mengalir dari gunung ke laut? Karena gunung mendorong air di sungai ke laut (bukan karena gaya grafitasi bumi).
c. Konkret operasional (7-11 Tahun)
Pada tahap ini anak sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan sederhana yang bersifat konkret. Ia telah dapat berfikir refersibel. Yang dimaksud dengan berfikir refersibel (berkebalikan) ialah anak dapat berpikir balik (dua arah). Sebagai contoh anak, kalau anak memahami 2+3=5, maka ia akan tahu kalau 5-3=2 atau 5-2=3. Ia juga mengerti bahwa jumlah suatu benda tidak berubah karena penataannya. Ia juga dapat memahami volume benda padat atau cair tetap sama meskipun bentuk atau tempatnya berubah. Pada tahap perkembangan ini anak sudah dapat mengklasifikasikan dan mengurutkan. Mengklasifikasikan dan mengurutkan memerlukan keterampilan berfikir tertentu. Pertama, anak harus dapat mengenali persamaan dan perbedaan objek, ketiga, anak harus dapat memilih salah satu atribut sebagai dasar klasifikasi, misalnya warna. Untuk memacu keterampilan berfikir ini guru guru dapat menggunakan pattenning, yaitu anak dilatih untuk menemukan dan membuat pola. Anak pada usia ini akan dapat memecahkan berbagai persoalan secara lebih baik berdasarkan objek dan kejadian yang nyata (Piaget, 1972). Oleh karena itu, penting bagi guru menggunakan objek dan pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran.
d. Formal operasional (11 Tahun ke Atas)
Menurut Piaget (1972) tahap ini dicapai anak usia 11-15 tahun. Pikiran anak tidak lagi terbatas pada benda-benda dan kegiatan yang terjadi didepan matanya. Pikiran anak telah terbebas dari kegiatan langsung. Ia dapat menjumlahkan dan mengurangi angka dalam kepalanya dengan menggunakan operasi logisnya. Pada tahap ini anak dapat melakukan hal-hal berikut.
1) Berfikir secara hipotesis dan dedukatif
Anak dapat membuat hipotesis dari suatu teori. Ia dapat membuat kesimpulan secara logis dan premis-premis yang ada. Misalnya, semua binatang yang beranak adalah mamalia. Kalau ia menjumpai suatu gambar binatang yang belum pernah ia jumpai, tetapi ada keterangan bahwa binatang itu beranak maka ia dapat menyimpulkan bahwa binatang tersebut tergolong mamalia. Jika A>B, dan B>C maka A>C.
2) Berfikir secara abstrak
Pada tahap ini anak dapat berfikir secata abstrak dan reflektif. Hal ini dapat dipahami saat kita menghadapi suatu persoalan. Pikiran kita akan bekerja untuk mencari berbagai alternative pemecahan masalah berupa strategi. Otak bekerja menghubung-hubungkan berbagai memori pengetahuan dan pengalaman serta informasi yang kita miliki untuk mencari strategi pemecahan masalah tersebut. Kalau strategi itu sudah kita dapatkan, kita akan mengurutkan strategi tersebut berdasarkan besar-kecilnya probabilitas terselesaikannya masalah tersebut. Semua itu dapat dilakukan di dalam pikiran.
3) Mampu membuat analog
Pada tahap ini anak telah mampu memahami analogi. Anak akan mencoba menghubungkan analogi tersebut dengan kenyataan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, pada tahap ini guru dapat menggunakan berbagai analogi, symbol-simbol, serta gambar-gambar untuk menerangkan suatu pokok persoalan.
4) Mampu mengevaluasi cara berfikir (metacognition)
Salah satu kemampuan anak pada tahap ini ialah merenungkan kembali apa-apa yang telah dilakukan, serta mengevaluasinya. Hal itu dilakukan, dengan mencari segi-segi positif dan negatifnya. Dengan cara demikian anak dapat memperbaiki cara berfikirnya.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Beberapa alasan orang tua memasukkan anaknya ke program full day school
a. Menambah kemampuan sosial anak
Hal ini diperlukan jika anak kesepian dirumah, misalnya karena teman sebayanya sedikit.
b. Mendapatkan sarana bermain yang edukatif
Play group biasanya menyediakan sarana bermain yang lebih lengkap dan edukatif, baik untuk kemampuan motorik kasar anak maupun motorik halusnya. Misalnya, papan seluncur, mobil-mobilan, dan motor-motoran yang biasa dinaiki oleh anak, puzzle, buku-buku dan sebagainya.
c. Mendapatkan pendidikan budi pekerti yang baik saat ini, banyak anak sepanjang hari bersama pembantu atau baby sistternya dan televisi saja. Tontonan, obrolan dan tingkah lakupun menyerupai "mbaknya" alias pembantu. Anak yang ayah ibunya bekerja, akan belajar budi pekerti yang lebih baik lagi jika disekolahkan di pendidikan dini. Dalam hal ini, bukan semua perilaku pembantu itu tidak baik.
2. A. Dampak positif full day school terhadap perkembangan anak
Ada beberapa manfaat dengan adanya pendidikan formal sebelum anak memasuki usia sekolah. Berikut ini beberapa manfaat bagi sikecil mengikuti pendidikan dini.
a. Memberikan kesempatan bagi anak untuk berkumpul dengan teman sebayanya dengan lebh baik.
b. Anak dapat mengembangkan kemampuan fisik dan kecerdasan melalui kegiatan yang diberikan guru.
c. Anak mendapat tambahan pengetahuan dengan berbagai model pembelajaran.
d. Dengan beragam akivitas dan minat anak, akan merangsang kemampuannya mengolah informasi.
e. Potensi anak tersalurkan melalui kegiatan ekstrakulikuler.
f. Anak mendapat pendidikan umum antisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
g. Anak memperoleh pendidikan ki-Islaman secara professional.
h. Anak mengapatkan pendidikan kepribadian yang antisipatif terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan derasnya arus informasi dan globalisasi yang membutuhkan nilai saring.
i. Perkembangan bakat, minat, dan kecerdasan anak terantisipasi sejak dini melalui pantauan program bimbingan dan konseling.
B. Dampak negatif full day school terhadap perkembangan anak
a. Terlalu banyak memusatkan kegiatan disekolah daripada di rumah dengan orangtua dan keluarga lainnya.
b. Kurangnya kasih sayang dari orangtua.
c. Anak akan mudah stress karena setiap hari dituntut untuk memenuhi kegiatan-kegiatan penuh disekolah.
d. Anak cenderung berpotensi mengalami tekanan psikis.
e. Perkembangan anak dalam hal sosial kurang, karena anak seharian berada disekolah.
Pengembangan full day school untuk optimalisasi perkembangan anak
Untuk meminimalkan dampak negatif di atas, upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan full day school bagi perkembangan anak yaitu dengan pengembangan kurikulum dan pengelolaan sesuai dengan alokasi waktu, kebutuhan, dan perkembangan anak agar full day dapat mengoptimalkan perkembangan anak
Kurikulum sekarang ini didasarkan pada pemahaman bahwa ide anak-anak dapat membentuk/membangun pengetahuan mereka sendiri. Untuk itu, program-program belajar usia dini harus terus mempersiapkan anak-anak dengan program kurikulum yang direncanakan dengan baik agar dapat memenuhi kebutuhan semua anak. Kurikulum untuk program belajar usia dini sekarang ini melakukan hal-hal berikut:
a. Memasukkan tujuan untuk dicapai dalam semua bidang, meliputi bidang sosial, emosi, kognitif, dan fisik supaya mampu mempersiapkan anak-anak unuk berperan sebagai warga Negara.
b. Menggarap perkembangan pengetahuan, pengertian, proses, dan keterampilan tidak sebagai fakta terpisah.
c. Berdasarkan isi yang ditemukan dalam subjek area standar.
d. Berdasarkan sasaran nyata yang menantang, namun bisa dicapai.
e. Merefleksikan kebutuhan dan minat masing-masing anak dan kelompok.
f. Menghormati dan mendukung keragaman individu, budaya, dan bahasa.
g. Membangun pengetahuan di atas apa yang sudah diketahui anak dan mampu mengkonsolidasikan belajar mereka dan memajukan pencapaian konsep dan keterampilan baru.
h. Memungkinkan integrasi di seluruh isi pelajaran.
i. Memenuhi standar yang diakui atas disiplin pelajaran yang relevan.
j. Melibatkan anak-anak secara aktif, sosial, fisik, dan mental.
k. Sangat lentur/fleksibel sehingga para guru dapat menyesuaikan diri dengan masing-masing anak atau kelompok.
Untuk mengembangkan kurikulum anak usia dini perlu diperhatikan prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan Anak Usia Dini sebagai berikut:
a. Bersifat komprehensif
Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan.
b. Dikembangkan atas dasar perkembangan secara bertahap.
Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan pada usia dan tahapan perkembangan setiap anak. Program menyediakan berbagai sarana dan bahan untuk anak dengan berbagai kemampuan.
c. Melibatkan orang tua
Keterlibatan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak. Oleh karena itu peran orang tua dalam pendidikan anak usia dini sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan.
d. Melayani kebutuhan individu anak
Kurikulum dapat mewadahi kemampuan, kebutuhan, minat setiap anak.
e. Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakat
Kurikulum harus memperhatikan kebutuhan setiap anak sebagai anggota dari keluarga dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat.
f. Mengembangkan standar kompetensi anak
Kurikulum yang dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi anak. Standar kompetensi sebagai acuan dalam menyiapkan lingkungan belajar anak.
g. Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus
Kurikulum yang dikembangkan hendaknya memperhatikan semua anak termasuk anak-anak yang berkebutuhan khusus.
h. Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat
Kurikulum hendaknya dapat menunjukkan bagaimana membangun sinergi dengan keluarga dan masyarakat sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
i. Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak
Kurikulum yang dibangun hendaknya memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan anak saat anak berada disekolah.
j. Menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga
Kurikulum hendaknya dapat menjabarkan dengan jelas prosedur manajemen pengelolaan lembaga kepada masyarakat sebagai bentuk akuntabilitas.
k. Manajemen Sumber Daya Manusia
Kurikulum hendaknya dapat menggambarkan proses manajemen pembinaan sumber daya manusia yang terlibat di lembaga
l. Penyediaan Sarana dan Prasarana.
Kurikulum dapat menggambarkan penyediaan sarana dan prasarana yang dimiliki lembaga.
4. A. Dampak full day school terhadap orangtua
a. Orangtua tidak akan khawatir akan kualitas pendidikan dan kepribadian putra-putrinya karena anak-anaknya dididik oleh tenaga kependidikan yang terlatih dan profesional.
b. Orangtua tidak merasa khawatir dengan keberadaan putra-putrinya antara lain: pengaruh negative kegiatan anak diluar sekolah dapat dikurangi seminimal mugkin karena waktu pendidikan anak disekolah lebih lama terencana dan terarah.
c. Orangtua tidak merasa khawatir karena harus meninggalkan anaknya saat mereka bekerja.
B. Dampak negatif full day school terhadap orangtua
a. Orangtua tidak terlalu dekat dengan anaknya, bahkan sang anak lebih dekat dengan gurunya.
b. Orangtua tidak terlalu peduli dengan perkembangan anaknya, karena sedikitnya waktu bertemu antara orangtua dan anaknya.
5. Penelitian yang telah dilakukan tentang full day school
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui manfaat, dampak positif dan negatif full day school bagi perkembangan anak baik didalam maupun diluar negeri. Penelitian mulai dilakukan sekitar tahun 1980-an di Amerika Serikat. Bidang akademik yang paling banyak digunakan dalam pembelajaran full day school adalah membaca, berhitung dan keterampilan. Dalam pembelajaran membaca dan berhitung full day lebih unggul darihalf day, dan salah satu penyebabnya adalah banyaknya waktu bersama antara anak dan guru.
Temuan penelitian di Indiana, hasil penelitian nasional menyatakan bahwa fullday school efektif bagi perkembangan anak. Bukti yang mendukung efektifitas program ini adalah program-program berikut : kehadiran, prestasi akademik, presensi kelas dan rujukan pendidikan khusus, dampak sosial dan perilaku dan efek kepada anak didik yang kurang mampu. Penelitian lain di Indiana juga mendukung program full day school. Pertemuan antara guru dan murid yang lebih intens akan memberikan Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Julie Saam dan Jeffry A. Nowaq di Midwestern, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam hal capaian akademik dan capaian kemampuan sosial anak. Hal ini menunjukkan bahwa program half day tidak kalah kualitasnya dengan full day.
Keempat hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ketiganya mendukung program full day. Hanyasaja penelitian yang memandang sama antara program half daydan full day dalam tingkat keefektifan pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Penelitian serupa juga banyak dilakukan oleh mahasiswa di Indonesia dalam rangka memenuhi tugas akhir mereka dengan hasil yang beragam.
BAB IV
KESIMPULAN
Full day school berasal dari bahasa inggris. Full artinya penuh, day artinya hari, dan school artinya sekolah. Jadi full day school merupakan sekolah sepanjang hari, atau proses belajar mengajar yang dilakukan dari pukul 06.45-15.00 dengan durasi istirahat setiap dua jam sekali, dengan demikian sekolah dapat mengatur jadwal pendidikan dengan leluasa. Disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. Dan yang diutamakan dalam full day school adalah pegaturan jadwal mata pelajaran dan pendalaman.
Dilihat dari makna dan pelaksanaannya full day school diatas, sebagian besar waktunya digunakan untuk belajar tapi tidak kaku, menyenangkan bagi siswa yang bertujuan menggali potensi anak didik secara total, dan menitik beratkan pada situasi dan kondisi dimana anak didik daapat mengikuti proses belajar tapi juga bermain agar siswa tidak merasa terbebani dan bosan berada disekolah. Karena full day school banyak memiliki metode pembelajaran-dimana proses belajar tidak selalu dilakukan dikelas akan tetapi siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat belajar yang diinginkannya. Sekedar untuk ketertiban belajar mengajar maka dibuatlah jadwal dan semua itu membutuhkan kreatifitas dan inovasi dari guru untuk mengatur metode pembelajaran. Karena belajar yang efektif bagi anak hanya 3-4 jam sehari (dalam suasana formal) dan 7-8 jam sehari (dalam suasana informal).
Manfaat atau tidaknya penyelenggaraan full day school itu tergantung dariperencanaan program yang tepat dan terarah. Pelaksanaan full day school membutuhkan pemikiran-pemikiran analitis dalam penyusunan rencana strategis yang membutuhkan kreatifitas dan inovasi guru, sehingga kebutuhan-kebutuhan dan pelaksanaannya dapat terpenuhi pada saat ini dan masa yang akan datang. Kunci keberhasilan sekolah full dayini sebenarnya terletak pada kemampuan (SDM) dalam merealisasikan konsep-konsep ideal yang tertuang dalam kurikulum. Seharusnya Sekolah-sekolah yang menerapkan program full day mampu mencermati, meneliti, menerima para siswa yang secara ekonomi tidak mampu tapi berprestasi terutama masyarakat kelas bawah. Pendidikan seharusnya memberikan kesempatan yang sama pada masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Dengan kata lain, Keberhasilan dalam pengembangan program full day akan membantu orangtua mengoptimalkan perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Maimunah Hasan. 2010. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Yogyakarta. Diva Press.
Drs. Slamet Suyanto, M.Ed. 2005. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta. Hikayat Publishing.
Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung. Remaja Rosda karya
Salim, Peter. 1988. Advanced English – Indonesia Dictionary. Jakarta: Modern English Press.
Carol Seefelt & Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah. Jakarta. Indeks.
Pusat Kurikulum Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Pembinaan TK dan SD Universitas Negeri Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta.
http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/06/tesis-pelaksanaan-full-day-school-di-sd.html diakses pada tanggal 30 April 2018