PENGARUH SISTEM PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL DENGAN STRESS TERHADAP ANAK SD
DISUSUN OLEH : LIA NOPITA SARI
YAYASAN SEKUNDANG BENGKULU SELATAN AKADEMI KEBIDANAN MANNA
Jl. Datuk Nazir Nomor : 02 Telp & Fax (0739) 21218 Kode Pos 38511 Email:
[email protected] Email:
[email protected] Website: www.akbidmanna.com
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu pokok permasalahan pada era globalisasi saat ini, secara seca ra umum pendidikan di Indonesia sekarang mengalami kemunduran kualitas sumber daya manusia. Hal ini diungkapkan oleh Ketua badan Pertimbangan Pendidikan Naisonal (BPPN) Awaloedin Djamin menerangkan bahwa ranking Human Development Index (HDI) negara Indonesia pada tahun 1999 berada di posisi 121 dari 187 negara (Human Development Report, 2013). Indikator yang digunakan dalam penilaian Human Development Index salah satunya adalah kualitas sumber daya manusia dalam suatu Negara (Kompas, 2011). Kemerosotan inilah yang melatarbelakangi ide untuk diadakannya sekolah sehari penuh (full day) (Buharudin, 2008). Penerapan sistem sekolah full day di Indonesia memiliki sistem positif dan negatif. Sisi positifnya adalah anak sekolah diberikan waktu yang lebih panjang untuk belajar. Sisi negatifnya adalah anak merasa bosan, sehingga menimulkan stress di sekolah. Stress di sekolah dapat terjadi ketika seorang anak mempunyai tuntutan yang harus mereka penuhi di sekolah, menaati peraturan peraturan sekolah yang kaku dan ketat (Buharudin, 2008). Sekolah
merupakan
lingkungan
sekunder
anak,
anak
yang
bersekolah sehari penuh (full day) menghabiskan waktu sekitar 8 jam di sekolah. Hampir sehari penuh anak berada di sekolah. Anak dengan lama berada di sekolah sehari penuh tidak memiliki waktu yang banyak untuk dihabiskan di luar sekolah sehingga akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya di luar lingkungan sekolah, orang tua, saudara, dan masyarakat sekitar. Anak yang kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungannya dikaitkan dengan resiko depresi, gangguan kejiwaan seperti mudah cemas,
1
stress, sering marah-marah, gangguan tidur, kurang nafsu makan sehingga dapat mempengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang anak (Djaali, 2008). Anak usia sekolah merupakan kelompok yang paling berisiko tinggi mengalami masalah-masalah psikososial. Reaksi-reaksi yang dapat muncul pada anak saat menghadapi sebuah masalah adalah menarik diri, suka mengganggu atau sulit berkonsentrasi, tingkah laku yang mundur dari tahapan usianya, mudah tersinggung, menolak masuk sekolah, marah yang meledakmeledak, dan suka berkelahi. Ada keluhan lain seperti sakit perut atau mengalami rasa tertekan (depresi), perasaan bersalah,mati rasa atau emosi yang datar mengenai apapun (emosional numbness), dan cemas (Sudiana, 2007). Greenberg (2007) mengungkapkan bahwa salah satu stress yang ditimbulkan oleh sekolah adalah stress akademik. Stress akademik adalah stress yang bersumber dari proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar atau lebih dikenal dengan tekanan akademik dan tekanan teman sebaya. Tekanan akademik berupa tekanan yang bersumberkan lamanya berada di sekolah, nilai kelas, lama belajar, mencontek, banyak tugas, mendapatkan nilai ulangan, birokrasi, mendapatkan beasiswa, keputusan menentukan jurusan dan karir, serta kecemasan ujian dan manajemen waktu. Belajar yang terus-menerus hanya akan berpusat pada kegiatan akademis dang membutuhkan mental tinggi yang berkepanjangan. Dampaknya membuat anak lelah, emosi terganggu, atensi konsentrasi yang kurang, dan banyak kelihan fisik, seperti sering pusing, badan pegal, sakit perut. Anak dalam usia sekolah masih dalam tahap tumbuh dan berkembang sehingga tidak hanya belajar, anak memerlukan bermain dan berinteraksi dengan lingkungan di luar sekolah. Dengan bermain tidak hanya menimbulkan rasa senang, dan mengurangi energi negatif sehingga mengurangi stress tetapi kegiatan bermain dan berinteraksi dengan lingkungan luas menjadi sarana anak untuk mengembangkan diri secara optimal dalam pertumbuhan dan perkembangannya (Djaali, 2008).
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis menarik rumusan
masalah
sebagai
berikut
:”Bagaimanakah
pengaruh
sistem
pendidikan Full day school terhadap stress siswa SD?”.
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, selaian untuk memenuhi salah satu tugas kuliah adalah untuk memahami pengaruh sistem pendidikan Full day school terhadap stress siswa SD.
3
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian F ull Day School
Arti dari full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00. Dengan demikian, sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi.
B. Sistem Pembelajaran F ull Day School
Full Day School (FDS) menerapkan suatu konsep dasar “IntegratedActivity” dan “Integrated-Curriculum”. Hal inilah yang membedakan dengan sekolah pada umumnya. Dalam FDS semua program dan kegiatan siswa di sekolah, baik belajar, bermain, beribadah dikemas dalam sebuah sistem pendidikan. Titik tekan pada FDS adalah siswa selalu berprestasi belajar dalam proses pembelajaran yang berkualitas yakni diharapkan akan terjadi perubahan positif dari setiap individu siswa sebagai hasil dari proses dan aktivitas dalam belajar.
C. Faktor Penunjang dan Penghambat F ull Day School 1. Faktor Penunjang F ull Day School
Diantara faktor-faktor pendukung itu diantaranya adalah kurikulum. Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kesuksesan suatu pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Faktor pendukung berikutnya adalah manajemen pendidikan. Manajemen sangat penting dalam suatu organisasi. Tanpa manajemen yang baik, maka sesuatu yang akan kita gapai tidak akan pernah tercapau dengan baik karena kelembagaan akan berjalan dengan baik, jika dikelola dengan baik. Faktor pendukung yang ketiga adalah sarana dan prasarana. Sarana pembelajaran merupakan sesuatu yang secara tidak langsung berhubungan 4
dengan proses belajar setiap hari tetapi mempengaruhi kondisi belajar. Prasarana sangat berkaitan dengan materi yang dibahas dan alat yang digunakan. Faktor pendukung yang terakhir dan yang paling penting dalam pendidikan dalam SDM. Dalam penerapan full day school , guru dituntut untuk selalu memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus memperkaya diri dengan metode-metode pembelajaran yang sekiranya tidak membuat siswa bosan karena full day school adalah sekolah yang menuntut siswanya seharian penuh berada di sekolah. Faktor lain yang signifikan untuk diperhatikan adalah masalah pendanaan. Dana memainkan peran dalam pendidikan. Keuangan merupakan masalah yang cukup mendasar di sekolah karena dana secara tidak langsung mempengaruhi kualitas sekolah terutama yang berkaitan dengan sarana dan prasarana serta sumber belajar yang lain. 2. Faktor Penghambat F ull day school
Pertama, keterbatasan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang vital untuk menunjang keberhasilan pendidikan. Kedua, guru yang tidak profesional. Dua hal yang dapat menurunkan profesionalitas guru. Pertama, berkaitan dengan faktor dari dalam diri guru, meliputi pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi, dan kerukunan kerja. Kedua berkaitan dengan faktor dari luar yaitu berkaitan dengan pekerjaan, meliputi manajemen dan cara kerja yang baik, penghematan biaya dan ketepatan waktu. Kedua faktor tersebut dapat menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah.
D. Kelebihan dan Kelemahan F ull Day School 1. Kelebihan
1. Anak anak akan mendapatkan metode pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah dengan program reguler. 2. Orang tua tidak akan takut anak akan terkena pengaruh negatif karena untuk masuk ke sekolah tersebut biasanya dilakukan tes (segala macam
5
tes) untuk menyaring anak-anak dengan kriteria khusus (IQ yang memadai, kepribadian yang baik dan motivasi belajar yang tinggi) 3. Sistem Full day school memiliki kuantitas waktu yang lebih panjang daripada sekolah biasa. 4. Guru dituntut lebih aktif dalam mengolah suasana belajar agar siswa tidak cepat bosan. 5. Meningkatkan gengsi orang tua yang memiliki orientasi terhadap halhal yang sifatnya prestisius. 6. Orang tua akan mempercayakan penuh anaknya ada sekolah saat ia berangkat ke kantor hingga ia pulang dari kantor 2. Kelemahan
Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah: 1. Siswa akan cepat bosan dengan lingkungan sekolah 2. Lebih cepat stress 3. Mengurangi bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga 4. Kurangnya waktu bermain 5. Anak-anak akan banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang hidup bersama keluarganya.
E. Stres
1. Pengertian Stres Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap bahaya ancaman. (Pinel, 2009). 2. Klasifikasi Stres Stuart dan Sundeen (2005) mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu: a. Stres ringan Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
6
b. Stres sedang Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya. c. Stres berat Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan. 3. Sumber Stres (Stresor) Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis nonspesifik yang menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Bayi, anak-anak dan dewasa semua dapat mengalami stres. Sumber stres bisa berasal dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004). Menurut Maramis (2009) dalam bukunya, ada empat sumber at au penyebab stres psikologis, yaitu frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Frustasi timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang, misalnya apabila ada mahasiswa yang gagal dalam mengikuti ujian osca dan tidak lulus. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain). 4. Penggolongan Stres a. Distres (stres negatif) Merupakan
stres
yang
merusak
atau
bersifat
tidak
menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya.
7
b. Eustres (stres positif) Eustres bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan, frase joy of stres untuk mengungkapkan hal-hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustres dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi kehidupan. Eustres juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni. 5. Respon Psikologis Stres a. Kognisi Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas kognitif. Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit kognitif pada anak-anak. Kognisi juga dapat berpengaruh dalam stres. b. Emosi Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres. Proses penilaian kognitif dapat mempengaruhi stres
dan pengalaman
emosional. Reaksi emosional terhadap stres yaitu rasa takut, fobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan rasa marah. c. Perilaku Sosial Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain. Individu dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif. Bencana alam dapat membuat individu berperilaku lebih kooperatif, dalam s ituasi lain, individu dapat mengembangkan sikap bermusuhan. Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif. Stres juga dapat mempengaruhi perilaku membantu pada individu. 6. Reaksi Psikologis Terhadap Stres a. Kecemasan Respons yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi yang tidak menyenangkan dengan istilah
8
kuatir, tegang, prihatin, takut seperti jantung berdebar-debar, keluar keringan dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur. b. Kemarahan dan agresi Perasaan jengkel sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stres yang mungkin dapat menyebabkan agresi. c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih. 7. Cara Mengedalikan Stres Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam meyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai dan respons terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi individu. Cara yang dapat dilakukan adalah : a. Individu 1) Kenali diri sendiri 2) Turunkan kecemasan 3) Tingkatkan harga diri 4) Persiapan diri 5) Pertahankan dan tingkatkan cara yang sudah baik. b. Dukungan sosial 1) Pemberian dukungan terhadap peningkatan kemampuan kognitif. b) Ciptakan lingkungan keluarga yang sehat. 2) Berikan bimbingan mental dan spiritual untuk individu tersebut dari keluarga. 3) Berikan bimbingan khusus untuk individu.
9
BAB III HASIL WAWANCARA
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh fullday school terhadap stress anak SD. Wawancara dilakukan terhadap 10 orang siswa kelas 6 SD agar karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sama dan tidak menimbulkan bias dari hasil wawancara. Berikut adalah hasil wawancaranya : 1. Apakah adik senang sekolah dari pagi sampai sore (fullday school)? Jika adik senang, apa yang adik senangi dari fullday school? Jika adik tidak senang, kenapa ? Adik 1 : “Tidak senang, karena capek seharian ada di sekolah” Adik 2 : “Tidak suka ah, masa seharian sekolah, capek kak” Adik 3: “Senang kak, karena kan bisa ketemu teman” Adik 4 : “Suka, soalnya di rumah juga kan ga ada teman yang di ajak main” Adik 5 : “Tidak senang, habis aku ga bisa istirahat tidur siang kak ” Adik 6 : “Tidak senang, karena capek seharian ada di sekolah” Adik 7 : “Tidak suka ah, masa seharian sekolah, capek kak” Adik 8: “Senang kak, karena kan bisa ketemu teman” Adik 9 : “Suka, soalnya di rumah juga kan ga ada teman yang di ajak main” Adik 10 : “Tidak senang, habis aku ga bisa istirahat tidur siang kak” 2. Apakah setelah pulang sekolah adik masih sempat bermain dengan teman di rumah? Adik 1 : “Tidak” Adik 2 : “Tidak kan pulangnya sudah sore” Adik 3: “Sempat, walaupun Cuma sebentar sih” Adik 4 : “Ga sempat kak, habis pulang kan langsung mandi, terus hari sudah malam” Adik 5 : “Tidak sempat kak, udah capek, mending istirahat” Adik 6 : “Tidak” Adik 7 : “Tidak kan pulangnya sudah sore” Adik 8: “Sempat, walaupun Cuma sebentar sih” Adik 9 : “Ga sempat kak, habis pulang kan langsung mandi, terus hari sudah malam” Adik 10 : “Tidak sempat kak, udah capek, mending istirahat” 3. Apakah adik merasa kelelahan jika mengikuti fullday school? Adik 1 : “Ya pasti kak”
10
Adik 2 : “Lelah pakai banget kak” Adik 3: “Ga juga kak, kan kita ga belajar terus, ada mainnya, ada istirahatnya juga” Adik 4 : “Lelah sih kak tapi asyik aja” Adik 5 : “Pasti lah kak” Adik 6 : “Ya pasti kak” Adik 7 : “Lelah pakai banget kak” Adik 8: “Ga juga kak, kan kita ga belajar terus, ada mainnya, ada istirahatnya juga” Adik 9 : “Lelah sih kak tapi asyik aja” Adik 10 : “Pasti lah kak” 4. Menurut adik lebih menyenangkan fullday school atau sekolah regular seperti biasa? Adik 1 : “Sekolah regular biasa” Adik 2 : “Sekolah biasa kak” Adik 3: “Fullday School kak” Adik 4 : “Fullday school kak” Adik 5 : “Sekolah yang pulangnya cepat kak” Adik 6 : “Sekolah regular biasa” Adik 7 : “Sekolah biasa kak” Adik 8 : “Fullday School kak” Adik 9 : “Fullday school kak” Adik 10 : “Sekolah yang pulangnya cepat kak” 5. Apakah adik punya waktu yang cukup untuk bercengkrama bersama kel uarga? Adik 1 : “Tidak” Adik 2 : “Tidak kak, kan sudah sore pulangnya, sampai rumah mandi, terus harinya sudah malam, langsung tidur aja” Adik 3: “Sempat, waktu makan ngobrol terus nonton tv sebenta r dengan keluarga sebelum tidur” Adik 4 : “Sempat sih kak, tapi kadang kalau capek habis makan, sholat langsung tidur ” Adik 5 : “ ga sempat kak ” Adik 6 : “Tidak” Adik 7 : “Tidak kak, kan sudah sore pulangnya, sampai rumah mandi, terus harinya sudah malam, langsung tidur aja” Adik 8 : “Sempat, waktu makan ngobrol terus nonton tv sebentar dengan keluarga sebelum tidur” Adik 9 : “Sempat sih kak, tapi kadang kalau capek habis makan, sholat langsung tidur” Adik 10 : “ga sempat kak”
11
6. Apakah dengan mengikuti fullday school adik menjadi mudah cemas? Adik 1 : “Tidak” Adik 2 : “Tidak” Adik 3: “Tidak” Adik 4 : “Tidak” Adik 5 : “Tidak” Adik 6 : “Tidak” Adik 7 : “Tidak” Adik 8: “Tidak” Adik 9 : “Tidak” Adik 10 : “Tidak” 7. Apakah dengan mengikuti fullday school adik menjadi mudah marah? Adik 1 : “Ya, kalau lagi capek” Adik 2 : “Ya, kalau capek terus ada yang bikin kesal juga sih” Adik 3: “Tidak” Adik 4 : “Tidak” Adik 5 : “Ya, kan kalau lagi capek bikin cepat marah kak” Adik 6 : “Ya, kalau lagi capek” Adik 7 : “Ya, kalau capek terus ada yang bikin kesal juga sih” Adik 8: “Tidak” Adik 9 : “Tidak” Adik 10 : “Ya, kan kalau lagi capek bikin cepat marah kak” 8. Apakah dengan mengikuti fullday school adik mengalami gangguan tidur? Adik 1 : “Ya, kan ga bisa tidur siang” Adik 2 : “Ya, sering ga bisa tidur” Adik 3: “Tidak” Adik 4 : “Tidak” Adik 5 : “Ya kak, suka terbangun karena kaki sakit” Adik 6 : “Ya, kan ga bisa tidur siang” Adik 7 : “Ya, sering ga bisa tidur” Adik 8 : “Tidak” Adik 9 : “Tidak” Adik 10 : “Ya kak, suka terbangun karena kaki sakit” 9. Apakah adik kesulitan berinteraksi dengan orang-orang yang tinggal di lingkungan adik? Adik 1 : “Ya, sering bingung mau ngomong apa” Adik 2 : “Ya, soalnya ceritanya beda” Adik 3: “Ya” Adik 4 : “Tidak” Adik 5 : “Ya sih kak” 12
Adik 6 : “Ya, sering bingung mau ngomong apa” Adik 7 : “Ya, soalnya ceritanya beda” Adik 8 : “Ya” Adik 9 : “Tidak” Adik 10 : “Ya sih kak” 10. Apakah dengan mengikuti fullday school adik menjadi sering sakit? Adik 1 : “Tidak” Adik 2 : “Tidak” Adik 3: “Tidak” Adik 4 : “Tidak” Adik 5 : “Tidak” Adik 6 : “Tidak” Adik 7 : “Tidak” Adik 8: “Tidak” Adik 9 : “Tidak” Adik 10 : “Tidak”
13
BAB IV PEMBAHASAN
Hasil wawancara menunjukkan : 1. 6 orang anak senang sekolah dari pagi sampai sore (fullday school) sedangkan 4 lainnya tidak senang; 2. 6 orang masih sempat bermain dengan teman di rumah sedangkan 4 lainnya tidak sempat; 3. 6 orang merasa kelelahan jika mengikuti fullday school sedangkan 4 lainnya tidak lelah; 4. 4 orang lebih suka fullday school sedangkan 6 orang suka sekolah regular seperti biasa; 5. 6 orang punya waktu yang cukup untuk bercengkrama bersama keluarga sedangkan 4 lainnya tidak; 6. Tidak ada siswa yang menjadi mudah cemas saat mengikuti fullday school, 7. 6 siswa yang menjadi mudah marah saat mengikuti fullday school sedangkan 4 lainnya tidak; 8. 6 orang siswa mengalami gangguan tidur sedangkan 4 orang lainnya tidak; 9. 8 orang siswa mengalami kesulitan berinteraksi dengan orang-orang yang tinggal di lingkungan rumahnya sedangkan 2 orang tidak 10. Tidak ada siswa yang menjadi sering sakit karena me ngikuti fullday school.
Hasil wawancara memperlihatkan bahwa lebih banyak siswa SD yang mendapatkan dampak buruk dibandingkan dampak baiknya pada pelaksanaan fullday school . Hal ini ditunjukkan dari hasil pene litian dimana anak-anak menjadi tidak sempat bermain dengan teman sebayanya di rumah, merasa l elah, tidak cukup waktu bercengkrama bersama keluarga, mudah marah, mengalami gangguan tidur dan mengalami kesulitan berintegrasi dengan lingkungan disekitarnya. Kondisi ini menunjukkan adanya stress akademik.
14
Stress akademik adalah stress yang bersumber dari proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar atau lebih dikenal dengan tekanan teman sebaya. Sekolah merupakan lingkungan sekunder anak, anak yang bersekolah sehari penuh (full day) menghabiskan waktu sekitar 8 jam di sekolah. Hampir sehari penuh anak berada di sekolah. Anak dengan lama berada di sekolah sehari penuh tidak memiliki waktu yang banyak untuk dihabiskan di luar sekolah sehingga akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya di luar lingkungan sekolah, orang tua, saudara, dan masyarakat sekitar. Anak yang kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungannya dikaitkan dengan resiko depresi, gangguan kejiwaan seperti mudah cemas, stress, sering marah-marah, gangguan tidur, kurang nafsu makan sehingga dapat mempengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang anak. Belajar
yang
terus-menerus
hanya
akan
berpusat
pada
kegiatan
akademis dan membutuhkan mental tinggi yang berkepanjangan. Dampaknya membuat anak lelah, emosi terganggu, atensi konsentrasi yang kurang, dan banyak kelihan fisik, seperti sering pusing, badan pegal, sakit perut.Selain kesehatan, perawat juga memperhatikan tumbuh kembang anak usia sekolah karena personal sosial merupakan salah satu aspek penting yang terdapat
di dalam tumbuh
kembang seorang anak sehingga tidak hanya belajar, anak memerlukan bermain dan berinteraksi dengan lingkungan di luar sekolah. Bermain tidak hanya menimbulkan rasa senang, tetapi dapatmengurangi mengurangi stress.
energi
negatif
sehingga
Kegiatan bermain dan berinteraksi dengan lingkungan luas
merupakan sarana anak usia sekolah untuk mengembangkan diri secara optimal dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Gejala stress pada anak dibagi menjadi empat menurut Fremont (2008) yaitu pikiran, perasaan, perilaku dan fisik. Pikiran, meliputi self criticism, kesulitan untuk berkonsentrasi atau membuat keputusan, disorientasi, takut gagal, dan pikiran yang berulang. Perasaan, meliputi cemas, mudah marah, takut, moody, dan pemalu. Perilaku, meliputi gagap atau kesulitan berbahasa lainnya, menangis, bertingkah impulsif, tawa yang gugup, menggigit teman, menggertakan gigi atau menggenggam kuku, peningkatan atau pengurangan nafsu makan. Fisik, meliputi
15
otot yang mengeras, tangan dingin dan berkeringat, sakit kepala, adanya masalah pada leher dan punggung, gangguan tidur, gangguan pencernaan, sering demam, nafas yang cepat, jantung berdebar-debar, dan gemetaran. Melihat banyaknya dapat negative yang dapat ditimbulkan dari system fullday school ini, maka diharapkan ada kajian yang menyeluruh terhadap system fullday school ini sebelum diberlakukandi seluruh sekolah di Indonesia.
16
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Pengertian full day school secara umum adalah program sekolah yang menyelenggarakan proses belajar mengajar di sekolah selama sehari penuh. Umumnya sekolah yang menyelenggarakan pendidikan full day school dimulai 07.00 sampai 16.00. Istilah full day school berasal dari kata day school (bahasa Inggris) yang artinya hari sekolah. Pengertian hari sekolah adalah hari yang digunakan sebuah institusi untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak (atau usia sekolah). Dengan menambahkan istilah full pada day school maka pendidikan dijalankan sehari penuh mulai dari pagi hari hingga menjelang sore. Adapun pro dan kontra penerapan full day school adalah suatu hal yang tak bisa dihindari karena memang biasanya setiap kebijakan tak lepas dari berbagai tantangan, Setiap kebijakan pasti akan memiliki konsekuensi yang siap untuk ditanggung. Full day school tak lepas dari beberapa kelebihan jika diterapkan namun juga memiliki kekurangan. Salah Satu dampak negatif full day school atau kekurangan full day school ialah karena kemampuan otak anak untuk belajar memiliki batas tertentu, belajar yang dilakukan dalam jangka waktu lama juga tidak baik untuk psikologi anak. Full day school dikhawatirkan bisa membuat anak jenuh untuk belajar bahkan belajar dalam jangka waktu lama membuat anak susah menangkap pelajaran sehingga dapat menimbulkan stress.
B. Saran
Fullday school sebenarnya bagus, akan tetapi tidak bisa diterapkan secara umum di semua sekolah, di semua usia, sebab akan memberikan dampak negatif. Misalnya, komunikasi dengan orangtua menjadi renggang. Seharusnya, full day school hanya bersifat imbauan kepada sekolah dan tentunya disesuaikan kondisi sosial masyarakat untuk bisa menerapkan program itu. 17
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zainal. Pengembangan Managemen Mutu Islam,Yogyakarta: DIVA Press, cet.1. 2012.
Kurikulum
Pendidikan
Hasan, Noer, Fullday School (Model alternatif pembelajaran bahasa Asing), J urnal Pendidikan Tadris. Vol 11. 2006. Miarso, Yudihadi, dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan, Jakarta: CV. Rajawali. 1986. Rassidy, Imron, Pendidikan berparadigma Inklusif ,Malang: UIN Press. 2009. Sismanto, “Awal Munculnya Sekolah Unggulan”, Artikel. 2007. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terpadu, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004.
18
KATA PENGANTAR Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk kepentingan proses belajar. Bersama ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dan memberikan pengetahuan sehingga penulis mendapatkan pembelajaran baru dan penyelesaian makalah ini . Melalui kata pengantar ini penulis atas nama kelompok memohon permakluman bila mana isi makalah ini terdapat banyak kekurangan dan terdapat tulisan yang penulis buat kurang baik. Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari kata sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Manna,
Oktober 2017
Penulis
19 i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................
i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................
2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3 A. Pengertian Full Day School .............................................................. 3 B. Sistem Pembelajaran Full Day School ..............................................
3
C. Faktor Penunjang dan Penghambat Full Day School.......................
4
D. Kelebihan dan Kelemahan Full Day School .....................................
5
E. Stress ................................................................................................
6
BAB III HASIL WAWANCARA ...................................................................... 10
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 14
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 17 A. Kesimpulan ....................................................................................... 17 B. Saran.................................................................................................. 17 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18
ii 20