SKRIPSI
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN NYERI LUTUT PADA LANJUT USIA YANG Y ANG MENGALAMI ARTRITIS REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI KABUPATEN GOWA
SYAMSINAR SYAM 2110147
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK MAKASSAR 2014
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN NYERI LUTUT PADA LANJUT USIA YANG Y ANG MENGALAMI ARTRITIS REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI KABUPATEN GOWA
Skripsi Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar serjana keperawatan
SYAMSINAR SYAM 2110147
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK MAKASSAR 2014
ii
iii
iv
ABSTRAK
SYAMSINAR SYAM “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis Reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kab.Gowa ”. ”. (dibimbing Oleh Akbar Harisa dan Harisa dan Eka Suprapti). Suprapti).
Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri. Pada usia lanjut, mengalami penurunan pada sistem muskuloskeletal. Penurunan sistem muskuloskeletal ini ditandai dengan adanya nyeri pada daerah persendian salah satunya pada sendi lutut. Salah satu upaya untuk mengurangi nyeri lutut adalah dengan terapi non farmakologis dengan senam lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap perubahan tingkat nyeri pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasy Eksperimen dengan pendekatan Nonequivalent Control Group Design. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 20 orang. Pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu sebanyak 20 responden dengan membagi sampel menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 10 responden untuk kelompok kontrol dan 10 responden untuk kelompok kasus. Analisa data menggunakan uji T-Test sample paired dengan tingkat kemaknaan α= 0,05. Dari hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian, maka dapat di simpulkan bahwa ada Pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
Kata Kunci : Lansia, Nyeri, Artritis Reumatoid, Senam lansia. Kepustakaan: 22 (2004-2013)
v
ABSTRACT
SYAMSINAR SYAM “The influence of elderly gymnastic on paint level changing to old people experiencing rheumatoid artritis in Sosial Institutions Tresna Werdha Gau Mabaji Kab.Gowa” . (Supervised by Akbar Harisa and Harisa and Eka Suprapti). Suprapti).
Aging is a process ofeliminating the network's ability to repair it self gradually. Elderly tend to get the decreased on the musculoskeletal system. The decreased of the musculoskeletal system is charac terized by pain in the joints, for example the knee joint. One way to reduce the knee pain is using the non-pharmacologic therapy with elderly gymnastic. The aim of this research to know influense of elderly gymnastics supplay on pain level changing to old people in Sosial Institutions Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. Research designes used was Quasy Eksperimental nonequivalent control group design. The number of population in this research was 20 people. Sample taking by using total sampling with share sample become 2 groups as 10 respondens for controlling group and 10 respondens for matter group. Data analized using T-test sample paired with meaning level (0,05). From the results obtained by the research it can be α = 5 concluded that there are elderly exercises influence on changes in knee pain in older adults who have rheumatoid artritis.
Key words : Advance age, Pain, Rheumatoid artritis, Gymnastics elderly References : 22 (2004-2013)
vi
KATA PENGANTAR
Assalam Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu Alhamdulillahi robbil alamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis akhirnya dapat dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Pengaruh Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis Reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa”. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan pada program studi ilmu keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar. Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis menyadari bahwa itu tidak terlepas dari bantuan bantuan dan bimbingan
yang sangat sangat berharga dari
berbagi pihak, baik secara moril maupun materil. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Alm.Syamsuddin dan Ibunda tercinta Hj.Khalipa Nurung atas segala Doa, kasih sayang, dan nasehatnya dari kejauhan dan motivasi serta perjuangannya selama ini kepada penulis, serta pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak H. Andi Iwan Iwan Darmawan Aras, SE., selaku Ketua Yayasan Gema Insan Akademik Makassar. 2. Ibu Hj. Hasniaty AG. S.Kp., M.Kep., selaku selaku Ketua Sekolah Tinggi Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.
vii
3. Bapak Akbar Harisa, S.Kep., NS., NS., PMNC, PMNC, MN., selaku pembimbing I dalam penelitian ini yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Eka Suprapti, S.Kep., Ns., selaku pembimbing II dalam penelitian ini yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 5. Tim Penguji yang telah meluangkan waktu waktu untuk menghadiri dalam pelaksanaan seminar. 6. Seluruh Pengelolah dan Staf
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesehatan
Gema Insan Akademik Makassar, yang membantu penulis dalam mempersiapkan kelengkapan administrasi selama penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh Pengelolah dan Staf Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kab.Gowa yang telah memberikan kesempatan dan memberikan banyak informasi. 8. Kepada seluruh responden yang telah memberikan kesempatan dan meluangkan waktunya. 9. Khusus untuk Kakanda tercinta Hj.Murniati, Hj.HasniatiSyam, Salmawati, Irwan Syam, Asmirawati, Kasmawati dan Adhe Fitrianti terima kasih atas do’a, motivasi, semangat maupun materil untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
10. Seluruh teman-teman seperjuangan penulis di STIK GIA khususnya kelas A3 angkatan 2010 (Wina Oktaviana, Wa Yuni Laune, Resky Ega, Nurul Fatiyah, Zakina Awalia, Tohira, Awaluddin, Taufik Nugroho, Andri dll) yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas segala perhatian, dukungan, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis sehingga terselesainya skripsi ini, semoga silaturrahmi terjalin dan sukses selalu. 11. Teman-teman kostku (Yati Rahmawati, Danti Rahayu, Rani dan Erna) terima kasih atas perhatian dan dukungannya, semoga kebersamaan semakin erat. Namun demikian penulis menyadari sebagai manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Akhir kata, semoga apa yang kita peroleh dapat bernilai ibadah di sisi-Nya, Amin.
Makassar, September 2014 Penulis
SYAMSINAR SYAM ( 2110147 )
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................... ............ .......................... .......................... .......................... ..................... ........
i
HALAMAN JUDUL ......................... ............ .......................... .......................... .......................... ..................... ........
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................... ............. ....................... ..........
iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................... ............ .......................... .......................... ....................... ..........
iv
ABSTRAK ......................... ............. ......................... .......................... .......................... .......................... ..................... ........
v
ABSTRACT .......................... ............. ......................... ......................... .......................... .......................... ................... ......
vi
KATA PENGANTAR ........................ ............ ......................... .......................... .......................... ................... ......
vii
DAFTAR ISI ......................... ............ ......................... ......................... .......................... .......................... ................... ......
x
DAFTAR TABEL .......................... ............. .......................... .......................... .......................... ....................... ..........
xii
DAFTAR GAMBAR ........................ ........... .......................... .......................... .......................... ..................... ........
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................... ............. ......................... .......................... .......................... ................. ....
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................... ............ .......................... .......................... ....................... ..........
1
B. Rumusan Masalah ......................... ............ .......................... .......................... ................. ....
4
C. Tujuan Penelitian ......................... ............ .......................... .......................... ................... ......
4
D. Manfaat Penelitian ......................... ............ .......................... .......................... ................. ....
5
E. Hipotesis Penelitian......................... ............ .......................... .......................... ................. ....
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Lanjut Usia ......................... ............ ................. ....
7
B. Tinjauan Umum tentang Nyeri ......................... ............. ......................... .............
14
C. Tinjauan Umum tentang Artritis Reumatoid .................. ............ ......
20
x
D. Tinjauan Umum tentang Senam Lansia ....................... ............. ..........
23
E. Tinjauan Khusus tentang Pengaruh Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis Reumatoid........................ ............ ......................... .......................... .......................... ................... ......
28
F. Kerangka Teori ......................... ............ .......................... .......................... ....................... ..........
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konseptual ........................ ............ ......................... .......................... ............... ..
32
B. Definisi Operasional ........................ ........... .......................... .......................... ................. ....
33
C. Desain Penelitian ........................ ........... .......................... .......................... ..................... ........
34
D. Tempat dan Waktu Penelitian ........................ ........... .......................... ............... ..
34
E. Populasi dan Sampel ........................ ............ ......................... .......................... ............... ..
35
F. Instrumen Penelitian ......................... ............. ......................... .......................... ............... ..
35
G. Pengumpulan Data ......................... ............ .......................... .......................... ................. ....
36
H. Pengolahan Data ........................ ........... .......................... .......................... ..................... ........
36
I. Tekhnik Analisa Data ........................ ............ ......................... .......................... ............... ..
37
J. Etika Penelitian ......................... ............ .......................... .......................... ....................... ..........
38
BAB IV HASIL DAN D AN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .......................... ............. .......................... .......................... ....................... ..........
40
B. Pembahasan.......................... ............. ......................... ......................... .......................... ............... ..
43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................... ............. ......................... ......................... .......................... ............... ..
48
B. Saran .......................... ............. .......................... .......................... .......................... ....................... ..........
49
DAFTAR PUSTAKA ......................... ............. ......................... .......................... .......................... ................... ......
50
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 2.1: Tabel Skala Tingkat Nyeri .......................... ............. .......................... ................. ....
19
Tabel 3.1: Tabel Defenisi Operasional ......................... ............ .......................... ............... ..
33
Tabel 4.1: Distribusi frekuensi pre test senam lansia di PSTW Gau Mabaji Gowa ......................... ............ .......................... .......................... ................. ....
40
Tabel 4.2: Distribusi frekuensi post test senam lansia di PSTW Gau Mabaji Gowa ......................... ............ .......................... .......................... ................. ....
41
Tabel 4.3: Pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami mengalami Artritis Reumatoid di PSTW Gau Mabaji Gowa ......................... ............ .......................... ............... ..
xii
42
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Tingkat nyeri skala VAS .......................... ............. .......................... ................. ....
16
Gambar 2.2 Tingkat nyeri skala VDS .......................... ............. .......................... ................. ....
17
Gambar 2.3 Tingkat nyeri skala NRS.......................... ............. .......................... ................. ....
17
Gambar 3.1. Kerangka konseptual ......................... ............ .......................... ..................... ........
32
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden............... ............. ..
52
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden........................ Responden.............................. ......
53
Lampiran 3. Lembar Instrumen/Kuesioner ........................ ............ ....................... ...........
54
Lampiran 4.Lembar Observasi sebelum intervensi senam ..........
56
Lampiran 5. Lembar Observasi setelah intervensi senam ..........
57
Lampiran 6. Lembar Prosedur senam lansia ......................... ............ ................... ......
58
Lampiran 7. Master Tabel .......................... ............. .......................... .......................... ..................... ........
61
Lampiran 8. Hasil Pengolahan Data SPSS .......................... ............. ..................... ........
62
Lampiran 9. Jadwal Penelitian ......................... ............ .......................... .......................... ............... ..
70
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua merupakan proses yang terus menerus berkelanjutan secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama.
12
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan
manusia.
Memasuki
usia
tua
mengalami
kemunduranya, misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional. 18 Menjaga kesehatan begitu penting, salah satu cara untuk menjaga kesehatan adalah dengan melakukan olahraga yang teratur. Bagi lanjut usia yang memang telah terjadi penurunan pada fungsi dan organ dalam tubuhnya sangatlah dianjurkan untuk melakukan olahraga yang aman untuk tubuh agar tidak terjadi cedera yaitu salah satunya dengan melakukan senam lansia yang aman dan membawa manfaat yang baik untuk kesehatan para lanjut usia. 20 Olahraga yang dimaksud disini tidaklah sama dengan senam (olahraga) untuk usia remaja atau dewasa, gerakan, jogging, lompat tidak boleh dilakukan. Karena gerakan ini dapat memberikan
1
2
pembebanan yang berat pada tulang belakang lansia. Tidak perlu terlalu berat, cukup dengan gerakan pelan dan dapat diikuti oleh lansia yang mengandung unsur pemanasan dan pendinginan. Di dalam senam lansia sudah mengandung unsur yang melibatkan kontraksi otot yang dinamis. 20 Secara individual, pada usia diatas 50 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini dapat menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dan pertanian ke industri, maka pola penyakit juga bergeser
dari
penyakit
menular
ke
penyakit
tidak
menular
(degeneratif). Meskipun secara ilmiah penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karena usia lanjut harus sehat. Diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) diperkirakan ada 600an juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.
12
Seiring
dengan peningkatan umur harapan hidup penduduk lanjut usia didunia, jumlah lanjut usia yang mengalami masalah juga meningkat. Masalah yang paling sering dialami oleh lanjut usia adalah masalah penyakit. Dan penyakit Artritis Reumatoid merupakan salah satu jenis dari sekian banyak jenis penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia.12 Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000. Jumlah penduduk 60 tahun keatas sebesar 15,3 juta (7,4%) dan jumlah penduduk selanjutnya pada tahun 2005 diperkirakan meningkat ± 18,3 juta
3
(8,5%). Pada tahun 2005-2010 meningkat menjadi19,3 juta jiwa (±9%) dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Bahkan pada tahun 2020-2025 Indonesia diperkirakan akan menduduki peringkat negara dengan struktur dan jumlah penduduk usia lanjut setelah Cina, India, Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun.22 Penelitian yang pernah dilakukan oleh Afifka pada tahun 2012 di Unit Rehabilitasi sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang tentang Pemberian Intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut diperoleh hasil bahwa senam lansia dapat melatih kemampuan otot sendi. Hasil penelitian sesudah dilakukan terapi senam lansia menunjukkan bahwa sebesar 86,7% lansia memiliki skala nyeri 0 atau tidak nyeri dan 13,33% lansia mempunyai skala nyeri 1 atau skala nyeri ringan. Hal ini jelas terlihat bahwa senam lansia memiliki pengaruh dalam meningkatkan kemampuan otot dan mengurangi nyeri lutut pada lansia.2 Berdasarkan data yang didapat dari rekapitulasi PMKS/PSKS kota makassar Tahun 2011 terdapat lanjut usia terdaftar sebanyak 5193 jiwa yang terdapat dari 14 kecamatan di kota Makassar. 22 Berdasarkan
studi
pendahuluan
yang
dilakukan
pada
kelompok lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa
jumlah lansia lansia secara secara keseluruhan keseluruhan berjumlah 85
orang (20 laki-laki dan 65 perempuan). Laporan dari Poliklinik Panti tercatat sebanyak 34 orang lansia yang mengalami Artritis reumatoid dan berdasarkan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
4
Staf Panti, bahwa di Panti Sosial Tresna Werdha banyak lansia yang mengalami nyeri persendian atau nyeri lutut. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.” B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu “Apakah ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya adanya pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lanjut usia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya tingkatan nyeri sebelum dilakukan senam lansia pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa
5
b. Diketahuinya tingkatan nyeri setelah dilakukan senam lansia pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. c.
Diketahuinya pengaruh senam lansia terhadap tingkatan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Profesi Perawat Sebagai
masukan
dan
informasi
untuk
menambah
pengetahuan ilmu keperawatan terutama mengenai nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid. 2. Bagi Instansi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Gau Mabaji Mabaji Sebagai
masukan
untuk
meningkatkan
pelayanan
program senam lansia terutama masalah nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid. 3. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman yang sangat berharga bagi penulis dan dapat menambah dan meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian.
6
E. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Nol (Ho) Tidak ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. 2. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tinjauan tentang Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut Usia Menurut
World Health Organization (WHO ) lanjut usia
adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. 18 Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga kerusakan yang di derita. Ini merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini di mulai sejak lahir dan umumnya umumnya dialami pada semua semua mahluk hidup.
3
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh dan berkembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, bayi, anak-anak, anak-anak, dewasa dewasa
dan akhirnya akhirnya menjadi menjadi
tua. Hal ini ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah-laku yang yang dapat di ramalkan yang terjadi pada semua semua orang pada saat saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu. Semua Semua
orang akan mengalami proses menjadi tua
dan
masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. 1
7
8
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan Meliputi : a. Keturunan b. Nutrisi : makanan c. Status kesehatan d. Pengalaman hidup e. Lingkungan f. Stress 3. Batasan-Batasan Lanjut Usia Meliputi : a. Menurut Word Health Organization (WHO (WHO ) Lanjut usia meliputi : 1) Usia pertengahan (middle age ) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 2) Lanjut usia (elderly ) = antara 60 dan 74 tahun. 3) Lanjut usia tua (old ) = anatara 76 dan 90 tahun. 4) Usia sangat tua (very old ) = di atas 90 tahun. b. Menurut Guru besar Universitas Gajah Mada pada fakultas kedokteran membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut : 1) tahun = masa bayi. 2) 1-6 tahun = masa pra sekolah. 3)
6-10 tahun = masa sekolah.
4) 10-20 tahun = masa pubertas.
9
5) 40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium ). ). 6) 65 tahun tahun ke atas = masa lanjut usia usia (senium (senium ). ). 4. Perubahan-perubahan yang yang terjadi pada lanjut usia Semakin bertambahnya umur penuaan
secara
degeneratife
yang
manusia, terjadi proses akan
berdampak
pada
perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial, dan seksual.1 Adapun perubahan-perubahan pada lanjut usia yaitu: a. Perubahan fisik : 1) Sistem Indra a) Perubahan sistem penglihatan b) Sistem pendengaran c) Sistem integumen 2) Sistem Musculoskeletal Perubahan sistem musculoskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut : a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Perubahan pada kolagen
tersebut
merupakan
penyebab
turunnya
fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa
nyeri,
penurunan
meningikatkan kekuatan otot.
kemampuan
untuk
10
b) Kartilago; jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi
berkurang
dan
degenerasi
yang
terjadi
cenderung ke arah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan, akibatnya perubahan itu
sendi
mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak, dan terganggunya aktifitas sehari-hari. c)
Tulang;
berkurangnya
kepadatan
tulang
setelah
di
observasi adalah bagian dari penuaan fisiologis bekula longitudinal
menjadi
tipis
dan
trabekula
transversal
terabsorpsi kembali. Dampak berkurangnya kepadatan akan
mengakibatkan
osteoporosis
lebih
lanjut
mengakibatkan nyeri , deformitas, dan fraktur. d) Otot; perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan otot yang negative. Dampak perubahan morfologis pada otot adalah penurun kekuatan dan penurunan kemampuan fungsional otot. e) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi sendi tendon, ligament dan fasia mengalami penurunan elastisitas.
11
Ligament, dan jaringan periarkular mengalami penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Kelainan tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa bengkak, nyeri dan kekakuan sendi. 3) Sistem Kardiovaskular dan Respirasi 4) Pencernaan dan metabolisme 5) Sistem perkemihan 6) Sistem Saraf 7) Sistem Reproduksi.1 b. Perubahan Kognitif 1) Memory (daya ingat, ingatan) 2) IQ (intelektual quocient ) 3) Kemampuan belajar (learning ) 4) Kemampuan pemahaman ( comprehension ) 5) Pemecahan masalah (problem solving ) 6) Kebijaksanaan (wisdom ) 7) Kinerja (performance ) 8) Motivasi c.
Perubahan spiritual Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupannya. Lansia makin teratur dalam kehidupan agamanya. Spiritual pada lansia bersifat universal, intrinsik dan merupakan proses individual yang berkembang sepanjang
12
rentang kehidupan. Karena aliran pada
kehidupan
lansia,
siklus kehilangan terdapat
keseimbangan
hidup
tersebut
dipertahankan sebagian oleh efek positif harapan dari kehilangan tersebut.1 5. Masalah dan penyakit yang sering dihadapi lanjut usia Masalah fisik yang sehari-hari sering ditemukan dit emukan pada lansia yaitu : a) Mudah Jatuh. b) Mudah lelah c) Gangguan kardiovaskuler d) Palpitasi e) Edema kaki Edema kaki dapat disebabkan oleh : 1) Kaki yang lama di gantung (edema gravitasi) 2) Gagal jantung 3) Kekuarangan vitamin B 4) Gangguan penyakit hati 5) Penyakit ginjal 6) Kelumpuhan pada kaki f)
Nyeri atau ketidaknyamanan 1) Nyeri pinggang atau punggung 2) Nyeri sendi pinggul 3) Keluhan pusing 4) Kesemutan pada anggota badan
g) Berat badan menurun
13
Berat badan menurun disebabkan oleh : 1) Pada umumnya, nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah hidup atau kelesuhan 2) Adanya penyakit kronis 3) Gangguan pada saluran pencernaan 4) Faktor sosio-ekonomis (pensiun). h) Gangguan ketajaman penglihatan Gangguan ini dapat disebabkan oleh : 1) Prebiospi 2) Kelainan lensa mata 3) Pupil kontriksi, kontriksi, reflex reflex direk lemah 4) Radang saraf mata 5) Glukoma : Tekanan dalam mata (intra-okuler) meninggi, lapang pandang menyempit. 6) Iris :
mengalami proses degenerasi,
menjadi kurang
cemerlang dan mengalami dipigmentasi, tampak ada bercak berwarna merah muda sampai putih. 7) Retina terjadi degenerasi, gambaran gambaran fundus mata awalnya awalnya merah jingga cemerlang, menjadi suram dan jalur-jalur berpigmen, terkesan seperti kulit harimau. 1 6. Penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia. Dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua yakni :
14
a) Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah diotak dan ginjal. b) Gangguan metabolisme hormonal, seperti seperti : diabetes melitus, klimakterium dan ketidakseimbangan tiroid. c) Gangguan pada persendian, seperti : osteoartritis, osteoartritis, gout artritis, artritis reumatoid ataupun penyakit kolagen lainnya. d) Berbagai macam neoplasma.1 B. Tinjauan tentang Nyeri 1. Definisi Nyeri Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum, nyeri dapat didefenisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.15 Nyeri adalah alasan utama orang untuk mencari
bantuan
perawatan
kesehatan.
Nyeri
sangat
mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun.4 2. Fisiologi nyeri Bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulasi.15
15
3. Klasifikasi nyeri Adapun macam-macam tipe nyeri yaitu sebagai berikut : a. Nyeri akut Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat. b. Nyeri kronik Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeri akut, intensitasnya (ringan sampai berat) dan biasanya berlangsung labih dari 6 bulan. c.
Nyeri somatis dalam Nyeri
somatis
merupakan
kompleks. Struktur somatis
fenomena
nyeri
yang
merupakan bagian pada tubuh
seperti otot-otot atau tulang, struktur somatis yang ada dalam tubuh berbeda-beda intensitasnya terhadap nyeri. Tulang dan kartilago biasanya sensitif terhadap tekanan yang ekstrim atau stimulasi kimia (misalnya Artritis reumatoid, osteomyelitis). d. Nyeri psikogenik Nyeri psikogenik disebut juga nyeri sematoform, adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik, nyeri ini biasanya timbul karena pengaruh psikologis, mental, emosional, atau faktor perilaku. Sakit kepala, nyeri perut adalah contoh sebagian dari nyeri psikogenik yang paling umum. 19
16
4. Faktor yang mempengaruhi persepsi persepsi dan reaksi terhadap terhadap nyeri. Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadap nyeri antara lain : a. Usia b. Jenis kelamin c. Kebudayaan d. Makna nyeri e. Lokasi dan Tingkat keparahan nyeri f. Perhatian g. Ansietas (kecemasan) h. Keletihan i.
Pengalaman sebelumnya
j.
Dukungan keluarga dan dan sosial.
5. Skala pengukuran derajat nyeri Untuk
mengukur
derajat
nyeri
dapat
melakukan
pemeriksaan dengan menggunakan skala nyeri. Adapun skala nyeri meliputi : a. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) Merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memikili alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan nyeri yang ia rasakan. Skala analog visual merupakan pengukur
17
keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaiain daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.19
Tidak ada nyeri
Nyeri paling hebat Gambar 1. Skala VAS
b. Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) Merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif. Skala ini merupakan sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusun dalam jarak yang paling sama sepanjang garis. Kalimat pendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri sampai nyeri paling hebat.
Tidak
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Nyeri
Nyeri paling
Ada nyeri
ringan
sedang
hebat
sangat
hebat
Gambar 2. Skala VDS
c.
Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) Digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi kondisi klien tidak merasakan merasakan nyeri, nyeri, angka 10 mengindikasikan nyeri paling hebat. Skala ini efektif
18
digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.
1
2
3
4
Tidak ada
5
6
7
8
Nyeri sedang
9
10
Nyeri paling
Nyeri
hebat
Gambar 3. Skala NRS
d. Skala lima tingkat merupakan merupakan parameter pengukuran derajat derajat nyeri dengan memakai 5 skala, yaitu 0=tidak nyeri, tidak ada rasa nyeri pada waktu istirahat dan aktivitas, 1=minimal, istirahat tidak ada nyeri, perasaan nyeri timbul sewaktu bekerja lama, berat dan penekanan kuat terasa sakit. 2=ringan, rasa sakit terus-menerus
atau
kadang
timbul
tetapi
masih
dapat
diabaikan/tidak mengganggu, LGS normal pada penekanan kuat terasa sakit, fleksi dan ekstensi sakit. 3=sedang, keluhan seperti derajat 3 ditambah keluhan tersebut mengganggu aktivitas, LGS terganggu.
4=berat,
nyeri
menyulitkan
lansia
hampir
tak
tertahankan dan gerakan fleksi/ekstensi hampir tidak ada/tidak mampu.
19
Tabel Skala Tingkat Nyeri No
RESPON
4
3
2
1
0 Tidak ada perhatian pada nyeri, sangat mudah dialihkan Tidak tegang, tidak kawatir Tidak ada nyeri Perspirasi normal
1
Perhatian
Hampir semuanya tertuju pada nyeri, sangat sulit dialihkan
Lebih memperhatikan nyeri, sangat sulit dialihkan
Sebagian perhatian pada nyeri, mudah dialihkan
Sedikit perhatian pada nyeri, mudah dialihkan
2
Anxietas
Agak tegang, mudah marah, kawatir
Sedikit tegang, mudah marah, kawatir
3
Verbal
Agak nyeri
Sedikit nyeri
4
Perspirasi
Ada perspirasi, sedikit lembab
5
Suara
Sangat Tegang, mudah tegang, mudah marah, kawatir marah, khawatir Ada nyeri yang Ada nyeri hebat sangat hebat Perspirasi Ada perspirasi, sangat jelas jelas lembab, dingin Berteriak atau Merintih dengan menangis keras tersedu
Sedikit perspirasi, sedikit lembab Mengeluhdeng an dengkuran lembut
6
Nausea
Muntah
Mengatakan ingin muntah
Merasa sakit perut
Merasa mual
7
Ketegangan otot
Kaku, dengan tekanan ringan terasa sakit, sangat tegang
Kaku, tekanan kuat serasa sakit, tegang
Agak kaku, tekanan kuat, terasa sakit, agak tegang
8
Interaksi sosial
9
Ekspresi wajah
Aktivitas persendian
Sedikit komunikasi, lebih fokus pada nyeri Kening mengerut, mulut dan gigi terkatup, tdk menggeretak Hanya mampu menggerakkan sedikit persendian, mengganggu aktifitas
Percakapan baik, sedikit fokus pada nyeri Kening mengerut, mulut dan gigi tdk terkatup
10
Menghindari percakapan dan kontak sosial Bermuka masam, mulut dan gigi terkatup rapat, menggeretak Tidak mampu menggerakkan jari tangan/kaki, persendian, tak dpt beraktifitas
Sedikit kaku, tekanan yang sangat kuat terasa sakit, sedikit tegang Percakapan baik, perhatian menurun
Merintih dengan lembut
Fleksi dan ekstensi sakit, sedikit mengganggu aktifitas
Berbicara dengan tekanan normal Tidak merasa mual Rileks, tidak kaku, tidak tegang
Komunikasi normal
Sedikit mengerut
Tidak mengerut
Fleksi dan ekstensi tidak maksimal
Fleksi dan ekstensi normal
Keterangan : 1-10
: Nyeri Minimal
21-30
: Nyeri sedang
11-20
: Nyeri ringan
31-40
: Nyeri berat
20
C. Tinjauan tentang Artritis Reumatoid 1. Definisi Artritis reumatoid Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi kronik, dan sistemik yang menyebabkan destruksi sendi dan deformitas serta menyebabkan disabiliti.
7
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. 14 Artritis reumatoid
adalah
menyebabkan
suatu
penyakit
degenerasi
jaringan
inflamasi
kronis
penyambung.
yang
Jaringan
penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.5 2. Penyebab artritis reumatoid Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang terjadi pada individu rentan setelah respons imun terhadap agen pemicu yang
tidak
diketahui.
Agen
pemicunya
adalah
bakteri,
mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi secara antigenik. 5
21
Penyebab artritis reumaoid tidak diketahui, meskipun dua faktor risiko utama, yaitu usia dan jenis kelamin wanita. Sendi pergelangan tangan, lutut, tangan, dan kaki paling sering terserang. Artritis reumatoid bersifat sistemik dan merusak jaringan di seluruh tubuh, dengan keterlibatan sendi menjadi bilateral. Perubahan dalam jaringan sinovial mengubah produksi cairan sinovial dan pada akhirnya merusak tulang rawan, tulang, dan jaringan yang berdekatan. Sebagian besar perubahan jaringan ekstraartikular terjadi dalam jangka waktu waktu lama, meskipun beberapa gejala sistemik dirasakan sejak awal. 16 3. Menifestasi klinis Gejala umum Reumatoid Artritis tergantung pada tingkat peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun, orangorang pada umumnya merasa sakit ketika penyakit ini aktif ini (kambuh) ataupun gejala kembali. Ketika gejala ini aktif dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kekurangan nafsu makan, demam, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.6 Gejala-gejala artritis reumatoid biasanya dimulai dengan lambat dan mungkin keluhan-keluhan sistemik, seperti rasa letih, berat badan turun, lemah, dan nyeri sendi umum. Kekakuan karena artritis reumatoid berlangsung selama lebih dari 30 menit.
22
Satu kriteria untuk diagnosis, yakni kekakuan pada pagi hari yang berlangsung setidak-tidaknya selama satu jam.
16
4. Pengobatan artritis reumatoid Secara umum, pengobatan yang
mesti dilakukan dilakukan pada
fase akut (demam dan nyeri) adalah dengan beristirahat total. Penderita harus selalu berbaring agar sendi-sendinya menjadi membaik. Ketika seseorang menderita rematoid artritis mendapatkan himeplegia, maka kelumpuhan yang terjadi akan sembuh. Sedangkan rasa nyeri dapat sembuh dengan melakukan istirahat yang cukup. Balutan plester terkadang juga akan memberikan suatu kenyamanan bagi penderita. Akan tetapi, dalam dua kali sehari, organ tubuh yang mengalami rasa nyeri harus digerakkan, supaya proses penyembuhan dapat bejalan cepat. Namun, jika kita melupakannya maka sendi-sendi tersebut akan menjadi kaku (ankilosis) dan dalam posisi yang tidak wajar. 17 Perbaikan maupun perburukan dari penyakit ini ternyata juga berkaitan dengan faktor makanan. makanan.2 Diet pada penderita Artritis Reumatoid memang perlu dikhususnya terkait dengan adanya beberapa kondisi khusus khusus pada penderita artritis reumatoid. Pasien yang didiagnosa artritis perlu menjaga berat badan dalam kisaran normal karena kenaikan berat badan akan meningkatkan tekanan pada sendi.
23
Produk hewani seperti daging serta produk susu seperti mentega dan krim yang kaya lemak jenuh harus dihindari karena memicu peningkatan produksi prostaglandin atau bahan kimia yang bertanggung jawab untuk disfungsi sendi, peradangan, nyeri dan pembengkakan. 21 D. Tinjauan tentang Senam Lansia 1. Definisi senam lansia Senam lansia
adalah olahraga ringan dan mudah
dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan tetap segar
karena
melatih
tulang
tetap
kuat
dan
membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi
organ
tubuh
juga
berpengaruh
dalam
meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. 13 Senam lansia adalah salah satu bentuk latihan fisik yang memberikan
pengaruh
terhadap
tingkat
kemampuan
fisik
manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar. Senam atau latiham fisik sering diidentifikasi sebagai suatu kegiatan yang meliputi aktifitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu. 9 2. Tujuan senam lansia Untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat dan aktif untuk
24
membina
dan
meningkatkan
kesehatan
serta
kebugaran
kesegaran jasmani dan rohani. Tujuan lain adalah memperbaiki pasokan oksigen dan proses metabolisme, membangun kekuatan dan daya tahan dan meningkatkan kondisi otot dan sendi. 9 3. Manfaat senam lansia a. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia b. Fungsi melindungi yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan misalnya sakit. c.
Mempermudah
untuk
menyesuaikan
dalam kehidupan (adaptasi).
kesehatan
jasmani
9
d. Kekuatan Otot Agar menjadi lebih kuat, otot-otot harus dilatih melebihi normalnya. Intensitas latihan beragam dari latihan berintensitas rendah sampai berintensitas tinggi. Dengan latihan ini akan mempertahankan kekuatan otot. e. Daya Tahan Otot Senam membantu meningkatkan daya tahan otot dengan cara melakukan gerakan-gerakan ringan, seperti: mengangkat lutut, dan menendang sehingga tubuh menjadi kuat. Tubuh yang seimbang akan mengurangi risiko terluka. f.
Kelenturan Kelenturan adalah gerakan yang berada disekeliling sendi. Setelah menyelesaikan latihan, peregangan akan membantu meningkatkan kelenturan.
25
g. Komposisi Tubuh Bagian ini menunjukkan perbandingan kumpulan otot, tulang, dan cairan-cairan penting di dalam tubuh dibandingkan dengan lemak. Senam Bugar Lansia sangat baik untuk peregangan dan kelenturan otot. 4. Prinsip-prinsip olahraga pada lansia a. Komponen kesegaran jasmanin yang esensial dilatih adalah ketahanan kardio-pulmonal, kelenturan dan kekuatan otot. b. Selalu memperhatikan keselamatan c.
Latihan teratur dan tidak terlalu berat
d. Permainan dalam bentuk ringan sangat dianjurkan. 5. Efektifitas senam lansia Senam lansia dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami oleh lansia. Semakin tidak aktif lansia mengikuti senam lansia nyeri yang dialami akan semakin berat. pentingnya senam lansia untuk mengurangi nyeri lansia dengan rematoid artritis harus diterapkan dengan sosialitas seperti melakukan progam senam lansia setiap seminggu sekali.13 Pemberian intervensi senam lansia selama 6 hari efektif mengatasi nyeri lutut pada lansia. Pelaksanaan senam lansia dapat dilakukan pada pagi hari selama kurang lebih 15-30 menit.2 6. Langkah-langkah Senam lansia Pada senam lansia ini ada 3 tahap : a. Tahap Pemanasan
26
1) Pengaturan napas (dengan cara menarik napas 2x8), dengan pengaturan napas dapat memperbaiki sistem kerja jantung. b. Tahap Gerakan inti 1) Jalan Ditempat (angkat kaki secara aktif ) 2x8 2x8 2) Lebarkan kaki sejajar (diam di tempat) 3) Bertepuk tangan (lengan sejajar dengan bahu) 2x8 4) Tepuk jari jari tangan tangan (rentangkan (rentangkan tangan sejajar bahu) 2x8 5) Silangkan antar jari tangan tangan (rentangkan tangan tangan sejajar bahu) 2x8 6) Silangkan jempol tangan kanan (rentangkan tangan sejajar sejajar bahu) 2x8 7) Silangkan jempol tangan kiri (rentangkan tangan sejajar bahu) 2x8 8) Tepuk antar jari kelingking kelingking (rentangkan tangan sejajar sejajar bahu) 2x8 9) Tepuk antar jari telunjuk tangan (rentangkan (rentangkan tangan sejajar sejajar bahu ) 2x8 10) Ketok pergelangan tangan kanan (lengan tangan sejajar bahu ) 1x8 11) Ketok pergelangan tangan kiri (lengan tangan sejajar bahu) 1x8 12) Tekan antar telapak tangan (tangan seja bjar dada atas) 1x8
27
13) Tekan putar telapak tangan (atas kebawah sejajar dada) 1x8 14) Buka dan remas jari tangan (gerakan peras santan) 2x8 15) Tepuk punggung tangan kanan (tangan sejajar dada atas) 16) Tepuk punggung tangan kiri (tangan sejajar dada atas) 1x8 17) Tepuk punggung lengan kanan (tangan sejajar dada atas) 1x8 18) Tepuk punggung bahu kanan (tangan sejajar dada atas) 1x8 19) Tepuk punggung lengan kiri (tangan sejajar dada atas) 1x8 20) Tepuk punggung bahu kiri (tangan sejajar dada atas) 1x8 21) Tepuk pinggang (bungkuk badan 45 derajat) 2x8 22) Tepuk paha samping (gerakan mengenjot lutut naik turun) 2x8 23) Tepuk betis kaki (bungkuk badan sejajar 90 derajat) 2x8 24) Peregangan otot, lengan, bahu, punggung, lutut, betis 2x8 25) Menepuk perut bagian bawah (samping kanan – kiri) 2x8 26) Sikap tegap tangan simpul ke perut (tutup kaki, diam di tempat ) 27) Jinjit kaki (kaki lurus, diam ditempat) 28) Sikap sempurna tegak lurus. c.
Tahap Pendinginan 1) Tarik dan tahan tahan napas (kedua tangan naik keatas kepala) kepala) 1x8
28
2) Hembuskan napas (kedua (kedua tangan tangan turun kedepan dada) 1x8 1x8 3) Tarik dan tahan tahan napas (kedua tangan naik keatas kepala) kepala) 1x8 4) Tarik dan tahan tahan napas (tangan kanan naik keatas kepala) kepala) 1x8 5) Hembuskan napas (tangan (tangan kanan kanan turun turun ke samping) 1x8 6) Tarik dan tahan napas napas (tangan (tangan kiri naik keatas keatas kepala) kepala) 1x8 7) Hembuskan napas (tangan kiri turun ke samping) 1x8 8) Tarik, tahan dan hembuskan hembuskan napas napas (angkat kedua tangan dan turunkan perlahan) 2x4 E. Tinjauan Khusus Tentang Pengaruh Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis Reumatoid Lanjut usia (Lansia) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya, terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia atau masih muda, tetapi menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula orang telah tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, bugar dan badan tegap. Walaupun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai penyakit penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia.18
29
Salah satu penyakit yang sering dijumpai lanjut usia adalah gangguan pada persendian seperti Artritis reumatoid. 1 Pada gambaran kliniknya, kebanyakan yang menderita adalah orang dewasa. Secara berangsur-angsur (kadang-kadang mengalami keakutan), penderita akan merasakan kekakuan dan nyeri pada tangan, lutut maupun jari-jari.17 Kekakuan merupakan salah satu ciri utama dari artritis, maka kelenturan sangat penting dalam program olahraga lansia. Penderita artritis cenderung membatasi gerakan karena nyeri dan kekakuan, mereka kekurangan kelenturan dan gerak sendi sebagai salah satu akibat awal dari gerak yang terbatas. Sekali lagi, pernyataan bahwa jika Anda tidak menggerakannya (otot maupun sendi) tidak akan sakit, tidak berlaku pada artritis. Jika anda menggerakan sendi yang terlibat, kekakuan otot semakin meningkat sehingga gerak sendi menurun. Sendi tersebut semakin kaku dan semakin nyeri-hasil sebaliknya dari yang anda harapkan. Gerakan rutin setiap sendi dapat mengurangi kekakuan dan nyeri yang muncul.16 Nyeri bersifat sangat subyektif serta mempunyai manifestasi unik bagi masing-masing individu untuk menjaga kondisi prima persendian, melakukan latihan olahraga seperti senam lansia, yang mana senam lansia merupakan suatu aktivitas olahraga bagi lansia yang akan membantu tubuh tetap lentur dan juga memperkuat otot dan ligamen yang menstabilkan sendi. Kapasitas konsentrasinya pada gerakan sendi, sambil meregangkan dan menguatkan
ototnya,
30
karena otot-otot itulah yang membantu sendi untuk menopang tubuh. Senam lansia berlangsung sekitar 15–30 menit dan terdiri dari tiga tahapan yakni pemanasan, latihan inti, dan pendinginan. 20 Penelitian yang pernah dilakukan oleh Afifka pada tahun 2012 di Unit Rehabilitasi sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang tentang Pemberian Intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut diperoleh hasil bahwa senam lansia dapat melatih kemampuan otot sendi. Kemampuan otot apabila semakin sering dilatih maka cairan sinovial akan bertambah. Artinya, penambahan cairan sinovial pada sendi dapat mengurangi resiko cedera pada lansia dan mencegah timbulnya nyeri lutut pada lansia. Hasil penelitian sesudah dilakukan terapi senam lansia menunjukkan bahwa sebesar 86,7% lansia memiliki skala nyeri 0 atau tidak nyeri dan 13,33% lansia mempunyai skala nyeri 1 atau skala nyeri ringan. Hal ini jelas terlihat bahwa senam lansia memiliki pengaruh dalam meningkatkan kemampuan otot dan mengurangi nyeri lutut pada lansia. 2
31
Kerangka Teori Senam Lansia
Latihan Fisik yang berpengaruh terhadap kemampuan otot jika sering dilatih
Menambah produksi Cairan Sinovial
Perubahan Nyeri lutut
Mengurangi Resiko cedera
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka serta masalah penelitian maka dapat disusun kerangka konsep penelitian dengan menggunakan beberapa variabel sebagai berikut :. Variabel Independen
Variabel Dependen
Perubahan Nyeri Lutut pada Lansia yang mengalami Artritis reumatoid
Senam Lansia
Keterangan : : Variabel Independen : Variabel Dependen : Arah Penghubung Gambar 4. Kerangka Konsep
32
33
B. Defenisi Operasional Defenisi Operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati.
No
1.
Variabel
Definisi
Kriteria
Skala
penelitian
Operasional
Objektif
Pengukuran
Independen Senam Lansia
Senam yang diikuti diikut i
Dilaksanakan
oleh
sesuai prosedur.
lanjut
dengan
usia
maksud
meningkatkan kemampuan fungsional untuk
raga
mengurangi
nyeri.
Dependen 2.
Perubahan
Nyeri
Nyeri
lutut
dirasakan lansia
pada
lansia
yang mengalami artritis reumatoid
pada
yang
bagian
persendian yang mengalami artritis reumatoid
1 – 10 : Nyeri Minimal 11 -20 : Nyeri Ringan 21-30 : Nyeri Sedang 31-40 : Nyeri Berat
Interval
34
C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah Quasy eksperimen dengan dengan pendekatan Nonequivalent Control Group Design . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami Artritis reumatoid. Tabel 1.1 Desain penelitian Subyek KA KB
Pretes 0 0 Time 1
Perlakuan X Time 2
Postest 01-A 01-B Time 3
Keterangan : KA
: Kelompok Kasus
KB
: Kelompok kontrol
O
: Observasi sensasi nyeri lutut sebelum dilakukan senam lansia
X
: Intervensi
01
: Observasi sensasi nyeri lutut setelah dilakukan senam lansia pada kelompok kasus.
0B
: Observasi sensasi nyeri lutut pada kelompok kontrol setelah dilakukan senam lansia
D. Waktu dan Tempat penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 06 Agustus sampai 30 Agustus 2014.
35
2. Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tentang yang ditetapkan. Popolasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami nyeri lutut pada Artritis reumatoid di PSTW Gau Mabaji Gowa dengan memenuhi kriteri sebanyak 20 lansia. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami Artritis reumatoid di PSTW Gau Mabaji Kab.Gowa. Metode pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling dimana jumlah sampel sebanyak 20 orang yang terdiri dari 10 orang kelompok kasus dan 10 orang kelompok kontrol. F. Instumen Penelitian Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dirancang oleh peneliti sesuai dengan literatur yang ada. 1. Wawancara untuk mengetahui identitas umum pasien
36
2. Observasi dengan tehnik tehnik observasi berstruktur menggunakan menggunakan lembar observasi skala pendeskripsian nyeri lima tingkat. Terdapat 10 respon klien yang diobservasi antara lain : perhatian, ansietas, verbal, perspirasi, suara, nausea, ketegangan otot, interaksi sosial, ekspresi wajah danaktifitas sendi. Jika observasi nilainya antara : 1-10 maka nyeri minimal Jika observasi nilainya antara : 11-20 maka nyeri ringan Jika observasi nilainya antara : 21-30 maka nyeri sedang Jika observasi nilainya antara : 31-40 maka nyeri berat. G. Pengumpulan Data 1. Data primer Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengisian kuisioner terhadap responden dengan menggunakan kuisioner yang telah tersedia untuk mendapatkan identitas umum pasien, dan melakukan observasi berdasarkan latihan fisik senam lansia yang dilakukan dalam hal ini observasi 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa H. Pengolahan Data Prosedur pengolahan data yang akan akan di lakukan lakukan adalah sebagai sebagai berikut : a. Editing (Memeriksa (Memeriksa Data)
37
Setelah data terkumpul maka dilakukan kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data dalam usaha melengkapi data yang masih kurang. b. Coding (Pemberian Kode) Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu melakukan pengkodean pada lembar observasi yang telah diisi yaitu setiap keluhan atau jawaban dari responden. c. Tabulasi Setelah
dilakukan
pengkodean
kemudian
dimasukkan
kedalam tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki yang sesuai dengan tujuan penelitian untuk memudahkan penganalisaan data. I.
Tehnik Analisa Data Setelah memperoleh nilai dari masing-masing tabel, selanjutnya data dianalisa dengan menggunakan komputer SPSS versi 20. 1. Analisa Univariat Dilakukan terhadap tiap variabeldari hasil penelitian. Analisa ini menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel yang diteliti. 2. Analisa Bivariat Dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Data yang diperoleh dalam bentuk ordinal dianalisa
dengan
menggunakan
uji
statistik
yaitu
dengan
menggunakan t-test uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada pengaruh Senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada
38
lansia
yang
mengalami
artritis
reumatoid
dengan
tingkat
kepercayaan 95% atau ɑ=5% (0,05).
J. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya rekomendasi dari institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian dan dalam pelaksanaan penelitian tetap memperhatikan masalah etika meliputi : 1. Inforrned conset (Lembar (Lembar Persetujuan) Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Kepada responden dijelaskan tentang manfaat dan resiko penelitian yang mungkin muncul. Bila subyek menolak maka peneliti tidak memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subyek. 2. Anomity (Tanpa (Tanpa Nama) Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden tetap pada lembar tersebut diberi kode. 3. Confedentiality (Kerahasiaan) (Kerahasiaan) Kerahasiaan dari responden, peneliti hanya melaporkan tentang data sebagi hasil penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 06 Agustus 2014 sampai 30 Agustus 2014, di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa dengan jumlah sampel sebanyak 20 lansia yang mengalami Nyeri lutut pada Artritis Reumatoid, tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling yang mana menjadi subjek penelitian adalah 20 sampal dengan masing-masing 10 sampel untuk kontrol dan 10 sampel untuk kasus. Dalam penelitian ini peneliti membagi sampel dalam dua kelompok yaitu kelompok lansia sebagai kontrol dan kelompok lansia sebagai kasus. Pada kelompok kasus diberi intervensi senam lansia sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan intervensi senam lansia. Pada kedua kelompok kelompok diawali dengan observasi nyeri nyeri sebelum senam. Kemudian setelah dilakukan pemberian intervensi senam pada lansia yang sebagai kelompok kasus, kedua kelompok diobservasi kembali tingkat nyerinya setelah pemberian intervensi senam setelah 6 kali. Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data meliputi editing, koding, dan tabulasi. Selanjutnya data dalam bentuk ordinal dianalisa dengan analisis univariat dan analisis bivariat.
39
40
A. Hasil Penelitian Data primer diambil melalui tehnik wawancara berstruktur dan observasi langsung yang dilakukan pada responden dengan nyeri lutut. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, maka hasil penelitian dapat disajikan sebagai berikut : 1. Analisa Univariat a. Tingkat nyeri sebelum pemberian intervensi senam senam lansia Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pre test senam lansia di PSTW Gau Mabaji Kabupaten Gowa KELOMPOK RESPONDEDN TINGKAT NYERI
KONTROL
TOTAL
KASUS
n
%
n
%
n
%
0
0
0
0
0
0
1
10%
2
20%
3
15%
Nyeri Sedang Nyeri Berat
7
70%
7
70%
14
70%
2
20%
1
10%
3
15%
Total
10
10
100%
20
100%
Nyeri Minimal Nyeri Ringan
100%
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang telah diobservasi tingkat nyeri sebanyak 14 responden (70%) yang mengalami nyeri sedang, nyeri berat sebanyak 3 responden (15%), nyeri ringan sebanyak 3 responden (15%) kemudian 0 responden (0%) (0%) yang mengalami nyeri minimal.
41
b. Tingkat nyeri setelah pemberian intervensi senam senam lansia Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Post test Senam lansia di PSTW Gau Mabaji Kabupaten Gowa KELOMPOK RESPONDEDN TINGKAT NYERI
KONTROL
TOTAL
K AS US
n
%
n
%
n
%
Nyeri Minimal Nyeri Ringan
0
0
3
30%
3
15%
1
10%
5
50%
6
30%
Nyeri Sedang Nyeri Berat
6
60%
2
20%
8
40%
3
30%
0
0%
3
15%
Total
10
100%
10
100%
20
100%
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 4.2 pada observasi akhir (post test) menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 20 lansia dibagi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Pada kelompok kontrol ditemukan tingkat nyeri sedang pada hari ke enam sebanyak 6 responden (60%), pada nyeri berat 3 responden (30%), nyeri ringan 1 responden (10%) dan tidak ada nyeri minimal (0%). Sedangkan pada kelompok kasus di peroleh hasil tingkat nyeri minimal 3 responden (30%), nyeri ringan 5 responden (50%), nyeri sedang 2 responden (20%) dan tidak ada lagi yang mengalami nyeri berat pada post test senam lansia.
42
2. Analisa Bivariat Pengaruh pemberian senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada pasien artritis reumatoid. Tabel 4.3 Pengaruh Pemberian Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis Reumatoid di PSTW Gau Mabaji Gowa p
KELOMPOK PERLAKUA PERL AKUAN N TINGKAT NYERI
KONTROL Pre tes t
KASUS
Pos t tes t
Pre test
value
Post test
n
%
n
%
n
%
n
%
NYERI MINIMAL
0
0%
0
0%
0
0%
3
30%
NYERI RINGAN
1
10%
1
10%
2
20%
5
50%
NYERI SEDANG
7
70%
6
60%
7
70%
2
20%
NYERI BERAT
2
20%
3
30%
1
10%
0
0%
0,016
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada responden kelompok kontrol pada pre test yang mengalami nyeri minimal 0 (0%), nyeri ringan 1 (10%), nyeri sedang 7 (70%), nyeri berat 2 (20%) dan pada saat post test responden kelompok kontrol yang mengalami nyeri minimal 0 (0%), nyeri ringan 1 (10%), nyeri sedang berkurang menjadi 6 (60%) dan nyeri berat bertambah menjadi 3 (30%) karena mengalami nyeri. Sedangkan pada kelompok kasus pada saat pre test yang mengalami nyeri minimal 0 (0%), nyeri ringan 2 (20%), nyeri sedang 7 (70%) dan nyeri berat 1 (10%). Dan pada saat post test yang mengalami nyeri minimal 3 (30%), nyeri ringan ringan 5 (50%), nyeri sedang 2 (20%) dan tidak ada lagi yang mengalami nyeri berat 0 (0%).
43
Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh nilai hitung p=0,016 dari nilai
α =
0,05. Dari analisa tersebut bahwa Ha diterima atau
ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lanjut usia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. B. Pembahasan 1. Kontrol Pada
kelompok
kontrol
berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukan bahwa saat observasi nyeri sebelum senam lansia ditemukan 2 responden (20%) dengan nyeri berat namun setelah pemberian senam dilakukan pada kelompok kasus selama 6 kali justru mengalami peningkatan menjadi 3 responden (30%). Peningkatan ini diduga akibat semakin beratnya perjalanan penyakitnya. Pada saat observasi dilakukan ditemukan pula bahwa pada item observasi nyeri yaitu perhatian dan ansietas responden meningkat. Hal ini sesuai dengan Perry dan Potter dalam Idawati (2009) mengatakan bahwa respon nyeri seseorang dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
diantaranya
perhatian,
kecemasan. Meningkatnya perhatian seorang klien memfokuskan nyeri dihubungkan dengan peningkatan nyeri. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi klien. Faktor asupan makanan juga termasuk faktor yang mempengaruhi nyeri. Ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan pada saat penelitian dan didukung dengan adanya teori yang mengatakan bahwa salah satu faktor
44
yang mempengaruhi meningkatnya tingkatan nyeri adalah faktor asupan makanan (Sakamita, 2012). Sedangkan pada tingkat nyeri sedang, nyeri ringan dan nyeri minimal setelah dilakukan senam lansia pada kelompok kasus tidak mengalami perubahan hal ini dikarenakan apabila otot sendi tidak digunakan untuk melakukan aktivitas maka cairan sinovial akan tetap sehingga tidak mengalami peningkatan (Afifka, 2012). Berdasarkan uji T-test diperoleh nilai hitung p = 0,343 lebih besar dari nilai
α =
0,05. Dari analisa tersebut dapat diartikan
bahwa Ho diterima atau tidak ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. 2. Kasus Pada variabel kelompok kasus kasus berdasarkan berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pada pasien yang diberikan intervensi senam lansia selama 6 kali sebanyak 1 responden (10%) mengalami nyeri berat sebelum intervensi dan setelah intervensi tidak ditemukan lagi responden dengan nyeri berat yang mengarah ke nyeri ringan. Pada tingkat nyeri sedang terdapat 7 responden (70%) sebelum intervensi senam, namun setelah intervensi senam lansia yang diberikan selama 6 kali maka nyeri sedang berkurang menjadi 2 responden (20%) yang dari 7 responden (70%) sebanyak 4 responden (40%) mengalami perubahan nyeri ke nyeri
45
ringan, sebanyak 1 responden (10%) mengalami perubahan nyeri ke nyeri minimal kemudian sebanyak 2 responden (20) tidak mengalami perubahan. Pada tingkat nyeri ringan terdapat 2 responden (20) sebelum intervensi dan setelah intervensi mengalami perubahan nyeri ke nyeri minimal. Sehingga pada tingkat nyeri minimal sebelum intervensi tidak ditemukan dan setelah intervensi ditemukan responden dengan nyeri minimal sebanyak 3 responden (30%) yang diperoleh dari nyeri sedang sebanyak 1 responden (10%)
kemudian 2 responden (20%)
diperoleh dari nyeri ringan. Berkurangnya rasa nyeri atau menurunnya sensasi nyeri dari nyeri berat menjadi nyeri sedang, dari nyeri sedang ke nyeri ringan, dan dari nyeri ringan menjadi nyeri yang minimal karena efek dari senam lansia yang dilakukan. Senam lansia dapat
melatih kemampuan otot sendi. Kemampuan otot apabila semakin sering dilatih maka cairan sinovial akan meningkat atau bertambah. Artinya, penambahan cairan sinovial pada sendi dapat mengurangi dan mencegah timbulnya nyeri lutut pada lansia (Afifka, 2012). Sedangkan sebanyak 2 responden (20%) tidak mengalami perubahan berdasarkan observasi penelitian hal ini dikarenakan adanya faktor gerakan yang dilakukan pasien pada saat senam tidak efektif dan efisien. Berdasarkan uji T-test diperoleh nilai hitung p=0,016 lebih kecil dari nilai α=0,05. Dari analisa tersebut dapat diartikan bahwa
46
Ha diterima atau ada pengaruh pemberian senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa dari kelompok kasus yang berjumlah 10 responden (100%) mengalami nyeri lutut. Hal ini dikarenakan semakin tua seseorang maka dengan sendirinya akan muncul berbagai macam penyakit yang salah satunya adalah nyeri lutut pada artritis reumatoid. Nyeri Nyeri pada responden responden mangakibatkan terganggunya aktivitas
sehingga para lansia
enggan melakukan aktivitas dan sering untuk berdiam. Hal ini mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional tubuh. Jika lansia tidak mengikuti kegiatan senam, maka akan menyebabkan kekakuan tulang dan sendi yang menjadi penyebab timbulnya nyeri lutut pada lanjut usia (Suharjono, 2013). Hasil dari penelitian didapatkan bahwa pada kelompok perlakuan mengalami perubahan pada nyeri lutut. Nyeri bersifat sangat subyektif serta mempunyai manifestasi unik bagi masingmasing individu untuk menjaga kondisi prima persendian, melakukan senam lansia, lansia, yang mana senam senam lansia merupakan suatu aktivitas olahraga bagi lansia yang akan membantu tubuh tetap lentur dan juga memperkuat otot dan ligamen yang menstabilkan sendi. Kapasitas konsentrasinya pada gerakan sendi, sambil meregangkan dan menguatkan
ototnya, karena
47
otot-otot itulah yang membantu sendi untuk menopang tubuh. Senam lansia berlangsung sekitar 15–30 menit dan terdiri dari tiga tahapan
yakni
pemanasan,
latihan
inti,
dan
pendinginan
(Suharjono, 2013). Pemberian Intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut
diperoleh
hasil
bahwa
senam
lansia
dapat
melatih
kemampuan otot sendi. Kemampuan otot apabila semakin sering dilatih maka cairan sinovial akan bertambah. Artinya, penambahan cairan sinovial pada sendi dapat mengurangi resiko cedera pada lansia dan mencegah timbulnya nyeri lutut pada lansia. Hal ini jelas terlihat bahwa senam lansia memiliki pengaruh dalam meningkatkan kemampuan otot dan mengurangi nyeri lutut pada lansia (Afifka, 2012).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami atritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa yang dilaksanakan pada tanggal 06 Agustus sampai 30 Agustus 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 20 lansia, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari hasil perhitungan uji statistic T-test menunjukkan bahwa : 1. Berdasarkan Observasi
tingkatan nyeri lutut sebelum pemberian
senam lansia menunjukkan bahwa dari 20 responden responden yang yang telah diobservasi tingkat nyeri sebanyak 14 responden (70%) yang mengalami nyeri sedang, nyeri berat sebanyak 3 responden (15%), nyeri ringan sebanyak sebanyak 3 responden responden (15%) kemudian 0 responden responden (0%) yang mengalami nyeri minimal. 2. Berdasarkan Observasi Observasi tingkatan nyeri lutut setelah pemberian pemberian senam menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 20 lansia dibagi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Pada kelompok kontrol ditemukan tingkat nyeri sedang pada hari ke enam sebanyak 6 responden (60%), pada nyeri berat 3 responden (30%), nyeri ringan 1 responden (10%) dan tidak ada nyeri minimal (0%). Sedangkan pada kelompok kasus di peroleh hasil tingkat
48
49
nyeri minimal 3 responden (30%), nyeri ringan 5 responden (50%), nyeri sedang 2 responden (20%) dan tidak ada lagi yang mengalami nyeri berat pada post test senam lansia. 3. Berdasarkan hasil uji T-test diperoleh nilai hitung p= 0,016 dari nilai α
= 0,05. Dari analisa tersebut bahwa Ha diterima atau ada
pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lanjut usia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. B.
Saran 1. Bagi Profesi Keperawatan Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberi masukan dan informasi untuk menambah ilmu pengetahuan, terutama mengenai pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami arthritis reumatoid. 2. Bagi Institusi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Gau Mabaji Diharapkan agar dapat lebih meningkatkan pelayanan program olahraga senam lansia agar lansia dapat mengurangi nyeri lutut dengan adanya kegiatan senam lansia rutin khususnya bagi lansia mengalami artritis reumatoid. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar supaya meneliti variabel-variabel lain yang berhubungan dengan nyeri lutut pada lanjut usia yang mengalami artritis reumatoid seperti kompres jahi, kompres hangat dan sebagainya.
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Azizah L.M., Yogyakarta.
(2011),
Keperawatan
Lanjut
Usia,
Graha
Ilmu,
2. Ayu A.D, Dkk., Dkk., (2012), Jurnal Nursing Studies, Pemberian intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut , Universitas Diponegoro, Surabaya, http ://ejournal-S1. Undip.ac. Id/index.php/jnursing, (online) diakses 22 Mei 2014 3. Bandiyah S., (2009), Lanjut Usia Dan Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta.
Edisi 5,
4. Bruner & Sundden., (2004), Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, EGC, Jakarta 5. Corwin E.J., (2009), Buku Saku Patofisiologi , , EGC, Jakarta 6. Chyntyawati C., (2014), skipsi, Hubungan antara nyeri reumatoid artritis dengan tingkat kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari- hari pada lansia di posbindu karang Mekar wilayah kerja puskesmas pisangan Tangerang selatan , Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,jakarta,http://respository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123 Hidayatullah,jakarta,http://respository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123 456789/24157/1/CICY%20CHINTYAWATI-fkik.pdf� �������� ������� �� ��� �����
7. Fatimah, (2010), Merawat Manusia Lanjut Usia, Cv. Trans Info Media, Tim, Jakarta. 8. Firdaus, (2010), Pengaruh Masase Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Bawah (NPB) Pada Petani Didesa Tunggi Kecamatan Wera Kabupaten Bima . Sripsi (tidak diterbitkan) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar. 9. Gustin A.G., (2013), Depkes RI : Senam Lansia , http:// Metamorfosisofbutterfly.blogspot.com/2013/05/senamlansia.html, diakses 23 Mei 2014 10. Hamid A, (2010), Artikel Kementerian Sosial RI, Penduduk Lanjut Usia di indonesia & masalah kesejahteraannya , kesejahteraannya , jakarta, http://www.kemsos.go.id/ , (online) diakses 22 Mei 2014 11. Hidayah A.A.A., (2007), Metode Penelitian Keperawatan Dan Tekhnik Analisa Data , Salemba Medika, Jakarta.
51
12. Idawati., (2009), Pengaruh Pemberian Bekam Bering Terhadap
Perubahan Tingkat Nyeri Reumatik pada Lanjut usia dikelurahan Sambung jawa kec.Mamajang Kota Makassar . Sripsi (tidak diterbitkan) Sekolah tinggi ilmu kesehatan Gema Insan Akademik Makassar. 13. ���
�., (2012), ������� ����� ������ ���� (������), �����// �������������.��������.���/2012/01/������� ����� ������. ����/������� 23 ��� 2014
14. Kushariyadi., (2010), (2010), Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia,
Salemba Medika, Jakarta 15. ������� �.�, ���., (2008), ��������� ����� �������, ���, �������. 16. ������ �.�., (2013), ������� ����������������, ��. ����� ��� ������, ����������. 17. ���� �.�., (2012), ���� ������� ������� ���� �������� �����, ���� ����, ����������.
18. ������� �., (2012), ����������� �������� & ���������. ����� 3.���.������� 19. Prasetyo S.N., (2010), Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri , Edisi Pertama. Gaha Ilmu. Yogyakarta. 20. Suharjono, Dkk., (2013), Pengaruh Senam Lansia Tehadap Perubahan Nyeri Persendian Pada Lansia Di Kelurahan Komplek Kenjeran, Kecamatan Bulak, Surabaya . Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga. 21. Sakasmita S., (2012), Diet and Rheumatoid Arthitis (online), http://www.bda.uk.com/foodfacts/Arthritis.pdf / diakses 20 Agustus 2014 22. Wulandari, (2013), Hubungan Tingkat Kecemasan Dan Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-hari Di Panti Sosial Tresna Werdha Theodora Makassar, Makassar, Skripsi (tidak diterbitkan) Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin Makassar.
52
Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Bapak/Ibu Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Dengan hormat Bersama ini saya yang bertanda tangan di bawah ini. Mahasiswa program Studi S1 Keperawatan STIK GIA Makassar : Nama
: Syamsinar Syam
Nim
: 2110147
Alamat
: Jl. Tanjung Raya V
Akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami Artritis reumatoid”. reumatoid”. Peneliti yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi ibu selaku responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Tidak ada paksaan bagi Bapak/Ibu untuk menjadi responden di dalam penelitian ini. Apabila anda bersedia menjadi responden, saya persilahkan menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi responden yang terlampir dalam surat ini. Demikianlah atas partisipasi, perhatian, dan kerjasama anda saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
Syamsinar Syam 2110147
53
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
:
Alamat
:
Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti, Tentang maksud dan tujuan penelitian ini, saya bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh Saudari Syamsinar Syam, Mahasiswa Program S1 Keperawatan STIK GIA Makassar dengan judul “Pengaruh Senam Lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami Artritis Reumatoid” Dengan demikian surat ini saya buat dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak lain dan kiranya dipergunakan sebagai mana mestinya.
Makassar, Agustus 2014 Respoden
(........................................)
54
Lampiran 3 LEMBARAN KUISIONER Judul penelitian
: Pengaruh Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri lutut pada Lansia yang Mengalami Artritis Reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kab.Gowa
Tanggal penelitian
:
No. Kode penelitian
:
Nama
:
Umur
:
Petunjuk 1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan bapak/ibu bapak/ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan. 2. Berilah tanda Cheklist pada pertanyaan yang anda anggap paling sesuai Data demografi 1. Jenis kelamin 1) laki-laki 2) perempuan
:
55
2. Pendidikan
:
1) Tdk Sekolah 2) SD 3) SMP 4) SMA Data tentang nyeri : 1. Penyakit yang paling diderita sekarang : 1) Rematik 2) Hipertensi 3) DM DM 4) Lainnya 2. Sudah berapa berapa lama mengalami nyeri nyeri lutut : 1) ≥ 6 bulan 2) ≥ 1 bulan 3) ≥ 1minggu 3. Nyeri paling sering sering muncul muncul waktu waktu : 1) Siang hari 2) Pagi hari 3) Malam hari 4. Apa yang dilakukan bila ada serangan nyeri : 1) Istirahat 2) Mengkomsumsi obat 3) Melakukan aktivitas
56
Lampiran 4 Format Observasi Nyeri Sebelum Intervensi Senam Lansia
Nama
: ............... (Initial)
No. Kode Responden
: ........................... ................. ..........
Tanggal Penelitian
: ........................... ................. ..........
Petunjuk : Berilah tanda Cecklist (√) sesuai dengan skala nyeri seperti pada tabel skala tingkatan nyeri.
No
Respon Yang Di Observasi
1
Perhatian klien terhadap nyeri
2
Anxietas klien tentang nyeri
3
Verbalisasi klien tentang nyeri
4
Perspirasi
5
Suara
6
Nausea
7
Ketegangan otot
8
Interaksi sosial
9
Ekspresi wajah
10
Aktifitas persendian Total
Nilai 4
3
2
1
0
Total
57
Lampiran 5 Format Observasi Nyeri Setelah Intervensi Senam Lansia
Nama
: ............... (Initial)
No. Kode Responden
: ........................... ................. ..........
Tanggal Penelitian
: ........................... ................. ..........
Petunjuk : Berilah tanda Cecklist (√) sesuai dengan skala nyeri seperti pada tabel skala tingkatan nyeri.
No
Respon Yang Di Observasi
1
Perhatian klien terhadap nyeri
2
Anxietas klien tentang nyeri
3
Verbalisasi klien tentang nyeri
4
Perspirasi
5
Suara
6
Nausea
7
Ketegangan otot
8
Interaksi sosial
9
Ekspresi wajah
10
Aktifitas persendian Total
Nilai 4
3
2
1
0
Total
58
Lampiran 6
Prosedur Senam Lansia No
Langkah-langkah Senam Lansia
Dilakukan
Tahap Pemanasan 1
Pengaturan napas (dengan cara menarik napas) 2 x 8 Tahap Gerakan inti
1
Jalan Ditempat (angkat kaki secara aktif) 2x8
2
Lebarkan kaki sejajar (diam di tempat)
3
Bertepuk tangan (lengan sejajar dengan bahu) 2x8
4
Tepuk jari tangan (rentangkan tangan sejajar bahu) 2x8 Silangkan antar jari tangan (rentangkan tangan sejajar
5 bahu) 2x8 Silangkan
jempol
tangan
kanan
dan
juga
kiri
6 setelahnya (rentangkan tangan sejajar bahu) 2x8 7
Tepuk antar jari kelingking (rentangkan tangan sejajar bahu ) 2x8 Tepuk antar jari telunjuk tangan (rentangkan tangan
8
sejajar bahu ) 2x8 Ketok pergelangan tangan kanan dan juga tangan kiri
9
10
(lengan tangan sejajar bahu) 1x8 Tekan antar telapak tangan (tangan sejajar dada atas)
59
1x8 11
Tekan putar telapak tangan (atas kebawah sejajar dada) 1x8 Buka dan remas jari tangan (gerakan peras santan)
12
2x8 Tepuk punggung tangan kanan dan juga tangan kiri
13
bergantian (tangan sejajar dada atas) 1x8 Tepuk punggung lengan kanan dan juga lengan kiri
14
bergantian (tangan sejajar dada atas) 1x8 Tepuk punggung bahu kanan dan juga bahu kiri
15
16
bergantian (tangan sejajar dada atas) 1x8 Tepuk pinggang (bungkuk badan 45 derajat) 2x8 Tepuk paha samping (gerakan mengenjot lutut naik
17
turun) 2x8 Tepuk betis kaki (bungkuk badan sejajar 90 derajat)
18
2x8 Peregangan otot, lengan, bahu, punggung, lutut, betis
19
2x8 Menepuk perut bagian bawah (samping kanan – kiri)
20
2x8 Sikap tegap tangan simpul ke perut (tutup kaki, diam
21
22
di tempat) Jinjit kaki (kaki lurus, diam ditempat)
60
23
Sikap sempurna tegak lurus. Tahap Pendinginan
1
Tarik dan tahan napas (kedua tangan naik keatas kepala) 1x8 Hembuskan napas (kedua tangan turun kedepan
2
dada) 1x8 Tarik dan tahan napas (kedua tangan naik keatas
3
kepala) 1x8 Tarik dan tahan napas (tangan kanan naik keatas
4
kepala) 1x8 Hembuskan napas (tangan kanan turun ke samping)
5
1x8 Tarik dan tahan napas (tangan kiri naik keatas kepala)
6
7
1x8 Hembuskan napas (tangan kiri turun ke samping) 1x8 Tarik, tahan dan hembuskan napas (angkat kedua
8
tangan dan turunkan perlahan) 2x4
61
Master Tabel
No. Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Ny. M Ny. B Ny. U Ny. T Ny. S Ny. A Ny. L Ny. T Ny. F Ny. S Ny. S Ny. A Ny. K Ny. N Ny. F Ny. I Ny. A Ny. N Ny. G Ny. K
Umur
69 70 65 60 72 69 74 65 70 64 68 70 71 65 68 72 62 68 70 74
JK
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
Pendi dikan
Lama Nyeri
2 1 1 4 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 2 1
Kegiatan setelah adanya nyeri
Waktu Muncul Nyeri
1 2 2 2 3 2 1 3 2 1 1 2 1 2 3 1 3 2 1 2
2 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1
1 1 1 2 1 2 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1
Klp.Res ponden � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �
Observasi Pemberian Senam Bedasarkan Tingkat Nyeri Pre 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4
Keterangan Tingkatan Tingkat an Nyeri
Kelompok Responden
Jenis Kelamin
Pendidikan
1 = Nyeri Minimal 2 = Nyeri Ringan 3 = Nyeri Sedang 4 = Nyeri Berat
1 = Kelompok Kasus 2 = Kelompok kontrol
1 = Laki-laki 2 = Perempuan
1= Tdk sekolah 2= SD 3= SMP 4= SMA
Lama Nyeri
Kegiatan setelah adanya nyeri
Waktu Muncul Nyeri
1= ≥ 6 bulan 2= ≥ 1 bulan 3= ≥ 1 minggu
1= Istirahat 2= Mengkonsumsi obat 3= Melakukan aktivitas
1= Siang hari 2= Pagi hari 3= Malam hari
Post 6 � � � � � � � � � � � � � � � � � � � �
62
Lampiran 8 SPSS KELOMPOK KASUS
Statistics sebelum senam N
Valid Missing
setelah senam
10
10
0
0
Frequency Table Sebelum senam Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
nyeri ringan
2
20.0
20.0
20.0
nyeri sedang
7
70.0
70.0
90.0
nyeri berat
1
10.0
10.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
T-TEST PAIRS=sblm WITH stlh (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS.
Pie Chart
63
Setelah senam Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
nyeri minimal
3
30.0
30.0
30.0
nyeri ringan
5
50.0
50.0
80.0
nyeri sedang
2
20.0
20.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
Pie Chart
T-Test
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
sebelum senam
2.9000
10
.56765
.17951
setelah senam
1.9000
10
.73786
.23333
Paired Samples Correlations N Pair 1
sebelum senam & setelah senam
Correlation 10
.504
Sig. .137
64
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1 sebelum senam setelah senam
1.00000
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
.66667
of the Difference Lower
.21082 .210 82
Sig. (2-
Upper
.52310
T
1.47690
4.743
KELOMPOK KONTROL
Statistics sebelum senam N
Valid Missing
setelah senam
10
10
0
0
Frequency Table sebelum senam Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
nyeri ringan
1
10.0
10.0
10.0
nyeri sedang
7
70.0
70.0
80.0
nyeri berat
2
20.0
20.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
T-TEST PAIRS=sblm WITH stlh (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS.
df
tailed) 9
.001
65
Pie Chart
setelah senam Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
nyeri ringan
1
10.0
10.0
10.0
nyeri sedang
6
60.0
60.0
70.0
nyeri berat
3
30.0
30.0
100.0
10
100.0
100.0
Total
Pie Chart
66
T-Test
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
sebelum senam
3.1000
10
.56765
.17951
setelah senam
3.2000
10
.63246
.20000
Paired Samples Correlations N Pair 1
sebelum senam & setelah senam
Correlation 10
Sig. .867
.001
9Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
the Difference Lower
Sig. (2-
Upper
T
df
tailed)
Pair 1 sebelum senam setelah senam
-.10000
.31623
.10000
-.32622
.12622
-1.000
9
.343
67
HASIL Frequencies Statistics sebelum senam N
Valid Missing
20 0
sebelum senam Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Nyeri ringan
3
15.0
15.0
15.0
Nyeri sedang
14
70.0
70.0
85.0
3
15.0
15.0
100.0
20
100.0
100.0
Nyeri berat Total
FREQUENCIES VARIABLES=setelah /PIECHART FREQ /ORDER=ANALYSIS.
68
Frequencies Statistics setelah senam N
Valid Missing
20 0
setelah senam Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Nyeri minimal
3
15.0
15.0
15.0
Nyeri ringan
6
30.0
30.0
45.0
Nyeri sedang
8
40.0
40.0
85.0
Nyeri berat
3
15.0
15.0
100.0
20
100.0
100.0
Total
T-TEST PAIRS=sebelum WITH setelah (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS.
69
T-Test
Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
sebelum senam
3.0000
20
.56195
.12566
setelah senam
2.5500
20
.94451
.21120
Paired Samples Correlations N Pair 1
sebelum senam & setelah
Correlation 20
senam
Sig.
.595
.006
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean Pair 1 sebelum senam setelah senam
.45000
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
.75915
.16975
the Difference Lower .09470
Sig. (2-
Upper .80530
t 2.651
df
tailed) 19
.016
JADWAL PENELITIAN PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN NYERI LUTUT PADA LANSIA YANG MENGALAMI ARTRITIS REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU G AU MABAJI KABUPATEN GOWA BULAN URAIAN KEGIATAN
FEBRUARI 1
Identifikasi dan Justifikasi Masalah Penyusunan proposal Seminar Proposal Perbaikan Seminar Proposal Pengumpulan data Pengolahan Data dan Analisa Data Seminar Hasil Penelitian Perbaikan Hasil Publikasi
2
3
4
APRIL 1
2
3
MEI 4
1
2
3
JUNI 4
1
2
3
JULI 4
1
2
3
AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER 4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
49