PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP DENYUT JANTUNG DAPHNIA
Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten
: Finna Fernanda Hapsari : B1A015122 : VII :2 : Estri Jayanti
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2016
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Daphnia adalah krustasea berukuran kecil yang hidup di perairan tawar, sering juga disebut sebagai kutu air. Disebut demikian karena cara bergerak yang unik dari organisme ini di dalam air. Ada terdapat banyak spesies (kurang lebih 400 spesis) dari Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari semua spesis yang ada, Daphnia dan Moina yang paling dikenal, dan sering digunakan sebagai pakan untuk larva ikan (Pangkey, 2009). Daphnia sebagai sumber pakan alami memiliki beberapa keuntungan yaitu kandungan nutrisinya tinggi, berukuran kecil sehingga sesuai dengan ukuran mulut larva, pergerakannya lambat, sehingga mudah ditangkap oleh larva ikan, dan tingkat pencemaran terhadap media pemeliharaan larva lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan pakan buatan. Daphnia merupakan kelompok udang-udangan kecil yang bersifat non selective filter feeder, mudah dikultur, waktu panen cepat dan dapat diperkaya dengan bahan-bahan tertentu. Di alam, Daphnia mengkonsumsi pakan berupa bakteri, fitoplankton, ciliata, dan detritus (Darmawan, 2014). Daphnia merupakan salah satu hewan poikiloterm sehingga naik turunnya temperatur lingkungan dapat mempengaruhi denyut atau kerja jantung. Metabolisme hewan poikiloterm dipengaruhi oleh lingkungan, begitu juga dengan denyut jantungnya. Dinding tubuh Daphnia transparan sehingga organorgan internalnya akan tampak jelas di bawah mikroskop cahaya dan kerja jantungnya dapat terlihat jelas (Susanto, 1989). 1.2 Tujuan Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mempelajari pengaruh temperatur lingkungan dan zat kimia terhadap denyut jantung hewan percobaan (Daphnia).
II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Daphnia, alkohol 5%, air dingin, air panas, dan tissue. Alat yang digunakan adalah mikroskop, termometer, pipet tetes, slide mikroskop berlekuk (cavity slide), stopwatch, dan hand counter.
2.2 Cara Kerja 1. Daphnia diletakkan pada lekukan cavity slide dengan menggunakan pipet tetes. Air yang berlebih dikeringkan dengan tissue, air pada lekukan dijaga agar tersisa sedikit saja sehingga Daphnia pada slide tadi akan cenderung pada posisi miring yang memungkinkan untuk diamati jantungnya dengan jelas. 2. Denyut jantung Daphnia diperhatikan baik-baik dan jangan sampai terkecoh dengan gerakan kakinya yang juga bergerak dengan ritmis. 3. Temperatur media Daphnia diukur menggunakan termometer. 4. Satu orang menjadi pengatur waktu dan yang satunya mengamati Daphnia di bawah mikroskop. 5. Jika pengamat sudah familiar dengan denyut jantung Daphnia, pengamat bertugas menghitung denyut jantung dengan cara memijit hand counter tiap kali jantung Daphnia berdenyut. 6. Jika pengamat telah siap, pengatur memberitahukan pengamat untuk mulai menghitung denyut jantung dan memberhentikannya setelah 15 detik. Jumlah denyut jantung yang dihitung dicatat dan dikalikan 4 agar diperoleh denyut jantung per menit. Hasil yang diperoleh dicatat. 7. Perlakuan yang sama diulang dengan merubah media Daphnia yakni air dingin, air panas, dan alkohol 5%.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Tabel 3.1.1 Data Suhu dan Denyut Jantung Daphnia. Normal
Kel
Panas
Dingin
Alkohol
Suhu
Denyut
Suhu
Denyut
Suhu
Denyut
Kons.
Denyut
1
27
152
44
216
19
192
5%
212
2
28
116
46
144
24
108
5%
176
3
27
204
45
236
19
156
5%
224
4
27
200
45
176
10
160
5%
228
Gambar 3.1.1 Morfologi Daphnia
2 1 3
Keterangan: 1. Jantung 2. Mata 3. Kaki
3.2 Pembahasan Daphnia adalah sejenis zooplankton yang hidup di air tawar mendiami kolam-kolam atau danau-danau. Daphnia dapat hidup di air tawar dan hidup di daerah tropis dan sub tropis. Kehidupan Daphnia dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologi perairan antara lain suhu dan oksigen. Daphnia hidup pada kisaran pH cukup besar tetapi nilai yang optimal untuk kehidupannya sukar ditentukan, lingkungan pH yang netral (Susanto, 1989). Daphnia diketahui dari kepentingan ekologi penting di danau dan kolam di semua benua, di mana dia adalah pemangsa yang sangat efisien pada fitoplankton dan mangsa pilihan bagi ikan planktivorous dan predator lainnya (Miner et al., 2012). Menurut Susanto (1989), Daphnia dapat di klasifikasikan dalam: Kingdom : Animalia Filum
: Arthropoda
Sub Filum: Crustacea Kelas
: Branchiopoda
Ordo
: Cladocera
Famili
: Daphnidae
Subgenus : Daphnia Spesies
: Daphnia pulex atau
Subgenus : Ctenodaphnia Spesies
: Daphnia magna
Daphnia merupakan salah satu hewan poikiloterm sehingga naik turunnya temperatur lingkungan dapat mempengaruhi denyut atau kerja jantung. Metabolisme hewan poikiloterm dipengaruhi oleh lingkungan, begitu juga dengan denyut jantungnya. Dinding tubuh Daphnia transparan sehingga organorgan internalnya akan tampak jelas di bawah mikroskop cahaya dan kerja jantungnya dapat terlihat jelas (Susanto, 1989). Denyut jantung Daphnia memiliki kecepatan sekitar 120 kali per menit pada kondisi normal. Kecepatan ini bertambah atau berkurang tergantung kondisi yang mempengaruhinya. Denyut jantung Daphnia akan lebih cepat pada siang hari, kerapatan populasi rendah, saat pertama kali mencapai matang seksual, kenaikan laju metabolisme dan pemberian rangsangan dalam berbagai variasi kondisi (Barnes, 1963). Pada lingkungan dengan suhu tinggi akan meningkatkan
metabolisme dalam tubuh sehingga laju respirasi meningkat dan berdampak pada peningkatan denyut jantung Daphnia. Rata-rata denyut jantung Daphnia pada suhu panas kurang lebih 240 denyut per menit (Zahidah et al., 2012). Frekuensi detak jantung jantung Daphnia akan semakin menurun apabila ditempatkan pada lingkungan dengan suhu rendah dan akan semakin meningkat seiring dengan naiknya suhu lingkungan. Hal tersebut karena Daphnia merupakan hewan air yang aktivitas metabolismenya dipengaruhi oleh lingkungan luas. Begitu juga dengan frekuensi denyut jantung. Suhu yang rendah akan mengakibatkan aktivitas metabolisme turun akan mengakibatkan denyut jantung juga lambat karena sedikit menyuplai kebutuhan oksigen untuk proses tersebut (Kimball, 1992). Pemberian zat-zat kimia dalam saluran ekstraseluler dapat menyebabkan kematian. Hasil percobaan denyut jantung Daphnia yang diberi alkohol menunjukkan peningkatan dari denyut normal. Zat kimia yang mampu mengurangi frekuensi denyut jantung seperti alkohol, asetilkolin dan morpin. Pemberian obat-obatan ini akan menyebabkan penurunan aktifitas jantung (Schmidt & Nielsen, 1990). Barnes (1963) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung Daphnia adalah sebagai berikut: 1. Denyut jantung lebih cepat pada siang hari. 2. Kenaikan kecepatan metabolisme menstimulir jantung untuk bekerja lebih cepat. 3. Umur dan ukuran yang besar cenderung mempunyai denyut jantung yang lambat. 4. Denyut jantung cenderung bertambah dengan kenaikan temperatur dalam lingkungan yang normal. 5. Keadaan yang gelap akan membuat denyut jantung menurun. 6. Penambahan zat kimia seperti alkohol menyebabkan denyut bertambah. 7. Hewan betina yang membawa telur/anaknya dalam kantong pengeraman akan menyebabkan kecepatan denyut jantungnya akan bertambah. 8. Pada saat pertama masak seksual denyut jantung akan semakin bertambah cepat. Berdasarkan hasil pengamatan, denyut jantung pada Daphnia dengan perlakuan yang berbeda yaitu pada suhu normal, suhu dingin, suhu panas, dan alkohol 5% pada kelompok 2 Rombongan VII dengan suhu 28°C denyut jantung
Daphnia sebanyak 116 denyut/menit, suhu 24°C denyut jantung Daphnia sebanyak 108 denyut/menit, suhu 46°C denyut jantung Daphnia sebanyak 144 denyut/menit, dan alkohol 5% denyut jantung Daphnia sebanyak 176 denyut/menit. Daphnia diberikan perlakuaan pada media normal, panas, dingin, serta alkohol adalah untuk melihat pengaruh lingkungan dan respon yang ditimbulkan oleh Daphnia melalui denyut jantungnya. Selain itu, untuk mengetahui pada kondisi apa dan lingkungan yang seperti apa yang efektif dan cocok bagi Daphnia (Jusadi et al., 2008). Menurut Soegiri, (1988) semakin tinggi suhu lingkungan tempat hidup Daphnia maka semakin cepat denyut jantungnya.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Frekuensi detak jantung jantung Daphnia akan semakin menurun apabila ditempatkan pada lingkungan dengan suhu rendah dan akan semakin meningkat seiring dengan naiknya suhu lingkungan. 2. Penambahan zat kimia seperti alkohol menyebabkan denyut bertambah.
DAFTAR REFERENSI
Barnes, R. D. 1963. Invetebrata Zoology. London: W. B. Sounders Company. Darmawan, J. 2014. Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. Pada Media Budidaya Dengan Penambahan Air Buangan Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus). Berita Biologi, 13(1). Jusadi, D., Meylani, I. dan Utomo, N.B.P. 2008. Kadar Vitamin C dalam Tubuh Daphnia sp. yang Diperkaya dengan Vitamin C pada Lama Waktu Pengkayaan yang Berbeda. Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(1): 11-17. Kimball, J. W. 1992. Biologi II. Jakarta: Erlangga. Miner, B. E., Meester, L. D., Pfrender, M. E., Lampert, W., Hairston, N. G. 2012. Linking genes to communities and ecosystems: Daphnia as an ecogenomic model. Proceeding of The Royal Society. Pangkey, H. 2009. Daphnia and Utilization. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 5(3): 33-36. Schmidt dan Nielsen. 1990. Animal Physiology and Enviroment. Cambridge: Cambridge University Press. Soegiri, N. 1988. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga. Susanto. 1989. Fisiologi Ikan. Jakarta: Rineka Cipta. Zahidah, Gunawan, W., dan Subhan, U. 2012. Pertumbuhan Populasi Daphnia sp. yang Diberi Pupuk Limbah Budidaya Karamba Jaring Apung (KJA) di Waduk Cirata yang Telah Difermentasi EM4. Jurnal Akuatika, 3(1): 84-94.