9 April 2010
Oleh : Beny O Y Marpaung
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setalah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa Magister Manajemen Pembangunan Kota Semester 2 akan dapat menganalisis kawasan kota dengan menggunakan teori-teori Perancangan Kota LATAR BELAKANG TEORI PERANCANGAN KOTA
DATA Transportasi Sistem sirkulasi Penggunaan tanah Analisa Ruang terbuka Vegetasi Activity support Intensitas pembangunan Arsitektur kota dsb
ANALISA • PERMASALAHAN • POTENSI • PENYELESAIAN
DESKRIPSI MATA KULIAH Pengetahuan dasar-dasar kemampuan dan ketrampilan secara komprehensif tentang Perancangan Kota Faktor-faktor Di Dalam Perancangan Kota
Ruang Lingkup Dan Proses Perancangan Kota Analisis Kontekstual Kawasan Analisis Penjabaran dari Rencana Dua Dimensi Menjadi Tiga Dimensi dengan menggunakan kasus-kasus
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setalah mengikuti kuliah ini, mahasiswa Magister Manajemen Pembangunan Kota Semester 2 akan dapat menjelaskan kedudukan mata kuliah Perancangan Kota terhadap Perencanaan Kota dan Arsitektur dalam program Magister Manajemen Pembangunan Kota
KEDUDUKAN MATA KULIAH Manajemen Pembanguan Kota Non Fisik KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 2 TAHUN 1987 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KOTA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 24 TAHUN 1992 TENTANG TATA RUANG
Fisik Perencanaan Kota
RUTRK
RDTRK
RTRK
RTRWK
RTRWK
RTBL
PERANCANGAN KOTA
-
RUTRK Skala Peta 1:10.000 – 1:20.000 Kebijakan Pengembangan Kota Struktur Pemanfaatan Ruang Kota Struktur Pelayanan Kota Sistem Transportasi Sistem Jaringan Utilitas Indikasi Unit Pelayanan Rakyat Sistem Pengelolaan Pembangunan Kota
RDTRK -Skala Peta 1:5000 -Rumusan lebih rinci dari RUTRK -Fungsi BWK -Struktur BWK -Jenis dan intensitas pembangunan struktur prasarana -Distribusi penduduk perblok -Penggunaan tanah perblok -Fasilitas pelayanan sosial dan utilitas -Sistim transport asi dan pergerakan
RTBL -Kebutuhan bangunan dan lingkungan -Tapak -Sirkulasi dan parkir -Garis Sempadan, KDB, KLB -Ketinggian Bangunan -Ruang Luar Bangunan -Estetika bangunan -Gubahan Massa -Elemen Bangunan dan lingkungan -Prasarana dan sarana
PROGRAM PEMBANGUNAN
PERANCANGAN KOTA •Peraturan bangunan, •Kebijaksanaan pelestarian bangunan bersejarah atau kawasan bersejarah, dan peraturan pemerintah tentang cagar budaya •revitalisasi pusat kota, •pengatasan kawasan kumuh, •konsolidasi lahan perkotaan
1. Perancangan kota dapat dilihat sebagai perluasan bidang Arsitektur Mengapa demikian?
Arsitektur merancang bangunan pada satu persil cakupan perancangan kota meluas tidak hanya satu persil tapi suatu kawasan (yang biasanya terdiri dari banyak persil)— dapat disebut juga sebagai berskala mezo
Perluasan cakupan dari mikro ke mezo (kawasan) menimbulkan beberapa implikasi, yaitu antara lain a) Klien dan partisipasi Dalam pekerjaan arsitektural, yang umumnya menangani satu persil, kita melayani satu klien;
sedangkan dalam perancangan kota, yang biasanya mencakup banyak persil, maka perancang kota berhadapan dengan banyak pemilik persil yang berarti banyak klien atau banyak pengambil keputusan.
Dengan banyaknya pengambil keputusan maka perancangan kota mau tidak mau perlu melibatkan partisipasi mereka (partisipasi masyarakat atau pihak-pihak terkait).
b) Masalah lingkungan Dalam penanganan satu persil, masalah lingkungan kurang terasa, tapi bila cakupan meluas ke kawasan, maka masalah kelestarian lingkungan menjadi lebih nyata. Masalah lingkungan timbul akibat interaksi antar guna lahan dalam kawasan, juga akibat kegiatan sirkulasi lalu lintas, dan sebagainya. interaksi antar guna lahan dalam kawasan kegiatan sirkulasi lalu lintas
Masalah lingkungan
dsb
masalah lingkungan kurang terasa Intensitas bangunan
c) Masalah sosial (hubungan antar manusia)
Satu persil berarti satu keluarga,
tapi berkaitan dengan satu kawasan, terdapat masalah hubungan antar keluarga, antar manusia atau disebut sebagai masalah sosial. Masalah ini misalnya terwujud dalam kebutuhan akan fasilitas umum atau fasilitas sosial, prasarana umum, serta juga kegiatan yang khas di masyarakat kita, yaitu perdagangan sektor informal (kakilima).
2. Perancangan Kota sebagai implementasi Rencana Perencanaan kota (urban planning) menangani lingkungan binaan (built Kota
environment) dalam lingkup kota (makro). Untuk melaksanakan hasil perencanaan kota diperlukan program-program penanganan kawasan (mezo),
maka dapat diartikan bahwa perancangan kota (urban design)—sebagai penanganan lingkungan binaan berskala mezo—merupakan salah satu langkah implementasi (pelaksanaan) rencana kota
Sebagai implementasi rencana kota, perancangan kota mempunyai implikasi sebagai berikut: a) Mengacu pada program atau isi rencana kota Rencana kota yang berimplikasi ke kawasan dapat berupa: pelestarian kawasan bersejarah, penataan kembali atau revitalisasi pusat kota, pengembangan kota baru, pengembangan kawasan perumahan dan sebagainya. Perancangan kota dapat mengimplementasikan program-program tersebut, sehingga dapat dikembangkan proyek perancangan kota berkaitan dengan pelestarian kawasan bersejarah, dan sebagainya. pelestarian kawasan bersejarah penataan kembali atau revitalisasi pusat kota pengembangan kawasan perumahan pengembangan kota baru
b) Memanfaatkan perangkat implementasi rencana kota Sebagai salah satu kegiatan implementasi rencana kota, maka perancangan kota dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan perangkat implementasi rencana kota, yaitu antara lain perangkat pengendali pembangunan ruang kota, seperti: perijinan lokasi atau guna lahan, peraturan bangunan, pemberian IMB, dan pada kasus kota-kota di Amerika terdapat perangkat seperti: zoning, subdivison regulation, dan sebagainya.
Perangkat implementasi
Perencanaan Kota
perijinan lokasi atau guna lahan
peraturan bangunan
pemberian IMB
Dan sebagainya
Perancangan Kota
Pengertian Perancangan Kota Istilah perancangan kota (urban design) mempunyai arti yang berbeda-beda di negara yang satu dengan di negara yang lain, bahkan juga berbeda-beda antar pribadi. Minaret Branch (1995: 201) mengatakan bahwa: ―Di dalam perencanaan kota komprehensif, perancangan kota memiliki suatu makna yang khusus, yang membedakannya dari berbagai aspek proses perencanaan kota. Perancangan kota berkaitan dengan tanggapan inderawi manusia terhadap lingkungan fisik kota: penampilan visual, kualitas estetika, dan karakter spasial”.
Harry Anthony (dalam buku Antoniades, 1986: 326) memberi pengertian bahwa perancangan kota merupakan pengaturan unsur-unsur fisik lingkungan kota sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi baik, ekonomis untuk dibangun, dan memberi kenyamanan untuk dilihat dan untuk hidup di dalamnya.
Frederick Gutheim (dalam Antoniades, 1986: 326) menyatakan bahwa perancangan kota (urban design) merupakan bagian dari perencanaan kota (urban planning) yang menangani aspek estetika dan yang menetapkan tatanan (order) dan bentuk (form) kota. Antoniades (1986: 326) juga mendukung pendapat di atas bahwa perancangan kota menangani permasalahan keindahan kota yang tercermin dari fisik kota yang dirancang oleh perancang kota.
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik beberapa ―kata kunci‖ tentang perancangan kota, yaitu:
Pengaturan unsur fisik lingkungan kota
Berkaitan dengan tanggapan inderawi, yaitu aspek estetika/keindahan, penampilan visual.
Merupakan bagian dari perencanaan kota.
Perbedaan Perancangan Kota dengan Perencanaan Kota dan Perancangan Arsitektur Pittas dan Ferebee (1982: 10)
Antoniades, 1986: 326-327
PERANCANGAN KOTA merupakan bidang ilmu yang unsur-unsurnya meminjam dari—antara lain—bidang-bidang ilmu arsitektur, lansekap, administrasi publik, hukum, sosiologi, dan geografi perkotaan.
PERENCANAAN KOTA memandang perancangan kota sebagai salah satu implementasi rencana kota, sedangkan para arsitek melihat perancangan kota tidak selalu harus demikian, tetapi dapat timbul sebagai usaha untuk mengatasi problema perkotaan secara praktis lewat pengaturan bentukbentuk fisik
Perencanaan kota (urban planning),
kualitas visual lingkungan
tata ruang, ekonomi, sosial, budaya
Perancangan Arsitektural
bangunan secara individual (tunggal)
Karakteristik Perancangan Kota Pittas dan Ferebee (1982: 12-13) mempunyai dimensi publik (masyarakat luas) pelaksanaan hasil perancangan kota mempunyai jangka waktu yang lebih lama daripada hasil perancangan arsitektur atau arsitektur lansekap. lebih bersifat memungkinkan perubahan lingkungan buatan daripada melaksanakan perubahan seringkali perlu dilakukan secara anonim, berbeda dengan perancangan arsitektur yang nama arsiteknya ditonjolkan berorientasi ke proses nilai di samping juga berorientasi produk Perhatian perancangan kota lebih tertuju kepada komposisi bangunan-bangunan dalam lingkungan visual publik serta hubungannya dengan ruang terbuka publik daripada ke bangunan tunggal Perancangan kota menyadari adanya klien yang pluralistis (berkaitan dengan berbagai institusi pemerintah dan swasta), dan perancangan kota mengembangkan metode pembelajaran untuk tipe klien seperti itu Hasil perancangan kota bersifat lebih relativistis dibanding produk arsitektur, tapi lebih pasti dibanding hasil perencanaan kota Tidak seperti pendidikan perencanaan kota, perancangan kota menyadari batas-batas spasial maupun dimensional dalam melihat dunia (dengan pandangan keruangan tiga dimensi) Tidak seperti pendidikan arsitektur, perancangan kota memberi nilai yang lebih pada program (proses) daripada terhadap artefak (produk berupa fisik) Dalam sejarah, rancangan kota yang baik tidak selalu dihasilkan oleh perancang kota yang hebat. Pendidikan perancangan kota menuntut pemberian materi tentang ilmu-ilmu sosial, hukum, ekonomi dan administrasi perusahaan.
Melalui pembahasan di atas,