PENENTUAN BIOEKIVALENSI VITAMIN C DARI DATA URIN (tanggal 11 Desember dan 18 Desember 2017) A.
Tujuan Percobaan 1. Mahasiswa dapat menentukan kadar vitamin C dalam urin dan dapat menentukan bioekivalensi dari produk vitamin C generik generik dengan nama dagang 2. Mahasiswa mampu menentukan profil farmakokinetik vitamin C
B.
Teori Dasar Bioavailabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan jumlah obat dalam persen terhadap dosis yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk aktif/utuh. Sedangkan bioekivalensi atau kesetaraan biologis dapat diartikan sebagai kesetaraan kadar atau jumlah obat bentuk aktif dalam darah dan jaringan antara satu sediaan obat dengan sediaan obat lain yang memiliki zat berkhasiat sama. Dua sediaan obat berekuivalensi kimia tetapi tet api tidak ti dak berekuivalensi biologik dikatakan bio in ekuivalensi. Perbedaan bioavailabilitas sampai dengan 10% umumnya tidak menimbulkan perbedaan yang berarti dalam efek kliniknya artinya art inya memperlihatkan ekuivalensi (BE) dengan obat inovatornya (obat pendahulu, dan dijadikan referensi untuk sediaansediaan obat yang diproduksi berikutnya oleh perusahaan farmasi lain) dapat diklaim sebagai obat yang memiliki kualitas setara dengan obat innovator. Vitamin merupakan senyawa organik yang sangat penting dalam mempengaruhi proses metabolisme. Vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil untuk mempertahankan kesehatan, tetapi vitamin tidak dapat disintesis di dalam tubuh manusia. Untuk memenuhi kebutuhan akan vitamin tersebut, manusia harus memperolehnya dari bahan pangan atau sediaanmultivitamin. Tanpa adanya vitamin, manusia, hewan, dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktivitas dan dapat menyebabkan peluang terjadinya penyakit pada tubuh. Vitamin dapat dibagi menjadi dua macam yaitu vitamin yang larut dalam air (B1, B 2, B 5, B 6, B 12 dan C) dan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K) (Winarno , (Winarno , 1991). Vitamin C merupakan vitamin yang tergolong larut dalam air. Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-Askorbat yang mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi secara reversibel menjadi asam L-dehidroaskorbat. Asam Ldehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan Vitamin C (Winarno, 1991). Salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh adalah vitamin C. Vitamin C merupakan vitamin penting dan banyak digunakan dalam mengurangi gejala sariawan dan flu. Vitamin C ditemukan di berbagai jenis makanan seperti sayuran dan buah buahan terutama buah segar (Hasan, 2013). 2013). Vitamin C banyak dijumpai pada buah-buahan terutama yang rasanya masam dan beberapa jenis sayuran seperti jeruk, tomat, mangga dan nanas. Vitamin C mudah mudah sekali teroksidasi dan rusak pada kondisi panas dan basa sehingga dalam mengolah bahan yang banyak mengandung vitamin C diharapkan menggunakan panas minimal mungkin. (Fauzi, 1994). Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil tetapi dalam keadaan larut vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya utaman ya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas ekstraselular (Hasan, 2013).
Vitamin C disebut juga asam askorbat, merupakan vitamin yang paling sederhana, mudah berubah akibat. Struktur kimianya terdiri atas 3 rantai, 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C 6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O 2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat. Vitamin ini merupakan fresh food karena sumber utamanya adalah buah-buahan dan sayuran segar. Berbagai sumbernya diantaranya adalah jeruk, brokoli, cabai, brussel sprout, kubis, lobak, dan strawberry (Linder, 1992). Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorbsi adalah 90% untuk konsumsi diantara 20-120 mg/hari. Konsumsi tinggi sampai 12 g hanya diabsorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tinggi adalah di dalam jaringan adrenal, pituitary dan retina. Vitamin C diekskresikan terutama melalui urin, sebagian kecil di dalam tinja dan sebagian kecil dieskresikan melalui kulit (Yuniastuti, 2008). Bersama-sama dengan urine dieksresikan juga air dan senyawa-senyawa yang larut dalam air. Jumlah dan komposisi urine sangat berubah-ubah dan tergantung pemasukan bahan makanan, berat badan, usia, jenis kelamin, dan lingkungan hidp seperti temperature, kelembaban, aktivitas tubuh dan keadaan kesehatan. Karena eksresi urin dan komposisinya kebanyakan dihubungkan dengan waktu 24 jam. Seorang dewasa memproduksi 0,5-2,0 liter urine setiap hari, yang terdiri dari 90% air. Urine mempunyai suatu nilai pH yang asam (kira-kira 5,8). Tentu saja nilai pH urine dipengaruhi oleh keadaan metabolisme. Setelah makan sejumlah besar bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan, nilai pH urine meningkat hingga di atas 7. Urine memiliki komponen organic dan anorganik. Urea, asam urat dan kreatinin merupakan beberapa komponen organic dari urine. Ion-ion seperti Na, K, Ca serta anion Cl merupakan komponen anorganik dari urine. Warna kuning pada urine, disebabkan oleh urokrom, yaitu family zat empedu, yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin. Bila dibiarkan dalam udara terbuka, urokrom dapat teroksidasi, sehingga urine menjadi berwarna kuning tua. Pergeseran konsentrasi komponen-komponen fisiologik urine dan munculnya komponen-komponen urine yang patologik dapat membantu diagnose penyakit. Dalam farmakokinetik, urin dapat digunakan sebagai salah satu objek pemeriksaan selain plasma darah, untuk penentuan beberapa parameter farmakokinetik. C.
D.
Alat dan Bahan Alat Spektrofotometri UV Mikropipet Labu Ukur
Prosedur (dimodul)
Bahan Vitamin C generik Vitamin C nama dagang Aquadest Sampel Urin
E.
Hasil Pengamatan 1.
Kurva Kalibrasi Vitamin C C (ppm) Absorban 2 0,167 4 0,343 6 0,455 8 0,561 10 0,718 12 0,841 a b r r 2
= 0,054 = 0,066 = 0,99 = 0,98
y = bx + a = 0,066x + 0,054 x = kadar − x = x = 2.
−0,054 0,066
Pengukuran absorban dan penentuan kadar sampel 11 Desember 2017 Kelompok 1 (Generik)
Periode (jam) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-12 12-24
Absorbansi 0,785 0,696 0,442 0,249 0,121 0,094
Kadar 11,07 9,73 5,88 2,95 1,01 0,60
Kelompok 2 (generik)
Periode (jam) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-12 12-24
Absorbansi 0,149 0,170 0,220 0,302 0,364 0,404
Kadar 1,44 1,76 2,515 3,76 4,69 5,30
Kelompok 3 (generik)
Periode (jam) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-12 12-24
Absorbansi 0,193 0,170 0,134 0,146 0,172 0,924
Kadar 2,10 1,75 1,21 1,40 1,78 13,18
Kelompok 4 (nama dagang)
Periode (jam) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-12 12-24
Absorbansi 0,115 0,140 0,103 0,104 0,180 0,188
Kadar 0,92 1,30 0,74 0,75 1,90 2,03
Kelompok 5 (nama dagang)
Periode (jam) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-12 12-24
Absorbansi 0,103 0,111 0,099 0,085 0,139 0,213
Kadar 0,74 0,86 0,68 0,47 1,28 2,41
Kelompok 6 (nama dagang)
Periode (jam) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-12 12-24
Absorbansi 0,377 0,177 0,202 0,186 0,144 0,100
Kadar 4,90 1,86 2,24 2,00 1,36 0,67
Kelompok 1 (nama dagang)
Periode (jam) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-12 12-24
Absorbansi
Kadar
Kelompok 2 (nama dagang)
Periode (jam) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-12 12-24
Absorbansi
Kadar
18 Desember 2017
Kelompok 3 (nama dagang)
Periode (jam) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-12 12-24
Absorbansi
Kadar
Kelompok 4 (generik)
Periode (jam) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-12 12-24
Absorbansi 0,245 0,136 0,230 0,121 0,131 0,596
Kadar 2,89 1,24 2,66 1,01 1,16 8,21
Kelompok 5 (generik)
Periode (jam) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-12 12-24
Absorbansi 0,319 0,314 0,217 0,225 0,145 0,089
Kadar 4,01 3,93 2,46 2,59 1,37 0,530
Kelompok 6 (generik)
Periode (jam) 0-2 2-4 4-6 6-8 8-12 12-24
Absorbansi 0,471 0,524 0,374 0,394 0,448 0,450
Kadar 6,31 7,12 4,84 5,15 5,96 6,00
DAFTAR PUSTAKA Fauzi, M. 1994. Analisa Hasil Pangan (Teori dan Praktek). Jember: UNEJ. Hasan. 2013. Manfaat Cabai Rawit (Capsicum frutuscens L) dalam Pemenuhan Kebutuhan Tubuh. Malang: Politeknik Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang. Linder, M.C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Klinis. Jakarta: UI Press dalam “Nurhayati S, Sri H. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli . Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XV, No. 2, Oktober 2007 Universitas Diponegoro. Winarno. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yuniastuti. 2008. Gizi dan Kesehatan Yogyakarta: Graha Ilmu. Di dalam “Jahrani, 2014. Analisis Pengaruh Penyimpanan Terhadap Kadar Vitamin C pada Cabai Rawit (Capsicum frutuscens L ) dan Cabai Merah (Capsicum annum L ) dengan Metode Iodimetri. Palangka Raya: Karya Tulis Ilmiah Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.