BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Bahasa Jerman termasuk bahasa fleksi yang mempunyai banyak perubahan bentuk untuk untuk menggambark menggambarkan an fungsi fungsi gramatikalny gramatikalnya. a. Penambahan Penambahan afiks yang termasuk prefiks, prefiks, infiks, serta sufiks sering muncul pada bahasa fleksi. Perubahan bentuk ini terkadang sukar dipahami oleh pembelajar bahasa. Namun demikian, semua perubahan tersebut bisa diuraikan dengan kajian tertentu, salah satunya linguistik sinkronis. Proses pembubuhan afiks terjadi dengan suatu proses morfemis yang dikenal sebagai proses afiksasi. Prosess afiksasi afiksa si merupakan salah satu proses morfologis yang amat berperan dalam pembentukan kata baru. Verhaar menyatakan bahwa fungsi utama proses afiksasi ada dua, antara lain infleksional dan derivasional. fiksasi infleksional merupakan proses afiksasi yang menghasilkan alternan!alternan dari bentuk yang tetap merupakan kata, atau unsur leksik leksikal, al, yang yang sama. sama. "edang "edangkan kan afiksa afiksasi si deriva derivasio sional nal merupa merupakan kan proses proses afiksas afiksasii yang yang menurunkan kata atau unsur leksikal yang lain dari kata atau unsur leksikal tertentu #$%%&' (%)*. +erivasi merupakan salah satu proses morfologis yang terdapat dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Jerman. +alam suatu bahasa, derivasi penting untuk diketahui dalam usaha pengkategorian kelas kata serta keajegan proses morfologis yang terdapat dalam bahasa tertentu. +engan mengetahui sistem derivasi suatu bahasa maka akan diketahui bagaimana konstruksi kelas kata yang satu berubah menjadi kelas kata yang lain #Verhaar, #Verhaar, $%%&((-*. $%%&((-*. Pembentukan verba bisa dilakukan dengan derivasi kata benda maupun kata sifat. +erivasi kata kerja dari bentuk dasar benda maupun kata sifat dalam bahasa Jerman memiliki
1
sifat dan ciri khas yang menarik. "ebagai contoh, sebelum terderivasi menjadi kata kerja, kata sifat sifat dalam dalam baha bahasa sa Jerma Jerman n terle terlebi bih h dahu dahulu lu diru diruba bah h ke dalam dalam bent bentuk uk komp kompar arati atiff atau atau bermakna lebih dengan membubuhkan sufiks s ufiks er. "etelah itu, kata sifat yang telah berubah bentuk tadi dibubuhi lagi dengan dengan prefiks ver dan sufiks n. seperti pada contoh di bawah bawah ini. gross /besar0 gross 1 er 2 gr3sser
adjektiva /lebih besar0
adjektiva comparatif
ver 1 gr3sser gr3sser 1 n 2 vergr3 vergr3sser ssern n /membesa /membesarka rkan0 n0
verba verba
Jika kata kerja bentukan dari bentuk dasar kata sifat dalam bahasa Jerman di atas diartikan secara harfiah, maka memiliki arti /melebihbesarkan0. 4al ini dipengaruhi dari perubahan bentuk komparatifnya yang yang menyatakan /lebih besar0. kan tetapi, arti kontekstual dari verba ini adalah tetap seperti verba pada umumnya, yakni /memperbesar0, yang secara tidak langsung mengandung makna /melebihkan sesuatu dari keadaan sebelumnya0. Berprinsip pada fenomena proses perubahan tersebut, maka peneliti ingin menelaah lebi lebih h lanju lanjutt meng mengen enai ai pros proses es pemb pemben entu tuka kan n verb verbaa dalam dalam baha bahasa sa Jerma Jerman. n. "elam "elamaa ini ini pembelajar bahasa Jerman menemui kesulitan dalam memahami kata turunan dalam bahasa Jerman. Jerman. Penelit Penelitian ian ini diharap diharapkan kan mampu mampu memberi memberi tambah tambahan an literature literature bagi pemahaman proses pembentukan kata dan perubahan makna kata dalam bahasa Jerman yang mengalami proses afiksasi. 5leh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji proses pembentukan kata kerja bahasa Jerman melalui proses afiksasi derivasional yang terdapat pada 6amus Jerman! 7ndonesia karangan dolf 4euken, ".J.
2
1.2
Rumusan Masalah
Pembahasan masalah derivasi pada dasarnya mempersoalkan perubahan yang disebabkan oleh proses morfemis. Proses morfemis tersebut dapat melalui afiksasi. 8elalui proses ini dapat diperoleh bentukan!bentukan yang mungkin hanya berubah bentuk dasar atau asalnya, mungkin pula berubah identitas leksikalnya. Berdasarkan hal ini maka dapatlah dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut Bagaimanakah derivasi verba dalam bahasa Jerman9 +alam hal ini meliputi
1) Bagaimanakah bentuk!bentuk afiks derivasional verba dalam bahasa Jerman9 2) Bagaimanakah proses afiksasi derivasional verba dalam bahasa Jerman9 3) Bagaimanakah sistem morfofonemis afiksasi derivasional verba dalam bahasa
Jerman9 4) Bagaimanakah makna verba turunan dari afiksasi derivasional verba dalam bahasa
Jerman9
1.3
Tujuan Peneltan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) 8endeskripsikan bentuk!bentuk afiks derivasional verba dalam bahasa Jerman. 2) 8endeskripsikan proses afiksasi derivasional verba dalam bahasa Jerman. 3) 8endeskripsikan sistem morfofonemis afiksasi derivasional verba dalam bahasa
Jerman.
3
4) 8endeskripsikan makna verba turunan dari afiksasi derivasional verba dalam bahasa
Jerman.
1.!
Man"aat Peneltan
4asil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik yang bersifat teoritis maupun praktis, yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.!.1
Te#rts
4asil penelitian ini diharapkan mempunyai kontribusi bagi pengembangan kajian mengenai proses pembentukan kata kerja dalam bahasa Jerman. Pembentukan kata kerja dalam bahasa jerman bisa berasal dari bentuk dasar kata sifat maupun kata benda.
1.!.2
Prakts
4asil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana tambahan mengenai pembentukan kata kerja dalam bahasa Jerman, serta diharapkan dapat membantu pembelajar bahasa Jerman dalam mengidentifikasi kata kerja dalam bahasa ini sekaligus dapat menggunakannya dengan baik dan benar. 6ajian ini juga dapat membantu dalam upaya pemahaman kosa kata bahasa Jerman utamanya mengenai verba bentukan yang bisa diidentifikasi maknanya berdasarkan afiks yang digunakan.
4
1.$
Lan%asan Te#r
Bagian ini berisi ulasan tentang beberapa pengertian yang terkait dengan topik penelitian. Pada bagian ini akan diuraikan tentang pokok pemahaman yang penting dalam morfologi bahasa Jerman. :raian ini akan diawali dengan uraian mengenai konsep morfologi, proses pembentukan kata dalam bahasa Jerman, pengertian verba, adjektiva, nomina, afiks, serta afiksasi yang sekaligus meliputi afiksasi infleksional dan juga derivasional dalam bahasa Jerman. dapun uraian selengkapnya disajikan dalam bab berikutnya.
1.&
Met#%e Peneltan
"esuai dengan tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif. "udaryanto menyatakan bahwa metode deskriptif berarti penelitian yang dilakukan semata!mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada dan fenomena yang memang secara empiris hidup pada para penuturnya. "ecara prkatis, metode yang digunakan dalam kajian ini dijabarkan dalam tiga metode sesuai dengan tahapan pelaksanaannya, antara lain
1. 8etode penyediaan dan pengumpulan data 2. 8etode analisis data 3. 8etode penyajian hasil analisis data
1.&.1
Met#%e Pen'e%aan %an (engum(ulan %ata 5
+ata yang digunakan dalam penelitian bahasa ini merupakan data tulisan yang diambil dari buku ilmiah yang terkait dengan topik penelitian yang dianggap baik dan lengkap. "umber data ini dipilih mengingat data tersebut telah melalui proses pengujian sehingga dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya. dapun buku ilmiah yang akan digunakan sebagai sumber data adalah Kamus Jerman-Indonesia yang ditulis oleh dolf 4euken, ".J. Pemilihan kamus ini sebagai dasar analisis mengingat kamus ini merupakan kamus acuan yang digunakan oleh para pembelajar bahasa Jerman di 7ndonesia sehingga dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya. dapun kenapa sumber data hanya dibatasi pada satu buku, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan analisis yang lebih rinci dan mendalam pada sumber data yang telah dipilih berdasarkan teknik pursposive. 8enurut Johnson dan ;hristensen, teknik ini merupakan salah satu teknik pengambilan sampel dalam penelitian yang memungkinkan peneliti menentukan sendiri subjek penelitiannya #$<= $%%-*. dapun penyediaan data yang dilakukan dengan teknik catat dari wacana tulis atau teks yang telah dipilih sebagai sumber data. 4asil analisis awal yang berupa kata kerja turunan yang diduga berasal dari pembentukan kata sifat dan kata benda dengan proses afiksasi derivasional dalam bahasa Jerman dicatat dalam tabel kata kerja turunan yang telah disediakan.
1.&.2
Met#%e Analss Data
+alam penelitian ini, semua data yang berupa kata kerja turunan yang ditemukan dianalisis dengan menggunakan teknik urai unsur terkecil #ultimate constituent analysis* untuk mendapatkan identifikasi unsur!unsur penyusun setiap kata tersebut. 8enurut >di
6
"ubroto #&= $%%)* yang dimaksud dengan teknik urai unsur terkecil adalah mengurai suatu satuan lingual tertentu atas unsur!unsur terkecilnya. :nsur!unsur terkecil yang dimaksudkan dalam analisis pada kata kerja turunan yang muncul dalam kajian ini adalah morfem yang merupakan satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna gramatis.
1.&.3
Met#%e Pen'ajan Hasl Analss Data
4asil analisis data disajikan dalam bentuk deskripsi afiks!afiks pembentuk verba dari adjektiva dalam bahasa Jerman. Proses afiksasi derivasional, sistem morfofonemis pembentukan kata kerja serta makna verba turunan yang ditemukan pada sumber data disajikan secara terperinci dalam sebuah laporan.
1.)
*stematka Pen'ajan
Penyajian hasil penelitian dibagi dalam lima bab dengan rincian sebagai berikut. Bab 7 adalah pendahuluan yang berisi ?atar Belakang, @umusan 8asalah, Aujuan Penelitian, 8anfaat Penelitian, ?andasan Aeori, 8etode Penelitian, "istematika Penyajian dan @encana 6erja. Bab 77 berisi gambaran umum mengenai tinjauan pustaka, teori serta kajian yang akan menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini. Pada Bab 777 berisi 6ajian metode serta langkah!langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini. Bab 7V berisi uraian lengkap proses afiksasi derivasional pembentukan kata kerja dalam bahasa Jerman, serta bab V meringkas kesimpulan hasil dari penelitian ini.
1.+. Ren,ana -erja 7
"ept
Aahapan
5kt
1. Persa(an Peneltan
(.(. Pencarian 5bjek
(.$. "tudi Pustaka wal
(.<. Penelusuran +ata wal
(.C. nalisis +ata wal
(.D Penulisan Proposal
Nov
2. Pengamlan Data
$.(. "tudi Pustaka
$.$. 6lasifikasi +ata
+es
3. Peng#lahan Data
<.( nalisis +ata
!. Pen'usunan La(#ran
C.(. Penulisan ?aporan
C.$. ?aporan 8asuk
C.<. :jian
C.C. @evisi
BAB II TIN/AUAN PU*TA-A DAN LANDA*AN TE0RI
8
Bab ini berisi uraian mengenai dua hal utama, yakni tinjauan pustaka dan landasan teori. Ainjauan pustaka dimaksudkan untuk memberikan deskripsi mengenai hal!hal yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu dalam kaitannya dengan pembentukan kata kerja dalam bahasa Jerman dengan melalui proses afiksasi. :raian ini juga dimaksudkan untuk menunjukkan keaslian atau keorisinalitasan dari kajian ini. "edangkan, landasan teori mengungkapkan teori!teori yang telah ada dan dianggap mapan yang berkaitan dengan afiksasi derivasional pembentukan kata kerja dalam bahasa Jerman. 4al ini perlu dilakukan untuk memberikan dasar dan sekaligus arah kajian tentang afiksasi pembentukan kata kerja dalam bahasa Jerman ini.
2.1. Tnjauan Pustaka
Penelitian berhubungan dengan afiksasi derivasional pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya "iti "udartini #$%%=* yang meneliti Efiksasi +erivasional Pembentukan 6ata
Benda
dalam
Bahasa
7nggris
#6ajian
Proses,
Proporsi
Pemakaian,
dan
Permasalahannya*. +alam penelitian tersebut, "udartini mengkaji proses pembentukan afiksasi derivasional dalam bahasa 7nggris. +i samping itu, beliau juga menelaah proporsi pemakaian serta permasalahan yang muncul akibat proses afiksasi ini. "elain itu, masih ada waluddin #$%(%* yang meneliti Efiks Pembentuk Verba dalam Bahasa 8unaF serta khmad "auGi hya0 #$%%=* yang menjabarkan E8akna dan Hungsi fiks +erivasional dalam Bahasa rab dan Bahasa 7ndonesia #"tudi 6ontrastif*. "ementara itu, @attih riyantini #$%%=* menelaah Enalisis Proses fiksasi dalam Pembentukan 6ata Bahasa Jerman pada Buku "tudio d (F. Namun, dalam penelitian tersebut riyantini
hanya
menjabarkan
tentang
9
macam
perubahan
dan
frekuensi
pemakaiannya dalam buku "tudio + (. Jadi, dari penelitian yang dilakukan oleh riyantini tersebut belum dapat ditemukan pemecahan masalah bagi pemahaman proses pembentukan, sistem morfofonemis serta makna yang diakibatkan oleh proses afiksasi ini.
2.2
Lan%asan Te#r
6ajian ini mencoba untuk melihat secara kritis kompleksitas dalam bahasa Jerman dari aspek morfologi sebagai salah satu hasil pengaruh perkembangan bahasa. "eperti dinyatakan oleh "tockwell dan 8inkova, yakni all aspects of language are constantly changing, but vocabulary is the parts that reacts most readily and rapidly to external influences #"tockwell dan 8inkova, $%%(' (!$*. "ub bagian ini akan mengulas beberapa konsep dasar terkait dengan topik kajian ini, antara lain konsep morfologi, proses pembentukan kata dalam bahasa Jerman, verba, adjektiva, nomina, afiks, serta afiksasi yang sekaligus meliputi afiksasi infleksional dan juga derivasional dalam bahasa Jerman.
2.3
M#r"#l#g
Arask mendefinisikan morfologi sebagai the branch of linguistics which studies word structure #@.?. Arask, (===' ($-!($=*. Arask lebih lanjut menyatakan cabang ilmu linguistik ini secara umum terdiri atas dua kajian utama, yakni inflection dan word-formation. 6ajian dalam inflection terkait dengan pembahasan mengenai variasi bentuk suatu kata demi memenuhi kaidah gramatikal, misalnya adanya variasi bentuk dalam bahasa Jerman untuk kata machen yang bisa berubah menjadi mache, machst, macht, machte dan gemacht . 6ajian tentang word-formation membahas tentang pembentukan kata!kata baru dari kata!kata yang 10
sudah ada, misalnya pada kata das Krankenhaus yang berasal dari kata krank dan das Haus. "alah satu jenis topik dalam word-formation adalah derivation atau proses derivasional. "enada dengan Arask, Bauer menyatakan morfologi sebagai a sub-branch of linguistics deals with the internal structure of word-forms #Bauer, (=-<' (<*. "ementara itu 50Irady dan Iuman mendefinisikan morfologi sebagai the system of categories and rules involved in word formation and interpretation #50grady, (==&' (<$*. Berdasarkan ketiga definisi tersebut, morfologi dapat dipahami sebagai salah satu cabang ilmu dalam linguistik yang terkait dengan struktur internal kata, proses terbentuknya kata dan juga aturan!aturan yang menyertai proses!proses tersebut.
2.!
Pr#ses Pementukan -ata %alam Bahasa /erman
6ajian ini membahas tentang permasalahan dalam proses pembentukan kata dalam bahasa Jerman. 6ajian ini tidak membahas semua proses pembentukan kata dalam bahasa Jerman, namun hanya dibatasi pada proses pembentukan kata dengan proses penambahan afiks atau proses afiksasi, terutama afiksasi derivasional pembentukan kata kerja atau verba. "ebelum berbicara mengenai proses pembentukan kata kerja dalam bahasa Jerman, pembahasan mengenai jenis!jenis proses pembentukan kata yang umum dalam bahasa Jerman kiranya penting untuk dijelaskan terlebih dahulu. :raian ini menjadi dasar pemahaman mengenai berbagai jenis proses pembentukan kata dalam bahasa Jerman. Killiam 50Irady dan Hancis 6atamba mengidentifikasi beberapa proses morfologi yang umum digunakan dalam pembentukan kata. Proses!proses morfologi tersebut meliputi, affixation, cliticization, internal change, suppletion, compounding, conversion, clipping,
11
blends, backformation dan acronyms #(<-!(D=*. Berikut adalah uraian singkat tentang kesepuluh proses morfologi dalam bahasa Jerman tersebut. Proses pembentukan kata yang pertama adalah affixation !ffixation merupakan proses pembentukan kata baru dengan menambahkan afiks pada suatu bentuk dasar. Penambahan afiks pada suatu bentuk dasar ini bisa disertai dengan perubahan kelas kata ataupun perubahan makna pada bentuk dasar tadi. Proses penambahan afiks yang umumnya disertai dengan perubahan kelas kata ataupun perubahan makna dari bentuk dasar dikenal sebagai proses afiksasi derivasional, sedangkan proses penambahan afiks yang tidak disertai dengan perubahan kelas kata ataupun makna dari bentuk dasar dikenal sebagai proses afiksasi infleksional. +alam proses afiksasi bahasa Jerman ada dua jenis afiks yang sering digunakan, yakni afiks yang dilekatkan di depan bentuk dasar atau yang biasa disebut dengan Präfix dan afiks yang dilekatkan pada bagian akhir dari bentuk dasar atau yang laim disebut sebagai Suffix . Berikut adalah contoh beberapa kata yang dibentuk dengan proses afiksasi, baik
derivasional maupun infleksional. der "l#ck #Nom.*
1 !lich
/kebahagiaan0 lesen #Verba*
/bahagia0 % ge-
/membaca0 stolz #dj.* /bangga0
$ "l#cklich #dj.*
$ gelesen #Verba* /telah membaca0
% -ieren
$ stolzieren #Verba* /membanggakan0
Proses pembentukan kata yang kedua, yakni cliticization, merupakan proses pembentukan kata untuk mempermudah pengucapan. Proses ini sering dise but sebagai proses
12
penambahan clitics #kata yang telah dipersingkat sehingga tidak dapat berdiri sendiri sebagai bentuk yang independen karena alasan fonologis, seperti mempermudah atau mempercepat pengucapan* pada kata yang lain dalam suatu kalimat. Berikut ini adalah beberapa contoh cliticization dalam bahasa Jerman. Ich bin im &immer
#berasal dari kata in dem*
/saya berada di dalam kamar0 Ich fahre zum 'ahnhof
#berasal dari kata zu dem*
/saya pergi ke stasiun0 dapun internal change merupakan suatu proses morfologis yang dapat didefinisikan sebagai proses penggantian suatu unsur L segmen bukan morfem dalam suatu kata dengan segmen atau unsur yang berbeda. Berikut adalah beberapa contoh kata yang dihasilkan dari proses internal change beserta bentuk dasar yang digunakan. werden # pr(sens*
M
wurden # pr(teritum* /menjadi0
bleiben # pr(sens*
M
blieben # pr(teritum* /tinggal0
der )ater # singular *
M
die )(ter # plural *
/ayah0
die *utter # singular *
M
die *#tter # plural *
/ibu0
Proses morfologis yang keempat yakni suppletion. +uppletion merupakan proses morfologi dimana suatu root digantikan oleh root yang secara fonologis sangat berbeda untuk menyatakan perbedaan gramatikal. Berikut adalah contoh kata yang dibentuk dengan proses morfologi tersebut. sein
$ war waren
/adalah0
13
Proses morfologis dalam bahasa Jerman yang juga produktif adalah proses compounding Bersama dengan proses afiksasi, compounding merupakan proses morfologis yang bisa dikatakan memiliki produktivitas yang tinggi untuk membentuk kata dalam bajasa Jerman. Proses morfologis ini merupakan proses penggabungan atau kombinasi beberapa kategori leksikal untuk membentuk suatu kata yang lebih kompleks. 4eidi 4arley menyatakan /compounding occurs when two independently meaningfull roots are directly combined to form a new, complex word, usually a noun or adective 0 #4arley, $%%&' =-*. Aabel berikut berisi beberapa contoh kata yang dibentuk dengan proses compounding tersebut beserta komponen penyusunnya. Aabel (. ;ontoh 6ata yang +ibentuk dengan .ompounding # /omen % /omen* /omen % /omen
"loss
die !utobahn
Jalan tol
das *otorrad
"epeda motor
die Hausfrau
7bu rumah tangga
Aabel $. ;ontoh 6ata yang +ibentuk dengan .ompounding # !dektiv % /omen* !dektiv % /omen
"loss
das Krankenhaus
@umah sakit
der "rossvater
6akek
die "rossmutter
Nenek
Aabel <. ;ontoh 6ata yang +ibentuk dengan .ompounding #)erben % /omen*
14
)erben % /omen
"loss
der 0sstisch
8eja makan
die H1rtexte
Aeks mendengarkan
das 2ehrbuch
Buku ajar
Aabel C. ;ontoh 6ata yang +ibentuk dengan .ompounding # 3r(position % /omen* 3r(position % /omen
"loss
der Ingang
Pintu masuk
der !usgang
Pintu keluar
der 4urchschnitt
Jumlah rata!rata
Bila dilihat sepintas lalu, contoh kata!kata kompleks yang dibentuk dari proses compounding mirip dengan kelompok kata atau frase. Namun bila diperhatikan secara seksama kata!kata tersebut tidak sama dengan frase. ;arstairs dan 8c;arty menyatakan dua perbedaan yang mendasar antara compound dan frase, yakni pada letak stress dan juga pada maknanya #;arstairs dan 8c;arty, $%%$' &%*. .ompound biasanya memiliki stress pada elemen yang pertama, berbeda dengan frase yang umumnya stress diletakkan pada elemen kedua. .ompound juga memiliki makna idiomatik yang umumnya tidak langsung dapat diperkirakan dari elemen penyusunnya, berbeda dengan frase yang maknanya bisa diperkirakan dari elemen penyusunnya. Proses morfologis yang lain adalah proses conversion atau yang lebih sering dikenal sebagai proses zero derivation. Proses morfologis ini merupakan proses perubahan kategori sintaksis suatu kata.perubahan ini seringkali juga diikuti dengan perubahan makna #50Irady, 15
(==&' (D)*. Plag menyatakan, conversion can be defined as the derivation of a new word without any overt marking #7ngo Plag, $%%$' &C*. Proses morfologis ini seringkali muncul pada proses afiksasi, baik derivasional maupun infleksional. Berikut adalah beberapa contoh kata yang dibentuk dengan proses morfolgis ini yang juga bisa dikatakan sebagai hasil derivasi tanpa penambahan afiks. essen /makan0
$
das 0ssen
/makanan0
leben /hidup0
$
das 2eben
/kehidupan0
h1ren /mendengar0 $
das H1ren
/pendengaran0
Proses morfologis yang juga masih tergolong produktif dalam bahasa Jerman adalah proses clipping, blending, backformation, dan acronym Berikut adalah uraian singkat mengenai ketiga proses morfologis tersebut. .lipping merupakan proses pemendekan kata polysyllabic atau bersuku kata banyak dengan cara menghilangkan satu atau dua suku kata. 50Irady menyatakan bahwa proses ini awalnya hanya digunakan pada komunikasi antar siswa, namun sejumlah kata hasil proses ini pada akhirnya umum dipakai oleh penutur yang lain #(==&' (D)*. "ejalan dengan hal tersebut 4arley #$%%&' =D* menyatakan In clippings, a multisyllabic word is reduced in size, usually to one or two syllables It5s often the case that a word is clipped because it comes into more common usage-its fre6uency count increases- and speakers find that they don5t need to use the full ses6uipedalian version to identify the concept 7hey prefer a more 6uickly and easily pronounced version Berikut adalah beberapa contoh kata yang merupakan hasil proses morfologis ini berikut kata asalnya. 16
die 8niversit(t
$
die 8ni
/universitas0
der 3rofessor
$
der 3rof
/profesor0
die 4emonstration
$
die 4emo
/demonstrasi0
der Kugelschreiber
$
der Kulli
/pulpen0
"ementara itu, blending bisa dikatakan sebagai proses pembentukan blends, yakni kata!kata yang dibentuk dari gabungan dua kata yang lain dan membentuk makna yang baru. "ecara umum blending merupakan proses pembentukan kata dengan menggabungkan bagian dari dua kata yang lain. "ama halnya dengan compounding , kata yang dihasilkan umumnya membentuk pengertian yang baru. Berikut adalah beberapa contoh kata yang dibentuk dari proses morfologis ini. unter % die 'ahn
$
8-'ahn
/kereta api bawah tanah0
die +onne % der 7ag
$
+onntag
/hari 8inggu0
die *itte % die 9oche
$
*ittwoch
/hari @abu0
dapun
backformation
merupakan
proses
pembentukan
kata
baru
dengan
memindahkan afiks dari suatu kata. Proses ini bisa dikatakan sebagai kebalikan dari proses afiksasi. Berikut adalah beberapa contoh kata yang dihasilkan dari proses morfologis ini. die )ergangenheit
/masa lalu0
$
vergangen
/sudah berlalu0
das !lter
/usia0
$
alt
/tua0
einkaufen
/berbelanja0
$
der 0inkauf
/barang belanja0
17
Proses morfologi berikutnya adalah proses pembentukan acronyms !cronyms dibentuk dengan mengambil huruf awal beberapa kata dalam satu frase dan dibaca sebagai satu kata. Berikut adalah beberapa contoh acronyms yang umumnya terkait dengan istilah ilmiah serta nama organisasi. 4!!4
# 4eutscher !kademischer !ustausch 4ienst *
/+inas Pertukaran Pelajar Jerman0 4:'
# 4eutscher :ussball 'und *
/Persatuan "epak Bola Jerman0
2.$
era
Penentuan suatu kata termasuk verba atau bukan dapat dilihat dari ciri!cirinya. Nida #(=)% (-(!(-&* mengemukakan bahwa verba dapat dilihat dari tiga segi yaitu ciri semantik, ciri morfologis, dan ciri sintaktik. ;iri semantik adalah ciri yang bisa dilihat dari makna kata misalnya verba EambilF bermakna tindakan. ;iri morfologis adalah ciri yang dapat dilihat dari bentuk kata yang telah mengalami proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi maupun komposisi. ;iri sintaktik dapat dilihat dari hubungan kata yang satu dengan kata yang lain dalam suatu frase, klausa atau kalimat. 4asan lwi dkk #$%%< -)* mengemukakan ciri!ciri verba dapat diketahui dengan mengamati #(* perilaku semantis, #$* perilaku sintaksis, #<* bentuk morfologisnya. Namun, secara umum verba dapat diidentifikasi dan dibedakan dari kelas kata yang lain, terutama dari adjektiva, karena ciri!ciri #(* verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat walaupun dapat juga mempunyai fungsi yang lain, #$* verba mengandung makna inheren perbuatan #aksi*, proses atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas, #<* verba khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat 18
diberi prefi ter! yang berarti /paling0, #C* pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata!kata yang menyatakan makna /kesangatan0. 8enurut 6ridalaksana #$%%D D(* ditinjau dari segi bentuknya verba dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu #(* verba dasar bebas dan #$* verba turunan. Verba dasar bebas adalah verba ang berupa morfem dasar bebas. Verba turunan adalah verba yang mengalami proses morfologis seperti afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem. @amlan #(==) (-* mengemukakan istilah kata verba mempunyai dua ciri yaitu #(* dapat menduduki tempat predikat, dan #$* dapat diletakkan di belakang kata yang tidak berfungsi sebagai pengingkarnya. "elanjutnya dikatakan bahwa verba dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu verba transitive dan verba intransitive 6eraf #(==( )-!-$* mengemukakan bahwa verba dalam bahasa 7ndonesia adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan 1 kata sifat. Berdasarkan beberapa konsep verba yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa verba ditentukan dengan melihat ciri morfologis, ciri sintaktik dan ciri semantiknya. ;iri morfologis verba ditandai dengan sejumlah afiks yang berfungsi sebagai pembentuk verba, pada ciri sintaktik, verba dapat berfungsi sebagai predikat. ;iri semantis verba yaitu verba bermakna tindakan, proses atau keadaan
2.&
A%jekta
djektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk #(* bergabung dengan partikel tidak ;nicht<, #$* mendampingi nomina, atau #<* didampingi partikel seperti lebih ;mehr<, sangat ;sehr<, agak ;ziemlich<, #C* mempunyai ciri!ciri morfologis, atau #D* dibentuk menjadi nomina dengan konfiks #6ridalaksana, $%%D D=*.
19
djektiva mempunyai lima macam ciri, yaitu #(* dapat berfungsi sebagai atribut, #$* dapat berfungsi sebagai predikat, #<* dapat diingkarkan dengan kata tidak ;nicht<, #C* dapat hadir berdampingan dengan kata lebih=;mehr<, daripada=;als<, atau paling=;am > sten< :ntuk menyatakan tingkat perbandingan, dan #D* dapat berdampingan dengan kata penguat sangat ;sehr< dan sekali ;so< #"asangka, $%%% =*. djektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu
yang
dinyatakan
oleh
nomina
dalam
kalimat. djektiva
dicirikan
oleh
kemungkinannya menyatakan tingkat kualitas dan tingkat bandingan acuan nomina yang diterangkannya. Perbedaan tingkat kualitas ditegaskan dengan pemakaian kata seperti sangat ;sehr< dan agak ;ziemlich< disamping adjektiva #4asan lwi dkk., $%%< ()(*.
2.)
N#mna
Nomina atau kata benda merupakan salah satu jenis kata utama selain kata kerja, kata sifat dan kata keterangan. lwi #$%%%' $(<* mendeskripsikan nomina secara semantis sebagai kata yang mempunyai referen terhadap manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. ?ebih lanjut, lwi memaparkan bahwa berdasarkan bentuk morfologisnya, nomina dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu nomina yang berbentuk kata dasar serta nomina bentuk turunan, yakni nomina yang diturunkan dari bentuk dasar kata lain. "edangkan ;haer #$%%-' )(!)<* membagi nomina dari sisi semantis dalam sebelas tipe, antara lain orang, orang metaforis, binatang, tumbuhan, buah!buahan, bunga!bungaan, peralatan, makanan dan minuman, nama geografis, bahan baku, serta kegiatan. 8enurut ;haer #$%%-' &=!)%*, terdapat empat ciri utama nomina atau kata benda dilihat dari adverbial pendampingnya, yakni #(* tidak dapat didahului oleh adverbial negasi tidak , #$* tidak dapat
20
didahului oleh adverbial derajat agak #lebih, sangat, paling *, #<* tidak dapat didahului oleh adverbial keharusan waib, dan #C* dapat didahului oleh adverbial yang menyatakan jumlah seperti satu, sebuah, sebatang , dan sebagainya.
2.+
A"ksas
2.+.1
A"ks
Pembahasan mengenai afiks ini diawali dengan pemahaman tentang pengertian morfem terlebih dahulu, mengingat afiks adalah salah satu jenis morfem. "tocwell dan 8inkova mendefinisikan morfem sebagai the smallest units that carry the fundamental meanings of a language #"tockwell dan 8inkova, $%%(' D&*. ?ebih lanjut, "tockwell dan 8inkova menyatakan ada dua jenis morfem, yakni roots dan affixes. "etiap kata pasti memiliki roots ?oots menjadi dasar proses penurunan atau derivasi kata dan umumnya telah memiliki makna. "ementara itu, ;arstairs dan 8c;arty mengatakan ada dua jenis morfem, yakni yang disebut sebagai free morphemes dan bound morphemes. ;arstairs dan 8c;arty menyatakan morphemes that can stand on their own are called free , and ones that cannot are bound 8ereka mengkategorikan roots sebagai free morphemes dan afiks sebagai bound morphemes. fiks juga dapat didefinisikan sebagai satuan gramatik terikat, yang merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan! satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru #8. @amlan, (==)*. 4al ini juga dikemukakan oleh Plag, yang mendefinisikan afiks sebagai Ea bound morpheme that attaches to basesF #Plag, $%%$' =%*. "elanjutnya Plag menyatakan seringkali terdapat beberapa bentuk dalam bahasa Jerman yang mirip afiks, namun ternyata bukan afiks melainkan morfem terikat
21
yang lain. Bentuk!bentuk ini seringkali disebut sebagai neoclassical elements dalam bahasa 7nggris #$%%$' =$*. Bentuk!bentuk ini umumnya merupakan lexeme yang diserap dari bahasa ?atin ataupun Ounani. Berikut adalah beberapa contoh morfem terikat yang bukan afiks dalam bahasa Jerman yang ditunjukkan pada elemen yang dicetak miring pada kata!kata di bawah ini.
a. 'iochemie
b. :otograf
c. Ieologie
/biokimia0
/fotografi0
/ilmu geologi L ilmu bumi0
'iosphre
:otomodell
Biologie
/Biosfir0
/fotomodel0
'iograph
:otoapparat
/biografi0
/ilmu biologi0 Neuropathologie
/kamera foto0
/neuropathologi0
8orfem bio, photo, dan logy merupakan morfem terikat yang bukan afiks, oleh karenanya kata!kata tersebut bukanlah merupakan hasil afiksasi, melainkan hasil proses compounding . "ementara itu Parker menyebutkan bahwa Ethe more familiar term for the class of bound grammatical morphemes is affix #Parker, (=-&' &=*. "tockwell dan 8inkova #$%%(' &<* menyatakan !ll morphemes which are not roots are affixes and affixes differ from roots in three ways ;@< 7hey do not form words by themselves-they have to be added on to a stem , ;A< their meaning, in many instances, is not as clear and specific as is the meaning of roots, and many of them are almost completely meaningless, ;B< compared with the total number of roots, which is very large ;thousands or tens of thousands in any language<, the number of affixes is relatively small ;a few hundred at most< 22
?ebih lanjut "tockwell dan 8inkova menyatakan secara umum afiks dalam suatu bahasa dapat dikategorikan menjadi dua jenis yakni afiks!afiks yang berperan dalam pembentukan kata baru, yakni afiks derivasional, serta afiks!afiks yang kurang berperan dalam pembentukan kata baru, yakni yang dikenal sebagai afiks infleksional. 8ereka menegaskan, bahwa afiks derivasional yang sangat berperan dalam pembentukan kata baru, sedangkan afiks infleksional tidak lebih dari pembentukan kata yang didasari oleh perubahan fungsi gramatikal kata dan oleh karenanya seringkali tidak disertai perubahan makna leksikal dari kata tersebut. 4al senada juga dikemukakan oleh 6elly yang menyatakan, Cf affixes there are two kindsD inflectional and derivational 7he former does not change the meaning of the root Instead, it provides the hearer with additional information ;eg the >ing ending on a verb marks progressive action< 7he latter can change the meaning of the root 2.+.2
A"ksas
Proses pembubuhan afiks ini terjadi dengan suatu proses morfemis yang dikenal sebagai proses afiksasi. Prosess afiksasi merupakan salah satu proses morfologis yang amat berperan dalam pembentukan kata baru. Beberapa ahli bahasa menyatakan afiksasi sebagai proses mendasar dalam pembentukan kata baru. "alah seorang yang menyatakan ini adalah "ymanek #(=-=*, yang menyatakan E !ffixation is probably the most fre6uent and wide spread method of producing morphologically complex words in human languageF. 4al senada juga dikemukakan oleh Verhaar, yang menyatakan bahwa di antara proses! proses morfemis, yang terpenting adalah afiksasi, yaitu proses pengimbuhan afiks. Verhaar juga menyatakan bahwa fungsi utama proses afiksasi ada dua, antara lain fleksi dan derivasi. Hleksi merupakan proses afiksasi yang menghasilkan alternant!alternan dari bentuk yang tetap merupakan kata, atau unsur leksikal, yang sama. "edangkan derivasi merupakan proses afiksasi yang menurunkan kata atau unsur leksikal yang lain dari kata atau unsur leksikal tertentu #Verhaar, $%%&' (%)*. "ementara itu ;haer mendefinisikan afiksasi sebagai proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar yang melibatkan tiga unsur, yakni 23
dasar atau bentuk dasar, afiks, dan makna gramatikal yang dihasilkan #;haer, $%%<' ())*. Proses afiksasi dapat merubah jenis kata #seperti misalnya pada kata der "l#ck menjadi gl#cklich* atau mengubah makna kata #seperti pada kata die /eble menjadi neblig *. ?ebih lanjut ;haer menyatakan bahwa, proses afiksasi ini bisa bersifat inflektif maupun derivatif.
2.+.2.1 A"ksas Deras#nal
+erivasi dapat diartikan sebagai proses afiksasi penurunan satu kata dari bentuk dasarnya, baik bentuk dasar yang samam maupun bentuk dasar dari kata yang lain, dengan disertai perubahan makna leksikal. Hinegan menyatakan dua ciri umum afiksasi derivasional, yakni #(* mengubah makna suatu kata dan #$* mengubah kategori leksikal dari kata tersebut #Hinegan, $%%C' C=*. Berikut adalah beberapa contoh dari afiksasi derivasional der 'au #N*
/bangunan0
M
ver bauen #V*
/membangun0
gross #dj.*
/besar0
M
grössern #V* ver
/membesarkan0
vergangen #V*
/sudah berlalu0
M
die Vergangenheit #N* /masa lalu0
Jenis derivasi dipengaruhi oleh asal atau dasar kata yang mengalami proses derivasi. 8isalnya der 'au /bangunan0 #N* diturunkan menjadi verbauen /membangun0 #V* karena berasal dari nomina maka disebut dengan %eras %en#mnal dan karena hasilnya sebuah verba, maka verba verbauen disebut era %en#mnal. Proses gross /besar0 #adj* diturunkan menjadi vergr1ssern /membesarkan0 disebut %eras %ea%jektal dan karena hasilnya adalah verba, maka verba vergr1ssern disebut era %ea%jektal . Proses vergangen /sudah berlalu0 #V* diturunkan menjadi die )ergangenheit /masa lalu0 #N* karena berasal dari verba, maka disebut %eras %eeral dan karena hasilnya sebuah N maka N die )ergangenheit disebut n#mna %eeral #Verhaar, $%%& (D(*.
24
2.+.2.2 A"ksas In"leks#nal
Berbeda dengan afiksasi derivasional, afiksasi infleksional tidak menghasilkan lexeme baru namun lebih cenderung menghasilkan word-forms yang baru #Bauer, (=-<' $=*. fiksasi infleksional hanya melibatkan jumlah afiks yang terbatas dan sangat terkait dengan kesesuaian gramatika yang disebut sebagai concord and agreement . ;arstairs dan 8c;arty #$%%$' C=* menyatakan, +ome words ;lexemes< have more than one word form, depending on the grammatical context or on choices that grammar forces us to make ;for example, in nouns, between singular and plural< 7his kind of word formation is called Einflectional5 "ama halnya dengan pembentukan nomina, afiks!afiks infleksional yang digunakan untuk verba juga dapat dibedakan menjadi afiks yang umum atau regular dan juga irregular. Bentuk umum atau regular adalah pembentukan kata kerja yang menunjukkan past tense yakni dengan sufiks te L !tet ataupun bentuk progressive yakni dengan penambahan en. dapun bentuk irregular inflection dalam pembentukan kata kerja adalah yang terkait dengan bentuk irregular verbs. Bentuk verba yang termasuk irregular verbs bisa berupa bentuk yang tetap atau zero inflection atau dengan bentuk yang sangat berbeda dengan bentuk dasar verba. Pembentukan adjektiva dengan proses afiksasi infleksional terkait dengan +teigerung yakni perbandingan dalam bahasa Jerman yang umumnya dilakukan dengan penambahan afiks er untuk menyatakan tingkatan lebih # komparativ* dan sten untuk tingkatan paling # superlativ*. ;arstairs dan 8c;arty #$%%$' C(* menyatakan bahwa penambahan sufiks er dan sten sebagai regular pattern of suffixation, sedangkan untuk pembentukan kata gut menjadi besser dan am bensten sebagai suppletive disebut irregular .
25
Bl#gra"
lwi, 4asan, "oenjono +ardjowidjojo, 4ans ?apoliwa, nton 8. 8oeliono. $%%<. 7ata 'ahasa 'aku 'ahasa Indonesia. >disi 6etiga. Jakarta Balai Pustaka. Bauer, ?aurie. (=-<. 0nglish 9ord-:ormation. ;ambridge ;ambridge :niversity Press. ;arstairs, ndrew and 8c;arty. $%%$. !n Introduction to 0nglish *orphology D 9ords and 7heir +tructure. >dinburgh >dinburgh :niversity Press ?td. ;haer, bdul. 2inguistik 8mum Jakarta @ineka ;ipta. ;haer, bdul. $%%-. *orfologi 'ahasa Indonesia ;3endekatan 3roses<. Jakarta @ineka ;ipta. Hinegan, >dward. $%%C. 2anguageD Its +tructure and 8se :ourth 0dition Boston Kadsworth!Ahomson ;orporation. 4arley, 4eidi. $%%&. 0nglish 9ordsD ! 2inguistic ntroduction 8alden, 8 %$(C-!D%$%, :" Blackwell Publishing.
Johnson, Burke and ?ary ;hristensen. $%%-. 0ducational ?esearch D Fuantitative, Fualitative,
and *ixed !pproach 7hird 0dition ;alifornia "age Publications.
6elley, Kendy. #tanpa tahun*. 0ight 4erivational +uffixes in !merican 0nglish httpLLwww.mission.comLQladyslvrLwlkLsuffies.htm*.
26
6ridalaksana, 4arimurti. $%%D. Kelas Kata dalam 'ahasa Indonesia . #>disi 6edua*. Jakarta PA Iramedia Pustaka :tama. Nida, >ugene . (=)%. *orphologyD 7he 4escriptive analysis of words #"econd >dition* nn rbor. Ahe :niversity of 8ichigan Press. 50Irady, Killiam, 8ichael +obrovsky and Hrancis 6atamba. (==&. .ontemporary 2inguistics - !n Introduction ;Brd ed<. >dinburgh Pearson >ducation ?imited. Parker, Hrank. 2inguistics for /on-2inguists. ?ondon Aaylor R Hrancis ?td. Plag, 7ngo. $%%$. 9ord-:ormation in 0nglish. ;ambridge ;ambridge :niversity Press. @amlan, 8. (==). *orfologiD +uatu 7inauan 4eskriptif Oogyakarta ;V 6aryono. "asangka, Kisnu. $%%%. !dektiva dan !dverbia dalam 'ahasa Indonesia. Jakarta Pusat Bahasa +epartemen Pendidikan Nasional. "tockwell, @obert dan +onka 8inkova. $%%(. 0nglish 9ordsD History and +tructure ;ambridge ;ambridge university press. "ubroto, >di. $%%). 3engantar *etode 3enelitian 2inguistik +truktural . "urakarta :PA Penerbitan dan Perctakan :N" L :N" Press. "ymanek, Bogdan. (=-=. Introduction to *orphological !nalysis. Karsawa Panstwowe Kydawnictwo Naukowe. Arask, @. ?. (===. Key .oncepts in 2anguage and 2ingustics. New Oork @oudledge. Verhaar, J. K. 8. $%%&. !sas-asas 2inguistik 8mum Oogyakarta Iadjah 8ada :niversity Press.
27
28