IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 1|
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena atas berkah, rahmat, taufik dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Farmakognosi II ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada dosen pembimbing praktikum beserta asisten pembimbing yang telah memberikan
bimbingannya
sehingga
penulis
dapat
melakukan
praktikum dan menyusun laporan ini dengan baik. Kritik dan saran yang bersifat membangun tentu saja penulis sangat membutuhkannya demi peningkatan kualitas penulisan.
Kendari, April 2016
Penulis
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 2|
PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika. Farmakognosi juga sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang seharusnya juga mencakup indentifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa. Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan
sistematikanya,
maka
diperoleh
bahan
alam
berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau yang disebut dengan simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Pemanfaatan
tumbuhan
sebagai
bahan
berkhasiat
obat
merupakan warisan nenek moyang sejak dahulu kala. Tumbuhan obat digunakan dalam kurun waktu yang cukup lama hampir di seluruh dunia. Di Indonesia obat tradisional yang berasal dari tumbuhan berupa simplisia dan jamu yang dimanfaatkan sebagai obat untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Praktikum ini
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 3|
dilakukan untuk mengamati
struktur dari tumbuhan berkhasiat
obat secara mikroskopik sebagai salah satu parameter pengujian mutu simplisia yang harus dipenuhi. Dalam rangka pengawasan mutu tersebut pemeriksaan mikroskopik berguna sebagai alat identifikasi untuk memastikan kebenaran keberadaan simplisia yang terdapat dalam suatu sediian obat. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari percobaan ini adalah Bagaimana bentuk sel dan jaringan masing-masing simplisia secara mikroskopi ? 3. Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk bentuk sel dan jaringan masing-masing simplisia secara mikroskopi 4. Manfaat Manfaat dari percobaan ini adalah dapat meningkatkan pengetahuan
dan mengetahui bentuk sel dan jaringan masing-
masing simplisia yang dilakukan secara mikroskopi.
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 4|
B. LANDASAN TEORI Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tananman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia hewani yaitu simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia mineral atau pelican adalah simplisia yang berupa bahan mineral atau pelican yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni ( Depkes RI, 1979). Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen, atau kotoran hewan, tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain, tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun dan berbahaya. Simplisia hewani harus bebas dari fragmen
hewan
asing
atau
kotoran
hewan,
tidak
boleh
menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung cendawan atau tanda-tanda pengotor lainnnya, tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun dan berbahaya. Simplisia pelican harus bebas dari pengotoran oleh tanah, batu, hewan, fragmen hewan, dan bahan asing lainnya (Depkes RI, 1995). Pada umumnya proses pembuatan simplisia terdiri dari sartasi atau pemilahan, pencucian, perajangan, atau pengirisan dan pengeringan. Penyortiran dilakukan untuk memperoleh simplisia sesuai yang dikehendaki baik kemurnian maupun kebersihannya. Tahap sortasi memerlukan ketelitian yang tinggi. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran kotoran yang melekat pada tanaman, yang akan digunakan. Pencucian harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari terlarutnya zat aktif.
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 5|
Perajangan pada simplisia bertujuan untuk mempermudah proses berikutnya. Proses pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama (Tilaar, 2009). Pemeriksaan mutu simplisia dapat dilakukan dengan cara makroskopik
dan
mikroskopik.
Anlisis
mikroskopik
dapat
dilakukan dengan cepat dan sederhana setelah sedikit berlatih, untuk itu diperlukan pengetahuan tentang peralatan tersebut maupun keletihan,
prosedur yang maka
harus dilakukan.
diperlukan
pengamatan
Untuk
mencegah
“santai”
hal
ini
memerlukan antara lain penjagaan jarak antara mata dan okuler. Untuk mementukan jarak ini, mata mendekati okuler dari suatu jarak maksimum sekitar 1 cm. Jarak optimum dipakai saat medan tampak
sebesar-besarnya
dan
setajam-tajamnya.
Metode
mikroskopi yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya masuknya simpleks, namun terbatas pada segi kualitatif saja. Untuk maksud ini penganalisa harus memahami betul cirri khas dari setiap simplisia secara mikroskopi (Depkes RI, 1979).
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 6|
C. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut: 1. Bunga kesumba (Carthami flos) 2. Bunga cengkeh (Syzygii Flos) 3. Buah ketumbar (CoriaIndri Fructus) 4. Buah merica (Piperi nigri fructus) 5. Biji kacang hijau (Phaseoli semen) 6. Daun belimbing wulu (Bilimbii folium) 7. Daun alpukat (Perseae folium) 8. Daun jambu mete (Anacardii folium) 9. Daun pepaya (Caricae folium) 10.Daun asam jawa (Tamarindi folium) 11.Daun jambu biji (Psidii folium) 12.Daun kembang sepatu (Hibisci rosa-sinensis folium) 13.Daun ubi jalar (Batatasae folium) 14.Daun mengkudu (Morindae fructus) 15.Daun kangkung air (Ipomoeae aquaticae folium) 16.Daun kelor (Moringae folium) 17.Daun kumis kucing (Orthosiphonis folium) 18.Daun jarak pagar (Jatrophae folium) 19.Rimpang jahe (Zingiberis rhizoma) 20.Rimpang lengkuas (Languatis rhizoma) 21.Rimpang kunyit (Curcumae domestica rhizoma) 22.Rimpang kencur (Kaempferiae rhizoma) 23.Rimpang temulawak (Curcumae rhizoma) 24.Kayu secang (Sappan lignum) 25.Kulit kayu manis (Cinnamoni cortex)
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 7|
C. KLASIFIKASI TANAMAN 1. Tanaman Kesumba (Bixa orellana) (Prasetyo dan Entang, 2013) Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Violales
Famili
: Bixaceae
Genus
: Bixa
Spesies
: Bixa orellana
2. Tanaman Cengkeh (Syzigium aromaticum L.) (Prasetyo dan Entang, 2013) Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Syzigium
Spesies
: Syzigium aromaticum L.
3. Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum L.) (Prasetyo dan Entang, 2013) Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Apiales
Famili
: Apiaceae
Genus
: Coriandrum
Spesies
: Coriandrum sativum L.
4. Tanaman Merica (Piper nigrum L.) (Sarpian, 2003) Regnum : Plantae Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Piperales
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 8|
Famili
: Piperaceae
Genus
: Piper
Spesies
: Piper nigrum L.
5. Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) (Prasetyo dan Entang, 2013) Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Rosales
Famili
: Leguminasae
Genus
: Vigna
Spesies
: Vigna radiata L.
6. Tanaman Belimbing wulu (Averrhoa bilimbi L.) (Prasetyo dan Entang, 2013) Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Geraniales
Famili
: Oxalidaceae
Genus
: Averrhoa
Spesies
: Averrhoa bilimbi L.
7. Tanaman Alpukat (Persea americana Mil.) (Prasetyo dan Entang, 2013) Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Ranales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Persea
Spesies
: Persea americana P. Mill.
8. Tanaman
Jambu
Mete
(Anacardium
(Prasetyo dan Entang, 2013) Regnum
: Plantae
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
occidentale
L.)
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 9|
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Sapindales
Famili
: Anacardiaceae
Genus
: Anacardium
Spesies
: Anacardium occidentale L.
9. Tanaman Pepaya (Carica papaya L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
10.
Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Violales
Famili
: Caricaceae
Genus
: Carica
Spesies
: Carica papaya L.
Tanaman Asam jawa (Tamarindus indica L.) (Prasetyo dan
Entang, 2013)
11.
Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Tamarindus
Spesies
: Tamarindus indica L.
Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) (Parimin, 2005) Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava L.
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 10 |
12.
Tanaman
Kembang
Sepatu
(Hibiscus
rosa
sinensis L.) (Prasetyo dan Entang, 2013)
13.
Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Malvales
Famili
: Malvaceae
Genus
: Hibiscus
Spesies
: Hibiscus rosa sinensis L.
Tanaman Ubi jalar (Ipomea batatas L.) (Prasetyo dan
Entang, 2013)
14.
Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Solanales
Famili
: Covolvulaceae
Genus
: Ipomea
Spesies
: Ipomea batatas L.
Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia L.) (Prasetyo dan
Entang, 2013)
15.
Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rubiales
Famili
: Rubiaceae
Genus
: Morinda
Spesies
: Morinda citrifolia L.
Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans) (Prasetyo dan
Entang, 2013) Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Solanales
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 11 |
16.
Famili
: Convovulceae
Genus
: Ipomea
Spesies
: Ipomoea reptans
Tanaman
Kelor
(Moringa
oleifera
L.)
(Prasetyo
dan
Entang, 2013)
17.
Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo Famili
: Brassicales : Moringaceae
Genus
: Moringa
Spesies
: Moringa oleifera L.
Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon spicatus) (Sunarto,
2009)
18.
Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Asteridae
Ordo
: Lamiales
Famili
: Lamiaceae
Genus
: Orthosiphon
Spesies
: Orthosiphon spicatus
Tanaman Jarak jarak (Jatropha curcas) (Prasetyo dan
Entang, 2013) Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
19.
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
: Jatropha curcas
Tanaman Jahe (Zingiber officinale Rosc.) (Rukmana, 2000) Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 12 |
20.
21.
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberacea
Genus
: Zingiber
Spesies
: Zingiber officinale Rosc.
Tanaman Lengkuas (Alpinia galanga) Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Alpiniae
Genus
: Alpinia
Spesies
: Alpinia galanga
Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val.) (Prasetyo dan
Entang, 2013)
22.
Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberacea
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma domestica Val.
Tanaman Kencur (Kaempferia galangal L.) (Prasetyo dan
Entang, 2013)
23.
Regnum
: Plantae
Divisi
: Tracheopyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Kaempferia
Spesies
: Kaempferia galangal L.
Tanaman
Temulawak
(Rukmana, 1995)
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
(Curcuma
xantorrhiza
Roxb.)
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 13 |
24.
Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Curcuma xantorrhiza Roxb.
Tanaman Secang (Caesalpinia sappan L.) (Prasetyo dan
Entang, 2013)
25.
Regnum
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Caesalpinia
Spesies
: Caesalpinia sappan L.
Tanaman Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) (Prasetyo
dan Entang, 2013) Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus Spesies
: Cinnamomum : Cinnamomum burmannii
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 14 |
D. DESKRIPSI TANAMAN 1. Bunga kesumba (Carthami flos) Carthami flos adalah bunga majemuk Carthamus tinctorius L., anggota Asteraceae. Carthamus tinctorius L. merupakan terna semusim, yang memiliki bau agak aromatik dengan rasa agak pahit yang tumbuh tegak, tingginya sampai 130 m, batangnya hijau pucat, berusuk, licin, percabangnya banyak. Daun duduk atau bertangkai pendek, bersilang, bentuknya lonjong hingga lonjong-lanset, bundar telur lonjong, atau elips dengan ujung yang berbentuk jarum atau tumpul, tepinya bergigi atau rata, licin pada kedua permukaannya. Ukuran panjang 3-15 cm dan lebar 1-15 cm. Urat-urat daunnya nyata. Bunga
bonggol,
keluar
diujung
cabang-cabangnya.
Secara
mikroskopik pada pengamatan tangensial daun mahkota terlihat sel epidermis berbentuk persegi empat panjang dengan dinding bergelombang, pembuluh kayu dengan penebalan bentuk spiral didampingi oleh deretan sel berisi zat warna coklat. Pada pengamatan tangensial kepala sari terlihat sel berbentuk persegi panjang berdinding tebal, bernoktah atau berpenebalan jala: pembuluh kayu dengan penebalan bentuk spiral didampingi sederet sel berisi zat warna coklat, sel-sel berbentuk memanjang dengan dinding tipis: serbuk sari berbentuk hampir bulat dengan permukaan
tidak
rata,
berbintik
dan
dengan
3
tonjolan
berbentuk bulat, garis tengah serbuk sari lebih kurang 30 µm. Serbuk: warna coklat kemerahan. Fragmen pengenal adalah fragmen kepala putik bagian ujung dengan papila pendek berujung membulat, fragmen kepala putik dibawah bagian ujung dengan papila lebih panjang berujung agak meruncing, fragmen tangkai putik, fragmen tangkai sari, serbuk sari, papila dari kepala putik, fragmen mahkota bunga. Pada penambahan asam sulfat pekat P zat yang berwarna coklat didalam fragmen akan menjadi warna biru tua (Ditjen POM, 1944). 2. Cengkeh (Caryophyllum)
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 15 |
Daun tunggal, berwarna hijau kecoklatan, helaian daun berbentuk lanset memanjang, panjang daun 6 cm sampai 13,5 cm, lebar 1,5 cm sampai 5,5 cm, umumnya 3 cm, ujung dan pangkal daun runcing, pinggir daun rata, panjang tangkai 0,6 cm sampai 2,5 cm. Tulang daun menyirip, tiap tulang cabang sejajar dengan yang lain dan mengarah ke pinggir, ibu tulang daun menonjol pada permukaan daun, permukaan atas berwarna hijau kecoklatan, licin dan mengkilap, permukaan bawah berwarna lebih muda. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih
muda
bunga
cengkeh
berwarna
keungu-unguan,
kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedang bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri (Ditjen POM, 1989). 3. Buah ketumbar (CoriaIndri fructus) CoriaIndri fructus adalah buah Coriandrum sativum L., suku Apiaceae. Coriandrum sativum L. merupakan terna tinggi 20-100 cm, batang bila memar berbau wangi. Buah berupa biji yang kecil 1-2 mm, rusuk-rusuk pada buah kurang nyata, mirip dengan biji lada tetapi lebih kecil dan berwarna kuning jerami sampai kecoklatan. Buah bila diremas berbau aromatik, khas, rasa khas, lama-lama agak pedas (Yuwono, 2011). Secara mikroskopik, merikarp, epikarp terdiri dari selapis sel kecil berdinding agak tebal, tidak berlignin, kutikula tipis, banyak sel epikarp berisi hablur kalsium oksalat berbentuk prisma kecil, juga terdapat bagian ujung buah, tidak terdapat rambut penutup. Mesokarp terdiri dari beberapa macam jaringan yaitu jaringan parenkim dengan sel-sel termampat dan berdinding tipis, jaringan sklerenkimatik yang tersusun membujur terdiri dari serabut berdinding tebal, berlignin, lumen sempit, jaringan sklerenkimatik yang tersusun arah tangensial, terdiri dari serabut berdinding tebal, berlignin, di daerah rusuk utama
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 16 |
terdapat berkas pembuluh kayu spiral dan cincin, didaerah rususk sekunder jaringan sklerenkimatik hampir semua terdiri dari serabut yang tersusun arah tangensial, lapisan terdalam mesokarp terdiri dari beberapa lapis sel parenkim besar berbentuk poligonal, dinding tipis tetapi antar sel banyak, pada daerah komisual tiap merikarp terdapat 2 saluran minyak berbentuk jorong dengan epitelium berwarna coklat, didalam saluran terdapat minyak atsiri. Pada buah yang masih muda terdapat juga saluran minyak dimesokarp bagian punggung yang
apabila
buah
bertambah
masak,
saluran
menjadi
termampat dan susut menjadi rongga bentuk pipih arah tangensial. Endokarp terdiri dari satu lapisan sel yang pada pandangan tangensial tampak terdiri sel-sel. Serbuk: warna coklat mudah kekuningan atau coklat kemerahan, bau khas aromatik.
Fragmen
pengenal
adalah
serabut
sklerenkim
misokarp, fragmen endokarp, fragmen epikarp dari bagian ujung buah, fragmen mesokarp berikut endokarp, spermoderm dan endosperm, fragmen pembuluh kayu, hablur kalsium oksalat berbentuk prisma dan roset. Tidak terdapat rambut penutup atau butir pati (Ditjen POM, 1944). 4. Merica (Piper nigrum L.) Batang tanaman merica beruas-ruas.
Ukuran
batang
berdiameter 6-25 mm. Daun merica berbentuk bundar lebar atau lonjong seperti daunt alas. Bagian pangkal daun berbentuk bulat dan semakin ke ujung semakin meruncing. Permukaan atas daun tanaman merica berwarna hijau tua mengkilap, sedangkan permukaan bawah berwarna hijau pucat dan buram.Bunga lada termasuk
bunga
berumah
satu
dan
merupakan
bunga
duduk.Buah merica berbentuk bulat seperti bola. Buah yang masih muda (mentah) memiliki kulit luar (epikarp) berwarna hijau mengkilap, setelah masak berubah menjadi kuning dan merah menyala. Buah merica memiliki rasa pedas yang berbeda dengan pedas dari cabai rawit (Ditjen POM, 1989). 5. Kacang hijau (Vigna radiata L.)
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 17 |
Tanaman kacang hijau memiliki daun berwarna hijau, berbentuk jantung dengan ujung runcing, pinggir rata, ke dua sisi sedikit berambut, panjang 4 cm sampai 5 cm, lebar 3 cm, lebar 3 cm sampai 3,5 cm kerap kali terdapat bintik – bintik pucat. Berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara
30-60
menyamping
cm, pada
tergantung bagian
varietasnya.
utama,
berbentuk
Cabangnya bulat
dan
berbulu.Polong kacang hijau berebntuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang berwarna kuning, cokelat dan hitam. Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan (Ditjen POM, 1989). 6. Belimbing wulu (Averrhoa bilimbi) panjang atas anak daun berwarna hijau muda, hijau sampai hijau kecoklatan, permukaan bawah berwarna lebih muda, bentuk bundar panjang sampai jorong, panjang 2 cm sampai 10 cm, lebar 0,7 cm sampai 3 cm. Ujung daun runcing, pangkal daun membundar, pinggir daun rata. Tangkai daun 1 mm sampai 2 mm, tulang daun, terutama tulang daun utama menonjol pada permukaan bawah.Permukaan bawah berambut lebih banyak dari pada permukaan atas, jika diraba terasa halus(Ditjen POM, 1989). 7. Daun alpukat (Perseae folium) Perseae folium merupakan daun dari Persea americana Mill. Persea americana Mill. merupakan tanaman berupa pohon tinggi 3-10 m dengan daun tersebar, tunggal, berdesakan di ujung ranting,
helaian
memanjang,
daun
bulat
berbentuk
telur
terbalik,
bulat
telur,
menjangat,
elips, kedua
bulat sisi
permukaan mula-mula berambuat kemudian gundul, ukuran
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 18 |
panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, panjang tangkai 1,5-5 cm. Biji alpukat satu berbentuk bola, garis tengah 2,5-5 cm (BPOM, 2007). Simplisia Persea americana Mill. secara mikroskopik epidermis atas terdiri dari satu lapis sel berbentuk pipih, pada penampang
tangensial
berbentuk
piligonal
dan
berdinding
samping lurus, kutikula tebal, jelas berbintik. Epidermis bawah terdiri dari satu sel, pada penampang tangensial tampak dinding samping agak bergelombang, kutikula tebal berbintik. Stomata tipe anomositik, hanya terdapat pada epidermis bawah. Rambut penutup berbentuk kerucut berujung runcing, dinding tebal, lumen berwarna agak kecoklatan, panjang 40 µm- 80 µm, terdiri dari satu atau dua sel, umumnya terdiri dari satu sel, terdapat pada epidermis bawah. Mesofil terdiri dari jaringan palisade dan jaringan bungakarang. Jaringan palisade terdiri dari satu lapis sel, tebal jaringan palisade hampir setengah tebal mesofil. Jaringan bunga karang terdiri dari lima sampai tujuh lapis sel. Sel minyak, berbentuk bulat telur atau bulat, garis tengah lebih kurang 100 µm, terdapat tersebar didalam mesofil, terutama di jaringan palisade. Berkas pembuluh tipe kolateral, serabut sklerenkim, dinding tebal dan berlignin disebelah atas dan bawah berkas pembuluh, pada parenkim tulang daun terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Serbuk: warna hijau sampai hijau kecoklatan. Fragmen pengenal adalah jaringan mesofil
dengan
sel
minyak,
rambut
berbentuk
kerucut
berdinding tebal, lepas atau menempel pada epidermis, fragmen epidermis atas, fragmen epidermis bawah, hablur kalsium oksalat berbentuk prisma, lepas atau terdapat dalam mesofil (Ditjen POM, 1944). 8. Jambu mete (Anacardium occidentale L.) Helaian daun tunggal, bertangkai, warna hijau kekuningan sampai hijau tua kecoklatan, bentuk bundar telur sungsang, panjang 4-22 cm, lebar 2-15 cm, ujung daun membundar dengan lekukan kecil di tengah, pangkal daun runcing, pinggir
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 19 |
daun rata, panjang tangkain daun sampai 3 cm, tulang daun menyirip, permukaan atas dan bawah daun licin, tidak berambut (Ditjen POM, 1989). 9. Pepaya (Carica papaya L.) Helaian daun rapuh, warna permukaan atas hijau tua, permukaan bawah berwarna lebih muda; bentuk bundar dengan tulang-tulang daun menjari, pinggir daun bercangap sampai berbagi menjari, cuping-cuping daun berlekuk sampai berbagi tidak beraturan, tulang cuping daun menyirip. Ujung daun lancip, pangkal daun berbentuk jantung. Tulang daun sangat menonjol di permukaan bawah. Garis tengah helaian daun 25 cm sampai 75 cm (Ditjen POM, 1989). 10.Asam jawa (Tamarindus indica L.) Helaian anak daun berwarna hijau kecoklatan atau hijau muda, bentuk bundar panjang, panjang 1 cm sampai 2,5 cm, lebar 4 mm sampai 8 mm, ujung daun membundar, kadangkadang berlekuk pangkal daun membundar, pinggir daun rata dan hampir sejajar satu sama lain. Tangkai daun sangat pendek sehingga
mirip
daun
duduk.
Tulang
daun
terlihat
jelas.Keduapermukaan daun halus dan licin, permukaan bawah berwarna lebih muda(Ditjen POM, 1989). 11. Jambu Biji (Psidium guajava L.) Semak atau pohon, tinggi 3 – 10 m, kulit batang halus permukaannya berwarna coklat dan mudah mengelupas. Daun berhadapan, bertulang menyirip, berbintik, berbentuk bundar telur agak menjorong atau agak bundar sampai meruncing, panjang helai daun 6 cm sampai 14 cm, lebar 3-6 cm, panjang tangkai 3-7 mm, daun yang muda berambut, dan yang tua permukaan atasnya menjadi licin. Perbungaan terdiri dari 1-3 bunga, panjang gagang per bungaan 2-4 cm, panjang kelopak 710 mm, tajuk tajuk berbentuk bundar telur sungsang, panjang 1,5-2 cm. buah bentuk bulat atua bulat telur, kalau masak berwarna
kuning,
panjang
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
5-8,5
cm,
berdaging
yang
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 20 |
menyelimuti biji-biji dalam massa berwarna kuning atau merah jambu (Ditjen POM, 1980). 12. Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.) Daun tunggal berwarna hijau kecoklatan, helaian daun berbentuk bundar telur, panjang helaian daun 3,5 cm sampai 9,5 cm, lebar 2-6 cm, ujung daun meruncing, pinggir daun bergerigi kasar, tulang daun menjari, tangkai daun panjang 1 cm sampai 3,7 cm (Ditjen POM, 1989). 13. Daun ubi jalar (Ipomea batatas L.) Helaian daun rapuh, patah-patah, berwarna hijau hingga hijau kekuningan, hijau tua kecoklatan atau hijau kehitaman, permukaan bawah umumnya berwarna lebih pucat; bentuk bundar telur, jantung melebar atau agak berlekuk menjari, panjang helaian 4 cm sampai 14 cm, lebar 4 cm sampai 11 cm; pangkal daun berlekuk, ujung daun runcing atau meruncing, pinggir daun rata atau agak berlekuk, kadang-kadang berbagi menjari; tulang daun menyirip (Ditjen POM, 1989). 14. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Helaian daun umumnya tidak utuh, berwarna hijau sampai hijau
tua kekuningan,
bentuk
bundar telur,
lebar hingga
berbentuk elip, panjang 4,5 cm sampai 21 cm, lebar 4,5 cm sampai 8 cm, ujung daun runcing, pangkal daun meruncing, pinggir daun rata. Daun penumpu berbentuk bundar telur, pinggir rata warna kehijauan, panjang 0,5 cm sampai 1,5 cm, tangkai daun 0,5 cm sampai 1,5 cm. Tulang daun menyirip jelas (Ditjen POM, 1989). 15. Kangkung (Ipomoea reptans) Daun tunggal, warna hijau sampai hijau kecoklatan;
rapuh;
helaian
daun
berbentuk
kelabu atau bundar
telur,
segitiga, atau bentuk memanjang, lanset sampai garis, ujung meruncing, pangkal terpancung atau bentuk jantung sampai bentuk panah, tepi daun rata atau bergigi; panjang helaian daun 3 cm sampai 15 cm, lebar 1 cm sampai 9 cm; permukaan daun rata, penulangan menyirip, menonjol, pada permukaan bawah; panjang tangkai 3 cm sampai 20 cm (Ditjen POM, 1989).
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 21 |
16. Kelor (Moringa oleifera L.) Helaian anak daun berwarna hijau sampai hijau kecoklatan, bentuk bundar telur atau bundar telur tebalik, pangjang 1-3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, tepi daun rata. Tangkai daun 1-3 mm (Ditjen POM, 1989). 17. Kumis Kucing (Orthosiphon spicatus) Terna, tumbuh tegak, pada bagian bawah beakar di bagian buku-bukunya, tinggi dapat mencapai 2 m, batang bersegi empat agak beralur, berambut pendek atau gundul. Helai daunberbentuk bundar telur lonjong, lanset, bundar telur, atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya, lancip atau tumpul, panjang 1-10 cm, panjang 7,5 mm sampai 5 cm; urat daun sepanjang tepi berambut tipis atau gundul, panjang tankai 3 cm (Ditjen POM, 1980). 18.
Jarak pagar (Jatropha curcas) Daun tunggal, berwarna hijau kecoklatan, helaian daun berbentuk bundar telur melebar, panjang helaian daun 5 cm, sampai 15 cm, lebar 6 cm sampai 16 cm, bersudut atau berlekuk 3 sampai 5, ujung daun meruncing, pangkal daun berbentuk jantung, tulang daun untuk menjari, permukaan atas helaian daun berwarna hijau kecoklatan, permukaan bawah berwarna lebih pucat, menonjoll pada permukaan bawah, tulang cabang
menyirip (Ditjen POM, 1989). 19. Jahe (Zingiber officinale Roxb.) Morfologi
tanaman Terna berbatang semu, tinggi 30 cm
sampai 1 m, rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 - 23 mm, lebar 8 - 15 mm, tangkai daun berambut, panjang 2 - 4 mm; bentuk lidah daun memanjang, panjang, tidak berambut, seludang agak berambut. Perbungaan berupa malai tersembul di permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur yang sempit, sangat tajam, panjang malai. Daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, panjang 2,5 cm, lebar 1 cm sampai 1,75 cm; mahkota bunga
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 22 |
berbentuk tabung, panjang tabung 2 cm sampai 2,5 cm, helainya agak sempit, bentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 mm sampai 2,5 mm, lebar 3 mm sampai 3,5 mm (Ditjen POM, 1980).
20. Rimpang lengkuas (Alpiniae rhizoma) Alpiniae galangae rhizoma adalah rimpang Alpiniae galanga L.,
suku
Zingiberaceae.
Alpiniae
galanga
L.
merupakan
tumbuhan terna yang tegak tinggi batangnya mencapai 2-2,5 m. Lengkuas mempunyai batang pohon yang terdiri dari susunan pelepah-pelepah daun. Daun-daunnya berbentuk bulat panjang dan antara daun yang terdapat pada bagian bawah terdiri dari pelepah-pelepah saja sedangkan bagian atas batang terdiri dari pelepah-pelepah
lengkap
dengan
helaian
daun.
Bunganya
muncul pada bagian ujung tumbuhan. Rimpang umbi selain berserat kasar juga mempunyai bau aromatis yang khas (Yuwono, 2011) dengan rasa pedas, bentuk berupa potongan, panjang 4 cm-6 cm, kadang-kadang bercabang, ujung bengkok, warna permukaan coklat kemerahan, parul daun jelas. Berkas patahan berserat pendek, berbutir-butir kasar, warna coklat. Secara mikroskopik epidermis terdiri dari satu lapis sel kecil agak pipih, dinding berwarna kuning kecoklatan, kutikula jelas. Korteks parenkimatik, jaringan korteks bagian luar terdiri dari beberapa lapis sel dengan dinding tipis berwarna kuning kecoklatan, jaringan korteks bagian dalam terdiri dari sel parenkim besar, dinding sel tipis, tidak berwarna, kadangkadang bernoktah halus, berisi butir pati. Pada parenkim tersebar idioblas berisi minyak dan zat samak, warna coklat muda atau coklat tua yang dengan penambahan besi (III) klorida LP warna berubah menjadi kehitaman. Butir pati tunggal, bentuk lonjongatau bulat telur, lamela tidak jelas, panjang butir 8 µm sampai 60 µm, umumnya 25 µm sampai 50 µm. Endodermis
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 23 |
terdiri dari sel yang lebih kecil dari sel parenkim, dinding sel tipis, tidak berisi pati. Berkas pembuluh kolateral, tersebar dalam parenkim, dikelilingi serabut. Serabut kecil memanjang, dinding sel tebal, tidak berlignin, lebar lumen 20 µm samapai 40 µm,
bernoktah.
Xilem
umumnya
berupa
pembuluh
jala,
pembuluh noktah dan pembuluh tangga, lebar 20 µm sampai 60 µm, tidak berlignin. Floem sedikit tidak jelas. Serbuk: fragmen pengenal adalah jaringan gabus, butir pati, idioblas berisi minyak dan zat samak, fragmen parenkim, serabut sklerenkim dan pembuluh kayu, tidak terdapat serbuk hablur (Ditjen POM, 1944).
21. Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terna dengan batang berwarna semu hijau atau tampak agak
keunguan,
rimpang
terbentuk
dengan
sempurna,
bercabang-cabang, berwarna jingga. Setiap tanaman berdaun 38 helai, panjang tangkai daun berserta pelepah daun sampai 70 cm, tanpa lidah-lidah, berambut halus jarang-jarang, helaian daun berbentuk lanset lebar, ujung daun lancip berekor, keseluruhannya berwarna hijau atau hanya bagian atas dekat tulang utama berwarna agak keunguan, panjang 28-85 cm, lebar 10-25 cm (Ditjen POM, 1980). 22. Kencur (Kaempferia galangal L.) Terna yang hampir menutupi rimpang
bercabang-cabang,
tanah,
tidak
berbatang,
berdesak-desakan,
akar-akar
berbentuk gelendong kadang-kadang berumbi, panjang 1 cm sampai 1,5 cm. Setiap tanaman berdaun sebanyak 1 sampai 3 (umumnya 2) helai, lebar merata dan hampir menutupi tanah, daun berbentuk jorong lebar sampai hampir bundar, pangkal hampir berbentuk jantung, pinggir bergelombang berwarna merah kecoklatan, bagian tengah berwarna hijau, panjang helai daun 7-15 cm, lebar 2-8 cm, tangkai pendek, berukuran 3-10
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 24 |
mm, pelepah terbenam dalam tanah, panjang 1,5 cm sampai 3,5 cm, warna putih (Ditjen POM, 1980). 23. Temulawak (Curcumae xantorrhiza Roxb.) Terna berbatang semu setinggi kurang lebih 2 m, berwarna hijau
atau
coklat gelap,
akar rimpang
terbentuk
dengan
sempurna, bercabang-cabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap tanaman mempunyai daun 2 sampai 9 helai, berbentuk bundar memanjang hingga bangun lanset, berwarna hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm, panjang tangkai daun 43-80 cm lebih (Ditjen POM, 1980). 24.
Secang (Caesalpinia sappan L.) Kulit menggulung membujur berupa pipa atau gelendong; tebal 1-2 mm; lapisan gabus tipis; mudah mengelupas; warna putih
kuning
kehijauan
dengan
banyak
lentisel
berwarna
kecoklatan berbentuk bundar atau jorong melintang. Di bawah lapisan gabus terdapat kulit, bagian luar berwarna kelabu kehijauan, licin dengan garis-garis halus membujur dan berkas lentisel yang melintang; permukaan dalam kulit licin, warna coklat muda. Kulit mudah dipatahkan, bekas patahan rata, warna putih kekuningan (Ditjen POM, 1989). 25. Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Semak atau pohon kecil, tinggi 5-15 m, pepagan (kulit) berbau khas. Helaian daun berbentuk lonjong panjang 4-14 cm, lebar 1,5-6 cm, permukaan atas halus, permukaan bawah berambut
bewarna
kelabu
kehijaaun
yang
tertekan
pada
permukaan daun atau bertepung, daun muda berwarna merah pucat, berpenulangan 3, panjang tangkai daun 0,5 cm- 1,5 cm. perbungaan berupa malai, berambut halus berwarna kelabu yang bertekan pada permukaan, panjang gagang bunga 4 mm sampai 12 mm, juga berambut halus, tenda bunga panjang 4-5 mm, helai tenda bunga setelah berkembang tersobek secara melintang dan terpotong agak jauh dari dasar bunga. Buah, adalah buah buni, panjang lebih kurang 1 cm (Ditjen POM, 1980).
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 25 |
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 26 |
D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Pengamatan PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO NO .
NAMA SIMPLISI
GAMBAR PUSTAKA
GAMBAR
A Daun
1
Jambu Mete
2
3
KETERANGAN
1.Epidermis
1 1
Daun
1.Epidermis
1
Kangkung
Daun Ubi
atas
1
atas
1.Epidermis atas dengan
jalar
stomata
1 4
5
Biji
1. Endokarp
Ketumbar
1
Rimpang Kencur
Daun 6
Kumis kucing
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
1.Parenkim
1.Epidermis
1
atas
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 27 |
7
8
9
Rimpang Lengkuas
Daun
1.Parenkim
1
korteks
1.Fragmen
1
epidermis
Belimbing
Rimpang
bawah
1 1.Butir pati
Kunyit
Rimpang 10
k
11
1.Rambut
Temulawa
Biji Kacang
1
hijau
1 12
13
penutup
1
Daun Kelor
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
1.Epidermis bawah
Kulit Seppan
1.Endosperm
1.Serabut
1
xylem
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 28 |
14
15
16
17
18
Bunga
1
1.Epidermis
Cengkeh
Daun
1.Hablur
1
Jambu biji
kalsium oksalat
Bunga
1
Kesumba
Daun Asam
1.Fragmen tangkai sari
1.Epidermis
1
Daun
atas
1
Alpukat
1.Fragmen epidermis atas
Daun 19
Kembang
1
1.Mesofil
sepatu
20
21
Daun Pepaya
Daun Mengkudu
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
1
1
1.Hablur kalsium oksalat
1. Epidermis atas
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 29 |
22
23
Rimpang
1.Amilum
1
Jahe
1.Epidermis
1
Daun Jarak
bawah
1 24
25
1.Fragmen
Biji Lada
epikarp berikut
hitam
hypodermis
1.Hablur
1
Akar
kalsium oksalat
Brotowali
berbentuk prisma
26
Kulit Kayu
1.Sel batu
1
manis
2. Pembahasan Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang berasal dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang meliputi
tanaman,
hewan,
mikroorganisme,
dan
mineral.
Perkembangan farmakognosi saat ini sudah melibatkan hasil penyarian
atau
ekstrak
yang
tentu
akan
sulit
dilakukan
indentifikasi zat aktif jika hanya mengandalkan mata. Dengan
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 30 |
demikian, cara identifikasi juga semakin berkembang dengan menggunakan alat-alat cara kimia dan fisika. Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan
lain, simplisia merupakan bahan yang
dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabat, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Dari ketiga golongan tersebut, simplisia nabati merupakan jumlah terbanyak yang digunakan untuk bahan obat. Adapun
beberapa
parameter
yang
dilakukan
sebagai
standar mutu tanaman, meliputi pemeriksaan simplisia secara mikroskopik untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang diuji berupa serbuk dari simplisia. Dari pemeriksaan diperoleh pada anatomi daunnya terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, trikoma, xilem, floem. Pada batang terdiri dari epidermis, hypodermis, sklerenkim, xilem, floem, berkas pengangkut tipe kolateral. Pada akar terdapat epidermis, eksodermis, parenkim korteks, floem, dan xilem.. Pada
penyiapan
preparat
untuk
identifikasi
secara
mikroskopik, simplisia yang berupa serbuk diletakkan pada objek glass dan ditetesi dengan larutan kloralhidrat, kecuali pada amilum. Hal ini dikarenakan jika digunakan pada amilum dapat mengakibatkan melarutkan amilum, oleh karena itu pada amilum digunakan larutan iodium. Fungsi dari kloralhidrat itu sendiri adalah untuk mempermudah pengamatan karena larutan ini dapat memisahkan fragmen-fragmen yang ada kemudian melisiskan
sel,
sehingga
kita
dapat
mengetahui
bentuk
spesifiknya. Berdasarkan hal tersebut percobaan kali ini dilakukan Pengamatan menggunakan
secara mikroskop
mikroskopik yang
dilakukan
derajat
dengan
pembesarannya
disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur – unsur anatomi
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 31 |
jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing – masing simplisia. Hasil percobaan simplisia secara mikroskopik yang terdiri dari 26 jenis tumbuhan obat didapat hasil yang berbeda-beda setiap penampangnya. Ada yang memiliki berkas pembuluh, butir pati,
Parenkim dengan sel ekskresi, serabut, hablur
kalsium, Serabut sklerenkim, Pembuluh kayu parenkim yang hablur dan epidermis bawah, stoma, epidermis atas, butir pati, endokarp, rambut penutup. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada simplisia jambu mete yang diamati diketahui adanya epidermis atas, pada simplisia tanaman kangkung yang diamati didapatkan adanya epidermis atas, pada tanaman singkong yang diamati diketahui adanya
epidermis
atas
dengan
stomata,
pada
tanaman
ketumbar didapatkan adanya endokarp, pada tanaman kencur yang diamati didapatkan adanya parenkim, pada tanaman kumis kucing didapatkan adanya epidermis atas, pada tanaman lengkuas didapatkan adanya parenkim korteks, pada tanaman belimbing yang diamati didapatkan fragmen epidermis bawah, pada tanaman kunyit yang diamati dididapatkan adanya butir pati, pada tanaman temulawak yang diamati didapatkan adanya rambut penutup, pada tanaman kacang hijau didapatkan adanya epidermis, pada tanaman kelor yang diamati didapatkan adanya epidermis
bawah,
pada
tanaman
seppan
yang
diamati
didapatkan adanya serabut xylem, pada tanaman cengkeh yang diamati didapatkan adanya epidermis, pada tanaman jambu biji yang diamati didapatkan adanya hablur kalsium oksalat, pada tanaman kesumba yang diamati didapatkan adanya fragmen tangkai sari, pada tanaman asam yang diamati didapatkan adanya epidermis atas, pada tanaman alpukat yang diamati didapatkan adanya fragmen epidermis atas, pada tanaman kembang
sepatu
yang
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
diamati
didapatkan
mesofil,
pada
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 32 |
tanaman pepaya yang dimati didapatkan adanya hablur kalsium oksalat, pada tanaman mengkudu yang diamati didapatkan adanya epidermis atas, pada tanaman jahe yang diamati didapatkan
amilum,
pada
tanaman
jarak
yang
diamati
didapatkan adanya epidermis bawah, pada tanaman lada hitam yang diamati didapatkan adanya fragmen epikarp berikut hipodermis, pada tanaman brotowali yang diamati didapatkan adanya hablur kalsium oksalat berbentuk prisma dan pada tanaman kayu manis yang diamati didapatkan adanya sel batu. Kesalah-kesalahan
yang
sering
ditemui
pada
saat
pengamatan simplisia sacara mikroskopi disebabkan karena kesalahan praktikan saat mengerjakan penyiapan preparat simplisia, keterbatasan waktu yang disediakan, atau dapat juga dikarenakan bahan simplisia yang terlalu lama disimpan. Manfaat
uji
simplisia
secara
mikroskopik
yaitu
untuk
mengetahui fragmen-fragmen yang terdapat dalam masingmasing simplisia yang diamati.
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 33 |
F. PENUTUP 1. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh berdasrkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa bentuk sel dan jaringan masing-masing simplisia yang dilakukan dibawah mikroskopi berbeda-beda antara bunga, buah, biji, daun, rimpang dan batang (kulit kayu). 2. Saran Saran dari percobaan
ini
yaitu
agar
alat
–
alat
laboratorium dilengkapi, terutama mikroskop lebih diperbanyak lagi berhubung banyak kelompok yang ingin menggunakan mikroskop
sehingga
proses
pengamatan
dapat
dilakukan
dengan cepat dan efisien. Juga diharapkan praktikan lebih menguasai penggunaan mikroskop sehingga penggamatan dapat dilakukan dengan baik.
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 34 |
DAFTAR PUSTAKA Badan POM RI, 2008, Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup, Global Express, Jakarta. Depkes RI, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 1980, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Depkes
RI,
2009,
Farmakope
Herbal
Indonesia,
Edisi
Pertama,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hambali, dkk., 2007, Teknologi Bioenergi, Agro Media Pustaka, Jakarta. Hardiyanthi, F., 2015, Pemanfaatan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) Dalam Sediaan Hand and Body Cream, Skripsi, Jakarta. Rahayu, P., 2013, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Pertumbuhan Candida Alibicans, Skripsi, Makassar. Rochani, S., 2007, Bercocok Tanam Jagung, Azka Press, Jakarta. Song, N., Sri, M.T., Regina, B., 2010, Evaluasi Indikator Toleransi Cekaman Kekeringan Pada Fase Perkecambahan Padi(Oryza sativa L.), Jurnal Biologi, Vol 14(2).
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032
IDENTIFIKASI SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPIK 35 |
Tjitrosoepomo, Gembong, 2000, Taksonomi Tumbuhan, Gadjah Madha University Press, Yogyakarta.
NUR AFNI RIDWAN LINDA PRIARTI O1A114032