TUGAS PEMERIKSAAN MIKOLOGIS DAN KEROKAN
OLEH: Nama: MN. Alpi apriansah NIM: H1A009004
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM 2012
Pemeriksaan mikologis Kerokan 1.
Pendahuluan
Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan atau sistemik tergantung karakteristik organisme dan host. Insidensi mikosis superfisialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas. Sebaliknya mikosis profunda jarang ditemukan. Diagnosis klinis infeksi jamur dapat dipastikan dengan evaluasi mikroskopik atau kultur. Pemeriksaan mikologik untuk membenatu menegakkan diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan badah dan biakan. Pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Bahan untuk pemeriksaan mikologi diambil dan dikumpulkan sebagai berikut: terlebih dahulu tempa kelainan dibersihkan dengan spiritus 70% kemudian untuk: 1. Kulit tidak berambut (glabrous skin): dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelaian sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul streril. 2. Kulit berambut: rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami kelainan; kulit didaerah tersebut dikerok untuk mengumpulkan sisik kulit, pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk menengetahui lebih jelas daerah yang terkena infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada kasus-kasus tinea kapitis tertentu. 3. Kuku: bahan diambil dari permukaan kuku ynag sakit dan dipotong sedalam dalamnya sehingga mengenai seluruh tebaal kuku, bahan di bawah kuku diambil pula 2.
Prinsip Larutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan kulit, kuku dan rambut sehingga bila mengandung jamur, dibawah mikroskop akan terlihat hypha dan atau spora.
3.
Tujuan Menemukan adanya hypha dan atau spora pada kulit, kuku dan rambut.
4.
Pengambilan sampel
Alat alat yang dibutuhkan :
- Skalpel - Pinset - Alkohol 70% - Kapas - Kertas/wadah yang bersih
Lokasi
a. Kulit: Bagian tepi kelainan kulit b. Kuku: kuku yang mengalami penebalan c. Rambut Rambut rapuh dan berwarna agak pucat Pada rambut terdapat benjolan Daerah sekitar rambut menunjukkan kelainan kulit. Misalnya bersisik, botak dan lain-lain.
5.
Cara pengambilan sampel : a. Kerokan kulit Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol 70% untuk menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya. Keroklah bagian yang aktif dengan skalpel dengan arah dari atas kebawah (cara memegang skalpel harus miring membentuk sudut 40 ke atas). Letakkan hasil kerokan kulit pada kertas atau wadah b. Kerokan/ guntingan kuku Bersihkan kuku yang sakit dengan kapas alkohol 70% dengan maksud seperti diatas. Kerokalah bagian kuku yang sakit pada bagian permukaan dan bagian bawah kuku yang sakit, bila perlu kuku tersebut digunting. Letakkan kuku tersebut pada kertas/ wadah yang bersih. c. Rambut Rambut yang sakit dicabut dengan pinset. Letakkan rambut tersebut pada kertas/ wadah yang bersih.
Pembuatan sediaan
•
Alat alat yang dibutuhkan :
- Kaca objek - Kaca penutup - Lampu spiritus - Pinset - Reagen yaitu Larutan KOH 10% untuk kulit dan kuku, Larutan KOH 20% untuk rambut
•
Cara pembuatan sediaan :
Teteskan 1-2 tetes larutan KOH 10% pada kaca objek.
Letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup.
Biarkan ±15 -20 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik untuk mempercepat proses lisis / pelarutan. Pada saat mulai keluar uap, pemanasan cukup. Bila terjadi penguapan, akan terbentuk kristal KOH sehingga dapat mengganggu pembacaan. Teknik lain yaitu dengan penambahan
dimetil
sulfoksida
(DMSO)
40%
pada
KOH
akan
mempercepat penjernihan sediaan tanpa pemanasan. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata, ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya tinta Parker superchrom blue black. 6.
Pemeriksaan :
•
Alat yang digunakan : Mikroskop
•
Cara Pemeriksaan : Periksa sediaan dibawah mikroskop. Mula-mula dengan perbesaran objektif 10 X kemudian dengan pembesaran 40 X untuk mencari adanya hypha dan atau spora, akan tampak gambaran hifa dan spora tergantung jamur yang menyebabkan penyakitnya.
7.
Interpretasi : Hasil positif: Hifa pendek, lurus, bengkok (seperti huruf i, v, j) dan gerombolan
spora budding yeast yang berbentuk bulat mirip seperti sphagetti with meatballs, contohnya:
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa,terlihat gambaran hifa sebagai dua garis sejajar terbagi oleh sekat dan bercabang maupun spora berderet (artrospora) pada Tinea (Dermatofitosis) atau pada kelainan kulit lama dan/atau sudah diobati.
Terlihat campuran hifa pendek dan spora spora bulat yang dapat berkelompok (gambaran Meat ball and spagheti) pada Pitiriasis Versikolor (panu).
Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat pula hifa pada sediaan rambut.
Hasil negatif: Bila tidak ada lagi hifa, maka berarti bukan pitiriasis versikolor
walaupun ada spora.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Kesehatan Pembinaan Kesehatan Masyarakat . 1992. Petunjuk Praktis Tentang Ruangan, Keselamatan, Reagen dan Keselamatan Kerja Laboraturium Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Djuanda, Adhi, et all. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 6th ed. FKUI : Jakarta.