PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA PENYAKIT HIV-AIDS
A. PENGERTIAN
Human immunodeficiency virus adalah virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang dulu disebut sebagai HTLVIII (Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV (Lymphadenopathy Virus), adalah virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini menunjukkan bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA) (Price & Wilson, 1995). Virus ini memiliki kemampuan unik untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses transkripsi (dari DNA ke RNA) dan translasi (dari RNA ke protein) pada umumnya (Muma et al, 1997). Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang menyerupai flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat malam, diare kronik, kelelahan, limfadenopati.
B. LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSA HIV
Langkah langkah berikut untuk diagnosa infeksi HIV-AIDS
Lakukan tanya jawab segala perihal gejala infeksi oportunistik juga gejala Kanker yang terkait dengan AIDS serta tanyakan pula mengenai Perilaku Resiko.
Telusuri Perilaku beresiko yang memungkinkan untuk terjadinya Penularan.
Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda infeksi oportunistik dan kanker yan terkait, serta perhatikan perubahan kelenjar yang terjadi, pemeiksaan mulu, kulit dan funduskopi untuk melihat perubahan yang terjadi.
Pemeriksaan penunjang Laboratorium, limfosit Total, antibody HIV , Pemeriksaa Rontgen
Bila hasil antibody positif maka langkah selanjutnya adalah pemeriksaan konfirmasI dengan metode Westren Blot.
Bila hasil Westren Blot memberikan hasil POSITIF maka selanjut periksalah
Kadar CD4
PPD
Toksoplasma
Serologi CMV
Serologi STD
Hepatitis.
Pap smear.
Pemeriksaan Virus Load.
C. KRITERIA DIAGNOSA
Diagnostik AIDS ditegakkan bila ditemukan dua tanda mayor dan satu tanda minor tanpa penyebab lain, yaitu : (Majalah Kedokteran Indonesia, 1995) 1. Tanda Mayor a. Penurunan berat badan lebih dari 10% berat badan semula. b. Diare kronik lebih dari 1 bulan.
c. Demam menetap lebih dari 1 bulan intermitten dan konstan. 2. Tanda minor d. Batuk menetap lebih dari 1 bulan. e. Dermatitis generalisata. f. Herpes zoster rekuren. g. Infeksi herpes simpleks virus kronik progresif disseminata.
D. PEMERIKSAAN LABORATIRIUM
Test dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosa HIV dan memantau perkembangan penyakit serta responya terhadap terapi HIV. Test laboratprium ini terdiri dari : a.
Serologi
Test antiboby serum : Skrining HIV dan Elisa. Hasil test positif, tapi bukan merupakan Diagnosa
Test blot western : Mengkonfirmasi diagnose HIV
Sel T limfosit : Penurunan jumlah otal
Sel T4 helper : Indikator system imun
T8 (sel supresor sitopatik) : rasio terbaik (2:1) atau lebih besar dari sel seppresor pada sel helper (T8 ke T4), mengindikasikan supresi imun.
P24 (Protein Pembungkus HIV) : Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi normal
Kadar Ig : Meningkat, terutama IgA,IgG,IgM yang normal atau mendekati normal
Reaksi rantai polymerase : Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler
Test PHS : pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif.
b. Budaya Histology, pemeriksaan sitologiurine, darah, feses, cairan spinal, luka, sputum dan sekresi untuk mengidentifikasi adanya infeksidari paresit, protozoa, jamur, bakteri dan virus. c.
Neurologi EFG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf),dilakukan denga biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-aru
d. Test Antibody Tediri dari :
Test Enzim-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) Mengidentifikasi
antibody
yang
secara
spesifik
ditujukan
kepada virus HIV. ELISA tidak menegakkan diagnose AIDS tapi hanya menunjukan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV
Western Blot Assay Mengenali antibody HIV dan memastikan seropositifitas HIV
Indirect Immunoflouresence Penggantian pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas
Radio Immuno Precipitation assay (RIPA) Mendeteksi protein dari antibody
e. Darah Lengkap Dengan menggunakan tes ini, jumlah sel darah putih yang tinggi dapat berarti tubuh melakukan perlawanan terhadap infeksi yang
mungkin tidak terdeteksi; jumlah sel darah merah yang rendah dengan hemoglobin dan hematocrit bisa jadi merupakan anemia akibat konsumsi obat HIV; dan jumlah platelet yang rendah dapat mempengaruhi pembekuan darah. Tes ini tidak secara langsung memperlihatkan perkembangan berkenaan dengan HIV, tetapi tetap
membantu
dengan
memonitor
kesehatan
keseluruhan
seseorang. f. Skrining Kimia Darah Test ini merupakan skrining umum untuk mengukur apakah organ-organ tubuh anda (jantung, hati, ginjal, pankreas), otot dan tulang, bekerja dengan benar dengan mengukur kimia-kimia tertentu dalam darah. Tes ini penting untuk mendeteksi infeksi atau efek samping obat. Salah satu fokus terpenting dalam tes ini adalah monitor ensim hati. Hati merupakan organ tubuh penting karena hati membantu memproses obat-obatan, dan karena obatobatan
ini
menuntut
lebih
banyak
dari
hati
anda,
ada
kemungkinan terjadi toksisitas hati. Albumin, alkalin, fosfat dan bilirubin juga perlu dimonitor untuk memastikan hati anda bekerja dengan baik. Fokus penting lain adalah untuk memonitor tingkat lipid jantung anda. Tes ini membantu memonitor kolesterol LDL (kolesterol jahat), kolesterol HDL (kolesterol sehat) serta trigliserida.
E. PEMERIKSAAN VIRAL LOAD
Tes ini dilakukan untuk mengukur jumlah HIV dalam darah (kopi/mL). Terdapat dua jenis tes viral load: polymerase chain reaction (PCR) atau branched DNA (b-DNA). Dari ringkasan hasil tes anda dapat mengetahui
jenis
tes
yang
digunakan.
Walaupun
kedua
tes
ini
memberikan kesimpulan yang hampir sama, hasil tes dari dua jenis tes
laboratorium ini tidak sebanding. Karenanya, walaupun hasil kedua tes tersebut pada dasarnya memberikan informasi yang sama, sangatlah penting
untuk
hanya
menggunakan
salah
satu
agar
memberikan
perbandingan yang konsisten. Tujuan dari tes ini adalah untuk mencapai atau sedekat mungkin mencapai tingkat tidak terdeteksi. Untuk tes viral load PCR, angka yang dianggap tidak terdeteksi adalah kurang dari 50 kopi HIV dalam darah, dan untuk tes viral load b-DNA, angka ini adalah kurang dari 400 kopi HIV dalam darah. Anda disarankan untuk melakukan tes viral load setiap tiga
bulan.
Butuh
waktu
antara
empat
hingga
tujuh
hari
bagi
laboratorium untuk memproses hasil tes ini .
F. PEMERIKSAAN JUMLAH CD4
Tes ini mengukur jumlah sel CD4 (T sel) dalam tubuh anda, berdasarkan kesehatan sistim kekebalan tubuh anda. Fokus dari tes ini adalah untuk mengukur jumlah CD4 absolut. Jumlah CD4 absolut adalah jumlah sel CD4 yang ada dalam sistim kekebalan tubuh anda. Sel CD4 merupakan bagian dari sistim kekebalan tubuh yang bertugas untuk melawan infeksi dan juga merupakan sel-sel yang secara langsung menjadi sasaran HIV. Dalam
perkembangannya,
HIV
mengambil
alih
sel
CD4,
memanfaatkan sel-sel ini untuk bereplikasi, dan dalam proses tersebut membunuh sel CD4 yang asli. Hal inilah mengapa tes jumlah CD4 menjadi indikator yang berguna untuk menentukan kesehatan sistim kekebalan tubuh. Semakin banyak jumlah sel CD4, semakin kuat sistim kekebalan tubuh anda. Biasanya seseorang yang hidup dengan HIV dianjurkan untuk memonitor jumlah CD4 mereka untuk memastikan jumlahnya di atas 200. Namun bila jumlah CD4 anda di bawah 200, anda dianjurkan untuk
bekerjasama dengan dokter untuk memulai rejimen pengobatan atau melakukan perbaikan dalam rejimen obat yang kini anda konsumsi. Dengan tes jumlah CD4, anda dianjurkan untuk melakukan tes begitu anda dites positif HIV, kemudian secara berkala tiap tiga hingga enam bulan.
Biasanya
laboratorium
butuh
waktu
dua
minggu
untuk
memproses tes ini.
G. EVALUASI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan
Hasil pada infeksi HIV
Tes antibodi HIV
-
ELISA
-
Hasil tes yang positif dipastikan dengan Western Blot
-
Western blot
-
Indirect Immunofluorescence -
Hasil tes yang positif dipastikan
assay (IFA)
dengan Western Blot
-
Radio Immunopresipitation
-
-
assay (RIPA)
Positif
Positif, lebih spesifik dan sensitif daripada Western Blot
Pelacakan HIV
-
Antigen p24
-
Reaksi rantai polimerase
-
-
Positif untuk protein virus yang bebas
(PCR)
-
Deteksi RNA/DNA virus HIV
Kultur sel mononukleat
-
Positif jika dua kali uji berturut-
darah perifer untuk HIV-1
turut mendeteksi enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat
-
Kultur sel kuantitatif
-
Kultur plasma kuantitatif
-
sel
-
Mikroglobulin B2
Mengukur muatan virus dalam
Mengukur muatan virus lewat virus bebas yang infeksius
dalam plasma
-
Neoprotein serum
-
Protein meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit
Status imun
-
Kadar meningkat dengan
-
#sel-sel CD4+
-
%sel-sel CD4+
-
Rasio CD4:CD8
-
Menurun
-
Hitung sel darah putih
-
Menurun
-
Kadar immunoglobulin
-
Menurun
-
Normal hingga menurun
-
Meningkat
-
Sel-sel T4 mengalami
- Tes fungsi sel CD4+
-
berlanjutnya penyakit
Reaksi sensitivitas pada tes
penurunan kemampuan untuk
kulit
bereaksi terhadap antigen
-
Menurun hingga tak terdapat
(Dikutip dari Brunner & Suddarth, 2001)