MAKALAH PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA SISTEM KARDIOVASKULER Di S U S U N Oleh: Kelompok I : 1. ARIANTI 2. NOVITA SARI 3. ELIS DIYANTI 4. DILLI AYU PRAMUDIA 5. SITI REISA MAHARANI 6. SHOLIKA 7. ARWAN RANDINGAN 8. FADHIL MUH.STEVEN 9. EKRIS 10.DEBBY 10.DEBBY PRASETYO 11.KARLOS 11.KARLOS
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segalah puji bagi Allah SWT, karena atas limpahan ridho dan rahmat-Nyalah sehinggah makalah ini dapat selesai, meskipun hanya dalam bentuk dan isi yang sangat sederhana. Demikian juga salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah mengantarkan manusia dari lembah kebodohan menuju puncak yang berilmu dan berpengetahuan. Makalah ini berjudul pemeriksaan diagnostik pada sistem kardiovaskuler” dimana penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari segi pengetikan “
terlebih lagi dalam isi makalah ini, olehnya itu penulis akan selalu menanti adanya kritikan dan saran dari semua pihak yang sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalam
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ ..................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................. .................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang................................................................................................... ...............................
1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................................................... .................
1
C.
Tujuan penulisan............................................................................................................................
D.
Manfaat penulisan................................................................................................. ........................
BAB II PEMBAHASAN A.
Jenis-jenis pemeriksaan diagnostik pada sistem kerdio vaskuler ........................................... 2
B.
Definisi macam-macam pemeriksaan diagnostik pada sistem kardiovaskuler...............2-7
BAB III PENYAKIT PADA SISTEM KARDIOVASKULER A..
pengertian jantung koroner...........................................................................................
B.
anatomi fisiologi.................................................................................................................
C.
etiologi ................................................................................................................................
D.
patofisiologi........................................................................................................................
E.
klasifikasi..............................................................................................................................
F.
manifestasi klinis..................................................................................................................
G.
Pemeriksaan penunjang.......................................................................................................
H.
Penatalaksanaan...................................................................................................................
I.
Kompikasi............................................................................................................................
J.
Pathway................................................................................................................................
BAB VI PENUTUP A. Saran.......................................................................................................................................................................... A. kesimpulan............................................................................................................................................................. B.Daftar
Pustaka............................................................................. ...........................................................
8
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah pompa
berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena Dalam mekanisme pemeliharaan lingkungan internal sirkulasi darah digunakan sebagai sistem transport oksigen, karbon dioksida, makanan, dan hormon serta obat-obatan ke seluruh jaringan sesuai dengan kebutuhan metabolisme tiaptiap sel dalam tubuh. Dalam hal ini, faktor perubahan volume cairan tubuh dan hormon dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam memahami sistem sirkulasi jantung, kita perlu memahami anatomi fisiologi yang ada pada jantung tersebut sehingga kita mampu memahami berbagai problematika berkaitan dengan sistem kardivaskuler tanpa ada kesalahan yang membuat kita melakukan neglicent ( kelalaian). Oleh karena itu, sangat penting sekali memahami anantomi fisiologi kardiovaskuler yang berfungsi langsung dalam mengedarkan obat-obatan serta oksigenasi dalam tubuh dalam proses kehidupan. Dalam melakukan pengkajian dengan baik, maka diperlukan pemahaman, latihan dan ketrampilan mengenal tanda dan gejala yang ditampilkan oleh pasien. Proses ini dilaksanakan melalui interaksi perawatan dari klien, observasi, dan pengukuran.Pemeriksaan dalam keperawatan menggunakan pendekatan yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu dengan pendekatan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi . Pengkajian fisik kedokteran dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang berupa kepastian tentang penyakit apa yang diderita klien . pengkajian fisik keperawatan pada prinsipnya dikembangkan berdasarkan model keperawatan yang lebih difokuskan pada respon yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan yang dialami. Pengkajian fisik keperawatan harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum perawat dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Untuk mendapatkan data yang akurat sebelum pemeriksaan fisik
dilakukan pengkajian riwayat kesehatan, riwayat psikososial, sosek, dll. Hal ini memungkinkan pengkajian yang fokus dan tidak menimbulkan bias dalam mengambil kesimpulan terhadap masalah yang ditemukan.
B. RUMUSAN MASALAH Didalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang pengertian dari pemeriksaan diagnostik pada sistem pencernaan dan cara-caranya. Oleh karena itu penulis akan menjelaskan poin-poin penting tersebut yang bersumber dari buku yang telah dibaca dan ditambah dengan referensi-referensi lainnya.
C. TUJUAN PENULISAN Makalah ini di buat penulis dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami berkaitan dengan anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
D. MANFAAT PENULISAN Makalah ini di buat oleh penulis agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik keperawatan yang di sebabkan oleh ketidakpahaman dalam anatomi fisiologi dalam sistem kardiovaskuler sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
BAB II PEMBAHASAN A.
Jenis-jenis pemeriksaan diagnostik pada kardiovaskuler a. Pemeriksaan Non Invasive 1. Foto Thorax 2. EKG 3. Treadmill exercise Chest test/ Treadmill test 4. Echocardiography 5. Nuclear cardiology 6. MRI / CT imaging b. Pemeriksaan Invasive/ kateterisasi 1. Corangiography (untuk deteksi PJK) 2. Right / left heart study (untuk evaluasi kelainan valvuler/ congenital) 3. Elektrofisiologi, untuk evaluasi aritmia 4. Angioskopi untuk menilai karakteristik plak aterosklerosis
B. Definisi macam-macam pemeriksaan diagnostik pada kardiovaskuler a. Pelayanan pemeriksaan Diagnostik Non / Less Invasif meliputi : Elektrokardiografi
Definisi: Pemeriksaan EKG adalah salah satu pemeriksaan yang sangat penting di bidang kedokteran. EKG dapat menunjukkan aktivitas elektrik dan konduksi jantung secara umum dan dapat membantu diagnosis pada kondisi-kondisi penting (kegawatdaruratan) yang melibatkan jantung. 1. Holter Monitoring Definisi: Holter monitoring adalah sebuah mesin yang terus mencatat irama jantung anda selama 24 – 48 jam selama kegiatan normal untuk melihat perkembangan irama jantung abnormal yang mungkin tidak tertangkap dengan EKG.
2. Treadmill Test Definisi: Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi apakah jantung Anda memiliki asupan darah dan oksigen dari sirkulasi saat terjadi stres fisik yang mungkin tidak muncul pada EKG saat istirahat. 3. Ekokardiografi Transtorakal Definisi: Ekokardiografi transtorakal merupakan prosedur diagnostikdengan menempelkan transducer pada dinding dada yang menggunakan gelombang suara ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, serta menilai fungsi jantung. 4. Ekokardiografi Transesofageal Definisi: Ekokardiografi transesofageal merupakan prosedur diagnostik menggunakan gelombang suara ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah serta menilai fungsi jantung dengan cara memasukkan transducer ke dalam kerongkongan. Jenis ekokardiografi ini diperlukan pada beberapa kondisi jantung untuk melihat bagian tertentu dari jantung dengan lebih jelas 5. Tes Dobutamin Stress Echocardiography Definisi: Tes Dobutamin Stress Echocardiography pemeriksaan ekokardiografi dengan memberikan stres terhadap jantung dengan diberikan o bat dobutamin yang dimasukkan melalui infus. Efek dobutamin akan membuat jantung bekerja lebih keras. Pemeriksaan ini untuk mendeteksi adanya penyempitan pembuluh koroner. 6. Ekokardiografi 3D Definisi: Ekokardiografi 3D merupakan prosedur USG jantung untuk mengamati struktur jantung dari berbagai sudut sehingga mendapatkan gambaran struktur jantung dengan lebih jelas. Pemeriksaan ini sangat membantu terutama untuk penilaian penyakit katup jantung. 7. USG Doppler Vaskular Definisi: USG Doppler vaskular merupakan ultrasonografi yang dilengkapi dengan kemampuan mengenali aliran pembuluh darah. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk melihat kecukupan pasokan darah untuk organ-organ tertentu.
b. Beberapa pemeriksaan penunjang penyakit jantung bersifat non-invasif. Non-invasif artinya tidak melukai tubuh, atau tidak ada alat yang masuk ke tubuh Anda. Contoh yang sederhana adalah EKG, Treadmill, dan Ekokardiografi. Yang lebih canggih misalnya CT scan dan MRI jantung. 1. EKG merupakan pemeriksaan penunjang penyakit jantung paling sederhana, paling tua dan paling murah. Prinsip pemeriksaan EKG adalah merekam aktivitas listrik jantung. Ada EKG resting, yaitu EKG yang dilakukan sambil pasien berbaring atau istirahat. Ada EKG dengan stres atau beban yang lebih dikenal sebagai tes Treadmill. Pada pemeriksaan ini pasien direkam aktivitas listriknya sambil berjalan atau berlari di atas mesin treadmill. Ada juga Holter EKG, yaitu perekaman EKG selama 24 jam. 2. Ekokardiografi pada dasarnya adalah pemeriksaan struktur anatomi dan fungsi jantung dengan mesin USG. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat bagi seorang dokter jantung, karena memberikan informasi yang lengkap mengenai kondisi jantung dan berbagai kelainan yang mendasarinya. Ekokardiografi dapat dikatakan merupakan
perpanjangan mata seorang dokter jantung untuk melihat kondisi jantung Anda secara langsung. 3. CT scan jantung sebetulnya dapat dikatakan semi-invasif, karena walaupun tidak ada alat yang masuk ke dalam tubuh, ada zat kontras yang disuntikkan, ditambah paparan radiasi sinar X. Pemeriksaan ini digunakan terutama untuk melihat kondisi pembuluh koroner. 4. MRI jantung memberi informasi hampir seperti ekokardiografi. Tetapi karena mahal, pemeriksaan ini masih jarang dilakukan c.
Ada pemeriksaan penunjang penyakit jantung yang bersifat invasif. Invasif artinya ada alat yang masuk ke dalam tubuh pasien. Pemeriksaan yang bersifat invasif biasanya tergolong pemeriksaan canggih. Contohnya adalah K ateterisasi jantung dan Elektrofisiologi jantung. 1. Kateterisasi jantung adalah sekelompok pemeriksaan yang menggunakan kateter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk menilai kondisi jantung dengan menggunakan sinar X. Kateterisasi jantung terbanyak bertujuan memeriksa pembuluh koroner. 2. Elektrofisiologi jantung juga menilai aktivitas listrik jantung seperti EKG. Bedanya, EKG merekamnya dari luar, elektrofisiologi merekamnya langsung dari dalam jantung. Bedanya lagi, EKG merekam aktivitas listrik jantung apa adanya, elektrofisiologi memberikan stimulasi tertentu untuk melihat ada ti daknya irama jantung yang tidak normal.
BAB III KASUS
A. PENGERTIAN a. Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) adalah penyakit yang ditandai dengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis. (www.medicastore.com) b. Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. ( DepKes : 2001) c.
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dimana tersumbatnya aliran pembuluh darah koroner jantung akibat penimbunan zat lemak (arteriosclerosis) karena tidak cukupnya suplai darah yang mengandung oksigen untuk menghidupkan jantung, maka terjadi ancaman otot jantung yang bisa menimbulkan kematian mendadak (Ronald H. Sitorus : 2006)
d. PJK (Penyakit Jantung Koroner) adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan O2miokardium dengan suplai O2 yang disebabkan oleh proses arterosklerosis yang merupakan k e. kelainan digeneratif (Sarwono Waspadji, 2002 ; 1991
B.Anatomi fisiologi
Fisiologi Pembuluh darah koroner terdapat di bagian pangkal aorta (ortic root). S ecara garis besar pembuluh darah koroner terdiri atas dua yaitu: Pembuluh darah koroner kiri dan pembuluh darah koroner kanan. Pembuluh darah koroner kiri bercabang dua yaitu :left anterior decending (LAD) dan left circumplex (LCX). Pembuluh koroner terdiri dari 3 lapisan, yaitu tunika intima (lapisan dalam), tunika media (lapisan tengah), dan tunika adventisia (lapisan luar), tunika intima terdiri dari 2 bagian, lapisan tipis sel-sel endotel merupakan lapisan yang memberikan permukaan licin antara darah dan dinding arteri serta lapisan subendhotelium, sel-sel endhotel ini memproduksikan zat-zat seperti prostaglandin, heparin dan activator plasminogen yang membantu mencegah agregasi trombosit dan vasokonstriksi. Selain itu endotel juga mempunyai daya regenerasi cepat untuk memelihara daya anti trombogenik arteri. Jaringan ik at menunjang lapisan endotel dan memisahkannya dengan lapisan yang lain. Tunika media merupakan lapisan otot di bagian tengah dinding arteri yang mempunyai 3 bagian: bagian sebelah dalam disebut membrane elastic internal, kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar membrane jaringan elastic eksterna. Lapisan tebal otot polos dan jaringan kolagen, memisahkan jaringan membrane elastic eksterna. Dan yang terakhir ini memisahkan tunika media dengan adventisia. Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan ikat dan dikelilingi oleh vasa vasorum yaitu jaringan arteriol. (Anwar, 2004) Dalam keadaan normal arteri koronaria dapat mengalirkan darah hampir 10% dari curah jantung per menit yaitu kira-kira 50-75ml darah per 100 gram miokard. Dalam keadaan stress atau latihan maka timbul aliran cadangan koroner (coronary flow reserve) dimana aliran koroner bisa sampai 240ml per 100 gram miokard. Pada keadaan stenosis maka aliran cadangan koroner dapat mempertahankan aliran basal (basal flow) di sebelah distal stenosis. Pada stenosis 70% atau lebih tetap saja aliran distal stenosis (distal flow) tidak mencukupi pada saat stress atau latihan, sehingga menyebabkan iskemia (Shujuan, 2010)
C.ETIOLOGI Penyakit jantung koroner disebabkan karena ketidak seimbangan antara kebutuhan O2sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot jantung tergantung dari O2dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner. Penyaluran O2 yang kurang dari arteri koroner akan menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Hal ini disebabkan karena pembentukan plak arteriosklerosis. Sebab lain dapat berupa spasme pembuluh darah atau kelainan kongenital. Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel otot jantung yaitu disebut infark jantung akut yang irreversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hal ini juga dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung dengan manifestasinya adalah nyeri.
B. PATOFISIOLOGI a. Perubahan awal terjadinya penimbunan plak-plak aterosklerosis b. Perubahan intermediate Plak semakin besar dan terjadi obstruksi dari lumen arteri koroner epikardium. Hal ini menyebabkan peningkatan sirkulasi darah sebanyak 2-3 kali lipat akibat olahraga tidak dapat dipenuhi. Keadaan ini disebut Iskemia dan manifestasinya dapat berupa Angina atau nyeri pada dada akibat kerja jantung yang meningkat c.
Perubahan akhir Terjadi ruptur pada ‘cap’ atau bagian superficial dari plak sehingga akan terjadi suatu
situasi yang tidak stabil dan bebagai macam manifestasi klinik seperti Angina at rest atau Infark Miokard. Dengan terpaparnya isi plak dengan darah, akan memicu serangkaian proses platetel agregasi yang pada akhirnya akan menambah obstruksi dari lumen pembuluh darah tersebut d. Iskemia miokard Peristiwa ini akan menimbulkan serangkaian perubahan pada fungsi diastolik, lalu kemudian pada fungsi sistolik. Menyusul dengan perubahan impuls listrik (gelombang ST-T) dan akhirnya timbullah keadaan Infark Miokard. o
Angina stabil : Bila obstruksi pada arteri koroner ≥ 75%
o
Unstable angina : Bila terjadi ruptur dari plak ateromatosa Angina Prinzmetal : Bila terjadi vasospasme dari arteri koroner utama
C.
KLASIFIKASI Ada 3 klasifikasi PJK yaitu: 1.
Asimptomatik a. Tanpa iskemia tak bergejala,stres test positif tapi holter negatif. b.
2.
Dengan iskemia tak bergejala,kelainan EKG atau stres positif
Simptomatik a.
AP stabil tanpa iskemia tak bergejala
b. AP stabil dengan iskemia bergejala
c.
AP tak stbil
d. Prinzmetal (variant) AP 3.
I JA a. IJA transmural b. IJA subendokardial c.
IJA non Q
D. MANIFESTASI KLINIS a. Nyeri dada yang khas (seperti ditekan benda berat dan menjalar keleher, lengan kanan dan punggung) dapat disebabkan oleh angina pectoris stabil (APS), angina pectoris tak stabil atau IMA b. Sesak nafas c.
Perasaan melayang dan pingsan
d. Ditemukan bising jantung dan pembesaran jantung E. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. EKG (Elektrokardiografi) Adanya gelombang patologik disertai peninggian S-T segmen yang konveks dan diikuti gelombang T yang negative dan simetrik. Kelainan Q menjadi lebar (lebih dari 0,04 sec) dan dalam (Q/R lebih dari ¼). b. Laboratorium -
Creatin fosfakinase (CPK). Iso enzim CKMB meningkat Hal ini terjadi karena kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran darah. Normal 0-1 mU/mL.
-
SGOT (Serum Gluramic Oxalotransaminase Test) Nomal kurang dari 12 mU/mL. kadar enzim ini naik pada 12-24 jam setelah serangan.
-
LDH (Lactic De-Hydrogenase) Normal kurang dari 195 mU/mL. kadar enzim biasanya baru mulai naik setelah 48 jam.
c.
Pemeriksaan lain : Ditemukan peninggian LED, Lekositosis ringan, dan kadang Hiperglikemi ringan.
d. Kateterisasi : Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi. e. Radiology
: Pembesaran dari jantung.
F. PENATALAKSANAAN Tindakan yang dilakukan : a. Mengatasi iskemia 1.
Medikamentosa Obat-obat yang diberikan : nitrat (N) propandol, pindalol, antagonis calsium (Ca A)
2.
Revaskularisasi
3. Hal ini dilaksanakan dengan cara : a)
Pemakaian trombolitik, biasanya pada PJK akut seperti IJA
b) Prosedur invasif (PI) non operatif c)
Operasi (coronary artery surgeny CAS)
b. Melakukan pencegahan secara sekunder 1. Obat-obat pencegahan yang sering dipakai adalah aspirin (A) dengan dosis 375 mg, 160 mg sampai 80 mg. Dosis lebih rendah juga bisa efektif. 2. Dahulu dipakai antikoagulan oral (OAK) tapi sekarang sudah ditinggalkan karena terbukti tak bermanfaat
G. KOMPLIKASI 1. Gagal Ginjal Kongestif Merupakan kongestif sirkulatif akibat disfungsi miokardium. Infark miokardium mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan pengurangan kontraktilitas, gerakan dinding yang abnormal, dan menambah daya kembang ruang jantung. Dengan berkuragnya kemampuan ventrikel kiri untuk mengosongkan ruang, volume kuncup berkurang, sehingga tekanan ventrikel kiri meningkat. Akibatnya tekanan vena pulmonalis meningkat dan dapat menyebabkan transudasi, hingga udem par u sampai terjadi gagal jantung kiri. Gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan. 2. Syok Kardiogenik Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang massif. Timbul lingkaran setan hemodinamik progresif hebat yang irreversible, yaitu: ·
Penurunan perfusi perifer
·
Penurunan perfusi koroner
·
Peningkatan kongesti paru
3. Disfungsi otot Papilaris Disfungsi iskemik atau rupture nekrosis otot papilaris akan mengganggu fungsi katub mitralis, memungkinkan eversi daun katub ke dalam atrium selama sistolik. 4. Defek Septum Ventrikel Nekrosis septum interventrikularis dapat menyebabkan rupture dinding septum sehingga terjadi defek septum ventrikel. Akibatnya curah jantung sangat berkurang disertai peningkatan kerja ventrikel kanan dan kongesti. 5. Rupture jantung Rupture dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum pembentukan parut. 6. Tromboembolisme Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar yang merupakan factor predisposisi pembentukan thrombus. Pecahan thrombus terlepas dan dapat terjadi embolisme sistemik. 7. Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung kontak dengan pericardium menjadi besar sehingga merangsang permukaan pericardium dan menimbulkan raeksi peradangan. Kadang terjadi efusi pericardial. 8. Sindrom Dressler Sindrom pasca infark miokardium ini merupakan respon peradangan jinak yang disertai nyeri pada pleura pericardial. Diperkirakan sindrom ini merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap miokardium yang mengalami nekrosis. 9. Aritmia Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologis sel-sel miokardium. Perubahan ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktifitas listrik sel.
H. PATHWAY
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan System sirkulasi darah merupakan satu system yang paling penting di dalam tubuh manusia. Fungsinya adalah untuk membawa oksigen,tenaga dan nutrisi ke seluruh tubuh fungsi lain yaitu untukTransport: makanan, gas, hormon, mineral, enzim, sisa metabolism, Mempertahankan suhu tubuh dengan cara vasokontriksi dan vasodilatasi Perlindungan melalui sistem imun dan pembekuan darah Buffering, protein darah merupakan sisten buffer yang mempertahankan pH darah . Untuk dapat mengetahui adanya kelainan-kelainan jantung maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosa tersebut. Dalam melakukan Tes diagnostik kardiovaskuler meliputi dua jenis pemeriksaan yaitu: Invassive (melukai )dan Non Invassive (tidak melukai). Contoh pemeriksaan penunjang tersebut adalah tes diagnostic, seperti EKG, fhoto thorax, TMT dll.
B. Saran
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu kesehatan maupun ilmu alam lainnya penting sekali memahai pengkajian sistem kardiovaskuler secara tepat agar terhindar dari kelalaian baik itu dirumah sakit maupun di alam yang berkaitan dengan perubahan fungsi tubuh akibat kurangnya aktifitas positif untuk memberikan kesehatan terhadap jantung sebagai pusat kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito.2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6.Jakarta: EGC
Doenges at al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC
Price & Wilson.1995. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta: EGC
Soeparman & Waspadji.1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: BP FKUI Brunner & suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta. Sylvia A. Price, Lorrain M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC : Jakarta. Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC : Jakarta. Doengoes Marlyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta.