5. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan leukosit Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. c.
Biakan darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor : 1) Teknik pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung. 2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali. 3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif. 4) Pengobatan dengan obat anti mikroba Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif. d. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu : 1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman). 2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman). 3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001). 2. Penatalaksanaan a. Perawataan 1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. 2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan. b. Diet 1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein. 2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. 3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. 4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari. c. Obat-obatan 1) Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas 2) Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari. 3) Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim) 4) Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu 5) Sefalosporin Generasi Ketiga. Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari 6) Golongan Fluorokuinolon a) Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari b) Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari c) Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari d) Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari e) Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari f) Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001). B. 1. a. b.
KONSEP KEPERAWATAN Pengkajian Identitas klien Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi lingkungan yang kurang. c. Keluhan utama Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
d. Riwayat penyakit sekarang Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu. e. Riwayat penyakit dahulu Tidak didapatkan penyakit sebelumnya. f. Riwayat penyakit keluarga Keluarga ada yang karier g. Riwayat psiko social dan spiritual Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan. h. Riwayat tumbuh kembang Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek biasa i. Activity Daily Life 1) Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual, muntah, anoreksia, kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2) Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare 3) Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas. 4) Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh. 5) Personal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga mengalami gangguan perawatan diri. Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan di sembarang tempat. j. Pemeriksaan fisik 1) Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat kadang di dapat anemia ringan. 2) Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat beslag lidah dengan tandatanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang terjadi. 3) Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi. Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot. 4) Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa, distensi abdomen, bising usus meningkat 5) Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas. 2. Diagnosa Keperawatan a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypi. b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia. c. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare. d. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi e. Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya 3. Intervensi Keperawatan Diagnosa No Keperawatan 1 Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.
Tujuan
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, suhu tubuh normal. Kriteria hasil : TTV dalam batas normal TD : 80-
Intervensi bservasi tanda-tanda vital
eri kompres pada daerah dahi
Rasional
Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnya emberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan terhadap panas eningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi
120/60-80 mmhg N : 120-140 x/i (bayi), 100120 (anak) S : 36,5-370C P : 30-60 x/i (bayi), 15-30 x/i (anak)
2
Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kekurangan nutrisi tidak terjadi. Kriteria hasil : Nafsu makan meningkat, Tidak ada keluhan anoreksia, nausea, Porsi makan dihabiskan
njurkan untuk banyak minum air putih
olaborasi pemberian antiviretik, antibiotik
dengan asupan cairan yang banyak empercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri
aji kemampuan makan klien
Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnya erikan makanan dalam porsi kecil tapi Memenuhi kebutuhan sering nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntah eri nutrisi dengan diet Memenuhi kebutuhan lunak, tinggi kalori nutrisi adekuat tinggi protein njurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan Menambah selera makan makanan yang disukai dan dapat menambah njurkan kepada orang asupan nutrisi yang tua klien/keluarga dibutuhkan klien untuk menghindari makanan yang mengandung gas/asam, pedas dapat meningkatkan asam olaborasi. Berikan lambung yang dapat antiemetik, antasida sesuai indikasi memicu mual dan
muntah dan menurunkan asupan nutrisi
3
Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, tidak terjadi defisit volume cairan Kriteria hasil : Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi, Keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam
Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntah aji tanda dan gejala Hipotensi, takikardia, dehidrasi demam dapat hypovolemik, riwayat menunjukkan respon muntah, kehausan terhadap dan atau efek dan turgor kulit dari kehilangan cairan bservasi adanya tanda-tanda syok, Agar segera dilakukan tekanan darah tindakan/ penanganan menurun, nadi cepat jika terjadi syok
dan lemah erikan cairan peroral pada klien sesuai Cairan peroral akan kebutuhan njurkan kepada orang membantu memenuhi tua klien untuk kebutuhan cairan mempertahankan Asupan cairan secara asupan cairan secara adekuat sangat dekuat diperlukan untuk olaborasi pemberian menambah volume cairan intravena
cairan tubuh Pemberian intravena
konsentrasi jumlah
4
Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola eliminasi kembali normal. Kriteria hasil : Klien melaporkan BAB lancar Konsistensi lunak
sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan aji pola eliminasi klien
uskultasi bising usus
elidiki keluhan nyeri abdomen bservasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses
Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnya Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit Berhubungan dengan distensi gas Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi
Mengatasi konstipasi njurkan makan makanan lunak, buah- yang terjadi buahan yang merangsang BAB olaborasi. Berikan pelunak feses, supositoria sesuai Mungkin perlu untuk indikasi merangsang peristaltik dengan perlahan
5
Ansietas Tujuan : berhubungan Setelah dengan proses dilakukan hospitalisasi, tindakan kurang keperawatan pengetahuan selama 3 x 24 tentang penyakit jam, dan kondisi kecemasan anaknya teratasi Kriteria hasil : Ekspresi tenang Orang tua klien tidak sering bertanya tentang kondisi anaknya
aji tingkat kecemasan Untuk mengeksplorasi yang dialami orang rasa cemas yang dialami tua klien eri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknya eri kesempatan pada orang tua klien untuk mengungkap kan perasaan nya ibatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknya
oleh orang tua klien Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknya
Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban yang dirasakan berkurang Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas Klien Nama : An. D Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing/04 September 2008 Nama Ayah/ibu : Tn. N/Ny. I
Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu Alamat Suku Agama Pendidikan
: TNI-AD : IRT : Asrama 122, Dolok Masihule : Mandailing : Islam : SMA
2. Keluhan Utama Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak membaik dengan obat penurun panas yang telah diberikan. 3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran a. Prenatal Ibu klien mengatakan tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien memeriksakan kandungannya ke bidan setempat dan dokter kandungan. b. Natal Ibu klien mengatakan kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan setempat dengan BB An. D adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.
c.
Postnatal Ibu klien mengatakan tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah lainnya setelah kelahiran An. D
4. Riwayat Masa Lalu a. Penyakit waktu kecil Orang tua klien mengatakan sewaktu kecil An. D sering mengalami demam, batuk dan pilek. b. Pernah dirawat dirumah sakit Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah Sakit, apabila sakit hanya diberikan obat yang diperoleh dari bidan setempat. c. Obat-obat yang digunakan Ibu klien selalu menyediakan obat paracetamol di rumahnya. d. Tindakan (operasi) Tidak ada e. Alergi Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak ada riwayat alergi baik makanan/pun minuman. f. Kecelakaan Ibu klien mengatakan An. D tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan. g. Imunisasi Ibu klien mengatakan bahwa imunisasi An. D sudah lengkap karena sangat penting bagi anak.
5. Riwayat Keluarga Genogram : 6. Riwaya t Sosial a. Yang mengas uh Ny. I dan Tn. N b. Hubung an dengan anggota keluarga
Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedu a orang tuanya. c. Hubungan dengan teman sebaya Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya d. Pembawaan secara umum Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang yang sudah dikenalnya.
e.
Lingkungan rumah Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi rumah bersih, menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga terjalin dengan sangat baik.
7. Kebutuhan Dasar a. Makanan 1) Makanan yang disukai/ tidak disukai Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur dan buah apel, sedangkan ikan, pisang, pepaya An. D kurang suka. 2) Selera Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan kecap saja sudah cukup. 3) Alat makan yang dipakai Piring, sendok, dan cangkir. 4) Pola makan/jam Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan dihabiskan. Selama sakit makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.
b. Pola tidur 1) Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur) Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada, terkadang ibu klien harus mengelus-elus punggung An. D karena sakit. 2) Tidur siang Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih banyak dihabiskan untuk bermain. c. Mandi Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi kesekolah, dan sore hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi. d. Aktivitas bermain Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung bermain bersama temanteman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di tempat tidur. e. Eliminasi Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan BAK tidak tentu, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB, dan BAK ± 4 x/hari selama di rawat. 8. a. b. c. d. e. f.
Keadaan Kesehatan Saat Ini Diagnosa medis : Susp. Typhoid Fever Tindakan operasi : Tidak ada Status cairan : Ringer Laktat Status nutrisi : Diet M2 TKTP Obat-obatan : Cotrimoxazole 2 x cth I PCT 3 x1 tab Lactulosa 3 x cth I Aktivitas : An. D terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas dibantu dan klien terpasang infus di kaki kanan. g. Tindakan keperawatan : Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital Menganjurkan orang tua klien melakukan kompres hangat
Menjelaskan pentingnya memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat Menganjurkan An. D untuk banyak istirahat selama fase akut h. Hasil lab : Tanggal 28 April 2013 Haemoglobin : 15.6 g/dl Hematokrit : 46,9 % Leukosit : 9.800/ml Trombosit : 189.000/ml LED : 5 mm Widal : O : 1/80 1/80 1/40 1/80 H : 1/40 1/40 1/80 1/80 i. Foto roentgen : Tidak ada j. Lain-lain : Tidak ada
9. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum b. TB/BB c. Lingkar kepala
: Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis : 118 cm, 27 Kg : 49 cm
d. Kepala Tulang kepala normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut, distribusi rapat, dan kuat, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas. e. Mata Ketajaman penglihatan baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis (-), refleks cahaya (+ 2), pupil isokor. f. Leher Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks menelan (+). g. Telinga Ketajaman terhadap suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s, kelainan bentuk (-) h. Hidung Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan tidak ada nyeri tekan. i. Mulut Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, o tot maseter (+), gerakan lidah baik. j. Dada Thorak simetris, ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-), fraktur iga (-), nyeri tekan (-). k. Paru- paru Suara napas vesikuler, RR : 32 x/i, bunyi paru resonan l. m.
n. o. p. 1) a.
Jantung Bunyi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130 x/i. Perut Umbilikus simetris, acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i, tekstur kulit lembut dan elastis (< 2 detik) Punggung Massa (-), luka (-), nyeri tekan (-) Genetalia Bentuk normal, skrotum (+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-) Ektremitas Ekstremitas atas : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas pemasangan infus (dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+) Ekstremitas bawah : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)
5 4 q. a. b. c. d.
Tanda vital RR HR TD Temp
5
4
: 32 x/menit : 130 x/menit : 85/60 mmHg : 38,1 0C
10. Pemeriksaan Tinggkat Perkembangan a. Kemandirian bergaul An. D mudah berinteraksi dengan orang lain b. Motorik halus An. D sudah bisa menggambar, mewarnai dan menjelaskan gambar yang telah dibuatnya c. Motorik kasar An. D dapat menangkap bola dan melemparkannya, dapat melompat dan dapat berjalan dengan 1 kaki d. Kognitif An. D dapat mengingat nama ayah dan ibunya, dapat menjumlahkan penjumlahan yang sederhana (misalnya 1 + 1 = 2) e. Bahasa : Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh An. D adalah bahasa Indonesia. An. D berbicara dengan sangat jelas dan mudah dimengerti. 11. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboraturium (terlampir dihalaman 39) 12. Ringkasan Riwayat Keperawatan Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa An. D demam selama 5 hari, suhu tubuh 38,1 0C, BAB (-) selama 1 minggu, peristaltik usus 8 x/i, An. D rewel, muntah (-), mual (-), tingkat kesadaran : composmentis, ekstremitas bawah (+4), An. D terbaring lemah di tempat tidur. 13. a. b. c.
Masalah Keperawatan Peningkatan suhu tubuh Gangguan pola eliminasi Intoleransi aktivitas
B. 1. 2. 3.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan d engan proses infeksi Salmonella Typhi. Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan konstipasi Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring
ANALISA DATA No
Data
Etiologi
Masalah
1
Ds : Ibu klien mengatakan demam ± selama 5 hari demam bersifat naik turun, ibu klien mengatakan sudah memberi obat penurun panas tetapi tidak membaik Do : Teraba panas An.D rewel T : 38.1 0c RR : 32 x/i HR : 120 x/i Pct 3x1 tab
Invasi bakteri salmonela typhi melalui makanan atau minuman
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
Terjadi peradangan pada saluran cerna
Dilepaskannya zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang
Demam tipoid
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) 2
Ds : Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 2 x/hari, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB Ibu klien mengatakan makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Sedangkan pisang, pepaya dan ikan An. D kurang suka Do : Makan nasi + telur + kecap Makan apel (+) Peristaltik usus (8 x/i) BAB (-) Mual, muntah (-) Abdomen : Suepel Suara abdomen : Tympani
Terjadi peradangan pada saluran cerna
Penurunan kerja motilitas usus
Konstipasi
Gangguan pola
Gangguan pola eliminasi (BAB)
eliminasi (BAB)
3
Ds : Ibu klien mengatakan badan anaknya lemas Do : k/u : lemah Kekuatan otot (+4) Terbaring di tempat tidur Terpasang infus Aktivitas dibantu Ny. I
Proses infeksi virus Salmonell a Typhi
Intoleransi aktivitas
Penurunan sistem metabolisme tubuh
Kelemaha n fisik
Imobilisasi
Intoleransi aktivitas
C. INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa No Keperawatan Tujuan
1
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi
Rencana Tindakan Keperawatan Intervensi Rasional
Setelah Ukur tanda-tanda Sebagai dasar untuk dilakukan vital setiap 2/4 jam menentukan intervensi asuhan Observasi membran Untuk identifikasi tandakeperawatan mukosa bibir, tanda dehidrasi akibat selama 1 x 12 pengisian kapiler dan demam jam, turgor kulit diharapkan Anjurkan untuk suhu klien minum ± 2-2,5 Kebutuhan cairan dalam menurun. L/menit tubuh cukup mencegah Anjurkan kompres terjadinya demam KH : hangat pada dahi, Kompres hangat memberi Suhu tubuh ketiak, dan lipat paha efek vasodilatasi pembuluh dalam batas darah sehingga normal (36mempercepat penguapan Anjurkan untuk tirah 37 0C) panas baring/pembatasan Membran Menurunkan kebutuhan aktivitas selama fase mukosa metabolisme tubuh akut lembab sehingga menurunkan panas Anjurkan untuk Pengisian menggunakan pakaian kapiler < 2 Pakaian tipis memudahkan yang tipis dan detik penguapan panas saat menyerap keringat An. D tidak
2
Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi
rewel (rileks)
penurunan panas klien akan Kolaborasi dalam banyak mengeluarkan pemberian terapi keringat sesuai indikasi Untuk menurunkan panas/mengontrol panas, untuk mengatasi infeksi dan mencegah penyebaran infeksi, dan penggantian cairan akibat penguapan Observasi hasil panas tubuh pemeriksaan darah Untuk mengetahui dan feses perkembangan penyakit Observasi adanya typus dan efektifitas terapi peningkatan suhu Peningkatan suhu terus terus menerus, menerus setelah pemberian distensi abdomen, dan antipiretik dan antibiotik nyeri abdomen kemungkinan terjadinya komplikasi perforasi usus.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan pola eliminasi klien kembali normal.
Kaji pola eliminasi klien Asukultasi bunyi usus
Kaji adanya keluhan nyeri abdomen
KH : Anjurkan makanBAB 1 x/hari makanan yang lunak, Konstipasi buah-buahan yang lunak merangsang BAB Warna feces Kolaborasi dalam kuning pemberian terapi Tidak sesuai indikasi berlendir
3
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring
Sebagai data dasar gangguan yang dialami memudahkan intervensi selanjutnya Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit Menandakan adanya gas di perut sehingga mengakibatkan terjadinya distensi abdomen Makanan lunak serta buah buahan yang kaya akan serat dapat mengatasi konstipasi Dapat merangsang peristaltik usus secara perlahan sehingga masalah konstipasi teratasi
Setelah Kaji tingkat toleransi Sebagai dasar untuk dilakukan klien terhadap menentukan intervensi asuhan aktivitas Untuk mengidentifikasi keperawatan Kaji jumlah makanan selama 1 x 12 yang dikonsumsi klien intake nutrisi klien jam, setiap hari diharapkan Anjurkan klien untuk Untuk menurunkan klien dapat tidah baring selama metabolisme tubuh dan melakukan fase akut mencegah iritasi usus aktivitas Jelaskan pentingnya Untuk mengurangi secara pembatasan aktivitas peristaltik usus sehingga bertahap. selama perawatan mencegah iritasi usus Bantu klien KH : melakukan aktivitas TTV dalam sehari-hari sesuai Kebutuhan aktivitas klien batas normal kebutuhan terpenuhi dengan energi Tidak ada Libatkan keluarga
keluhan lelah dalam pemenuhan Kekuatan otot kebutuhan aktivitas meningkat sehari-hari Berikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai kondisi klien
minimal, sehinga mengurangi peristaltik usus Partisipasi keluarga meningkatkan kooperatif klien dalam perawatan Meningkatkan partisipasi klien dapat meningkatkan harga diri dan meningkatkan toleransi aktivitas
D. IMPLEMENTASI No Hari/Tgl
S E L A S A 30 A P R I L 2013
Diagnosa Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi
Implementasi
Evaluasi
Mengukur tanda-tanda vital An. D H: : 38,1 0C R : 28 x/i R : 128 x/i R : An. D rewel (menangis), dan tidak tenang
S: Ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas, walaupun sudah dikompres Ibu mengatakan An. D sudah diberikan banyak minum Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak banyak berakivitas hanya berbaring di tempat tidur Ibu klien mengatakan sudah memberikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat Ibu klien mengatakan sudah memberikan obat penurun panas yang diberikan O: Teraba panas di dahi T : 38 0C, RR : 130 x/i, HR : 30 x/i Kompres (+) Minum (+) Terbaring di tempat tidur Bibir lembab Memakai baju tipis dan menyerap keringat Abdomen : suepel Paracetamol IVFD RL 30 gtt/i
Mengamati membran mukosa bibir, pengisian kapiler dan turgor kulit pada An. D H: Bibir kering CRT & turgor kulit < 2 detik Menganjurkan An. D untuk banyak minum ± 2-2,5 L/hari H : Minum (+) R : An. D tidak sulit minum
1
Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat paha H : Ibu melakukan kompres hangat di dahi R : Ny. I mengambil handuk kecil dan air hangat dan melakukan kompres hangat Menjelaskan kepada ibu klien tentang pentingnya tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut H : Ibu memahami manfaat tirah baring selama fase akut (demam) R : Ibu dan An. D memperhatikan penjelasan yang diberikan Menjelaskan kepada Ibu klien tentang pentingnya menggunakan
A: Masalah peningkatan suhu tubuh teratasi sebagian
pakaian yang tipis dan menyerap keringat bagi An. D H : Baju An. D tipis dan menyerap keringat R : Ibu sudah memahami pentingnya pakaian tipis dan menyerap keringat bagi An. D
P : Intervensi dilanjutkan : Kaji TTV Anjurkan banyak minum Anjurkan untuk kompres hangat Kolaborasi dalam pemberian terapi
Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi H: IVFD RL 30 gtt/i Cotrimoxazole 2 x cth II Paracetamol 3 x 1 tab R : An. D mau meminum obat yang telah diberikan dan tidak ada tandatanda alergi Melihat hasil pemeriksaan darah dan feses H: Hb : 15,6 g/dl Ht : 46,9 % Leu : 9.103/ml Tromb : 189. 103/ml LED : 5 mm Widal : O : 1/80 1/80 1/40 1/80 H : 1/40 1/40 1/80 1/80 Mengamati adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, dan nyeri abdomen H : Suhu masih 38,1 0C, distensi abdomen (-), suepel (+) R : An. D mengatakan tidak merasakan sakit dibagian perut 2
Gangguan pola Menanyakan kepada ibu pola eliminasi eliminasi An. D (BAB) b/d H : ibu klien mengatakan An. D konstipasi belum BAB ± 1 minggu R : An. D mengatakan tidak sesak BAB, Ibu klien mengatakan cemas karena AN. D tidak BAB selama ± 1 minggu Mendengarkan suara peristaltik usus H : Terdengar peristaltik usus Mengkaji adanya keluhan nyeri abdomen H : abdomen : suepel, nyeri (-) R : An. D mengatakan tidak ada sakit dibagian perut Menganjurkan ibu klien untuk memberikan makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)
S: Ibu klien mengatakan bahwa An. D belum ada BAB An. D mengatakan tidak merasakan sakit pada perutnya An. D mengatakan tidak ada sesak BAB An. D mengatakan tidak suka makan buah pepaya dan pisang An. D mengatakan sudah minum obat O: BAB (-) Abdomen : suepel M2 TKTP + telur rebus Makan apel (+)
H : M2 TKTP (pakek telur), makan buah apel R : Ibu klien mengatakan memberikan makanan yang di sediakan oleh RS dan pakek telur, Ibu klien mengatakan An. D hanya mau makan buah apel Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi H : Lactulosa 3 x cth I R : An. D mengatakan belum ada BAB
3
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring
Lactulosa 3 x cth I A: Masalah pola eliminasi belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan : Kaji eliminasi klien Auskultasi bunyi usus Anjurkan makanmakanan lunak dan buah Kolaborasi dalam pemberian terapi
Mengkaji tingkat toleransi klien S: terhadap aktivitas Ibu klien mengatakan H : Hanya bisa duduk dan terbaring bahwa An. D hanya bisa R : An. D mengatakan badanya berbaring dan duduk di lemah tempat tidur Ibu klien mengatakan Mengkaji jumlah makanan yang anaknya sulit bergerak dikonsumsi klien karena terpasang infus H : Diet M2 TKTP 3x/hari, makan di kaki sebelah kanan roti (+), makan buah (+) R : Ibu klien mengatakan An. D O: makan 3 x/hari tetapi tidak Berbaring di tempat tidur dihabiskan Terpasang infus di kaki sebelah kanan Memberi penjelasan kepada ibu k/u : lemah untuk menjaga An. D agar tidak banyak bergerak A: H : An. D hanya terbaring di tempat Masalah aktivitas belum tidur teratasi R : Ibu klien mengatakan akan P : Intervensi membatasi aktivitas An. D dilanjutkan : Membantu klien melakukan Kaji tingkat toleransi aktivitas sesuai kebutuhan klien terhadap aktivitas H : Membantu An. D duduk Bantu melakukan R : An. D mengatakan senang bisa aktivitas sehari-hari duduk sesuai kebutuhan Anjurkan untuk tiraj Melibatkan keluarga dalam baring selama fase akut pemenuhan kebutuhan aktivitas Libatkan keluarga dalam sehari-hari pemenuhan kebutuhan H : Ibu klien bekerja sama dengan aktivitas sehari-hari baik R : Ibu klien mengatakan mau membantu perawat Memberikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai indikasi H : Bermain handphone R : An. D senang bermain bola di HP
1
R A B U O1 M E I
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi
2013
Mengukur tanda-tanda vital An. D H: : 36,2 0C R : 28 x/i R : 92 x/i R : An. D sudah membaik dan terlihat lebih segar
S: Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah tidak demam lagi Ibu mengatakan akan menjalankan anjuran yang telah diberikan apabila anaknya demam Menganjurkan ibu klien untuk lagi memberikan banyak minum apabila Ibu klien mengatakan demam masih memberikan obat H : Minum (+) penurun panas karena R : Ibu klien akan memberikan takut demamnya banyak minum apabila An. D terulang lagi demam Ibu klien berterima kasih atas penjelasan yang Menganjurkan ibu untuk telah diberikan melakukan kompres hangat apabila kepadanya demam terulang kembali H : Ibu akan melakukan kompres O: hangat apabila demam lagi Ekspresi wajah ibu klien R : Ibu klien mengucapkan terima terlihat senang kasih atas anjuran yang diberikan k/u : membaik T : 36,5 0C, RR : 28 x/i, Berkolaborasi dalam pemberian HR : 92 x/i terapi sesuai indikasi Minum (+) H: Bibir lembab IVFD RL 30 gtt/i Paracetamol 3 x 1 tab Cotrimoxazole 2 x cth II IVFD RL 30 gtt/i Paracetamol 3 x 1 tab R : An. D mau meminum obat yang A : Masalah peningkatan telah diberikan suhu tubuh sudah teratasi P : Intervensi dihentikan.
2
Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi
Menanyakan eliminasi kepada An. D H : BAB (-) R : An. D mengatakan belum ada BAB, Ibu klien mengatakan anaknya tidak ada merasakan sesak BAB.
S: Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah BAB tetapi sedikit Ibu klien mengatakan feces anaknya keras dan bau, berwarna kuning Ibu klien mengatakan Mendengarkan suara peristaltik anaknya juga makan usus pisang walaupun harus H : Terdengar peristaltik usus dipaksa terlebih dahulu R : An. D mengatakan tidak ada Ibu klien mengatakan sesak BAB siang ini anaknya makan dengan nasi yang telah Mengingatkan kembali ibu klien disediakan dan pakai untuk memberikan makan-makanan telur lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya) O : H : M2 TKTP (pakek telur), makan Peristaltik usus (+) 12 x/i pisang (+) M2 TKTP + telur rebus
R : Ibu klien mengatakan anaknya pagi ini makan dengan nasi, telur, dan sayur bening Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi H : Diet M2 TKTP, Lactulosa 3 x cth I
Makan pisang (+) ¼ bagian Lactulosa 3 x cth I A: Masalah pola eliminasi teratasi P : Intervensi dihentikan
3
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring
Mengevaluasi tingkat toleransi klien terhadap aktivitas H : Duduk dan berbaring R : An. D mengatakan badanya sudah tidak lemas lagi dan ingin berjalan Membantu klien melakukan aktivitas sesuai kebutuhan H : hanya bisa duduk karena terpasang infus di kaki kanan R : An. D mengatakan minta dilepaskan infusnya Mengingatkan untuk tirah baring apabila masih lemah H : k/u : membaik R : An. D mengatakan ya Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari H : Makan dibantu, kencing dibantu, dan duduk mandiri R : Ibu klien mengatakan aktivitas anaknya masih harus dibantu
S: Ibu klien mengatakan bahwa infus anaknya sudah dilepas jam 11.00 wib Ibu klien mengatakan anaknya sudah membaik karena sudah bisa berjalan dan bermain bersama teman 1 ruangan Ibu klien mengatakan senang karena anaknya besok sudah boleh pulang Ibu klien mengatakan akan menjaga anaknya agar tidak terlalu kecapaian karena belum sembuh betul Ibu klien mengucapkan terima kasih karena sudah perduli dengan anaknya O: Ekspresi ibu klien senang An. D terlihat senang dan bermain bersama teman 1 ruangan k/u : baik tampak lebih segar A: Masalah aktivitas teratasi P : Intervensi dihentikan oleh mahasiswa. Terapi pengobatan dilanjutkan oleh pegawai ruangan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hind ari makanan pedas. B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit , Edisi 2. Jakarta : EGC Soegeng, S. 2005. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Jakarta : Salemba Medika Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Jakarta : CV Agung Setia Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC