50
PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
DENGAN METODE GRANULASI BASAH
Tujuan
Menentukan pengaruh jenis pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik granulasi basah dengan zat aktif parasetamol.
Menentukan evaluasi terhadap granul dan sediaan tablet yang dibuat
Teori Dasar
Apabila pemakaian obat harus secara oral dalam bentuk kering, maka bentuk kapsul dan tablet merupakan sediaan yang paling sering digunakan. Keduanya efektif memberikan kenyamanan dan kemantapan dalam penanganan, pengenalan dan pemakaian oleh pasien. Dari sudut pandang farmasetika bentuk sediaan padat pada umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel hal. 244)
Sedangkan menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .
Kebanyakan tablet digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet mempunyai beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang tahan terhadap pemasukan (temperproof)
Hal – hal berikut merupakan keunngulan jutama tablet :
Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak
Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah ; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.
Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.
Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di usus atau produk lepas lambat
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk produksi besar – besaran.
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik
(Lachman, hlm 645)
Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut :
Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.
Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 647-648)
Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam mendesain formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas eksipien sebagai berikut :
Pengisi/pengencer (diluents)
Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari tablet jadi (akhir)
Pengikat (binders dan adhesive)
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan.
Penghancur (disintegrants)
Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah ditelan pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum dilakukan granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada kedua tahap proses.
Pelincir (lubricant)
Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan sifat sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin (glidan)
Stickland mendeskripsikan:
Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa selama proses pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang.
Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan selanjutnya ada dinding cetakan.
Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.
Antiadheran
Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi mudah tersusun/terkumpul.
Pelicin (glidan)
Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam lobang lumpang. Glidan dapat meminimalkan ketidakmerataan yang sering ditemukan/ditunjukan formula kempa langsung. Glidan meminimalkan kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan.
Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian :
Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.
Distribusi glidan dalam granul.
Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.
Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul.
Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena glidan teradhesi pada permukaan granul.
(Goeswin, hlm 288-291)
Selain bahan tambahan (eksipien) yang disebutkan diatas biasanya ditambahkan pula agen pendapar, pemanis/flavor, agen pembasah, agen penyalutan, pembentuk matriks dan pewarnaan (zat warna).
Tablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukan kualitas sebagai berikut :
Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan, kintaminasi, dan lain lain.
Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan.
Stabil secara fisika, kimia.
Mampu melepas zat berkhasiat sesuai dengan yang diharapkan.
Bioavailibilitas (Lachman, 1986 halaman 647-648).
memenuhi keseragaman ukuran
memenuhi keseragaman bobot
memenuhi waktu hancur
memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief, M., 2005).
Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan dalam batas yang dizinkan (spesifikasi).
Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses manufaktur, transfortasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan menggunakan.
Tablet harus menghantarkan dosi obat pada lokasi dan kecepatan yang dipersyaratkan.
Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien. (Goeswin, hlm 304)
Tablet dibuat dengan jalan mengempa adonan yang mengandung satu atau beberapa obat dengan bahan pengisi pada mesin stempel yang disebut pencetak. Mesin pencetak tablet ada 2, yaitu pencetak tunggal atau single punch dan pencetak ganda berputar atau rotary press. Mesin pencetak tablet dirancang dengan komponen komponen dasar sebagai berikut:
Hopper, yaitu untuk menahan atau tempat menyimpan dan memasukkan granul yang akan dicetak
Die, yang menentukkan ukuran dan bentuk tablet
Punch, untuk mencetak/mengempa granul yang ada di die
Jalur cam, untuk mengatur gerakan pucnh
Suatu mekanisme pengisian untuk menggerakan atau memindahkan granul dari hopper ke dalam die.
(Lachman ,halaman 662)
. Metode pembuatan tablet dibagi menjadi metode granulasi dan kempa langsung dan granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar . Metode granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi kering.
Granulasi Basah
Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum (Lachman, 1986). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994).
Tahapan pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan metode granulasi basah yaitu :
Penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien
Pencampuran serbuk yang sudah digiling
Preparasi larutan pengikat
Pencampuran larutan pengikat dengan campuran serbuk untuk membentuk masa basah
Pengayakan/penapisan massa kasar menggunakan ayakan berukuran mesh 6-12
Pengeringan granul basah
Pengayakan granul kering melalui ayakan berukuran 14-20
Pencampuran granul yang sudah diayak dengan lubrikan dan disintegran
Pengempaan tablet
(Goeswin Agoes halaman : 254)
Untuk memantau kualitas produk obat, evaluasi secara kuantitatif serta penetapan sifat kimia, fisika, dan bioavilibilitas tablet harus dibuat evaluasi meliputi :
Evaluasi Granul
Sifat alir
BJ nyata, BJ mampat, % Kompresibilitas
Kelembaban
Evaluasi Tablet
Organoleptis
Keseragaman Ukuran
Keseragaman bobot
Friabilitas
Kekerasan dan kerenyahan tablet
Waktu hancur
Kandungan obat dan pelepasannya
Parasetamol atau asetominofen memiliki khasiat dari sebagai analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang.(Obat – Obat Penting halaman : 318)
Aksi dari parasetamol yaitu menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak memiliki efek anti-inflamasi diperifer ; mengurangi demam melalui tindakan langsung pada hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang ; pengobatan demam. Penggunaan berlabel (s): Nyeri dan demam setelah vaksinasi profilaksis. (A to Z Drug fact)
Dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh kodein dan kofein dengan kira – kira 50%. Reabsorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit – metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat – glukuronida dan sulfat. Efek sampingnya tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Overdose dapat menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak interaktif.
Dosis dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral 2 - 3 dd 0,5-1 g, maks 4 g/hari, pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak – anak 4 – 6 dd 10 mg/kg, yakni rata – rata usia 3 -12 bulan 60 mg, 1 - 4 tahun 240 – 360 mg, 4 – 5x sehari. (Obat – Obat Penting ed IV, hlm 318-319)
Resep
Kelompok 1 (formula 1)
BAHAN
KADAR
Fase dalam
Paracetamol
Lactosa Anhidrat
Amylum
Pasta amylum
500 mg
q.s
10%
5%
Fase luar
Amylum
Talk
Mg stearat
5%
2%
1%
Kelompok 2 (formula 2)
BAHAN
KADAR
Fase dalam
Paracetamol
Lactosa Anhidrat
Amylum
Pasta amylum
500 mg
q.s
10%
12,5%
Fase luar
Amylum
Talk
Mg stearat
5%
2%
1%
Kelompok 3 (formula 3)
BAHAN
KADAR
Fase dalam
Paracetamol
Lactosa
Amylum 10%
PVP
500 mg
q.s
10%
2%
Fase luar
Amylum
Talk
Mg stearat
5%
2%
1%
Kelompok 4 (formula 4)
BAHAN
KADAR
Fase dalam
Paracetamol
Lactosa
Amylum 10%
PVP
500 mg
q.s
10%
5%
Fase luar
Amylum
Talk
Mg stearat
5%
2%
1%
Preformulasi Zat Aktif
Struktur kimia
Rumus molekul
C8H9NO2
Nama
Paracetamol
Nama lain
Acetaminofhen
Nama kimia
n-acetil-4-aminofenol
Berat molekul
151,16
Pemerian
Serbuk hablur,putih,tidak berbau,rasa pahit (FI III,hal 32)
Suhu lebur
1690C-1720C
pH
Antara 5,3 dan 6,5 (codek hal 988)
Kelarutan
Larut dalam 70 bagian air,7 bagian etanol,13 bagian aceton,40 bagian glicerol,9 bagian propilen glikol,larut dalam larutan alkali hidroksida
Stabilitas
Terhidrolisis pada ph minimal 5-7
Stabil pada temperatur 450C (dalam bentuk serbuk)
Dapat terdegradasi oleh quinominim dan terbentuk warna pink,coklat dan hitam
Relatif stabil terhadap oksidasi
Menyerap uap air dalam jumlah tidak signifikan pada suhu 250C dan kelembaban 90%
Tablet yang dibuat granulasi basah menggunakan pasta gelatin tidak dipengaruhi oleh kelembaban tinggi dibandingkan menggunakan povidon
(codek hal 988)
Inkompatibilitas
Inkompatibilitas terhadap permukaan nilon dan rayon (codek hal 988)
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat,tidak tembus cahaya (FI IV,hal 650)
Daftar pustaka
FI III,hal 32
FI IV,hal 650
codek hal 988-989
Preformulasi Eksipien
PVP (Polivinil Pyrolidone)
Struktur kimia
Rumus molekul
(C6H9NO)n
Nama kimia
1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer [9003-39-8]
Berat molekul
2500-3000000
Pemerian
Serbuk hakus berwarna putih hingga putih krem,tidak berbau atau hampir tidak berbau,serbuk higroskopis
Kelarutan
Sangat larut dalam asam,kloroform , etanol 95%,keton,metanol dan air,praktis tidak larut dalam eter hidrokarbon dan minyak mineral
Stabilitas
penurunan kelarutan povidone stabil untuk siklus pendek dari preparan Povidon mulai berwarna gelap sampai batas tertentu pada pemanasan 1500C ,dengan panas sekitar 1100C-1300C.
Sterilisasi uap dari larutan berair tidak mengubah kandungan povidon,larutan berair yang peka,rentan terhadap pertumbuhn jamur dan akibatnya memerlukan penambahan bahan pengawet yang cocok
Inkompatibilitas
Inkompatibel terhadap bahan organik dan anorganik
Penyimpanan
Disimpan dalam wadah kedap udara ,sejuk dan tempat kering
Kegunaan
Pengikat (0,5%-5%)
Daftar pustaka
HOPE 6th edisi 2009 hal 581-582
Amylum
Struktur kimia
Rumus molekul
[C16H10O5]n . dimana n= 300 – 1000
Nama kimia
Starch [9005 – 25 -8]
Berat molekul
300 – 1000 tergantung jenis amylum
Pemerian
Amylum tidak berbau tidak berasa ,warna putih sampai putih tua ,serbuk halus
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam etanol 96%dan dalam air dingin.pati mengembang seketika dalam air sekitar 5 – 10 % pada 378C .pati menjadi larut dalam air panas pada suhu diatas suhu gelatinasi.
Stabilitas
Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi.pati dianggap sebagai bahan kimia dan mikrobiologi pada kondisi penyimpanan dibawah normal .larutan amilum atau atau pasta amylum tidak stabil dan mudah dimetabolisme oleh microorganisme,karena itu untuk granulasi basah harus selalu dibuat baru. Pati harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering
Inkompatibilitas
Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat. Berwarna
senyawa inklusi terbentuk dengan yodium
Penyimpanan
Dalam tempat sejuk dan kering
Kegunaan
Desintegran 3 – 25 %
Daftar pustaka
HOPE 6th edisi 2009 hal 686 – 691
Talkum
Struktur kimia
Rumus molekul
Mg6(S12O5)4(OH)4
Nama kimia
Talk(14807-96-6)
Berat molekul
-
Pemerian
Sangat halus,warna putih sampai putih ke abu-an,tidak berbau ,berkilat mudah melekat pada kulit dan bebas dr butiran
Kelarutan
Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Stabilitas
Talk merupakan bahan yang stabil,dapat di sterilisasi dengan pemanasan sampai 1600 C tidak kurang dari 1 jam .dapat juga disterilkan dengan gas etilen oxide atau gama radiasi
Inkompatibilitas
Inkompatibilitas dengan kandungan ammonium kwartener
Penyimpanan
Talk harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tempat kering
Kegunaan
Glidan (1,0 % - 10 %)
Daftar pustaka
HOPE 6th edisi 2009 hal 728 – 731
FI ed IV hal 771
Lactosa Anhydrous
Struktur molekul
Rumus molekul
C12H22O11
Nama kimia
O-β-D-galactopyranosyl-(1 4)-β-D-glucopyranose
Berat molekul
342,30
Pemerian
Laktosa anhidrat adalah serbuk atau partikel kristal berwarna putih, rasa manis, tidak berbau.
Suhu Lebur
2320C
Kelarutan
Larut dalam air, sedikit larut dalam ethanol 95% dan eter.
Density
1,589 g/cm3
Stabilitas
Laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan dalam penyimpanan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh panas, kondisi lembab yang kelembabannya hingga 80%.
Inkompatibilitas
Laktosa anhidrat inkompatibel dengan oksidator kuat. Dapat mengalami reaksi maillard dengan amin primer dan sekunder bila disimpan dalam kondisi kelembaban tinggi pada waktu tertentu.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan kering.
Kegunaan
Tablet filler atau diluent atau pengisi.
Pustaka
Handbook of Pharmaceutical Exipient Halaman 359 – 361
Magnesium Stearat
Struktur kimia
Rumus molekul
C36H70MgO4
Nama kimia
Octadecanoic acid magnesium salt [557-04-0]
Berat molekul
591,29
Pemerian
Serbuk halus berwarna putih,bau samar rasa khas
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam etanol,etanol 95%,eter dan air ,sedikit larut dalm benzen hangat,dan etanol hangat 95%
Stabilitas
Magnesium stearat stabil dan dapat disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kering
Inkompatibilitas
Inkompatibel dengan asam kuat,basa, garam besi.Hindari pencampuran dengan bahan yang teroksidasi kuat.Mg stearat tidak dapat digunakan dalam produk yang mengandung aspirin,beberapa vitamin dan garam besi
Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan disimpan dalam tempat sejuk dan kering
Kegunaan
Lubricant,0,25 % - 5,0 %
Daftar pustaka
HOPE 6th edisi 2009 hal 404 – 405
Rasionalisasi Formula
Dosis parasetamol dalam sediaan tablet >5% sehingga pembuatan tablet dengan metode granulasi.
Fungsi aqua yang digunakan dalam pembuatan tablet parasetamol bukan sebagai pelarut zat aktif tetapi untuk melarutkan zat pengikat karena zat pengikat yang digunakan dalam formula ini larut dalam air.
Berdasarkan data stabilitas, parasetamol stabil pada temperatur 450C (dalam bentuk serbuk) sehingga pada saat pengeringan granul dilakukan pada temperatur dibawah 450C
Bobot tablet yang dibuat 700 mg sedangkan bobot parasetamol adalah 500 mg sehingga ditambahkan zat pengisi laktosa untuk menambah bobot tablet.
Untuk mengikat zat aktif dan zat tambahan serta agar tablet dapat dicetak maka ditambahkan zat pengikat PVP.
Tablet merupakan sediaan solid sehingga ditambahkan penghancur atau disintegran dengan menggunakan amilum pada fase luar dan dalam yang berfungsi untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah ditelan oleh pasien.
Untuk memperbaiki sifat alir serbuk ditambahkan talkum sebagai pelicin/ glidan
Untuk menurunkan friksi antara serbuk dan dies pada saat proses filler ditambahkan mg stearat sebagai lubricant.
Laktosa digunakan sebagai pengisi/filler yang berfungsi untuk menambah bobot tablet
PVP digunakan sebagai pengikat atau binder yang berfungsi untuk mengikat zat aktif dan zat tambahan agar tablet dapat dicetak
Amilum digunakan sebagai penghancur/disintegran yang berfungsi untuk mempermudah kehancuran tablet dalam pencernaan
Talkum digunakan sebagai pelicin/glidan yang berfungsi untuk memperbaiki sifat alir serbuk dari hoper ke die.
Mg stearat digunakan sebagai lubricant yang berfungsi untuk menurunkan friksi antara serbuk dan die.
Perhitungan
Formula
Kadar parasetamol = 500 mg
Bobot tablet 700 mg = dibuat untuk 250 tablet
Fase dalam (92%) :
1 tablet = 92100 ×700 mg=644 mg
250 tablet = 644 mg ×250=161 gram
Formula
Perhitungan 1 Tablet
Perhitungan 500 Tablet
Kondisi Sebenarnya
Fase dalam (92%)
Parasetamol
PVP 5%
Amylum 10%
Laktosa q.s
500 mg
5100×700 mg=35 mg
10100×700 mg=70 mg
644-500-35-70mg = 39 mg
500 mg x 250 = 125 gram
35 mg x 250 = 8,75 gram
70 mg x 250 = 17,5 gram
39 mg x 250 = 9,75 gram
125,24 gram
8,758 gram
17,506 gram
9,756 gram
Fase luar (8%)
Amylum 5%
Mg stearat 1%
Talk 2%
5%
5%
5%
592×119,977 g=6,520 g
192×119,977 g=1,304 g
292×119,977 g=2,608 g
6,520 gram
1,304 gram
2,608 gram
Batch 1
Massa granul yang diperoleh = 150,077 gram
Bobot granul teoretis menjadi = 119,977 gram
Fasa luar yang ditambahkan:
Amylum = 592×119,977 g=6,520 g
Mg Stearat = 192×119,977 g=1,304 g
Talk = 292×119,977 g=2,608 g
Kadar lembab pada granul = 2,67 %
= 2,67 100 ×119,977 g=3,203 g
Bobot granul = 119,977 g – 3,203 g = 116,774 g
Jumlah tablet yang dapat dibuat = 116,774 g 161g ×250=181,3 tablet
Bobot tablet = 119,977+6,520+1,304+ 2,608 g 181,3=0,719 g=719 mg
Batch 2
Massa granul yang diperoleh = 157,800 gram
Bobot granul teoretis menjadi = 127,531 gram
Fasa luar yang ditambahkan:
Amylum = 592×127,531 g=6,931 g
Mg Stearat = 192×127,531 g=1,386 g
Talk = 292×127,531 g=2,772g
Kadar lembab pada granul = 2,61 %
= 2,61 100 ×127,531 g=3,328 g
Bobot granul = 127,531 g – 3,328 g = 124,203 g
Jumlah tablet yang dapat dibuat = 127,531 g 161g ×250=192,86 tablet
Bobot tablet = 127,531+6,931+1,386+ 2,772g 192,86=0,718 g=718 mg
Prosedur
Fase dalam
Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
Proses milling
Haluskan bahan yang akan digunakan
Timbang bahan aktif dan bahan tambahan sebanyak:
Paracetamol =125 gram dikertas yang telah disesuaikan
Amylum = 17,5 gram dikertas yang telah disesuaikan
Polivinilpirrolidon = 8,75 gram dikertas yang telah disesuaikan
Lactosa = 9,75 gram dikertas yang telah disesuaikan
Proses mixing
Siapkan wadah mixing (yang tersedia di laboratorium adalah toples)
Masukkan dalam toples dari bahan yang terkecil yaitu lactosa sebanyak 9,75 g
Ditambahkan amylum kurang lebih sebanyak 9,75 g kemudian toples ditutup
Toples diaduk digoyang secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang lebih selama 5 menit 5, toples dibuka (hindari pengetukan pada toples)
Ditambahkan sisa amylum dan kurang lebih 12 g paracetamol kemudian toples ditutup
Toples diaduk digoyang secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang lebih selama 5 menit 5, toples dibuka (hindari pengetukan pada toples)
Ditambahkan kurang lebih 40 g paracetamol kemudian toples ditutup
Toples diaduk digoyang secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang lebih selama 5 menit 5,toples dibuka (hindari pengetukan pada toples)
Ditambahkan sisa paracetamol kemudian toples ditutup
Toples diaduk digoyang secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang lebih selama 5 menit 5, toples dibuka (hindari pengetukan pada toples)
Pembuatan larutan pengikat
Timbang 8,75 g povidon/polivinil pirolidon
Dimasukkan dalam beaker glas 50 ml
Ditambahkan kurang lebih 10 ml aquades
Diaduk sampai povidon/polivinil pirolidon larut sempurna menggunakan batang pengaduk
Proses granulasi
Serbuk yang telah melalui proses mixing ditambahkan larutan pengikat sedikit demi sedikit sambil diaduk perlahan sampai larutan pengikat habis
Diukur kelembaban serbuk,jika belum sesuai ditambahkan aquades sampai kelembaban yang diinginkan
Masukkan serbuk dalam mesin granulasi
Lakukan granulasi sampai serbuk habis
Proses pengayakan
Granul yang sudah terbentuk diayak melalui mesh no. 12
Proses pengeringan
Granul ditempatkan dalam wadah yang permukaanya luas (dalam praktikum digunakan loyang)
Dimasukkan dalam oven
Atur suhu oven pada temperatur 37 0C
Dilakukan evaluasi granul meliputi:
Berat granul
BJ nyata,BJ mampat dan % komprebilitas (% K)
Kecepatan aliran
Kandungan lembab
Proses mixing dengan fase luar
Timbang fase dalam ,hitung jumlah fase luar yang akan digunakan berdasarkan jumlah fase dalam
Timbang bahan-bahan fase luar sebanyak:
Amylum: 6,520 gram
Talk: 2,608gram
Mg stearat: 1,304 gram
Fase dalam dimasukkan dalam toples
Ditambahkan talk aduk secara kontinyu dengan kecepatan tetap sampai homogen (pengadukan jangan terlalu lama)
Ditambahkan mg stearat aduk secara kontinyu dengan kecepatan tetap sampai homogen (pengadukan jangan terlalu lama)
Ditambahkan amylum aduk secara kontinyu dengan kecepatan tetap sampai homogen (pengadukan jangan terlalu lama)
Pengadukan fase luar tidak lebih dari 5 menit
Proses Pencetakan Tablet
Dilakukan optimasi berat dengan mencetak satu tablet. Berat yang diinginkan 719.
Setelah didapat berat yang diinginkan dilakukan optimasi kekerasan tablet. Kekerasan tablet yang diinginkan berkisar 70 – 120 N.
Setelah mendapat berat dan kekerasan yang sesuai. Kemudian mesin disetting otomatis.
Granul dimasukkan ke dalam hopper mesin tablet single punch.
Dilakukan pencetakan tablet hingga granul dalam hopper habis.
Dilakukan evaluasi tablet , meliputi :
Organoleptik
Keseragaman ukuran
Friabilitas
Keseragaman bobot
Kekerasan tablet
Waktu hancur
Evaluasi Granul dan Tablet
Evaluasi Granul
BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas (%K)
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik
Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk 500x). Pengukuran % kompresibilitas berdasarkan Carr's Index.
Penafsiran hasil : Jika % K:
5 – 10 % artinya aliran sangat baik
11 – 20 % artinya aliran cukup baik
21 - 25 % artinya aliran cukup
>26 % artinya aliran buruk
BJ Nyata
Batch 1
Percobaan I
Percobaan II
Percobaan III
Bobot granul
35 gram
35 gram
35 gram
Volume granul
82 mL
92 mL
93 mL
BJ Nyata
0,426 g/mL
0,380 g/mL
0,376g/mL
Rata-Rata BJ Nyata = 0,394 g/mL
Batch 2
Percobaan I
Percobaan II
Percobaan III
Bobot granul
35 gram
34,99 gram
35 gram
Volume granul
82 mL
81 mL
84 mL
BJ Nyata
0,426 g/mL
0,432 g/mL
0,416g/mL
Rata-Rata BJ Nyata = 0,425 g/mL
BJ Mampat
Batch 1 :
Jumlah Ketukan
Volume granul
Percobaan I
Percobaan II
Percobaan III
-
82 mL
92 mL
93 mL
50
73 mL
86 mL
88 mL
100
71 mL
84 mL
86 mL
200
70 mL
83 mL
85 mL
500
69 mL
78 mL
83 mL
BJ Mampat
35 g69 mL = 0,507 g/mL
35 g78 mL = 0,448 g/mL
30,003g54 mL = 0,421 g/mL
Rata-Rata BJ Nyata = 0,458 g/mL
Batch 2 :
Jumlah Ketukan
Volume granul
Percobaan I
Percobaan II
Percobaan III
50
79 mL
73 mL
75 mL
100
72 mL
69 mL
72 mL
200
70 mL
68 mL
70 mL
500
68 mL
68 mL
69 mL
BJ Mampat
35 g68 mL = 0,514 g/mL
34,999 g68 mL = 0,514 g/mL
35 g69 mL = 0,507 g/mL
Rata-Rata BJ Nyata = 0,511 g/mL
% Kompresibilitas
Batch 1
Percobaan Ke-
% Kompresibilitas
I
0,507-0,426 g/mL(0,507)g/mL ×100% = 15%
II
(0,448-0,380)g/mL(0,448)g/mL ×100% = 15,1 %
III
(0,421-0,376)g/mL(0,421)g/mL ×100% = 10,6 %
Rata-Rata %Kompresibilitas = 13,5 %
Aliran Cukup Baik
Hasil evalusi BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas formula tingkat IIB :
Formula
Batch
BJ nyata (g/ml)
BJ mampat (g/ml)
Kompresibilitas
1
1
0.4491
0.572
21.43 %
2
0.4715
0.590
20.07 %
2
1
0.466
0.562
17.02 %
2
0.467
0.583
19.93 %
3
1
0.483
0.553
12.88 %
2
0.378
0.463
18.3 %
4
1
0.394
0,456
13,5 %
2
0.425
0.512
16.92 %
Kecepatan aliran
Tujuan : Menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan
Prinsip : Menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu.
Alat : Flow Tester Manual
Penafsiran Hasi : Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan >4 g granul adalah 1 detik.
Batch 1
Percobaan
Berat wadah (g)
Berat wadah + granul (g)
Waktu (detik)
Kec. aliran (gram/detik)
1
3,127 g
27,964
2 detik
12,419 g/dtk
2
3,107 g
28,021
2 detik
12,457 g/dtk
3
3,092 g
27,822
2 detik
12,365 g/dtk
Rata-rata kecepatan aliran untuk formula 4 (batch 1) = 12,419+12,457+12,365 g/dtk3
= 12,413 g/dtk
Batch 2
Percobaan
Berat wadah (g)
Berat wadah + granul (g)
Waktu (detik)
Kec. aliran (gram/detik)
1
3,126 g
27,196
2 detik
12,035 g/dtk
2
3,105 g
28,345
2 detik
12,620 g/dtk
3
3,094 g
28,489
2 detik
12,697 g/dtk
Rata-rata kecepatan aliran untuk formula 4 (batch 2) = 12,035+12,620+12,697 g/dtk3
= 12,451 g/dtk
Formula
Batch
Kecepatan aliran
1
1
8.997 g/detik
2
6.897 g/detik
2
1
11,1552 g/detik
2
10.94 g/detik
3
1
12.71 g/detik
2
5.96 g/detik
4
1
12.413 g/detik
2
12.451 g/detik
Kandungan lembab
Tujuan : Mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat mengantisipasi masalah yang terjadi selama proses pengempaan tablet, terutama kandungan lembab menjadi faktor penyebabnya.
Prinsip : Alat menentukan persentase massa yang hilang (air, komponen yang mudah menguap) selama pemanasan pada suhu tertentu (70oC)
Alat : Moisture balance Balance
Penafsiran Hasil : Kadar air yang baik 2-4 %
Hasil :
Batch 1 :
Berat wadah + granul
Percobaan I
Berat wadah + granul
Percobaan I
Berat wadah + granul
Percobaan I
12,508 gram
12,564 gram
12,530 gram
12,321 gram
12,357 gram
12,310 gram
12,294 gram
12,261 gram
12,208 gram
12,172 gram
12,230 gram
12,187 gram
12,172 gram
12,218 gram
12,187 gram
-
12,218 gram
-
%MC Percobaan I = 12,508 gram-12,172gram 12,508 gram×100%
= 2,6%
%MC Percobaan I = 12,564 gram-12,218 gram 12,564 gram×100%
= 2,7%
%MC Percobaan I = 12,530 gram-12,187 gram 12,530 gram×100%
= 2,7%
%MC rata – rata = 2,6 %+2,7%+2,7 % 3
= 2,67%
Batch 2 :
Berat wadah + granul
Percobaan I
Berat wadah + granul
Percobaan I
Berat wadah + granul
Percobaan I
12,527 gram
12,546 gram
12,527 gram
12,243 gram
12,256 gram
12,266 gram
12,233 gram
12,246 gram
12,242 gram
12,207 gram
12,210 gram
12,202 gram
12,206 gram
12,208 gram
12,202 gram
-
12,208 gram
-
%MC Percobaan I = 12,527 gram-12,206 gram 12,527 gram×100%
= 2,56%
%MC Percobaan I = 12,546 gram-12,208 gram 12,546 gram×100%
= 2,69%
%MC Percobaan I = 12,527 gram-12,202 gram 12,527gram×100%
= 2,59%
%MC rata – rata = 2,56%+2,69%+2,59 % 3
= 2,61%
Hasil evaluasi kandungan lembab granul pada formula tingkat IIB :
Formula
Batch
Kandungan lembab granul
1
1
0,43%
2
0,43%
2
1
3.95 %
2
1.98 %
3
1
2 %
2
2.03 %
4
1
2.67 %
2
Evaluasi Tablet
Organoleptis
Tujuan : Penerimaan oleh konsumen
Prinsip : Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan rasa
Penafsiran hasil : Warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda, bau sesuai spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai), rasa sesuai spesifikasi
Batch 1
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Bulat pipih. putih. tidak berbau. rasa pahit
Bulat pipih. putih. tidak berbau. rasa pahit
Tablet berbintik coklat dan banyak tablet yang caping dan laminating
Bulat pipih. putih. tidak berbau. rasa pahit
Bulat pipih. putih. tidak berbau. rasa pahit
± 23 tablet berbintik coklat
± 4 tablet regas dibagian permukaan
Batch 2
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Bulat pipih. putih. tidak berbau. rasa pahit
Bulat pipih. putih. tidak berbau. rasa pahit
Tablet berbintik coklat dan banyak tablet yang caping dan laminating
Bulat pipih. putih. tidak berbau. rasa pahit
Bulat pipih. putih. tidak berbau. rasa pahit
Keseragaman ukuran
Tujuan : Menjamin penampilan tablet yang baik
Prinsip : Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisian granul ke dalam die. Pengukuran dilakukan terhadap diameter dan tebal tablet.
Alat : jangka sorong
Penafsiran hasil : Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 kali tebal tablet.
Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya menggunakan jangka sorong.
Tabel Hasil evaluasi keseragaman bobot tablet formula tingkat II
Batch 1 :
No
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
1.
0.91
0.35
0,985
0,3
0.91
0.30
0,91
0,31
2.
0.91
0.32
0,91
0,29
0.91
0.30
0,91
0,33
3.
0.915
0.32
0,90
0,23
0.92
0.30
0,92
0,32
4.
0.91
0.33
0,90
0,25
0.92
0.31
0,91
0,32
5.
0.91
0.32
0,90
0,25
0.92
0.31
0,92
0,32
6.
0.91
0.35
0,91
0,30
0.92
0.31
0,91
0,32
7.
0.91
0.32
0,91
0,24
0.92
0.31
0,92
0,32
8.
0.91
0.31
0,91
0,26
0.92
0.31
0,92
0,31
9.
0.91
0.32
0,91
0,25
0.92
0.31
0,91
0,33
10.
0.915
0.315
0,92
0,24
0.92
0.31
0,91
0,33
11.
0.915
0.31
-
-
0.92
0.31
0,91
0,32
12.
0.91
0.32
-
-
0.92
0.31
0,91
0,32
13.
0.92
0.315
-
-
0.92
0.31
0,91
0,32
14.
0.91
0.33
-
-
0.92
0.36
0,92
0,33
15.
0.91
0.33
-
-
0.92
0.36
0,91
0,32
16.
0.91
0.33
-
-
0.92
0.34
0,92
0,33
17.
0.91
0.32
-
-
0.92
0.34
0,91
0,33
18.
0.91
0.31
-
-
0.92
0.34
0,91
0,34
19.
0.91
0.32
-
-
0.93
0.34
0,91
0,33
20.
0.91
0.32
-
-
0.92
0.36
0,91
0,33
Rata
0,911
0,323
0,915
0,261
0,920
0,322
0,913
0,324
Syarat
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 kali tebal tablet.
Batch 2 :
No
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
1.
0.91
0.34
0.925
0.46
0.92
0.31
0,92
0,35
2.
0.91
0.35
0.92
0.34
0.92
0.31
0,92
0,32
3.
0.915
0.35
0.93
0.46
0.92
0.31
0,91
0,31
4.
0.91
0.33
0.935
0.46
0.92
0.30
0,90
0,33
5.
0.91
0.325
0.935
0.46
0.92
0.33
0,91
0,31
6.
0.91
0.335
0.94
0.46
0.92
0.31
0,92
0,31
7.
0.91
0.35
0.935
0.45
0.92
0.31
0,92
0,34
8.
0.91
0.35
0.935
0.459
0.92
0.31
0,92
0,34
9.
0.91
0.36
0.935
0.46
0.92
0.31
0,91
0,34
10.
0.91
0.32
0.94
0.45
0.92
0.30
0,92
0,34
11.
0.91
0.34
-
-
0.92
0.31
0,92
0,35
12.
0.91
0.34
-
-
0.92
0.34
0,92
0,34
13.
0.92
0.34
-
-
0.92
0.31
0,92
0,33
14.
0.91
0.34
-
-
0.92
0.31
0,92
0,34
15.
0.91
0.35
-
-
0.92
0.31
0,91
0,33
16.
0.91
0.35
-
-
0.92
0.31
0,92
0,33
17.
0.91
0.34
-
-
0.92
0.30
0,91
0,33
18.
0.91
0.34
-
-
0.92
0.31
0,91
0,33
19.
0.91
0.35
-
-
0.92
0.31
0,91
0,34
20.
0.91
0.34
-
-
0.92
0.31
0,91
0,34
Rata
0,911
0,324
0,933
0,446
0,92
0,311
0,915
0,33
Syarat
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 kali tebal tablet.
Friabilitas
Tujuan : Menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses, pengemasan dan penghantaran.
Prinsip : Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase bobot tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan dari ketinggian tertentu dalam waktu tertentu.
Alat : Friabilator
Penafsiran hasil :
Kehilangan bobot tidak boleh > 1%
Jika tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan dalam penimbangan tablet akhir.
Jika hasil meragukan/kehilangan bobot lebih besar dari yang ditargetkan maka pengujian diulang 2-3 kali.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat friabilitator terhadap 20 tablet yang diambil acak. Tablet yang diambil secara acak dibersihkan satu-satu dengan kuas lalu ditimbang. Tablet lalu dimasukkan pada alat dan diputar sebanyak 100 putaran. Tablet dibersihkan lagi dan ditimbang.
Friabilitas=Wo-W1Wo×100%
Untuk formula 4 :
Batch 1 :
Bobot tablet awal (Wo) = 14,062 gram
Bobot tablet akhir (W1) = 13,062 gram
Friabilitas=14,062-13,06214,062×100%
Friabilitas=0,58%
Batch 2 :
Bobot tablet awal (Wo) = 14,331 gram
Bobot tablet akhir (W1) = 14,300 gram
Friabilitas=14,331-14,30014,331×100%
Friabilitas=0,21%
Hasil evaluasi friabilitas tablet formula tingkat IIB :
Formulasi
Batch
Friabilitas
1
1
100 %
2
87.48 %
2
1
78,22 %
2
8.4 %
3
1
39.76 %
2
21.13 %
4
1
0,58 %
2
0,21 %
Keragaman bobot
Tujuan : Menjamin keseragaman kandungan zat aktif.
Prinsip : (untuk tablet tidak bersalut) Sebanyak 20 tablet diambil secara acak lalu ditimbang masing-masing tablet. Rata-rata bobot kemudian dihitung bersama penyimpangan terhadap bobot rata-rata.
Penafsiran hasil : Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 5 %, dan tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10%.
Untuk formula : 4
Batch 1 :
No.
Bobot tablet (mg)
%Penyimpangan
1.
723 mg
2,4 %
2.
720 mg
1,99 %
3.
729 mg
3,27%
4.
708 mg
0,29 %
5.
709 mg
0,43 %
6.
642 mg
9,05 %
7.
709 mg
0,43 %
8.
643 mg
8,91 %
9.
713 mg
0,1 %
10.
710 mg
0,58 %
11.
686 mg
2,81 %
12.
707 mg
0,15 %
13.
715 mg
1,28 %
14.
724 mg
2,56 %
15.
715 mg
1,28 %
16.
717 mg
1,57 %
17.
720 mg
1,99 %
18.
711 mg
0,72 %
19.
715 mg
1,28 %
20.
702 mg
0,55 %
Rata-rata
705,9
Rentang
642 – 729
Batch 2
No.
Bobot tablet (mg)
%Penyimpangan
1.
723 mg
1,99%
2.
718 mg
1,28%
3.
729 mg
2,84%
4.
732 mg
3,26%
5.
726 mg
2,41%
6.
716 mg
1,00%
7.
706 mg
0,41%
8.
738 mg
4,10%
9.
675 mg
4,78%
10.
714 mg
0,72%
11.
677 mg
4,50%
12.
713 mg
0,58%
13.
724 mg
2,13%
14.
651 mg
8,17%
15.
731 mg
3,12%
16.
744 mg
4,95%
17.
645 mg
9,01%
18.
708 mg
0,13%
19.
677 mg
4,50%
20.
731 mg
3,12%
Rata-rata
708,9
Rentang
645 mg – 744 mg
Batch 1
Formula
1
2
3
4
Rata-rata
718.9 mg
619
722.25 mg
705,9 mg
Penyimpangan 5%
1 tablet
-
1 tablet
2 tablet
Penyimpangan 10%
-
-
-
-
LOLOS UJI
LOLOS UJI
LOLOS UJI
LOLOS UJI
Batch 2
Formula
1
2
3
4
Rata-rata
728.55 mg
700.35 mg
682.85 mg
708,9 mg
Penyimpangan 5%
3 tablet
-
3 tablet
2 tablet
Penyimpangan 10%
-
-
1 tablet
-
LOLOS UJI
LOLOS UJI
TIDAK LOLOS
LOLOS
Kekerasan tablet
Tujuan : Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses, pengemasan dan penghantaran
Prinsip : Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat produksi, pengemasan, dan pengangkut. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak kemudian pecah.
Alat : Hardness tester
Penafsiran hasil : Kekerasan tablet yang baik adalah 4-7 kg/cm2
Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil acak. Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg.
Batch 1
No. Tablet
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
1.
55 N
74 N
125 N
76 N
2.
46 N
89 N
103 N
117 N
3.
51 N
62 N
103 N
112 N
4.
51 N
69 N
112 N
113 N
5.
44 N
55 N
116 N
118 N
6.
39 N
54 N
101 N
112 N
7.
57 N
74 N
102 N
121 N
8.
55 N
71 N
125 N
115 N
9.
68 N
76 N
105 N
103 N
10.
63 N
59 N
107 N
122 N
11.
68 N
62 N
97 N
121 N
12.
72 N
137N
115 N
126 N
13.
67 N
58 N
101 N
109 N
14.
51 N
26 N
107 N
88 N
15.
79 N
64 N
121 N
125 N
16.
62 N
46 N
125 N
125 N
17.
51 N
62 N
120 N
127 N
18.
63 N
52 N
127 N
118 N
19.
66 N
62 N
94 N
90 N
20.
51 N
47 N
104 N
125 N
Rata-rata
57.95 N
64.95 N
110.5 N
113.15 N
Standar deviasi
10.29
21.54
10.445
13.99
Batch 2
No. Tablet
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
1.
59 N
25 N
76 N
76 N
2.
54 N
23 N
60 N
114 N
3.
45 N
21 N
101 N
82 N
4.
52 N
20 N
94 N
70 N
5.
37 N
20 N
99 N
66 N
6.
51 N
20 N
112 N
71 N
7.
49 N
21 N
58 N
107 N
8.
43 N
20 N
103 N
55 N
9.
51 N
39 N
104 N
57 N
10.
47 N
21 N
92 N
63 N
11.
52 N
20 N
89 N
72 N
12.
59 N
21 N
91 N
104 N
13.
55 N
21 N
99 N
118 N
14.
47 N
21 N
66 N
114 N
15.
52 N
21 N
101 N
107 N
16.
52 N
21 N
98 N
118 N
17.
57 N
20 N
88 N
103 N
18.
50 N
21 N
96 N
102 N
19.
59 N
21 N
83 N
94 N
20.
53 N
20 N
78 N
118 N
Rata-rata
51.2 N
21.84 N
89.4 N
90,55 N
Standar deviasi
5.58
4.21
14.97
22,43
Waktu hancur
Tujuan : Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul (kecuali jika dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained release).
Prinsip : Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur sempurna dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37° ± 2° kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Bejana diisi dengan HCl 0,1 N, volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan pada kedudukan terendah. Mulut tabung tetap diatas permukaan. Enam tabung dimasukkan satu-satu ke masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik turunkan secara teratur 30 kali tiap menit. Waktu hancur dicatat sejak pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang tertinggal di atas kasa.
Penafsiran hasil : Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, semua tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet tertinggal di atas kasa kecuali fragmen bahan pembantu. Menurut FI III, jika tidak dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut.
Hasil evaluasi waktu hancur tablet pada formula tingkat IIB :
Batch 1
No Tablet
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
1
1 menit 17 detik
3 menit 09 detik
2 menit 20 detik
4 menit 06 detik
2
1 menit 17 detik
3 menit 39 detik
1 menit 40 detik
4 menit 06 detik
3
1 menit 17 detik
5 menit 38 detik
3 menit
4 menit 06 detik
4
1 menit 17 detik
3 menit 18 detik
3 menit
4 menit 06 detik
5
1 menit 17 detik
3 menit 04 detik
2 menit 25 detik
4 menit 06 detik
6
1 menit 17 detik
3 menit 26 detik
3 menit 60 detik
3 menit 57 detik
Batch 2
No Tablet
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
1
1 menit 17 detik
2 menit 29 detik
3 menit 50 detik
> 15 menit
2
1 menit 17 detik
2 menit 29 detik
3 menit 36 detik
> 15 menit
3
1 menit 17 detik
3 menit 16 detik
3 menit 50 detik
> 15 menit
4
1 menit 17 detik
2 menit 29 detik
3 menit 50 detik
> 15 menit
5
1 menit 17 detik
2 menit 29 detik
2 menit 36 detik
> 15 menit
6
1 menit 17 detik
2 menit 29 detik
3 menit 50 detik
> 15 menit
Pembahasan
Menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi .
Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan tablet dengan menggunakan bahan aktif yaitu parasetamol atau asetominofen. Khasiat dari parasetamol yaitu sebagai analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang.(Obat – Obat Penting , hlm : 318)
Aksi dari parasetamol yaitu menghambat prostaglandin di SSP tetapi tidak memiliki efek anti-inflamasi diperifer ; mengurangi demam melalui tindakan langsung pada hipotalamus pengatur pusat panas. Parasetamol diindikasikan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang ; pengobatan demam. Penggunaan berlabel (s): Nyeri dan demam setelah vaksinasi profilaksis. (A to Z Drug fact)
Dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh kodein dan kofein dengan kira – kira 50%. Reabsorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit – metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat – glukuronida dan sulfat. Efek sampingnya tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Overdose dapat menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anoreksia. Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu. Interaksi pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak interaktif.
Dosis dari parasetamol untuk nyeri dan deman oral 2 - 3 dd 0,5-1 g, maks 4 g/hari, pada penggunaan kronis maks. 2,5 g/hari. Anak – anak 4 – 6 dd 10 mg/kg, yakni rata – rata usia 3 -12 bulan 60 mg, 1 - 4 tahun 240 – 360 mg, 4 – 5x sehari. (Obat – Obat Penting ed IV, hlm 318-319)
Dalam pembuatan tablet yang dilakukan, selain bahan aktif parasetamol maka ditambahkan juga bahan eksipien yaitu dari amylum sebanyak 15% sebagai penghancur (disintegran) PVP sebanyak 5% sebagai pengikat (binder), laktosa sebagai pengisi (diluent), Mg stearat sebanyak 1 % sebagai pelicin (lubrikan), dan Talk sebanyak 2% sebagai glidan. Pada metode granulasi basah, tiap bahan tambahan dibagi kedalam 2 fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari zat aktif, pengikat, pengisi, dan 10% penghancur. Fase luar terdiri dari 5% penghancur, pelicin, dan glidan. Fase dalam adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi massa granul, sedangkan fase luar adalah bahan yang membantu aliran granul fase dalam yang telah dibuat.
Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan metode cetak langsung dan metode granulasi. Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar . Metode granulasi ini terdiri dua metode yaitu metode granulasi basah dan metode granulasi kering. Metode yang digunakan pada praktikum pembuatan sediaan tablet parasetamol yaitu dengan metode granulasi basah dengan menggunakan aqua. Pembuatan sediaan tablet dengan menggunakan prinsip granulasi basah pada prinsipnya partikel bahan aktif yang terlebih dahulu dicampur dengan pengencer atau pengisi akan bersatu/lengket dengan adanya pengikat (adhesif) dengan pembawa pada umumnya air.(Goeswin Agoes halaman : 306)
Metode granulasi dipilih karena dosis bahan aktif pada 1 tablet lebih besar dari 5 % .Pemilihan aqua dalam metode granulasi basah ini tidak didasarkan pada kelarutan parasetamol sebagai zat aktif karena dalam pembuatan tablet, zat aktif tidak diharuskan untuk melarut, sehingga fungsi dari aqua dalam granulasi basah ini adalah untuk melarutkan pengikat yaitu PVP yang merupakan zat yang larut dalam air sehingga pengikat lebih mudah dicampur dengan bahan aktif dan bahan tambahan lain .Selain itu penggunaan aqua dalam metode granulasi basah ini juga didasarkan pada keamanan dan penerimaan konsumen, konsumen akan lebih percaya dan memilih obat dengan komposisi bukan alkohol.
Tahapan atau prosedur yang dilakukan pada pembuatan tablet parasetamol dengan menggunakan metode granulasi basah yaitu :
Milling
Milling adalah proses penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien sehingga dihasilkan ukuran yang lebih kecil. Proses milling penting karena pada pembuatan tablet ini parasetamol (zat aktif), laktosa, dan amilum masing-masing memiliki ukuran partikel yang berbeda-beda. Tujuan dari proses milling ini untuk menghindari kemungkinan terjadi segregasi dan demixing pada proses pencampuran berikutnya yang akan menyebabkan menurunnya homogenitas dari campuran bahan. Milling dilakukan dengan cara menggerus zat aktif dengan eksipien menggunakan mortir dan stamper. Jadi, sebelum dilakukan penimbangan bahan-bahan, terlebih dahulu dilakukan milling sehingga bahan yang telah ditimbang sudah memiliki ukuran yang sama satu sama lainnya.
Mixing
Mixing dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bertujuan untuk menggabungkan dua atau lebih komponen, yang awalnya dalam keadaan tidak dicampur atau sebagian campuran, sehingga masing-masing unit (partikel, molekul dll) dari komponen terletak sedekat mungkin atau bercampur dengan unit atau partikel masing-masing komponen lainnya. Tujuan dari proses mixing adalah untuk mendapatkan/menjamin homogenitas campuran serbuk sehingga tablet yang dihasilkan merupakan campuran homogen. Pada tahap ini dilakukan mixing terhadap fase dalam bahan aktif yaitu parasetamol sebanyak 125 gram , pengisi laktosa sebanyak 9,75 gram dan disintegrant 10% yaitu amylum sebanyak 17,5 gram. Mixing dilakukan dengan menggunakan toples sebagai turbula mixer . Dalam proses mixing ini zat yang akan dicampur ditambahkan sedikit demi sedikit dengan perbandingan 1 : agar menghasilkan campuran yang mendekati sempurna (random mix). Proses mixing fase dalam ini dilakukan dengan cara toples secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang lebih selama 5 menit.
Membuat larutan pengikat
Larutan pengikat yang digunakan dalam formula yaitu PVP (Polivinilpirrolidon), dalam praktikum ini digunakan pengikat PVP K-25 dengan kadar 5% atau sebanyak 8,75 gram. Pembuatan larutan pengikat ini dengan cara melarutkan PVP dengan aquadest. PVP merupakan zat yang mudah larut dalam air, Dalam Farmakope Indonesia Edisi III dikatakan perbandingan zat yang mudah larut dengan pelarutnya adalah 1 : 1-10, dan aquadest yang ditambahkan pada pembuatan larutan pengikat ini sebanyak 3 kalinya 26,25 ml . Larutan pengikat yang dihasilkan berwarna jernih dan transparan.
Granulasi
Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar . Pada tahap ini dilakukan pencampuran larutan pengikat dengan serbuk yang sudah di mixing pada proses mixing untuk membentuk massa basah. Larutan pengikat kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran bahan sambil diaduk. Pada praktikum , formula 4 batch 2 melakukan proses granulasi dengan menggunakan alat granulator.
Proses granulasi bertujuan untuk :
Menghasilkan bentuk struktural yang diperlukan.
Mempersiapkan kuantitas tertentu dari bahan untuk diolah dengan peningkatan sifat aliran untuk penakaran (ke dalam alu kempa) dan pengempaan menjadi tablet.
Meningkatkan tampilan produk.
Mengurangi kemungkinan terjadinya "cacking".
Meningkatkan bobot jenis ruahan untuk penyimpanan dan bahan untuk dikempa.
Membentuk dan menyediakan campuran yang tidak memisah (nonsegregating) dimana idealnya terbentuk distribusi komponen kunci (bahan aktif) secara uniform.
Mengendalikan kelarutan dan profil disolusi.
Mengontrol porositas, kekerasan, rasio luas permukaan terhadap volume dan ukuran partikel.
(Goeswin Agoes, halaman : 226)
Pengayakan
Granul yang telah terbentuk pada saat proses granulasi kemudian diayak dengan menggunakan ayakan mesh 14. Pengayakan ini bertujuan untuk menyeragamkan ukuran granul.
Pengeringan
Sesudah dilakukan proses granulasi, hasil granulasi berada dalam bentuk massa basah di mana cairan (liquid) harus dihilangkan karena keberadaan air akan menimbulkan masalah pada sifat aliran dan ketidakstabilan secara kimiawi. (Goeswin Agoes, halaman: 310)
Metode pengeringan granul yang umum dilakukan untuk granul farmasetik meliputi :
Pengeringan dengan nampan (tray drying)
Pengeringan dengan unggun terzalir (fluid bed drying)
Pengeringan secara vakum
Pengeringan gelombang mikro (microwave) dan berbagai kombinasi dari a sampai . (Goeswin Agoes, halaman 241)
Pada praktikum ini metode pengeringan yang digunakan yaitu metode pengeringan dengan nampan (tray drying) dengan menggunakan loyang. Granul ditempatkan dalam loyang lalu. Namun pada praktikum pengeringan dilakukan dengan cara disimpan didalam lemari tertutup pada suhu kamar. Pengeringan dilakukan pada oven bersuhu < 450C. Pemilihan suhu ini berdasarkan pada stabilitas parasetamol yang dapat terurai pada suhu diatas 450C. karena prosesnya yang dilakukan pada suhu rendah maka proses pengeringan granul ini berlangsung agak lama yaitu sekitar 5 hari.
Evaluasi granul
Setelah diperoleh granul, langkah selanjurtnya yaitu dilakukan evaluasi granul. Yang diperlu diperhatikan sebelum evaluasi granul yaitu mencatat bobot granul sebelum dan sesudah dievaluasi. Evaluasi granul yang dilakukan meliputi :
BJ nyata,BJ mampat dan % komprebilitas (% K)
Tujuan dilakukan evaluasi BJ nyata, BJ mampat, dan % Kompresibilitas ini yaitu untuk menjamin aliran granul yang baik. Berdasarkan uji evaluasi yang dilakukan didapatkan hasil bahwa formulasi 2, 3 dan 4 memiliki aliran yang cukup baik karena memiliki % kompresibilitas yang berada pada rentang 11 – 20%. Namun Pada formula 1 memilki % kompresibilitas yang berada pada rentang 21 – 25 % yang artinya aliran granul cukup. Berikut ini merupakan tabel hasil evaluasi formula tingkat IIB :
Formula
Batch
BJ nyata (g/ml)
BJ mampat (g/ml)
Kompresibilitas
1
1
0,4491
0,572
21,43%
2
0,4715
0,590
20,07%
2
1
0,466
0,562
17,02%
2
0.467
0.583
19.93 %
3
1
0.483
0.553
12.88 %
2
0.378
0.463
18.3 %
4
1
0,394
0,456
13,5%
2
0,425
0,512
16,92 %
Tabel 10.1 tabel hasil evaluasi BJ nyata, BJ mampat dan % K
Kecepatan aliran
Evaluasi kecepatan alir garnul ini bertujuan untuk menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan. Berikut ini tabel hasil evaluasi kecepatan alir granul yang dilakukan oleh keempat formula tingkat IIB :
Formula
Batch
Kecepatan aliran
1
1
8.997 g/detik
2
6.897 g/detik
2
1
11,1552 g/detik
2
10.94 g/detik
3
1
12.71 g/detik
2
5.96 g/detik
4
1
12.413 g/detik
2
12.451 g/detik
Tabel 10.1 tabel hasil evaluasi kecepatan alir
Dari tabel tersebut diketahui bahwa pada formula 1, 2, 3, dan 4 yang memiliki kecepatan alir > 4g /detik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada formula yang menggunakan pengikat PVP dan pengikat pasta amylum memiliki kecepatan aliran yang memenuhi syarat.
Kandungan lembab
Evaluasi kandungan lembab ini dilakukan dengan memasukan granul ke dalam oven Dilakukan dengan cara granul dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60 C selama 15 menit kemudian timbang. Lakukan hingga bobot granul stabil 3 kali berturut-turut. Granul yang digunakan tidak dapat dipakai kembali karena parasetamol sebagai zat aktif hanya stabil pada pemanasan <45 C sehingga zat aktif tersebut rusak. Berikut ini tebal hasil evaluasi kandungan lembab pada empat kelompok formula tingkat IIB :
Formula
Batch
Kandungan lembab granul
1
1
0,43%
2
0,43%
2
1
3.95 %
2
1.98 %
3
1
2 %
2
2.03 %
4
1
2.67 %
2
Tabel 10.3 tabel hasil evaluasi kandungan lembab
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa formula 2,3 dan 4 memenuhi syarat yaitu mengandung %MC >2% karena syarat dari % MC sendiri adalah antara 2-4% kandungan air dalam granul. Sedangkan pada formula 1 tidak memenuhi syarat karena mengandung %MC >2%. Namun, hal ini masih dapat ditolerir mengingat kandungan lembab yang ada pada granul formulasi 1 sampai 4 masih melebihi 0%.
Setelah melakukan ketiga evaluasi granul dapat disimpulkan bahwa formula1,2,3,dan 4 memenuhi semua persyaratan evaluasi granul. Semua formula memiliki aliran yang baik, dapat menjamin keseragaman kandungan dan bobot tablet, juga kadar lembab air yang baik walaupun ada satu formula yang memiliki kandungan lembab yang tidak sesuai persyaratan. Namun masih bisa ditoreir karena kandungan lembab masih melebihi 0%
Mixing
Setelah melakukan evaluasi granul, dapat dihitung jumlah fase luar yang akan ditambahkan dengan cara menghitung bobot granul teoritis yang sudah dikurangi % MC. Untuk batch 1, bobot granul yang didapat setelah hasil evaluasi sebesar 116,774 g dan batch 2 sebanyak 124,203 g.
Pada proses mixing formula 4 batch 1, proses mixing ini dilakukan pencampuran granul yang sudah dikeringkan dengan fase luar yaitu talk sebagai glidan sebanyak 2,608 gram, Mg Stearat sebagai lubrikan sebanyak 1,304 dan amylum sebagai disintegran fase dalam sebanyak 6,520 gram.
Mixing dilakukan di dalam toples dan dilakukan pengadukan secara kontinyu dengan kecepatan yang konstan. Fungsi dari penambahan fase luar utamanya adalah untuk memperbaiki sifat alir granul dan mencegah friksi antara serbuk dengan die dari mesin pencetak tablet. Pengadukan pada fase luar tidak lebih dari 5 menit yaitu sekitar 2 – 3 menit. Hal itu disebabkan karena salah satu zat yang merupakan fase luar yaitu magnesium stearate sangat berpengaruh terhadap disolusi dari tablet di saluran cerna. Jika proses mixing dilakukan terlalu lama, maka kehomogenitasan magnesium stearate dengan bahan lain menjadi tinggi dan menyebabkan granul dilapisi oleh magnesium stearate yang memiliki sifat hidrofob (suka minyak). Sifat hidrofob yang dihasilkan oleh magnesium stearate ini akan menyulitkan tablet melarut di saluran cerna yang banyak mengandung air, sehingga dapat menyebabkan disolusi tablet berkurang dan menyebabkan waktu mula kerja obat lambat.
Kompresi
Tahap – tahap pembuatan tablet yaitu pengisian , pengempaan dan pelemparan. Pembuatan tablet pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan alat pencetak tablet single punch.
Pada saat kompresi tablet perlu diperhatikan mengenai kekerasan tablet dan bobot tablet. Kekerasan tablet harus berada pada rentang 70 – 120 N sedangkan bobot tablet pada formulasi 4 batch 1, berdasarkan perhitungan yang dilakukan yaitu sebesar 719 mg. Sehingga pada proses kompresi ini dilakukan optimasi sampai menghasilkan tablet yang memiliki kekerasan yang sesuai persyaratan dan bobot yang sesuai dengan perhitungan.
Pada formulasi 4 batch 1 didapatkan kekerasan sebesar 80 ,bobot tablet 719 dan jumlah tablet yang diperoleh sebanyak 144.
Langkah selanjutnya setelah diperoleh tablet parasetamol , kemudian dilakukan evaluasi tablet , meliputi :
Organoleptis
Uji organoleptis dilakukan dengan tujuan untuk penerimaan oleh konsumen. Karena, secara visual tablet yang baik harus memiliki warna yang homogen dan tidak mengandung pengotor. Evaluasi ini dilakukan dengan cara pemeriksaan secara organoleptis meliputi warna, bau dan rasa. Berikut ini merupakan tabel hasil evaluasi organoleptis pada formula tingkat IIB :
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Bulat pipih. putih. tidak berbau. rasa pahit
Bulat pipih. putih. tidak berbau. rasa pahit
Tablet berbintik coklat
dan hampir semua mengalami caping dan laminating
Bulat pipih. putih. tidak berbau. rasa pahit
Bulat pipih. putih. tidak berbau. rasa pahit
± 23 tablet berbintik
± 4 tablet regas di sisi permukaan
Tabel 10.4 tabel hasil evaluasi organoleptis batch 1
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Bulat pipih, putih, tidak berbau, rasa pahit
Bulat pipih, putih, tidak berbau, rasa pahit
Tablet berbintik coklat ,
Hampir semua mengalami caping dan laminating
Bulat pipih, putih, tidak berbau, rasa pahit
Bulat pipih, putih, tidak berbau, rasa pahit
Tabel 10.5 tabel hasil evaluasi organoleptis batch 2
Dari hasil evaluasi uji organoleptis pada formula 1, 2, 3 dan 4 menghasilkan bentuk tablet bulat pipih, berwarna putih, tidak berbau dan memiliki rasa pahit. Namun pada formula 2 ada beberapa tablet yang berbintik coklat. Diduga hal tersebut terjadi karena adanya perubahan warna laktosa yang disebabkan karena reaksi Maillard. Selain itu juga hampir semua tablet mengalami capping dan laminating, diduga yang mendasari hal tersebut yaitu pada proses pengeringan granul terlalu lama sehingga granul menyerap udara dari lingkungan sehingga ada udara yang terjerembab pada granul dan pada saat dilakukan proses kompresi tablet udara tersebut masih terkandung dalam tablet dan menyebabkan capping dan laminating. Pada formula 4 batch 1 juga dihasilkan ±23 tablet berbintik coklat, hal tersebut mungkin didasari karena adanya kontaminan dari lingkungan pada saat dilakukan proses pengeringan.
Dari hasil pengamatan juga didapat bahwa tablet paracetamol yang menggunakan larutan pengikat pvp menghasilkan warna permukaan yang lebih glossy dibandingkan dengan tablet yang menggunakan pengikat pasta amylum. Dan dari hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa formula 4 batch 1 dan formula 2 tidak memenuhi syarat organoleptis karena adanya bintik coklat pada tablet yang akan mengakibatkan kurangnya penerimaan konsumen terhadap tablet tersebut.
Keseragaman Ukuran
Megukur keseragaman ukuran dilakukan dengan menghitung tebal serta diameter tablet menggunakan jangka sorong. Uji keseragaman ukuran memenuhi syarat bila diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 kali tebal tablet. Berikut ini merupakan tabel hasil evaluasi tablet formula tingkat IIB :
Batch 1
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
Rata-rata
0,911
0,323
0,915
0,261
0,920
0,322
0,913
0,324
Syarat
(diameter)
0,969
0,783
0,966
0,972
Hasil
LOLOS
LOLOS
LOLOS
LOLOS
Tabel 10.6 tabel hasil evaluasi keseragaman bobot batch 1
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
d (cm)
t (cm)
Rata-rata
0,911
0,324
0,933
0,446
0,920
0,311
0,915
0,33
Syarat
(diameter)
0,972
1,33
0,933
0,99
Hasil
LOLOS
LOLOS
LOLOS
LOLOS
Tabel 10.7 tabel hasil evaluasi keseragaman bobot batch 2
Dari tabel tersebut diketahui bahwa semua formula memenuhi syarat , karena semua tablet yang dihasilkan memiliki diameter tidak lebih dari 3 kali tebal tablet atau tidak lebih dari nilai yang tertera pada "syarat diameter" .
Friablilitas
Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase bobot tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan dari ketinggian tertentu dalam waktu tertentu dan menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses, pengemasan dan penghantaran. Berikut ini merupakan tabel hasil evaluasi friabilitas formula tingkat IIB :
Formulasi
Batch
Friabilitas
1
1
100 %
2
87.48 %
2
1
78,22 %
2
8.4 %
3
1
39.76 %
2
21.13 %
4
1
0,58 %
2
0,21 %
Tabel 10.8 tabel hasil evaluasi friablitas
Pada tabel tersebut diketahui bahwa hanya formula 4 yang LOLOS uji evaluasi friabilitas , karena persentasi friabilitasnya <1% hal tersebut sesuai dengan persyaratan bahwa kehilangan bobot tidak boleh >1%. Sedangkan pada formula 1, 2, dan 3 persentasi friabilitasnya >1% sehingga TIDAK LOLOS uji evaluasi friabiilitas. Dari tabel tersebut diketahui juga bahwa formula 1 dan 2 yang menggunakan pengikat pasta amilum cenderung memiliki persentase yang besar dibandingkan dengan formula 2 dan 4 yang menggunakan pengikat PVP.
Keseragaman Bobot
Uji Evaluasi keseragaman bobot dilakukan untuk menjamin keseragaman kandungan zat aktif dalam sediaan tablet. Berikut ini merupakan tabel hasil evaluasi keseragaman bobot pada formula IIB :
Formula
1
2
3
4
Rata-rata
718.9 mg
619
722.25 mg
705,9 mg
Penyimpangan 5%
1 tablet
-
1 tablet
2 tablet
Penyimpangan 10%
-
-
-
-
Hasil
LOLOS
LOLOS
LOLOS
LOLOS
Tabel 10.9 tabel hasil evaluasi keseragaman bobot batch 1
Formula
1
2
3
4
Rata-rata
728.55 mg
700.35 mg
682.85 mg
708,9 mg
Penyimpangan 5%
3 tablet
-
2 tablet
2
Penyimpangan 10%
-
-
1 tablet
-
Hasil
TIDAK LOLOS
LOLOS
TIDAK LOLOS
LOLOS
Tabel 10.10 tabel hasil evaluasi keseragaman bobot batch 2
Uji keseragaman bobot dilakukan untuk menjamin keseragaman proporsi zat aktif disetiap bagian. Aliran granul yang buruk juga dapat mempengaruhi keseragaman bobot. Menurut Farmakope Indonesia edisi 4, tablet dengan bobot >300 mg memenuhi syarat uji apabila tidak lebih dari 2 tablet yang melebihi 5% dari bobot rata-rata dan tidak ada satu tablet pun yang melebihi 10% bobot rata-rata. Berdasarkan data yang tertera pada tabel di batch 1 formula 1,2, 3 dan 4 memenuhi syarat tersebut tetapi pada batch 2 formula 1 dan 3 tidak memenuhi syarat tersebut karena pada formula 1 batch 2 ada 3 tablet yang penyimpangannya 5%, dan pada formula 3 batch 2 terdapat 2 tablet yang penyimpangannya 5 % dan 1 tablet yang penyimpangannya 10%.
Kekerasan Tablet
Uji evaluasi kekerasan tablet bertujan untuk Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses, pengemasan dan penghantaran. Berikut ini tabel hasil evaluasi kekerasan tablet formula IIB :
Tabel 10.11 tabel hasil evaluasi kekerasan tablet batch 1 Batch 1
Tabel 10.11 tabel hasil evaluasi kekerasan tablet batch 1
No. Tablet
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Rata-rata
57,95 N
64,97 N
110,5 N
113,15 N
Standar deviasi
10,29
21,54
10,445
13,99
Syarat
Syarat rentang kekerasan tablet 70 – 120 N
Hasil
TIDAK LOLOS
TIDAK LOLOS
LOLOS UJI
LOLOS UJI
Batch 2
No. Tablet
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Rata-rata
51,2 N
21,84 N
89,4N
90,55 N
Standar deviasi
5,58
4,21
14,97
22,43
Syarat
Syarat rentang kekerasan tablet 70 – 120 N
Hasil
TIDAK LOLOS
TIDAK LOLOS
LOLOS UJI
LOLOS UJI
Tabel 10.11 tabel hasil evaluasi kekerasan tablet batch 1
kekerasan tablet berhubungan juga dengan bobot tablet. Karena bobot tablet yang kami buat pada formula 3 yaitu 700mg per tablet, maka range kekerasan yang diperbolehkan adalah 70-120N. Berdasardasarkan tabel hasil uji evaluasi kekerasan tablet di atas diketahui bahwa pada formula 1 dan 2 yang menggunakan pengikat pasta amilum memiliki kekerasan dibawa rentang yang diperbolehkan yaitu dibawah 70 N, sedangkan untuk formula 3 dan 4 yang menggunakan pengikat PVP memiliki kekerasan yang berada pada rentang 70 – 120 N, sehingga dari data hasil tersebut diketahui bahwa tablet yang menggunakan PVP memiliki kekerasan yang baik dibanding tablet dengan pengikat pasta amylum. Tapi formula 4 memilki kekerasan yang lebih besar dibanding formula 3 , hal tersebut mungkin karena kadar PVP yang digunakan pada formula 4 lebih besar dibanding dengan formula 3.
Waktu Hancur
Agar komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Tablet memenuhi syarat uji bila pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, semua tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet tertinggal di atas kasa kecuali fragmen bahan pembantu. Menurut FI III, jika tidak dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut.
Berikut ini merupakan tabel hasil uji waktu hancur tablet pada formula tingkat IIB :
No Tablet
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
1
1 menit 17 detik
3 menit 09 detik
2 menit 20 detik
4 menit 06 detik
2
1 menit 17 detik
3 menit 39 detik
1 menit 40 detik
4 menit 06 detik
3
1 menit 17 detik
5 menit 38 detik
3 menit
4 menit 06 detik
4
1 menit 17 detik
3 menit 18 detik
3 menit
4 menit 06 detik
5
1 menit 17 detik
3 menit 04 detik
2 menit 25 detik
4 menit 06 detik
6
1 menit 17 detik
3 menit 26 detik
3 menit 60 detik
3 menit 57 detik
Tabel 10.12 tabel hasil evaluasi uji waktu hancur tablet batch 1
No Tablet
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
1
1 menit 17 detik
2 menit 29 detik
3 menit 50 detik
> 15 menit
2
1 menit 17 detik
2 menit 29 detik
3 menit 36 detik
> 15 menit
3
1 menit 17 detik
3 menit 16 detik
3 menit 50 detik
> 15 menit
4
1 menit 17 detik
2 menit 29 detik
3 menit 50 detik
> 15 menit
5
1 menit 17 detik
2 menit 29 detik
2 menit 36 detik
> 15 menit
6
1 menit 17 detik
2 menit 29 detik
3 menit 50 detik
> 15 menit
Tabel 10.13 tabel hasil evaluasi uji waktu hancur tablet batch 2
Semua tablet pada formula 1,2,3 dan 4 memenuhi syarat uji semua karena hancur kurang dari 15 menit. Kecuali pada formula 4 batch 2 waktu hancur pada batch 2 tersebut >15 menit sehingga tidak LOLOS UJI evaluasi waktu hancur. Dari tabel di atas juga diketahui bahwa formula yang menggunakan pvp membutuhkan waktu hancur lebih lama daripada pasta amylum. Dan yang menggunakan pvp 5% waktu hancurnya lebih lama dibandingkan dengan pvp 2% Apabila dilihat dari hasil kekerasan tablet, formula 4 memiliki kekerasan yang paling tinggi dibandingkan formula lainnya. Hal ini berhubungan dengan lamanya waktu hancur tablet.
Dari hasil evaluasi tablet yang dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa :
Tablet yang menggunakan pvp warna permukaannya lebih glossy dibandingkan dengan tablet yang menggunakan pengikat pasta amylum
Dasil friabilitas, formula 1 dan 2 yang menggunakan pengikat pasta amylum cenderung lebih rapuh daripada formula 3 dan 4.
waktu hancur yang dibutuhkan untuk formula 3 dan 4 yang menggunakan pengikat pasta amylum lebih lama daripada formula lain. Dapat disimpulkan bahwa, pengikat PVP memberikan fungsi pengikat yang lebih baik daripada pasta amilum.
Kadar pvp 2% lebih cepat hancur daripada pvp 5% sehingga lebih cepat juga untuk obat diabsorpsi tubuh. Sehingga pvp 2% lebih baik daripada pvp 5%.
Kesimpulan
Menurut teori tablet yang menggunakan pengikat PVP 5% akan memberikan hasil yang lebih baik daripada pvp 2%. Namun dari hasil evaluasi yang dilakukan, diketahui bahwa tablet yang menggunakan pengikat PVP 2% baik dibandingkan dengan menggunakan pengikat lainnya. Dilihat dari hasil evaluasi granul dan evaluasi tablet sebagai berikut :
Batch 1
Evaluasi
Formula 1
Formula 2
Formulasi 3
Formulasi 4
Granul
Uji BJ nyata, BJ mampat dan % K
Kandungan Lembab
Kecepatan Aliran
Bobot Jenis
Tablet
Uji Organoleptik
Keseragaman Bentuk dan Ukuran
Keseragaman Bobot
Kekerasan
Friabilitas
Friksibilitas
Waktu Hancur
Uji Disolusi
Batch 2
Evaluasi
Formula 1
Formula 2
Formulasi 3
Formulasi 4
Granul
Uji Homogenitas
Kandungan Lembab
Kecepatan Aliran
Bobot Jenis
Tablet
Uji Organoleptik
Keseragaman Bentuk dan Ukuran
Keseragaman Bobot
Kekerasan
Friabilitas
Friksibilitas
Waktu Hancur
Uji Disolusi
Keterangan:
= memenuhi syarat
X = tidak memenuhi syarat
tablet dengan bahan pengikat pasta amilum memberikan tablet yang tidak glossy, dilihat dari hasil kekerasan tablet, tablet dengan pengikat PVP memiliki kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan pasta amilum. Dari hasil uji friksibilitas dan friabilitas, tablet yang menggunakan bahan pengikat pasta amilum banyak kehilangan bobotnya.
Pvp 2% lebih baik digunakan dibandingkan PVP dengan kadar 5%, karena tablet dengan bahan pengikat PVP 5% memiliki kekerasan yang terlalu tinggi dan bila dilihat dari hasil waktu hancur, waktu hancur PVP 5% lebih lama daripada pvp 2%. sehingga hal itakan memperlambat proses waktu hancur maupun disolusi dalam tubuh.
Maka dapat disimpulkan, formula 3 dengan pengikat PVP 2% lebih baik digunakan daripada formulasi lainnya.
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indoneia,. edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan.
Ansel,Howard C. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV, Jakarta: Universitas Indonesia.
Rowe, Raymond C, Paul J, Sheskey., & Marian E, Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed., London : Pharmaceutical Press.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi Ketiga. Vol II. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994. hal. 1355
Tjay. H.T dan Rahardja, Kirana. 2003, Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat, Bandung : ITB