PEMBUATAN SIMPLISIA DAN SERBUK SIMPLISIA I.
TUJUAN Mampu membuat simplisia dan mampu membuat serbuk simplisia.
II.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Ciri-ciri simplisia yang baik Menurut Herawati, Nuraida, dan Sumarto (2012), ciri-ciri simplisia yang baik dalam kondisi kering adalah : Ciri simplisia yang baik adalah dalam kondisi kering adalah: kadar air < 10%, simplisia daun, bila diremas bergemerisik dan berubah menjadi serpihan, simplisia bunga bila diremas bergemerisik dan berubah menjadi serpihan atau mudah dipatahkan, simplisia dan (irisan) bila diremas mudah dipatahkan. tidak berjamur, dan berbau khas menyerupai bahan segarnya 2.2.Pembuatan Simplisia Menurut Depkes (1985), paa umumnya pembuatan simplisia melalui tahapantahapan sebagai berikut : 1. Pengumpulan bahan baku: Kualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi beberapa faktor, seperti : umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen, bagian tumbuhan, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh. 2. Sortasi basah: Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan perajangan. 3. Pencucian: Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih. 4. Perajangan Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. 5. Pengeringan: Mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. 6. Sortasi kering: Tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagianbagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. 7. Pengepakan 8. Penyimpanan dan pemeriksaan mutu 2.3.Pembuatan Serbuk Simplisia
Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan deraiat halus yang cocok; bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau campurannya (DepKes RI, 1994). Serbuk Simplisia adalah sediaan Obat Tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang sesuai, terbuat dari simplisia atau campuran dengan Ekstrak yang cara penggunaannya diseduh dengan air panas (BPOM, 2014). Serbuk simplisia dibuat dari simplisia utuh atau potongan-potongan halus simplisia yang sudah dikeringkan melalui proses pembuatan serbuk dengan suatu alat tanpa menyebabkan kerusakan atau kehilangan kandungan kimia yang dibutuhkan dan diayak hingga diperoleh serbuk. Derajat kehalusan serbuk simplisia untuk pembuatan ektrak merupakan simplisia halus dengan nomor pengayak 60 dengan lebar nominal lobang 0,105 mm, garis tengahnya 0,064, dan ukurannya ukuran 250 µm (Depkes RI, 2008). 2.4.Pengamatan serbuk simplisia Menurut DepKes RI (1994), serbuk dari simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu: 1. Kadar air. Tidak lebih dari 10 %. 2. Angka lempeng total. Tidak lebih dari 103 3. Angka kapang dan khamir. Tidak lebih dari 104. 4. Mikroba patogen. Negatif. 5. Aflatoksin. Tidak lebih dari 30 bpj. 6. Serbuk dengan bahan baku simplisia dilarang ditambah bahan pengawet.
III.
METODOLOGI PERCOBAAN A. Alat : 1. Koran 2. Kain Hitam 3. Tali raffia 4. Kantong plastic besar 5. Pipet tetes 6. Tempat serbuk 7. Mikroskop 8. Blender (alat penghalus) 9. Object glass dan cover glass 10. Ayakan B. Bahan : Sambiloto : Andrographis paniculata Seledri : Apium graveolens Air Kertas Minyak Tissue 3.1.Cara Kerja 1. Pembuatan simplisia Simplisia yang akan dijadikan sebagai bahan baku simplisia dikumpulkan Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan kotoran dari pada simplisia Setelah itu simplisia dicuci dengan air bersih lalu ditiriskan Lalu dikeringkan dibawah sinar matahiri dengan ditutup kain hitam Setelah kering simplisia yang berukuran besar dan tebal dirajang. Untuk rimpang diris dengan ketebalan 1-3 mm, daun diiris melintang dengan lebar 1 cm. 2. Pembuatan serbuk simplisia Simplisia yang telah dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil rajangan mudah diremah dan mudah patah. Simplisia yang telah kering lalu didisortasi kering untuk menghilangkan kotoran yang masih ada. Simplisia ditimbang kemudian dibuat menjadi serbuk menggunakan alat penyerbukan hingga halus. Serbuk yang telah halus diayak kemudian ditimbang dan dimasukkan dalam wadah, diberi label. Serbuk simplisia di amati di bawah mikroskop untuk pengenalan simplisia
IV.
HASIL PENGAMATAN
Sambiloto sebelum menjadi serbuk
Seledri sebelum menjadi serbuk
Serbuk seledri
Serbuk Sambiloto
No 1
Uji mikroskop serbuk simplisia Gambar Jenis simplisia Andrographidis Herba
Gel. Udara
J. Pengangkut
2
Apii Herba
J. Pengangkut
Keterangan Terdapat jaringan Jaringan pengangkut yang bertugas mengangkut zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
Gel. Udara
Terdapat jaringan Jaringan pengangkut yang bertugas mengangkut zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
V.
PEMBAHASAN 5.1 Sambiloto (Andrographis paniculata) Pembuatan simplisia pada tanaman sambiloto dilakukan dengan berbagai tahap. Tahap pertama adalah sambiloto dan seledri yang telah dipilih untuk dijadikan bahan simplisia dan dilakukan sortasi basah. Sortasi basah ini dilakukan untuk memilih yang layak digunakan untuk bahan obat. Setelah dilakukan sortasi basah maka dilakukan pencucian terhadap sambiloto dengan tujuan untuk membersihkan sambiloto dari tanah ataupun kotoran yang ada. Pencucian dilakukan dengan air. Setelah pencucian dilakukan perajangan. Lalu sambiloto yang telah dirajang dikeringkan dibawah sinar matahari yang ditutup dengan kain hitam. sambiloto dikatakan kering dan memenuhi syarat simplisia yang baik yaitu jika nya mudah dipatahkan dan tidak berjamur atau terdapat kapang pada nya selain itu juga tidak memiliki bau yang aneh melainkan memiliki bauh yang sama dengan bahan segarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Depkes (1985), dalam syarat pengeringan bahwa pengeringan simplisia dikeringkan dibawah sinar matahari dan ditutup dengan kain hitam dan ciri simplisia yang baik dalam kondisi pengeringan yaitu jika dalam bentuk maka harus mudah untuk dipatahkan. Setelah pengeringan dilakukan sortasi kering yang berfungsi untuk memisahkan sambiloto dari kotoran yang masih ada. Dikarenakan pembuatan simplisia ini akan dijadikan serbuk simplisia secara langsung maka tidak perlu dilakukan pengepakan karena masih dalam skala percobaan di laboratorium. Cara kerja pembuatan simplisia tersebut sudah sesuai dengan pendapat Depkes (1985) yang menyatakan tahapan pembuatan simplisia yaitu mulai dari pemilihan bahan simplisia, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan penjaminan mutu. Pembuatan serbuk simplisia dilakukan dengan berbagai tahap setalah dilakukan pembuatan simplisia. Setalah pengeringan simplisia dilanjutkan dengan menghaluskannya menggunakan alat penghalus atau pada praktikum ini alat penghalus yang digunakan adalah blender. Setelah dihaluskan diayak dengan menggunakan ayakan. Ayakan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu menggunakan ayakan 80 mesh. Namun, hal tersebut kurang didukung oleh literature. Menurut pendapat Depkes RI (2008) menyatakan bahwa derajat kehalusan serbuk simplisia untuk pembuatan ektrak merupakan simplisia halus dengan nomor pengayak 60 dengan lebar nominal lobang 0,105 mm, garis tengahnya 0,064, dan ukurannya ukuran 250 µm. Setelah simplisia dibuat menjadi serbuk maka serbuk simplisia tersebut diamati dengan mikroskop. Ternyata pada mikroskop terdapat butir-butir amilum pada simplisia tersebut dan juga terdapat jaringan palisade yang berfungsi sebagai tempat penyimpan cadangan makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Depkes (1979) bahwa yang menyatakan anatomi jaringan yang dapat diamati pada sambiloto meliputi jaringan pengangkut, serabut xilem, dan butir pati. 5.2 Seledri (Apium graveolens) Pembuatan simplisia pada seledri menggunakan tahap pertama seledri yang telah dipilih untuk dijadikan bahan simplisia dilakukan sortasi basah. Sortasi basah pada seledri ini dilakukan untuk memilih seledri yang layak digunakan untuk bahan obat. Setelah sortasi basah, dilakukan pencucian terhadap seledri untuk menghindarkan berbagai jenis kotoran pada seledri tersebut. Setelah pencucian dilakukan perajangan terhadap seledri. Lalu seledri yang telah dirajang
dikeringkan dibawah sinar matahari yang ditutup dengan kain hitam. Seledri dikatakan kering dan memenuhi syarat simplisia yang baik yaitu jika mudah dipatahkan dan tidak berjamur atau terdapat kapang selain itu juga tidak memiliki bau yang aneh melainkan memiliki bauh yang sama dengan bahan segarnya. Hal ini sesuai dengan dengan pendapat Depkes ( 1985), syarat pengeringan simplisia adalah simplisia dikeringkan dibawah sinar matahari dan ditutup dengan kain hitam dan ciri simplisia yang baik dalam kondisi pengeringan yaitu jika dalam bentuk kering maka harus mudah untuk dipatahkan. Setelah pengeringan dilakukan sortasi kering yang berfungsi untuk memisahkan seledri dari kotoran yang masih ada dalam kondisi kering. Dikarenakan pembuatan simplisia ini akan dijadikan serbuk simplisia secara langsung maka tidak perlu dilakukan pengepakan karena masih dalam skala percobaan di laboratorium. Cara kerja pembuatan simplisia tersebut sudah sesuai dengan pendapat Depkes (1985), bahwa tahapan pembuatan simplisia yaitu mulai dari pemilihan bahan simplisia, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan penjaminan mutu. Pembuatan serbuk simplisia pada seledri dilakukan dengan berbagai tahap setelah simplisia dibuat. Tahap pertama yaitu seledri yang telah dikeringkan dan telah disortasi kering di haluskan dengan menggunakan blender. Setelah itu diayak menggunakan ayakan dengan mesh 80 untuk mendapatkan serbuk halus. Namun, hal tersebut kurang didukung oleh literature. Menurut pendapat Depkes RI(2008) menyatakan bahwa derajat kehalusan serbuk simplisia untuk pembuatan ektrak merupakan simplisia halus dengan nomor pengayak 60 dengan lebar nominal lobang 0,105 mm, garis tengahnya 0,064, dan ukurannya ukuran 250 µm. Setelah itu dilakukan uji mikroskop terhadap serbuk simplisia. Dibawah mikroskop terdapat jaringan pengangkut sebagai pengangkut dari zat-zat yang dibutuhkan untuk tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Depkes (1979), bahwa yang menyatakan anatomi jaringan yang dapat diamati meliputi jaringan pengangkut, serabut xilem, dan butir pati.
VI.
KESIMPULAN Pembuatan simplisia yang baik harus mengikuti beberapa tahapan yaitu mulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan penjaminan mutu. Pembuatan serbuk simplisia yang baik harus dalam kondisi kering dan dihaluskan dengan alat penghalus lalu diayak dengan ayakan.
VII.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I, 95-101, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Ditjen POM, Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen kesehatan RI, Jakarta, 1- 27. Herawati, Nuraida, dan Sumarto, 2012, Cara Produksi Simplisia Yang Baik, Seafast Center, Bogor, 10-11 Isworo, Rukmi. 2017, Panduan Praktikum Farmakognosi & Fitokimia Farmasi UNDIP. Semarang