Pembedahan Kelenjar Ludah Nyamuk
A. Pendahuluan
Penyakit yang ditularkan melalui vektor terus menjadi ancaman kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia. Biasanya ditularkan oleh arthropoda, agen penyebabnya meliputi cacing dan protozoa, serta patogen mikroba dan virus. Penyakit tular vektor nyamuk merupakansalah satu penyakit yang paling mengancam dunia kesehatan baik pada manusia maupun sektor kedokteran hewan. Penyakit yang ditularkan melalui nyamuk misalnya malaria, demam berdarah, Japanesse ensefalitis ensefaliti s, dan demam kuning. Di antara penyakit ini, malaria saja mempengaruhi lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia, dengan 1,5 juta kematian setiap tahunnya. Penyakit malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium Plasmodium yang ditransmisikan oleh spesies nyamuk anopheline anopheline yang menghisap darah. Selama siklus hidup yang kompleks
pada
nyamuk,
parasit Plasmodium Plasmodium mengalami
beberapa
transisi
perkembangan, melintasi epitel midgut dan saliva, dan tahan terhadap respon imun inang. Air liur dan kelenjar ludah nyamuk merupakan bagian yang sangat penting bagi interaksi antara parasit, vektor dan manusia sebagai inang. Nyamuk N yamuk menghisap darah secepat mungkin untuk menghindari proses haemostasis, terdiri dari agregasi trombosit, vasokonstriksi, dan pembekuan darah. Namun, penghambat platelet, vasodilator, dan protein antikoagulan dalam air liur nyamuk menghambat haemostasis yang memungkinkan terjadinya sumbatan parasit di kelenjar ludah sehingga memudahkan untuk dilakukan penelitian mengenai adanya parasit plasmodium dalam kelenjar ludah nyamuk.
B. Metodologi
Langkah-langkah dalam melakukan pembedahan kelenjar saliva dimulai dari pencarian nyamuk dewasa di kandang rearing yang telah dibuat. Setelah terkumpul sejumlah nyamuk, dipersiapkan alat dan bahan meliputi mikroskop, objek glass, cover glass, jarum seksi, aquades, alkohol 90%, tisu, kapas, kloroform, pinset, kaca pembesar, kain kassa dan beaker glass. Setelah semua alat dan bahan dipersiapkan, maka nyamuk akan dipingsankan menggunakan kloroform terlebih dahulu di dalam beaker glass yang ditutup kain kassa. Selanjutnya mempersiapkan objek glass dibersihkan menggunakan alkohol dan tisu lalu diletakkan dibawah mikroskop yang sebelumnya sudah diatur perbesaran maupun fokusnya. Kemudian nyamuk yang sudah pingsan diletakkan di atas objek glass dengan menggunakan pinset untuk dilihat apakah nyamuk merupakan nyamuk betina atau jantan karena yang mengandung plasmodium atau menghisap darah adalah nyamuk betina. Setelah dipastikan nyamuk betina dimana memiliki kumis yang tipis, kemudian ditetesi aquades dengan tujuan agar nyamuk menempel pada objek glass dan dilakukan pemotongan bagian tubuh nyamuk yang tidak diperlukan menggunakan jarum seksi seperti kaki dan sayap. Setelah nyamuk dipotong bagian tubuhnya kemudian jarum seksi pada tangan kiri menekan bagian kepala nyamuk dan jarum seksi pada tangan menekan dan menarik keluar bagian toraks dengan bantuan kaca pembesar. Lalu diamati di bawah mikroskop apakah kelenjar ludah sudah benar tampak. Apabila sudah benar tampak kelenjar ludah maka objek tersebut ditetesi aquades dan ditutup dengan cover glass dan diamati kembali di bawah mikroskop kemudian diberi label.
C. Pembahasan
Pada praktikum pembedahan kelenjar ludah nyamuk yang dilakukan mahasiswa peminatan Epidemiologi Kesehatan Masyarakat di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 6 Desember 2017 didapatkan hasil nyamuk yang diteliti atau dijadikan bahan praktikum merupakan nyamuk Culex yang mana tidak memiliki atau tidak mentransmisikan parasit Plasmodium sehingga hanya didapatkan gambaran kelenjar ludahnya saja.
Telah
dilakukan beberapa kali percobaan pada beberapa nyamuk didapatkan berbagai macam gambar. Perlu diperhatikan saat memisahkan bagian kepala dengan toraks dimana perlu kehati-hatian agar kelenjar ludah yang keluar utuh dan tidak rusak atau tercecer di objek glass sehingga sulit diamati. Pada praktikum pembedahan kelenjar ludah yang sesungguhnya adalah menggunakan nyamuk Anopheles yang benar dapat mentransmisikan parasit Plasmodium
sehingga
dapat
diketahui
apakah
nyamuk Anopheles tersebut
mengandung parasit Plasmodium sebagai indikator suatu wilayah endemis malaria. Setelah ditemukan kelenjar ludah dapat dilakukan tes dengan uji ELISA maupun pewarna giemsa yang dapat mendeteksi positif atau negatif kandungan parasit Plasmodium pada kelenjar ludah nyamuk. Fungsi dari pembedahan kelenjar ludah sendiri yaitu untuk mengetahui adanya sporozoit pada kelenjar ludah nyamuk sehingga dapat ditentukan apakah nyauk tersebut merupakan vektor suatu penyakit atau bukan. Namun karena keterbatasan alat yang dimiliki sehingga pembedahan yang dilakukan hanya sebatas mengetahui kelenjar ludah nyauk saja tidak sapai pada pengamatan mengnai parasit atau sporozoit pada kelenjar ludah tersebut.
D. Kesimpulan
Pada praktikum ini seharusnya didapatkan hasil mengenai adanya parasit atau sporozoit pada kelenjar ludah nyamuk, namun hal ini tidak bisa diperoleh dikarenakan keterbatasan alat mulai dari nyamuk yang dibiakkan yang bukan merupakan nyamuk Anopheles, kemudian alat dan bahan dalam pengujian parasit seperti uji ELISA maupun pewarna giemsa. Diharapkan pada praktikum periode kelas selanjutnya alat dan bahan yang akan digunakan sudah lengkap, dengan tambahan mikroskop yang sangat menunjang terutama karena apabila harus menunggu sebanyak 18 mahasiswa dengan 3 mikroskop membutuhkan waktu yang lama dimana kemampuan setiap mahasiswa berbeda-beda dalam melakukan pembedahan nyamuk. Dari praktikum pembedahan kelenjar ludah diperoleh manfaat dimana setiap mahasiswa mampu mengoperasikan mikroskop, setiap mahasiswa mampu melakukan pembedahan kelenjar saliva dan menentukan saliva pada nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA
Balai
Litbang P2B2 Banjarnegara. Identifikasi dan Pembedahan Nyamuk. www.bp4b2banjarnegara.litbang.kemkes.go.id diakses pada tanggal 15 Desember 2017
Coleman, Judy dkk. 2007. Dissection of Midgut and Salivary Glands from Ae. aegypti Mosquitoes. Department of Molecular Biology and Biochemistry, University of California, Irvine (UCI). J. Vis. Exp. (5), e228, doi:10.3791/228 (2007). Diakses pada tanggal 15 Desember 2017 Cotama, Saowanee dkk. 2013. Salivary Glands Proteins Expression of Anopheles dirus AFedonPlasmodium vivax- and Plasmodium falciparum-Infected Human Blood . Program in Infectious Diseases and Epidemiology, Faculty of Graduate Studies, Mahidol University, Nakornpathom 73170, Thailand. Volume 2013, Article ID 535267, 6 pages. 12 Desember 2017. Diakses pada tanggal 12 Desember 2017 Dixit, Rajnikant dkk. 2008. Salivary gland transcriptome analysis during Plasmodium infection in malaria vector Anopheles stephensi. Microbial Containment Complex, National Institute of Virology, Pashan, Pune, India.. International Journal of Infectious Diseases (2009) 13, 636 — 646. Diakses pada tanggal 15 Desember 2017 Mueller, Ann-Kristin dkk. 2010. Invasion of mosquito salivary glands by malaria parasites: Prerequisites and defense strategies. Parasitology Unit, Department of Infectious Diseases, Heidelberg University School of Medicine, 69120 Heidelberg, Germany. Int J Parasitol. 2010 September ; 40(11): 1229 – 1235. doi:10.1016/j.ijpara.2010.05.005. Di akses pada tanggal 15 Desember 2017 Schmid, Michael A dkk. 2017. Preparation of Mosquito Salivary Gland Extract and Intradermal Inoculation of Mice. School of Public Health, State University of New York at Albany, Albany, New York, USA. Bio Protoc. 2017 July 20; 7(14): . doi:10.21769/BioProtoc.2407. Diakses pada tanggal 15 Desember 2017
Lampiran