1. Identifikasi Nyamuk
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era yang modern ini masih saja banyak masalah kesehatan yang di timbulkan oleh serangga, salah satunya adalah masalah yang di timbulkan oleh nyamuk. Nyamuk merupakan salah satu vector penyakit yang dapat di katakan berbahaya dikarenakan ada jenis nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit yang berdampakkan kematian pada manusia.
Nyamuk dapat berkembang biak di tempat-tempat air yang tergenang. Beda tempat perkembangbiakannya beda pula jenis nyamuk yang ada. Telah banyak penyakit-penyakit yang di temukan pada manusia yang di sebabkan oleh nyamuk, beberapa di antaranya adalah demam berdarah, malaria dan filarial. Bahkan telah mewabah pada saat musim hujan dan sangat menggangu kesehatan manusia sendiri
Maka dari itu kita perlu untuk mengetahui jenis-jenis nyamuk yang ada di pemukiman warga dengan mengidentifikasi nya dengan melihat ciri-ciri yang ada pada bagian tubuh nyamuk tersebut, penyakit apa saja yang dapat di bawanya terhadap manusia dan bagaimana siklus hidupnya serta cara untuk mengendalikannya.
(http://beny-ardianto.blogspot.com/2011/12/survey-jenis-jenis-nyamuk.html )
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui atau mengidentifikasi jentik dari spesies nyamuk.
2. Untuk mengetahui spesies dan ciri – ciri dari nyamuk dewasa.
BAB II
IDENTIFIKASI JENTIK NYAMUK
A. Landasan Teori
Bagian-bagian tubuh nyamuk yang di pakai untuk mengenal jenis Nyamuk antara lain
1. Ukuran dan bagian-bagian tubuh nyamuk
2. Percabangan urat sayap
3. Bentuk, jumlah dan warna sisik atau bulu-bulu yang terdapat pada bagian-bagian tubuh nyamuk.
Siklus hidup nyamuk, sejak dari telur hungga menjadi nyamuk dewasa sama dengan serangga yang mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-beda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat empat stadia, yaitu :
Stadium dewasa telur pupa / kepompong
Keterangan :
Stadium dewasa sebagai nyamuk yang hidup dialam bebas, sedangkan ketiga stadium yang hidup dan berkembang didalam air.
Berdasarkan kesenangannya nyamuk suka mencari darah, dikenal 2 golongan nyamuk yaitu :
1) Nyamuk yang senang mencari darah orang
2) Nyamuk yang senang mencari darah binatang
Waktu keaktifan mencari darah bagi nyamuk berbeda-beda, di bedakan atas :
a) Nyamuk yang aktif pada waktu malam hari misalnya : Anopheles dan Cule
b) Nyamuk yang aktif pada waktu siang hari misalnya : Aedes
Untuk tiap jenis nyamuk tipe breeding places yang berlainan. Nyamuk Culex dapat berkembang disembarang tempat air, Aedes hanya mau di tempat air yang airnya cukup bersih dan tidak kontak langsung dengan tanah. Mansonia senag di kolam, rawa-rawa, danau yang banyak tanaman airnya. Sedangkan Anopheles kesenanganya untuk memilih breeding places sangat bervariasi.
Ciri-ciri Nyamuk
Nyamuk Aedes :
1) Hampir seluruh bagian tubuh terdapat warna putih keperak-perakan dapat digunakan sebagai alat (pedoman) identifikasi aedes
2) Pada kai terdapat garis-garis putih
3) Fedding Habitat Jam 09.00-11.00 Wib (Pagi) dan 16.00-17.00 Wib (Sore) mangsanya khusus manusia.
4) Jarak terbang maksimal 200 meter dari sarang
5) Reesting Places : di dalam rumah terutama di tempat-tempat yang gelap dan lembab, di dinding-dinding rumah, gorden, yang warna-warna gelap.
Nyamuk Anopheles :
1) Palpinya hampir sama panjang dengan Probocis
2) Sayap bernoda
3) Posisi mengigit istirahat tidak sejajar (membentuk sudut)
2.3 Siklus Hidup Nyamuk
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera;
genera termasuk Anopheles,Culex, , Aedes,. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antar spesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm. Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa .
2.3.1 Telur
Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. Reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. Telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. Sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan menjadi larva nyamuk
2.3.2 Larva
Larva nyamuk memiliki kepala yang berkembang dengan baik. Larva bernapas melaluispirakel yang terletak pada segmen perut kedelapan, atau melalui siphon, dan karena itu harus sering muncul ke permukaan.. Larva menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk makanganggang , bakteri , dan mikro-organisme lain. Mereka menyelam di bawah permukaan hanya bila terganggu. Larva berenang dengan gerakan tersentak-sentak dari seluruh tubuh. Larva berkembang melalui empat tahap, atau instar , setelah itu mereka bermetamorfosis menjadi kepompong. Pada akhir setiap instar, yang berganti bulu larva, exoskeleton shedding mereka, atau kulit, untuk memungkinkan pertumbuhan lebih lanjut.
2.3.3 Pupa
Setelah berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan "fase pupa". Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa itu digunakan untuk alat pernafasan
Kepala dan dada digabung menjadi cephalothorax dengan perut melengkung di bawahnya.. Seperti halnya larva, pupa harus datang ke permukaan sering untuk bernapas, yang mereka lakukan melalui sepasang terompet pernafasan pada cephalothorax tersebut. Selama tahap ini pupa tidak makan. Setelah beberapa hari, pupa naik ke permukaan air, nyamuk dewasa muncul. Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh permukaan air.
2.3.4 Dewasa
Nyamuk memiliki mulut yang disesuaikan untuk menembus kulit tumbuhan dan hewan. Sementara laki-laki biasanya nektar dan jus tanaman, wanita perlu mendapatkan gizi dari menghisap darah sebelum dia dapat menghasilkan telur.
Durasi dari telur menjadi dewasa bervariasi antara spesies dan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan.. Nyamuk dapat berkembang dari telur menjadi dewasa dalam sebagai hanyalima hari, tetapi biasanya 10-14 hari dalam kondisi tropis. Variasi ukuran tubuh nyamuk dewasa tergantung pada kerapatan populasi larva dan suplai makanan di dalam air. Panjang dewasa bervariasi tetapi jarang lebih besar dari 16 mm (0,6 in) , dan berat sampai dengan 2,5 mg. Semua nyamuk memiliki tubuh langsing dengan tiga bagian: kepala , dada dan perut.
Nyamuk betina juga akan memakan sumber gula untuk energi tetapi biasanya memerlukan darah untuk pengembangan telur. Setelah menghisap darah, nyamuk betina akan beristirahat selama beberapa hari untuk pematangan telur. Proses ini tergantung pada suhu, namun biasanya berlangsung 2-3 hari dalam kondisi tropis..
Kepala memiliki mata, banyak-tersegmentasi antena . antena ini untuk mendeteksi bau host. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya memiliki probosis panjang untuk menembus kulit untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain. (http://beny-ardianto.blogspot.com/2011/12/survey-jenis-jenis-nyamuk.html )
B. Metode Kerja
1. Alat
a. Mikroskop
b. Object glass
c. Deck glass
d. Pipet tetes
e. Tissue
f. Wadah berisi air
2. Bahan
Jentik nyamuk
3. Prosedur kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Jentik nyamuk pada bak penampung diambil menggunakan pipet.
c. Tuang air bersama jentik dalam wadah.
d. Letakkan jentik nyamuk pada object glass menggunakan pipet(dalam posisi telungkup).
e. Tutup menggunakan deck glass.
f. Amati morfologi nyamuk tersebut menggunakan mikroskop perbesaran 10x-40x.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
1.1 Tempat : WC Aula kiri Farmasi
Jenis container : Bak air = 1
Tempayan = -
Kondisi air : warna = tidak berwarna
Jernih / keruh = jernih
Dasar bak = agak berlumut.
Jumlah jentik nyamuk = 1 – 2 jentik.
1.2 Tempat : WC blakang dapur Gigi.
Jenis container : bak air = 1
Tempayan = -
Kondisi Air : warna = tidak berwarna
Jumlah jentik nyamuk = lebih dari 5 jentik nyamuk.
2. Pembahasan
Pada praktikum pemeriksaan jentik nyamuk, praktikan menemukan jentik nyamuk Aedes albopictus dimana morfologi tubuhnya terdairi dari pecten, comb scale, sifon. Pada sifon terdapat satu pasang bulu. Pada abdomen dijumpai bulu-bulu kecil. Sifon pada tubuh jentik berfungsi sebagai corong udara. Comb scale pada jentik bisa mempermudah untuk membedakan antara jentik anopeles, aedes dan culex karena hanya jentik nyamuk aedes yang memiliki comb scale.
Pada stadium larva (jentik), kelangsungan hidup jentik dipengaruhi oleh suhu, pH, air perindukan, makanan, kepadatan larva, kekeruhan serta adanya predator. Ditempat perindukannya, larva aedes tampak bergerak aktif, dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik ke permukaan air dan turun ke dasar secara berulang-ulang. Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan shiponnya di permukaan air sehingga abdomennya terlihat menggantung pada permukaan air seolah-olah badan larva berada dalam posisi membentuk sudut dengan permukaan air. Larva aedes aegypti dapat hidup di air ber-pH 5,8 – 8,8 dan tahan terhdap air dengan kadar garam 10-59,5 mg/L. Larva aedes aegypti instar IV dalam kurun waktu lebih dari 2 hari berganti kulit dan tumbuh menjadi pupa
3. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan identifikasi jenis nyamuk pada larva / jentik nyamuk yang di ambil dari bak mandi dapur makan jurusan kesehatan Gigi disimpulkan bahwa jenis nyamuk yang di identifikasi adalah Aedes Albopictus.
Daftar pustaka
http://lacunata.blogspot.co.id/2012/10/identifikasi-nyamuk_9530.html
2. LAPORAN PRATIKUM ENTOMOLOGI
OLEH :
NAMA : ANNISA FADHILLA
NIM : 131210723
DOSEN :
1. AIDIL ONASIS, SKM, M.Kes
2. Dr. WIJAYANTONO, SKM, M.Kes
3. LINDAWATI, SKM, M.Kes
INSTRUKTUR :
HANDRI MAIKA
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
PROGRAM STUDI D-IV KESEHATAN LINGKUNGAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang pengenalan alat-alat praktek Entomologi.
Laporan ini berisi penjelasan tentang alat-alat praktek Entomologi dan tata cara penggunaannya. Diharapkan makalah ini dapat membantu proses pembelajaran mata kuliah Entomologi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliahEntomologi yang telah memberikan bimbingan dalam proses pembuatanlaporan ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga laporan ini dapat selesai tepat waktu.
Penulis menyadari laporan ini belum sempurna untuk itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan di masa yang akan datang.
Padang, 2 Oktober 2013
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran mata kuliah Entomologi tentunya kita akan sering melakasanakan berbagai praktik terutama mengenai serangga. Untuk itu sebelum praktik dilaksanakan penting mengenali alat-alat apa saja yang akan digunakan serta memehami langkah-langkah dalam pengerjaan praktik tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan laporan ini bertujuan untuk mengetahui apa saja alat- alat yang di gunakan dalam praktik mata kuliah Entomologi. Dan mengetahui bagaimana cara penggunaan alat-alat praktek beserta fungsinya. Serta membantu untuk mengetahui langkah-langkah kerja dalam pelaksanaan praktik tersebut.
1.3 Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat dalam proses praktik yang akan banyak di laksanakan kedepannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
VEKTOR
Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan bahwa vektor merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Sedangkan menurut Nurmaini (2001), vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan.
Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod – borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector – borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Alat-alat
a. Identifikasi Jentik Nyamuk dan Nyamuk Dewasa
Petri dish
Adalah Sebuah piring dangkal terdiri dari cover dan bagian bawah terbuat dari gelas Pyrex (dapat menahan sterilisasi panas kering) digunakan untuk mikroorganisme budaya, juga disebut piring budaya. Mungkin sekali pakai dan terbuat dari polystyrene.
Objek glass
Merupakan wadah untuk menaruh bagian atau sel makhluk hidup.
Cover glass
adalah wadah penutup yang memiiki ketebalan 5mm berfungsi untuk menghindari objek pengamatan dari kotoran dan debu.
Kuas Cina
Berfungsi untuk mengeluarkan air agar tidak terjadi gelembung pada preparat.
Mikroskop
Berfungsi untuk mengamati sel – sel pengamatan.
Lup
Berfungsi untuk memperjelas pengamatan terhadap objek yang diamati , dan bukan untuk mengamati objek berukuran kecil ( tidak dapat dilihat dengan kasat mata).
Jarum dan kertas pointed
Jarum digunakan untuk tempat menusukkan kertas pointed dan nyamuk yang akan diamati. Kertas pointed digunakan untuk teknik finning.
Kutek
Digunakan untuk teknik finning.
b. Identifikasi Lalat
Insect net
Berfungsi untuk menangkap serangga.
Fly grill adalah tempat untuk hinggapnya lalat.
merupaka tempat untuk hinggapnya lalat.
Counter
merupakan alat untuk menghitung berapa banyak lalat yang hinggap pada fly grill.
c. Identifikasi Nyamuk
Aspirator
Merupakan alat untuk menangkap nyamuk dengan cara dihisap.
Light trap
Merupakan sebuah perangkat besar untuk menangkap serangga terbang. Perangkat terbuat dari bahan seperti jaring.
d. Identifikasi Tikus dan Ektoparasitnya
Kain putih
Berfungsi melapisi nampan untuk tempat pengamatan tikus.
Sisir kutu
Alat yang digunakan untuk mencari kutu atau pinjal pada tubuh tikus.
Petri dish
Digunakan untuk meletakkan pinjal (ektoparasit) yang akan diamati.
Pinset
Digunakan untuk mengambil kutu atau pinjal yang telah didapatkan.
Nampan
Tempat meletakkan tikus yang akan diamati.
Rol atau meteran
Alat yang digunkan untuk mengukur panjang bagian-bagian tubuh tikus.
3.2 Cara kerja
a. Identifikasi Jentik Nyamuk
Siapkan petri dish,ambil jentik yang sudah didapatkan.
Untuk mematikan jentik siram dengan air panas.
Letakkan jentik menggunakan pinset diatas preparat.
Tetesi preparat dengan air,kemudian tutup dengan cover glass.
Letakkan preparat pada mikroskop dan objek siap diamati.
Lalu catat hasil pengamatan.
b.Identifikasi Lalat
Letakan fly grill di lokasi-lokasi tertentu,seperti:TPA,Daerah kumuh dan lain-lain.
Hitung banyaknya lalat yang hinggap pada fly grill dengan menekan counter setiap kali lalat hinggap pada fly grill.
Jika ingin menangkap lalat yang hinggap pada fly grill,maka dapat digunakan insecnet.
c. Identifikasi Nyamuk
Tusuk atau pasangkan kertas pointed ke jarum hingga terletak di tengah badan jarum.
Olesi kutek pada kertas pointed.
Ambil nyamuk yang sudah mati dengan pinset,lalu letakkan di atas kertas pointed yang telah diberi kutek tadi.
Nyamuk siap untuk diamati dan catat hasil pengamatan.
d. Identifikasi Tikus dan Ektoparasit
Siapkan perangkap tikus pada tempat yang ditentukan.
Jika tikus telah masuk perangkap, maka tikus siap untuk di identifikasi, lalu tikus dimasukkan kedalam karung dan diberi cairan kimia yang dapat mematikan tikus tersebut dengan menggunakan kapas.
Setelah tikus mati, ambil tikus tersebut dan diamati diatas nampan yang telah dilapisi kain putih.
Letakkan tikus diatas kain putih, kemudian sisir rambut tikus untuk mendapatkan pinjal atau kutu.
Setelah kutu didapatkan lalu letakkan diatas petri dish.
Lalu amati jenis kutu tersebut.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa alat-alat dan cara yang digunakan dalam praktik entomologi harus dapat dipahami agar proses praktik dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Cara penggunaan alat – alat tersebut harus digunakan dengan tepat, agar tidak terjadi kesalahan – kesalahan yang dapat mengakibatkan hal – hal yang tidak diinginkan, contohnya pada penggunaan mikroskop. Teknik – teknik penggunaan alat harus dilakukan dengan benar. Kemudian penggunaan dan perawatan alat - alat praktik harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Daftar pustaka :
http://annisafa-dhilla.blogspot.co.id/2013/12/alat-alat-labor.html