Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan pengenalan alat yang digunakan untuk mengevaluasi sediaan solid misalnya granul dan tablet. Evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat memenuhi persyaratan atau tidak. Evaluasi granul yang telah dilakukan adalah menghitung laju alir dan sudut istirahat, uji kompresibilitas menggunakan tap density dan uji susut pengeringan (LOD). Sedangkan untuk tablet dilakukan evaluasi berupa uji kekerasan tablet, uji friabilitas, uji keseragaman tablet dan uji waktu hancur tablet menggunakan desintergant testing. Evaluasi granul yang pertama adalah menghitung laju alir dan sudut istirahat. Untuk menentukan sifat aliran apakah baik atau tidak digunakan kemiringan aliran (sudut lereng, sudut tuang, sudut luncur) yang dihasilkan jika suatu zat berupa serbuk dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Corong yang digunakan biasanya terbuat dari baja tahan karat dengan volume kurang lebih 480 mL dan lubang corong bagian bawah biasa digunakan 3 macam ukuran yakni diameter 6.0 , 8.0 dan 11.3 mm. Serbuk tersebut akan membentuk suatu kerucut, yang kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, artinya sudut kemiringannya semakin kecil dan semakin baik sifat aliran serbuk tersebut. Dari hasil pengukuran diperoleh tinggi = 2,6 cm, waktu = 2.64 detik, diameter = 8,375 8,3 75 cm, jari jari = 4,1875 cm dengan massa awal 20,00425 gram. Kemudian dihitung laju alirnya dengan rumus :
kemudian dihitung sudut istirahat dengan rumus :
Setelah dihitung, laju alir granul adalah 7,577 gram/detik dan sudut istirahat sebesar 0
31,84 . Berdasarkan sudut istirahat yang telah dihitung, granul memiliki aliran serbuk
yang cukup baik. Berikut ini disajikan tabel hubungan sudut istirahat dengan sifat aliran serbuk. Tabel 1.Hubungan Sudut Istirahat dengan Aliran Serbuk Sudut Istirahat (derajat)
Aliran
< 25
Sangat baik
25-30
Baik
30-40
Cukup baik
>40
Sangat buruk
Besar kecilnya sudut istirahat sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya gaya tarik dan gaya gesek antar partikel. Jika gaya tarik dan gaya gesek kecil, maka granul akan lebih cepat dan mudah mengalir. Selain itu sudut istirahat juga dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel maka kohesivitas partikel makin tinggi yang akan mengurangi kecepatan alirnya sehingga sudut istirahat yang terbentuk semakin besar. Aliran partikel yang relative halus (kurang dari 10 um) melalui lubang celah akan terhenti karena gaya kohesif diantara partikel sama besarnya dengan gaya gravitasi. Demikian pula aliran serbuk menjadi lebih buruk jika serbuk tersebut lembab. Dalam hal ini proses pegeringan akan memperbaki sifat alir. Evaluasi granul selanjutnya adalah uji kemampatan. Prinsip kerja dari uji kemampatan atau kompresibilitas sama dengan uji kompaktibilitas. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampatan campuran serbuk selama dikempa. Hasil percobaan menunjukkan volume awal serbuk adalah 42,5 ml. Setelah serbuk diketukkan selama 4 menit, volume serbuk menjadi 35 ml. Dengan rumus berikut ini:
Didapatkan nyata sebesar 0,471 dan mampat sebesar 0,572. Sehingga dapat dihitung % kemampatan dengan rumus :
% kemampatan =
Indeks pengetapan atau % kemampatan serbuk sebesar 17,657 %. Indeks pengetapan, yang tergantung pada penurunan volume granul atau serbuk akibat keretakan atau getaran. Semakin kecil harga % indeks pengetapan, semakin baik sifat alirnya. Granul atau serbuk dengan indeks pengetapan lebih dari 20% mempunyai sifat alir yang kurang baik. Keterangan hasil uji kompresibilitas adalah sebagai berikut : Tabel 1.Hubungan % Kompresibilitas dengan Aliran Serbuk % Kompresibilitas
Aliran
5 – 15
Sangat baik
12 – 16
Baik
18 – 21
Cukup
23 – 35
Buruk
33-38
Sangat Buruk
>40
Sangat buruk sekali
Evaluasi granul selanjutnya adalah uji susut pengeringan atau Loss on Drying (LOD). Loss on drying (LOD) menyatakan kelembapan berdasarkan berat basah. Kelembapan di dalam zat padat dapat dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering. Berdasarkan berat basah, kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai persen berat dari bahan basah, sedangkan berdasarkan beratkering, air dinyatakan sebagai persen berat dari bahan kering. Pada saat pengujian LOD serbuk yang telah dimasukkan keatas piringan alumunium harus didistribusikan secara homogen agar alat tersebut mengukur kadar air serbuk secara akurat. Alat dapat berhenti mengukur kadar air serbuk kurang dari 10 menit jika hasil kadar airnya sudah konstan. Dari hasil percobaan didapatkan berat serbuk menyusut menjadi 9,873 gram dan kadar kelembaban serbuk sebesar 1,41%. Hasil ini menunjukan bahwa stabilitas
zat dalam serbuk cukup baik, karena nilai LOD ≤ 5 %, yang artinya kemungkinan terjadi reaksi penguraian secara kimia maupun mikrobiologis dan degradasi sediaan sangat kecil. Hilangnya air dalam serbuk saat pengeringan bertujuan menjamin stabilitas dan pengawetan yang efektif. Selain evaluasi granul, ada pula evaluasi tablet yang meliputi pengujian keseragaman bobot dan ukuran, friabilitas, kekerasan, dan waktu hancur. Pengujian keseragaman bobot berupa berat dari tablet. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif. Jumlah tablet yang digunakan adalah 20 tablet sesuai dengan yang tercantum pada FI IV. Adapun faktor –faktor yang menyebabkan terjadinya variasi dalam penimbangan bobot antara lain : volume dan berat bahan yang diisikan ke dalam cetakan serta garis tengah cetakan dan kondisi peralatan yang digunakan selama proses penabletan seperti berubahnya tekanan yang diberikan pada bahan saat dilakukan kompresi. Berdasarkan hasil penimbangan diperoleh rata-rata bobot tablet adalah 0,60453 gram. Syarat dari keseragaman bobot tablet adalah, jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang lebih besar dari berat rata – ratanya berdasarkan pada kolom A yang sudah ditetapkan dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – ratanya berdasarkan aturan pada kolom B yang sudah ditetapkan. Persyaratan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Bobot rata – rata
Penyimpanan bobot rata – rata dalam % A
B
25 mg atau kurang
15%
30%
26 mg sampai dengan
10%
20%
150 mg 151 mg sampai dengan
75%
15%
5%
10%
300 mg Lebih dari 300 mg
Rata-rata bobot tablet yang diperoleh 0,60453 gram atau 604,53 mg termasuk dalam lebih dari 300 mg dengan penyimpangan berat kurang dari 10 % dan lebih dari 5 % bobot rata-rata tablet. Rentang penyimpangan bobot tablet harus kurang dari 0,664983 gram dan lebih dari 0,5743035 gram. Dari ke 20 tablet tidak ada yang beratnya menyimpang, artinya sediaan tablet yang dibuat seragam dalam hal bobot, karena memenuhi persyaratan keseragaman bobot. Sedangkan keseragaman ukuran menggambarkan reprodusibilitas dan terkait selanjutnya dengan keseragaman kandungan dan juga terkait dengan faktor estetika. Untuk keseragaman ukuran, dilakukan prosedur pengukuran ketebalan dan diameter tablet pada 20 sampel sediaan tablet yang sudah jadi, sama dengan sampel untuk keseragaman bobot dengan menggunakan jangka sorong. Penggunaan jangka sorong dikarenakan memiliki ketelitian yang cukup bagus dan sesuai dengan pengukuran diameter dan tebal tablet. Adapun ketelitian jangka sorong adalah 0,05 mm. Ketebalan suatu tablet dipengaruhi oleh volume dari bahan yang yang diisikan ke dalam cetakan, garis tengah cetakan dan besarnya tekanan oleh punch serta dipengaruhi oleh kompresibilitas dan sifat alir dari serbuk. Oleh karena itu, untuk mendapatkan tablet yang tebalnya seragam, harus dilakukan pengawasan selama proses produksi. Menurut Farmakope Indonesia, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Dari data hasil pengukuran, dapat dihitung rata-ratanya. Adapun rata-rata untuk tebal tablet adalah 5,6445 mm, sedangkan untuk diameternya adalah 12,22
mm. Berdasarkan aturan yang telah ditetapkan Farmakope Indonesia tersebut, maka sediaan tablet yang diuji keseragaman ukurannya sudah memenuhi syarat karena diameter tablet tidak lebih dari tiga kali tebal tablet yaitu 12,22 mm < 3 x 5,6445 mm = 16,9335 mm dan tidak kurang dari 4/3 tebal tablet yaitu 12,22 mm > 4/3 x 5,6445 mm = 7,526 mm. Pengujian
selanjutnya
adalah
waktu
hancur
yang
dilakukan
dengan
memasukkan 6 tablet ke dalam masing-masing kolom lalu dimasukkan cakram. Alasan mengapa dipiih 6 tablet supaya memenuhi syarat uji disintegrasi di Farmakope III. Penggunaan penutup dimaksudkan agar tablet tetap terjaga dalam keranjang dan tidak keluar dari tube saat dinaik turunkan. Proses pencelupan naik turun ini merupakan simulasi dari gerakan peristaltik saluran cerna,
sedangkan
0
volume medium 800 ml dengan suhu 37 C dipilih untuk menyerupai volume cairan tubuh manusia dan suhu tubuhnya. Dalam
monografi yang lain disebutkan
mediumnya merupakan simulasi larutan gastric. Namun, pada pengujian ini media yang digunakan adalah aquadest dengan pertimbangan bahwa sebagian besar cairan tubuh manusia adalah air. Agar kehancuran tablet benar-benar dalam kondisi yang memenuhi syarat di Farmakope III, maka perlu diperhatikan bahwa volume cairan dalam wadah sedemikian rupa sehinga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm dibawah permukaan cairan dan pada gerakan ke bawah berjarak tidak kurang dari 2,5 cm dari dasar wadah. Kemudian diamati keadaan tablet hingga semua hancur sempurna. Dari data yang didapat, tablet-tablet tersebut hancur dalam waktu yang berbeda-beda dengan rentan antara 1 menit 58 detik hingga 14 menit 9 detik. Hal ini sesuai dengan persyaratan uji tablet di Farmakope III bahwa tablet tidak bersalut kurang dari 15 menit. Dengan kata lain, tablet yang diuji memenuhi persyaratan uji Farmakope III.
Selanjutnya adalah pengujian friabilitas yang dilakukan dengan menggunakan alat friabilator. Alat ini menguji kerapuhan suatu tablet terhadap gesekan dan bantingan selama waktu tertentu. Prinsip pengujian ini adalah dengan mengukur kehilangan bobot dari sejumlah tablet yang ditimbang hingga 6-6,5 g selama diputar dalam friabilator dalam waktu 4 menit dengan kecepatan putaran 25 rpm. Ketahanan terhadap kehilangan berat menunjukkan tablet tersebut untuk bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam penanganan pengemasan dan pengepakan. Sedangkan kerapuhan tersebut diakibatkan karena pengikat yang digunakan tidak terdistrubusi dengan homogen di dalam tablet atau dapat diakibatkan oleh kesalahan saat proses kompresi secara manual sehingga tablet yang terbentuk kurang kompak dan
tablet
menjadi
rapuh.
Kerapuhan
yang
tinggi
akan
mempengaruhi
konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil) adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet. Dari hasil penimbangan, diperoleh berat awal sebesar 6,3016 gram (11 tablet) dan menjadi 6,2592 gram setelah proses pemutaran dalam friabilator. Maka friabilitasnya sebesar 0,67%, dimana hal ini menunjukkan bahwa tablet masih memenuhi standar karena presentase kehilangan berat tablet tidak lebih dari 1%. Tablet yang nilai hasil uji friabilitasnya melebihi batas tersebut dianggap terlalu rapuh dan akan sulit penanganannya selama pengemasan dan distribusi. Pengujian terakhir untuk tablet adalah uji kekerasan menggunakan alat bernama hardness tester dan angka yang ditunjukkan oleh alat tersebut adalah seberapa berat beban yang dapat menghancurkan tablet. Uji ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang ketahanan tablet melawan mekanik (goncangan) dan tekanan pada saat pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan serta proses distribusi. Akan tetapi harus cukup lunak untuk melarut dan akan hancur sempurna begitu masuk ke dalam tubuh manusia atau dapat dipatahkan di antara garis tengah tablet bila memang perlu dibagi untuk pemakaiannya. Intinya, tablet tidak boleh terlalu keras dan tidak boleh
terlalu lunak. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka perlu dilakukan uji kekerasan tablet guna menghindari kerugian akibat kegagalan proses produksi tablet. Faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah kompresibilitas alat cetak dan sifat fisiko kimia bahan yang dikempa. Selain itu yang menyebabkan kekerasan dari tablet bervariasi adalah karena mesin pencetak tablet dioperasikan secara manual sehingga kekuatan kompresi dalam pencetakan masing-masing tablet berbeda-beda. Kekerasan juga tergantung pada berat dari materi serta ruangan antara punch atas dan bawah pada waktu pencetakan. Bila volume materi atau jarak kedua punch berbeda, maka kekerasan tablet tidak akan konsisten. Kekerasan tablet erat kaitannya dengan ketebalan, bentuk dan waktu hancur tablet. Adapun syarat dari kekerasan tablet adalah sekitar ± 50 Newton. Tablet yang terlalu keras dapat disebabkan oleh terlalu tingginya porositas, terlalu rendahnya kerja bahan pengikat, terlalu rendah atau tingginya kelembaban dan tidak cocoknya penambahan pelincir. Berdasarkan hasil pengujian terhadap 20 sampel sediaan tablet menggunakan alat hardness tester, diperoleh rata-ratanya adalah 35,1 Newton. Hal ini menunjukan bahwa
tablet
yang
diuji
belum
memenuhi
persyaratan.
Namun nilai kekerasan tablet yang berada di luar rentang yang dipersyaratkan tidak langsung menunjukkan bahwa suatu tablet memiliki kualitas yang buruk. Nilai kekerasan yang kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan.
Kesimpulan 1. Mahasiswa mengetahui pengujian granul dan tablet. Pengujian yang dilakukan antara lain, uji alir serbuk, uji kerapatan, Loss on Dying (LOD), uji waktu hancur, uji friabilitas, uji keseragaman bobot tablet, uji kekerasan tablet, dan uji ketebalan tablet.
2. Mahasiswa mengenal alat-alat yang digunakan untuk pengujian granul dan tablet serta cara penggunaannya.