BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang
terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Dengan fungsinya
untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh, jantung merupakan salah
satu organ yang tidak pernah beristirahat. Hal ini dikarenakan, jantung
mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Dalam keadaan
fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus
sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga
menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami
gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi
gangguan irama jantung.
Yang dimaksud dengan gangguan irama jantung adalah kelainan dalam
kecepatan, irama, tempat asal dari rangsangan (impuls), atau gangguan
penghantaran yang menyebabkan perubahan dalam urutan normal aktivasi
atrium dan ventrikel. Yang menarik dari hal ini adalah gangguan irama
jantung juga dapat ditemukan pada orang yang sehat. Sebagian orang
dengan gangguan irama jantung bahkan tidak dapat merasakan kelainannya
itu dan dari hasil Cardiovascular Health Study (1977) menunjukkan
sekitar 12 % orang terdeteksi secara kebetulan saat melakukan
pemeriksaan elektrokardiografi saat cek kesehatan rutin.
Sejak 40 hingga 50 tahun lalu, penyakit kardiovaskuler masih tetap
merupakan penyebab kematian yang cukup banyak pada negara-negara
berkembang. Gangguan irama jantung dapat terkena pada siapa saja di
dunia tanpa memperhatikan distribusi menu u Cuku atau ras. Kematian
mendadak yang berasal dari gangguan irama jantung diperkirakan mencapai
angka 50 % dari seluruh kematian karena penyakit jantung. Gangguan irama
jantung yang terjadi dapat berupa atrial fibrilasi, atrial flutter, blok
jantung, ventrikel fibrilasi, ventrikel takikardi serta gangguan irama
lainnya.
2. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang pengertian aritmia.
2. Menjelaskan tentang etiologi aritmia.
3. Menjelaskan manifestasi klinis aritmia.
4. Menjelaskan klasifikasi aritmia.
5. Menjelaskan patofisiologi aritmia.
6. Menjelaskan pemeriksaan medis aritmia.
7. Menjelaskan penatalaksanaan aritmia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan
pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi selsel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi
(Hanafi, 1996).
2. Etiologi
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan
obat-obat anti aritmia lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung.
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung).
3. Manifestasi klinis
1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak
teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi
ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema;
haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah.
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru)
atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
4. Klasifikasi
1. Flutter Atrium
Pada keadaan ini, kecepatan irama regular yang dikeluarkan oleh
jaringan atrium adalah 220-350/menit. Fokus penyebabnya mungkin dari
pacemaker atau re-entry circuit. Curah darah atrium tetap bertahan,
tetapi kemudian berkurang secara bermakna den progresif sesuai
dengan meningkatnya frekuensi.
2. Fibrilasi Atrium
Dalam hal ini, terdapat irama yang cepat dan tidak teratur
(frekuensi atrium 350-1000/menit atau lebih; dan frekuensi irama
ventikel bergantung pada derajat blok AV, biasanya 50-250/menit).
Tidak lama kemudian atrium berkontaksi dalam ragam yang sinkron dan
jarang mengalami penumpukan kemudian berkumpul di sekitar trabekula
dinding atrium.
3. Block AV. Penekanan konduksi inpuls nodus AV dapat memperlambat
frekuensi inplus dengan perbandingan kondusi 1:1 (derajat block 1),
atau lebih implus atrium merambatsecara intermiten sehingga rasio
antara denyut atrium terhadap ventrikel menjadi 2:1, 3:2, dan
seterusnya (derajat block XII) atau blok sempurna (derajat block
III). Pada kasus terakir pacemaker,, ventricular (baik natural
maupun elektris) harus ada untuk mempertahankan fungsi ventrikel.
4. Ritme hubungan antar ventricular. Iramanya cepat diatur dalam nodus
AV atau dalam saraf. Hal ini sering disebabkan oleh digitalis
tetapi dapat pula hilang sendiri.
5. Takikardi supraventrikular. Iramanya cepat yang mengakibatkan nodus
AV dan bagian jaringan atrium, serta ventrikel dalam sirkuit re-
entry. Berkas penghantar yang ganjil sering berada diantara atrium
dan ventrikel.
6. Debar ventrikel premature. Irama ini ini terdiri atas debar sinus
yang teratur dengan diselingi debar Punkinje atau dari sumber sel
ventrikel. Berbagai macam mekanisme menggaris bawahi aritmia ini
debar ventricular premature dapat memacu aritmia ventricular yang
lebih berbahaya. Irama bigeminus merupakan variasi antara gabungan
irama sinus yang teratur dan debar ventricular premature, biasanya
dalam rasio 1:1.
7. Takikardi ventricular.irama ini sering diikuti oleh suatu focus
jantung atau keracunan digitalis yang berat. Hal ini disebabkan oleh
focus (baik pace-maker maupun re-entry) yang mendominasi ventrikel.
Debar sinus dapat berada atau tidak ada dalam atrium. Takikardi
ventricular yang cepat, biasanya secara mekanik tidak efisien dan
mengurangi curah jantung. Aritmia ini juga merupakan predisporsisi
berkembangnya fibrilasi ventricular
8. Fibrilasi ventricular. Aritmia ini merupakan kelainan irama yang
paling berbahaya dari semua jenis aritmia karena tidak lagi ada
curah jantung. Serkulasi harus segera diatasi dengan fibrilasi atau
dengan memijit jantung dari luar dalam sekejap utuk mencegah
kerusakan otak dan jantung secara permanen.
5. Pathofisiologi
Rangsangan jantung secara normal disalurkan dari sentrum impuls pacu
nodus SA (Sinoatrial) melalui atrium, system hantaran atrium ventricular
(AV), berkas serabut purkinje, dan otot ventrikel.
Dalam keadaan normal, pacu untuk denyut jantung dimulai di denyut
nodus SA (nodus Keith-Flack). Jadi, ada irama sinus dengan 70-80 kali
per menit, di nodus AV (nodus Tawara) dengan 50 kali per menit.
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan, dan
sentrum yang memimpin ini disebut pacemaker. Dalam keadaan tertentu
sentrum yang lebih rendah pun dapat juga bekerja sebagai pacemaker,
yaitu:
1. Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, apabila sentrum AV
membentuk pacu lebih besar.
2. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan
Bundel His akibat adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan
oleh obat
Aritmia terjadi karena gangguan pembentukan impuls (otomatisitas
abnormal atau gangguan konduksi). Gangguan dalam pembentukan pacu antara
lain:
1. Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus,
dan aritmia sinus.
2. Debar ektopik dan irama ektopik
a. Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu
makanan sedang dicerna.
b. Takikardi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti
demam, hipertiroidisme, anemia, lemah miokard, miokarditis, dan
neurosis jantung.
Dalam keadaan normal, kontraksi jantung diawali oleh rangsangan ß-
adrenoseptor yang menyebabkan pertukaran ion Na dan K disertai influks
ion Ca2+. Depolarisasi terjadi melalui interaksi aktin dengan miosin
yang menghasilkan kontraksi miokard. Jantung sebagai organ otonomik
dapat berkontaksi sendiri oleh rangsangan yang masuk dari luar simpul
SA, misalnya rangsangan psikis, racun, perdarahan, dan obat. System
saraf pada jantung dipengaruhi oleh nervus vagus (parasimpatik) dan
saraf simpatik.
Aritmia atau disritmia adalah irama jantung yang tidak termasuk
dalam irama sinus normal dan frekuensinya tidak normal. Irama sinus
normal diatur oleh simpul SA dan kecepatannya bergantung pada faktor
pengontol otomatis. Dalam keadaan istirahat, frekuensi denyut jantung
biasanya 60-80 kali per menit. Impuls ini segera disalurkan melalui
jaringan atrium dan masuk ke dalam simpul AV.
6. Pemeriksaan medis
1. EKG: menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter: Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada: Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup .
4. Skan pencitraan miokardia: dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan: dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit: Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat: Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid: peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi: Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri:
Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
7. Penatalaksaan
Terapi medis Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan
untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan
aritmi yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) Atenolol,
Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan
hipertensi.
Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi
VT, SVT berulan
Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi
supraventrikular aritmia.
Terapi mekanis
Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur
elektif.
Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan
gawat darurat.
Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau
pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan
pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi
elektrolit abnormal atau otomatis.
Pemeriksaan medis yang dapat dilakukan antara lain EKG: menunjukkan
pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber
disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
Monitor Holter: Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia. Foto dada Dapat menunjukkan
pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau
katup dan sebagainya
DAFTAR PUSTAKA
Staff Pengajar Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran
Sriwijaya. (2004). Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC.
Patrick Davey. (2005). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.