bercinta dengan ibu sendiri fkunhas.com . Bercinta Dengan Ibu Sendiri bercinta dengan ibu sendiri bercinta 17 tahun Bercinta Dengan Ibu 17 Tahun. Mamaku Sendiri Inilah antara ibu dan anak, bercinta dengan anak kandung ataupun bercinta dengan ibu kandung memang menjadi hal yang tak wajar, sangat tidak. Bercinta Dengan Ibu Sendiri Inilah antara ibu dan anak, bercinta dengan anak kandung ataupun bercinta dengan ibu kandung memang menjadi hal yang tak wajar, sangat tidak wajar. Bercinta Dengan Ibu Kandung Tags bercinta dengan anak sendiri, bercinta dengan ibu kandung, bercinta dengan ibu sendiri, bercinta dengan mama, anak sendiri, mamaku, ngesek dengan. Bercinta Dengan Anak Sendiri Inilah antara ibu dan anak, bercinta dengan anak kandung ataupun bercinta dengan ibu kandung memang menjadi hal yang tak wajar, sangat tidak wajar. Cerita bercinta dengan ibu sendiri Cerita bercinta dengan ibu sendiri-Whip Irfan Gunduz and of course leave. Year Detroit lions football flagship ceasefire which.. Cerita Bercinta Dengan Ibu Tiri Mounis Farag ) 19 Responses to ³Bercinta dengan Tante reni dan Anaknya ± ´. GodFather on dengan ibu kandungku sendiri [Jr]_QaviER on . ayah ibu. Main Dengan Kakak Saudara Video Kakak Dengan Adik bercinta dengan ibu kandung ViDeO konekFind seks pertama kali main dengan kakak kandung seks melayu. Main dengan anak saudara sendiri. Bercinta Dengan Mama Mertuaku Quot - Juice Post for the cerita mama sendiri - cer ita kakak -. pengalamanku bercinta dengan masih diminati, tak hanya bercinta dengan ibu kandung atau pun bercinta. Bercinta dengan Mama Mertuaku « Segera kujamah tubuh ibu mertuaku dengan sentuhan lembut lembut ma« kalau sebenernya mama mama pengen banget bercinta dengan Dia berkali kali menggenjot genjot tubunya sendiri. Bercinta dengan Tante Sendiri ± 79 ± 79 Responses to ³Bercinta dengan Tante Sendiri ± ´ By andri on Mar 14, 2009 Reply cew2, mbak, ibu pekanbaru yg kesepian cal iwan 081371302983. By ZZZzZZzz on. Bercinta Dengan Mama Tags bercinta dengan anak sendiri, bercinta dengan ibu kandung, bercinta dengan ibu sendiri, bercinta dengan mama, anak sendiri, mamaku, ngesek dengan. bercinta dengan ibu tua pdf no Mama Kandung Mama Kandung - Berita Terbaru Ibu Tua Gadget And Tech. Bercinta Dengan Ibu Kandung Sendiri Dengan Nenek Nenek Cerita. Menyetubuhi ibu kandung sendiri Torrent Downloads NowTorrents Download your favorite menyetubuhi ibu ka ndung sendiri torrents at ibu dan anak - ziddulink ibu vs a - seks dengan ibu mertua - bercinta deng.
Readmore post: Tiket VIP GOLD LaLIGA untk anda,KLIK!! Artis Asia
Ibuku Istriku
Matahari sudah tinggi saat aku bangun dari tidur. Aku baru masuk masuk siang hari nanti, na nti, oleh karenanya aku sengaja bangun agak siang. Rumah sudah kelihatan sepi, Mbak Mona sudah berangkat sekolah dan ayah sudah ke kantor, tinggal aku dan ibu yang ada dirumah, setiap harinya Aku menuju keruang makan untuk sarapan, tapi hari in tidak ada nasi atau roti yang biasanya disediakan oleh ibuku. Kemana ibu ini, padahal perutku sudah sangat lapar sekali. Aku pergi ke dapur, tapi lagi-lagi ibu tak ada di sana, akhirnya kuputuskan untuk mencarinya di kamar. Pintu kamar sedikit terbuka saat aku sampai disana. Dan.., deg! Jantungku tiba-tiba berde bardebar saat dari sela-sela pintu kulihat ku lihat sosok tubuh mulus, tanpa sehelai baju sedang berd iri di depan cermin. Ibuku sedang asyik mengamati tubuhnya, sesekali ibu memutar badannya, Kedua tangannya sesekali meremas kedua payudaranya -yang dulu sering kuisap saat masih kecil- dan meraba pinggangnya yang kecil. Umur ibuku yang baru 34 tahun tak menghalangi kekagumanku pada kemulusan dan keseksian tubuh Ibu. Lama-lama kelamaan aku jadi terangsang melihat tubuh telanjang Ibuku tersebut, Berka li-kali li-kali aku meneguk ludah melihat pantat Ibu yang kelihatan masih padat dan bulat, atau ketika tangan Ibu mengusap kemaluannya dengan lembut, aku seperti menyaksikan striptease yang menggairahkan, dan tanpa sadar tubuhku mennyenggol pintu kamar sehingga bunyi pintu yang terbuka mengagetkan Ibu maupun aku sendiri. Ibu memandangku sambil melotot karena merasa malu melihat anaknya sedang memergokinya bertelanjang bulat, tapi anehnya aku tak merasa takut atau malu, aku malah menikmati pemandangan di depanku, tubuh putih mulus dengan buah dada yang bulat dan kemaluan yang penuh dengan rambut hitam, "Ryan, sejak kapan.. kamu di situ?!" tanya Ibuku sambil menahan amarah, aku hanya tersenyum kecil, karena melihat Ibuku malah bertolak pinggang dan tidak menutupi kemaluan maupun buah dadanya. "Salah Ibu sendiri tidak menutup pintu..", kataku sambil mendekati Ibu, "..atau Ibu sengaja supaya Ryan mengintip.." Tiba-tiba tangan kanan Ibu melayang hendak menampar pipiku, tapi aku lebih cepat dan menangkap tangan Ibu. Dengan gerakan cepat tubuh Ibu sudah berada dalam pelukanku, kini aku dapat merasakan harum dan mulusnya tubuh Ibuku sendiri, mendapat perlakuan seperti itu tentu saja Ibuku meronta dan mencoba melepaskan diri. Namun kedua tanganku cukup kuat untuk menahan tubuh Ibuku dalam pelukanku, "Ryan.., lepaskan!! Aku Ibumu ..jangan lakukan ini kepada Ibu, nak..!" aku tak peduli lagi, leher Ibu yang jenjang jadi sasaran mulutku. Pipinya juga tak luput dari ciuman bertubi-tubi dan penuh nafsu dari mulutku. Ibuku terus meronta tiada henti dan membuat kami terjatuh ke tempat tidur, kesempatan ini kugunakan untuk menindih tubuh Ibuku dan melepas kaos yang kupakai, tapi akibatnya fatal, Ibu dapat mendorong tubuhku dan mencoba melarikan d iri. iri. Dengan sigap, aku menangkap kedua kaki Ibu dan kembali menindih tubuh mulus Ibuku, kali ini posisi Ibuku telungkup dengan badanku di atasnya. Sementara tangan kananku memegangi kedua tangannya, tangan kiriku mencoba melepas celana pendekku. Untung aku tidak memakai celana dalam, hingga dalam sekejap aku sudah telanjang bulat seperti Ibuku. Tanpa pemanasan lebih lanjut aku mencoba mencari lubang kemaluan Ibu dan memasukkan kontolku ke dalam memeknya, tapi posisi Ibu yang telungkup menyulitkanku untuk dapat memasukkan kontolku ke lubang vagina Ibu. Apalagi Ibu tak henti-hentinya meronta dan mencoba mendorong tubuhku, akhirnya tubuh Ibu sedikit kumiringkan dan dengan bantuan tangan kiriku yang bebas, kontolku
Matahari sudah tinggi saat aku bangun dari tidur. Aku baru masuk masuk siang hari nanti, na nti, oleh karenanya aku sengaja bangun agak siang. Rumah sudah kelihatan sepi, Mbak Mona sudah berangkat sekolah dan ayah sudah ke kantor, tinggal aku dan ibu yang ada dirumah, setiap harinya Aku menuju keruang makan untuk sarapan, tapi hari in tidak ada nasi atau roti yang biasanya disediakan oleh ibuku. Kemana ibu ini, padahal perutku sudah sangat lapar sekali. Aku pergi ke dapur, tapi lagi-lagi ibu tak ada di sana, akhirnya kuputuskan untuk mencarinya di kamar. Pintu kamar sedikit terbuka saat aku sampai disana. Dan.., deg! Jantungku tiba-tiba berde bardebar saat dari sela-sela pintu kulihat ku lihat sosok tubuh mulus, tanpa sehelai baju sedang berd iri di depan cermin. Ibuku sedang asyik mengamati tubuhnya, sesekali ibu memutar badannya, Kedua tangannya sesekali meremas kedua payudaranya -yang dulu sering kuisap saat masih kecil- dan meraba pinggangnya yang kecil. Umur ibuku yang baru 34 tahun tak menghalangi kekagumanku pada kemulusan dan keseksian tubuh Ibu. Lama-lama kelamaan aku jadi terangsang melihat tubuh telanjang Ibuku tersebut, Berka li-kali li-kali aku meneguk ludah melihat pantat Ibu yang kelihatan masih padat dan bulat, atau ketika tangan Ibu mengusap kemaluannya dengan lembut, aku seperti menyaksikan striptease yang menggairahkan, dan tanpa sadar tubuhku mennyenggol pintu kamar sehingga bunyi pintu yang terbuka mengagetkan Ibu maupun aku sendiri. Ibu memandangku sambil melotot karena merasa malu melihat anaknya sedang memergokinya bertelanjang bulat, tapi anehnya aku tak merasa takut atau malu, aku malah menikmati pemandangan di depanku, tubuh putih mulus dengan buah dada yang bulat dan kemaluan yang penuh dengan rambut hitam, "Ryan, sejak kapan.. kamu di situ?!" tanya Ibuku sambil menahan amarah, aku hanya tersenyum kecil, karena melihat Ibuku malah bertolak pinggang dan tidak menutupi kemaluan maupun buah dadanya. "Salah Ibu sendiri tidak menutup pintu..", kataku sambil mendekati Ibu, "..atau Ibu sengaja supaya Ryan mengintip.." Tiba-tiba tangan kanan Ibu melayang hendak menampar pipiku, tapi aku lebih cepat dan menangkap tangan Ibu. Dengan gerakan cepat tubuh Ibu sudah berada dalam pelukanku, kini aku dapat merasakan harum dan mulusnya tubuh Ibuku sendiri, mendapat perlakuan seperti itu tentu saja Ibuku meronta dan mencoba melepaskan diri. Namun kedua tanganku cukup kuat untuk menahan tubuh Ibuku dalam pelukanku, "Ryan.., lepaskan!! Aku Ibumu ..jangan lakukan ini kepada Ibu, nak..!" aku tak peduli lagi, leher Ibu yang jenjang jadi sasaran mulutku. Pipinya juga tak luput dari ciuman bertubi-tubi dan penuh nafsu dari mulutku. Ibuku terus meronta tiada henti dan membuat kami terjatuh ke tempat tidur, kesempatan ini kugunakan untuk menindih tubuh Ibuku dan melepas kaos yang kupakai, tapi akibatnya fatal, Ibu dapat mendorong tubuhku dan mencoba melarikan d iri. iri. Dengan sigap, aku menangkap kedua kaki Ibu dan kembali menindih tubuh mulus Ibuku, kali ini posisi Ibuku telungkup dengan badanku di atasnya. Sementara tangan kananku memegangi kedua tangannya, tangan kiriku mencoba melepas celana pendekku. Untung aku tidak memakai celana dalam, hingga dalam sekejap aku sudah telanjang bulat seperti Ibuku. Tanpa pemanasan lebih lanjut aku mencoba mencari lubang kemaluan Ibu dan memasukkan kontolku ke dalam memeknya, tapi posisi Ibu yang telungkup menyulitkanku untuk dapat memasukkan kontolku ke lubang vagina Ibu. Apalagi Ibu tak henti-hentinya meronta dan mencoba mendorong tubuhku, akhirnya tubuh Ibu sedikit kumiringkan dan dengan bantuan tangan kiriku yang bebas, kontolku
dapat menemukan kemaluan Ibuku, aku kembali kesulitan menerobos kemaluan Ibu yang seret karena tidak begitu basah dan kontolku sendiri lumayan besar. Tapi aku tidak putus asa, dengan sedikit usaha dan terus memaksa akhirnya ko ntolku bisa masuk seluruhnya ke memek Ibuku. "..Aghh..!!" Ibu berseru sedikit sakit karena kontolku yang memaksa masuk. "..Ryan.. tolong.. berhenti.. aku Ibumu..!!" Aku diam saja karena sibuk memasukkan dan mengeluarkan kontolku dari lubang vagina Ibu. Tubuh Ibu yang terus meronta sedikit membantuku dalam menggoyang tubuhnya, kemaluanku keluar masuk dengan agak mulus dan cepat, rupanya Ibu lelah meronta terus dan kelihatan pasrah karena mendadak tubuhnya berhenti meronta. Aku langsung membalikan tubuh Ibuku sehingga posisinya kini telentang, sementara kontolku masih bersemayam di memek Ibuku, kembali aku menggenjot tubuhku dan kontolku semakin cepat keluar masuk dari lubang kemaluan Ibuku itu. Mulusnya gerakan kontolku terbantu karena vagina Ibu mulai mengeluarkan cairan kewanitaannya, dan Ibu pun banyak diam d iam serta sesekali mendesah kecil. Mata Ibu sedikit tertutup dan kelihatan sayu sekali. Aku yang mengira Ibu sudah bergairah menjadi bersemangat dalam bergerak maju dan mundur, payudara Ibu yang basah oleh keringatnya kuciumi dengan panuh nafsu, putingnya kuisap-isap ku isap-isap lembut, dan sesekali kugigit. Ibu sedikit menggelinjang saat kuperlakukan seperti itu. Kedua kaki Ibuku kuangkat keatas sehingga lubang kemaluannya sedikit menyempit. Aku menggerakan pantatku sedikit lambat dan saat memajukan kudorong pantatku agak keras. Ibu rupanya suka dengan gerakan ini karena desahan Ibu semakin keras, bahkan kini aku dapat merasakan pantat Ibu bergoyang untuk mengimbangi gerakanku, aku jadi bertambah bernafsu untuk dapat mengentoti Ibuku lebih lama lagi, tubuh Ibuku kembali kubalik dan kini posisi tubuh Ibuku sedikit kutekuk menyerupai gaya anjing. Ibu yang sudah pasrah menuruti keinginanku, lewat gaya anjing ngentot ini aku terus memasukkan dan mengeluarkan kontolku dengan cepat, kemaluan Ibu yang kini benar-benar basah memudahkan gerakan kontolku menelusuri liang vagina tempat aku dulu lahir, akhirnya aku tak tahan lagi dengan cepat aku menghujamkan kontolku dalam-dalam ke lubang kemaluan Ibuku saat kepuasan itu datang, dan air maniku pun muncrat begitu deras dan banyak, membasahi memek Ibu. Aku tergeletak kesamping, sementara Ibuku masih dalam posisi telungkup membelakangiku, tanganku menyentuh pinggang Ibu dan mencoba membalikkan tubuhnya, tapi Ibu malah menolak dan bangkit dari tempat tidurnya, Ibu berdiri dan menatapku dengan mata yang sembab, "Keluar Ryan.. tinggalkan Ibu sendiri, tolong?!", tangan Ibu menunjuk ke arah pintu kamar, aku hanya angkat bahu dan meraih pakaianku serta pergi dari situ. Sebelum pergi aku menatap wajah Ibuku, tapi dia membuang muka. Akupun keluar dari kamar orang tuaku, di kamarku aku baru merenungi perbuatanku sendiri barusan, tapi entah kenapa aku malah benar-benar merasa sangat puas setelah mengentoti Ibuku sendiri. Hampir satu setengah jam aku diam di kamar, semakin lama aku berpikir aku malah menikmati bayangan saat aku dan Ibu bercinta tadi, dan gairahku kembali bangkit membayangkan harum tubuh Ibuku dan permainan yang baru kujalani. Kemaluanku kembali mengeras, saat ini aku benar-benar kembali butuh memek Ibuku lagi, tanpa pikir panjang lagi aku segera keluar kamar dan mencari Ibuku di kamarnya, tapi Ibu sudah tidak ada di kamarnya, aku pun mencarinya di ruang tengah, ternyata tidak ada juga. Saat itu kulihat Ibu sedang di dapur dan sedang memasak
air, Ibu memakai daster tanpa lengan, dan lekuk tubuhnya yang ramping semakin membuatku bernafsu untuk segera bercinta dengan Ibuku. Ibu melihat kedatanganku, Ibu sedikit mundur kebelakang saat aku mendekatinya. "Kamu mau ngapain lagi ..?" suara Ibu sedikit bergetar, Aku tak menjawab, tangan kananku merengkuh pinggang Ibu yang kecil, dalam sekejap tubuh Ibu sudah dalam pelukanku, tapi aneh Ibu tidak meronta atau mendorong tubuhku, Ibu hanya diam dan saat lehernya kuciumi Ibu masih diam tak bereaksi, "Ryan.. kalau kamu menginginkan tubuh Ibu, tolong jangan pernah mengeluarkan air mani kamu di dalam.." suara Ibu terdengar tertekan di kupingku, "..Ibu nggak mau kamu hamilin atau aborsi.." Aku yang mendapat 'angin', bertambah nafsu lagi, dengan sedikit terburu-buru aku melepas daster Ibu, dan aku sedikit kaget melihat Ibu tidak memakai celana dalam maupun BH, Aku mencari mulut Ibu, dan bibir Ibu kulumat dengan penuh gairah, Ibu yang sudah pasrah membalasnya dengan hangat, dan dapat kurasakan lidah Ibu bermain di rongga mulutku dengan liar, kami berciuman lama sekali sehingga hampir membuatku kehabisan nafas, dan Ibu sendiri terengah-engah saat kulepas bibirku dari bibirnya, aku lalu meminta Ibu untuk telentang di meja makan, tubuh Ibu menjadi sasaran mulutku saat Ibu tiduran di meja, payudaranya kuremas dan kujilati, putingnya yang mengeras kuisap-isap seperti waktu aku bayi, Ibu mendesah-desah tak henti-hentinya mendapat perlakuan tersebut. Mulutku kembali mencari sasaran berikutnya, perut Ibu kuciumi sebentar dan berikutnya selangkangan Ibu sudah di depan mukaku, kemaluan Ibu yang hitam karena penuh dengan bulu jembut, kuusap-usap dengan lembut, mulutku kubenamkan di kemaluan yang melahirkanku 16 tahun yang lalu, liang vagina Ibu yang basah memancarkan aroma yang menggairahkan, lidahku menjilati bibir vagina Ibu yang agak menggelambir di kedua sisinya, dinding-dinding vagina Ibu tak luput dari lidahku, kelentit Ibuku yang sebesar kacang juga ikut kujilati dengan penuh nafsu, suara Ibu yang mendesah dan melenguh mengiringi jilatan lidahku pada kemaluan Ibuku, tampaknya Ibu benar-benar menyukai oral sex yang kuberikan. Puas menjilati kemaluan Ibu aku naik ke atas meja, kusodorkan kontolku pada mulut Ibu yang langsung melahap kontolku dengan ganasnya, kontolku tenggelam dalam mulut Ibu yang kecil, Ibu hampir gelagapan saat mencoba menelan kontolku seluruhnya, mulut Ibu terus melahap kemaluanku dengan cepat dan liar, hingga kemaluanku berkilat akibat ludah Ibu yang menempel di kemaluanku, Ibu benar-benar ganas saat mempermainkan kontolku dengan mulutnya, hampir saja air maniku muncrat karena kenikmatan yang diberikan mulut Ibuku pada kontolku. Segera saja aku menyuruh Ibu melepaskan kontolku dan aku pun turun ke bawah, dengan posisi berdiri aku memasukkan kontolku kedalam lubang kemaluan Ibuku yang sudah basah kuyup. Kali ini aku tidak mengalami kesulitan, dan dengan mulusnya kontolku tenggelam dalam memek Ibu, Aku pun bergerak maju muindur dengan cepat, sementara Ibu langsung menggoyangkan pantatnya dengan lambat, aku dapat merasakan nikmat vagina Ibu yang mencengkeram erat kontolku saat Ibu menggoyangkan pantatnya, kadang Ibu mengangkat pantatnya untuk menyambut hunjaman kontolku yang akan masuk kedalam memek Ibu, permainan berlangsung cukup lama dan Ibu kelihatan begitu menikmatinya. Mata Ibu terus merem melek, mulutnya yang kecil mendesah, makin lama desahan desa han Ibu semakin keras, dan kedua tangan Ibu mencengkeram bahuku, rupanya Ibu hampir mencapai puncak kenikmatannya. Aku semakin mempercepat gerakanku, dan Ibu pun mempercepat goyangan pantatnya, Dan saat Ibu mencapai orgasmenya, tubuhnya menegang dan memeknya kurasakan
semakin basah. Aku lalu berhenti bergerak dan memeluk tubuh mulus Ibu untuk memberinya kesempatan menikmati orgasmenya. Aku kemudian mengangkat tubuh Ibuku dari meja sementara kontolku masih menempel di kemaluan Ibuku, Kududukkan tubuh Ibuku di kursi, dan kembali aku memajukan dan memundurkan pantatku, Ibu yang sudah lemas, pasrah dengan aksiku. Tubuhnya terguncang-guncang menerima gerakanku yang cepat, tangan Ibu melingkar di pinggangku dan ikut memajukan badanku saat kuhunjamkan kontolku kedalam memek Ibuku, posisi ini tak juga membuatku mencapai puncak kenikmatan, padahal Ibu sudah kelihatan capek dan sedikit mengimbangi dengan goyangan pantatnya. Aku lalu melepas kontolku dari memek Ibuku dan berdiri, aku menyuruh Ibuku menungging di lantai, Ibu menurut dan turun ke lantai dengan posisi menungging, Ibu tentu menyangka aku mau memasukkan kontolku ke memeknya dari belakang, tapi bukan itu maksudku, aku ikut menungging dan mulutku menjilati anus Ibu, sesekali Ibu jariku menusuk anusnya agar lubangnya membesar, Ibu tentu saja kaget dengan kelakuanku, "Ryan.. jangan, jangan dari anus ..", Ibu menoleh ke arahku dan memohon, "itu sakit sekali.." Aku cuman tersenyum kecil dan terus menjilati anus Ibuku sampai basah. Setelah kurasa cukup, kedua tanganku memegangi pantat Ibu dan melebarkannya sehingga lubang anus Ibu kelihatan. Saat kepala kontolku mencoba masuk, Ibu menjerit kecil dan terjatuh, Posisi tubuhnya kini menelungkup, aku terus berusaha melebarkan lubang anus Ibuku agar dapat cukup dimasuki kontolku, Ibu semakin menjerit tertahan, begitu batang kontolku masuk kedalam lubang anus Ibu, dan saat kontolku masuk seluruhnya kedalam lubang anus Ibuku, Ibu mencengkeram kaki kursi kuat-kuat. Lubang anus Ibuku yang seret membuat kontolku susah payah untuk bisa masuk keluar, Tapi hal itu malah membuatku semakin merasakan kenikmatan yang tiada tara, sementara Ibu hanya bisa menahan sakit dan perih di sekitar anusnya, kenikmatan mengentoti anus Ibu membuat ku cepat mencapai ejakulasi, begitu aku merasakan merasakan air a ir maniku mau keluar aku segera melepas kontolku dari anus Ibu, tubuhnya dengan cepat kubalikkan sehingga posisi Ibu terlentang, Dan belum sempat Ibu mencegah aku sudah menghujamkan kontolku kedalam lubang kemaluan Ibu dan berejakulasi dengan kepuasan yang tiada tara, seluruh batang kontolku kubenamkan dalamdalam dan memuncratkan cairan panas yang banyak kedalam lubang vagina Ibu, Aku tergeletak disamping tubuh Ibuku yang penuh keringat dan masih sedikit kesakitan akibat anusnya yang kutembus tadi, "Ryan.. kenapa kamu keluarkan didalam..? Dan kamu masuk.. dari anus lagi.." Aku cuman tersenyum dan mencium bibir Ibu dengan lembut, "Nggak 'pa-'pa kan? Anus Ibu juga entar lama-lama dapat nikmat seperti memek Ibu kok.. udah ah Ryan capek mau mandi, Kapan-kapan kita bercinta lagi OK, Ibu tersayang?" Aku bangkit dan meraih pakaianku dan menuju kamarku untuk mandi sementara Ibu masih tidur terlentang di lantai dapur. Semenjak aku bebas untuk bercinta dengan Ibuku sendiri, Ibu tidak menolak kalau kuajak bercinta di mana saja, dan dari Ibu baru kuketahui kalau ayah terkena penyakit impotensi sehingga tidak mampu bercinta dengan Ibu semenjak dua bulan yang lalu, dan aku satu-satunya orang yang bercinta dengan Ibu setelah ayah tak mampu lagi bercinta. Setiap hari kami bebas untuk bercinta karena di rumah sangat sepi, bahkan kalau malam, aku sering meminta Ibu datang ke kamarku untuk melayaniku, Ibu yang memang masih bergairah tak pernah menolakku, dan Ibu termasuk wanita dengan gairah ga irah sex yang besar. Pernah saat aku mandi, Ibu tiba-tiba masuk kedalam dan langsung mengajakku bercinta padahal saat itu ayah dan Mbak Mona lagi nonton TV di ruang tengah dengan ditemani keluarga adik ayahku, atau saat aku menemani Ibu belanja
di supermaket, dan saat pulang tanpa disangka Ibu mengajakku bercinta di mobil saat berada di garasi, padahal aku takut ayah tiba-tiba muncul atau Mbak Mona karena mendengar mobil masuk garasi. Tak heran satu setengah bulan kemudian Ibu positif hamil, tapi anehnya Ibu tidak menggugurkan kandungannya itu, dan saat ayah mengetahui hal itu, beliau marah besar dan menceraikan Ibu karena Ibu tidak mau mengatakan siapa yang menghamilinya. Selepas ayah pergi dari rumah aku semakin bebas bercinta dengan Ibuku, apalagi Mbak Mona kadang-kadang semakin sering pergi bermain, keadaan Ibu yang sedang hamil tak menghalangi nafsu kami untuk tetap bercinta, aku bahkan semakin bergairah bercinta dengan Ibu saat perutnya semakin besar, dan tak habishabisnya memek dan anus Ibu menjadi sasaran kontolku, hanya saja begitu kehamilan Ibu mencapai 7 bulan, aku dan Ibu lebih banyak beroral sex untuk mencegah sesuatu yang fatal bagi bayi kami. Aku benar-benar tak dapat membayangkan saat Ibu melahirkan karena aku yang dulu dilahirkan oleh Ibu kini punya anak yang juga dilahirkan oleh wanita yang sama dengan yang melahirkanku, dan anak laki-laki yang kuberi nama Aldo itu tumbuh sehat seperti anak lainnya, dibawah bimbinganku dan Ibuku. Mbak Mona sendiri selepas SMA pergi ke Yogyakarta untuk melanjutkan kuliah, sehingga keadaan ini membuatku dan Ibu seperti sepasang suami istri di rumah.
Back || Exit
Home
« Bercinta Dengan Bos Nikmatnya Penis Orang Arab »
Bercinta Dengan Pacarku Oktober 2, 2008 oleh ceweksbugil Cinta pertama tak pernah mati, apalagi bila cinta itu tumbuh saat masa kanak-kanak atau remaja. Kesederhanaan kala itu justru menjadikan pengalaman masa lalu terpatri erat di dalam sanubari sebagai kenangan indah yang tak terlupakan. Kisah nyata ini kualami dengan seorang gadis yang kukenal dan teman bermain sejak kecil, kisah pacaranku dengan Ayu, seorang gadis yang sangat istimewa bagiku. Kisah ini terjadi di awal tahun sembilan puluhan. Saat masih kanak-kanak, kami bermain seperti halnya anak-anak pada umumnya. ³Hoom-pim-pah ³Agus jaga
.´.
´
Ia menutup mata di bawah pohon kersen. Kami, anak-anak yang lain, lari mencari tempat persembunyian. Aku lari ke warung Mak Ati yang sudah tutup. Ayu lari mengikutiku. Aku merangkak masuk di bawah meja warung itu, Ayu mengikutiku dari belakang dan jongkok di sebelahku. Ayu dan aku mengintip lewat celah kecil di gedek di bawah meja yang sempit itu mencari kesempatan untuk lari keluar. Entah mengapa, aku selalu merasa senang kalau berada dekatnya. Waktu itu rasanya tidak ingin aku keluar dari tempat persembunyianku. Apakah ini yang namanya ³cinta anak-anak´? Aku tak tahu. Yang aku tahu Ayu memang cantik. Aku juga sadar kalau aku juga ganteng (teman-temanku bilang begitu). Hingga kalau kami main pangeran pangeranan, rasanya cocok kalau aku jadi pangeran, Ayu jadi puteri. Juga dalam permainan lain Ayu cuma mau ikut dalam kelompokku. Teman-temanku sering memasang-masangkan aku dengan dia. Masa kecil kami memang menyenangkan. Sampai tiba saatnya aku harus berpisah dengan teman-temanku karena harus mengikuti ayahku yang ditugaskan di kota lain. Waktu itu aku masih duduk di kelas empat SD. Sejak itu aku tak pernah dengar kabar apa-apa dari temantemanku itu, termasuk Ayu. Dua belas tahun kemudian Aku menghadiri sebuah pesta pengantin. Lagu The Wedding mengalun mengiringi para tamu yang asyik menikmati hidangan prasmanan. Gadis-gadis tampak cantik dengan dandanan dan gaun pesta mereka. Sampai Oom Andi, salah seorang pamanku menepuk pundakku. ³Eh Rik, apa kabar?´ ³Oh, baik saja oom.´ ³Akan kupertemukan kau dengan seseorang, ayo ikut aku.´ Aku mengikuti oom-ku itu menuju ke seorang gadis yang sedang asyik menikmati ice creamnya. Gadis itu mengenakan gaun pesta berwarna kuning dengan bahu terbuka, cantik sekali dia. Begitu aku melihat dia, aku segera teringat pada seseorang. ³Apakah, apakah dia ..?´ ³Benar Rik, dia Ayu.´ ³Ayu, ini kuperkenalkan pada temanmu.´ Gadis itu tampak agak terperanjat, tetapi sekalipun terlihat ragu-ragu, tampaknya ia pun mengenaliku. ³Ini Riki, tentu kamu kenal dia,´ kata oomku. Kami bersalaman.
³Wah, sudah gede sekali kamu Ayu.´ ³Memangnya suruh kecil terus, memangnya kamu sendiri bagaimana?´ katanya sambil tertawa. Tertawanya dan lesung pipinya itu langsung mengingatkanku pada tertawanya ketika ia kecil. Aku benar-benar terpesona melihat Ayu, aku ingat Ayu kecil memang cantik, tetapi yang ini memang luar biasa. Apakah karena dandanannya? Ah, tidak, sekalipun tidak berdandan aku pasti juga terpesona. Gaun pestanya yang kuning itu memang tidak mewah, tetapi serasi sekali dengan tubuhnya yang semampai. Bahunya terbuka, buah dadanya yang putih menyembul sedikit di atas gaunnya itu membedakannya dengan Ayu kecil yang pernah kukenal. ³Sudah sana ngobrol-ngobrol tentu banyak yang diceritain,´ kata oomku seraya meninggalkan kami. ³Tuh ada kursi kosong di situ, yuk duduk di situ,´ kataku. Kamipun berjalan menuju ke kursi itu. ³Bagaimana Ayu, kamu sekarang dimana?´ ³Aku sekarang tinggal di Semarang, kamu sendiri dimana?´ ³Aku kuliah di Bandung, kamu bagaimana?´ Ia terdiam, menyendok ice creamnya lalu melumat dan menelannya, perlahan ia berkata, ³Aku tidak seberuntung kamu Rik, aku sudah bekerja. Aku hanya sampai SMA. Yah keadaan memang mengharuskan aku begitu.´ ³Bekerja juga baik Ayu, tiap orang kan punya jalan hidup sendiri-sendiri. Justru perjuangan hidup membuat orang lebih dewasa.´ Kira-kira satu jam kami saling menceritakan pengalaman ka mi. Waktu itu umurku 22, dia juga (sejak kecil aku sudah tahu umurnya sama dengan umurku). Perasaan yang pernah tumbuh di sanubariku semasa kecil tampaknya mulai bersemi kembali. Rasanya tak bosan-bosan aku memandang wajahnya yang ayu itu. Apakah cinta anak-anak itu mulai digantikan dengan cinta dewasa? Aku tidak tahu. Aku juga tidak tahu apakah ia merasakan hal yang sama. Yang pasti aku merasa simpati padanya. Malam itu sebelum berpisah aku minta alamatnya dan kuber ikan alamatku. Sekembali ke Bandung kusurati dia, dan dia membalasnya. Tak pernah terlambat dia membalas suratku. Hubungan kami makin akrab. Suatu ketika ia menyuratiku akan berkunjung ke Bandung mengantar ibunya untuk suatu urusan dagang. Memang setelah ayahnya pensiun, ibunya melakukan dagang kecil-kecilan. Aku senang sekali atas kedatangan mereka. Kucarikan sebuah hotel yang tak jauh dari rumah indekosku. Hotel itu sederhana tetapi cukup bersih.
Pagi hari aku menjemput mereka di stasiun kereta api dan mengantarnya ke hotel mereka. Sore hari, selesai kuliah, aku ke hotelnya. Kami makan malam menikmati sate yang dijual di pekarangan hotel. Pada malam hari kuajak Ayu berjalan-jalan menikmati udara dingin kotaku. Entah bagaimana mulainya, tahu-tahu kami mulai bergandengan tangan, bahkan kadang-kadang kulingkarkan tanganku di bahunya yang tertutup oleh jaket. Kami berjalan menempuh jarak beberapa kilometer, jarak yang dengan Vespaku saja tidak terbilang dekat. Tetapi anehnya kami merasakan jarak itu dekat sekali. Sekembali di hotel kami masih melanjutkan pecakapan di serambi hotel sampai lewat tengah malam, sementara ibu Ayu sudah mengarungi alam mimpi. Besok sorenya aku ke hotel untuk mengantarkan mereka ke stasiun untuk kembali ke kota mereka. Ketika aku tiba di hotel, ibu Ayu sedang mandi, Ayu sedang mengemasi barang-barang bawaannya. Aku duduk di kursi di kamar itu. Tiba-tiba terbersit di pikiranku untuk memberikan selamat jalan yang sangat pribadi bagi dia. Dengan berdebar aku bangkit dari tempat dudukku berjalan dan berdiri di belakangnya, perlahan kupegang kedua bahunya dari belakang, kubalikkan tubuhnya hingga menghadapku. ³Ayu, bolehkah
?´
Ia tampak gugup, ia menghindar ketika wajahku mendekati wajahnya. Ia kembali membelakangiku. ³Sorry Ayu, bukan maksudku
´
Ia diam saja, masih tampak kegugupannya, ia melanjutkan mengemasi barang-barangnya. Terdengar bunyi pintu kamar mandi terbuka, ibu Ayu keluar. Di stasiun, sebelum masuk ke kereta kusalami ibunya. Ketika aku menyalami Ayu aku berbisik, ³Ayu, sorry ya dengan yang tadi.´ Dia hanya tersenyum. Manis sekali senyumnya itu. ³Terimakasih Rik atas waktumu menemani kami.´ Hubungan surat-menyurat kami menjadi makin akrab hingga mencapai tahap serius. Aku sering membuka suratku dengan ³Ayuku tersayang´. Kadang-kadang kukirimi dia humor atau kata-kata yang nakal. Dia juga berani membalasnya dengan nakal. Pernah dia menulis begini, ³Sekarang di sini udaranya sangat panas Rik, sampai kalau tidur aku cuma pakai celana saja. Tanamantanaman perlu disirami (aku juga).´ Membaca surat itu aku tergetar. Kubayangkan ia dalam keadaan seperti yang diceritakannya itu. Kukhayalkan aku berada di dekatnya dan melakukan adegan-adegan romantis dengannya. Aku merasakan ada tetesan keluar dari diriku akibat khayalan itu. Kuoleskan tetesan itu di kertas surat yang kugunakan u ntuk membalas suratnya. (Barangkali ada aroma, atau entah apa saja, yang membuat ia merasakan apa yang kurasakan waktu itu. Tetapi aku tak pernah cerita pada dia tentang ini.) Sampai tiba liburan semester, aku mengunjungi dia. Aku tinggal di rumahnya selama e mpat malam. Inilah pengalamanku selama empat malam itu. Aku tiba pagi hari. Setelah makan pagi, aku dan dia duduk-duduk di kamar makan. Aku melihat Ayu mengenakan cincin imitasi dengan batu berwarna merah muda di jari manisnya.
³Bagus cincinmu itu. Boleh kulihat?´ Kutarik tangannya mendekat, tetapi aku segera lupa akan cincin itu. Ketika lengannya kugenggam, serasa ada yang mengalir dari tangannya ke tanganku. Jantungku berdebar. Tak kulepas genggamanku, kubawa telapak tanganku ke telapak tangannya. Kumasukkan jari-jariku di sela jari-jarinya. Jari-jarinya yang halus, putih dan lent ik berada di antara jari-jariku yang lebih besar dan gelap. Kugenggam d ia, dia juga menggenggam. Kuremas-remas jari-jari itu. Dia membiarkannya. Kami berpandangan dengan penuh arti sebelum ia bangkit dengan tersipu-sipu. ³Aku bereskan meja dulu.´ Ia pun membereskan meja makan dan mencuci piring. Setelah itu ia berkemas-kemas untuk pergi bekerja. Siang itu aku tidak kemana-nama, aku beristirahat sambil membaca buku-buku novel yang kubawa. Sore harinya aku, Ayu dan adiknya menonton film di bioskop. Aku ingat ketika nonton itu aku sempat remas-remasan tangan dengan dia. Setelah pulang nonton kami duduk-duduk di ruang tamu. Saat itu sekitar pukul sembilan. Kami hanya ngobrol-ngobrol biasa karena orang-orang di rumah itu masih belum tidur. Ayu membuat secangkir kopi untukku. Sekitar pukul sepuluh rumah mulai sepi, orang tua dan adik Ayu sudah masuk ke kamar tidur masing-masing. Hanya tinggal aku dan Ayu di ruang tamu. Ia duduk di sofa di sebelah kananku. Dari obrolan biasa aku mulai berani. Kulingkarkan tanganku di bahunya. Ayu diam saja dan menunduk. Dengan tangan kiriku kutengadahkan wajahnya, kudekatkan kepalaku ke wajahnya, kutarik dia. Berbeda dengan di hotel waktu itu, ia memejamkan matanya membiarkan bibirku menyentuh bibirnya. Kukecup bibirnya. Cuma sebentar. Hening, segala macam pikiran berkecamuk di kepalaku (kukira juga di kepalanya). Aku merasa jantungku berdegup. Pelan pelan tangan kananku kulepas dari bahunya, menyusup di antara lengan dan tubuhnya, dan kutaruh jari-jariku di dadanya. Ia membiarkan dadanya kusentuh. Aku melangkah lagi, jari-jariku kuusap-usapkan di situ. Ia membolehkan bahkan menyandarkan badannya di dadaku. Aku mencium semerbak bau rambutnya. Aku pun tidak ragu lagi, kuremas-remas payudaranya. Ia tetap diam dan tampaknya ia menikmatinya. Setelah beberapa saat ia menggeser badannya sedikit lalu, seolah tak sengaja, ia menaruh tangannya di pangkuanku, tepat di atas kancing celanaku. Aku tanggap isyarat ini. Kubuka ruitsluiting celanaku, kutarik tangannya masuk ke sela yang sudah terbuka itu. Ia menurut dan ia menyentuh penisku, jari-jarinya yang tadi pasif sekarang mulai aktif. Walaupun masih terhalang oleh celana dalam, ia mengusap-usap di situ. Aku melangkah lebih jauh lagi, tanganku yang berada di dadanya sekarang memasuki dasternya, menyusup di sela-sela BH-nya dan kuremasremas payudaranya langsung. Payudaranya memang tidak terlalu besar tetapi cukup kenyal dalam remasanku. Dia tak mau kalah, tangannya menyusup masuk ke celana dalamku dan langsung menyentuh penisku lalu menggenggamnya. Bergetar hatiku, baru kali itu penisku disentuh seorang gadis, gairahku melonjak. Dua kali ia menggerakkan genggamannya ke atas ke bawah dan aku tak tahan menyemburlah cairanku membasahi jari-jarinya dan celana dalamku. Aku mengeluh dan menyandarkan diriku ke sofa. Ia melepaskan tangannya dari celanaku dan melihat tangannya yang basah.
³Kental ya Rik,´ bisiknya. ³Ayu, terlalu cepat ya, ini pengalamanku pertama,´ kataku kecewa. ³Aku tahu Rik,´ ia memahami. ³Kamu ganti dulu, besok aku cuci yang itu,´ lanjutnya. Ia bangkit ke kamar mandi untuk mencuci tangannya. Aku masuk ke kamar mengganti celana dalamku. Ketika keluar Ayu sudah berada kembali di situ. Kami ngobrol-ngobrol sebentar lalu kami pergi tidur. Aku masuk ke kamarku dan Ayu masuk ke dalam, ke kamarnya. Malam kedua. Seperti halnya malam pertama, setelah suasana sepi kami memulai dengan berciuman. Kalau kemarin hanya kecup bibir sebentar, kali ini aku mencoba lebih. Mula-mula kukecup bibir bawahnya, lalu bibir atasnya, lalu lidahku masuk. Lidahku dan lidahnya bercanda. Aku mengecap rasa manis dan segar di mulutnya, kurasa ia makan pastiles atau permen pedas sebelumnya. Lalu kami main remas-remasan lagi. Kali itu dia tidak memakai BH hingga lebih mudah bagiku meremas-remas payudaranya. Seperti kemarin tangannya pun meraba-raba penisku. Aku sudah khawatir kalau aku akan cepat keluar seperti kemarin, tetapi rupanya tidak. Aku juga ingin melakukan seperti yang dia lakukan. Tanganku menuju ke bawah, kusingkapkan dasternya, tetapi ketika tanganku menuju ke celananya ia menepisnya. Rupanya ia belum mau sejauh itu. Malam itu kami cuma main remas-remasan saja. Kuremas-remas payudaranya, dan dia membelai-belai penisku sementara bibir kami berkecupan. Akhirnya aku tak tahan juga hingga cairanku menyemprot keluar membasahi tangannya, sama seperti kemarin. Tetapi aku lebih senang karena kami bisa bermain-main lebih lama. Aku merasa ada kemajuan, aku lebih percaya diri. Malam ketiga. Seperti malam-malam sebelumnya, kami mulai dengan saling berciuman di sofa. Ketika baru mulai babak remas-remasan aku ingat bahwa aku membawa sebuah buku seksologi. Kuambil buku itu dan kutunjukkan pada Ayu. Kubuka pada halaman yang ada gambar alat genital pria. Kujelaskan padanya cara bekerjanya alat itu. Dia mendengarkannya dengan perhatian. Seolah guru biologi aku menunjukkan contohnya, kubuka ruitsluiting celanaku. Kuturunkan celana dalamku hingga penisku menyembul keluar dan kupertontonkan pada Ayu. penisku memang beda dengan yang di gambar, kalau yang di gambar itu lunglai, penisku berdiri tegak. Ayu memperhatikan penisku itu. ³Itu lubangnya ada dua ya?´ tanyanya, ³Satu untuk kencing, satu lagi untuk ngeluarin?´ ³Ah, engga. Cuma ada satu,´ kataku sambil tertawa. Kubuka lubang kecil itu agak lebar untuk menunjukkan bahwa lubangnya memang cuma satu. Ujung itu merah mengkilat basah oleh cairan bening. Kubawa telunjuknya mengusapnya dan ia membiarkan jarinya basah. Kemudian jari-jari lentik itu menyusuri urat-urat di situ dari atas ke bawah. ³Rupanya jelek, tapi kok bisa bikin enak ya,´ katanya sambil tertawa. ³Eh, tahunya kalau enak. Memang sudah pernah mencoba?´ sahutku.
³Katanya sih,´ sahutnya sambil tertawa. Jemarinya pun memain-mainkan penisku. ³Kalau ini isinya apa?´ candanya sambil memain-mainkan kantung bolaku. ³Biji salak kali,´ jawabku sambil tertawa. Ia juga tertawa. Lalu tangannya menggenggam penisku dan menggosok-gosoknya. ³Jangan keras-keras Ayu. Nanti keluar,´ bisikku. Diapun menurut, dia masih menggenggam tetapi tidak menggosok hanya mengusap-usap perlahan. ³Boleh aku lihat punyamu?´ tanyaku. ³Jangan ah,´ jawabnya. ³Sebentar saja,´ kataku. Ia pun menurut. Ia membiarkan tanganku menyingkap dasternya dan menurunkan celana dalamnya hingga ke lutut. Aku menelan ludah, baru kali itu aku melihat alat kelamin wanita, sebelumnya aku melihatnya cuma di gambar-gambar. Tanganku pun menuju ke situ. Kuusapusap rambutnya lalu jariku membuka celah di situ dan kulihat basah di dalamnya. ³Kok basah kuyup begini ?´ ³Tadi kamu juga.´ Kutengok penisku, sudah kering memang, karena diusap oleh Ayu, tetapi aku melihat di ujungnya mulai membasah lagi. Aku ingat ketika membaca buku seksologiku ada bagian yang namanya ³labia majora´, ada ³labia minora´, ada ³clitoris.´ Aku mencoba mencari tahu yang mana itu. Aku mencoba membuka celahnya lebih lebar tetapi ia menepis tanganku. ³Sudah ah, malu,´ katanya. Ia kembali menaikkan celana dalamnya. ³Kamu curang Ayu. Penisku sudah kamu lihat dari tadi,´ kataku bercanda. ³Kan katamu cuma lihat sebentar.´ Susasana hening. Kupeluk dia. Kembali kami berciuman. Tangannya kembali mengusap-usap penisku. Tanganku juga menyusup ke celana dalamnya (dasternya masih menyingkap). Dia tidak menolak. Kuusap-usap rambut di balik celana dalam itu dan jari-jariku pun menggelitik di situ. Aku merasakan basahnya. Kurebahkan dia di sofa, kutarik celana dalamnya. Tapi Ayu menolak tanganku dan berbisik, ³Di kamar saja Rik.´ Aku sadar, di situ bukan tempat yang tepat.
³Kamu masuk duluan,´ katanya. Akupun masuk ke kamarku melepaskan seluruh pakaianku lalu aku merebahkan diri menunggu Ayu. Setelah beberapa menit Ayu masuk membawa handuk kecil lalu mengunci pintu. Ia menghempaskan diri di sisiku. Aku segera tahu bahwa dia tidak mengenakan celana dalam lagi. Segera kulepas dasternya. Tak ada apa-apa lagi yang menutupi kami. Tanpa basa-basi lagi kami segera berpelukan dan berkecupan dengan ganas. Tangan-tangan kami saling meraih, menyentuh, meremas apa saja untuk bisa saling menggairahkan. Kugigit putingnya. Ia menggelinjang. Ia bangkit dan membalas dengan mengulum penisku. Ganti aku yang menggelinjang. Kami melakukan itu mungkin sepuluh menit. Gairah tak tertahankan lagi. ³Rik, masukkan saja
,´ bisiknya memohon.
Ayu merebahkan dirinya telentang. Aku mengambil posisi di atasnya. Kedua pahanya membuka lebar menampung tubuhku, lalu kedua kakinya, seperti juga kedua tangannya, melingkari tubuhku. Ujung penisku mencari-cari lubang punyanya. Setelah ketemu aku dorong sedikit. Ia agak mengerang. ³Pelan-pelan Rik,´ bisiknya. Kudorong penisku pelan-pelan, sekali, dua kali, dan akhirnya tembus. Ia menggelinjang dan mengeluh. Kami berdua merasa di awang-awang. Rasanya bumi ini hanya milik kami berdua. Kami berdua menggerak-gerakkan tubuh kami mencari sentuhan-sentuhan yang paling peka. Kenikmatan makin meninggi, setelah beberapa saat gerakan tubuhnya makin kencang lalu ia memelukku erat-erat seraya merintih, ³Rik, Rik, ´ Aku juga tak tahan dan segera menyusulnya, ³Ayu
´
Dia memelukku erat, bibir kami berkecupan ketika benihku menyemprot di dalamnya. Cairanku menyatu dengan cairannya. Selama beberapa menit kami masih dalam posisi itu. ³Rik, aku cuma ingin sama kamu, engga ada yang lain lagi,´ katanya. ³Begitu juga aku Ayu, aku sayang kamu,´ kataku sambil membelai pipinya. Lalu kukecup bibirnya, mesra dengan segenap perasaanku. Sekitar setengah jam kami masih berpelukan terbuai oleh pengalaman barusan. Lalu kami bangkit. Aku lap penisku dengan handuk kecil, dan ia pun mengelap vaginanya, aku lihat ada darah di handuk itu. Lalu kami rebah berhadapan dan kami berpelukan lagi dan tak pakai apaapa. Kami pun tertidur. Menjelang pagi kurasakan Ayu bangun. Ia akan mengenakan dasternya. ³Aku harus kembali ke kamarku Rik, sudah pagi.´
Tetapi aku menarik tangannya hingga ia kembali rebah di sisiku. ³Masih setengah tiga Ayu, di sini dulu.´ Penisku pun kembali tegang dan keras. Ayu melihatnya. ³Rupanya si kecilmu sudah siap lagi Rik,´ candanya. Ia pun bangkit lalu tubuhnya menindih tubuhku yang rebah telentang. Ia mengecupi leherku kiri dan kanan bertubi-tubi. Akhirnya bibir itu mampir di bibirku. Lidahku dan lidahnya berbelitan, sebentar dalam mulutku, sebentar dalam mulutnya. Lalu ia mengangkat tubuhnya sedikit, mengarahkan lubangnya ke ujung penisku lalu ia mendorongkan tubuhnya ke belakang hingga penisku masuk ke dalamnya sepenuhnya. Ia duduk di perutku. Tanganku meremas-remas payudaranya dan ia menggoyang-goyangkan tubuhnya di atasku. Mula-mula gerakannya tak terlalu cepat tetapi semakin lama ritme gerakannya makin meninggi lalu ia rebah dalam pelukanku, aku mendengar desahnya penuh kenikmatan. Namun aku masih tegar. Ganti ia yang kutelentangkan, aku berada di atasnya, kugerakkan tubuhku. Beberapa saat kemudian kenikmatan pun menjalar di seluruh tubuhku. Malam itu tak banyak kata-kata yang kami ucapkan, tetapi tubuh-tubuh kami telah saling bicara mencurahkan seluruh perasaan kami yang terpendam selama berbulan-bulan. Jam setengah empat sudah, ia mengenakan dasternya mengecup pipiku dan kembali ke kamarnya. Aku pun tertidur dengan rasa bahagia. Malam keempat. Kami mulai dengan bercium-ciuman sebentar di sofa. Kami tak mau berlamalama di situ, kami pun masuk kamar. Setelah mengunci pintu ia melepaskan dasternya. Aku juga melepaskan pakaianku. Ternyata di balik daster itu ia mengenakan blouse dan celana mini tipis yang tak terlampau ketat berwarna biru muda. Payudaranya tidak terlalu besar tetapi cukup menonjol di balik blousenya itu, putingnya tampak jelas di balik blousenya yang transparan itu dan di celananya aku juga bisa melihat rambutnya menerawang. Aku terpesona melihat Ayu berdiri di depanku dengan pakaian begitu seksi. Rambutnya yang bergerai panjang, tubuhya yang semampai sangat serasi dengan yang dipakainya. Aku duduk terpana di tempat tidur memandangnya. Kalau saja aku bisa memotretnya pasti tiap malam kupandangi foto itu dengan penuh pesona. ³Luar biasa Ayu, cantik sekali kamu. Dimana kamu beli bajumu itu?´ Dia tidak menjawab, hanya tersenyum. Ia menuju tempat tidur dan merebahkan diri. Aku pun rebah di sisinya. Kubelai putingnya di balik blousenya itu. Lalu kuusap celananya dan jari-jariku merasakan kemresak rambut-rambut di baliknya. Lalu kami rebah berhadapan. Kusisipkan penisku melalui sela celana mininya menyentuh vaginanya lalu kudekap dan kucium dia. Beberapa menit kami berciuman. Lalu ia bangkit mengecup dadaku di berbagai tempat. Kulepas celana mini dan blousenya. Sekarang tak ada apa-apa lagi yang melekat di tubuh kami. Aku duduk dan ia duduk di pangkuanku berhadapan dengan aku. Punya kami saling menempel. Penisku berdiri tegak dikelilingi oleh rambut-rambutnya dan r ambut-rambutku, hingga penisku tampak seolah-olah punyanya juga. Segera kamipun berdekapan erat, beciuman sambil duduk. Cukup lama kami bercumbu rayu dengan berbagai cara. Seperti malam sebelumnya, malam itu kami melakukan lagi dua ka li.
Esoknya aku harus kembali ke kotaku. Hari itu Ayu mengambil cuti seharian ia menemaniku. Sore hari Ayu mengantarku ke stasiun kereta api. Kulihat matanya berkaca-kaca ketika aku menyalami dia. ³Datang lagi ya Rik, malam ini aku akan memimpikanmu,´ katanya ketika aku akan menaiki kereta. Ketika kereta bergerak meninggalkan stasiun aku masih melihat dia melambaikan tangannya sampai ia hilang dari pandanganku. ³Aku pasti datang lagi Ayu,´ tanpa sadar kuucapkan kata-kata itu. Pertemuanku dengan Ayu berikutnya terjadi beberapa bulan kemudian. Waktu itu aku sedang menyiapkan tugas akhir kuliahku. Ia mengantar ibunya yang datang untuk suatu urusan dagang ke kota tempat aku studi. Aku sudah minta pada Bu Elly, ibu indekosku, kalau bisa mereka boleh tinggal di kamarku. Bu Elly orangnya baik, ia tidak berkeberatan. Ia bilang bahwa di kamar tengah ada kasur dan bantal ekstra serta selimut yang boleh aku pakai. Kuambil kasur dan kugelar di lantai di kamarku yang hanya 3 x 3 meter. Hatiku ceria menyambut kedatangannya. Besok paginya aku menjemput mereka di stasiun kereta api. Ayu memakai celana slacks hitam setinggi betis dan blouse berwarna merah. Rambutnya bergerai panjang. Tak tampak kelelahan pada wajahnya setelah perjalanan semalam. Kukecup pipi Ayu dan kusalami ibunya. Lalu aku bantu mereka membawa barang-barangnya. Dengan taksi kami menuju tempat indekosku. Mereka membawa mangga dan dodol untuk Bu Elly dan juga untukku. Pagi itu mereka istirahat di kamarku dan aku pergi ke kampus. Siangnya kuantar mereka ke relasi dagang ibu Ayu. Sore hari, setelah mandi, aku duduk-duduk di kamar tamu ngobrol dengan Ayu sementara ibunya ngobrol dengan Bu Elly di ruang makan. Setelah berbicara tentang berbagai hal, tiba-tiba Ayu bertanya, ³Rik, apakah orangtuamu sudah tahu tentang kita?´ Aku belum siap untuk pertanyaan itu. ³Belum Ayu, nanti setelah sidang sarjana aku akan pulang membicarakan dengan mereka.´ Wajahnya pun murung dan ia menunduk. ³Ada apa Ayu?´ ³Aku takut Rik. Takut kalau mereka tidak setuju. Kita tidak sederajat. Kamu mahasiswa, sebentar lagi sarjana, aku cuma karyawati.´ ³Mengapa kamu bilang begitu? Aku tak peduli soal itu.´ Dia diam saja. Kulihat air matanya menggenang. Kuambil sapu tanganku untuk mengusapnya.
³Rik, aku ingat masa kecil kita. Alangkah senangnya waktu kita anak-anak, kita hanya ingat bermain dan bermain. Yang ada hanya senang saja. Tidak ada kesulitan hidup.´ Kugenggam tangannya. Aku merasakan hidupnya tidak mudah. Aku berjanji dalam hatiku akan membahagiakan dia kalau ia kelak menjadi milikku. ³Rik, andaikan kita sampai putus, aku akan pergi jauh
jauh sekali.´
³Mengapa kamu berpikir sampai ke situ Ayu?´ Bi Ipah keluar menyuguhkan teh bagi kami. Ayu mengusap air matanya, menyibak rambutnya dan mencoba tersenyum. ³Terima kasih bi.´ Setelah Bi Ipah meletakkan gelas-gelas itu di meja dan kembali ke belakang Ayu melanjutkan. ³Aku tak punya kepandaian, tak punya apa-apa. Kebanyakan gajiku untuk keperluan rumah dan sekolah adikku.´ Memang ayahnya sudah pensiun dan ibunya dagang kecil-kecilan hingga ia harus membantu membiayai rumah tangganya. ³Kepandaian selalu bisa dicari Ayu, setelah ada kesempatan.´ Tiba-tiba aku ingat bahwa aku mempunyai tabungan, hasil dari aku memberi les komputer yang jumlahnya lumayan. ³Ayu, aku punya tabungan. Tabungan kita. Hasil memberi les komputer. Sebaiknya kamu saja yang pegang Ayu. Kamu lebih tahu cara menggunakan uang. Nanti kutransfer. Dari orang tuaku sudah cukup untukku.´ Segera Ayu berkata, ³Jangan Rik, sebaiknya jangan.´ ³Milikku juga milikmu Ayu, percayalah.´ Ia diam saja. ³Ayu, kamu percaya aku kan?´ Kutengadahkan wajahnya, ³Senyum dong, jangan murung begitu.´ Iapun tersenyum sedikit lalu menundukkan kepalanya lagi. Tak lama ibu Ayu keluar dan bergabung duduk dengan kami. Mungkin ia juga melihat bekas menangis Ayu. Malam itu kami tak kemana-mana. Setelah makan malam kami duduk ngobrolngobrol di kamar makan. Kami bercerita tentang berbagai hal. Tentang bisnis ibu Ayu, tentang studiku yang hampir selesai dan macam-macam lainnya. Kemudian kami pun masuk ke kamar.
Di kamar, ibu Ayu tidur di tempat tidurku sedang aku dan Ayu tidur di kasur yang digelar di bawah. Lampu kamar kami matikan, tetapi tidak gelap benar karena ada sedikit cahaya dari luar. Udara di Bandung memang dingin hingga kami harus menggunakan selimut. Aku dan Ayu berada dalam satu selimut. Ayu rebah menghadap depan dan aku di belakangnya, seolah-olah membonceng motor. Wangi rambutnya menghambur ke hidungku. Aku dan Ayu pura-pura memejamkan mata tetapi tak lama, setelah beberapa saat tangan-tangan kami mulai ³berger ilya´ di balik selimut. Ayu memakai daster dengan ruitsluting di depan. Aku buka ruitsluiting itu, ia tak memakai bra hingga tanganku bebas meraba-raba payudaranya. Aku lepas celanaku hingga aku cuma bercelana dalam. Tangan Ayu pun menyusup masuk meraba-raba penisku. Semua itu kami lakukan sepelan mungkin agar ibu Ayu tidak mendengar. Atau mungkin juga dia mendengar ³kesibukan´ kami. Kemudian kami ³ngobrol´ tanpa mengucapkan suatu katapun. Caranya? Dengan jari aku menuliskan huruf-huruf di telapak tangannya, setiap kali satu huruf, ia menjawab juga dengan cara itu di telapak tanganku. Bila salah tulis kuusap-usap telapak tangannya seolah-olah menghapusnya, ia juga begitu. Sampai sekarang kami masih tertawa kalau ingat cara berkomunikasi itu. Tak lama kemudian aku mendengar ibu Ayu mendengkur. Nah sudah lebih aman sekarang. Ayu pun membalikkan badannya menghadap aku. Ia memeluk dan mengecupku. Kulepas celana dalam Ayu, dan ia melepas celana dalamku. Ia memegang penisku dan menggeser-geserkan ke vaginanya. Ia menciumi leher dan dadaku Lalu ia kembali membelakangiku. Pangkal pahanya diangkatnya sedikit, memberi jalan hingga penisku bisa menyentuh vaginanya dari belakang. Kucari lubangnya dan kudorong, dan masuk. Ia menggelinjang sedikit. Kugerakkan tubuhku ke depan dan ke belakang dengan irama tidak terlalu cepat. Kulakukan itu sambil tanganku meremas-remas payudaranya. Setelah beberapa saat kurasakan tubuh Ayu menegang, ia menggenggam tanganku erat-erat, kudengar desahnya perlahan. Tak lama kemudian aku pun mengikutinya. Semua terjadi di bawah selimut. Sesaat kemudian Ayu bangkit keluar ke kamar mandi membersihkan diri. Setelah Ayu kembali, a ku menunggu sekitar lima belas menit (agar tak ada yang curiga telah ³terjadi sesuatu´), baru aku keluar untuk cuci-cuci. Sekembaliku ke kamar kutuliskan di telapak tangannya nice sleep dan kami pun tidur. Besoknya aku bermaksud mengajak Ayu dan ibunya berekreasi. Tetapi ibu Ayu berkata ia tidak akan ikut, ia lebih senang tinggal di rumah, ia ingin membantu Bu Elly membuat kue. Apalagi relasi dagangnya berjanji akan datang ke situ. Kukeluarkan Vespa-ku. Ayu mengenakan celana slacks abu-abu dengan baju kaus berwarna krem. Baju kausnya yang ketat itu memperlihatkan lekuk-lekuk badannya. ³Kita kemana Rik?´ tanyanya. ³Kita ke pemandian air panas saja Ayu.´ Kuboncengkan Ayu dengan Vespa-ku. Udara pagi itu cerah dan segar. Vespa-ku menikungnikung mendaki jalan pegunungan. Ayu di belakang mendekap aku. Sekitar satu jam kami pun sampai di tempat pemandian air panas. Setelah memarkir Vespa, aku membayar karcis dan masuk. Waktu itu bukan hari libur hingga sepi di situ. Setengah berbisik aku bertanya pada penjaga apakah bisa menyewa sebuah kamar mandi. Sebenarnya ada peraturan yang melarang menggunakan kamar mandi lebih dari seorang, apalagi dengan orang yang berlawanan jenis.
Tetapi aku memberi uang lebih dan ia membolehkan aku. Setelah ditunjukkan tempatnya aku dan Ayu pun masuk ke kamar mandi itu. Segera setelah kututup pintu kamar mandi kami langsung berdekapan dan berkecupan. Gairah mulai meluap. Ayu membuka celana jeansku. Aku juga membuka celana slacks-nya. Ia membuka bajuku, aku membuka kausnya. Ia memakai celana dalam dan bra berwarna biru muda. Aku juga cuma bercelana dalam berwarna biru muda yang tidak cukup lebar untuk menutupi penisku yang tegang menyembul keluar. ³Kok warnanya sama, tadi kamu ngintip dulu ya?´ candanya. ³Itu namanya kalau jodoh,´ jawabku tertawa (tentu saja aku tak sengaja warna celana dalam kami bisa sama). ³Belum-belum kok sudah nongol gitu?´ godanya sambil melirik ke bawah. ³Sudah kangen Ayu,´ bisikku. Ia maju dan merangkul aku. Kembali kami berpelukan dan bibir kami saling melumat. Kurasakan ia menempelkan erat-erat tubuh bawahnya ke tubuhku. Lalu ia jongkok di depanku dan melorotkan celana dalamku yang sudah tidak bisa menutupi penisku itu. Ia mengulum penisku, ia mengecup dan menjilati rambut-rambut di sekitarnya dan kantung bo laku. Lalu ia bangkit berdiri. Ganti aku jongkok di depannya, kucium perutnya, kuturunkan celana dalamnya dan kulepaskan, lalu kukecup rambut-rambutnya. Aku bangkit berdiri. Kulepaskan kaitannya bra-nya dan tak ada apa-apa lagi di tubuhnya. Kukecupi payudaranya. Aku ingat teknik-teknik yang pernah kulihat di blue film dan aku ingin mempraktekkann ya. Sambil berdiri Ayu merangkulku, lalu kulakukan penetrasi. Kubantu Ayu menaikkan kedua kakinya dan sambil kutopang, kedua kakinya itu melingkari tubuhku. Kuayun-ayun tubuhnya. Kami lakukan ini namun tak sampai orgasme. Kucoba pula posisi lain. Ayu berlutut dan membungkukkan badannya pada posisi menungging. Aku berlutut di belakangnya. Kupegang pinggulnya dan aku melakukannya dari belakang. Setelah beberapa menit orgasme terjadi, Ayu dan aku hampir bersamaan. Bak mandi sudah penuh dari tadi. Aku dan Ayu masuk ke bak mandi. Ayu duduk di pangkuanku berhadapan denganku. Kami saling menyabuni tubuh kami, bercanda, bercumbu, sambil menikmati hangatnya air di bak itu. ³Rik, kamu kalau sudah lulus akan bekerja dimana?´ ³Kebetulan ada sebuah perusahaan yang sudah mau menampungku Ayu. Di kota ini juga. Aku akan bekerja di bagian IT-nya.´ ³Senang ya Rik kalau jadi orang pinter. Engga kayak aku ini.´ ³Kamu juga ikut senang kok Ayu karena kamu akan jadi permaisuriku. Dulu waktu kecil kan kamu selalu jadi permaisuriku, dan sekarang juga.´
Ia tertawa, ³Eh, ada ra ja rupanya di sini.´ Kumain-mainkan putingnya dengan jari-jariku dan ia menggosok-gosok penisku hingga tegang kembali. Kembali kudekap dia dan kuciumi dia. Ia mengangkat tubuhnya sedikit lalu kuarahkan penisku ke lubangnya lalu ia duduk kembali dan penisku sudah lenyap ditelannya. Dalam rendaman air hangat itu kami kembali menumpahkan kasih sayang kami. Kami berada di kamar mandi itu satu jam lebih. Keluar dari situ hampir tengah hari. Kami perg i ke sebuah restoran untuk mengisi perut. Hari masih panjang. Aku belum ingin pulang, di rumah indekos sangat tidak leluasa. Kutanya pada Ayu bagaimana kalau mencari hotel untuk beristirahat di sana. Ayu tidak keberatan. Kami menuju ke sebuah hotel tak jauh dari situ dan memperoleh kamar dengan kamar mandi shower. Segera setelah kami masuk ke kamar itu, kami segera melepaskan semua yang ada di tubuh kami. Kusergap dia dan kudorong dia ke tempat tidur. Kami melakukannya lagi. Di ruangan itu aku dan Ayu bebas melakukan apa saja. Kami mandi bersama sambil bercumbu di bawah siraman air shower yang hangat. Nonton TV bersama. Seluruh waktu kami lewatkan tanpa ada apa-apa yang menutupi tubuh kami. Setelah mencapai suatu orgasme Ayu menanyaiku, ³Rik, bagaimana kalau sampai jadi?´ Terbersit kekhawatiran di benakku karena aku sebenarnya belum siap untuk itu. ³Anak kita pasti lucu ya,´ jawabku seadanya sambil mengusap-usap perutnya. Karena lelah kami sempat tidur selama beberapa jam di hotel itu, berpelukan dengan tubuh telanjang. Kami pulang sore hari dan tiba di rumah indekos menjelang gelap. Bu Elly bertanya, ³Kemana saja kalian?´ ³Habis berenang dan keliling kota bu.´ Aku bisa menangkap sinar kecurigaan di matanya. Malam itu kami tak banyak melakukan ³gerilya´ di bawah selimut karena kami sudah cape. Esoknya aku mengantar Ayu dan ibunya ke stasiun untuk kembali ke kotanya. Setelah kusalami ibunya, kuberikan sun pipi pada Ayu. Ia berkata, ³Sukses ya Rik ujiannya. Jangan lupa cepat beri kabar setelah tahu hasilnya.´ Dua bulan kemudian. Tiba saat sidang sarjana. Sejak pagi aku sudah siap dengan kemeja berdasi. Aku sudah berusaha sebaik mungkin mengerjakan tugas akhirku, tetapi toh aku aku tidak bisa melenyapkan rasa tegangku ketika berhadapan dengan tim penguji. Mereka baik tetapi tampak angker sekali. Pertanyaan demi pertanyaan diajukan dan aku berusaha menjawab semuanya. Setengah jam aku harus menunggu keputusan hasil sidang dengan debaran jantungku hingga beberapa kali aku harus ke kamar kecil. Tim penguji kembali masuk ke ruangan dan aku dinyatakan lulus dengan cumlaude. Sorakan meledak di ruangan itu, teman-temanku menyalamiku. Sayang sekali Ayu tidak ada di situ. Kukirimkan telegram kepada orang tuaku dan tentu tak lupa pada Ayu. Kuterima telegram balasan dari Ayu yang menyatakan selamat atas kelulusanku.
Beberapa hari kemudian surat Ayu menyusul. Ia menyatakan kebahagiaannya dan keluarganya atas keberhasilanku. Ia juga bercanda, ³Kapan pestanya?´ Tetapi aku terhenyak membaca akhir surat, ³Rik, aku sedang bingung. Sudah dua bulan aku tidak mens.´ Sekarang Ayu hidup bersamaku dengan dua orang anak. Aku teringat permainanku semasa kecil. Aku pangeran mempersunting Ayu, gadis sederhana, menjadi puteri di istanaku. Kemauan belajarnya besar, ia mengambil les komputer, bahasa Inggris, memasak dan sebagainya. Seperti aku ia juga suka membaca. Aku bahagia memiliki Ayu. Cerita
Terbaru & Terpanas! 82475
sEX Is My LiFE Jumat, 08 Mei 2009 Cerita Ini
sex ku dengan Mbak Mira
adalah pengalaman pribadi seseorang dalam dunia sex, mengalami suatu kejadian yang tak akan
terlupakan sepanjang masa, mendapatkan pengalaman seks dengan seseorang yang lebih berumur dari dirinya. Silahkan nikmati cerita sex berikut ini : Kenalin namaku Ervan, yang meski nama samaran tapi ini kisah nyata. Perkenalanku dengan mbak Mira terjadi sekitar 3 tahun lalu. Mbak Mira adalah seorang wanita cantik yang sudah menikah dengan seorang manajer dari sebuah perusahaan BUMN. Umurnya 35 tahun, hanya beda 4 tahun dariku. Meski sudah beranak 2 orang, tapi penampilan fisiknya tidak kalah dengan wanita-wanita dewasa yang lebih muda 5-10 tahun darinya. Maklum, dia seorang wanita yang sangat memperhatikan penampilan fisiknya. Bahkan setahuku dia juga rajin berolahraga, dan senam body language. Rambutnya pendek sebahu, tinggi sekitar 160cm. Ukuran vitalnya mungkin tidak terlalu heboh, mungkin sekitar 34-29-36. Tapi penampilannya yang selalu rapi dan bersahaja membuatnya terlihat begitu menarik. Awal perkenalanku dengannya mungkin tidak relevan untuk diceritakan di forum ini. Tapi yang jelas sejak kali pertama aku bertemu dengannya, aku sudah menaruh simpati padanya. Kelihatannya dia pun begitu, tapi dia adalah istri seseorang! Akhirnya kami pun harus berpisah sekitar 1,5tahun yang lalu karena suaminya harus pindah tugas ke
kota lain. Sungguh, entah mengapa rasanya begitu berat ketika kami harus berpisah. Aku masih ingat betapa matanya berkaca-kaca ketika harus mengucapkan salam perpisahan kala itu. Setelah itu kami terpisah cukup lama, meskipun pada saat-saat tertentu kami masih saling mengirim salam. Tapi tidak lebih dari itu. Namun tiba-tiba pada suatu saat Mbak Mira mengirimkan pesan singkat via ponselku. "Van,apa kabarnya? Sekarang lagi dimana?" Sebagai pengusaha muda yang masih bujangan, memang aku cukup sering keliling kemana-mana. Hometown-ku adalah di kota M, tapi aku cukup sering berada di kota S, J, B, maupun ke luar negeri untuk mengurus bisnisku. Saat itu aku kebetulan berada di kota S, maka segera aku mengirimkan pesan balasan untuk memberitahu Mbak Mira. Tidak lama kemudian Mbak Mira kem bali mengirimkan pesan balasan. "Wah, kebetulan! Aku skrg dlm perjalanan ke S. Ntar ketemuan ya! Pesawatku berangkat 1 jam lagi" Aku terkejut! Aku akan segera bertemu lagi dengannya! Tapi, jangan-jangan dia datang dengan suaminya... Aku mencoba mengorek keterangan mengenai ini. "Ga koq, aku sendiri aja. Van,ntar temenin aku jalan2 di S ya. Aku ga ada temen lain lagi lho di S". Wah, pucuk dicinta ulam tiba neh! Singkat cerita, malamnya aku menjemput mbak Mira di sebuah pusat perbelanjaan terkenal di kota S. Aku menelepon ponselnya dan mengatakan akan menjemputnya di lobby. "Hai, mbak..." "Hai juga, van..." begitulah awal pertemuan kami kembali setelah 1,5tahun. Terus terang, rasanya begitu kaku. Maklum, baru kali ini aku bisa semobil berdua dengan wanita yang kukagumi ini. Dia pun segera masuk ke dalam mobil Mitsubishi Grandis-ku. "Wah,hebat kamu sekarang van... Mobil baru ya?" "Ah, enggak koq mbak.. Well,iya sih aku baru ganti mobil ini. Tapi bukan mobil gres koq, beli second hand aja", aku mengelak. "Hehehe, whatever deh.. Yang jelas, kamu kelihatan makin sukses aja neh.." kata mbak Mira sambil menatapku dari kursi penumpang. "Wah, thank you mbak.. Hehe.. Ya udah, orang suksesnya mo ngajak mbak makan nih. Mbak belum makan kan ya?" tanyaku sambil memandang dirinya. "Iya yah, jadi lupa kalo belum makan. Biasalah, cewek... Kalo udah shopping, lupa waktu.. Hahaha.. Ya udah, kita makan yuk..." "Mau makan apa nih,mbak?" "Yang simpel aja deh ya. Aku masih jet-lag nih" Akhirnya kami makan malam bersama di sebuah kafe terdekat. Segera suasana yang kaku tadi berubah cair. Kami saling bertukar kabar masing-masing karena selama 1,5 tahun kami tidak pernah bertemu. Aku teringat be tapa kami juga dulu sering ngobrol berdua. "Heran juga ya, van.. Kalo pas sama kamu, aku koq bisa tertawa lepas dan ngomongnya nyambung banget.. Beda lho ama suamiku. Sulit banget komunikasinya. Mana dia orangnya bawaannya serius banget..." kata Mbak Mira sambil menerawang. "Ah, masa sih mbak?"
"Iya, begitulah.." "Maksud, mbak?" "Ya gitu deh,van. Soalnya aku ama suamiku dulunya ga pake proses pacaran dulu sebelum merit. Kalo tau gitu mah aku mungkin pikir-pikir lagi" desahnya. Hmm, mbak Mira koq jadi curhat gini ya... "Oya? Ceritain dong,mbak.." "Yup,aku dulunya dikenalin ama suamiku. Suamiku itu sekantor ama sepupuku. Waktu itu aku pernah nemenin istri sepupuku main ke kantor mereka. Ternyata dianya langsung naksir dan gilanya langsung maen ngelamar ke bapakku..." "Oya?" aku sempat terperangah. "Karena waktu itu aku masih 24 tahun, dan terimi ng-iming keindahan pernikahan, lamaran itu pun kuterima dan 3 bulan setelah itu aku pun dinikahi dan seger a pindah ke kota B dimana suamiku ditugaskan". "Hmm, apa mbak pernah ngajak suami ngobrol tentang masalah ini?" "Udah sih, tapi dasarnya dia emang penyendiri dan gila kerja... Percuma saja.." keluhnya. Aku tiba-tiba jadi kasihan terhadap Mbak Mira. Mungkin sepintas orang menilainya sebagai seorang wanita yang terpenuhi kebutuhan lahir batinnya. Ternyata.. Dia punya masalah komunikasi dengan suaminya. Tidak bisa dibayangkan betapa kosongnya kehidupan pernikahannya. Malam sudah cukup larut ketika kami keluar dari kafe tersebut. Aku pun menawarkan untuk segera balik ke hotel tempatnya menginap. Tak lama kami pun tiba di hotel. Sebuah hotel berbintang 5 yang terkenal di kota S. Belanjaan Mbak Mira tadi ternyata cukup banyak, padahal consierge hotel sudah tidak di tempatnya. Maklum sudah pukul 11 malam. Akhirnya aku pun menawarkan jasa untuk mengantar mbak Mira ke kamarnya sambil membawa sebagian barangnya. Mbak Mira menginap di kamar 802. Kamar deluxe dengan city view. Aku yang senang dengan pemandangan malam kota, segera saja menuju ke jendela. Mbak Mira memecah lamunanku.. "Van, minum ya? Katanya sambil menawarkan sebotol minuman penyegar. Aku pun segera menyambutnya. "Van, kamu ga buru-buru pulang kan?" "Emang napa,mbak?" "Aku masih mo ngobrol ama kamu tuh, tapi harus dipending bentar karena aku perlu ke toilet dulu neh." "Oh,okay...Go on. Aku tungguin deh." Selang beberapa menit kemudian mbak Mira keluar dari toilet. Aku yang sedang duduk sambil menonton tivi dari sofa segera melihat perubahan raut muka mbak Mira. "Kamu napa,mbak?" "Iya neh, ga tau.. rasanya ga enak aja.. aku juga sih.. tadi masih jet lag juga diminumin cappucino dingin.. sekarang badanku jadi ga enak gini rasanya" "Walah... Ya udah mbak duduk aja dulu. A ku bikinin teh anget untuk mbak deh" Mbak Mira pun duduk di atas ranjang king size di kamar itu. Aku bergegas bangkit dan memanaskan air dengan termos listrik yang ada di kamar itu.
Setelah airnya mendidih, aku pun segera membuat teh yang kujanjikan. Segera kuberikan pada mbak Mira yang sedang duduk di atas ranjang. Mbak Mira minum dengan perlahan. Tiba-tiba mbak Mira nyeletuk.. "Aduh,van.. badan mbak koq jadi ngerasa dingin begini ya?" katanya sambil menyambar tanganku untuk meraba dahi dan leher sampingnya. aku agak terkejut, tapi kubiarkan saja tanganku dipakainya jadi termometer. Terasa badannya hangat. "Wah,mbak pasti masuk angin nih.. Aku bikinin teh anget lagi ya.." "Thanks ya, van.. kamu baik banget deh. Sori nih, jadi ngere potin.. tapi pasti lebih enak kalo bisa dipijitin.. sayangnya udah malam gini mo cari tukang pijit kemana coba.. hehe" Spontan aku berkata "ya udah, ntar kalo tehnya udah, aku pijitin de h.." "Emang kamu bisa mijit gitu?" tanya mbak Mira denga nada heran. "Ya bisa dong... dikit-dikit, tapi bisa lah.." "Hahaha.. ya udah, pijitin dong ya.." Setelah cangkir teh yang kedua selesai diminumnya mbak Mira pun membalikkan badannya. Sekarang punggungnya dihadapkan padaku. Aku pun segera menaruh tanganku di pundaknya dan mulai memijit. Toh ini bukan pertama kalinya aku memijit cewek atau menjamah badan cewek, tapi aku merasa entah mengapa kejantananku mulai terusik. Apalagi ketika jariku mulai menjelajah dekat tali-tali BHnya. "Wah, hebat juga kamu van.. mbak suka pijitan kamu. Belajar dimana?" "Ga belajar dimana-mana koq, mbak. Aku sendiri suka dipijit, jadi tau titik-titik mana yang enak buat dipijitin" "Van,bentar.. mbak mo ganti baju dulu deh. Baju ini ga enak buat acara pijit-pijitan. Hehe.." "Ya deh,mbak.." Mbak Mira segera bangkit dan masuk ke kamar mandinya. Selang beberapa menit kemudian, mbak Mira keluar dari kamar mandi. Kali ini, dia sudah berganti baju dengan piyama dari bahan kaos. Roknya pun sudah ditukar dengan celana 3/4 dari bahan yang sama dengan kaosnya. Yang paling berbeda adalah mbak Mira sudah menanggalkan kacamatanya dan sudah m enghapus semua dandanannya. Swear, dia terlihat lebih cantik dan muda dengan kondisi seperti itu. Dia terlihat seperti gadis berusia 25 tahun. Kuakui dia memang masih cantik, toh tidak lagi selangsing wanita yang masih single. Dia pun segera duduk di dekatku, bahkan lebih rapat dari posisi terakhir ketika kupijat tadi. Tanpa banyak berkata-kata aku segera melanjutkan pijitanku di pundak. Berhubung karena sekarang rasanya lebih leluasa memijat karena mbak Mira sudah menggunakan kaos, aku pun meluaskan pijatan ke area seperti punggung tengah, punggung bawah. lengan dan leher. Berkali-kali aku menyentuh tali pengikat BHnya di belakang. Tanganku yang kuat dan kokoh juga menjamah lehernya. Kuakui sempat ku elus belakang telinganya ketika harus memijt area samping lehernya. Mungkin karena sentuhan yang kontinu itu mbak Mira mulai terangsang sedikit demi sedikit. Yup, bukan rahasia lagi.. daerah tengkuk dan belakang telinga adalah area erotis. Ketika aku memijat kedua lengan atasnya, dia tiba-tiba mendorong badannya ke arahku. Aku teruskan memijat lengannya ke arah bawah, dan itu membuat tubuh mbak Mira makin masuk dalam dekapanku.
Kurasakan hembusan nafasnya yang lembut di tel inga kiriku ketika kupijat le ngan bawahnya. Nafasku pun mulai tak menentu. Aku menyadari posisiku saat itu.. aku sedang memeluk mbak Mira dari belakang! Wanita yang selama ini kuhormati dan kukagumi.. Sosok wanita dewasa yang menarik dan mempesona. Kejantananku kembali terusik. Tiba-tiba mbak Mira menarik tubuhnya hingga menyamping ke arahku seakan-akan mengharapkan aku untuk segera memeluknya. Aku jadi serba salah. Satu sisi diriku ingin menyambut untuk memeluknya, sisi yang lain mengatakan kalau ini semua ga benar. Dia kan istri orang! Dan aku kenal dengan suaminya... Tiba-tiba dia duduk menghadap diriku. Wajahnya begitu dekat... sangat dekat... cantik... dan bibirnya begitu mengundang.. haruskah aku menciumnya sekarang? Rasa bingung makin merasukku.. hingga kulihat lagi bibir itu sudah lebih dekat dari sebelumnya.. Oh,what the hell.. Aku pun maju... dan kami berciuman! wow, rasanya bergetar... aku dan mbak Mira segera menarik diri.. mundur.. is this for real? aku dan mbak Mira saling berpandangan... Yes, i want her.. and she also wants me! Kami pun berciuman lagi, kali ini dengan penuh perasaan... ooh... i hope this is not just a dream... bibir kami saling berpagut.. bibirnya, oh.. beg itu lembut... kami berhenti sejenak.. mengatur napas.. sepertinya mbak Mira juga tidak percaya apa yg terjadi barusan.. dia menyentuh dan mengelus pipiku.." Ini bukan mimpi kan,Van?" "Bukan,mbak. Ini aku, Ervan. Dan kita baru saja berciuman!" "Oh,rasanya sudah begitu lama.. Aku sudah lama menginginkanmu,Van.. Kamu juga kan?" "I-iya,mbak... bener.. tapi..." "tapi ada jarak di antara kita kan?" lanjut mbak Mira. "Iya, mbak.." "Oh,van... mbak senang.. mbak kirain kamu ga suka ama mbak.." katanya sambil memeluk erat diriku. "Ga koq,mbak.. aku emang suka mbak sejak dulu.." Mbak Mira tidak menjawab dengan kata-kata, tapi segera memelukku lagi dengan erat. Berikutnya, kami terlibat dalam ciuman yang dashyat. Semua belenggu perasaan selama 3 tahun itu rasanya terlepas di kamar 802 itu. Kami berciuman.. dan berciuman seperti sepasang kekasih yang telah lama berpisah. Aku mulai memainkan lidahku, memancing mbak Mira untuk french kiss.. Aku memang belum pernah melakukan intercourse, tapi untuk urusan foreplay dan petting aku bisa dibilang cukup terlatih dengan pacar-pacarku. Lidah mbak Mira begitu lembut, sangat lembut.. bahkan lebih lembut daripada pacarku yang mana pun. Tak lama, mbak Mira mulai membaringkan dirinya di atas ranjang. aku pun mengikutinya sambil terus menciuminya. Aku mulai melakukan variasi ciuman dengan gigitan dan godaan lidah di sekeliling bibirnya. Mbak Mira menikmati cumbuan ini dan mulai te rangsang. Nafasnya mulai memburu, dan dadanya mulai naik-turun. Karena posisi mbak Mira yang kini tidur terlentang, aku pun mengimbanginya dengan cara
mengangkangi tubuhnya. Dengan posisinya itu, mbak Mira mulai menikmati ransangan demi ransangan dan mulai m enginginkan lebih. Kejantananku mulai menegang ketika mbak Mira mulai mengangkat-angkat pantatnya seakanakan mengundang penisku untuk sege ra mengunjungi vaginanya. Gesekan demi gesekan antara penisku dan bukit kemaluannya ternyata membuat mbak Mira makin terangsang. Aku pun mulai memberikan ransangan lebih. Aku mulai menjilati telinganya, lehernya dan pangkal leher bagian tengan. Sesekali aku menjilati cekungan di pundaknya. Itu membuatnya makin menggelinjang. Tubuhnya tergetar hebat. Kini mbak Mira mulai membuka selangkangannya dan lebih jauh mendorong pantatnya ke atas agar clitorisnya bisa bergesekan dengan penisku yang menegang itu. "Sayang, kamu mau ya?" tanya mbak Mira ketika merasa aku sudah mulai merespon belaian bukit kemaluannya di penisku dengan sesekali menekan dan menggesekan penisku naik-turun ke maluannya. "Aku mau,sayang" kataku "tapi belum sekarang ya.. aku mo puasin kamu dulu dengan foreplay. Soalnya sebagai cowok, sekali ejakulasi agak lama baru bisa lagi." Mbak Mira tersenyum, manis sekali. Mungkin dia kagum pada prinsipku untuk memuaskan wanita l ebih dulu. "Thank ya, sayang.. Tapi gak papa lho kalo kamu mau sekarang.. Aku tadi udah sempat orgasme koq.. Bahkan udah beberapa kali... Tuh,buktinya udah basah.." katanya sambil menuntun tanganku ke arah selangkangannya. Wah, ternyata memang sudah basah banget. Toh celananya masih lengkap, tapi aku bisa merasakan vaginanya sudah kebanjiran. "Tenang sayang,itu belum apa-apa. Aku mo kamu orgasme beberapa kali lagi malam ini.." kataku sambil menyambar bibirnya. Kini tangan kananku mulai menjelajah. Tangan kiriku kupakai sebagai sandaran karena aku tidur menyamping di sisi mbak Mira. Tanganku memegang bukit kemaluan mbak Mira. Montok dan lembut. Penisku tambah keras. Kini tanganku mulai merambah belahan vaginanya. toh dari luar celana, dengan bahan kaos begitu, belahan nikmat itu jelas masih terasa teksturnya. Kugesek-gesekkan jari tengahku di belahannya, sambil tetap menciumi bibirnya dan memainkan lidahnya yang lembut itu. Mbak Mira makin terangsang.. dia mulai mendesah.. bahkan ketika aku melepaskan bibirku dari mulutnya, mbak Mira kulihat membuka mulutnya dan memainkan lidahnya di bibirnya sendiri. Sesekali mbak Mira menggigit bibir bawahnya. Termasuk ketika tanganku mulai me nggerayangi dadanya. Ketika aku memegang cup kirinya, mbak Mira tiba-tiba ngomong, "Sayang sori ya, dadaku kecil lho. Cuma 34A. Ini keliatan montok karena sponnya aja yg tebel. Cewek emang pintar nipu soal ini. Sori ya.." Aku cuma tertawa kecil dan bilang, "biarin kecil juga merangsang gitu koq. hehe.." Mbak Mira merespon dengan menarik tanganku untuk meremas dadanya.. Dia ingin aku lebih leluasa mengeksplorasi dadanya sehingga dia menaikkan bajunya, mengangkat dadanya ke atas dari posisi berbaring dan membuka kaitan bra-nya. Ketika dia mengangkat dadanya ke atas, aku sempat menggodanya dengan menggigit ujung cup bra-nya yang kanan. Mbak Mira tertawa dan sempat menggodaku ga sabaran. Oya, bra-nya berwarna coklat muda. warna bra yang umum dipakai ibu-ibu. The next thing, aku sibuk menciumi, meremas dan mengelus buah dada dan putingnya. Seperti
akunya,dada mbak Mira memang tidaklah besar dan montok. Tapi dasar bujangan, mengelus kulit selembut kulit payudara wanita muda dan mengulum puting kecil berwarna coklat yang tegak menantang tetap terasa SANGAT nikmat. Yup, putingnya kecil seperti puting gadis, sebab meski sudah punya anak mbak Mira ternyata tidak lama menyusui anaknya. Produksi air susunya ga banyak, akunya. Jadi anak pertama hanya se mpat disusuinya dua minggu, sedangkan anak yang kedua malah tidak pernah sama sekali. Kami terus bercumbu, dan tanganku pun mulai masuk ke arah selangkangannya sampai di perbatasan bulu kemaluannya. Berikutnya mbak Mira minta break dulu. Dia kehabisan nafas katanya. Akhirnya aku tiduran di sebelah kirinya. Cape dari tadi di mobil aku cuma lihat sisi kanan wajahnya. Aku dan mbak Mira akhirnya ngobrol-ngobrol lagi, sambil ciuman mesra sesekali. "Van, tau ga.. aku ga pernah lho rasakan seperti yang tadi kamu lakukan ke aku. Sejak aku me nikah, jarang-jarang aku bisa menikmati orgasme. Tapi dengan kamu , bisa berkali-kali! Aku tadi 6 kali orgasme lho.. makanya lemes banget deh rasanya" Aku cuma tersenyum. Lucunya sambil ngobrol pun tangan kami berdua tetap bergerilya. Tangan kananku yg memeluk leher mbak Mira mulai menggerayangi tengkuk, belakang telinga kemudian masuk memegang payudaranya dari celah leher piyamanya. Tangan kiriku pun tidak kalah nakalnya. Dengan lembut aku memasukkan tangan kiriku ke dalam celana mbak Mira. Kucoba mengelus belahan kemaluannya dengan jariku dari balik celana dalamnya. Terasa banget vaginanya sudah basah..sah.. Cairannya bahkan sudah membasahi celana dalamnya. Aku terus menggesek-gesekkan tanganku dan menciumi wajahnya dengan lembut. Mbak Mira juga kini tidak mau kalah nakal. Tangannya mengelus dadaku yang bidang, tapi lama kelamaan tangannya mulai menyusup masuk ke dalam celana jeans-ku. Aku membiarkan saja dan dia menanggapinya dengan gerakan pasti ke arah bawah dan menyambar penisku yang sudah menegang. Terlihat mbak Mira sedikit terkejut ketika menyentuh batang penisku. Harus diakui, penisku cukup besar untuk ukuran orang Asia. Panjangnya 16,5cm, dengan diameter 4cm. Tapi re aksi terkejut itu cuma sebentar dan segera berganti dengan nafsu berahi. Terasa tangan mbak Mira lebih erat menggenggam penisku. Aku yang kerepotan dengan posisi penisku yang sudah menegang meminta mbak Mira untuk membukakan celanaku saja. Ternyata mbak Mira malah senang sekali. Dan dengan segera, dia membuka ikat pinggang dan celana jeansku. Mbak Mira terlihat begitu bernafsu ketika harus membuka celanaku tapi sempat kesal karena tidak bisa membuka ritsleting jeansku. Aku pun membantunya. Raut muka mbak Mira jadi seperti anak kecil yang mendapatkan mainan yang diidam-idamkannya, setelah penisku terbebas dari celanaku dan siap masuk dalam genggamannya. Mbak Mira sempat terpekik kecil ketika melihat penisku yang sudah menegang maksimum dengan hiasan urat-urat di batangannya. "Ih, udah keras banget... Ooh.." Mbak Mira benar-benar sudah ga kuat lagi menahan gejolak nafsunya. "Van, aku mohon... masukin sekarang aja ya, sayang.. aku mohon.." "Ok, sayang.. whenever you are ready.." Mbak Mira segera bangkit dan menyusup ke dalam selimut. Dengan segera ia melepas celana dan celana dalamnya dari bawah selimut.
Terus terang aku cukup kecewa karena aku berharap aku sendiri yang membukanya. Tapi ketika mbak Mira menyibakkan sedikit selimut yang menutupi bagian bawah tubuhnya, aku ga jadi protes lagi. Bulu-bulu kemaluannya yang hitam dan rapi terlihat begitu kontras di tengah apitan dua paha yang begitu putih dan mulus. Di bagian perut bawahnya ada luka parutan operasi caesar. Yup, kedua anaknya lahir dengan operasi itu. Artinya, vagina-nya pasti masih sempit! Ave Caesar! Aku pun segera duduk mengangkang di depan selangkangannya. Terus terang aku cukup gugup. Ini pertama kalinya aku melakukan intercourse dengan penetrasi. Selama ini paling jauh aku hanya petting dengan saling gesek dengan pacar-pacarku dulu. Aku kuatir mereka hamil atau paling tidak aku merusak keperawanan mereka. Sekarang di depanku ada wanita cantik yang siap dipenetrasi. Aku jelas tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Tapi aku juga ga mau mengakui ini kali pertamaku. "Sayang,aku ga punya kondom lho.." "Ga pa-pa koq sayang, aku pake IUD koq" "Oya?" aku menyahut kegirangan. Permainan dilanjutkan. Kini aku mengelus bukitnya. Lalu jar i jempolku mulai menelusuri belahan kemaluannya. Mbak Mira ga tahan, dia membuka selangkangannya. Dan tampaklah belahan surga mbak Mira! Sungguh indah pemandangan itu. Bibir vaginanya ternyata masih rapat mengatup. Kini jari tengah kananku yang menelusuri belahannya dan membelah labia mayora-nya yg berwana coklat muda. Kecil dan tidak menggelambir seperti yang biasa ku lihat di foto-foto XXX. Apa karena jarang dipake ya? Pikirku. Aku tersentak ketika tanganku menyentuh labia mayora-nya. Vagina-nya ternyata sudah amat sangat banjir! Bahkan bulu-bulu yang terletak di sekitarnya pun bahkan sudah basah kuyup kena lendirnya! Mbak Mira sudah ga tahan. Dituntunnya penisku masuk ke dalam vagina-nya. Oohh... Dan... "cleep..." Karena sudah sangat basah,penisku dengan sangat m udah masuk ke liang vagina-nya. Mbak Mira terpejam ketika penisku memenuhi liang vaginanya untuk kali pertama. Mulutnya terbuka tapi tidak mengeluarkan suara. Sungguh nikmat rasanya pertama kali penisku merasakan remasan dinding vagina. Aku memulai dengan missionary position. Hentakan demi hentakan yang kuberikan ke vagina mbak Mira yang nikmat membuat payudara-nya bergoyang-goyang. Sempat beberapa kali kucoba mengulum putingnya, tapi tiap gerakan itu membuat penisku terlepas dari cengkeraman vaginanya. Jelas saja dia tidak merelakannya begitu saja dan segera mencari penisku dan memasukkannya kembali ke liang nikmatnya. Haha. Akhirnya aku menyadari bahwa posisi missionary tdk memungkinkan aku bisa mengulum putingnya. Setidaknya karena perbedaan tinggi badan (aku 175cm). Mungkin karena mbak Mira sudah terangsang hebat, dengan mudah dia mencapai 2 kali orgasme lagi. "Sayang,kamu udah ya? aku udah dua kali lho..." "Belum apa-apa neh,sayang..."
"Ha? Kamu koq kuat banget?" "Emang kamu dah cape ya,say? Koq nanya gitu?" tanyaku. "Hehee... bukan napa-napa sih..." "Jadi, lanjut ga neh?" "Lanjut dong... Aku masih mau koq,sayang.." kata mbak Mira. "Ok,sayang tapi karena aku cape kaya gini.. tukar posisi ya..." Aku menawari mbak Mira posisi Woman on Top (WOT). Mbak Mira ternyata menyambut dengan gembira. Segera aku merebahkan diri dan giliran mbak Mira yang "kerja". Posisi ini ternyata sangt menyenangkan buat mbak Mira. Dengan mudah dia meraih lagi 2 kali orgasme. Aku pun menikmati pemandangan tubuhnya dari bawah. Aku juga dengan leluasa meremas payudaranya dan mengulum putingnya. Juga aku bisa m emegang pinggulnya yg sexy sambil membantu menggerak-geraknnya, menggiling dan me mijat penisku dengan "ulekan sorga"-nya. Di saat inilah, mbak Mira mulai bersuara... Dia mendesah-desah... "Ooouch... Yeeees... Oooow... Enak banget... Terusin,sayang... Yes, terusin..." Apalagi ketika aku mulai menggelitik klitorisnya dengan jari jempolku.. Aku merasa penisku seperti diremas kuat.. aku baru tau kemudian dari mbak Mira kalo ini yang disebut gerakan kegel... Akhirnya aku pun ga tahan... "Sayang,aku udah mau keluar neh..." "Ga pa-pa,sayang. Keluarin di dalam aja... Tapi tunggu ya,aku juga udah mo keluar nih... sama-sama aja ya,say..." Aku menjawab dengan anggukan.. Mbak Mira mulai makin liar menghujamkan penisku ke dalam vagina-nya.. tubuhnya menegak.. aku mengulurkan kedua tanganku utk dijadikan tumpuan tangannya... "Ohh.... Terus sayang.. jangan berhenti... ya...ya... terus... ooooh... ohhhhhh.... ohhhh....." Aku merasakan penisku berdenyut dalam cengkeraman vaginanya yang semakin erat... aku menyemprotkan cairan maniku ke dalam vaginanya... dan pada saat yang hampir bersamaan aku merasa ada cairan hangat menyelimuti kepala penisku. Enak banget rasanya... Mbak Mira pun jatuh ke dalam pelukanku... Dia orgasme! "Ohhhh... Van.. Gila... Lu hebat banget..aku keluar l agi.. banyak lagi.. " Penisku masih ada di dalam vaginanya... Tiba-tiba aku merasa penisku di-kegel lagi... dan kembali terasa ada semburan cairan di vaginanya! ckckckck... dia orgasme lg.. mbak mira hanya bisa tersenyum puas, lalu memelukku erat-erat dan menciumku. Sesudah itu dia bangkit duduk, mengambil tissue yang ada di meja samping ranjang dan mencabut vaginanya dari penisku. Kala itu kudengar bunyi plok.. seperti suara sumbat botol dibuka. Sebelum melepaskan penisku dia menyelebunginya dengan tissue dan setelah tercabut dia mengelap sisa-sisa cairan cinta kami berdua malam itu. Kemudian mbak Mira merebahkan diri di dadaku. Senyum puas tersungging di bibirnya. Mukanya begitu cerah dan cantik, mungkin karena dia baru saja mengalami muktiple orgasm.
Mbak Mira kemudian berkata: "thanks ya, sayang.. aku puas banget.. sungguh.. kau hebat banget... emang kalo masih muda masih kuat banget ya.. thanks.. that's the best love making i ever had..." Aku cuma tersenyum dan mencium keningnya... aku juga puas banget,sayang.. Aku pun segera masuk ke kamar mandi. Sisa love juice mbak Mira di penisku ternyata masih cukup banyak, sehingga perlu segera ku bilas. Ketika aku keluar dari kamar mandi kulihat mbak Mira masih baringan di atas ranjang. Posisinya bahkan tidak jauh berbeda sejak kutinggalkan 3 menit lalu.Dia tersenyum manis kepadaku, mungkin dia masih terbayang multiple orgasm yang baru saja dialaminya. dan aku diyalinkan akan hal itu ketika kulihat celana piyama dan celana dalamnya masih terletak di atas karpet lantai. Aku pun segera mendekati mbak Mira dan mengecup keningnya dengan lembut. "Puas,sayang?" tanyaku pada mbak Mira. Mbak Mira tidak menjawab namun dia mengangguk dengan wajah polos sambil tersenyum. Dia pun mengulurkan tangannya dan sekali lagi menggenggam dan mengocok penisku lembut. Mbak Mira memandangku lembut dan berkata , "Sayang, kamu ga bobo disini aja malam ini?" "Sori, sayang. Aku ada janjian dengan klien besok pagi-pagi bener. Kuatirnya aku jadi telat bangun dan miss the appointment karena ngelayanin kamu lg malam ini, hehehe.." demikian jawabku yang langsung dibalas dengan cubitan mbak Mira di perutku. "Ya udah, kamu pulang aja sekarang.. Tapi besok temani aku lagi ya,sayang?" "Ok deh, aku ketemu mbak siang aja ya. Jam 2 aku sudah ga ada appointment lagi." "Oke, ati-ati di jalan ya sayang..Thanks for the great time.." "Aku juga.. Yup,besok siang aku jemput mbak deh. Pasti! Skrg mbak bobo aja langsung,ga perlu nganter aku keluar.. Met bobo sayang.." Aku mengecup bibirnya lembut, memakai celanaku, melangkah keluar, dan pulang ke rumah... Day 2 Siang itu aku baru saja selesai menandatangi berkas terakhir yang butuh approval-ku hari itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30. Right on schedule. Aku tak sabar untuk segera meninggalkan kantorku. Janji untuk bertemu dengan mbak Mira semakin dekat. Tak lama kemudian, aku sudah dalam kabin mobilku. Kupacu mobilku semakin cepat, membayangkan apa yang menantiku siang itu.. Kencan dengan mbak Mira, yang kini jadi kekasih gelapku.. Hehe.. Pikiranku menerawang mengingat romantisme yang kami lewati malam sebelumnya. Hingga saat itupun aku masih tidak percaya sepenuhnya, bahwa aku telah ML dengan mbak Mira. Mbak Mira, sosok wanita dewasa yang cantik dan mengagumkan itu memang telah lama memikat hatiku. Dia sangat matang dan menarik. Usianya pun tidak beda banyak deng anku, hanya empat tahun saja. Lamunanku terganggu ketika aku disapa oleh petugas keamanan mal dimana aku janjian ketemu dengan mbak Mira. Setelah mobilku diperiksa oleh petugas keamanan, aku pun memacu mobil ke gerbang parkir. Ku ambil handphoneku dan segera menelepon mbak Mira. "Siang, mbak Mira.." sapaku saat mbak Mira mengangkat handphonenya. "Hai, sayang.. Kamu dah nyampe ya?" sahut mbak Mira dengan nada gembira. "Iya,mbak.. Tapi masih muter-muter di parkiran. Belum dapat tempat, rame banget sih.." "Hihi.. Sabar ya,sayang.. Aku juga masih ngantri bayaran di kasir supermarket nih. Kamu ntar langsung ke pizza hut aja ya.. Kita ketemuan disana. Ok?"
"Ok, mbak.. Oh, ini ada mobil yg keluar. See you soon.." Setelah mobilku kuparkir, segera aku menuju ke resto pizza hut di mal itu. Restonya tidak seberapa rame hari itu, tapi aku sengaja memilih tempat yang agak mojok. Mau gimana lagi, aku juga ga mau nama mbak mira jadi rusak kalo terpergok orang lain. Istri mantan manajer bumn di kota itu tentu saja masih bisa dikenali oleh beberapa orang kan? Cukup lama juga aku menunggu di pizza sebelum mbak mira akhirnya datang dengan dua bungkus besar belanjaannya di dalam trolley. Jelas terlihat, rasa menyesal terpancar di wajah mbak Mira.. "Say, sori ya.. Lama banget.." "Ga pa-pa koq,mbak.. Makan dulu yok.." Mbak Mira segera mengambil kursi di depanku. Well, gimana-gimana juga di depan orang kami harus menutupi adanya cinta terlarang di antara kami. Walau demikian, selama kami makan siang itu hampir selalu kami berpegangan tangan kami. Rasanya seperti pasangan usia SMP saja yang kemana-mana gandengan mulu. Siang itu mbak Mira, seperti biasa terlihat rapi. Dengan kemeja putih dan rok panjang berwarna abu-abu seperti yang biasa dipake para sekretaris. Obrolan kami cukup santai siang itu. "Say, aku ga ganggu kerjaan kamu siang ini kan?" "Ga koq, udah aku aturin. Siang ini seluruh appointment udah aku batalin demi ketemu m bak.." "Oh ya? Wah, sori ya.. Jadi ngerepotin kamu.." kata mbak Mira sambil meremas tanganku "Ga koq, mbak.. Aku juga mau spend waktu berdua ama mbak Mira lagi.." Kataku sambil menatapnya.. Mbak Mira tidak berkata apa-apa, namun tersenyum sambil mencubit punggung tanganku.. "Iih.. Kamu mau lagi ya, van?" kata mbak Mira sambil memandangku dengan mata yang nakal. "Iya,mbak.. Mbak mau kan?" "Iya, sayang.. Aku juga mau koq.." kata mbak mira sambil mengangguk. Aaaahhh... Aku semakin tidak sabar.. Pengen rasanya segera kembali ke hotel mbak Mira siang itu. 20 menit kemudian, aku dan mbak Mira sudah di dalam mobilku. Kaca film mobilku yang 80 persen membuat kami berdua tidak lagi ja-im. Selama di perjalanan, kami tidak melepaskan genggaman tangan kami. Sekali-sekali saat mobil harus berhenti, aku membelai rambut mbak Mira dan mencium jidatnya. Mbak mira sempat geli juga diperlakukan seperti itu. Katanya, kami bagaikan sepasang ABG yang sedang memadu kasih.. Well, kalo dipikir-pikir iya juga sih.. Haha.. Tapi, peduli amat.. Yang penting, aku suka dan mbak mira menikmatinya! Setelah 20 menit mengemudi aku dan mbak Mira tiba di hotelnya. Strateginya masih seperti kemarin. Mbak Mira masuk dulu dengan sebagian belanjaannya, kemudia aku menyusul dengan sisa belanjaannya. Saat yang kami tunggu-tunggu tiba.. Kami sekali lagi berduaan di kamar hotel 802 itu. Begitu pintu ditutup, mbak mira segera menyambutku dengan pelukannya. Kami pun langsung berciuman.. Nafsu untuk bercinta sudah terlalu tinggi untuk ditahan beberapa detik lagi! Aah.. Bibirnya yang empuk itu begitu nikmat. Lip gloss pink yang dipakai mbak Mira menambah licinnya
bibirnya. Ciuman demi ciuman mesra kami segera berubah menjadi french kisses yang begitu bernafsu. Sapuan lidah mbak Mira yang lembut dan gerakan bibirnya yang empuk seolah mengundangku untuk lebih dalam mencumbunya.. Kami semakin erat berpelukan. Payudara mbak mira yang kenyal semakin dashyat tergesek-gesek ke dadaku. Aku tidak tahan lagi, nafsuku merasuk. Penisku langsung mengeras. Mbak mira tentu saja dapat merasakannya. Malah seolah terpancing dengan mengerasnya penisku mbak Mira bahkan makin liar mencumbuku. Mbak mira kemudian membalikkan badannya, sehingga penisku tepat berada di belahan pantat mbak Mira. Tidak hanya sampai disitu, mbak Mira mulai menggeser-geserkan pantatnya yang montok itu ke penisku. Gerakannya yang naik-turun rasanya begitu dashyat memijat penisku. Aku pun tidak mau ketinggalan mencumbunya. Aku melingkarkan tangan kananku ke pinggang mbak Mira, sedangkan tangan kiriku menyibakkan rambut mbak Mira ke belakang sambil berusaha melanjutkan ciuman kami. Cumbuan pun berlanjut dan kini mbak Mira semakin dalam menancapkan belahan pantatnya ke arah penisku. Seakan-akan mbak Mira memohon aku untuk segera melakukan penetrasi, menembusi rok panjangnya. Aku sadar mbak Mira pun sudah on. Kini tangan kiri yang bergantian merangkulnya dari belakang, sedangkan tangan kananku membelai leher dan telinga kanannya. Aku mulai melepaskan ciumanku dari bibirnya, dan mulai memainkan lidahku menyusuri dagunya, lehernya, telinganya, menyusuri lehernya terus kebawah ke bahu mbak Mira. Mbak Mira mendesah ketika aku menyusuri lehernya. Tangan kanannya meremas tangan kiriku, sedangkan tangan kirinya meraih tengkukku. Aku semakin bersemangat, mbak Mira menikmati foreplay kami. Sekali lagi kami french kiss.. Kedua tanganku pun berganti aksi. Dengan lembut kupegang kedua payudara mbak Mira dari arah bawah. Mbak Mira melenguh.. Ohhhh... Aku mulai mengangkat kedua payudara itu sedikit ke atas. Dengan lembut aku mulai meremas kedua payudara mbak Mira..tubuh mbak Mira tiba-tiba bergetar hebat... Dia melepaskan bibirnya dari bibirku.. Dan mulut sedikit terbuka, dia mengangkat wajahnya hingga menengadah ke langit-langit kamar hotel itu. "Ooh.. Van..." desah mbak Mira.. Aku pun tak berhenti sampai di situ. Sambil terus meremas payudata mbak Mira, aku menciumi lehernya dengan ganas. Badan mbak mira kembali menegang. Kali ini kedua tangannya menarik pantatku agar semakin lekat dengannya. Ku angkat kedua tanganku dari payudara mbak Mira, kemudian kusibakkan rambut dari pundaknya. Kuciumi tengkuknya, sedangkan kedua tanganku kembali menyerang payudaranya. Kini dari kedua sisi badannya, sehingga aku bisa menelusuri lekukan bra mbak mira dari samping terus ke dua bukit indah yang menunggu di depan. Aku menjilati pangkal tulang leher mbak mira sambil terus menerus membuat gerakan memutar dari samping ke bawah ke dalam trus ke atas dan memutar lagi mengelilingi bulatan payudara mbak Mira yang masih terbungkus bra.. "oooouuuuuuhhhh..." lenguh mbak Mira.. tiba2 mbak mira membalikkan badannya.
"sayang, tunggu aku bentar ya.." Mbak mira melepaskan dirinya dari dekapanku. Entar apa yang direncanakannya.. Dengan segera mbak mira bergegas ke toilet di kamar hotel itu. Tak lama kudengar suara air mengucur, berasal dari selang bilas. Ada 2-3 menit mbak Mira di toilet. Aku sendiri bertanya-tanya apa gerangan yang sedang dilakukannya. Jujur aja, penisku udah tegang luar biasa.. Rasanya mulai tak tahan.. Untunglah, tak lama mbak Mira pun keluar dari toilet. Penampilannya berubah total. Kini dia tidak lagi mengenakan kacamatanya, bajunya sudah diganti dengan kaos berwarna putih yang ketat dan cukup tipis hingga branya jelas menerawang. Bawahannya yang benar-benar berbeda. Kali ini dia hanya mengenakan handuk hotel sebagai rok! Mbak mira mengangkat tangannya, seakan mengajakku kembali mendekatinya. Mbak mira pun duduk di pinggir ranjang king size di kamar itu. Aku berlutut di depannya. Mbak mira kemudian menarik wajahku dengan kedua tangannya yang lembut. Kami pun segera kembali berciuman. Kali ini ciumannya juga dimulai ciuman-ciuman lembut. Kupegang pinggul mbak Mira dengan kedua telapak tanganku. Wait a minute, koq ada yang aneh.. Aku mencoba meraba pangkal pantat mbak Mira.. Lho, koq ga ada celana dalamnya? Aku melepaskan ciuman mbak Mira, dan bertanya.. "mbak, cd-nya di lepas ya?" Sambil mengangguk, mbak Mira tersenyum nakal.. "iya sayang, udah aku lepas tadi di toilet.. Hehe.." "wah..." aku tersentak... Artinya... Di balik balutan handuk itu sudah tidak ada selembar benang apapun? Pikiran itu semakin membuatku terangsang... Aku pun mulai menciumi mbak Mira dengan ganas.. Kedua tanganku kini mulai menggerayangi kaki mbak mira.. Mulai dari telapak.. Naik ke betis.. Naik ke lutut.. Naik lagi ke paha bagian luar...meraba sedikit bagian dalam sampai kurang lebih setengah perjalanan ke pangkal paha.. Kulepaskan ciumanku.. Dan mulai menurunkan kepalaku ke arah pahanya.. Kulakukan itu tanpa sedikit pun melepaskan mataku dari menatap kedua mata mbak mira yang sudah dilanda nafsu bercinta.. Ketika wajahku mencapai lutut kiri mbak Mira, segera kudaratkan ciuman ku. Kuciumi lutut kira wanita idamanku itu, dan berganti ke lutut kanannya. Mbak Mira tidak dapat menahan serbuan rangsangan itu, merapatkan kedua pahanya. Kepalanya kembali me ndongak, dengan mulut terbuka.. Tanganku yang tadi parkir di pinggulnya mulai mengelus paha luar mbak mira, dari lutut sampai ke pangkal pahanya.. Mbak mira tidak dapat menahan diri lagi. Tubuhnya bergetar dan dia pun menghempaskan punggungnya ke ranjang. Kedua tangan mbak mira mulai mencengkeram bed cover yang masih menutupi ranjang besar itu. Aku pun mulai menjilati pahanya. Bergantian kiri kanan. Semakin lama semakin ke atas menjauhi lutut. Paha mbak mira tidak lagi dirapatkan tapi mulai membuka. Seakan mengundangku untuk mendekat ke arah pangkal paha. Balutan handuk mbak mira mulai mengendur dan tersibak ke atas dan samping. Akhirnya yang paling dinanti tiba.. Kurasakan bulu-bulu halus yang hitam di lidahku.. Aroma vagina yang begitu khas seolah mengundangku untuk segera menemuinya. Mbak mira semakin kuat mencengkeram bed cover.. Seakan-akan dia hendak menarik bed cover itu sampai robek.
Kini tanganku membuka balutan handuk yang masih menutupi sebagian tubuh seksi mbak Mira. Ketika aku berhasil membuka handuk itu, mbak Mira mengangkat kepalanya. Dia seakan tidak percaya apa yang sedang akan kulakukan. Ya, aku mau menjilati vaginanya.. "Van? Kamu mau.." "Iya sayang. Kamu nikmati saja ya.." "tapi, kamu ga jijik gitu?" "ga, sayang.. Aku pengen menjilatinya.." "tapi, aku belum pernah.." "udah, tenang saja.. Nikmati ya,sayang.." Mbak mira hanya mengangguk pasrah.. Nafsu bercinta-nya sudah melampaui rasa malunya.. Awalnya mbak mira memang terlihat masih kagok ketika aku mulai menciumi bukit kemaluannya..kakinya dirapatkan. Tapi aku tidak menyerah sampai disitu. Kujulurkan lidahku untuk meraih awal belahan vaginanya. Dengan perlahan tapi pasti aku makin menyeruak ke arah vagina mbak Mira yang cantik itu. Mbak mira mulai terbawa nafsu, akhirnya dia mulai melonggarkan pahanya. Aku pun me narik pahanya, membukanya sehingga aku bisa m elakukan oral seks dengan leluasa pada vagina mbak Mira. Akhirnya mbak Mira menyerah, pahanya dibuka.. Kujilati labia mayoranya beberapa kali se belum menyedot labia minoranya yang sudah banjir oleh cairan pelumas vagina. Saat lidahku kujulurkan untuk menjilatinya bibir va ginanya, pinggul mbak Mira tiba-tiba terangkat.. Secara refleks dia menjepit kepalaku dengan pahanya, sambil melenguh keras! Mbak mira mengalami orgasme pertamanya... "Ouuuhhh...ervaaaan.." kata mbak mira dalm orgasmenya... Aku tidak berhenti begitu saja. Setelah berhasil mengangkangkan kembali paha mbak Mira, lidahku kembali beraksi. Kali ini memainkan lidahku naik-turun membelai belahan vaginanya. Mbak mira sangat terangsang.. Dia mulai meremas-remas sendiri kedua payudaranya. Tak lama, mbak mira menjemput tangan kananku. Aku mengerti maksudnya. Segera kuraih payudara kirinya.. Dan meremas-remasnya. Tak puas, tangan kanan kumasukkan ke dalam bajunya.. Kuremas-remas kedua payudaranya secara bergantian. Karena pengen meremas payudara mbak Mira tanpa dihalangi bra, tanganku menjelajah ke arah belakang. Maksudnya untuk membuka kaitan bra. "sayang, kaitannya di depan koq" kata m bak Mira menuntun. Dengan satu tangan aku mencari kaitan bra mbak Mira. Ternyata tidak sulit membukanya. Ketika akhirnya tanganku berhasil meraih bukit indah mbak Mira yang di sebelah kiri, aku langsung mencari putingnya.. Memuntir-muntir dan mengelus-ngelus putting mbak mi ra membuatnya semakin bernafsu. Pinggul mbak Mira terangkat-angkat, seakan mengimbangi lidahku yang kini mulai m elakukan penetrasi-penetrasi ke vaginanya. Vagina mbak mira kini begitu banjir oleh cairan dari dalam.
Mbak mira pun tiba-tiba bangkit dan duduk.. "sayang, kini giliranmu ya.." Aku pun bangkit. Jujur aja, lututku sendiri mulai cape berlutut sejak tadi. Mbak mira memintaku berdiri. "say, mo di karaoke ga?" "emang mbak suka?" "pengen coba deh.. Hehe" Dari situ aku tau kalo aktivitas seks mbak Mira dengan suaminya ternyata tidak variatif. Dengan sedikit ragu, mbak Mira meraih penisku. Mengocok-ngocoknya sebentar. Penisku udah begitu tegang, warnanya pun sudah merah padam.. Artinya seluruh pembuluh darahku di penis sudah terisi penuh. Mbak mira mendekatkan kepalanya.. Dia mencoba menjilati kepala penisnya.. Terlihat dia sedikit takuttakut.. Tapi kemudian dia memasukkan penisku sam pai kira-kira separuhnya ke dalam mulutnya. Mbak mira berusaha melakukan oral seks.. Tapi mempelajari tampangnya, sepertinya dia tidak enjoy. Kasian juga, mungkin dia pikir harus membalas perlakuanku padanya tadi. "sayang, kamu ga harus melakukan ini kalo kamu ga enjoy.." Wajah mbak mira menengadah ke arahku. Kepala penisku masih dalam mulutnya sebelum kemudian melepaskannya. "kamu ga pa-pa, van?" "ga pa-pa sayang.. Ga harus koq.." Mbak Mira terlihat lega.. Aku pun duduk di sebelah kanan mbak Mira. "kamu mau,sayang? Aku dah siap koq" tanya mbak Mira. "iya,sayang.. Aku mau bercinta denganmu se karang" jawabku. Merasa cukup dengan foreplay, mbak Mira mengangkat tubuhnya ke tengah ranjang. Kakinya pun segera dikangkangkan. Aku dengan tidak membuang waktu lagi, segera mengangkang di depan vagina mbak Mira. Setelah mencium bibir mbak Mira, kutuntun penisku ke arah liang vagina mbak Mira. Terasa licinnya cairan pelumas vagina mbak Mira ketika ujung kepala penisku pertama kali bersentuhan. Dengan perlahan tapi mantap kumasukkan kepala penisku ke dalam vagina mbak mira yang kukagumi itu. Sedikit demi sedikit, penisku masuk dalam vagina mbak Mira. Sensasi luar biasa yang kurasakan sehari sebelumnya kembali kurasakan kini. Akhirnya, seluruh penisku tertanam dalam vagina mbak mira. Sekali lagi kucium bibir mbak mira. Mbak mira pun memancingku untuk melakukan french kiss, dan kusambut. Sesekali kurasakan mbak mira memainkan otot kegelnya, sehingg a kurasakan penisku seperti diurut-urut. Dengan mendesah, mbak Mira berbisik.. "honey, please make love to me now..". Mbak mira mengangkat kaosnya ke atas, sehingga aku dapat memandang kedua payudaranya. Dengan posisi missionary aku mulai mengenjot. Cairan pelumas vagina yang begitu berlimpah membuat kami bisa melakukannya dengan cepat. Sesekali karena begitu semangat penisku terlepas dari cengkeraman vagina mbak Mira.
Dengan sigap, tangan mbak Mira menuntunnya penisku untuk kembali ke vaginanya. Hentakan-hentakan penetrasiku menghasilkan bunyi berdecak. Maklumlah, vagina mbak Mira sangat basah. Tapi jujur saja, suara itu makin membuatku terpacu untuk bercinta. Mbak mira menikmati hentakan-hentakan yang terjadi, mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya. Mulutnya membuka, dan sekali-sekali lidahnya menjilati bibirnya. Payudara mbak mira yang sebagian masih ditutupi bra yang belum sempat dilepaskan tadi, bergoyang-goyang dengan gerakan memutar. Sesekali mbak mira mengencangkan otot kegelnya, membuat penisku serasa dipijat-pijat benda empuk yang basah dan hangat. Karenanya hari itu aku tidak bisa bertahan lama seperti sebelumnya. Sekitar 5 menit setelah penetrasi awal, pertahananku jebol. Spermaku dengan kuatnya menyemprot dinding vagina mbak Mira. Untunglah tak lama kemudian mbak Mira orgasme untuk yang kedua kalinya hari itu. Kami pun terkulai lemas beberapa saat, masih dalam posisi aku diatas mbak Mira, dengan penisku yang masih tertancap di vaginanya. Love juice kami berdua mengalir keluar dari vagina mbak Mira. Aku kuatir cairan itu akan mengotori seprei, jadi tanpa melepas kedua persatuan kelamin kami aku mengajak mbak mira mendekat ke meja samping ranjang untuk mengambil tissue. Lucu juga rasanya beringsut-ingsut seperti itu. Setelah mengambil tissue, aku menaruh beberapa lembar untuk mengalasi pantat mbak Mira. Sekali lagi bunyi plok seperti sumbat botol yang tercabut terdengar di ruangan itu, ketika aku mencabut penisku dari liang vagina mbak Mira. Seluruh penisku berlumur cairan berwarna putih, demikian juga leher vagina mbak Mira. Mbak Mira bangkit dan duduk. Dia mengambil tissue dan membersihkan penisku dari cairan. Baru setelah itu dia membersihkan vaginanya. "gila van.. Enak banget..thank you ya.." kata m bak mira sambil memelukku. "thanks to you too, honey.." kataku sambil mencium kening mbak Mira. Kami pun berbaring dan untuk beberapa saat kami saling berangkulan. Terdiam, tapi saling membelai. Aku membelai rambut dan punggungnya, sedang mbak Mira membelai rambutku. Kami masih berciuman lagi, tapi kali ini dengan sangat lembut. "sayang, terima kasih ya.. Aku bisa merasakan orgasme karena kamu.. Thank you.." kata mbak mira sambil menciumku di pipi kiri. Mbak mira yang berbaring di sisi kiriku meletakkan tangan kirinya ke atas dadaku. Dia mengelusngelusnya, sambil menciumi leher dan pundak kiriku. Untuk beberapa saat berikutnya kami tertidur sekitar setengah jam. Love making yang kami baru lakukan, ternyata cukup banyak menyedot tenaga kami. Ketika aku terbangun kemudian, kudapati mbak Mira sedang me nciumi dadaku. Pakaiannya sudah dirapikan (branya sudah dipakai kembali). Hanya saja dibalik selimut yang menutupi tubuh kami, kurasakan bawahan mbak Mira masih tetap belum ditutupi selembar kain pun. Aku tau hal itu karena di tangan kiriku terasa belaian bulu-bulu halus dari kemaluan mbak Mira. Kaki kirinya masih melingkar badanku. Payudaranya yang empuk terasa kenyal di lengan kiriku. Kulihat jam tanganku, ternyata sudah pukul 16.50. Waktunya aku harus pulang, karena malam ini aku ada acara sosial. Mbak mira juga punya janji dengan kerabatnya malam itu.
"sayang, aku harus pulang dulu ya.." kataku sam bil menatapnya. "iya sayang.." kata mbak mira lembut. Aku pun segera bangkit dari tempat tidur, dan bergegas ke toilet membersihkan sisa-sisa cairan senggama kami. Sewaktu aku kembali, mbak mira masih di ranjang. Tapi dia dalam posisi duduk dengan bersandar ke tumpukan 3 bantal empuk. Wajahnya terlihat puas, namun ada kesan dia masih pengen aku tinggal disana menemaninya. "sayang, maafin aku ya..aku ada acara sih.." kataku sambil membelai rambutnya dan mencium keningnya. Mbak mira meraih tangan kiriku dan berkata "iya sayang.. Aku tau koq.." Akupun berpakaian. Tiba-tiba mbak mira berkata "are you coming back for me tonight?" "l'll try my best then" kataku memandangnya. Kemudian aku beranjak ke tempat mbak mira. Sekali lagi kukecup keningnya. "sayang, hati-hati ya.." kata mbak mira yang kubalas dengan anggukan. "sori aku ga ngantar kamu ke pintu.. Masih lemes banget karena ML tadi.." lanjut mbak Mira. "suka ya sayang?" tanyaku.. "banget.. Tuh ampe lemes begini.. Hihi.. Kamu sih.." kata mbak Mira sambil mencubit perutku dengan manja. "bye sayang.." kataku sambil mengecupnya se kali lagi. Mata mbak mira mengikutiku sampai menghilang dibalik dinding toilet kamar hotel itu. Aku pun keluar dari kamar itu dan menutup pintu. Akankah aku dapat kembali memadu kasih dengan mbak mira malam itu? Label: tante girang Diposkan oleh ALFA MITRA ENTERPRISE di 09:35
0 komentar: Poskan Komentar Link ke posting ini
Buat sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langgan: Poskan Komentar (Atom)
Ngeblog dapet duit lho sekarang.... klik disini
untuk daftar dan buktikan....
Arsip Blog y
2009 (21) o Mei (20) Bercinta dengan istri Bos Cerita sex ku dengan Mbak Mira Brondong SMA ngerjain tante ANAK majikan yang BINAL Bercinta dengan Tante 44 Tahun Bercinta Dengan Pembantu Bercinta Dengan Bu Dosen Cantik Bercinta dengan mama teman Nikmatnya goyangan Bu Halimah Cerita Seks Tante Maya Bercinta dengan ibu kost Ibu Rini yang Hot Bercinta dengan Bu Dokter Pengalaman Seks Pertama Tante Nila Cerita Seks Brondong Dengan tante Girang Cerita Seks Dengan Tante Ninik Ibuku yang merangsang... Nafsu Ibu Kost Tante yuli sayang... Tetanggaku yang cantik o Maret (1) Sex is my life
Hubungi contact service
pornstar
cerita dewasa
koleksi dewasa
K oleksi Software E-book Cerita Dewasa Retail / Aplikasi Penjualan (trial) Game Flash Aplikasi lain Tutorial Pemroggraman Desain File Uploader File Downloader software cracker/patcher
Jumat, 08 Mei 2009
Bercinta Dengan Bu Dosen
Cantik
Orang putus cinta bisa melakukan apasaja untuk menhilangkan sakit hati, bahkan sesuatu yang tidak masuk akal bisa di lakukan, namun ada juga yang melakukan sesuatu yang nikmat karena putus cinta, salah satunya pemuda dalam cerita sex kali ini. dia memilih menyalurkan hasrat sex nya dengan bercinta dengan ibu dosen, bagaimana kisah selanjutnya? silahkan menikmati :
Cerita ini bermula pada waktu itu aku lagi kuliah di semester V I di salah satu PTS di Bandung. Ceritanya saat itu aku lagi putus dengan pacarku dan memang dia tidak tahu diri, sudah dicintai malah bertingkah, akhirnya dari cerita cintaku cuma berumur 2 tahun saja. Waktu itu aku tinggal berlima dengan teman satu kuliah juga, kita tinggal serumah atau ngontrak satu rumah untuk berlima. Kebetulan di rumah itu hanya aku yang laki-laki. Mulanya aku bilang sama kakak perempuanku, Sudah, aku pisah rumah saja atau kos di tempat, tapi kakakku ini saking sayangnya padaku, ya saya tidak diperbolehkan pisah rumah. Kita pun tinggal serumah dengan tiga teman wanita kakakku. Ada satu diantara mereka sudah jadi dosen tapi di Universitas lain, Ibu Vivin namanya. Kita semua memanggilnya Ibu maklum sudah umur 40 tahun tapi belum juga menikah. Ibu Vivin bertanya, Eh, kamu akhir-akhir ini kok sering ngelamun sih, ngelamunin apa yok? Jangan-jangan ngelamunin yang itu.. Itu apanya Bu? tanyaku. Memang dalam kesehari-harianku, ibu Vivin tahu karena aku sering juga curhat sama dia karena dia sudah kuanggap lebih tua dan tahu banyak hal. Aku mulai cerita, Tahu nggak masalah yang kuhadapi? Sekarang aku baru putus sama pacarku, kataku. Oh.. gitu ceritanya, pantesan aja dari minggu kemarin murung aja dan sering ngalamun sendiri, kata Ibu Vivin.
Begitu dekatnya aku sama Ibu Vivin sampai suatu waktu aku me ngalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Vivin. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah. Siang itu tepat jam 11:00 siang saat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur. Eh Ibu Vivin, nggak ngajar Bu? tanyaku. Kamu kok nggak kuliah? tanya dia. Habis sakit Bu, kataku. Sakit apa sakit? goda Ibu Vivin. Ah.. Ibu Vivin bisa aja, kataku. Sudah makan belum? tanyanya. Belum Bu, kataku. Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya, katanya. Dengan cekatan Ibu Vivin memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks. Kukira Ibu Vivin nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya. Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu? tanyaku. Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu, katanya. Oh kalau gitu Ibu Vivin masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain
jenis, kataku. So pasti dong, katanya. Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kawin, dengan enaknya aku nyeletuk. Aku bersedia kok, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya. Ibu Vivin agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Vivin kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya. Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang te rhadap Ibu Vivin, kataku. Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu, katanya. Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Vivin terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan, Aku sayang kamu, Ibu Vivin, tapi dia tidak me njawab sedikitpun. Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup.. dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya. Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, e h.. tanpa kuduga dia balas ke cupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri r ongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya. Kukecup, Aah.. cup.. cup.. cup.. dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja. Aah.. jangan panggil Ibu, panggil Vivin aja ya! Kubisikkan Ibu Vivin, Vivin kita ke kamarku aja yuk!. Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak.. indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pe rtama-tama belahan gunung kembarnya. Ah.. ssh.. terus Ian, Ibu
Vivin tidak sabar lagi, BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B.
Kukecup ganti-gantian, Aah.. ssh.. dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut, Aah.. aku juga sudah mulai terangsang. Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu.. cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lem but kuelus-elus gundukan itu, Aah.. uh.. ssh.. Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi, sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Vivin juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku. Oh.. besar amat, katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku, Uuh.. uh.. shh.. dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. A ku mulai menciumi dari pusarnya terus
turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya, Aah.. uh.. ssh.. terus Ian, Vivin mengerang. Aku juga enak Vivin, kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut, Assh.. oh.. ah.. Vivin terus sayang, dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, Aahk.. uh.. ssh.. sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah ke pengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kurubah posisi, kembali memanggut bibirnya. Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku, Aakh.. sshh.. pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan, katanya. Haa.. aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci. Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blesst, Aahk.. teriak Vivin, kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kal i hanya dengan waktu 7 menit Vivin.. Aakh.. ushh.. ussh.. ahhkk.. aku mau keluar Ian, katanya. Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh.. kataku. Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan.. Crot.. crot.. cret.. banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya. Aakh.. aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya. Dengan lembut dia cium bibirku, Kamu menyesal Ian? tanyanya. Ah nggak, kitakan sama-sama mau. Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Vivien hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku. Demikian secuil kisah dari pengalaman seorang pemuda bercinta dengan ibu dosen yang umurnya jauh lebih tua dari dirinya. kenikmatan sex yang di dapatkan pun tak kalah menarik dan nikmat dari apa yang dirasakan dengan wanita muda.
Jumat, 08 Mei 2009
Bercinta dengan Bu Dokter Hubungan seks tidak mengenal profesi, mau itu tukang kebun, sopir, bahkan dokter, kalo sudah birahi, profesi tak lagi menjadi penghalang. berikut adalah kisah seks seorang wanita yang berprofesi sebagai dokter. Shinta adalah seorang dokter muda yang baru saja menamatkan pendidikan dokternya pada sebuah universitas ternama di Sumatera. Sebagaimana dokter baru ia harus menjalani masa ptt pada sebuah desa di daerah itu. Orang tua dan tunangannya keberatan jika Shinta melaksanakan ptt di daerah itu, selain jauh dari kotanya dan daerah itu masih terbelakang dan terisolir. Orang tua Shinta sangat keberatan dan ia mengupayakan agar Shinta ditempatkan pada daerah yang dekat dan tidak terisolir itu. Upaya orang tuanya ini gagal karena telah menjadi keputusan instansi pusat dan tidak dapat di batalkan.
Kekuatiran orang tua dan tunangannya amat beralasan, karena Shinta adalah masih muda dan belum mengetahui seluk beluk masyarakat desa itu, ditambah kerasnya kehidupan di desa yang terkenal dengan kebiasaan masyarakatnya yang primitif itu. Selain itu Shinta akan menikah dengan Rudi tunangannya beberapa bulan lagi. Memang Shinta dan Rudi telah lama pacaran dan kedua orang tua mereka merestui hubungan mereka.
Shinta adalah seorang gadis yang masih berumur 24 tahun merupakan mahasiswa kedokteran yang memiliki kemampuan yang dapat dibanggakan, sehingga tdk heran ia dalam waktu yang singkat telah menamatkan kuliahnya. Selain itu ia berparas cantik, memiliki sosok yang membuat lawan jenisnya ingin mendapatkannya, namun hatinya telah jatuh kepada Rudi yang merupakan pria yang gigih mendapatkannya, hingga ia mau di pertunangkan dengan nya.Rudi adalah seorang pria yang telah memiliki kehidupan yang mapan pada sebuah BUMN di kota itu, selain itu ia anak dari sahabat ayah Shinta. Selama mereka pacaran hanya diisi dengan makan malam dan kadang nonton. Mereka berdua tidak pernah melakukan hal yang bertentanggan dengan adat dan agama, sebab masing-masing menyadari suatu saat akan mendapatkannya juga nantinya. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan Shinta dengan diantar ayahnya dan Rudi didesa itu. Perjalanan dari kotanya memakan waktu selama 1 mhari perjalanan ditambah jalan yang amat rusak dan setapak. Didesa itu Shinta di sambut oleh perangkat desa itu dan kepala dusun. Dengan sedikit acara, barulah Shinta resmi bertugas. Lalu ayahnya dan Rudi pulang ke kota besoknya setelah mewantiwanti Shinta untuk berhati-hati.
Hari pertama ia bertugas Shinta dibantu oleh kader kesehatan yang bertugas penunjuk jalan. Shinta menempati salah satu rumah milik kepala dusun yang bernama pak Tanba. Pak Tanba amat disegani dan ia termasuk orang kaya didesa itu. Umurnya sekitar 67 tahun dan memiliki 3 orang istri. Pak inipun sering meminjamkan sepeda motornya kepada Shinta untuk tugas-tugasnya, kadang-kadang ia sendiri yang memboncengkan Shinta saat Shinta ingin ke desa sebelah. Bagi Shinta keberadaan Pak Tanba ini amat membantunya di saat ia hampir putus asa melihat lingkungan desa yang hanya terdiri dari hutan dan jalan yang hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor. Karena sering diantar kedesa desa lainnya, seringkali tanpa disadari oleh Shinta telah membuat paka Tanba menaruh rasa ingin memiliki dari diri paka Taba, apalagi jika dalam berboncengan seringkali dada Shinta yang montok itu bersentuhan dengan punggung paka Tanba. Sebagai laki-laki normal iapun merasakan ingin yang lebih jauh lagi. Shinta merasa ia tak bisa bertugas jika tanpa dibantu pak Tanba. Suatu hari saat pulang dari desa tetangga, mereka kehujanan dan hari saat itu hujan turun dengan derasnya.Lalu dengan buru-buru pak Tanba mempercepat ke ndaraannya , secara otomatis Shinta memegang pinggang pak Taba dengan erat dan dalam suasana itu pak Tanba dapat merasakan kehangatan dan sentuhan dada Shinta dengan nyata. Lalu mereka sampai di kediaman Shinta yang
merupakan juga rumah milik pak Tanba. Sesampai didalam rumah, Shinta masuk kekamar dan mengganti pakaiannya dengan kimono handuk, sedang pak tanba ia pinjami handuk untuk ganti pakainan yang basah itu. Saat Shinta berganti pakaian tadi pak Tanba mengintipnya dari celah pintu kamar itu. Jakunnya naik turun karena melihat kehalusan dan kemulusan kulit tubuh Shinta seluruhnya. Dengan langkah pasti ia duduk di ruang tengah rumah itu karena diluar hari hujan. "Wah, hujannya deras sekali pak." kata Shinta, "Bagaimana jika nginap disini saja pak." "Ooooo.. terima kasih bu. Kalau hujan reda saya akan pulang..." terang pak Tanba. "Baiklah pak..." jawab Shinta. Lalu Shinta kedapur dan membuatkan kopi untuk pak Tanba. "Pak, ini kopinya ..". "Wah kopi... bisa begadang saya m alam ini buk." "O.. ya.. pak .. apa perlu saya ganti dengan teh hanagat?" jawab Shinta. "Ohh... nggak usah buk.. ini juga nggak apa." timpal pak Taba, sambil memandang kearah Shinta.
Hingga saat itu hujan belum reda dan paka Tanba terpaksa nginap di rumah i tu. Shinta terus menemani paka Tanba ngobrol tentang pekerjaan hingga rencana ia akan menikah. Pak Tanba mendengarnya dengan penuh perhatian dan sesekali mencuri pandang dada Shinta. Shinta tak enak hati jika ia meninggalkan pak Tanba sendirian malam itu karena pak Taba telah banyak mem bantunya. Sedang matanya mulai ngantuk. Sedang hiburan di rumah itu tidak ada karena tidak adanya jaringan tele visi. Melihat Shinta yang mulai ngantuk itu lalu pak Tanba me nyuruh Shinta tidur duluan. "Bu, tidur aja dulu biar saya diluar sini." "Wah saya nggak enak ni pak masa pak Tanba saya tinggal." Shinta memaksakan dirinya untuk terus ngobrol hingga jam menunjukan pukul 9 00 wib yang kalau didesa itu telah larut ditambah hujan deras. Dari tadi pak tanba terus memperhatikan Shinta karena suasana malam i tu membuatnya ingin mengambil kesempatan terhadap Shinta dengan tidak menampakkan keinginannya. Padahal saat itu tanpa di sadari Shinta pak Tanba telah duduk disamping Shinta. "Bu... Shinta.., dingin ya buk.." kata pak Tanba. "Ya pak...," sahut Shinta.. dengan pasti pak Tanba, meraih tangan Shinta... "Ini buk, saya pegang tangan ibu ya.., biar dinginnya hilang...." bisik Pak Tanba. Shintapun membiarkan pak Tanba meraih tangannya, memang ada hawa hangat yang ia rasakan. Lalu pak Tanba melingkarkan tangannya di bahu Shinta dan mengelus balik te linga Shinta, padahal itulah daerah sensitif Shinta. Kepala Shinta lalu rebah di bahu pak Tanba dan seperti sepasang kekasih pak Tanba terus meransang daerah peka di tengkuk dan bahu Shinta. Shintapun meresapi usapan dan elusan lembut l aki-laki yang seusia dengan ayahnya itu, matanya hanya
merem melek. Mungkin karena suasana dan cuaca yang dingin membuat Shinta membiarkan tindakan Tanba itu. Pak Tanba lalu berdiri, dan menarik tangan Shinta hingga berdiri. Shinta menurut, lalu ia tuntun kekamar yang dan menyilahkan Shinta berbaring. "Bu, tampaknya ibu capai." kata pak Taba. "Ya pak.." kata Shinta. Pak Tanba keluar kamar dan mengunci pintu rumah itu dan memeriksa jendela, lalu ia masuk kekamar Shinta kembali sambil menguncinya dari dalam. Ia sudah tidak sabar ingin menggauli Shinta yang telah menjadi obsesinya selama ini malam itu. Pak Tanba berjalan kearah Shinta, yang saat itu duduk ditepian ranjang. "Pak.. koq di kunci?" tanya Shinta. "Biasalah bu, jika malam hujan begini kan biar hawa dingin nggak masuk..." timpal pak Taba. "Bagaimana bu apa masih Dingin?" tanyanya. "Iya pak..." angguk Shinta. "Baiklah buk bagaimana jika saya pijitin kepala ibu itu biar segar." kata pak Tanba "Silahkan pak..." jawab Shinta. Lalu Shinta duduk membelakangi pak Tanba dan pak Tanbapun naik ke ranjang itu dengan memijit kepala dan tengkuk Shinta. Padahal yang dilakukannya adalah meransang Shinta kembali untuk bisa mengusainya. Sebagai laki-laki berpengalaman tidaklah susah bagi Pak Taba untuk menaklukkan Shinta, yang ia tahu belum begitu tau tentang dunia sex dan laki-laki. Dengan gerakan lembut dan pasti usapan tangannya mulai dari tengkuk hingga balik telinga Shinta. Shinta ... menutup matanya menikmati setiap gerakan tangan pak Tanba. Dari dekat pak Tanba dapat merasakan dan menikmati kehalusan kulit Shinta. Beberapa saat lamanya pijitan Tanba itu telah turun ke punggung dan diluar kesadaran Shinta kimononya telah turun dari bahunya dan yang tinggal hanya Bh yang menutup payudaranya. Bh itupun dengan kelincahan tangan pak Tanba jatuh dan sempat dilihat pak taba bernomor 34b. Masih dari belakang gerakan tangan pak taba lalu meremas payudara Shinta. Shinta sadar dan menahan gerakan tangan Pak Tanba.. "Sudah pak..., jangan lagi pak..." sambil memakai kimononya kembali sedang bhnya telah terjatuh. Pak tanba kaget dan ia memandang mata Shinta, ada nafsu tertahan, namun ia harus mulai memasang strategi agar Shinta, kembali bisa ia kuasai. "Maaf bu.., kalau tadi saya lancang." kata pak Tanba. Shinta diam saja. Sedang saat itu pak Tanba hanya selangkah lagi bisa mengusai Shinta. Lalu pak Taba berjalan keluar dan ia tinggalkan Shinta. Kemudian ia balik lagi kekamar itu, dan duduk disamping Shinta, pakaian Shinta saat itu acak-acakan. "Bu..., apa ibu marah?" tanaynya.
"Tidak pak tapi sayalah yang salah. Padahal selama saya pacaran dan tunangan belum pernah seperti ini." terang Shinta. Pak Tanba manggut-manggut mendengar perkataan Shinta. Cuaca malam itu tetap hujan deras dan dingin udara terus menusuk tulang, pak Tanba mengerti jika Shinta khawatir sebab ia masih perawan, namun tekadnya sudah bulat bahwa malam itu Shinta harus bisa ia gauli. Dalam kebiusan sikap Shinta saat itu, pak Tanba kembali meraih tangan Shinta dan menciumnya, Shinta diam membisu, lalu pak tanba memeluk Shinta dan tidak ada penolakan dari Shinta, Rupanya Shinta saat tadi telah bangkit birahinya namun karena ingat akan statusnya maka ia menolak pak Tanba. Dijari Shinta memang melingkar cincin tunangan dan pak Tanba tidak memperdulikannya. Dengan kelihaiannya, kembali Shinta larut dalam pelukan dan alunan nafsu yang di pancarkan laki-laki desa itu. Sekali sentak maka terbukalah kimono Shinta, hingga terbuka seluruh kulit tubuhnya yang mulus itu, tanpa bisa ditolak Shinta.Dengan penuh naf su pak Tanba memilin dan membelai dada putih itu hingga memerah dan dengan mulutnya ia gigit putingnya. Keringat telah membasahi tubuh Shinta dan membuatnya pasrah kepada pak Tanba. Sebelah tangan Tanba turun dan merongoh cd Shinta dan memasuki lobang itu yang telah basah. Lalu ia buka dan tubuh Shinta ia baringkan. Ia amat bernafsu sekali melihat belahan vagina Shinta yang tertutup oleh sedikit bulu halus. Pak Tanbapun lalu membuka baju dan cdnya, hingga mereka sama-sama bugil diatas ranjang itu. Penis Tanba amat panjang dan besar. Shinta saat itu tidak tahu apa-apa lagi. Pak Tanbapun lalu membuka kedua kaki Shinta dan mengarahkan penisnya kebelahan vagina Shinta. Beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati ia angkat kedua kaki Shinta yang panjang itu kebahunya, dan barulah ia bisa memasukan kepala penisnya. "Aduhhhhhh pak.. aughhhhghhhhh... ghhh... sakit pak..." jerit Shinta. P ak Tanba lalu menarik penisnya kembali. Lalu dengan mulutnya ia beri air ludah ke pinggiran lobang vagina itu biar lancar. Kemudian ia ulangi memasukan penisnya. Dengan hati2 ia dorong masuk dan kepala penis masuk... "Auuuuuggggkkkk..." jerit Shinta. "Sebentar bu..." kata Pak Tanba. "Nanti juga hilang sakitnya buk..." terangnya lagi. Sekali hentak maka seluruh penisnya masuk dan ia maju mundurkan. Padahal saat itu Shinta merasa dilolosi tulangnya. ia gigit bibir bawahnya me nahan rasa nyilu dan sakit saat penetrasi tadi.Pak Tanba telah berhasil merobek selaput dara Shinta, hingga kelihatan tetesan darah di paha mulus Shinta saat itu
dan membasahi sprey yang kusut. Tangan pak Tanbapun terus memilin payudara Shinta dan kembali menahan pinggul Shinta. Lebih kurang 20 menit ia maju mundurkan penisnya kedalam vagina Shinta sedang Shinta telah 2 kali orgasme, barulah ia muntahkan spermanya didalam rahim Shinta. lalu ia tetap diam diatas tubuh Shinta. Terlihat ketika itu, tubuh putih mulus Shinta berada dibawah tubuh pak Tanba yang masih membelai dada dan menjilat bibir dan lidah Shinta. Kedua tubuh manusia itu penuh keringat. Di sudut mata Shinta ada air mata karena keperawanannya telah hilang bukan karena tunangannya tapi oleh laki-laki tua itu. Ia
tidak punya pilihan lain karena telah terlanjur di setubuhi Pak tanba. Hingga menjelang pagi pak Tanba
kembali mengulang permainan sex itu dengan Shinta, hingga Shinta mer asakan kenikmatan dan mengetahui rahasia dalam permaianan dewasa. Rudi tidak ia inagt lagi dan saat itu ia terbelenggu oleh gairah dan nafsu yang di berikan pak tanba. Sejak saat itu, hub kedua insan yang berbeda umur sang at jauh itu terus berlangsung di rumah itu , kadang-kadang di gubuk milik pak Tanba di tengah hutan daerah itu. Shinta merasa heran karena lakilaki seumur pak Tanba masih memiliki stamina yang prima dalam berhubungan. Tidak heran jika pak Tanba memiliki 3 orang istri dan memiliki 3 orang anak yang telah dewasa. Tanbapun bermaksud untuk menjadikan Shinta istrinya yang ke 4 karena ia amat bangga bisa memerawani seorang Dokter dari kota dan cantik. Untuk itulah ia terus berusaha menyetubuhi Shinta hingga bisa hamil oleh bibitnya. Shintapun sulit mel epaskan diri dari pak Tanba. Ia sedang berpikir untuk membatalkan pertunangan dengan Rudi, karena bagaimanapun ia sudah tidak perawan lagi.
Jumat, 08 Mei 2009
Bercinta dengan istri Bos Kisah seorang pemuda yang bekerja pada sebuah keluarga. cerita seks dengan istri bos nya sendiri membuat dia menjadi penikmat seks yang sangat beruntung, selain sintri bos yang cantik, hasrat yang dulu ia pendam akhirnya tersalurkan. Sebut saja namaku HAR (nama samaran), aku sudah menikah dengan 3 orang anak dan umurku masih 34 tahun. Isteriku cantik putih dan baik sekali bahkan saking baiknya dia mau menerima aku apa adanya, walaupun gajiku pas-pasan tapi dia tetap m encintaiku. Wajahku tidaklah ganteng atau macho akan tetapi biasa-biasa saja dan aku bukan pemuda yang tinggi, tinggiku hanya 160 cm dengan berat sekitar 55 kg. Tapi walaupun demikian aku termasuk orang yang beruntung karena beberapa kali aku memiliki selingkuhan yang cantik-cantik, jadi pengalamanku cukup banyak. Semua wanita yang menjadi pacar gelapku senang bermain seks denganku karena aku dapat memuaskan mereka, karena aku bisa memberikan kepuasan kepada mereka beberapa kali, bahkan sampai 8 kali orgasme ketika aku berpacaran dengan gadis bule.
Pengalamanku kali ini terjadi ketika tahun 2002 saat aku pergi ke Yogyakarta untuk urusan bisnis. Kebetulan aku bekerja di sebuah perusahaan ekspedisi penelitian dan ekowisata maka aku berangkat ke kota Yogya dalam acara pameran ekowisata. Saat itu aku pergi sendirian dengan menggunakan kereta executive. Pertama kalinya aku pergi ke Yogya sendirian jadi aku tidak begitu hapal kota yogya tapi dengan modal nekat dan keberanian akupun memberanikan diri seolah-olah aku sering datang ke kota tersebut. Tadinya aku akan pergi dengan isteri bos ku yang kebetulan sering pergi ke Yogya. Karena masih ada urusan di Jakarta maka isteri bosku tidak jadi menemaniku. Isteri
bosku (bernama Mbak Wati) wajahnya cukup menarik dengan kulit yang coklat dan hitam manis
dan badannya yang sintal walaupun usianya sudah menginjak 40 tahun tapi masih kelihatan sintal dan berisi, maklumlah sering aerobik dan olah raga. Pada waktu aku di Yogya Mbak Wati sering meneleponku hampir setiap hari bahkan sehari bisa lebih dari 2, pada mulanya aku sendiri tidak tahu mengapa dia sering telpon aku. Saat itu, aku tingga l di sebuh hotel yang lumayan bagus, bersih dan murah di dekat jalan Malioboro. Karena aku sendirian di kota itu aku seringkali kesepian dan aku selalu ingat anak dan isteriku. Akan tetapi itu semua hilang ketika Mbak Wati meneleponku dan aku selalu menggodanya bahwa aku kesepian dan horny di kota ini karena aku sering dengar erangan kenikmatan dari sebelah kamarku, dia hanya tertawa saja. Bahkan dia menggodaku untuk mencari wanita Yogya saja buat menemaniku. Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa bosku menyuruh Mbak Wati untuk menemaniku di Yogya, aku berfikir wah ini kesempatan yang baik buatku untuk menggodanya, memang keberuntungan masih berpihak pada diriku. Akhirnya dia bilang bahwa dia akan menyusul dengan menggunakan kereta dan minta di bookingkan satu kamar untuknya. Aku bilang pada hari itu mungkin kamar akan penuh. Dia sedikit kecewa lalu dia bilang, "Terus gimana dong, ..aku gak mau tinggal di hotel yang jauh dari kamu, ..ngomong-ngomong Har kamar kamu ada 2 bed apa satu?" "Kamarku Cuma satu bed tapi di bawah ranjang ada satu bed lagi jadi mungkin aku bisa pake, emang Mbak mau sekamar denganku?" aku menggodanya. "Boleh kalo nggak ada kamar lagi" aku setengah tidak percaya akan ucapannya. Aku berfikir inilah kesempatanya aku bisa mendekati dia dan menggodanya. "Tapi Mbak aku suka tidur telanjang paling Cuma pake celana dalam doang dan selimut, apa Mbak gak apa-apa?.. Aku sedikit meyakinkan dia akan ke biasaanku. "Nggak apa-apa siapa takut.. masalahnya aku jug a kadang-kadang begitu juga". Aku semakin senang mendengarnya. Lalu aku menawarkan untuk tinggal sekamar denganku bila tidak ada kamar kosong dan dia setuju. Ketika pada hari H nya, aku jemput dia di stasiun dan setelah bertemu aku ajak ke hotel tempat aku menginap, otak ngeresku mulai jalan dan aku mulai berfikir bagaimana caranya agar dia mau sekamar denganku lalu dengan akal bulusku aku berbohong bahwa kamar hotel penuh semua. Lalu aku langsung ajak Mbak Wati ke kamarku dan aku tidak menyangka ternyata dia mau sekamar denganku. Karena sebelumnya aku pikir dia hanya bercanda. Ketika malam tiba, aku sengaja mengambil satu tempat tidur lagi, untuk menjaga agar dia tidak mempunyai fikiran yang jelek tentang diriku, karena aku masih takut kalau Mbak Mbak Wati akan marah
dan tersinggung bila aku seranjang dengannya karena biasanya itu akan dianggap tidak sopan dan senonoh serta murahan dan perempuan akan marah sekali bila dianggap seperti itu. Sebelum tidur kami mengobrol tentang macam-macam dan pada akhirnya bicara tentang seks. Saking seriusnya bicara tentang seks, aku memberanikan diri memancing reaksinya. "Mbak kalo ngomongin seks kayak gini, cewekku dulu seringkali udah basah duluan". Lalu dia menjawab, "Ah itu sih biasa, aku aja suka basah". Tak lama kemudian suasana berubah karena dia merasa perutnya agak sakit karena kembung. Aku mulai kasihan lalu aku menawarkan diri, "Biar aku refleksi dan pijit deh". Lalu aku pijit kaki dan betisnya. Pada mulanya dia kesakitan dengan pijitanku tersebut. Otak kotorku mulai datang dan aku coba untuk memijit pahanya dan dia meringis kesakitan. Lama aku memijit pahanya dan makin lama kau kendurkan pijitanku tetapi dia masih mengerang bahkan ketika aku eluselus dia masih mengerang. Dengan segenap keberanianku aku coba mengelus hingga ke pangkal pahanya dan dia mengerang semakin menjadi, tentu saja penisku langsung berdiri apalagi ketika aku pijit dan elus bagian pahanya dia membuka pahanya lebar-lebar. Lalu aku singkapkan rok tidurnya dan aku elus di pangkal paha kemudian aku beranikan diri mengelus vaginanya, ternyata Mbak wati diam saja dan mengerang, tanpa pikir panjang aku masukkan jari-jemariku ke balik celana dalamnya dan memainkan klitoris dan lubang vaginanya dengan jariku. Ternyata vaginanya sudah basah sekali, lalu aku tarik celana dalamnya dan aku mulai menciumi pahanya hingga sampailah pada g undukan vaginanya yang sangat merangsang. Aku hisap dan jilat vaginanya yang harum, Mbak wati semakin mengerang kenikmatan. "Oh.. oohh.. mmhh.. ohhmm.. sayangg.. ohmm" jilatanku semakin liar dan sem akin terasa kakinya mulai mengejang..aku semakin mempercepat tempo jilatan mautku dan dia mengerang semakin keras. "Oohh.. ehheehmm.. ohh.. aauuaa.. hhmm" ternyata dia telah mencapai orgasme yang pertama. Kemudian aku lepaskan celana dalamku karena kebetulan aku selalu tidur hanya memakai celana dalam dan saat itu aku hanya memakai kain sarung. Dengan penis yang masih menegang aku beralih posisi di atasnya dan menciumi bibir dan kedua susunya dengan jemari tanganku memainkah pentilnya. Karena tidak sabar lalu aku masukkan penisku yang sudah tegang. Sewaktu penisku masuk ke lubang kenikmatan tersebut terdengar erangan keenakan Mbak Wati. Vagina Mbak Wati serasa sempit karena tulang panggulnya yang seakan-akan mempersempit lubang kemaluannya. Akan tetapi aku merasaka kenikmatan yang luar biasa di penisku dengan lubangnya yang sempit itu. Aku keluar masukkan penisku dan Mbak Wati membuka lebar-lebar kakinya sambil menopang satu kaki ke dinding kamar. Aku semakin merasakan sensasi yang luar biasa ketika penisku keluar masuk, karena dinding lubang vagina dan tulang panggulnya yang menggesek-gesek batang kemaluanku begitu terasa sekali. Mbak Wati masih terus mengerang ketika aku menekan penisku di vaginanya dalam-dalam. Walaupun penisku tidak besar sekali tapi berukuran normal akan tetapi sensasi yang aku berikan ketika aku mengocok penisku di dalam vaginanya membuat Mbak wati mengerang, menjerit keenakan sambil matanya merem melek. Setelah hampir satu jam sejak pemanasan Mbak Wati kelihatan tegang kemudian di merapatkan kedua kakinya dan aku mengangkangkan kakiku sehingga lubang vaginanya
semakin sempit. Dengan gaya seperti itu aku masih tetap terus mengocok vaginanya dan Mbak wati semakin mengerang keras. Akhirnya dia bilang, "Ohh sayang aku m au keluaarr.. ohh enakk".. Akhirnya Mbak Wati tidak bisa menahan gejolak yang ada dalam dirinya, maka jebollah pertahanannya dengan jeritan yang membuatku semakin bergairah. Aku masih mengocok penisku karena sampai saat itu aku masih bertahan dan aku ingin memberikan kenikmatan yang dasyat untuknya sehingga dia tidak bisa lupa dan terus ketagihan. Aku semakin mempercepat kocokanku, semakin cepat aku mengocok jeritan keenakan Mbak Wati semakin kencang dan tak tertahankan. Aku merasakan sensasi yang tiada taranya, sehingga aku merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari batang kemaluanku dan akupun mempercepat i rama kocokanku. Badanku semakin menegang dan Mbak Wati semakin mengerang. "Ohh.. Mbak aku mau keluar.. Mbak udah mau lagi nggak?.. aku dah nggak tahan nih" "Ohh sayang aku juga mau keluar.. ohh.. oohh kita bareng sayaangg.. oohh aku keluaarr" "Aku juga Mbak, ..oohh Mbak eeaannakk?" Dan bobollah pertahananku dan pertahanannya. ., Crot..crot.. crot.. "Oohh.. enaak.." akhirnya kami orgasme bersama-sama. "Oh, kamu hebat sayang.. sampai aku orgasme tiga kali, padahal aku jarang banget loh orgasme walaupun sama suamiku. Malah aku keseringannya nggak bisa orgasme". Dengan peluh yang mengucur banyak sekali aku tidak segera mencabut penisku dari vaginanya, aku biarkan penisku merasakan sensasi vagina Mbak wati yang begitu nikmat. Akhirnya kamipun tertidur dengan tubuh masih telanjang. Malam itu kami lakukan lagi sampai 4 kali. Pada keesokan harinya kami lakukan lagi hingga siang hari sampai 3 kali. Begitu pula pada malam harinya hingga pagi kami lakukan lagi 3 kali. Setiap hari kami lakukan terus dan sampai kembali ke Jakarta kami masih tetap melakukannya di dalam kereta walaupun hanya sebatas permainan jari-jariku di kemaluannya dan dia mengocok penisku dengan ditutup selimut. Sesampainya di Jakarta kami masih sering melakukannya terkadang di rumahnya ketika boss dan orangorang pergi atau di kantor saat semua orang sedang keluar. Mbak Wati termasuk wanita yang kuat sekali seperti kuda liar karena untuk membuatnya orgasme memerlukan waktu yang lama dan perlu laki-laki yang betul-betul kuat dan pandai mem berikan sensasi hebat, sehingga suaminyapun tidak dapat mengimbanginya, tapi dengan aku Mbak Wati tidak bisa berbuat apa-apa karena setiap kali bersetubuh aku selalu memberikannya kepuasan. Akan tetapi sekarang kami tidak lagi, karena dia memiliki selingkuhan yang lainnya lagi. Sekarang aku kesepian lagi apalagi aku jarang sekali berhubungan dengan isteriku karena terkadang aku kasihan dia sering kecapaian. Teman-temanku bilang bahwa aku memang jantan karena bisa memuaskan perempuan. Bahkan mereka yang merasa jantan di ranjang tidak dapat mengimbangi permainanku hingga bisa memuaskan perempuan berkali-kali. Sampai wanita bulepun kewalahan karena mereka jarang sekali mendapatkan
kepuasan dengan laki-laki bule walaupun mereka memiliki penis yang besar, tapi itu bukan jaminan dan cewek-cewek bule mengakuinya ketika tahu bahwa aku bisa memuaskan mereka beberapa kali. Label: tante girang Diposkan oleh ALFA MITRA ENTERPRISE di 09:39
0 komentar: Poskan Komentar
Jumat, 08 Mei 2009 Pengalaman
Seks Pertama Tante Nila
Hai.. aku nila.. Berikut ini adalah kisah pertama ku ngeseks, alias kehilangan keperawanan. dan anehnya, keperawananku ku berikan bukan pada pacarku, tapi pada orang yang mungkin bisa di katakan sahabat. Silahkan menyimak ya.... Aku sudah dua bulan putus dengan pacarku, selama itu pulalah aku tidak dijamah pria. Malam mimggu ini aku sendiri lagi. Kuputuskan untuk main ke sekretariat Mapala di kampusku yang biasanya ada yang menunggu 24 jam. Aku bukan anggota, tapi kenal beberapa orang. Disana sepi, hanya ada Mas Putra yang tengah asyik nonton TV. Setelah saling menyapa, kami menonton sambil mengobrol.
Kok nggak ngapelin Mbak Rosa, Mas..? tanyaku. Nggak, lagi boring ketemu dia terus. Lo kok..? Kan pacar..? Iya sih, tapi lagi pengen ganti suasana aja. Dia nggak marah nih, nggak ngapel..? Nggak, kita lagi berantem kok! Napa..? Rahasia dong. Paling urusan sex. kataku asal tebak. Lo, kok tau..? tanyanya heran. Tau dong.., jawabku, padahal aku hanya iseng saja asal tebak. Jangan heran, kalau mengobrol soal sex dengan anak-anak Mapala ini sudah biasa, pada bocor dan kocak semua. Emang napa sih, dia nggak bisa muasin yah..? tanyaku sambil tertawa ter bahak-bahak. Mas Putra melotot. Nggak juga, dia malah nggak bisa ngapa-ngapain, kalo dicium diem aja, kalo udah mo ngebuka bajunya, dia langsung berontak. kulihat sorot mata kesal. O, gitu..
Lagian, payudaranya kecil banget..! katanya. Aku tertawa lagi. Impas kan, punya Mas juga kecil, Enak aja, mau liat..?! tantangnya. Aku tertawa, walaupun ingin juga. Sebenarnya aku naksir tubuhnya saja, atletis, kulit coklat, dada bidang. Dia paling suka panjat tebing, dan aku sudah pernah melihat dia mandi di pantai. Cool. Boleh.., tantangku balik. Oke, tapi kamu juga tunjukin payudara kamu, gimana..? Kan impas. Aku terdiam sejenak. Tapi aku berpikir, why not, tidak ada rug inya. Oke, jawabku, Mas duluan ok..! Dia menatapku tajam sambil berlutut, membuka reslueting celana jeans-nya pelan hingga terlihat CD yang membalut penisnya yang sudah menegang. Sekarang kamu..! perintahnya. Lo kok..? kataku bingung. Satu persatu, biar fair.., Oke. Aku membuka sweater cardiganku yang melapisi tank top yang kupakai. Tanpa kata-kata dia menurunkan jeans-nya sebatas lutut. Aku membalas dengan menaikkan tank top-ku sebatas leher hingga memperlihatkan payudaraku yang dibalut bra. Mas Putra tidak langsung membuka C D-nya, tapi malah mengelus-elus penisnya yang menegang. Aku benar-benar terangsang dan membalas mengeluselus payudaraku. Pelan dia menurunkan CD-nya, memperlihatkan kepala penisnya yang coklat, kemudian batangnya yang lumayan besar untuk ukuran orang Indonesia. Aku tidak kuasa menahan dengusan nafasku, begitu juga dengan Mas Putra. Aku menaikkan bra-ku pelan yang memperlihatkan payudaraku berputing merah dan kenyal. Sejenak kami berpandangan, masing-masing tangan memegang payudara dan penis. Tanpa dikomando, Mas Putra perlahan mendekat, aku diam saja. Kepalanya dicondongkan ke arah payudaraku. Tangannya memegang bahuku pelan. Kemudian dia mengecup payudaraku pelan, mengulum. Aku m enggelinjang pelan. Tanganku meremas kepalanya. Tangan dan bibirnya makin binal, mengecup dan mengulum payudaraku, meremas sebelahnya. Mendadak aku sadar kalau ini di sekretariat, banyak orang bisa berdatangan kapan saja. Aku melepaskan cumbuannya, dia memandangku. Jangan disini..! bisikku. Dia mengerti. Kamu naik ke lantai 5 perpustakaan, nanti aku menyusul.. perintahnya. Aku membenahi baju dan beranjak menuju perpustakaan yang tidak jauh dari situ. Di atas aku menunggu 5 menit sampai Mas Putra menyusul dengan membawa sleeping bag 3 buah. Hmm, mungkin biar empuk, pikirku. Dia langsung menggelar sleeping bag jadi tumpuk 3. Aku tetap berdiri sampai dia mendekat. Kami berangkulan pelan. Saling mengulum bibir. Tangan saling menggerayangi. Kutatap matanya tajam sambil tanganku membuka kancing kemejanya satu persatu.
Kuelus dadanya yang bidang sambil membuka kemeja lepas dari tubuhnya. Kuciumi dadanya, putingnya kukulum pelan, dia menggelinjang, mendesah. Kuciumi leher dan beralih ke bibirnya. Kemudian gantian dia yang menarik tank top-ku lepas dari tubuhku, dielusnya payudaraku yang dibalut bra sebelum meraih pengaitnya di belakang. Begitu terlepas, dia langsung mencumbu payudaraku, tangannya yang satu meremas payudaraku yang sebelah, yang satu lagi merogoh celana jeans yang kupakai, membuka kancing dan reslueting, kemudian mengelus-elus vaginaku yang dibalut CD. Aku mendesah pelan. Cumbuannya makin turun, tangannya kemudian membuka jeans-ku, aku membantu dengan menaikkan kaki. Sambil berdiri, dia mencoba membuka celananya sendiri, aku langsung beranjak mundur dan memandang Mas Putra membuka jeans-nya. Mata kami saling bertatapan. Aku melihat dia membuka jeans-nya, menunduk, dan waktu berdiri aku benar-benar kagum dengan kejantanan tubuhnya yang macho. Kami saling berangkulan lagi. Kali ini dia mengangkat tubuhku sambil me nciumi bibirku. Aku memeluk bahunya. Direbahkannya tubuhku di sleeping bag y ang digelar. Kemudian dia merangkulku pelan, saling berpagutan. Dia mencumbu leherku, terus turun ke payudara, meninggalkan cupangan disana. Tangannya aktif di vaginaku, kali ini tidak lagi di luar CD tapi sudah berada di dalam. Aku benar-benar menikmati elusannya. Klirotisku dimainkan dengan lembut, payudaraku dikulum pelan. Ak hirnya dia menarik CD-ku, aku membantu dengan mengangkat pantat. Pelan dia memainkan lidahnya di vaginaku, menjilat, mengulum, aku mendesah tidak karuan. Dia memelukku dan menarik tubuhku. Kami duduk berhadapan, kaki saling menyilang, saling memeluk, mengulum bibir, meremas payudara. Aku meraih penisnya dan mengelus-elus pelan, sambil dia mencumbu leher dan bibirku. Kutidurkan badannya, dan aku di atas. Kubuka CD-nya sedikit hingga penisnya kelihatan, aku mengarahkan vaginaku dan me nggesek-gesekkannya disana, tanpa penetrasi, payudaraku diraihnya dan diremas-remas. Aku duduk di atas pahanya, mengarahkan vaginaku di penisnya, kuraih penisnya dan menggosokgosokkan kepalanya di vaginaku, mem ainkan klirotisku dengan penisnya. Aku takut untuk penetrasi karena masih perawan. Dengan begini saja aku sudah menikmati. Kupeluk tubuhnya dan terus menggesekkan vaginaku di penisnya. Kuciumi leher terus turun ke dada, pantatku terus bergoyang, sampai aku merasa tubuhku menegang dan akan mencapai klimaks. Mas Putra meraih payudaraku dan mendekapku sambil membalas goyanganku, aku menjerit tertahan waktu klimaks. Kupeluk Mas Putra dengan tubuh berkeringat dan lemas. Dia bangun dan mendekapku sambil merebahkan tubuhku lagi. Pelan dia membuka CD-nya, kulihat penisya coklat menegang hebat. Dia memelukku pelan sambil mencumbu dan meremas. Tapi aku mencoba bangun dan menolak cumbuan MAs Putra. Dia mengalah, aku segera memunguti pakaianku dan memakainya segera. Aku memang egois. Tanpa basa basi aku langsung turun dan pulang ke kost. Besoknya dia mengajakku jalan, kami pergi naik motor. Tanpa tujuan yang jelas, habis makan di KFC, Mas Putra mengarahkan motornya keluar kota, ke arah jalan Kaliurang, masuk ke daerah pakem yang
lumayan jauh dari Yogya, aku baru kali ini ke daerah ini. Daerah ini lumayan dingin karena daerah dataran tinggi lereng merapi. Aku tidak membawa jaket. Karena kedinginan, aku memeluk Mas Putra agar mendapatkan kehangatan. Kurasakan payudaraku menempel di punggungnya. Magrib kami sampai di kawasan wisata Mbebeng. Indah sekali dapat melihat siluet merapi dari sini, walaupun dingin menggigit. Sepi.., hanya ada kami berdua di bibir jurang. Tanpa segan aku memeluk Mas Putra untuk mencari kehangatan. Dia membalas merangkulku. Kemudian kami naik agak ke atas, tempat panggung yang sudah rusak karena tidak terawat sambil berangkulan. Pelan-pelan Mas Putra mulai mencium ubun-ubunku. Aku mendongak, dia langsung me nyambar bibirku. Hari sudah gelap, sehingga aman melakukannya di alam terbuka begini. Kami berciuman dengan panas, tangannya berkeliaran di payudaraku. Tanganku memeluk punggungnya. Begitu tiba di belakang panggung, Mas Putra memepetkan tubuhku di dinding dan mencumbuku habis-habisan, sepertinya dia ingin membalas perlakuanku kemarin. Baju kaosku direnggut dari kepala, begitu juga dengan bra. Pelan dicumbunya leher, turun ke payudara dan menaikkan rok yang kupakai. Tangannya meraba-raba vaginaku yang mulai basah. Tanpa komando, dia membuka sendiri kemejanya di depanku pelan-pelan, seolah mau merangsangku. Dengan menatap mataku, dia melepas satu persatu kancing kemejanya sambil mengelus sendiri puting susunya. Perlahan tangannya turun ke pusar, terus membuka reslueting jeans pelan, merogoh ke dalam CD tanpa mengeluarkan penis. Jujur, aku benar-benar terangsang. Tapi aku masih ingin menikmati permainannya. Pelan dia menurunkan jeans-nya, tinggal CD yang menempel dengan siluet penis menyamping. Perlahan dia mendekat dan mencumbuku lagi, kali ini santai tidak menggebu-gebu lagi seperti tadi. Aku menikmati setiap sentuhan, dan aku mengerang tanpa malu-malu. CD-ku dilepaskannya dengan mulut tanpa membuka rok yang hanya dinaikkan. Dia membuka CD-nya juga, penisnya tegak menjulang merangsang. Kembali kami saling be rangkulan. Terasa denyutan penisnya di perutku. Perlahan dia menaikkan tubuhku ke atas batu, dan membuat tubuh kami sejajar. Terasa penisnya kini menempel di vaginaku sekarang. Hangat. Kali ini aku pasrah kalau dia mau penetrasi. Penisnya hanya digesekgesekkan di vaginaku sambil mengulum bibirku. Kemudian dia meraba vaginaku yang sudah basah. Ditatapnya mataku sambil memegang bahu. Kami saling bertatapan lama. Perlahan tangannya mengarahkan penis ke vagianku. Aku memeluk punggungnya sambil terus bertatapan. Kubantu penisnya mencari lubang vaginaku, dia memeluk bahuku, mencium pelan bibirku, dan begitu merasa sudah pas, dia menekan pelan penisnya ke vaginaku. Pelan kepala penisnya terasa menyeruak masuk, aku meremas punggungnya. Terasa nyeri. Dia menghentikan gerakannya sejenak. Mencumbu bibirku lagi, mengelus punggung dan mencium kupingku. Aku agak tenang, kemudian pelan dia kembali menekan penisnya lebih dalam, aku menggigit bibir, dia menatapku waktu memasukkan lagi penisnya pelan-pelan. Aku mendongak dan menjerit tertahan. Dia berhenti setelah semua penisnya masuk dan mencumbu leherku yang mendongak, aku