PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
PUSKESMAS NGUNUT DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TULUNG AGUNG TAHUN 2017 1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan pedoman pengendalian dan pencegahan infeksi puskesmas ngunut. Pedoman ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan pedoman ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan pedoman ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki pedoman ini. Akhir kata kami berharap semoga pedoman pengendalian pengendalian dan pencegahan pencegahan infeksi ini dapat memberikan manfaat untuk program ppi di puskesmas ngunut.
Ngunut, September 2017
Pasha Chandra R
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2 DAFTAR ISI................. ISI................................ ............................ .......................... ......................... ......................... ......................... .....................3 .........3 BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN............... ........................... ......................... ......................... .......................... .......................... .......................... ..................5 .....5 BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS....................................................................7 BAB III VISI,MISI,TUJUAN,MOTTO DAN TATA NILAI PUSKESMAS............................8 BAB IV STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS..........................................................9 BAB V STRUKTUR ORGANISASI TIM PROGRAM MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN............... PASIEN............................ ......................... ......................... .......................... .......................... ................................. ................................ ............10 10 BAB VI URAIAN JABATAN......... JABATAN...................... ........................... .......................... ............................... .............................. .......................... ................12 .12 BAB VII TATA HUBUNGAN KERJA................................................................................13 BAB XI KEGIATAN ORIENTASI.....................................................................................33 BAB X 3
PERTEMUAN DAN EVALUASI.........................................................................34 BAB XI PELAPORAN.....................................................................................................35
4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) sangat penting untuk dilaksanakan di puskesmas sebagai tempat fasilitas pelayanan kesehatan, disamping sebagai tolak ukur mutu pelayanan juga untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung dan keluarga serta lingkungan dari resiko tertular penyakit infeksi karena perawatan, bertugas dan berkunjung ke Puskesmas. Puskesmas sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat diharapkan dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar yang sudah ditentukan. Kegiatan PPI di puskesmas memerlukan keterlibatan semua pihak yaitu keterlibatan semua profesional dan unit kerja ( Dokter, Perawat, Ahli Laboratorium, K3, Farmasi, Ahli Gizi, Sanitasi, CSSD dan Loundry, dan bagian Rumah Tangga Puskesmas), sehingga diperlukan wadah untuk pengorganisasiannya berupa komite PPI. Kerjasama organisasi PPI dalam pelaksanaannya harus didukung komitmen tinggi manajerial sehingga menentukan terlaksananya program dan kegiatan dengan baik semuanya itu akan menjamin mutu pelayanan Puskesmas. Infeksi nosokomial merupakan masalah serius bagi semua Puskesmas, dampak yang muncul sangat membebani puskesmas maupun pasien. Adapun faktor yang mempengaruhinya antara lain, Banyaknya pasien yang dirawat sebagai sumber infeksi bagi lingkungan pasien lainnya maupun petugas kontak langsung antara pasien dengan pasien lainnya maupun petugas kontak langsung antara pasien dengan pasien lainnya, kontak langsung antara petugas dengan pasien yang tercemar, penggunaan peralatan medis yang tercemar kuman, kondisi pasien yang lemah. Kegiatan
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
di
puskesmas
harus
dilaksanakan secara menyeluruh dengan baik dan benar disemua sarana kesehatan Puskesmas, dengan prosedur yang baku untuk setiap tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi tersebut, untuk itu perlu adanya suatu pedoman yang digunakan di Puskesmas ngunut Kabupaten Tulungagung. 5
Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi merujuk pada pedoman manajerial dan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi dari Departemen Kesehatan 2009, Infeksi yang berasal dari lingkungan puskesmas dikenal dengan istilah infeksi nosokomial mengingat seringkali tidak secara pasti ditentukan asal infeksi, maka sekarang i stilah infeksi nosokomial diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare – associated infections” (HAis).
Diharapkan dengan adanya Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi ini, seluruh petugas Puskesmas ngunut Kabupaten Tulungagung memiliki sikap dan perilaku yang mendukung standar pencegahan dan pengendalian infeksi.
B. Tujuan Tujuan Umum : Menyiapkan agar Puskesmas ngunut kabupaten Tulungagung dengan sumber daya terbatas dapat menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi, sehingga dapat melindungi tenaga kesehatan dan masyarakat dari penularan penyakit menular ( Emerging Infectious Diseases ) yang mungkin timbul.
Tujuan Khusus : Membuat standar pelaksanaan Pencegahan dan pengendalian infeksi bagi petugas kesehatan di Puskesmas Ngunut Kabupaten Tulungagung meliputi :
1. Konsep dasar penyekit infeksi 2. Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas Ngunut 3. Kesiapan menghadapi pandemi penyakit menular 4. Surveilans Pencegahan dan Pengendalian infeksi
C. Ruang Lingkup Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di ngunut dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada pelayanan terhadap pasien yang menderita penyakit menular melalui udara, kontak droplet atau penyakit menular melalui udara, kontak, droplet atau penyakit infeksi lainnya. 6
BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
1. Profil Organisasi a.
Gambaran Umum Organisasi
Puskesmas Ngunut terletak di Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung terletak pada 111º43′ - 112º07′ Bujur Timur dan 7º51′ - 8º18′ Lintang Selatan,
memiliki luas wilayah 1.839643 km 2. Berbentuk daratan dengan jumlah desa 7, 25 dusun, 63 RW, 216 RT. Adapun batas wilayah Puskesmas Ngunut adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Blitar Sebelah
Barat
berbatasan
dengan
wilayah
kerja
Puskesmas
Sumbergempol Kecamatan Sumbergempol.
Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Balesono Kecamatan Ngunut.
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Rejotangan Kecamatan Rejotangan.
Gambar Peta wilayah kerja UPTD Puskesmas Ngunut
7
BAB III VISI, MISI,TUJUAN, MOTTO DAN TATA NILAI PUSKESMAS
1.
Visi
Visi Puskesmas Ngunut adalah: “Terwujudnya masyarakat diwilayah kerja puskesmas Ngunut Mandiri Untuk hidup sehat”.
2.
Misi
Dalam rangka mewujudkan visi sebagaimana tersebut di atas, Puskesmas Ngunut memiliki 2 (Dua) misi sebagai berikut: 1. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan. 2. Memberdayakan masyarakat dan lingkungannya
3.
Tujuan
Dalam penyelenggaraan pelayanan dan program, Puskesmas Ngunut memiliki budaya kerja sebagai dasar pelaksanaan kinerja. Budaya kerja Puskesmas Ngunut adalah :Bersih, Responsif, Ramah, Informatif ( BERSERI)
4.
Moto Puskesmas
Moto Puskesmas Ngunut adalah selalu ‘PSN’ dalam bekerja “Profesional dalam pelayanan, Santun dalam pelayanan dan Niat tulus dalam
pelayanan ”
5.
Tata Nilai
Tata nilai yang disepakati oleh seluruh karyawan Puskesmas Ngunutadalah: Kami bangga dipercaya menjadi petugas yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, oleh karena itu kami mempunyai tata nilai:
1. CEPAT
: Cepat dalam bertindak 8
2. EFISIEN
: Efisien dalam memanfaatkan sumberdaya dan sumber dana yang ada;
3.RESPONSIF
:Peka dalam menanggapi masalah kesehatan masyarakat
4.DISIPLIN
: Disiplin dalam menjalankan tugas
5.AKUNTABEL
:
Mempertanggungjawabkan
setiap
dilakukan. 6.SOPAN
: Sopan dalam memberikan pelayanan
9
pekerjaan
yang
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS
Puskesmas ngunut dipimpin oleh Kepala Puskesmas dan dibantu oleh Kepala Sub Bagian Umum dan Staf Fungsional. Secara skematis struktur organisasi Puskesmas Ngunut dapat digambarkan sebagai berikut
10
STRUKTUR ORGANISASI UPTD PUSKESMAS NGUNUT TAHUN 2017 PERMENKES 75 / 2016 SK KA. DIN KES 188.4/ 107/ 103/ 2017 Ka. Puskesmas HANIK MUDAYATI,SST,M.Kes
Ka. Subag. TU
KEPEGAWAIAN Apriliani Kurniasari,SKM
Sistem Informasi & Pelaporan Ivan Febri A,Amd.Kep
KEUANGAN
RUMAH TANGGA Sujarwadi
1. Bend.Penerimaan Pembantu Sundari, SE 2. Bend. Pengeluaran Pembantu Hery Nur Faishol 3. Bendahara JKN Kapitasi Yuda Wastu R, Amd.Kep
1. Pengelola Barang Mahfud,S.ST.Ars 2. Pemeliharaan Medis a. dr. Pasha Chandra R b. Tanwirul Huda,Amd.Kep 3. Pemeliharaan Non-Medis a. Susi Mei P,AFM b. Tintin Yuliati,Amd.Rad
UPAYA KESEHATAN PERORANGAN (UKP)
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)
PENANGGUNG JAWAB dr. Nurma Indah Pratiwi PJ. UKM Wajib Widaningsih,Amd.Keb
PJ. UKM Pengembangan Nursofi U,SST,M.Kes
PROMKES termasuk UKS a. Promkes : Tri Endah W,SST,M.Kes b. UKS : Nika Asnamuna,S.Kep,Ns
Kesh. Gigi & Mulut Lusy Mayasari,Amd.Kg
Pelayanan Farmasi Susi Mei P,AFM
UKK & Batra Dominika Martina N,Amd.Keb
Pelayanan Laboratorium Binti M,Amd.AK
Pelayanan KIA-KB (KESPRO) a. KIA : Nur Muftin, S.ST
Kesehatan Indera a. Mata : Mahpuzah,AMK b. Telinga : Binti Q,AMK
Pelayanan Gawat Darurat Yustiani,S.Kep
b. KB : Tumini,S.Tr.Keb c. Anak : Merawati,Amd.Keb d. Harmoni : Nursofi U,SST,M.Kes
Pelayanan Rawat Inap Sarengah,AMK
Pelayanan Gizi & Laktasi Indah Setyorini,STP
Pelayanan Persalinan Tri Endah W,SST,M.Kes
Pelayanan Klinik Sanitasi Muhari, AKL
Pelayanan Rekam Medis Ivan Febri A,Amd.Kep
Pelayanan Kesh. Gigi & Mulut Lusy Mayasari,Amd.Kg
Kesling Muhari, AKL KIA - KB a. KIA : Nur Muftin, S.ST b. KB : Tumini,S.Tr.Keb Gizi Indah Setyorini, STP P2M 1. DBD & Malaria Ivan Febri A,Amd.Kep 2. Diare Ariningsih,AMK 3. ISPA Mamik Prihatin 4. IMS - HIV Nursofi Umamah,SST,M.Kes 5. Kusta Binti M,Amd.AK 6. TB Endah Risti W,AMK 7. Surveilans Ahmad Saifu H, Amd.Kep 8. Imunisasi Merawati,Amd.Keb 9. P2PTM Ahmad Saifu H, Amd.Kep
Kesehatan Lansia Restuning Diana N. Amd.Keb Kesehatan Olah raga Yuda Wastu R, Amd.Kep Kesehatan Jiwa Agus Eko S
Pelayanan Pemeriksaan Umum Endah Risti W,AMK
Kesehatan Haji Agus Eko S
Perkesmas Tanwirul Huda,Amd.Kep
JARINGAN & JEJARING PELAYANAN PENANGGUNG JAWAB
11
dr. Pasha Chandra R
POLINDES NGUNUT 1. Ratna Artha C,Amd.Keb
POLINDES PULOSARI 1. Atik Yuliana,Amd.Keb
PUSTU GILANG 1. Yuli Herawati,S.ST
PUSTU PULOTONDO 1. Choirul Masruroch,Amd.Keb
BAB V STRUKTUR ORGANISASI TIM PPI
Organisasi pencegahan dan pengendalian infeksi Struktur Organisasi Berdasarkan
Keputusan
kepala
puskesmas
Ngunut
188.4/35/103.14/2017. KEPALA PUSKESMAS Hanik Mudayati, SST. Mkes.
KETUA MANAGEMEN MUTU
dr. Nurma Indah P
SEKERTARIS TIM PPI Nursofi U. SST. M.Kes.
KETUA PPI dr. Pasha Chandra R
ANGGOTA TIM PPI Ivan Febri A. amd. Kep Ahmad Saifu H .amd. Kep Mohari. AKL
gambar 1 : Struktur Organisai Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
12
nomor
BAB VII TATA HUBUNGAN KERJA
1. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Program
pencegahan
dan
pengendalian
infeksi
dirancang
untuk
mengidentifikasi, menilai, mencegah dan mengontrol kerugian yang timbul akibat penyakit infeksi. program ppi mencakup pencegahan dan pengendalian infeksi. Upaya tim untuk melaksanakan program PPI mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas
dan
mengevaluasi
karyawan
dan
front
pengendalian
line risiko
pelayanan pasien, keselamatan.
13
untuk infeksi
mengidentifikasi, yang
meninjau,
mengganggu
mutu
BAB VIII TATA HUBUNGAN KERJA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI PUSKESMAS NGUNUT
Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di puskesmas ngunut meliputi :
A. Kewaspadaan Standar 1. Cuci Tangan 2. Penggunaan Alat pelindung diri saat melaksanakan tugas 3. Disinfeksi tingkat tinggi dan sterilisasi 4. Tindakan asepsis dan aspirasi sebelum menyuntik 5. KIE dan etika batuk 6. Pembuangan jarum suntik memenuhi standart
1. Cuci Tangan a. Definisi Kebersihan tangan dari sudut pandang pencegahan dan pengendalian infeksi,
adalah praktek membersihkan tangan untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan. Mencuci tangan : proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris
dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air
Flora transien dan flora residen pada kulit : Flora transien pada tangan diperolah melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lain dan permukaan lingkungan ( misalnya meja periksa, lantai, atau toilet ). Organisme ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat dengan mencuci tangan menggunakan sabun biasa dan air mengalir. Flora Residen tinggal dilapisan kulityang lebih dalam serta didalam folikel rambut, dan tidak dapat dihilangkan seluruhnya, walaupun dengan pencucian dan pembilasan dengan sabun dan air bersih.
14
Air bersih : air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring sehingga aman untuk diminum, serta untuk pemakaian lainnya dan memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan. Pada keadaan normal minimal air bersih harus bebas dari mikroorganisme dan memiliki turbiditas rendah ( jernih, tidak berkabut ).
Sabun : produk-produk pembersih/ sabun cair yang menurunkan tegangan permukaan
sehingga
membantu
melepaskan
kotoran,
debris
dan
mikroorganisme yang menempel sementara pada tangan, sabun niasa memerlukan gosokan untuk melepas mikroorganisme secara mekanik, sementara sabun antiseptik ( antimikroba) selain melepas juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dari sebagian besar mikroorganisme.
Agen anti septik atau anti mikroba : bahan kimia yang digunakan untuk mencuci tangan dengan menghambat atau membunuh mikroorganisme, sehingga mengurangi jumlah bakteri.
Emollient : cairan organik seperti gliserol, propilen delikol, atau sorbitol yang
ditambahkan pada handrub dan losion. Kegunaannya untuk melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit ( keretakan, kekeringan iritasi dan dermatitis ) akibat pencucian tangan.
b. Indikasi membersihkan tangan
Segera : setelah tiba ditempat kerja
Sebelum : o
Kontak langsung dengan pasien
o
Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan invasif
o
Menyediakan/ atau mempersiapkan obat-obatan
o
Mempersiapkan makanan
o
Memberi makan pasien
o
Meninggalkan rumah sakit
15
Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan terkontraminasi, untuk menghindari kontaminasi silang
Setelah :
Kontak dengan pasien
Melepas sarung tangan
Melepas alat pelindung diri
Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, eksudat luka dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan terkontraminasi dengan darah, cairan tubuh, faeses/ urine apakah menggunakan atau tidak menggunakan sarung tangan
Menggunakan toilet, ,menyentuh/ melap hidung dengan tangan
c. persiapan membersihkan tangan :
Air mengalir
Sabun
Larutan antiseptik
Lap Tangan yang bersih dan kering
d. Prosedur Standar Membersihkan Tangan Tekhnik membersihkan tangan dengan sabun dan air harus dilakukan seperti di bawah ini : 1. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih 2. Tuangkan sabun secukupnya, pilih sabun cair 3. ratakan dengan kedua telapak tangan 4. gosok punggung dan sel-sel jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya 5. gosok kedua telapak dan sela-sela jari 6. jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci 7. gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya 8. gosok
dengan
memutar
ujung
jari-jari
di
telapak
sebaliknyaBilas kedua tangan dengan air mengalir 16
tangan
kiri
dan
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir 10. keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-benar kering 11. gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup kran
e. Handrub antiseptik ( handrub berbasis alkohol ) 1. teknik untuk menggosok tangan dengan antiseptik meliputi : 2. tuangkan secukupnya handrub berbasis alkohol untuk dapat mencakup seluruh permukaan tangan dan jari (kira-kira satu sendok teh) 3. ratakan dengan kedua telapak tangan 4. gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya 5. gosok kedua telapak dan selasela jari 6. jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci 7. gosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya 8. gosok dengan memutar ujung jari-jari ditelapak tangan kiri dan sebaliknya
Perhatian : Lama penggosokan untuk pembersihan tangan dengan air dan sabun minimal selama 15 detik, sedangkan untuk pembersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alcohol minimal selama 10 detik.
f. Hal –hal yang harus diperhatikan
Bila tangan kotor dan terkontraminasi harus cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Bila tidak jelas kotor atau terkontraminasi, cuci tangan dengan hancrub
Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan
Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
17
Jangan mengisi sabun yang masih ada isinya, penambahan dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang dimasukkan
Jangan menggunakan baskom yang berisi air, walaupun menggunakan antiseptik
Kiki harus dijaga tetap pendek, tidak lebih dari 3mm melebihi ujung jari
Tidak boleh menggunakan kuku buatan karena dapat menimbulkan HAIs ( Hedderwick et al.2000) sebagai reservoar untuk bakteri gramn negatif.
Tidak diperkenankan menggunakan cat kuku dan perhiasan.
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri a. Definisi Alat pelindung diri adalah alat pelindung sebagai barrier yang digunakan untuk melindungi pasien dan petugas dari mikroorganisme yang ada di puskesmas Jenis-jenis Alat Pelindung Diri ( APD ) 1. Sarung tangan 2. Masker 3. Kaca Mata 4. Topi 5. Gaun 6. Apron 7. Pelindung Kaki Sarung Tangan Definisi Alat yang digunakan untuk melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehata. Sarung tangan merupakan penghalang (barier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontraminasi silang.
Ingat : Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci tangan atau pemakaian antiseptic yang digosokkan pada tangan.
18
Tujuannya : a). Untuk menciptakan barier protektif dan mencegah kontaminasi yang berat. Misalnya untuk menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekresi, mukus membran, kulit yang tidak utuh. b). Menghindari transmisi mikroba dari petugas nkepada pasien saat melakukan tindakan pada kulit pasien yang tidak utuh. c).
Mencegah transmisi mikroba dari pasien ke pasien lain melalui tangan
petugas. Penggunaan sarung tangan oleh petugas pada keadaan : a). Kontak tangan dengan darah, cairan tubuh, membran atau kulit yang tidak utuh b). Melakukan tindakan invasif c). Menangani bahan-bahan bekas pakai yang terkontraminasi atau menyentuh bahan tercemar. d). Menerapkan kewaspadaan berdasarkan penularan melalui kontak
Jenis-jenis tangan : a. sarung tangan bersih b. sarung tangan steril c. sarung tangan rumah tangga
Hal hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan :
Gunakan ukuran sarung tangan yang sesuai, khususnya untuk tindakan bedah, karena dapat mengganggu tindakan dan mudah robek.
Kuku harus pendek, agar tidak cepat robek
Tarik sarung tangan keatas manset gaun untuk melindungi pergelangan tangan
Gunakan pelembab yang larut dalam air, untuk mencegah kulit tangan kering/ berkerut.
Jangan gunakan lotion yang mengandung minyak, karena akan merusak sarung tangan bedah.
19
Jangan menggunakan lotion yang mengandung parfum karena dapat mengiritasi kulit
Jangan menyimpan sarung tangan ditempat dengan suhu terlalu panas atau terlalu dingin mislanya dibawah sinar matahari langsung, didekat pemanas AC, cahaya ultraviolet cahaya fluoresen atau mesin rongent, karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi efektifitas sebagai pelindung.
2) Masker Definisi Masker adalah alat yang digunakan untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu dan rambut pada wajah (jenggot). Tujuan
Untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petrugas bedah berbicara, batuk atau bersin.
Untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan.
Jenis- jenis Masker a. Masker katun / kertas, sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau efektif sebagai filter. b. Masker bedah, merupakan masker terbaik dapat menyaring partikel berukuran besar (>5µm), sekalipun tidak dirancang untuk menutup secara benar-benar menutup secara erat, sehingga tidak dapat secara efektif menyaring udara. c. Masker N-95 merupakan masker khusus dengan efisiensi tinggi yang direkomendasikan untuk perawatan pasien flu burung/ SARS, berfungsi melindungi dari partikel dengan ukuran (>5µm). Pelindung ini menempel dengan erat pada wajah tanpa ada kebocoran, kelemahannya dapat mengganggu pernapasan dan harganya lebih mahal dari masker bedah sebelum digunakan masker dilakukan fit test.
Prosedur penggunaan masker bedah atau N-95/ respirator particulat
20
a. Genggamlah respirator/ masker bedah dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian hidung pada ujung jari-jari anda, biarkan tali pengikat respirator menjuntai bebas dibawah tangan anda. b. Posisikan masker bedah/ respirator dibawah dagu anda dan sisi untuk hidung berada diatas. c. Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi dibelakang kepala anda diatas telinga. Tariklah tali pengikat respirator yang bawah dan posisikan tali dibawah telinga. d. Letakkan jari-jari tangan anada diatas bagian hidung yang terbuat dari logam. Tekan sisi logam tersebut (gunakan dua jari dari masing-masing tangan) mengikuti bentuk hidung anda, jangan menekan respirator dengan satu tangan karena dapat mengakibatkan respirator bekerja kurang efektif e. Tutup bagian depan respirator dengan kedua tangan, dan hati-hati agar posisi respirator tidak berubah.
Pemerikasaan segel positif Hembuskan napas kuat-kuat. Tekanan positif didalam respirator berarti tidak ada kebocoran. Bila terjadi kebocoran atau posisi dan atau ketegangan tali. Uji kembali kerapan respirator. Ulangi langkah tersebut sampai respirator benar-benar tertutup rapat.
Pemeriksaan segel negatif Tarik napas dalam-dalam. Bila tidak ada kebocoran, tekanan negatif didalam respirator akibat udara masuk melalui celah-celah pada segelnya.
3. Alat Pelindung Mata Definisi Alat untuk melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara melindungi mata. Jenis – jenis alat pelindung mata :
Kaca mata ( Goggles )
Kaca mata pengaman 21
Kaca mata pelindung wajah dan visor
Topi Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk kedalam luka selama pembedahan. Untuk melindungi petugas dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot. Gaun Pelindung Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet/ airbone. Tujuannya :
Untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi
Untuk melindungi dari penyakit menular
Untuk merawat pasien karena ada kemungkinan terpecik atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi, atau eksresi.
Manfaatnya :
Dapat menurunkan 20-100x dengan memakai gaun pelindung
Dapat menurunkan opron plastik saat merawat pasien bedah abdomen dibandingkan perawat yang memakai baju seragam dan ganti tiap hari.
Apron Adalah alat yang terbuat dari karet atau plastik sebagai pelindung bagi petugas kesehatan dan tahan air. Digunakan pada saat :
Merawat pasien langsung
Membersihkan pasien
Melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi.
Pelindung Kaki Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja keatas kaki. Jenis – jenis pelindung kaki : 22
Sepatu Boot Karet
Sepatu Kulit Tertutup
c. Pemakaiaan Alat pelindung diri (APD) di Rumah Sakit : 1. Faktor – faktor yang harus diperhatikan pada pemakaian APD
Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki ruangan
Gunakan dengan hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi
Lepas dan buang hati-hati ketempat limbah infeksius yang telah disediakan diruang ganti khusus. Lepas masker diluar ruangan
Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah-langkah membersihkan tangan sesuai pedoman.
2. Cara menggunakan APD Langkah-langkah menggunakan APD pada perawatan ruang isolasi kontak dan airbrne adalah sebagai berikut : a. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung b. Kenakan pelindung kaki c. Kenakan sepasang sarung tangan pertama d. Kenakan gaun luar e. Kenakan celemek plastik f. Kenakan sepasang sarung tangan kedua g. Kenakan masker h. Kenakan penutup kepala i.
Kenakan pelindung mata
3. Cara melepaskan APD Langkah-langkah adalah : a. Disinfeksi sepasang sarung tangan bagian luar b. Disinfeksi celemek dan pelindung kaki c. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian luar d. Lepaskan celemek e. Lepaskan gaun bagian Luar 23
f. Disinfeksi tangan yang mengenakann sarung tangan g. Lepaskan Pelindung Mata h. Lepaskan Penutup Kepala i.
Lepaskan Masker
j.
Lepaskan Pelindung kaki
k. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian dalam l.
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
24
3. Disinfeksi tingkat tinggi dan sterilisasi a. Alur pemrosesan peralatan pasien
Pre- cleaning (Pembersihan awal) Menggunakan detergen atau Enzymatic, sikat
Pembersihan ( Cuci bersih dan tiriskan )
STERILISASI (Peralatan Kritis ) Masuk dalam pembuluh Darah / Jaringan tubuh
DISINFEKSI
Disinfeksi Tingkat Rendah (Peralatan non kritikal) Hanya pada permukaan tubuh yang utuh Tensimeter termometer
Direbus
Kimiawi
Bersihkan dengan air steril dan keringkan
Gambar 4 : Alur pemprosesan peralatan pasien
25
b. Tingkatan Proses Disinfeksi 1. Disinfeksi Tingakat Tinggi (DTT) Mematikan kuman dalam waktu 20 menit -12 jam akan mematikan semua mikroba kecuali spora bakteri. 2. Disinfeksi Tingakat Sedang (DTS ) Mematikan mikrobakteria vegetatif, virus, jamur, tetapi tidak bisa mematikan spora bakteria. 3. Disinfeksi Tingkat Rendah (DTR) Mematikan hampir semua bakteri vegetatif, beberapa jamur, beberapa virus dalam waktu < 10 menit. c. Definisi
Preclenaing/ Prabilas : proses yang membuat mati lebih aman untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan (menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV ) dan mengurangi,
tapi
tidak
menghilangkan
jumlah
mikroorganisme
yang
mengkontraminasi.
Pembersihan : proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi petugas yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut.
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) : Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan atau memakai disinfektan kimiawi.
Sterilisasi : proses menghilangkan semua mikroorganisme ( bakteria, virus, fungi, dan parasit termasuk endospora bacterial) dari benda mati dengan uap tekanan tinggi ( otoklaf), pabas kering (oven), sterilisasi, kimiawi, atau radiasi.
4. Tindakan asepsis dan aspirasi sebelum menyuntik
Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
Lakukan aspirasi sebelum melakukan injeksi.
26
Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun multidose. Jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain.
5. Hygiene respirasi/ etika batuk Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya. Semua Pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan. Saat anda batuk atau bersin :
Tutup hidung dan mulut anda
Segera buang tisu yang sudah dipakai
Lakukan kebersihan tangan
Di fasilitasi pelayanan kesehatan. Sebaiknya gunakan masker bedah bila Anda sedang batuk. Etika batuk dan kebersihan pernapsan harus diterapkan disemua bagian rumah sakit, dilingkungan masyarakat, dan bahkan di rumah. Tindakan penting ini harus selalu dilakukan untuk mengendalikan sumber infeksi potensial.
6. Pembuangan jarum suntik memenuhi standart Jarum suntik yang sudah di pakaidi buang di
SAFETY BOKS
yang sudah
disediakan , tidak diperkenankan membuan spuit ataupun jarum ke sampah.
KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk indonesia, ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi berasal dari Komunitas ( Community acquired infection )atau berasal dari lingkungan rumahsakit ( Hospital Acquired infection ) yang sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial. Dengan berkembangnya system pelayanan kesehatan khusus dalam bidang perawatan 27
pasien, sekarang perawatan tidak hanya di puskesmas saja, melainkan juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan perawatan di rumah ( Home Care). Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang di maksudkan untuk tujuan perawatan atau penyembuhan pasien, baik bagi pasien atau bahkan pada petugas kesehatan itu sendiri. Karena seringkali tidak bisa secara pasti ditentukan asal infeksi, maka sekarang instilah infeksi nosokomial ( Hospital acquired infection ) diganti dengan istilah baru yaitu ” Healthcare - associated infections” (HAIs) dengan pengertian
yang lebih luas tidak hanya di puskesmas tetapi juga difasilitasi pelayanan kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang terjadi didapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien. Khusus infeksi yang terjadi atau didapat di rumah sakit, selanjutnya disebut sebagai infeksi puskesmas. Beberapa Batasan / Definisi a) Kolonisasi Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi, dimana organisme tersebut hidup, tumbuh, dan berkembang biak, tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinik. Pada kolonisasi, tubuh penjamu tidak dalam keadaan suseptibel. Pasien atau petugas kesehatan bisa mengalami kolonisasi dengan kuman pathogen tanpa menderita sakit, tetapi dapat menularkan kuman tersebut keorang lain. Pasien atau petugas kesehatan tersebut dapat bertindak sebagai ”Carrier”.
b) Infeksi Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organism), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik. c) Penyakit Infeksi Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organism) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik. d) Penyakit menular atau infeksius Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang keorang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung e) Inflamasi 28
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen karena infeksi, trauma, pembedahan atau luka bakar yang ditandai dengan adanya sakit/ nyeri (dolor), panas (calor), kemerahan (rubor), pembengkakan (tumor) dan gangguan fungsi. f) ”Systemic Inflammatory Response Syndrome”(SIRS) Sekumpulan gajala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan respon tubuh (inflamasi) yang bersifat sistemik. Kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau lebih keadaan berikut : Hipertermi/
hipotermi/suhu
tidak
stabil,(2)
takikardi
(sesuai
usia)
,takipnoe(sesuai usia),serta (4) Leukositosis atau leukopenia atau hitung jenis leukosit jumlah sel muda lebih dari 10% pada dewasa dan 20% pada bayi.SIRS dapat disebabkan karena infeksi atau non infeksi seperti trauma, pembedahan, luka bakar, pankreatitis,atau gangguan metabolik.SIRS yang disebabkan infeksi disebut ”sepsis”.
2. Rantai Penularan
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai penularan.Apabila satu rantai dihilangkan atau di rusak, maka infeksi dapat di cegah atau di hentikan.Komponen yang di perlukan sehingga terjadi penularan tersebut adalah : a.
Agen infeksi ( infectious agent)adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi.Pada manusia agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit.Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu : patogenitas,virulensi, dan jumlah (dosis, atau ”load”).
b.
Reservoir atau tempat agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan
siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia,binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya.Pada orang sehat permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas,usus dan vagina merupakan reservoir yang umum.
29
c.
Pintu keluar ( portal of exit ) adalah jalan dari mana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernafasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membran mukosa,transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain. d.
Transmisi ( cara penularan ) adalah mekanisme bagaimana transport agen
infeksi dari reservoir ke penderita yang susep tibel.Ada beberapa cara yaitu : (1) Kontak langsung dan tidak langsung, (2) Droplet, (3 ) airbone, (4) melalui venikulum ( makanan , air / minuman , darah ) dan ( 5 ) melalui vector biasanya serangga dan binatang pengerat . e.
Pintu masuk ( portal of entri ) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki
pejamu yang suseptibel . Pintu masuk bisa melalui saluran pernafasan , pencernaan , saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh ( luka ). f.
Pejamu ( host ) yang susptibel adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah terjadinya infeksi atau penyakit. Faktor yang khusus dapat mempengaruhi adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan dengan imunosupresan.Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah
jenis kelamin , ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hiduo, pekerjaan dan herediter.
Agen reservoir
Host/ pejamu rentan
Tempat masuk
Tempat keluar Metode penularan
Gambar 2 . Skema rantai penularan penyakit infeksi
30
3. Faktor Risiko ” healthcare - associated infections” (HAIs) a. Umur : neonatus dan lanjut usia lebih rentan b. Status imun yang rendah/terganggu (imuno-kompromais) : penderita dengan
penyakit
kronik,
penderita
keganasan,
obat-obatan
imunosupresan c. Interupsi barier anatomis :
Keteter urine
:
meningkatkan
kejadian
infeksi
saluran kemih (ISK).
Prosedur operasi
:
dapat
menyebabkan
infeksi
luka
operasi atau ” Surgical site infection (SSI) ”
Intubasi pernapasan
:
meningkatkan
kejadian
”Hospital acquired Pneuminia”(HAP/VAP).
Kanula vena dan arteri
: menimbulkan infeksi luka infus (ILI), ”
Blood Stream Infection ”(BS I).
Luka bakar dan Trauma
d. Implantasi benda asing :
Indwelling catheter”
”Surgical suture material”
”Cerebrospinal fluid shunts”
”Valvular/ vascular prostheses”
e. Perubahan mikroflora normal : pemakaian antibiotik yang tidak bijaksana menyebabkan
timbulnya
kuman
yang
resisten
terhadap
berbagai
antimikroba.
4. Pencegahan dan pengendalian infeksi Proses terjadinya infeksi tergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen infeksi (patogenitas, virulensi dan dosis ) serta cara penularan, identifikasi faktor risiko pada pejamu dan pengendalian infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya HAIs, baik pada pasien ataupun pada petugas. 5. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari : a. Peningkatan daya tahan pejamu 31
Dengan pemberian imunisasi aktif ( contoh vaksinasi hepatitis B ), imunisasi pasif ( immunoglobulin), dan promosi kesehatan secara umum termasuk nutrisi adekuat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. b. Inaktivasi agen penyebab infeksi Dilakukan dengan metode fisik maupun kimiawi, contohnya metode fisik adalah : pemanasan ( pasteurisasi dan sterilisasi) dan memasak makanan metode kimiawi termasuk klorisasi air, desinfeksi dll. c. Memutus rantai penularan Merupakan cara yang paling mudah untuk pencegahan penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya tergantung dari ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur
yang
telah
ditetapkan.
Tindakan
pencegahan
ini
dengan
cara
melaksanakan ” Isolation Precautions” ( Kewaspadaan isolasi ) yang terdiri dari dua pilar/ tingkatan yaitu ” Standard precautions” ( kewaspadaan berdasarkan cara
penularan) d. Tindakan pencegahan paska pajanan ( ”Post exposure prophilaxis”/PEP) terhadap petugas kesehatan. Pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV
32
BAB IX KEGIATAN ORIENTASI
Kegiatan orientasi dilakukan terhadap semua pegawai baik pegawai yang baru maupun lama, dengan ketentuan sebagai berikut; 1. Orientasi pegawai baru
Orientasi pegawai baru dilakukan terhadap pegawai yang baru diangkat yang berasal dari Puskesmas ngunut maupun dari luar. Juga orientasi dilakukan terhadap pegawai yang baru dipindahkan dari puskesmas lain ke Puskesmas NGUNUT. Lama orientasi dilakukan terhadap pegawai baru selama 7 hari dengan ketentuan : a.
hari
pertama
dilakukan
orientasi
oleh
Kepala
Puskesmas
dengan
menjelaskan hal-hal strategis berupa Visi,Misi,Tujuan,Tata Nilai dan Peran Puskesmas. b. Orientasi hari ke dua dilakukan oleh Kepala bagian Tata usaha dengan materi yang diberikan adalah terkait dengan hal-hal kepegawaian, Tata Tertip Kedisiplinan serta Hak dan Kewajiban Pegawai. c.
Orientasi hari ke tiga dan Ketujuh dilakukan oleh unit /program masingmasing sesuai dengan bidan tugas pelaksana yang dilakukan orientasi.
2. Orientasi pegawai lama
Orientasi pegawai lama dilakukan kepada seluruh pegawai yang telah bekerja di Puskesmas Ngunut yang mendapatkan perubahan atau tugas tambahan sebagai pelaksana dan penaggung jawab yang baru. Orientasi dilakukan selama tiga hari yaitu terhadap program/unit sesuai dengan bidang tugas pelaksana /penaggung jawab yang bersangkutan .
33
BAB X PERTEMUAN DAN EVALUASI
Sensus Mingguan PPI dilakukan pelaporan setiap akhir bulan kepada ketua managemen mutu
puskesmas ngunut. evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan dilakukan tiap bulan sesuai dengan jadwal kegiatan, dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai pada bulan tersebut. Evaluasi seluruh kegiatan tim PPI dilakukan tiap tiga bulan sekali dalam rapat evaluasi Tim PPI.
34
BAB XI PELAPORAN
Ketua Tim PPI melaporkan kegiatan PPI kepada Kepala ketua tim managemen mutu tiap bulan.
35