BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr Bela Belakan kang g Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) sangat penting untuk dilaksanakan di puskesmas sebagai tempat fasilitas pelayanan kesehatan, disamping sebagai tolak ukur mutu pelayanan juga untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung dan keluarga serta lingkungan dari resiko tertular penyakit infeksi karena peraatan, bertugas dan berkunjung ke puskesmas. Puskesmas sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan keseha kesehatan tan kepada kepada masyar masyaraka akatt dihara diharapkan pkan dapat dapat member memberika ikan n pelayan pelayanan an yang yang bermut bermutu u sesuai standar yang sudah ditentukan. !ebersihan program dan kegiatan PPI di puskesmas memerlukan keterlibatan semua pihak yaitu keterlibatan semua profesional dan unit kerja ( "okter, Peraat, Ahli Laboratorium, !#, $armasi, Ahli %i&i, 'anitasi, ''" dan Loundry, IP'', dan bagian umah umah *angga angga Puskes Puskesmas mas ), sehing sehingga ga diperl diperluka ukan n adah adah untuk untuk pengor pengorgan ganisa isasia sianny nnyaa berupa komite PPI. !erjasama organisasi PPI dalam pelaksanaannya harus didukung komitmen komitmen tinggi tinggi manajerial manajerial sehingga menentukan menentukan terlaksanan terlaksananya ya program program dan kegiatan kegiatan dengan baik semuanya itu akan menjamin mutu pelayanan Puskesmas. Infeks Infeksii puskes puskesmas mas merupak merupakan an masala masalah h serius serius bagi semua semua serius serius bagi semua semua puskesmas, dampak yang muncul sangat membebani puskesmas maupun pasien. Adapun factor yang mempengaruhinya antara lain, Banyaknya pasien yang diraat sebagai sumber infeksi bagi lingkungan pasien lainnya maupun petugas kontak langsung antara pasien dengan dengan pasien pasien lainny lainnyaa maupun maupun petugas petugas kontak kontak langsu langsung ng antara antara pasien pasien dengan dengan pasien pasien lainnya lainnya,, kontak kontak langsu langsung ng antara antara petuga petugass dengan dengan pasien pasien yang tercem tercemar ar,, pengguna penggunaan an peralatan medis yang tercemar kuman, kondisi pasien yang lemah. !egiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di puskesmas harus dilaksanakan secara menyeluruh dengan baik dan benar disemua sarana kesehatan puskesmas, dengan prosedur yang baku untuk setiap tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi tersebut, untuk itu perlu adanya suatu pedoman yang digunakan di Puskesmas Parang. Pedoman Pedoman pencegahan pencegahan dan pengendalian infeksi merujuk pada pedoman pedoman manajerial manajerial dan pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi dari "epartemen !esehatan +-, Infeksi yang berasal dari lingkungan puskesmas dikenal dengan istilah infeksi nosokomial mengingat seringkali tidak bias secara pasti ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial diganti dengan istilah baru yaitu /ealthcare 0 associated infections1 (/Ais). "iharapkan dengan adanya Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi ini, seluruh petugas Puskesmas Parang memiliki sikap dan perilaku yang mendukung standar pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas Parang
B. *ujuan
*ujuan 2mum 3 4enyiapkan 4enyiapkan agar Puskesmas Puskesmas Parang dengan sumber daya terbatas terbatas dapat menerapkan menerapkan pencegahan dan d an pengendalian infeksi, sehingga dapat dap at melindungi tenaga kesehatan dan masyarakat dari penularan penyakit menular ( 5merging Infectious "iseases ) yang mungkin timbul, khususnya dalam menghadapi kemungkinan pandemic influen&a.
*ujuan !husus 3
4embua 4embuatt standar standar pelaks pelaksanaa anaan n Pencega Pencegahan han dan pengend pengendali alian an infeks infeksii bagi bagi petugas petugas kesehatan di Puskesmas Parang meliputi 3
6. !onsep !onsep dasar dasar penyeki penyekitt infeks infeksii +. $akta $akta 0 fakta fakta penting penting beber beberapa apa penyak penyakit it menul menular ar #. !ea !easp spada adaan an isol isolas asii 7. Pelaksanaan Pelaksanaan pencegaha pencegahan n dan pengendal pengendalian ian infeksi infeksi di Puskesma Puskesmass Parang Parang 8. !esiap !esiapan an menghad menghadapi api pandem pandemii penyakit penyakit menul menular ar 9. 'ur:ei 'ur:eilan lanss Pencegaha Pencegahan n dan Pengendal Pengendalian ian infeks infeksii
. uan uang g Lin Lingk gkup up Pedoman Pedoman ini memberi memberi panduan bagi petugas petugas kesehatan kesehatan di Puskesmas Puskesmas Parang Parang dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada pelayanan terhadap pasien yang menderita penyakit menular melalui udara, kontak droplet atau penyakit menular melalui udara, kontak, droplet atau penyakit infeksi lainnya.
BAB II KEBIJAKAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI PUSKESMAS PARANG
A. ;I'I 4enjadikan 4enjadikan Pelayanan Pelayanan pencegahan pencegahan dan pengendalian pengendalian infeksi infeksi yang bermutu bermutu menuju menuju puskesmas rujukan spesialistik yang terbaik untuk ilayah !ecamatan Parang. B. 4I'I 6. 4ela 4elaks ksan anak akan an progr program am penceg pencegah ahan an dan penge pengenda ndali lian an infe infeks ksii dise disemu muaa bagi bagian< an< instalasi yang terkait. +. 4emb 4ember erik ikan an Pela Pelayan yanan an sesu sesuai ai pedom pedoman an penc pencega egahan han dan dan penge pengenda ndali lian an infe infeks ksii kepada pasien, petugas kesehatan, dan pengunjung puskesmas. #. 4elindungi 4elindungi pasien, pasien, petugas petugas kesehatan kesehatan dan pengunj pengunjung ung dari infeksi infeksi puskes puskesmas. mas. 7. *ersedianya ersedianya pelatihan pelatihan dan pendidikan pendidikan pencegaha pencegahan n dan pengendali pengendalian an infeksi infeksi
. $alsafah dan *ujuan !egiatan !egiatan pencegahan pencegahan dan pengendalian pengendalian infeksi infeksi Puskesmas Puskesmas Parang merupakan merupakan suatu pelayanan yang harus dilaksanakan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan dan pengunjung dari kejadian infeksi dengan memperhatikan c ost effecti:eness, dalam bentuk upaya pencegahan, sur:eilans dan pengobatan tradisional.
". "asar /ukum 6. 'urat 'urat !eputusan !eputusan 4enteri 4enteri !esehatan !esehatan =omor 3 +><4en +><4en!es !es<+ <+>, >, tentang tentang Pedoman Pedoman 4anajerial PPI di Puskesmas dan $asilitas pelayanan !esehatan lainnya. +. 'urat 'urat keputusa keputusan n 4enter 4enterii !eseha !esehatan tan =omor 3 #?+<4en #?+<4en!es !es<'! <'!
3 *enta *entang ng Pedoman PPI di Puskesmas dan $asilitas pelayanan kesehatan lainnya. #. 'ura 'uratt !epu !eputu tusa san n 4ent 4enter erii !ese !esehat hatan an =omo =omorr 3 6+-<4 6+-<4en en!e !es< s<'!< '! #>77 77<< <<+ +?, ?, tentang pembentukan !omite PPI ' dan *im PPI ' 9. 'ura 'uratt !eput !eputus usan an "ire "irekt ktur ur Pusk Puskes esma mass Para Parang ng =omor =omor 3 ?+6<7 ?+6<7-87 -87<* <*2< 2<>< ><+ +?, ?, tentang Pembentukan !omite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (!PPI ) dan *im Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (*PPI ) pada Puskesmas Parang.
5. rganisasi pencegahan dan pengendalian infeksi 6. 'truktur rganisasi Berdasarkan !eputusan "irektur '2. $ull Bethesda no mor "I5!*2 "r. 4aruli Basa =asution
CA"I P5LADA=A=
!ABI" P5LADA=A= 45"I! E P5=2=A=% 45"I!
!ABI" P5LADA=A= !5P5ACA*A=
!5*2A !4I*5 PPI
'5!5*AI' !4I*5 PPI (IP=)
A=%%*A !4I*5 PPI
*I4 PPI
%ambar 6 3 'truktur rganisai Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
a. !omite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada Puskesmas Parang
Pengarah< Penanggung aab
3 Cakil "irektur Pelayanan PAA=%
!etua
3
'ekretaris
3
Anggota
3 6. +. #. 7. 8. 9. >. ?. -. 6.
b. susunan *im Pencegahan dan Pengendalian infeksi pada Puskesmas Parang. !etua
3
'ekretaris
3
Anggota
3 'eluruh Cakil !epala uangan
+. *ugas dan *anggung aab a. "irektur
4embentuk !omite dan *im PPI' "engan 'urat !eputusan.
Bertanggung jaab dan miliki komitmen yang tinggi terhadap penyelenggaraan upaya pencegahan dan Pengendalian /AIs
Bertanggung jaab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana termasuk anggaran yang dibutuhkan.
4enentukan kebijakan pencegahan dan pengendalian /AIs
4engadakan e:aluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian /AIs berdasarkan saran dari tim PPI'.
4engadakan e:aluasi kebijakan pemakaian antibiotik yang rasional dan disinfektan di puskesmas berdasarkan saran dari *im PPI'.
"apat menutup suatu unit peraatan atau instalasi yang dianggap berdasarkan saran dari *im PPI'.
4engesahkan 'tandar operasional prosedur ('P) untuk PPI'.
b. !etua !omite PPI' Bertanggung jaab langsung kepada "irektur . *ugas dan tanggung jaab 3 6. 4embuat dan menge:aluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian Infeksi. +. 4elaksanakan sosialisasi kebijakan PPI', agar kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan Puskesmas.
#. 4embuat Prosedur tetap Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang bersifat umum untuk semua unit kerja. 7. 4enyusun dan menge:aluasi Program pemantauan kejadian infeksi di puskesmas, baik diraat inap maupun raat jalan. 8. 4emberikan usulan kepada "irektur untuk mengembangkan dan meningkatkan cara pencegahan dan pengendalian infeksi. 9. 'ecara periodik memberikan usulan kepada "irektur tentang standar penggunaan antibiotik berdasarkan hasil pemantauan kejadian infeksi di pu skesmas. >. Bersama *im Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (*PPI) melakukan in:estigasi terhadap !ejadian Luar Biasa (!LB) infeksi di puskesmas. ?. 4engusulkan kepada "irektur penetapan karantina, penutupan atau isolasi suatu ruangan< unit kerja sebagai hasil in:estigasi !LB infeksi. -. 4enerima laporan berkala dari *im Pencegahan dan Pengndalian Infeksi (*PPI) dan melaporkan hal 0 hal yang penting kepada "irektur.
c. *im Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( *PPI) Bertanggung jaab kepada !etua !omite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi *ugas dan *anggung jaab 3 6. 4elaksanakan dan melakukan sosialisasi kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi kepada seluruh unit kerja +. 4embantu dan membimbing unitFunit kerja untuk membuat prosedur tetap Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang sesuai dengan kondisi dan sifat pekerjaan tiap unit kerja. #. 4elaksanakan pemantauan rutin kejadian Infeksi di puskesmas dan secara berkala melaporkan kepada !omite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (!PPI) 7. 4embimbing, memberikan pelatihan dan konsultasi kepada petugas kesehatan pada unitFunit kerja sesuai kondisi dan sifat pekerjaan tiap unit kerja. 8. Bersama !omite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (!PPI) melakukan in:estigasi dan melakukan penanggulangan terhadap !ejadian Luar Biasa (!LB) Infeksi ymah 'akit. 9. 4elakukan identifikasi masalah infeksi di unit kerja serta mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip Pencegahan dan Pengendalian Infeksi melalui !omite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
( !PPI).
d. IP= ( Infection Pre:ention and ontrol =urse )
*ugas dan *anggung aab 6. 4engunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi dilingkungan kerjanya. +. 4emonitor pelaksanaan PPI, Penerapan 'P, keaspadaan isolasi. #. 4elaksanakan sur:eilans infeksi dan melaporkan kepada komite PPI
7. Bersama !omite PPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI di Puskesmas Parang. 8. 4elakukan in:estigasi terhadap !LB dan bersamaFsama !omite PPImemperbaiki kesalahan yang terjadi. 9. 4emonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan infeksi dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya. >. Bersama komite menganjurkan prosedur isolasi dan memberi konsultasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan pada kasus yang terjadi di Puskesmas. ?. Audit Pencegahan dan Pengendalian infeksi termasuk terhadap Limbah Laundry, %i&i,dan lainFlain dengan menggunakan daftar titik -. 4emonitor !esehatan Lingkungan 6. 4emonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional 66. 4endesain, melaksanakan, memonitor, dan menge:aluasi sur:eilans infeksi yang terjadi di puskesmas. 6+. membuat laporan sur:eilans dan melaporkan ke !omite PPI 6#. 4emberikan moti:asi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI 67. 4emberikan saran desain ruangan puskesmas agar sesuai dengan prinsip PPI 68. 4eningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung puskesmas tentang PPI' 69. 4emprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan keluarga tentang topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat, infeksi dengan insiden tinggi. 6>. 'ebagai koordinator antara departemen< unit dalam mendeteksi, mencegah dan mengendalikan infeksi di puskesmas.
e. IPL= ( Infektion Pre:ention and ontrol Link =urse ) *ugas dan *anggung aab 3 6. 4engisi dan mengumpulkan formulir sur:eilans setiapa pasien di unit raat inap masingFmasing, kemudian menyerahkanF =ya kepada IP= ketika pasien pulang. +. 4emberikan moti:asi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan di unit raat masingFmasing. #. 4emberitahukan kepada IP= apabila ada kecurigaan adanya /AIs pada pasien. 7. Berkoordinasi dengan IP= saat terjadi infeksi potensial !LB, penyuluhan bagi pengunjung di ruang raat masingFmasing, konsultasi prosedur yang harus dijalankan bila belum paham. 8. 4emonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan standar isolasi.
BAB III KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI DAN PENYAKIT MENULAR
A. KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk indonesia, ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi berasal dari !omunitas ( ommunity acGuired infection )atau berasal dari lingkungan rumahsakit ( /ospital AcGuired infection ) yang sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial. "engan
berkembangnya system pelayanan kesehatan khusus dalam bidang peraatan pasien, sekarang peraatan tidak hanya di puskesmas saja, melainkan juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan peraatan di rumah ( /ome are). *indakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang di maksudkan untuk tujuan peraatan atau penyembuhan pasien, baik bagi pasien atau bahkan pada petugas kesehatan itu sendiri. !arena seringkali tidak bisa secara pasti ditentukan asal infeksi, maka sekarang instilah infeksi nosokomial ( /ospital acGuired infection ) diganti dengan istilah baru yaitu 1 /ealthcareF associated infections1 (/AIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya di puskesmas tetapi juga difasilitasi pelayanan kesehatan lainnya. uga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang terjadi didapat pada saat melakukan tindakan peraatan pasien. !husus infeksi yang terjadi atau didapat di puskesmas, selanjutnya disebut sebagai infeksi puskesmas ( /ospital infection )
6. Beberapa Batasan < "efinisi a. !olonisasi 4erupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi, dimana organisme tersebut hidup, tumbuh, dan berkembang biak, tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinik. Pada kolonisasi, tubuh penjamu tidak dalam keadaan suseptibel. Pasien atau petugas kesehatan bisa mengalami kolonisasi dengan kuman pathogen tanpa menderita sakit, tetapi dapat menularkan kuman tersebut keorang lain. Pasien atau petugas kesehatan tersebut dapat bertindak sebagai 1arrier1. b. Infeksi 4erupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organism), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik. c. Penyakit Infeksi 4erupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organism) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
d. Penyakit menular atau infeksius Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang keorang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung e. Inflamasi 4erupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen karena infeksi, trauma, pembedahan atau luka bakar yang ditandai dengan adanya sakit< nyeri (dolor), panas (calor), kemerahan (rubor), pembengkakan (tumor) dan gangguan fungsi. f. 1'ystemic Inflammatory esponse 'yndrome1('I') 'ekumpulan gajala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan respon tubuh (inflamasi) yang bersifat sistemik. !riteria 'I' bila ditemukan + atau lebih keadaan berikut 3
/ipertermi<
hipotermi
tidak
stabil,(+)
takikardi
(sesuai
usia)
,takipnoe(sesuai usia),serta (7) Leukositosis atau leukopenia atau hitung jenis leukosit jumlah sel muda lebih dari 6H pada deasa dan +H pada bayi.'I' dapat disebabkan karena infeksi atau non infeksi seperti trauma, pembedahan, luka bakar, pankreatitis,atau gangguan metabolik.'I' yang disebabkan infeksi disebut 1sepsis1.
+. antai Penularan
2ntuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai penularan.Apabila satu rantai dihilangkan atau di rusak, maka infeksi dapat di cegah atau di hentikan.!omponen yang di perlukan sehingga terjadi penularan tersebut adalah 3
a. Agen infeksi ( infectious agent)adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi.Pada manusia agen infeksi dapat berupa bakteri, :irus, ricketsia, jamur dan parasit.Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu 3 patogenitas,:irulensi, dan jumlah (dosis, atau 1load1). b. eser:oir atau tempat agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap di tularkan kepada orang. eser:oir yang paling umum adalah manusia,binatang, tumbuhFtumbuhan, tanah, air dan bahanFbahan organik lainnya.Pada orang sehat permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas,usus dan :agina merupakan reser:oir yang umum. c. Pintu keluar ( portal of eit ) adalah jalan dari mana agen infeksi meninggalkan pencernaan,
reser:oir. saluran
Pintu
kemih
keluar dan
meliputi
kelamin,
saluran
kulit
dan
pernafasan, membran
mukosa,transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
d. *ransmisi ( cara penularan ) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari reser:oir ke penderita yang susep tibel.Ada beberapa cara yaitu 3 (6) !ontak langsung dan tidak langsung, (+) "roplet, (# ) airbone, (7) melalui :enikulum ( makanan , air < minuman , darah ) dan ( 8 ) melalui :ector biasanya serangga dan binatang pengerat . e. Pintu masuk ( portal of entri ) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu yang suseptibel . Pintu masuk bisa melalui saluran pernafasan , pencernaan , saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh ( luka ). f. Pejamu ( host ) yang susptibel adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melaan agen infeksi serta mencegah terjadinya infeksi atau penyakit. $aktor yang khusus dapat mempengaruhi adalah umur,
status gi&i, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan dengan imunosupresan.$aktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin , ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hiduo, pekerjaan dan herediter. Agen reser:oir
/ost< pejamu rentan
*empat masuk
*empat keluar 4etode penularan
Gambar 2 . Skema rana! "en#$aran "en%ak! !n&ek'!
#. $aktor isiko 1 healthcareF associated infections1 (/AIs) a. 2mur 3 neonatus dan lanjut usia lebih rentan b. 'tatus imun yang rendah
!eteter urine
3
meningkatkan
kejadian
infeksi
saluran kemih (I'!).
Prosedur operasi
3 dapat menyebabkan infeksi luka
operasi atau 1 'urgical site infection (''I) 1
Intubasi pernapasan
3 meningkatkan kejadian 1/ospital
acGuired Pneuminia1(/AP<;AP).
!anula :ena dan arteri
3 menimbulkan infeksi luka infus (ILI),
1 Blood 'tream Infection 1(B'I).
Luka bakar dan *rauma
d. Implantasi benda asing 3
Indelling catheter1
1'urgical suture material1
1erebrospinal fluid shunts1
1;al:ular< :ascular prostheses1
e. Perubahan mikroflora normal 3 pemakaian antibiotik yang tidak bijaksana menyebabkan
timbulnya
kuman
yang
resisten
terhadap
berbagai
antimikroba.
7. Pencegahan dan pengendalian infeksi Proses terjadinya infeksi tergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen infeksi (patogenitas, :irulensi dan dosis ) serta cara penularan, identifikasi
faktor faktor risiko risiko pada pada pejamu pejamu dan pengend pengendali alian an infeks infeksii tertent tertentu u dapat dapat mengur mengurangi angi insiden terjadinya /AIs, baik pada pasien ataupun pada petugas.
8. 'trategi 'trategi pencegahan pencegahan dan pengendal pengendalian ian infeks infeksii terdiri terdiri dari 3 a. Penin Peningk gkat atan an daya daya tah tahan an peja pejamu mu "enga "engan n pemb pember eria ian n imuni imunisa sasi si akti aktiff ( cont contoh oh :aksi :aksina nasi si hepat hepatit itis is B ), imunisasi pasif ( immunoglobulin), dan promosi kesehatan secara umum termasuk nutrisi adekuat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. b. Inakti:asi agen penyebab infeksi "ilakukan dengan metode fisik maupun kimiai, contohnya metode fisik adalah 3 pemanasan ( pasteurisasi dan sterilisasi) dan memasak makanan metode kimiai termasuk klorisasi air, desinfeksi dll. c. 4emu 4emutu tuss ran ranta taii pen penul ular aran an 4erupakan 4erupakan cara yang paling paling mudah untuk pencegahan pencegahan penularan penularan penyakit infe infeks ksi, i,
teta tetapi pi
hasi hasiln lnya ya
ter tergant gantun ung g
dari dari
keta ketaat atan an
petu petuga gass
dala dalam m
melaksanakan melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. ditetapkan. *indakan *indakan pencegahan ini dengan cara melaksanakan 1 Isolation Precautions1 ( !easpadaan isolasi ) yang yang terd terdir irii dari dari dua dua pila pilar< r< tingk tingkat atan an yait yaitu u 1 'tand 'tandar ard d prec precaut autio ions ns11 ( keaspadaan berdasarkan cara penularan) d. *inda *indakan kan pencegaha pencegahan n paska paska pajanan pajanan ( 1Post 1Post eposur eposuree prophil prophilai ais1< s1
B. FAKTA(FAKTA PENTING PENYAKIT MENULAR
). INFLUEN*A
6.6. Influen&a musiman dan influen&a A (/8=I) a. Pengertian Influen&a Influen&a adalah penyakit penyakit :irus acute yang menyerang menyerang saluran saluran pernapasan, pernapasan, ditandai demam, sakit kepala, mialgia, cory&a, lesu, dan batuk.
b. Penyebab ;irus influen&a A, B, , *ipe A terdiri dari banyak subtipe yang berpotensi terjadinya !ejadian Luar Biasa (!LB) atau endemi< pandemi. 'ubtipe :irus influen&a A dapat menyerang unggas dan mamalia, bila terjadi pencampuran
antara + subtipe dapat terjadi subtipe baru yang sangat :irulen dan mudah menular serta berpotensi menyebabkan pandemi.
c. 5pidemiologi Influen&a dapat ditemukan diseluruh dunia terutama pada musim penghujan di ilayah + musim dan pada musim dingin di ilayah empat musim. Biasa terj terjadi adi epid epidem emii tahu tahunan nan beru berula lang ng yang yang dise diseba babka bkan n oleh oleh :iru :iruss yang yang mengalami mengalami 1antigenic drift1, namun dapat terjadi pandemi global akibat :irus yang mengalami 1antigenic drift1.
d. ara Penularan 4elalui udara atau kontak langsung dengan bahan yang terkontraminasi. 4asa inkubasi biasanya 6F# hari.
e. %ejala !linis %eja %ejala la Infl Influen uen&a &a yang yang umum umum adal adalah ah demam demam,, nyer nyerii otot otot dan mala malais ise. e. Biasanya influen&a akan sembuh sendiri dalam beberapa hari.
f. 4asa Penularan mungkin dapat berlangsung selama #F8 hari sejak timbulnya gejala kliniks, pada anak muda sampai > hari
g. !erentanan dan !ekebalan Infeks Infeksii dan :aksina :aksinasi si menimb menimbulk ulkan an kekebal kekebalan an terhada terhadap p :irus :irus spesif spesifik. ik. Lamanya antibody bertahan paska infeksi dan luasnya spektrum kekebalan tergantung tingkat perubahan antigen dan banyaknya infeksi sebelumnya.
h. ara Pencegahan
4enjag 4enjagaa kebers kebersiha ihan n perora perorangan ngan teruta terutama ma melalu melaluii pencega pencegahan han penularan melalui batuk, bersin, dan kontak tidak langsung melalui tangan dan selaput lendir saluran pernapasan. ;aksinasi aksinasi menggunakan menggunakan :irus inaktif dapat memberikan memberikan >F?H
perlindungan pada orang deasa muda apabila antigen dalam :aksin sama atau mirip dengan strain :irus yang sedang beredar beredar ( musim), pada orang usia lanjut :aksinasi dapat mengurangi beratnya penyakit, kejadian komplikasi dan kematian.
bat anti :irus (penghambat neuraminidase seperti aseltami:ir dan penghantar
4+
channel
rimantadin,
amatadin)
dapat
dipertimbangkan terutama pada mereka yang beresiko mengalami komp kompli lika kasi si ( oran orang g tua, tua, oran orang g deng dengan an penya penyaki kitt jant jantun ung< g< paru paru
menahun). AkhirFakhir ini dilaporkan terjadinya resistensi terhadap amantadin, rimantadin yang semakin meningkat.
Isolasi Isolasi umumnya umumnya tidak dilakukan dilakukan karena tidak tidak praktis. praktis. Pada saat epidem demi
isola olasi
dilakukan ukan
terh erhadap
pasien
denga ngan
cara ara
menempatkan mereka secara kohort.
6.+. Influen&a A ( /8=6) atau $lu burung a. Pengertian $lu burung adalah salah satu penyakit yang di khaatirkan dapat 4enyebabkan pandemi. Penyakit flu burung penting untuk di !etahui sebagai 5merging infectious "iseases. b. Penyebab $lu burung burung
( A:ia A:ian n influe influen&a n&a ) disebab disebabkan kan :irus influe influen&a n&a
subtipe /8=6, flu burung dapat terjadi secara alami pada semua burung. Burung membaa :irus kemudian menyebarkan menyeba rkan melalui sali:a, sekresi patuk, dan feses. Buru Burung ng yang yang kont kontak ak denga dengan n burun burung g pemba pembaaa :iru :irus, s, dapa dapatt tertular dan menimbulkan sakit, sekretnya akan tetap infeksius sela selama ma sepu sepulu luh h hari hari.. $aese $aesess burung burung yang yang teri terinf nfek eksi si dapat dapat mengeluarkan :irus dalam jumlah besar. c.5pidemiologi $lu burung burung pada pada manusi manusiaa sampai sampaisaa saatt ini telah telah dilapor dilaporkan kan di banyak negara terutama di Asia. "i daerah dimana terdapat interaksi tinggi antara populasi hean khususnya unggas dan manusia ( animalF human interface ) risiko terjadi penularan pada manusia. 'aat ini flu burung dianggap sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pandemi influen&a. 'ebagian besar kasus infeksi flu burung pada manusia yang dilaporkan, terjadi akibat dekat dan kontak erat dengan unggas terinfeksi atau benda terkontaminasi. Angka kematian tinggi, antara antara 8F? 8F? H. 4eskip 4eskipun un terdap terdapat at potens potensii penula penularan ran :irus :irus /8=6 dari manusia ke manusia,model penularan semacam ini belum terbukti. d
!elompok usia yang beresiko ;irus /8=6 menyerang dan membunuh kelompok usia muda.
'ebagian 'ebagian besar kasus kasus terjadi terjadi pada anakFanak anakFanak dan deasa deasa muda yang sebelumnya sehat. e.4engapa :irus /8=6 perlu mendapat perhatian khusus dari 68 subtipe subtipe :irus flu burung, :irus /8=6 menjadi menjadi perhatian perhatian khusus, dengan alasan sebagai berikut 3
'ejak tahun +#, /8=6 menyebar luas di Asia pada populasi
unggas dan bergerak ke 5ropa pada tahun +8. 'elain itu terjadi perluasan host (pejamu) dari burung ke mamalia. isiko manusia dan terinfeksi /8=6 tinggi, dipedesaan Asia
unggas di ternakkan dekat ilayah pemukiman dan dibiarkan berkeliaran secara bebas. ;irus ini telah menyebabkan penyakit yang parah pada
manusia dengan kematian tinggi ( dilaporkan mencapai sekitar 8H, meskipun data sur:eilans mungkin tidak lengkap ) $akta terpenting baha /8=6 dapat bermutasi secara cepat
dan berkemampuan memperoleh gen dari :irus yang menginfeksi spesies hean lain. f. ara penularan ke manusia kontak langsung dengan unggas terinfeksi atau benda yang terkontaminasi, oleh feses burung saat ini sebagai jalur utama penularan terhadap manusia. g. 4asa Inkubasi 4asa inkubasi :irus influen&a pada manusia sangat singkat yaitu + sampai # hari, berkisar 6 sampai > hari. Pada influen&a A (/8=6) masa inkubasi # hari berkisar + sampai ? hari.
h. %ejalaFgejala pada manusia %ejalaFgejala flue burung pada manusia adalah 3
"emam tinggi (suhu J#?o )
Batuk
Pilek
=yeri *enggorokan
=yeri tot
=yeri !epala
%angguan pernapasan atau sesak napas
%ejala tambahan yang mungkin ditemukan 3
Infeksi selaput mata
"iare atau gangguan saluran cerna
$atigue< letih
atatan 3 Bila menemukan kasus demam ( suhu tubuhJ#?o ) ditambah 6 atau lebih gejala dan tanda diatas patut dicurigai sebagai kasus flu burung K terutama bila dalam anamnesa diperoleh keterangan salah satu atau lebih dibaah ini 3
"alam > hari sebelum timbul gejala, pernah kontak dengan penderita influen&a A< /8=6 yang tealah di konfirmasi
"alam > hari sebelum timbul gejala, pernah kontak dengan unggas, termasuk ayam mati karena penyakit
"alam > hari sebelum timbul gejala, pernah bekerja memproses sample dari orang atau hean yang diduga mengalami infeksi :irus flu burung patogen tinggi ( /igh Patogenic A:ian Influen&a < /PAI).
*inggal diilayah < dekat dengan kasus /PAI yang dicurigai atau telah dikonfirmasi.
i.
Pencegahan !husus dalam kasus abah flu burung perluK
4enghindari kontak dengan burung terinfeksi atau benda terkontraminasi
4enghindari peternakan unggas
/atiFhati ketika menangani unggas
4emasak unggas dengan baik ( 9o selama # menit atau ?o selama 6 menit ).
4enerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan 3 o
'etelah memegang unggas
o
'etelah memegang daging unggas
o
'etelah memasak
o
'ebelum makan
j. pengobatan anti :irus untuk influen&a
obat anti :irus bekerja menghambat replikasi :irus, sehingga dapat mengurangi gejala dan komplikasi orang yang terinfeksi. bat anti :irus influen&a tersebut yaitu 3
Amantadine
imantadine
seltami:ir ( *amiflu)
anami:ir ( elen&a )
k. Penularan di Puskesmas
;irus mungkin masuk ke puskesmas melalui cairan tubuh ( terutama dari pernapasan ) pasien yang sudah didiagnosis menderita flu burung atau masih suspek maupun probable.
'emua tenaga kesehatan, laboratorium, radiologi, petugas kebersihan, atau pasien lain dan pengunjung puskesmas beresiko terpajan flu burung.
Penularan leat udara, droplet dan kontak.
l. Penatalaksanaan
Identifikasi dan isolasi pasien 'emua pasien yang datang kepuskesmas dengan demam,
dan
gejala
infeksi
pernapasan
harus
ditangani sesuai dengan tindakan hygiene saluran pernapasan seperti yang dibahas dalam buku ini. Pasien dengan riayat perjalanan kedaerah yang terjangkit flu burung dalam aktu 6 hari terakhir, diraat inap dengan infeksi saluran pernapasan berat atau berada dalam pengamatan untuk flu burung, harus ditangani dengan menggunakan keaspadaan standar dan keaspadaan penularan leat kontak, droplet dan udara seperti pada pasien 'A'. !easpadaan ini harus dilakukan selama > hari setelah turun demam pada orang deasa, +6 hari sejak onset penyakit pada anakFanak dibaah 6+ tahun, sampai diagnosis alternatif ditegakkan atau hasil uji diagnostik menunjukkan baha pasien tidak terinfeksi oleh :irus influen&a A.
Langkah penting pencegahan dan pengendalian infeksi Pencegahan
dan
pengendalian
penyebaran
flu
burung di Puskesmas Parang 3 F
penempatan pasien diruang isolasi khusus flu burung dengan tekanan negatif.
F
Pengaasan
terhadap
keaspadaan standard
implementasi
dan keaspadaan
penularan leat udara, droplet dan kontak
2. HI+ , AIDS
a. Pengertian AI"' ( AcGuaired Immuno "eficiency 'yndrome ) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh akibat terserang :irus /uman Immunodeficiency ;irus (/I;)
b. Penyebab /uman Immunodeficiency ;irus (/I;), termasuk retro:irus yang terdiri atas + tipe 3 tipe 6 (/I;F6) dan tipe + (/I;F+)
c.ara Penularan Penularan /I; dri orang ke orang melalui kontak seksual yang tidak dilindungi, baik homo maupun heteroseksual, pemakaian jarum suntik yang terkontraminasi, kontak kulit yang lecet dengan bahan infeksius, transfusi darah atau komponenjnya yang terinfeksi, transplantasi organ dan jaringan. 'ekitar 68F#8H bayi yang lahir dari ibu yang /I; (M) terinfeksi, transplantasi organ dan jaringan. 'ekitar 68F#8H bayi yang lahir dari ibu yang /I; (M) terinfeksi melalui placenta dan hampir +H bayi yang disusui oleh ibu /I; (M) dapat tertular. Penularan dapat juga terjadi pada petugas kesehatan yang tertusuk jarum suntik yang mengandung darah yang terinfeksi.
d. 4asa Inkubasi Ber:ariasi tergantung
usia dan
pengobatan
anti:irus.
Caktu
antara terinfeksidan
terdeteksinya antibody sekitar 6F# bulan namun untuk terjadinya AI"' sekitarN6tahun hingga O68 tahun. *anpa pengobatan efektif, 8H orang deasayang terinfeksi akan menjadi AI"' dalam aktu 6 tahun.
e. %ejala !linis Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi /I; dalam aktu 8 sampai 6 tahun. 'etelah terjadi penurunan sel "7 secara bermakna baru AI"' mulai berkembang dan menunjukkan gejalaFgejala seperti 3
Penurunan berat badan secara drastis
"iare yang berkelanjutan
Pembesaran kelenjar leher dan atau ketiak
Batuk terus menerus
%ejala klinis lainnya oportunistikyang terjadi.
tergantung
pada stadium
klinis dan
jenis
infeksi
f. Pengobatan Pemberian anti :irus (/ighly Acti:e Anti etro:iral *herapy, /AA* ) dengan # obat atau lebih dapat meningkatkan prognosis dan harapan hidup pasien /I;. Angka kematian di negara maju menurun ?H sejak digunakannya kombinasi obat anti:irus.
g. 4asa Penularan *idak diketahui pasti, diperkirakan mulai sejak terinfeksi dan berlangsung seumur hidup.
h. !erentanan dan !ekebalan "iduga semua orang rentan. *erutama pada P4' ( Penyakit 4enular 'eksual ) dan pria yang tidak dikhitan kerentanan meningkat.
i. ara Pencegahan 4enghindari perilaku risiko tinggi seperti seks bebas tanpa perlindungan, menghindari penggunaan alat suntik bergantian, melakukan praktek transfusi dan donor organ yang aman serta praktek medis dan prosedur laboratorium yang memenuhi standar.
j. Profilaksis paska pajanan
"iberikan obat A; untuk mengurangi risiko penularan /I; terhadap petugas kesehatan setelah terpajan. 'tudi kasus kelola menyatakan baha pemberian A; segera setelah pejanan perkutan menurunkan resiko infeksi /I; sebesar ?H ( ardo dkk. =.5ngl 4ed 6-->). 5fektifitas A; apabila diberikan dalam 6 jam setelah pejanan selama +? hari.
Pemeriksaan sample darah /I;
Pemeriksaan antibodi pada bulan ke# dan ke 9
Petugas yang terpajan dimonito oleh dokter penyakit dalam atau anak dan perlu dukungan psikologis.
-. ANTRAKS
a. Pengertian Antraks adalah penyakit bakteri akut yang biasanya mengenai kulit, saluran pernapasan atau saluran pencernaan.
b. 5pidemiologi Penyakit antraks pada manusia terdapat diseluruh dunia. 2mumnya didaerah pertanian dan industri. 4ereka yang berisiko terkena antraks adalah 3
rang yang kontak dengan binatang yang sakit
"igigit serangga tercemar antraks
rang yang mengkonsumsi daging binatang terinfeksi
rang yang kontak dengan kulit, bulu, tulang binatang yang mengandung spora antraks.
a. Penyebab
Bacillus anthracis, bakteri gram positif berbentuk batang, berspora.
b. ara Penularan Penularan melalui kontak dengan jaringan, bulu binatang yang sakit dan mati atau tanah yang terkontraminasi (antraks kulit). Infeksi juga dapat melalui inhalasi spora (antraks paru) atau memakan daging tercemar yang tidak dimasak dengan baik (antraks saluran pencernaan). arang terjadi penularan dari orang ke orang. c. 4asa Inkubasi Antara 6F> hari, bisa sampai 9 hari
d. %ejala klinis %ejala klinis antraks sangat tergantung patogenesis dan organ yang terkena (kulit, paru, saluran pencernaan, meningitis). "i Indonesia terbanyak ditemukan antraks kulit.
%ejala antraks kulit 3 #F8 hari setelah endospora masuk kedalam kulit timbul makula kecil arna merah yang berkembang menjadi papel gatal dan tidak nyeri. "alam 6F+ terjadi :esikel, ulkus dan ulcerasi yang dapat sembuh spontan dalam +F# minggu. "engan antibiotika mortalitas antraks kulit kurang dari 6H.
%ejala antraks saluran pencernaan 3 mual, demam, nafsu makan menurun, abdomen akut, hematemesis, melena. Bila tidak segera diobati dapat mengakibatkan kematian.
%ejala antraks saluran pernapasan meliputi 3 o
Antraks pada daerah orofaring akan menimbulkan demam, sukar menelan, limfadenopati regional.
o
Antraks pada paru ada + tahap. *ahap pertama ringan berlangsung # hari pertama muncul gejala flu, nyeri tenggorok, demam ringan, batuk non produktif, nyeri otot, mual, muntah, tidak terdapat cory&a. *ahap kedua ditandai gagal napas, stridor, penurunan kesadaran dan sepsis sampai syok
sering berakhir dengan kematian. 4eningitis antraks
terjadi pada 8H kasus antraks paru.
g. 4asa Penularan *anah dan bahan yang tercemar spora dapat infeksius sampai puluhan tahun
h. !erentanan dan !ekebalan kekebalan setelah terinfeksi tidak jelas. Infeksi kedua kemungkinan terjadi tetapi tidak ada gejala.
i. ara Pencegahan
Pencegahan penyakit antraks dengan 3 Pencegahan pada manusia dengan menjaga kebersihan tangan,
memasak daging yang matang.
4emberikan :aksinasi kepada kelompok risiko tinggi
Pemberian antibiotika profilaksis paksa pajanan selama 9 hari tanpa aksin atau selama # hari ditambah # kali dosis :aksin, dapat dimulai sampai +7 jam paska pajanan. Pemberian antibiotika jangka panjang diperlukan untuk mengatasi
spora yang menetap lama dijaringan paru dan kelenjar getah bening. Antibiotika yang dipakai adalah siprofloksasin 8mg dua kali sehari atau doksisiklin 6mg dua kali sehari.
!easpadaan standar terutama terhadap penyebaran melalui inhalasi dengan 3 o
Peralatan bedah harus segera di sterilkan setelah digunakan
o
Petugas kesehatan menggunakan AP", dan segera mandi menggunakan sabun dan air mengalir yang cukup banyak
o
Petugas tidak perlu diberikan :aksinasi dan profilaksis antibiotika
o
AP" bekas pakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan dibuang kesampah medis untuk dimasukkan ke incinerator< dibakar
o
ena&ah pasien antraks dibungkus dengan kantong plastik, dimasukkan kedalam peti mati yang ditutup rapat dan disegel. Bila memungkinkan dibakar.
o
*empat
tidur
dan
alat
yang
terkontraminasi
harus
dibersihkan dan disterilkan dengan autoklaf 6+ o c selama # menit o
Limbah padat, cair dan limbah laboratorium diolah dengan semestinya.
. TUBERKULOSIS
a. Penyebab *uberkulosis (*B) disebabkan oleh kuman atau basil tahan asam (B*A) yakni mycobacterium tuberculosis. !uman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jenis mycobacterium dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan menyerang semua organ tubuh bakteri ini seperti kulit, kelenjar, otak, ginjal, tulang, dan yang paling sering paru.
b. 5pidemiologi penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Indonesia menduduki peringkat ke # dunia dalam hal
jumlah pasien *B setelah India dan ina. 'ekitar - juta kasus baru terjadi setiap tahun diseluruh dunia. 'epertiga penduduk dunia terinfeksi *B secara laten. 'ekitar -8H pasien *B berada di negara sedang berkembang, dengan angka kematian mencapai # juta orang pertahun. "i Indonesia diperkirakan terdapat 8?#. kasus baru dengan 67. kematian tiap tahun. 2mumnya sekitar >8F?8H pasien *B berasal dari kelompok usia produktif.
$aktor risikonya yaitu penderita /I;
c. ara Penularan Penularan penyakit *B paru melalui percikan dahak ( droplet) dari orang keorang, sekali batuk terdapat # percikan dahak (droplets) yang mengandung kuman *B dan dapat menulari orang sekitarnya.
d. 4asa Inkubasi 'ejak masuknya kuman hingga timbul gejala adanya lesi primer atau reaksi test tuberkolosis positif memerlukan aktu +F6 minggu. isiko menjadi *B paru (breakdon) dan *B ekstrapulmoner progresif setelah infeksi primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten bisa berlangsung seumur hidup. Pada pasien dengan imun defisiensi seperti /I;, masa inkubasi bisa lebih pendek.
e. 4asa Penularan Pasien *B berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya mengandung B*A. Penularan berkurang apabila pasien yang tidak diobati atau diobati tidak adekuat dan pasien dengan 1persistent A$B positi:e1 dapat menjadi sumber penularan dalam aktu lama. *ingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan, :irulensi kuman, terjadinya aerosolisasi aktu batuk atau bersin dan tindakan medis berisiko tinggi seperti intubasi, bronhoskopi.
f. %ejala !linis %ejala klinis penyakit *B paru yang utama adalah batuk terus menerus disertai dahak selama # minggu atau lebih, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, badan lemah, sering demam, nafsu makan menurun dan penurunan berat badan.
g. Pengobatan
Pengobatan spesifik dengan kombinasi anti tuberkulosis (A*), dengan metode "*' ("irectly bser:ed *reatment 'hortcourse), pengobatan dengan regimen jangka pendek dibaah pengaasan langsung Pengaas 4inum bat (P4).
2ntuk pasien baru *B B*A (M),C/ menganjurkan pemberian 7 macam obat
setiap hari selama + bulan terdiri dari ifampisisn, I=/, PA dan ethambutol diikuti I=/ dan rifampisisn # kali seminggu selama 7 bulan. h. ara Pencegahan
Penemuan dan pengobatan pasien merupakan salah satu cara pencegahan dengan menghilangkan sember penularan.
Imunisasi B% sedini mungkin
Perbaikan lingkungan, status gi&i dan kondisi sosial ekonomi
'etiap pasien *B paru B*A positif ditempatkan dalam ruangan bertekanan negatif.. setiap orang yang kontak diharuskan memakai pelindung pernapasan yang dapat menyaring partikel yang berukuran submikron.
BAB I+ PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI PUSKESMAS PARANG KABUPATEN KARA/ANG
Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di Puskesmas Parang meliputi 3
A. !easpadaan 'tandar 6. !ebersihan tangan +. Penggunaan Alat pelindung diri #. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen 7. Pengelolaan Limbah 8. Pengendalian Lingkungan Puskesmas 9. !esehatan karyaan< perlindungan petugas kesehatan
>. Penempatan Pasien ?. /ygiene respirasi< etika Batuk -. Praktek menyuntik yang aman 6. Praktek untuk lumbal punksi
6. !ebersihan *angan a. "efinisi
!ebersihan tangan dari sudut pandang pencegahan dan pengendalian infeksi, adalah praktek membersihkan tangan untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan.
4encuci tangan 3 proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air
$lora transien dan flora residen pada kulit 3 $lora transien pada tangan diperolah melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lain dan permukaan lingkungan ( misalnya meja periksa, lantai, atau toilet ). rganisme ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat dengan mencuci tangan menggunakan sabun biasa dan air mengalir. $lora esiden tinggal dilapisan kulityang lebih dalam serta didalam folikel rambut, dan tidak dapat dihilangkan seluruhnya, alaupun dengan pencucian dan pembilasan dengan sabun dan air bersih.
Air bersih 3 air yang secara alami atau kimiai dibersihkan dan disaring sehingga aman untuk diminum, serta untuk pemakaian lainnya dan memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan. Pada keadaan normal minimal air bersih harus bebas dari mikroorganisme dan memiliki turbiditas rendah ( jernih, tidak berkabut ).
'abun 3 produkFproduk pembersih< sabun cair yang menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran, debris dan mikroorganisme yang menempel sementara pada tangan, sabun niasa memerlukan gosokan untuk melepas
mikroorganisme
secara
mekanik,
sementara
sabun
antiseptik
( antimikroba) selain melepas juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dari sebagian besar mikroorganisme.
Agen anti septik atau anti mikroba 3 bahan kimia yang digunakan untuk mencuci tangan
dengan
menghambat
atau
membunuh
mikroorganisme,
sehingga
mengurangi jumlah bakteri.
5mollient 3 cairan organik seperti gliserol, propilen delikol, atau sorbitol yang ditambahkan pada handrub dan losion. !egunaannya untuk melunakkan kulit dan membantu mencegah kerusakan kulit ( keretakan, kekeringan iritasi dan dermatitis ) akibat pencucian tangan.
b. Indikasi membersihkan tangan
'egera 3 setelah tiba ditempat kerja
'ebelum 3
o
!ontak langsung dengan pasien
o
4emakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan in:asif
o
4enyediakan< atau mempersiapkan obatFobatan
o
4empersiapkan makanan
o
4emberi makan pasien
o
4eninggalkan puskesmas
"iantara 3 prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan terkontraminasi, untuk menghindari kontaminasi silang
'etelah 3
!ontak dengan pasien
4elepas sarung tangan
4elepas alat pelindung diri
!ontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, eksudat luka dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan terkontraminasi dengan darah, cairan tubuh, faeses< urine apakah menggunakan atau tidak menggunakan sarung tangan
4enggunakan toilet, ,menyentuh< melap hidung dengan tangan
c. persiapan membersihkan tangan 3
Air mengalir
'abun
Larutan antiseptik
Lap *angan yang bersih dan kering
d. Prosedur 'tandar 4embersihkan *angan *ekhnik membersihkan tangan dengan sabun dan air harus dilakukan seperti di baah ini 3 6. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih +. *uangkan sabun secukupnya, pilih sabun cair #. ratakan dengan kedua telapak tangan 7. gosok punggung dan selFsel jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya 8. gosok kedua telapak dan selaFsela jari 9. jariFjari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci >. gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
?. gosok dengan memutar ujung jariFjari di telapak tangan kiri dan sebaliknyaBilas kedua tangan dengan air mengalir -. Bilas kedua tangan dengan air mengalir 6. keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue toel sampai benarFbenar kering 66. gunakan handuk sekali pakai atau tissue toel untuk menutup kran
e. /andrub antiseptik ( handrub berbasis alkohol ) 6. teknik untuk menggosok tangan dengan antiseptik meliputi 3 +. tuangkan secukupnya handrub berbasis alkohol untuk dapat mencakup seluruh permukaan tangan dan jari (kiraFkira satu sendok teh) #. ratakan dengan kedua telapak tangan 7. gosok punggung dan selaFsela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya 8. gosok kedua telapak dan selasela jari 9. jariFjari dalam dari kedua tangan saling mengunci >. gosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya ?. gosok dengan memutar ujung jariFjari ditelapak tangan kiri dan sebaliknya
Perhatian 3 Lama penggosokan untuk pembersihan tangan dengan air dan sabun minimal selama 68 detik, sedangkan untuk pembersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alcohol minimal selama 6 detik.
f. /al 0hal yang harus diperhatikan
Bila tangan kotor dan terkontraminasi harus cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Bila tidak jelas kotor atau terkontraminasi, cuci tangan dengan hancrub
Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan
"ispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
angan mengisi sabun yang masih ada isinya, penambahan dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang dimasukkan
angan menggunakan baskom yang berisi air, alaupun menggunakan antiseptik
!iki harus dijaga tetap pendek, tidak lebih dari #mm melebihi ujung jari
*idak boleh menggunakan kuku buatan karena dapat menimbulkan /AIs ( /edderick et al.+) sebagai reser:oar untuk bakteri gramn negatif.
*idak diperkenankan menggunakan cat kuku dan perhiasan.
+. Penggunaan Alat Pelindung "iri a. "efinisi
Alat pelindung diri adalah alat pelindung sebagai barrier yang digunakan untuk melindungi pasien dan petugas dari mikroorganisme yang ada diPuskesmas b. enisFjenis Alat Pelindung "iri ( AP" ) 6. 'arung tangan +. 4asker #. !aca 4ata 7. *opi 8. %aun 9. Apron >. Pelindung !aki
6) 'arung *angan
"efinisi Alat yang digunakan untuk melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada
di
tangan
petugas
kesehata.
'arung
tangan
merupakan
penghalang (barier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. 'arung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontraminasi silang.
Ingat 3 4emakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci tangan atau pemakaian antiseptic yang digosokkan pada tangan. *ujuannya 3 a). 2ntuk menciptakan barier protektif dan mencegah kontaminasi yang berat. 4isalnya untuk menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekresi, mukus membran, kulit yang tidak utuh. b). 4enghindari transmisi mikroba dari petugas nkepada pasien saat melakukan tindakan pada kulit pasien yang tidak utuh. c). 4encegah transmisi mikroba dari pasien ke pasien lain melalui tangan petugas.
Penggunaan sarung tangan oleh petugas pada keadaan 3 a). !ontak tangan dengan darah, cairan tubuh, membran atau kulit yang tidak utuh b). 4elakukan tindakan in:asif c). 4enangani bahanFbahan bekas pakai yang terkontraminasi atau menyentuh bahan tercemar. d). 4enerapkan keaspadaan berdasarkan penularan melalui kontak
enisFjenis tangan 3 a. sarung tangan bersih b. sarung tangan steril
c. sarung tangan rumah tangga
Apakah kontak dengan darah< cairan tubuh
*idak
*A=PA 'A2=% *A=%A=
Da
APA!A/ !=*A! "5=%A= PA'I5=
*idak
'A2=% *A=%A= 24A/ *A=%%A A*A2 'A2=% *A=%A= B5'I/
*idak
'A2=% *A=%A= B5'I/ A*A2 'A2=% *A=%A= "**
Da
APA!A/ !=*A! "5=%A= AI=%A= "IBACA/ !2LI*
Da
'A2=% *A=%A= '*5IL A*A2 'A2=% *A=%A= "**
Gambar - 0 Ba1an a$#r "em!$!an 3en!' 'ar#n1 an1an
/al hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan 3
%unakan ukuran sarung tangan yang sesuai, khususnya untuk tindakan bedah, karena dapat mengganggu tindakan dan mudah robek.
!uku harus pendek, agar tidak cepat robek
*arik sarung tangan keatas manset gaun untuk melindungi pergelangan tangan
%unakan pelembab yang larut dalam air, untuk mencegah kulit tangan kering< berkerut.
angan gunakan lotion yang mengandung minyak, karena akan merusak sarung tangan bedah.
angan menggunakan lotion yang mengandung parfum karena dapat mengiritasi kulit
angan menyimpan sarung tangan ditempat dengan suhu terlalu panas atau terlalu dingin mislanya dibaah sinar matahari langsung, didekat pemanas A, cahaya ultra:iolet cahaya fluoresen atau mesin rongent, karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi efektifitas sebagai pelindung.
+) 4asker
"efinisi 4asker adalah alat yang digunakan untuk menutupi hidung, mulut, bagian baah dagu dan rambut pada ajah (jenggot). *ujuan
2ntuk menahan cipratan yang keluar seaktu petugas kesehatan atau petrugas bedah berbicara, batuk atau bersin.
2ntuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan.
enisF jenis 4asker a. 4asker katun < kertas, sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau efektif sebagai filter. b. 4asker bedah, merupakan masker terbaik dapat menyaring partikel berukuran besar (O8Qm), sekalipun tidak dirancang untuk menutup secara benarFbenar menutup secara erat, sehingga tidak dapat secara efektif menyaring udara. c. 4asker
=F-8
merupakan
masker
khusus
dengan
efisiensi
tinggi
yang
direkomendasikan untuk peraatan pasien flu burung< 'A', berfungsi melindungi dari partikel dengan ukuran (O8Qm). Pelindung ini menempel dengan erat pada
ajah tanpa ada kebocoran, kelemahannya dapat mengganggu pernapasan dan harganya lebih mahal dari masker bedah sebelum digunakan masker dilakukan fit test.
Prosedur penggunaan masker bedah atau =F-8< respirator particulat a. %enggamlah respirator< masker bedah dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian hidung pada ujung jariFjari anda, biarkan tali pengikat respirator menjuntai bebas dibaah tangan anda. b. Posisikan masker bedah< respirator dibaah dagu anda dan sisi untuk hidung berada diatas. c. *ariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi dibelakang kepala anda diatas telinga. *ariklah tali pengikat respirator yang baah dan posisikan tali dibaah telinga. d. Letakkan jariFjari tangan anada diatas bagian hidung yang terbuat dari logam. *ekan sisi logam tersebut (gunakan dua jari dari masingFmasing tangan) mengikuti bentuk hidung anda, jangan menekan respirator dengan satu tangan karena dapat mengakibatkan respirator bekerja kurang efektif e. *utup bagian depan respirator dengan kedua tangan, dan hatiFhati agar posisi respirator tidak berubah.
Pemerikasaan segel positif /embuskan napas kuatFkuat. *ekanan positif didalam respirator berarti tidak ada kebocoran. Bila terjadi kebocoran atau posisi dan atau ketegangan tali. 2ji kembali kerapan respirator. 2langi langkah tersebut sampai respirator benarFbenar tertutup rapat.
Pemeriksaan segel negatif *arik napas dalamFdalam. Bila tidak ada kebocoran, tekanan negatif didalam respirator akibat udara masuk melalui celahFcelah pada segelnya.
#. Alat Pelindung 4ata "efinisi Alat untuk melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara melindungi mata. enis 0 jenis alat pelindung mata 3
!aca mata ( %oggles )
!aca mata pengaman
!aca mata pelindung ajah dan :isor
7. *opi "igunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk kedalam luka selama pembedahan.
*ujuannya 2ntuk melindungi petugas dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot. 8. %aun Pelindung "igunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat meraat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet< airbone. *ujuannya 3
2ntuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi
2ntuk melindungi dari penyakit menular
2ntuk meraat pasien karena ada kemungkinan terpecik atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi, atau eksresi.
4anfaatnya 3
"apat menurunkan +F6 dengan memakai gaun pelindung
"apat menurunkan opron plastik saat meraat pasien bedah abdomen dibandingkan peraat yang memakai baju seragam dan ganti tiap hari.
9. Apron
"efinisi Adalah alat yang terbuat dari karet atau plastik sebagai pelindung bagi petugas kesehatan dan tahan air. "igunakan pada saat 3
4eraat pasien langsung
4embersihkan pasien
4elakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi.
>. Pelindung !aki "igunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja keatas kaki. enis 0 jenis pelindung kaki 3
'epatu Boot !aret
'epatu !ulit *ertutup
c. Pemakaiaan Alat pelindung diri (AP") di Puskesmas 3 6. $aktor 0 faktor yang harus diperhatikan pada pemakaian AP"
!enakan AP" sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki ruangan
%unakan dengan hatiFhati jangan menyebarkan kontaminasi
Lepas dan buang hatiFhati ketempat limbah infeksius yang telah disediakan diruang ganti khusus. Lepas masker diluar ruangan
'egera lakukan pembersihan tangan
dengan
langkahFlangkah
membersihkan tangan sesuai pedoman.
+. ara menggunakan AP" LangkahFlangkah menggunakan AP" pada peraatan ruang isolasi kontak dan airbrne adalah sebagai berikut 3 a. !enakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung b. !enakan pelindung kaki c. !enakan sepasang sarung tangan pertama d. !enakan gaun luar e. !enakan celemek plastik f. !enakan sepasang sarung tangan kedua g. !enakan masker h. !enakan penutup kepala i.
!enakan pelindung mata
#. ara melepaskan AP" LangkahFlangkah adalah 3 a. "isinfeksi sepasang sarung tangan bagian luar b. "isinfeksi celemek dan pelindung kaki c. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian luar d. Lepaskan celemek e. Lepaskan gaun bagian Luar f. "isinfeksi tangan yang mengenakann sarung tangan g. Lepaskan Pelindung 4ata h. Lepaskan Penutup !epala i.
Lepaskan 4asker
j.
Lepaskan Pelindung kaki
k. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian dalam l.
uci tangan dengan sabun dan air bersih
#. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
#.6. Pemrosesan Peralatan Pasien
a. Alur pemrosesan peralatan pasien
PreF cleaning (Pembersihan aal) 4enggunakan detergen atau 5n&ymatic, sikat
Pembersihan ( uci bersih dan tiriskan )
'*5ILI'A'I (Peralatan !ritis ) 4asuk dalam pembuluh "arah < aringan tubuh
"I'I=$5!'I
"isinfeksi *ingkat *inggi "isinfeksi *ingkat endah (Peralatan semi kritikal) (Peralatan non kritikal) Bersihkan 4asuk dalam mukosa tubuh dengan air steril /anya pada permukaan tubuh keringkan 5ndotracheal tube.=%*dan!imiai yang utuh "irebus *ensimeter, termometer
Gambar 4 0 A$#r "em"r5'e'an "era$aan "a'!en
b. *ingkatan Proses "isinfeksi 6. "isinfeksi *ingakat *inggi ("**) 4ematikan kuman dalam aktu + menit F6+ jam akan mematikan semua mikroba kecuali spora bakteri. +. "isinfeksi *ingakat 'edang ("*' ) 4ematikan mikrobakteria :egetatif, :irus, jamur, tetapi tidak bisa mematikan spora bakteria. #. "isinfeksi *ingkat endah ("*) 4ematikan hampir semua bakteri :egetatif, beberapa jamur, beberapa :irus dalam aktu N 6 menit. c. "efinisi
Preclenaing< Prabilas 3 proses yang membuat mati lebih aman untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan (menginakti:asi /B;, /B, dan /I; ) dan mengurangi,
tapi
tidak
menghilangkan
jumlah
mikroorganisme
yang
mengkontraminasi.
Pembersihan 3 proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi petugas yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut.
"isinfeksi *ingkat *inggi ("**) 3 Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan atau memakai disinfektan kimiai.
'terilisasi 3 proses menghilangkan semua mikroorganisme ( bakteria, :irus, fungi, dan parasit termasuk endospora bacterial) dari benda mati dengan uap tekanan tinggi ( otoklaf), pabas kering (o:en), sterilisasi, kimiai, atau radiasi.
#.+. Pengelolaan Linen
"efinisi Pengelolaan
Linen
adalah
penanganan
linen
di puskesmas
meliputi proses
pengimpanan, pendistribusian, pemisahan linen kotor, dan pencucian. *ujuan 4encegah terjadinya penularan melalui linen yang terkontraminasi dari pasien kepetugas maupun kepasien lain dan lingkungan sekitarnya. Prinsip 2mum 3
'emua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan kedalam kantong< adah yang tidak rusak saat diangkut.
Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan.
Prosedur Pengelolaan Linen 3
Linen yang kotor diletakkan dipisahkan linen yang infeksi dan non infeksi dengan menggunakan AP". !antong kuning untuk yang infeksi, dan yang hitam untuk yang tidak infeksi atau linen yang bersih, kemudian diikat yang rapih.
/ilangkan bahan padat dari linen yang sangat kotor dengan menggunakan AP" yang sesuai dan buang ketempatnya, kemudian linen masukkan kekantong cucian.
Linen yang sudah digunakan harus dibaa dengan hatiFhati dan menggunakan trolley linen dengan membedakan tempat linen bersih dan yang kotor, untuk mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau orangForang disekitarnya.
angan memilah linen ditempat peraatan pasien. 4asukkan linen yang terkontraminasi langsung kekantong cucian diruang isolasi dengan memanipulasi minimal atau mengibasFibaskan untuk menghindari kontaminasi udara d an orang
Linen dicuci sesuai prosedur pencucian biasa.
uci dab keringkan lenen sesuai dengan standar dan prosedur tetap di Puskesmas. 2ntuk pencucian dengan air panas, cuci linen menggunakan detergen< disinfeksi dengan air >o ( 69 o $) selama +8 menit. Pilih bahan kimia yang cocok untuk pencucian temperatur rendah dengan konsentrasi yang sesuai temperatur air O>o ( 69 o $).
7. Pengelolaan Limbah Pengelolaan Limbah merupakan salah satu upaya kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi dipuskesmas. Limbah puskesmas berupa limbah yang sudah terkontraminasi atau tidak terkontraminasi. 'ekitar ?8H limbah umum dihasilkan yang dihasilkan Puskesmas tidak terkontraminasi dan tidak berbahaya bagi petugas yang menangani, namun demikian penanganan limbah ini harus dikelola dengan baik dan benar.
7.6. Pengertian Limbah puskesmas adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas dalam bentuk padat, cair dan gas. 7.+. *ujuan Pengelolaan Limbah
4elindungi petugas pembuangan limbah dari perlukaan
4elindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan
4encegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
4embuang bahanFbahan berbahaya ( bahan *oksik dan radioaktif) dengan aman.
7.#. enisFjenis Limbah a. Limbah padat puskesmas adalah semua limbah puskesmas yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan puskesmas yang terdiri dari 3
Limbah medis padat adalah 3 limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiai, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi
Limbah pada non medis adalah 3 limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas diluar medis yang berasal dari dapur perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
b. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan puskesmas yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. c. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran dipuskesmas seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat sitotoksis. d. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontraminasi dengan darah, cairan tubuh pasien, eksresi, sekresi yang dapat menularkan kepada orang lain. e. Limbah 'itotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
7.7. Pengelolaan Limbah a. Identifikasi Limbah 3
Padat
air
*ajam
Infeksius
=on infeksius
b. Pemisahan
Pemisahan dimulai dari aal penghasilan Limbah
Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
*empatkan limbah sesuai dengan jenisnya
Limbah cair segera dibuang ke estafel di spoelhok
c. Labeling
Limbah padat infeksius 3 plastik kantong kuning atau arna lain tapi diikat tali kuning.
Limbah padat non infeksius 3 plastik kantong arna hitam
Limbah benda tajam 3 adah tahan tusuk dan air (safety bo)
d. !antong pembuangan diberi label bioha&ard atau sesuai jenis limbah limbah e. Packing
*empatkan dalam adah limbah tertutup
*utup mudah dibuka, sebaliknya bisa dengan menggunakan kaki
!ontainer dalam keadaan bersih
!ontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
*empatkan setiap kontainer limbah pada jarak 6F+meter
Ikat limbah jika sudah terisi R penuh
!ontainer limbah harus dicuci setiap hari
f. Penyimpanan
'impan limbah di empat penampungan sementara
*empatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat
Beri label pada kantong plastik limbah
'etiap hari limbah diangkat dari tempat penampungan sementara
4engangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
!ereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
*idak boleh ada yang tercecer
'ebaliknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien
%unakan alat pelindung diri ketika menangani limbah
*empat penampungan sementara sementara harus di area terbuka, terjangkau oleh kendaraan, aman dan selalu dijaga kebersihannya dengan kondisi kering.
g. Pengangkutan
4engangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
!ereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
*idak boleh ada yang tercecer
'ebaliknya jalan pengangkut limbah berbeda dengan jalan pasien
%unakan alat pelindung diri ketika menangani limbah.
h. *reatment
Limbah infeksius dimasukkan dalam incenerator
Limbah non infeksius dibaa ketempat pembuangan limbah umum
Limbah benda tajam dimasukkan dalam incenerator
Limbah cair dalam estafell diruang spoelhok
Limbah $eces, urine kedalam C
7.8. Penanganan Limbah Benda *ajam
angan menekuk atau mematahkan benda tajam
angan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat
'egera buang buang limbah benda tajam tajam ke kontainer yang tersedia tersedia tahan tahan tusuk dan tahan air dan tidak bisa dibuka lagi
'elalu buang sendiri oleh si pemakai
*idak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
!ontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan
7.9. Penanganan limbah pecahan kaca
%unakan sarung tangan rumah tangga
%unakan kertas koran untuk mengumpulkan mengumpulkan pecahan benda tajam tersebut, tersebut, kemudian bungkus dengan kertas
4asukkan dalam kontainer tahan tusukan beri label
7.>. 2nit Pengelolaan Limbah air
!olam stabilisasi air limbah
!olamoksidasi air limbah
'istem proses pembusukan anaerob
'eptik tank
7.?. Pembuangan Pembuangan Limbah Limbah *erkontaminas erkontaminasii
4enuang 4enuangkan kan cairan cairan atau atau limbah limbah basah basah ke sistem sistem pembuan pembuangan gan kotoran kotoran tertutup
Insine Insineras rasii (pemba (pembakar karan) an) untuk untuk menghan menghancur curkan kan bahanFb bahanFbahan ahan sekali sekaligus gus mikroo mikroorga rganis nisme me nya. Ini merupa merupakan kan metode metode terbai terbaik k untuk untuk pembuan pembuangan gan limbah terkontaminasi. Pembakaran juga akan mengurangi :olume limbah dan memastikan baha bahanFbahan tersebut tidak akan dijarah dan dipakai ulang. ulang. Bagaim Bagaimanap anapun un juga juga pembaka pembakaran ran akan akan dapat dapat mengel mengeluar uarkan kan kimia kimia beracun ke udara.
4engubur limbah terkontaminasi agar tidak tersentuh lagi
7.-. ara penanganan penanganan limbah limbah terkontami terkontaminasi nasi
2ntuk limbah terkontaminasi, pakailah adah plastik atau disepuh logam dengan tutup yang rapat.
%unakan adah tahan tembus untuk pembuangan semua bendaFbenda tajam
*empatkan adah limbah dekat dengan lokasi terjadinya limbah itu dan mudah dicapai oleh pemakai.
Peralatan yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengangkut limbah tidak boleh dipakai untuk keperluan lain diklinik atau puskesmas.
uci semua adah limbah dengan larutan pembersih disinfektan dan bilas teratur dengan air
ika mungkin, gunakan adah terpisah untuk limbah yang akan dibakar dan yang tidak akan dibakar sebelum dibuang.
%unakan alat perlindungan diri (AP") ketika men angani limbah
uci tangan tangan atau atau gunakan gunakan penggos penggosok ok tangan tangan antisep antiseptik tik berbaha berbahan n dasar dasar alkohol alkohol tanpa tanpa air setela setelah h melepa melepaska skan n sarung sarung tangan tangan apabila apabila menang menangani ani limbah.
7.6 7.6..
ara ara Pem Pembu buan anga gan n Limb Limbah ah
a. 5nkaplu 5nkapluasi asi 3 dianj dianjurk urkan an sebag sebagai ai cara cara term termudah udah membu membuang ang benda bendaFbe Fbenda nda tajam. Benda tajam dikumpulkan dalam adah tahan tusukan dan antobocor. 'esudah R penuh, bahan seperti semen, pasir, tau bahanFbahan menjadi padat dan kering., adah ditutup, disebarkan pada tanah rendah, ditimbun dan dapat dikuburkan. dikuburkan. BahanFbahan BahanFbahan sisa klimia klimia dapat dimasukkan bersama dengan bendaFbenda tajam. b. Insinerasi adalah proses dengan suhu tinggi untuk u ntuk mengurangi m engurangi berat dan isi limbah. Pross ini biasanya dipilih untuk menangani limbah yang tidak dapat didaur ulang, dipakai lagi, atau dibuang ke tempat pembuangan limbah atau tempat kebersihan pealatan tanah. c. Pembaka Pembakaran ran terbuka terbuka tidak tidak dianju dianjurka rkan n karena karena berbahaya berbahaya,, batas batas pandangan pandangan tidak jelas, dan angin dapat menyebarkan limbah kesekitar kemanaFmana d. 4engubur 4engubur limbah limbah difasilit difasilitasi asi kesehatan kesehatan dengan dengan sumber sumber terbatas, terbatas, pengubur penguburan an limbah secara aman pada atau dekat fasilitas mungkin merupakan satuF satunya alternatif untuk pembuangan limbah. aranya 3 buat lubang sedalam +,8m, setiap tinggi limbah >8cm ditutupi kapur tembok, kemudian diisi lagi dengan limbah sampai >8 cm ditutupi kapur tembok, kemudian diisi lagi dengan limbah samapai >8cm, kemudian dikubur. 2ntuk mengurangi risiko dan polusi lingkungan, beberapa aturan dasar adalah 3
Batas akses ketempat pembuangan limbah tersebut
*empa empatt peng pengubu ubura ran n seba sebaik iknya nya dibat dibatas asii denga dengan n lahan lahan denga dengan n permeabilitas rendah (seperti tanah liat), jika jika ada
Pilih Pilih tempat tempat berjar berjarak ak setida setidakFt kFtida idaknya knya 8 meter meter dari dari sumber sumber air untuk mencegah kontaminasi permukaan air
*empat empat pengubu penguburan ran harus harus terdapa terdapatt pengal pengalira iran n yang yang baik, baik, lebih lebih rendah dari sumur, bebas genangan air dan tidak didaerah raan banjir. banjir.
e. 4emb 4embua uang ng limb limbah ah berb berbah ahaya aya 3 bahan bahanFb Fbaha ahan n kimi kimiaa term termas asuk uk sisa sisaFs Fsis isaa bahanFbahan seaktu pengepakan, bahanFbahan kadaluarsa atau kimia
dekomposisi, atau bahan kimia tidak dapat dipakai lagi. Bahan kimia yang tidak terlalu banyak dapat dikumpulkan dalam adah dengan limbah terinfeksi, dan kemudian diindinerasi, enkapsulasi atau dikubur. Pada jumlah yang banyak, tidak boleh dikumpulkan dengan limbah terinfeksi. !arena
tidak
ada
metode yang
aman
dan
murah,
maka
pilihan
penanganannya sebagai berikut 3
Insinerasi pada suhu tinggi merupakan
opsi terbaik
untuk
pembuangan limbah kimia.
ika ini
tidak
mungkin, kembalikan limbah kimia
tersebut
kepemasok !arena kudua metode ini mahal dan tidak praktis, maka jagalah agar limbah kimia terdapat seminimal mungkin f.
Limbah $armasi "alam jumlah yang sedikit limbah farmasi ( obat dan bahan obat obatan ), dapat dikumpulkan dalam adah dengan limbah terinfeksi dan dibuang dengan cara yang sama insinerasi, enkapluasi atau dikubur secara aman. Perlu dicatat baha suhu yang dicapai dalam insinerasi kamar tunggal seperti tong atau insinerator dari bata adalah tidak cukup untuk menghancurkan total limbah farmasi ini, sehingga tetap berbahaya. 'ejumlah kecil limbah farmasi, seperti obatFobatan kadaluarsa ( kecuali sitotoksik dan antibiotik), dan dapat dibuang ke pembuangan kotoran tapi tidak boleh dibuang kesungai, kali, telaga, atau danau. ika jumlahnya banyak, limbah farmasi dapat dibuang secara metode berikut 3
'itotoksik dan antibiotik dapat diinsenerasi, sisanya dikubur di tempat pemerataan tanah (gunakan insinerator seperti untuk membuat semen yang mampu mencapai suhu pembakaran hingga ?). ika inspirasi tidak tersedia, bahan farmasi di rekapsulasi.
Bahan yang larut dengan air, campuran ringan bahan farmasi seperti larutan :itamin, obat batuk, cairan intra:ena, tetes mata, dan lainFlain dapat diencerkan dengan sejumlah besar air lalu dibuang dalam tempat pembuangan kotoran.
ika semua gagal, kembalikan kepemasok, jika mungkin.
ekomendasi berikut dapat juga diikuti 3
'isaFsisa obat sitotoksik atau limbah sitotoksik lain tidak boleh dicampur dengan sisaFsisa limbah farmasi lainnya.
Limbah sitotoksik tidak boleh dibuang disungai, kali, telaga, danau atau area pemerataan tanah
g. Limbah dengan bahan mengandung logam berat Baterai, termometer, dan lainFlain benda mengandung logam berat seperti air raksa atau kadmium. ara pembuangannya sebagai berikut 3
Pelayanan daur ulang tersedia
5nkapsulasi, jika daur ulang tidak mungkin maka pembuangan limbah enkapsulasi dapat dilakukan, jika tersedia.
enis limbah ini tidak boleh diinsinerasi karena uap logam beracun yang dikeluarkan, juga tidak boleh dikubur tanpa enkapsulasi karena mengakibatkan polusilapisan air tanah.Biasanya, limbah jenis ini hanya terdapat dalam jumlah yang kecil di fasilitas kesehatan. Air raksa merupakan neurotoksin kuat, terutama pada masa tumbuh kembang janin dan bayi. ika dibuang dalam air atau udara, air raksa masuk dan mengkontaminasi danau, sungai, dan aliran air lainnya. 2ntuk mengurangi resiko polusi, bendaFbenda yang mengandung air raksa seperti termometer dan tensimeter sebaiknya dengan yang tidak mengandung air raksa. ika termometer pecah 3
Pakai sarung tangan pemeriksaan pada kedua belah tangan
!umpulkan semua butiran air raksa yang jatuh dengan sendok, dan tuangkan dalam adah kecil tertutup untuk dibuang atau dipakai kembali
Cadah penyembur aerosol tidak daur ulang
'emua tekanan sisa harus dikeluarkan sebelum aerosol dikubur
Cadah bertekanan gas tidak boleh dibakar atau diinsinerasi karena dapat meledak
'ebagai
kesimpulan,
sedapatFdapatnya
hindarkan
membeli
atau
,memakai produk kimia yang sukar atau sangat mahal untuk dibuang. 8. Pengendalian Lingkungan Puskesmas Pengendalian
lingkungan puskesmas
atau
fasilitas
pelayanan
kesehatan lainnya merupakan salah satu aspek dalam upaya pencegahan pelayanan
pengendalian kesehatan
infeksi
lainnya.
dipuskesmas
Lingkungan
atau
fasilitas
puskesmas
jarang
menimbulkan transmisi penyakit infeksi nosokomial, namun pada pasienFpasien iang immunocompromise harus lebih diaspadai dan perhatian karena dapat menimbulkan beberapa penyakit infeksi lainnya seperti infeksi saluran pernapasan, aspergillus, legionella, mycobacterium *B, :aricella &oster, :irus hepatitis B, /I;. Pengendalian lingkungan Puskesmas meliputi ruang bangunan, penghaaan, kebersihan , saluran limbah dan lain sebagainya. 2ntuk mencegah terjadinya
infeksi akibat lingkungan dapat
diminimalkan dengan melakukan 3 6. Pembersihan Lingkungan
+. "isinfeksi lingkungan yang terkontraminasi dengan darah atau cairan tubuh pasien #. 4elakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat 7.
4empertahankan mutu air bersih
8. 4emperhatikan :entilasi yang baik
8.6. Pengertian Pembersihan lingkungan adalah proses membuang semua atau sebagian
besar
patogen
dari
permukaan
dan
benda
yang
terkontraminasi. Pembersihan permukaan dilingkungan pasien sangat penting karena agen infeksius yang dapat menyebabkan I'PA dapat bertahan dilingkungan selama beberapa jam atau bahkan beberapa hari. Pembersihan dapat dilakukan dengan air dan detergen netral
8.+. *ujuan *ujuan pengendalian lingkungan puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih aman dan nyaman sehingga dapat menimilkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung, dan mayarakat disekitar puskesmas dan fasilitas kesehatan sehingga infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja dapat di cegah. 8.#. Prinsip dasar pembersihan lingkungan
'emua permukaan hori&ontal ditempat dimana pelayanan yang disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan terlihat kotor. Permukaan tersebut juga harus dibersihkan bila pasien sudah keluar dan sebelum pasien baru masuk.
Bila permukaan tersebut, meja pemerikasaan atau peralatan lainnya pernah bersentuhan langsung dengan pasien, permukaan tersebut harus dibersihkan dan disinfeksi diantara pasienFpasien yang berbeda
'emua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum digunakan.membersihkan debu dengan kain kering atau dengan sapu dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari.
Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala
sesuai dengan peraturan setempat. 'emua
peralatan
pembersih
harus
dibersihkan
dan
dikeringkan setelah digunakan !ain lap pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan *empatFtempat disekitar pasien harus bersih dari peralatan
serta perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan pembersihan menyeluruh setiap hari. 4eja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah
digunakan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi I'PA yang dapat menimbulkan kekhaatiran harus dibersihkan dengan disinfektan segera setelah dugunakan.
8.7. AP" untuk pembersihan Lingkungan !egiatan pembersihan adalah tugas berat yang memerlukan banyak pekerja dan dilingkungan tertentu risiko terpajan bendaFbenda tajam sangat tinggi.
Petugas kesehatan harus mengenakan 3
'arung tangan karet
%aun pelindung dan celemek karet
'epatu yang rapat dan kuat seperti sepatu bot
8.8. Pembersihan tumpahan dan percikan 'aat membersihkan tumpahan atau percikan cairan tubuh atau sekresi, petugas kesehatan harus menggunakan AP" yang memadai, termasuk sarung tangan karet dan gaun pelindung.
8.9. *ahapFtahap pembersihan tumpahan adalah sebagai berikut 3
Pasang gaun pelindung atau celemek dan sarung tangan karet
Bersihkan
bagian permukaan
yang terkena
tumpahan
tersebut dengan air dan detergen menggunakan kain pembersih sekali pakai.
Buang kain pembersih keadah limbah tahan bocor yang sesuai
Lakukan disinfeksi pada bagian permukaan yang terkena tumpahan.
Lepas sarung tangan karet dan celemek dan tempatkan perlengkapan
tersebut
keadah
yang
sesuai
untuk
pembersihan dan disinfeksi lebih lanjut
*empatkan gaun pelindung dan masukkan keadah yang sesuai
Bersihkan tangan
/alFhal penting mengenai pembersihan dan disinfeksi
Lingkungan
yang
digunakan
oleh
pasien
harus
dibersihkan dengan teratur
Pembersihan harus menggunakan teknik yang benar untuk menghindari aerosolisasi debu.
/anya permukaan yang bersentuhan dengan kulit< mukosa pasien dan permukaan yang sering disentuh oleh petugas kesehatan yang memerlukan disinfeksi setelah dibersihkan.
Petugas kesehatan harus menggunakan AP" untuk melakukan
pembersihan
dan
diinfeksi
peralatan
pernapasan dan harus membersihkan tangan setelah AP" dilepas.
uang Lingkup pengendalian lingkungan !ontruksi bangunan puskesmas a. "inding Permukaan dibuat harus kuat, rata dan kedap air sehingga mudah dibersihkan secara periodik dengan jadal yang tetap #F9 bulan sekali. at dinding berarna terang dan menggunakan
cat
yang
tidak
luntur
serta
tidak
menggunakan logam yang berat.
b. LangitFLangit LangitFlangit harus kuat, berarna terang, dan mudah dibersihkan, tingginya minimal +,> meter dari lantai, kerangka langitFlangit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.
c. Lantai Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air, tidak
licin,
arna
terang,
permukaan
rata,
tidak
bergelombang sehingga mudah dibersihkan secara rutin,# kali sehari atau kalu perlu. Lantai yang selalu kontak
dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup kearah saluran pembuangan air limbah. Pertemuan lantau dengan dinding harus berbentuk lengkung agar mudah dibersihkan.
d. Atap Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus dan binatang penggangu
lainnya.
e. Pintu Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya
serangga,
tikus,
dan
binatang
pengganggu lainnya.
f. aringan Instalasi Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik, sistem penghaaan, sarana komunikasi dan lainFlainnya harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar nyaman dan aman, mudah dibersihkan dari tumpukan debu. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilang dengan
pipa air limbah dan tidak boleh
bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
g. $urniture "ibersihkan secara rutin setiap hari, khusus tempat tidur pasien gunakan cairan disinfektan, tidak menggunakan bahan yang dapat menyerap debu, sebaiknya bahan yang mudah dibersihkan dari debu maupun darah atau cairan tubuh lainnya.
h. $iture dan fitting Peralatan yang menetap di dinding hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan.
i. %orden Bahan
terbuat
yang
mudah
dibersihkan,
tidak
bergelombang, arna terang, dicuci secara periodik 6F# bulan sekali dan tidak menyentuh lantai disain ruangan sedapat
mungkin
diciptakan
dengan
memfasilitasi
keaspadaan standar. Alkohol handrub perlu disediakan
ditempat yang mudah diraih saat tangan tidak tampak kotor. Castafel perlu diadakan 6 buah tiap 9 tempat tidur pasien, sedang diruang high care 6 astafel tiap 6 tempat tidur. arak antar tempat tidur diupayakan cukup agar peraat tidak menyentuh + tempat tidur diupayakn cukup agar peraat tidak menyentuh +tempat tidur dalam aktu yang sama, nila mungkin < ideal +,8m. Penurunan jarak antar tempat tidur menjadi 6,-m menyebabkan peningkatan transfer 4'A #,68 kali. Permukaan sekitar 3
' merupakan tempat yang mutlak harus bersih. Lingkungan jarang merupakan sumber infeksi. 4asih kontradiksi tentang disinfeksi ruangan rutin tidak ada perbedaan /AIs yang bermakna antara ruangan dibersihkan dengan disinfeksi dan detergen.
"isinfeksi rutin dapat menyebabkan bakteri resisten (SA;),
toleransi
meningkat
(formaldehid),
membunuh bakteri yang sensitif, mempengaruhi penampilan
limbah
komponen
organik
yang
ditangani,
halogen
(=a
membentuk hipoklorin),
mengkontaminasi permukaan air, membentuk bahan mutagenik. 8.-. Lingkungan a. ;entilasi uangan "efinisi ;entilasi ruangan adalah proses memasukkan dan
menyebabkan udara luar, dan < atau udara daur ulang yang telah diolah dengan tepat dimasukkan kedalam gedung atau ruangan. Pengkondisian udara adalah mempertahankan udara
dalam ruang agar bertemperatur nyaman.
*ujuan 3
2ntuk mempertahankan kualitas udara dalam ruangan yang baik, aman untuk keperluan pernapasan.
;entilasi yang memadai dan aliran satu arah yang terkontrol harus diupayakan di puskesmas.
2ntuk mengurangi penularan patogen yang ditularkan dengan penularan obligat atau preferensial melalui airborne.
;entilasi ruangan untuk infeksi pernapasan uang
:entilasi
memadai
adalah
ruangan
dengan
pertukaran udara O 6+
A/
endela dan pintu dibuka
( Pertukaran udara per jam ) +-,#F-#,+
Penuh endela dibuka penuh,
68,6F#6,7
Pintu ditutup endela dibuka separuh,
6,8F+7
Pintu ditutup endela ditutup
?,?
Tabe$ ) 0 Tabe$ "er#karan #6ara "a6a 7en!$a'! a$am!.
enisFjenis :entilasi 3 6. ;entilasi mekanis 3 menggunakan fan untuk mendorong aliran udara melalui suatu gedung, jenis ini dapat dikombinasi dengan pengkondisian dan penyaringan udara. +. :entilasi alami 3 menggunakan cara alami untuk mendorong aliran udara melalui suatu gedung K adalah tekanan angin dan tekanan yang dihasilkan oleh perbedaan kepadatan antara udara didalam dan diluar gedung, yang dinamakan 1efek cerobongT. #. ;entilasi gabungan memadukan :entilasi mekanis dan alami.
$aktor utama dalam pemilihan :entilasi mekanis di Puskesmas 3 a. 4etode efektif dengan persyaratan A/ minimal 3
6+ A/ dapat membantu pencegahan penularan patogen infeksius melalui drople nuklei
'istem :entilasi mekanik maupun alami yang dirancang dengan baik dapat memenuhi persyaratan minimal efektif
;entilasi mekanis lebih mudah dikontrol
;entilasi alami dengan sistem rancangan dan sistem kontrol yang lebih baik, :entilasi alami lebih efektif
5fekti:itas :entilasi alami tergantung pada kecepatan angin dan atau temperatur, daerah bersuhu ekstrem dan kecepatan angin yang selalu rendah tidak cocok untuk penggunaan :entilasi alami.
b. Prasarana di Puskesmas
;entilasi mekanik dengan sistem :entilasi sentral, dan pemasangan sistem kontrol diruang isolasi merupakan pilihan terbaik.
;entilasi alami yang dipasukan dengan ehaust fan.
*abel + 3 !elebihan dan !ekurangan sistem ;entilasi enis ;entilasi !elebihan
;entilasi 4ekanis ocok untuk semua iklim
;entilasi Alami Biaya
modal,
dan cuaca.
operasional
dan
Lingkungan yang lebih
pemeliharaan
lebih
terkontrol dan nyaman
murah
"apat mencapai tingkat :entilasi tinggi
yang sehingga
membuang
sangat dapat
sepenuhnya
polutan dalam gedung
!ontrol lingkungan oleh penghuni
Lebih
sulit
analisa,
perkiraan, dan
rancangannya !ekurangan
Biaya pemasangan dan
4engurangi
tingkat
pemeliharaan mahal
kenyamanan
penghuni
4emerlukan keahlian.
saat
cuaca
bersahabat,
tidak seperti
terlalu
panas,
lembab,
atau dingin
*idak
mungkin
menghasilkan negatif
tekanan
ditempatisolasi
bila perlu
isiko pajanan terhadap serangga atau :ektor
Penggunaan :entilasi alami di ruang isolasi Prinsip :entilasi alami adalah menghasilkan dan meninggalkan aliran udara luar gedung menggunakan cara alami seperti gaya angin dan gaya apung termal dari satu lubang ke lubang lain untuk mencapai A/ yang diharapkan. Penelitian terbaru mengenai sistem :entilasi alami di Peru menunjukkan baha :entilasi alami efektif mengurangi penularan tuberculosis di Puskesmas.
Pilihan tempat isolasi dan penempatan pasien didalam ruang isolasi harus direncanakan dengan teliti dan dirancang untuk lebih mengurangi resiko infeksi bagi orangForang disekitarnya. 'aat merancang suatu Puskesmas, sebaiknya tempat isolasi terletak jauh dari bagianFbagian puskesmas yang lain dan dibangun ditempat yang diperkirakan mempunyai karakteristik angin yang baik sepanjang tahun. 2dara harus diarahkan dari tempat peraatan pasien ditempat terbuka diluar gedung yang jarang digunakan dilalui orang didalam ruang pencegahan infeksi melalui airbone, pasien harus ditempatkan dekat dinding luar dekatjendela terbuka, bukan dekat dinding dalam. Pertimbangan lain berkaitan dengan penggunaan :entilasi alami adalah pajanan pasien terhadap :ektor artopoda (misalnya nyamuk) didaerah endemi. Penggunaan kelambu dan langkah pencegahan :ektor lainnya dapat membantu mengurangi resiko penularan melalui :ektor.
Penggunaan ehaust fan diruang isolasi
Pembuatan bangsal isolasi sementara secara cepat menggunakan ehaust fan dilakukan selama terjadinya abah 'A'.
*ujuan utama 3 membantu meningkatkan A/ sampai tingkat yang diharapkan dan menghasilkan tekanan negatif.
Perancangan dan perencanaan yang teliti ehaust fan dalam jumlah yang memadai diperlukan untuk mendapatkan hasil seperti 3
Pintu yang
Pintu dan jendela
menghubungkan
yang
A/
menghubungkan kamar dengan
kamar dengan
koridor
balkon dan udara
*ertutup *ertutup *erbuka *ertutup *ertutup *erbuka
luar *ertutup *erbuka *erbuka *ertutup *erbuka *erbuka
5haust $an 4ati 4ati 4ati /idup /idup /idup
.>6 67. 6+.9 ?.?F6?.8 67.9 +-.+
/H Se58 J#r#'an M!kr5b!5$51!8 Un!7er'!a' H5n1k5n1 6an P#'ke'ma' 9#een Mar%.
*abel # 3 *abel. *ingkat :entilasi ( A/) dikamar ber:entilasi alami yang tercatat dalam sebuah eksperimen di ina, "A! /ongkong, dalam kondisi eksperimen yang berbeda.
uangan isolasi yang digunakan untuk pencegahan transmisi infeksi melalui airbone yang ber:entilasi mekanis harus menggunakan sistem kontrol untuk menghasilkan tingkat :entilasi yang memadai dan aliran udara terkontrol.
*ekanan udara negatif terkontrol dengan lingkungan sekitar K
6+ A/
Penggunaan /5PA filter
Pintu kamar harus ditutup dan asien harus tetap berada didalam kamar
b. Air Air yang dianjurkan untuk Puskesmas 3
Pertahankan temperatur air, panas 86 U, dingin +U
Pertahankan resirkulasi tetap panas air didistribusikan ke unit peraatan
Anjurkan pasien, keluarga, pengunjung menggunakan air dari keran
2ji kualitas mutu air minimal 9 bulan sekali
c. Permukaan Lingkungan Permukaan lingkungan meliputi permukaan lingkungan di area peraatan, lantai, dinding, permukaan yang sering disentuh (pegangan pintu, bed rails, light sitch), blinds dan jendela tirai peraatan pasien, kamar operasi serta carpet. *ehnik pembersihan permukaan lingkungan meliputi 3 6. Area peraatan
"isamping pembersihan secara seksama disinfeksi bagi peralatan tempat tidur dan permukaan perlu dilakukan, seperti dorongan tempat tidur, meja disamping tempat tidur, kereta dorong, lemari baju, tombol pintu, keran, tombol lampu, bel panggilan, telepon, *;, temote kontrol.
;irus dapat dinonaktifkan oleh alkohol >H dan klorin ,8H
"ianjurkan untuk melakukan pembersihan permukaan lingkungan dengan detergen yang netral dilanjutkan dengan larutan disinfektan.
Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area peraatan
Lakukan pembersihan dua kali sehari atau bila kotor
Pilih disinfeksi yang terdaftar dan digunakan sesuai petunjuk pabrik
angan menggunakan high le:el disinfektan< cairan chemikal untuk peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan peralatan non kritikal.
Pembersihan dari pabrik ikuti petunjuk dari pabrik dan bila tidak ada petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti prosedur yang telah ditentukan.
angan melakukan disinfeksi fogging di area keperaatan
/indari metode pembersihan permukaan yang luas yang menghasilkan mist atau aerosol.
+. 4embersihkan permukaan lantai, dinding dan meja
%unakan detergen, jangan menggunakan high le:el disinfektan< cairan chemikol untuk peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan peralatan non kritikal
ika tidak ada petunjuk< disonfektan yang terdaftar untuk pembersihan dan disinfeksi ruangan peraatan pasien gunakan detergen atau air untuk pembersihan permukaan non peraatan seperti perkantoran administrasi.
#. Pembersihan permukaan yang sering disentuh seperti pegangan pintu, bed rails, light sitch.
Bersihkan dinding, blinds dan jendela, tirai diarea peraatan pasien.
/indari metode pembersihan permukaan yang luas yang menghasilkan mist atau aerosol
Ikuti prosedur tepat yang efektif menggunakan mops, cloths and solution.
'iapkan cairan pembersih setiap hari atau jika diperlukan, dan gunakan cairan yang baru.
%anti mop setiap hari
Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan dibiarkan kering sebelum dipakai lagi
Berikan perhatian ketat untuk pembersihan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh diarea peraatan seperti charts, bedside commode, pegangan pintu
7. !amar perasi
Bersihkan kamar operasi setelah selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan ruangan dengan et :acum atau mop
Bersihkan lantai dan dinding dengan menggunakan cairan disinfektan yang terdaftar dengan label
angan gunakan mats dipintu masuk ruang operasi
%unakan
metode
pembersihan
debu
yang
tepat
untuk
pasien
yang
immonocompromised
*utup pintu pasien immonocompromised saat membersihkan lantai. 'egera bersihkan dan dekontaminasi tumpahan darah atau material lain yang potensial infeksi
8. arpet diarea umum fasilitas pelayanan sarana kesehatan dan area umum
;acum carpet diarea umum fasilitas pelayanan sarana kesehatan dan area umum pasien secara regular
'ecara periodik pembersihan sampai kedalam carpet
/indari penggunaan carpet didaerah keramaian di ruang peraatan pasien
/indari tumpahan darah seperti unit terapi, ruang operasi, laboratorium, intensi:e care
9. Peraatan Bunga
Bunga dan tanaman pot tidak dianjurkan diarea pelayanan pasien
Peraatan dan pemeliharaan bunga dan tanaman pot dilakukan oleh petugas khusus (bukan yang meraat pasien). =amun jika tidak ada petugas khusus maka petugas memakai sarung tangan dan cuci tangan setelah melepas sarung tangan
*idak mengi&inkan bunga segar atau kering atau tanaman pot di area peraatan
Lakukan pest control secara rutin.
Prinsip Pembersihan Lingkungan
Pakai AP" selama prosedur pembersihan dan disinfeksi
Lakukan pembersihan dan disinfeksi untuk pengendalian lingkungan yang terkontaminasi sesuai prosedur
Pastikan kepatuhan dari petugas kebersihan untuk oembersihan dan disinfeksi
Pakai cairan disinfektan yang sesuai
!ultur permukaan lingkungan dapat dilakukan bila terjadi !LB
Pembersihan dan disinfeksi lingkungan permukaan peralatan medis secara regular
Anjurkan keluarga, pengunjung dan pasien tentang pentingnya kebersihan tangan
2ntuk meminimalkan penyebaran 4ikroorganisme
angan menggunakan disinfeksi tingkat tinggi untuk kebersihan lingkungan
angan lakukan rendom pemeriksaan mikrobologi udara, air dan permukaan lingkungan, bila indikasi lakukan sampling mikrobiologi sebagai in:estigasi
epidemiologi atau sepanjang pengkajian kondisi lingkungan berbahaya untuk menditeksi atau :erifikasi adanya bahaya
Batasi sampling mikrobiologi untuk jaminan kualitas
d. Linen Pasien
!ebersihan linen adalah tanggung jaab petugas
Petugas harus mengganti pakaiannya yang terkontaminasi darah atau material lain yang terkontaminasi infeksius dan mencucinya kebag ian laundry
$asilitas dan peralatan loundry o
Pertahankan tekanan negatif pada ruangan kotor dibanding dengan ruangan bersih
o
Pastikan baha area laundry mempunyai sarana cuci tangan dan tersedia AP"
Pakai dan pelihara peralatan laundry sesuai dengan intruksi pabrik
angan biarkan pakaian direndam dimesin sepanjang malam
*angani pakaian kontaminasi dengan tidak mengibaskan untuk menghindari kode arna
angan diberikan penutup pada pakaian terkontaminasi di ruangan pasien tetapi harus diganti
Proses pencucian 3 Panas >6U, selama +8 menit.
Pilih &at kimia yang sesuai
'impan pakaian agar terhindar dari debu
*ransportasi linen yang kotor, harus dibungkus sehingga tidak kena debu
angan laukan pemeriksaan kultur rutin untuk pakaian bersih
Lakukan pemeriksaan kultur selama outbreak jika ada epidemiologi e:idence
%unakan linen steril, surgical drapes dan gaun untuk kondisi yang memerlukan steril
%unakan pakaian bersih pada peraatan neonatus
aga kasur tetep kering, lapisi dengan plastik kedap air
Bersihkan dan disinfeksi tutup kasur dan bantal dengan menggunakan disinfektan
Bersihkan dan disinfeksi kasur dan bantal antar pasien
e. Binatang
Anjurkan pasien menghindari dari kotoran, air liur, urine binatang
angan membiarkan binatang anjing kucing berkeliaran disekitar puskesmas
Bersihkan lengkungan puskesmas dari kotoran binatang.
f. Pembuangan sampah
'emua sampah yang dihasilkan dalam ruangan atau area isolasi harus dibuang dalam adah atau kantong yang sesuai 3
2ntuk sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning atau bila tidak tersedia dapat menggunakan kantong plastik arna lain yang tebal atau lapis dua (kantong ganda). !emudian diikat dengan tali arna kuning atau di beri tanda 1infeksius1. 'emua sampah dari suatu ruangan< area yang meraat pasien dengan penyakit menular melalui udara (airborne) harus ditangani sebagai sampah infeksius.
2ntuk sampah nonFinfeksius< tidak menular gunakan k antong plastik hitam.
2ntuk sampah benda tajam atau jarum ditaruh dalam adah tahan tusukan.
!antong sampah apabila sudah. Bagian penuh harus segera diikat dengan tali dan tidak boleh dibuka kembali. Petugas yang bertanggung jaab atas pembuangan sampah dari bangsal< area isolasi harus menggunakan AP" lengkap ketika membuang sampah. 'atu lapis kantong kuning sampah biasanya mamadai, bila sampah dapat dibuang kedalam kantong tanpa mengotori bagian luar kantong. ika hal tersebut tidak mungkin dibutuhkan dua lapis kantong (kantong ganda). !antong pembuangan sampah perlu diberi label bioha&ard yang sesuai dan ditangani dan dibuang sesuai dengan kebijakan puskesmas dan peraturan nasional mengenai sampah puskesmas. Limbah cair seperti urin atau feses dapat dibuang kedalam sistem pembuangan kotoran yang tertutup dan memenuhi syarat dan disiram dengan air yang banyak.
>. !esehatan karyaan< perlindungan petugas kesehatan Petugas
kesehatan
Puskesmas
Parang
!araang
setiap
tahun
dilakukan
pemeriksaan kesehatannya terutama petugas yang bekerja diruangan berisiko terinfeksi, karena dapat mentransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan yang lain. 'emua karyaan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riayat pernah infeksi apa saja, status imunisasinya. Imunisasi yang diberikan untuk petugas kesehatan adalah hepatitis B, dan bila memungkinkan A, influen&a, campak, tetanus, difteri, rubella. Petugas yang dinyatakan menderita penyakit menular akan dipantau dan diberikan pengobatan sesuai penyakitnya Petugas yang terpajan< tertusuk jarum yang terinfeksi /I;, /B;, /; segera membersihkan daerah yang terluka dengan air mengalir dan berikan desinfektan, kemudian lapor ke peraa jaga kalau diluar jam kerja, kemudian periks ake dokter 2%" atau kedokter penyakit dalam didalam jam kerja, kemudian periksa laboratorium sesuai dengan pejanan, kemudian difllo up sesuai penyakitnya.
Alur paksa panjanan harus dibuat dan pastikan dipatuhu untuk /I;, /B;, /; nesseria meningitidis, 4*B, hepatitis A, "ifteri, ;aricell &aster, bordetella pertusis, rabies Pajanan terhadap :irus /8=6 Bila terjadi pajanan /8=6 diberikan oseltami:il +>84g selama 8 hari. 4onitor kesehatan petugas yang terpajang sesuai dengan pormulir yang tersedia. Pejanan terhadap :irus /I; esiko terpajan ,+ 0 ,7 H perinjuri 2paya menurunkan resiko terpajan patogen melaluidarah dapat melalu 3
utin menjalankan keaspadaan setandar, memakai AP" yang sesuai
4enggunakan alat dengan aman, membuang limbah pada adah yang tepat
5dukasi petugas tentang praktek aman mengguanakan jarum, benda tajam.
$aktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi paska pajanan 3
*usukan yang dalam
*anpak darah pada alat penimbun pajanan
*usukan masuk kepembulu darah
'umber pajanan mengandung :irus kadar tinggi
arum berlubang ditengah
*indakan pencegahan harus terinpormasi kepada seluruh petugas. Pelaturanya harus termasuk memeriksa sumber pajanan, penata laksanaan jarum dan alat tajam yag benar, alat pelindung diri, penata lakasanaan luka tusuk, sterilisasi dan disinfeksi.
Alur penata
laksanaan
pajanan dipuskesmas harus termasuk pemeriksaan
laboratorium yang harus dikerjakan, profilaksis paska pajanan harus telah diberikan dalam aktu 7 jam paska pajanan, dianjurkan pemberian antiretro:iral ( A; ) kombinasi A* ( idopudine ), # * ( Lami:udine ) dan Indina:ir atau sesuai pedoman lokal. Paska pajanan harus segera dilakukan pemeriksaan /I; serologi dan dicatat samapi jadal pemeriksaan monitoring lanjutannya kemungkinannya serokon:ersi. Petugas terinpormasi tentang sindroma A; akut, mononukliosis akut pada > 0 - H infeksi /I; akut, melaporkan semua gejala sakit yang dialam selama # bulan .
!emunhkinan resiko pajanan dapat terjadi kapan saja tetapi konseling, pemeriksan laboratorium dan pemberian A; harus dipasilitasi dalam +7 jam. Penelusuran paska pajanan harus standar sampai aktu 6 tahun. "iulang tiap # bulan sampai bulan ataupun 6 tahun.
Pajanan terhadap :irus /epatitib B
Probabilitas infeksi hepatitis B paska pajanan antara 6,- 0 7H perpajanan. 'egera paska pajanan harus dilakukan pemeriksaan. Petugas dapat terjadi infeksi bila sumber pajanan positif /b'a% atau /b5Ag Profilaksi paska pajanan *idak perlu di:aksinasi bila petugas telah mengandung anti /b' lebih dari 6 ml2
diberkan,
tetapi perlu
dilakukan
meonotoring
pemeriksaan
adakah
serokonfersi dan didokumentasikan. 'umber pajanan juga harus diperiksa. 'egala pajanan patogen yang terjadi saat okupasi harus dilaklukan konseling, pemeriksaan klinis dan harus dimonitor dengan pemeriksaan serologis. Infeksi nesseriameningitidis = meningitidis dapat ditransmisilan leat sekresi respiratorik, jarang terjadi saat okupasi. Perlu terapi pro:ilaksis bila telah terjadi kontak erat petugas dengan pasie misal saat resusitasi mulut ke mulut, diberikan rimfamfisin +9mg selama + hari atau dosis tunggal yfrifloacin 8 mg atau eptriakson Im. 4ikobakterium tuberkolosis transmisi kepada petuagas leat air borne, droplet nuclei biasanya dari pasien *B paru. 'ekarang perlu perhatian hubungan antara *B, infeksi /I; dan 4" *B. Petugas yang paska terekspos perlu di tes mantuk bila indurasinya lebih dari 6mm perlu diberikan pro:ilaksis I=/ sesuai rekomendas lokal. Infeksi lain ( ;aricella, hepatitis A, hepatitis 5, influen&a, pertusis, dipteria dan rabies ) *ransmisinya tidak basa, tetapi harusdibuat penata lakasanan untk petugas. "ianjurkan :aksinasi untuk petugas terhadap :aricella dan hepatitis A, rabies untuk daerah yang indemis. !esehatan petugas dan pencegahan /AL' P5=DA!I*
Abses
4A'A
45=2LA
AA
!5CA'PA"
I=!2BA'I
'5LA4A<;I
*A='4
AA= DA=% P5*2%A'<5!
2'
I'I
P5L2"IA
'/5""I=% 'elama luka !ontak
LA=A= !ontak
mengeluarkan tubuh
Acinetobacter
Luka
bakar $lora
= 'tandar
baumanii
yang
di kulit
kontak
hydroterapi
manusia, mukosa
dan
4A'A
45="A'I
membran dan tanah. Bertahan di tempat lembab dan kering sampai berbulan, menular melalui peralatan raat respirasi, tangan petugas, humindift er, stetoscop, termomete r, matras, bantal, permukaa n
**,
mop, gordeng, tempat mandi, Adeno:irus type 6F
luka bakar
> 9F- hr
'ekret saluran
"roplet,
nafas
kontak
Aspergilosis
andidiasis
Infeksi
Inhalasi
jaringan
luas stadium
hlamidia
dengan
cara airborne,
trachomitis
berlebihan
!ontak
dan
airborne
conidin 'tandar,konta k
ongenital rubella
'tandar
kontak langsung termasuk ongenitis
seksual
Vadeno:irus type ?
ampak
'ampai umur !ontak
'tandar,
6 tahun
kontak
dengan bahan nasofaring dan urin
8F6+ hari
67
hari !ontak
setelah onset ampilobacter
dengan
!ontak,
'ampai
standar
tidak
tangan,
mata keluar
kotoran
alat lostridium
terkontam
dufficille
inasi 8F6+ hari
ytomegalo :irus
#F7
hari "roplet
*ransmisi
etiksi
>
hari
setelah bercak yang besar udara
setelah
bercak
timbul
(
merah
timbul
melalui
dekat ) E
( yang imun ) 8
nasofaring
udara
hari
kontak
setelah
ekspos 0 +6 hari setelah ekspos
"ifteria
'tandar
!ontak
*idak
*ahan
!ontak
'tandar, hand *idak perlu
diketahui
dilingkungan
dengan
hygiene
%astroenteritis
dalam aktu sekresi E
Vsalmonella
pendek
ekskresi 3
V'higella
sali:a
Vyenterocolitca
urin
E
%iardia lamblia 'ekresi /epatitis A
"opler,
'ampai
terapi
dari mulut kontak
antibiotika
mengandu
lengkap
ng
sampai + kultur
c
difteriae
telah dan
berjarak +7 jam dinyakatan negatif,
perlu
imunisasi tiap 6 thn /epatitis B,"
!ontak
'tandar
p,
kontak
atau *idak
mengolah
makanan sampai
konsumsi
+jarak +7 jam
makanan<
kultur
air
negatif
feses
terkontam inasi
$eses
!ontak
/epatitis ,$,%
68F8 hari
+
minggu, $ekal oral, 'tandar
Libur
di
area
kadang
0 melalui
peraatan<
kadang
feses
pengolahan
sampai
9
makanan,6
bulan(premat
minggu
setelah
ur)
sakit
kuning
imunisasi
paska
ekspos
/erpes simple
B39F+7
Akut
atau Perkutane
minggu
kronik dengan us,mukosa
dibatasi
"3#F> minggu
/bsAg positif ,kulit yang
/beAg negatif
tidak utuh kontak dengan darah, semen,cair an
'tandar
*idak
perlu sampai
:agina,cai ran ran tubu tubuh h yang lain
/I;
Perkutane
'tandar
us,mukosa ,kulit yang tidak tidak utuh utuh kontak dengan darah,sem en,cairan :agina,cai ran ran tubu tubuh h yang lain +F67 hari /elicobacterpylori
Asimptomati
!ontak
'tandar,
dapat
dengan
kontak tangan perlu , tapi batasi
4"( 4'A,;
mengeluarkan
ludah
5,;I'A,5'BL,'tre
:irus
karier
p pneumonia
:irus
langsung< Influen&a
leat sekresi luka aber berasi
<
cairan :esikel
Perkutane us,mukosa ,kulit yang tidak utuhkonta k
deng dengan an
darah,sem en,cairan /emophilus
:agina,cai
influen&ae
ran ran tubu tubuh h
"easa
tida tidak k
kontak dengan p
mengandu ng
est estri riks ksii
yang lain
'tandar
'tandar
Vanak
/uman 4etapne 4etapneumo umo :irus :irus
!ontak
(/4P;)
luka
!ontak
=oro:irus
= meningitidis
6F8 hari
Infeksius pada Airborne,
!ontak
;aksi aksina nasi si
pada pada
# hari prtama kontak
petugas
yang
sakit.;irus
langsung
rentan.Amantadin
dapat
atau
untuk
dikeluarkan
droplet
dengan dengan influe influen&a n&a
sebelum
dengan
A
gejala gejala timbul timbul sekresi sampai > hari saluran setelah
napas
melalui sakit,lebih panjang pada anak
dan
orang
'tandar "roplet
Batuk
non "roplet
produktif,
sekret
!ontak,"ropl et
kongesti kongesti nasal respirasi hee&ine,bro nkhiolitis,pne umon umonia ia pada pada anak nak M 66,8 tahun
6+F7? jam
"iare,!LB
4akanan,
!ontak,maka
air
nan,air
terkontam
kontak
inasi feses +F6 hari !ontak
*ransmisi
dengan
melalui
sekret
droplet
saluran napas
Parotitis< 4umps
69F6? hari(6+F oommunity
!ontak
*ranmisi
Libu Liburr sampa ampaii +
+8hari)
dengan
droplet
jam setelah terapi
acGuired, :iru :iruss
bera berada da droplet
dala dalam m
paska
sali sali:a :a atau
ekspos.ifampin
9F>hari
langsung
+9 mg, + hari
sebelum
dengan
ciprof ciproflo loaci acin n
parotitis
sekret
8
Par:o:irus
atau
sampai - hari saluran
ceftriaon +8 mg
sete setela lah h
I4
onset onset napas,
P
yaitu
immunokomp
sali:a,
;aksinasi
romais
hidungE
efektif,44
mulut
estri estriksi ksi sampai sampai -
9F6 hari
mg
6
hari
setelah
4enular
!ontak
*ransmisi
ons onset
parotitis
sebelum
dengan
droplet
petugas rentan 36+
bercak merah droplet
hari paska ekspos
sampai > hari besar,
pertama
sampai
setelah onset
+8
setel etelah ah
muntahan
hari hari
ekspos terakhir. terakhir. >F6 hari Pertusis
$
catarrhal !ontak
*ransmisi
sangat
dengan
droplet
menular
sekresi sal sampai 8 hari napas,
menerima
droplet
antibiotik
besar
*idak
Perlu
restriksi
kontak dekat
;aksin direkomen umur
66F97th
petugas
dengan
pertusis
3
estriksi
fase
=onparalitik 3 'al napas 6 !ontak Poliomyelitis
#F9hariK
minggu
paralitik
*ransmisi
catarrhal
cairan sal kontak
minggu # setelah
>F setelah gejala napas,
+6hari
muncul,
onset atau 8 hari
benda
dalam
setelah
feses terkontam
beberapa
sampai
teraphi
antibiotik kontak
inasi feses
saja tidak perlu
mingguFbulan
restriksi.
setelah gejala muncul
ubella
6+F+#
hari 'angat
!ontak
bintik
nerah menular
timbul
67F bintik
saat dengan
droplet
merah droplet
kontak
69hari setelah keluar, ekspos
*ransmisi
:irus nasofaring
dilepas
6 P
Imunisasi dan direkomendasian
dengan cairan sal napas
minggu sebelum sampai hari
8F> setelah
onset, congenital rubella
8 bisa
hari
setelah
bintik
keluar
melepas :irus
petugas rentan >
berbulan
hari
bertahunF
ekspos
tahun
sampai
setelah pertama +6
setelah +F? '; (infeksi :irus (tersering respiratorik)
9hari)
hari rang
sakit *angan
7F dapat
terkontam
mengeluarkan :irus
*ransmisi kontak
ekspos
terakhir. erat
inasi saat dengan
selama meraat
droplet
atau
#F? hari tapi pasien
aerosol
pada
bisa atau
partikel kecil
anak
#F7 menyentu
minggu
hari
h
benda
mati, transmisi '; bila
Batasi
kontak
menyentu
dengan
pasien
h
raat
dan
atau
lingkungan
bila
hidung
ada
mata
!LB
';
estriksi sampai
4'A
!ontak
'tandar,
gejala
tangan
transmisi
hilang.
petugas,
kontak,dapat
mungkin
airborne
karier
akut
nares
anterior, tangan, ailla,perineu m,nasofaring, orofaring estriksi !ontak 'treptococ A
sisi !ulit,
'tandar,
peraatan pasien
terinfeksiE
faring,
berdasar
dan
mensekresi
rektum,
transmisi
makanan
:agina
pengolahan
petugas
bila dengan
lesi kulit basah. *idak
perlu
restriksi
bila
kolonisasi
rangF
estriksi
'almonella,
orang
peraatan pasien
shigella
leat
Epengolahan
fekal oral,
makanan sampai
air<
+7
makanan
mendapat
terapi
terkontam
antibiotik.
*idak
inasi
perlu
jam
petugas !ontak 'yphilis
!ontak
langsung dengan lesi primer atau sekunder syphilis
*uberkulosis
'ampai
6 Inhalasi
bulan minum droplet
Airborne, kontak
kolonisasi
setelah
restriksi dengan
A*
nuklei
(mengeluarka n
c
tubuh
infeksius)
;aricella
'ampai
lesi
Airborne,
keringEberkr
kontak
usta
standar
'ampai
terbukti
non infectius
;ibrio
!olera
oster
!ontak
?
hari
paska
feses
kontak sampai +6 hari paska kontak,
Vlokal
*utupi
lesi,
beri
imuno
jangan kontak
globulin I; paska
dengan pasien
kontak, imunisasi
raat
petugas
paska
pajanan dalam 7 Vmenyeluruh orang
atau
immuno
angan kontak
hari.
dengan pasien
kompromais
Vpaska
pajanan
angan kontak
(person
yang
dengan pasien
estriksi sampai
raat
lesi
rentan)
mengering
dan mengelupas
estriksi sampai semua lesi kering dan mengelupas
"ari
hari
paska
ke6
pajanan
pertama sampaihari
ke+6
atau hari +? bila diberi lagi atau
sampai lesi kering dan mengelupas. Tabe$ 4 0 Ke'eaan "e#1a' 6an "en:e1aanHAI' .
*indakan pertama pada pejanan bahan kimia tau cairan tubuh
Pada mata 3 bilas dengan air mengalir 0 68 menit
Pada kulit 3 bilas dengan air mengalir 0 6 menit
Pada mulut 3 segera kumurFkumur 0 6 menit.
Lapor ke komite PPI, Panitia !#' atau ke dokter karyaan.
;.2. Pr51ram "a6a Pe#1a' Ke'eaan
Adalah program sebagai strategi pre:entif terhadap infeksi yang dapat di transmisikan dalam kegiatan pelayanan kesehatan, antara lain3
4onitoring dan suport kesehatan petugas
;aksinasi bila dibutuhkan
;aksinasi terhadap infeksi saluran napas akut bila memungkinkan
4enyediakan anti :irus profilaksis
'ur:eilans ILI membantu mengenal tanda aal transmisi infeksi saluran napas akut dari manusiaFmanusia
*erapi dan follo up epi< pandemic infeksi saluran napas akut pada petugas.
encanakan petugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran risiko bila terkena infeksi.
2payakan support psikososial.
*ujuannya 3
4enjamin keselamatan petugas dilingkungan puskesmas.
4emelihara kesehatan petugas kesehatan
4encegah
ketidakhadiran
petugas,
ketidakmampuan bekerja, kemungkinan
medikolegal dan !LB.
2nsur yang dibutuhkan
Petugas yang berdedikasi
'P yang jelas dan tersosialisasi
AdministrasiWyang menunjang
!oordinasi yang baik antar instalasi< unit
Penanganan paska pajanan infeksius
Pelayanan konseling
Peraatan dan kerahasiaan medikal record
5:aluasi sebelum dan setelah penempatan 4eliputi 3
'tatus imunisasi
iayat kesehatan yang lalu
*erapi saat ini
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Laboratorium dan adiologi
E6#ka'!
'osialisasi 'P pencegahan dan pengendalian infeksi misal 3 !easpadaan Isolasi, !easpadaan 'tandar dan !easpadaan berbasis transmisi, !ebijakan "epartemen !esehatan tenatang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) terkini.
Pr51ram Im#n!'a'!
!eputusan pelaksanaan imunisasi petugas tergantung pada 3
isiko ekspos petugas
!ontak petugas dengan pasien
!arakteristik pasien Puskesmas
"ana Puskesmas
iayat imunisasi yang tercatat baik secara periodik menyiapkan apakah seorang petugas memerlukan booster atau tidak. Imunisasi influen&a dianjurkan sesuai dengan strain yang ada.
ALUR PASKA PAJANAN
P5*2%A' DA=% *5PAA=
"!*5 P5=DA!I* "ALA4
LABA*I24
IP=< !# '
Gambar 0 A$#r Pa'ka Pa3anan
>. Penempatan Pasien >.6. Penanganan Pasien "engan Penyakit 4enular< 'uspek
*erapkan dan lakukan pengaasan terhadap !easpadaan 'tandar untuk kasus < dugaan kasus penyakit menular melalui udara 3
Letakkan pasien didalam satu ruangan tersendiri. ika ruangan tersendiri ntidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara terpisah didalam ruangan atau bangsal dengan beberapa tempat tidur dari kasusu yang belum dikonfirmasi atau sedang didiagnosis ( kohorting ). Bila ditempatkan dalam 6 ruangan, jarak antar tempat tidur harus lebih dari + meter dan diantara tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
ika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan negatif yang dimonitor ( ruangan bertekanan negatif ) dengan 9F6+ pergantian udara per jam dan system pembuangan udara keluar atau menggunakan saringan udara partikulasi efisiensi tinggi ( filter /5PA ) yang termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di Puskesmas.
ika tidak tersedia ruangan bertekanan negatif dengan sistem penyaringan udara partikulasi efiesiensi tinggi, buat tekanan negatif didalam ruangan pasien dengan memasang pendingin ruangan atau kipas angin dijendela sedemikian rupa agar aliran udara keluar gedung melalui jendela. endela harus membuka keluar dan tidak mengarah kedaerah publik. 2ji untuk tekanan negatif dapat dilakukan dengan menempatkan sedikit bedak tabur dibaah pintu dan amati apakah terhisap kedalam ruangan. ika diperlukan kipas angin tambahan didalam ruangan dapat meningkatkan aliran udara.
aga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan tindakan pencegahan ini.
Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai AP" yang sesuai 3 masker ( bila memungkinkan masker efisiensi tinggi harus digunakan, bila tidak, gunakan masker bedah sebagai alternatif ) gaun, pelindung ajah atau pelindung mata dan sarung tangan.
Pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan.
Pakai gaun yang bersih, nonF steril ketika masuk ruangan jika akan berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang Fbarang didalam ruangan.
Per!mban1kan "a6a 'aa"enem"aan "a'!en 0
!amar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas terhadap lingkungan, misal 3 luka lebar dengan cairan keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol
!amar terpisah dengan pintu tertutup diaspadai transmisi melalui udara kekontak, misal 3 luka dengan infeksi kuman gram positif.
!amar terpisah atau kohort dengan :entilasi dibuang keluar dengan ehaust ke area tidak ada orang lalu lalang, misal 3 *B
!amar terpisah dengan udara terkunci bila diaspadai transmisi airborne luas, misal 3 :aricella
!amar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan ( anak, gangguan mental ).
Bila kamar terpisah tidak memungkinkan dapat kohorting. Bila pasien terinfeksi dicampur dengan non infeksi maka pasien, petugas dan pengunjung menjaga keaspadaan untuk mencegah transmisi infeksi.
<.2. Tran'"5r "a'!en !n&ek'!#'
"ibatasi, bila perlu saja.
Bila mikroba pasien :irulen, # hal perlu diperhatikan 3 o
Pasien diberi AP" ( masker, gaun)
o
Petugas diarea tujuan harus diingatkan akan kedatangan pasien tersebut melaksanakan keaspadaan yang sesuai
o
Pasien diberi informasi untuk dilibatkan keaspadaannya agar tidak terjadi transmisi kepada orang lain.
Pa'!en %an1 6!6!a1n5'!' men6er!a SARS aa# &$# b#r#n1
angan i&inkan mereka meninggalkan tempat isolasi kecuali untuk pelayanan kesehatan yang lebih penting.
Pindahkan
pasien melalui
alur yang
dapat
mengurangi kemungkinan
terpajannya staf, pasien lain atau pengunjung
Bila pasien dapat menggunakan masker bedah, petugas kesehatan harus menggunakan gaun pelindung dan sarung tangan. Bila pasien tidak dapat
menggunakan masker, petugas kesehatan harus menggunakan masker, gaun pelindung, dan sarung tangan.
>.#.
Pemindahan pasien yang diraat diruang isolasi Batasi pergerakan dan transportasi pasien dari ruangan isolasi hanya untuk keperluan penting. Lakukan hanya jika diperlukan dan beritahu tempat yang akan menerima sesegera mungkin sebelum pasien tiba. ika perlu dipindahkan dari ruangan< area isolasi dalam puskesmas, pasien harus dipakaikan masker dan gaun. 'emua petugas yang terlibat dalam transportasi pasien harus menggunakan AP" yang sesuai. "emikian pula jika pasien perlu dipindahkan keluar fasilitas pelayanan kesehatan. 'emua permukaan yang kontak dengan pasien harus dibersihkan. ika pasien dipindahkan menggunakan ambulance, maka sesudahnya ambulance tersebut harus dibersihkan dengan disinfektan seperti alkohol >Hatau larutan klorin ,8H
Ke$#ar1a Pen6am"!n1 "a'!en 6! P#'ke'ma'
Perlu edukasi oleh petugas agar menjaga kebersihan tangan dan menjalankan keaspadaan isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi kepada mereka sendiri ataupun kepada pasien lain. !easpadaan yang dijalankan seperti yang dijalankan oleh petugas kecuali pemakaian sarung tangan.
>.7.
Pem#$an1an Pa'!en
2paya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas aktu masa penularan.
Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang dicurigai terkena penyakit menular melalui udara< airborne harus diisolasi didalam rumah selama pasien tersebut menglami gejala sampai batas aktu penularan atau sampai diagnosis alternatif dibuat atau hasil uji diagnosa menunjukkan baha pasien tidak terinfeksi dengan penyakit tersebut. !eluarga harus diajarkan cara menjaga kebersihan diri, pencegahan dan pengendalian infeksi serta perlindungan diri.
'ebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya harus diajarkan tentang tindakan pencegahan yang perlu dilakukan, sesuai dengan cara penularan penyakit menular yang diderita pasien. ( contoh Lampiran " 3 Pencegahan, Pengendalian, Infeksi, dan penyuluhan Bagi keluarga atau !ontak pasien Penyakit 4enular )
Pembersihan dan disinfeksi ruangan yang benar perlu dilakukan setelah pemulangan pasien.
>.8.
Pem#$a'araan Jena=a
Petugas kesehatab harus menjalankan !easpadaan 'tandar ketika menangani pasien yang meninggal akibat penyakit menular.
AP" lengkap harus digunakan petugas yang menangani jena&ah jika pasien tersebut meninggal dalam masa penularan.
ena&ah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jena&ah yang tidak mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar jena&ah.
angan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong jena&ah.
Pindahkan sesegera mungkin kekamar jena&ah setelah meninggal dunia.
ika keluarga pasien ingin melihat jena&ah, diijinkan untuk melakukannya sebelum jena&ah dimasukkan kedalam kantong jena&ah dengan mengg unakan AP".
Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan khusus bagi jena&ah yang meninggal dengan penyakit menular. 'ensiti:itas agama, adat istiadat dan budaya harus diperhatikan ketika seorang pasein dengan penyakit menular meninggal dunia.
>.9.
Pemer!ka'aan P5' M5rem
Pemeriksaan post mortem pada seseorang yang menderita atau kemungkinan menderita penyakit menular harus dilakukan dengan hati 0 hati, apalagi jika psien meninggal dunia selama masa penularan. ika pasien masih menyebar :irus ketika meninggal, paru parunya mungkin masih mengandung :irus. leh karena itu, kalau melakukan suatu prosedur pada paruFparu jena&ah, AP" lengkap harus digunakan yang meliputi masker =F-8, sarung tangan, gaun, pelindung mata dan sepatu pelindung.
Men1#ran1! re'!k5 !mb#$n%a aer5'5$ 'e$ama a#5"'!
'elalu gunakan AP"
%unakan selubung :akum untuk gergaji getar
/indari penggunaan semprotan air tekanan tinggi
Buka isi perut sambil disiram dengan air.
Mem!n!ma$!'a'! r!'!k5 6ar! Jena=a %an1 er!n&ek'!
!etika melakukan pemotongan paru, cegah produksi aerosol dengan 3
/indari penggunaan gergaji listrik
Lakukan prosedur dibaah air.
/indari pajanan ketika mengeluarkan jaringan paru.
'ebagai petunjuk umum, terapkan !easpadaan 'tandar sebagai berikut 3
%unakan peralatan sesedikit mungkin ketika melakukan otopsi.
/indari penggunaan pisau bedah dan gunting dengan ujung yang runcing
angan memberikan instrumen dan peralatan dengan tangan, selalu gunakan nampan.
ika memungkinkan, gunakan instrumen dan peralatan sekali pakai
2payakan jumlah petugas seminimal mungkin dan dapat menjaga diri masingF masing
Peraatan jena&ah< persiapan sebelum pemakaman
Petugas kamar jena&ah atau tempat pemakaman harus diberi tahu baha kematian pasien adalah akibat penyakit menular agar keaspadaan 'tandar diterapkan dalam penanganan jena&ah.
Penyiapan jena&ah sebelumdimakamkan seperti pembersihan, pemandian, perapian rambut, pemotongan kuku, pencukuran, hanya boleh dilakukan oleh petugas khusus kamar jena&ah.
>. H%1!ene re'"!ra'!? e!ka ba#k
!ebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya.
'emua Pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan. 'aat anda batuk atau bersin 3
*utup hidung dan mulut anda
'egera buang tisu yang sudah dipakai
Lakukan kebersihan tangan
D! &a'!$!a'! "e$a%anan ke'eaan. 'ebaiknya gunakan masker bedah bila Anda sedang
batuk. 5tika batuk dan kebersihan pernapsan harus diterapkan disemua bagian puskesmas, dilingkungan masyarakat, dan bahkan di rumah.
T!n6akan "en!n1 !n! ar#' 'e$a$# 6!$ak#kan #n#k men1en6a$!kan '#mber !n&ek'! "5en'!a$.
@. Prakek Men%#n!k Yan1 aman
Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi danterapi.
Bila memungkinkan sekali pakai :ial alaupun multidose. arum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam :ial multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain.
). Prakek #n#k L#mba$ P#nk'!
Pemakaian masker pada insersi cateter atau injeksi suatu obat kedalam area spinal< epidural melalui prosedur lumbal punksi misal saat melakukan anastesi spinal dan epidural, myelogram, untuk mencegah transmisi droplet flora orofaring.
B. Kea'"a6aan I'5$a'! I'5$a!5n Pre:a#!5n'
!easpadaan isolasi diterapkan secara rutin dalam peraatan seluruh pasien dalam puskesmas baik terdiagnosis infeksi, diduga terinfeksi atau kolonisasi. Bertujuan untuk
mencegah transmisi silang sebelum diagnosis ditegakkan atau hasil pemeriksaan laboratorium belum ada, strategi utama untuk PPI adalah menyatukan keaspadaan satandar dan keaspadaan berdasarkan transmisi. !easpadaan standar seperti yang sudah diuraikan diatas dengan melaksanakan 6 pilar pencegahan dan pengendalian infeksi.
). Kea'"a6aan ber6a'arkan ran'm!'!
"ibutuhkan untuk memutus mata rantai transmisi mikroba penyebab infeksi dibuat untuk diterapkan terhadap pasien yang diketahui maupun dugaan terinfeksi atau terkolonisasi patogen yang dapat di transmisikan leat udara, droplet, kontak dengan kulit atau permukaan terkontaminasi. enis !easpadaan berdasarkan transmisi 3 a. !ontak b. 4elalui droplet c. 4elalui udara ( Airborne ) d. 4elalui common :ehicle (makanan, air, obat, peralatan ) e. 4elalui :ektor (lalat, nyamuk, tikus) atatan 3 suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara. !easpadaan berdasarkan transmisi ini dapat dilaksanakan secara terpisah ataupun kombinasi dengan !easpadaan 'tandar seperti kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan menggunakan sabun, antiseptik ataupun antiseptik berbasis alkohol, memakai sarung tangan sekali pakai bila kontak dengan cairan tubuh, gaun pelindung dipakai bila terdapat kemungkinan terkena percikan cairan tubuh, memakai masker, goggle untuk melindungi ajah dari percikan cairan tubuh. Seba1a! ambaan keaspadaan 'tandar, terutama setelah terdiagnosis jenis
infeksinya.
ekomendasi (#) ekomendasi dikategorikan sebagai berikut 3
!ategori IA 3
'angat direkomendasikan untuk seluruh puskesmas, telah didukung penelitian dan studi epidemiologi.
!ategori IB 3
'angat direkomendasikan untuk seluruh puskesmas dan telah ditinjau efektif oleh para ahli dilapangan. "an berdasarkan kesempatan /IPA ( /ospital Infection ontrol Ad:isory ommittee ) sesuai dengan bukti rasional alaupun mungkin belum dilaksanakan suatu studi scientifik.
!ategori II 3
"ianjurkan untuk dilaksanakan dirumahsakit. Anjuran didukung studi klinis dan epidemiologik, teori rasional yang kuat, studi dilaksanakan di beberapa puskesmas.
*idak direkomendasi 3
4asalah yang belum ada penyelesaiannya. Belum ada bukti ilmiah yang memadai atau belum ada kesepakatan mengenai efikasinya.
a. Kea'"a6aan ran'm!'! K5nak 8<8)
ara transmisi yang terpenting dan tersering menimbulkan /AIs. "itujukan untuk menurunkan risiko transmisi mikroba yang secara epidemiologi di transmisikan melalui kontak langsung atau tidak langsung. !ontak langsung meliputi kontak permukaan kulit terluka< abrasi orang yang rentan< petugas dengan kulit pasien terinfeksi atau kolonisasi. 4isal peraat membalikkan tubuh pasien, memandikan, membantu pasien bergerak., dokter bedah dengan luka basah saat mengganti :erband petugas tanpa sarung tangan meraat oral pasien /'; atau scabies.
*ransmisi kontak tidak langsung terjadi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang terkontaminasi mikroba infeksius dilingkungan, instrumen yang terkontaminas, jarum, kassa, tangan terkontaminasi dan belum dicuci atau sarung tangan yang tidak diganti saat menolong pasien satu dengan yang lainnya, dan melalui mainan anak. !ontak dengan cairan sekresi pasien terinfeksi yang di transmisikan melalui tangan petugas atau benda mati dilingkungan pasien.
'ebagai cara transmisi tambahan melalui droplet besar pada patogen infeksi saluran napas misal 3 para influen&a, ';, 'A', /8=X.(6)
Pada pedoman Isolation tahun +>, dianjurkan juga kenakan masker saat dalam radius 9F6 kaki dari pasien dengan mikroba :irulen.
"iterapkan terhadap pasien dengan infeksi atau terkolonisasi (ada mikroba pada atau bdalam pasien tanpa gejala klinis infeksi) yang secara epidemiologi mikrobanya dapat ditransmisikan dengan cara kontak langsung atau tidak langsung. ( !ategori IB) Petugas harus menahan diri untuk menyentuh mata, hidung, mulut saat masih memakai sarung tangan terkontaminasi ataupun tanpa sarung tangan.
/indari mengkontaminasi permukaan lingkungan yang tidak berhubungan dengan peraatan pasien misal 3 pegangan pintu, tombol lampu, telepon (6)
b. Kea'"a6aan ran'm!'! 6r5"$e ;8)8))
"iterapkan sebagai tambahan keaspadaan 'tandar terhadap pasien dengan infeksi diketahui atau suspek mengidap mikroba yang dapat ditransmisikan melalui droplet (O8 Qm). "roplet yang besar terlalu berat untuk melayang diudara dan akan jatuh dalam jarak 6F+ m dari sumber (6,66) *ransmisi droplet melibatkan kontak konjungti:a atau mucus membrane hidung< mulut, orang rentan dengan droplet partikel besar mengandung mikroba berasal dari pasien pengidap atau carrier dikeluarkan saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction, bronkhoskopi. "ibutuhkan jarak deket anatara sumber dan resipienN# kaki. !arena droplet tidak bertahan diudara m.
*ransmisi droplet langsung, dimana droplet mencapai mucus membrane atau terinhalasi. *ransmisi droplet kekontak, yaitu droplet mengkontaminasi permukaan tangan dan ditransmisikan ke sisi lain misal 3 mukosa, membrane. *ransmisi jenis ini lebih sering terjadi daripada transmisi droplet langsung misal 3 commoncold, respiratory syncitial :irus (';). "apat terjadi saat pasien terinfeksi batuk, bersin, bicara, intubasi endotrakheal,
batuk
akibat
induksi
fisioterapi
dada,
resusitasi
kardiopulmoner.
c. !easpadaan transmisi melalui udara ( Airborne Precautions) (7,6) keaspadaan transmisi melalui udara ( kategori IB) diterapkan sebagai tambahan keaspadaan 'tandar terhadap pasien yang diduga atau telah diketahui terinfeksi mikroba yang secara epidemilogi penting dan di transmisikan melalui jalur udara. 'eperti misalnya transmisi partikel terinhalasi (:aricella &oster) langsung melalui udara.
"itujukan untuk menurunkan risiko transmisi udara mikroba penyebab infeksi baik yang ditransmisikan berupa droplet nuklei ( sisa partikel kecilN8Qm e:aporasi dari droplet yang bertahan lama diudara) atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab infeksi. 4ikroba tersebut akan terbaa aliran udara O+m dari sumber, dapat terinhalasi oleh indi:idu rentan diruang yang sama dan jauh dari pasien sumber mikroba, tergantung pada factor lingkungan, misal penanganan udara dan :entilasi yang penting dalam pencegahan transmisi melalui udara, droplet nuklei atau sisik kulit terkontaminasi ( '. Aureus).
Tabe$ 0 KE/ASPADAAN BERBASIS TRANSMISI
KEGIATAN Penem"aan
KONTAK DROPLET UDARA? AIRBONE *empatkan diruang *empatkan pasien di ruang *empatkan pasien
raat
terpisah,
tidak
bila terpisah,
mungkin mungkin
bila
tidak diruang terpisah yang
kohortin.
Bila mempunyai 3
kohorting,
bila keduanya tidak mungkin,
6. tekanan negatif
keduanya
tidak buat pemisah dengan jarak
+. aliran udara 9F
mungkin
maka O6 meter antar ** dan
pertimbangkan epidemiologi dan
populasi
Bicarakan
jarak dengan pengunjung. mikroba Pertahankan pintu terbuka, pasien. tidak
perlu
6+@< jam #. pengeluaran udara terfiltrasi
penanganan
sebelum
udara
dengan khusus terhadap udara dan
mengalir
ke
petugas PPI (kategori :entilasi (kategori IB )
ruang
IB) tempatkan dengan
tempat lain di
jarak O6meter # kaki
Puskesmas.
antar ** jaga agar tidak
2sahakan opintu
ada kontaminasi silang
ruang
kelingkungan
tertutup.
dan
pasien lain (kategori IB)
ruang
atau
pasien Bila terpisah
tidak memungkinkan, tempatkan pasien
dengan
pasien lain yang mengidap mikroba sama,
yang jangan
dicampur dengan
infeksi
lain (kohorting)
dengan jarakO6meter. !onsultasikan dengan petugas PPI' sebelum menempatkan pasien
bila
tidak ada ruang isolasi
dan
kohorting tidak memungkinkan . (kategori IB)
Batasi gerakan dan transport Tran'"5r
Batasi
gerak
dan
Pa'!en
transportasi untuk batasi
pasien
hanya
kalau
diperlukan saja. Bila
Batasi gerak, transport droplet dari pasien dengan
perlu
pasien
hanya
kalau mengenakan masker pada
pemeriksaan pasien
perlu
saja.
Bila pasien (kategori IB ) dan
dapat diberi masker
diperlukan keluar
pasien menerapkan
ruangan
hygiene
bedah untuk cegah
perlu respirasi dan etika batuk
keaspadaan
menyebarkan
agar
droplet
risiko minimal transmisi kepasien
lain
untuk
nuclei
(kategori IB)
atau
lingkungan (kategori IB ) Per$!n6#n1an
'a$#ran
na"a' APD Pe#1a'
!enakan
Ma'ker
Pakailah
bila
bekerja respirator
masker (
=-8<
dalam radius 6m terhadap !ategori = pada efisiensi Sar#n1
6an pasien (kategori IB ), saat -8H) saat masuk ruang
an1an
kontak
:#:! an1an
erat
4emakai sarung tangan seyogyanya
masker pasien atau suspek *B melindungi paru. rang yang rentan
bersih non steril, lateks hidung dan mulut, pakai seharusnya tidak boleh saat
masuk
pasien, AP" Petugas
ganti
keruang saat memasuki ruang sarung
tangan setelah kontak aat
masuk ruang pasien yang diketahui
pasien
atau
suspek
dengan campak, cacar air kecuali
dengan bahan infeksius infeksi saluran napas.
petuga yang telah imun.
(feses, cairan drain) Lepaskan sarung tangan
Bila
terpaksa
harus
sebelum
keluar
dari
masuk
maka
kamar pasien dan cuci
mengenakan
tangan
respirator
dengan
harus masker untuk
antiseptic (kategori IB)
pencegahan. rang yang
Ga#n
telah
Pakaian
gaun
bersih,
tidak
ruang
masker
melindungi
untuk
baju
dari
perlu
IB)
4asker Bedah< prosedur (min)
permukaan lingkungan,
gaun
barang diruang pasien,
melakukan
cairan
dengan
ileostomy,
memakai
(kategori
kontak dengan pasien,
diare
sakit
campak atau cacar air
tidak steril saat masuk pasien
pernah
pasien,
coloctomy,
sarung
tangan
goggel
bila tindakan
kemungkinan
timbul aerosol.
luka terbuka. Lepaskan gaun
sebelum
keluar
ruangan. aga agar tidak ada kontaminasi silang kelingkungan pasien
lain
dan (kategori
IB ) Apron
*ransmisi pada *B
Bila gaun permeable,
'esuai
untuk
"
mengurangu
pedoman
*B
1%uidelinefor
Peralatan
penetrasi cairan, tidak *idak perlu penanganan Pre:enting
of
untuk
dipakai sendiri
in
udara
secara
peraatan
karena
mikroba
pasien
bergerak jarak jauh. Bila
khusus tuberculosis tidak /ealthcare
$acilities1
dan referensi nomor 6.
memungkinkan
peralatan
nonkritikal
dipakai untuk 6 pasien atau
dengan
mikroba
infeksi
yang
sama,
bersihkan dan disinfeksi mikroba
yang
sama.
Bersihkan
dan
Peralatan
disinfeksi
sebelum
2ntuk
dipakai
Peraatan
lain (kategori IB)
Pasien
untuk
4*B (obligat airborne) campak,
cacat
(kombinasi
air
transmisi)
pasien B. pertussis, 'A', '; =oro:irus (partikel feses, influen&a,
Adeno:irus, :omitus),
hino:irus,=.meningitidis melalui ,
streptococ
grup
A, aerosol.
4ycoplasma pneumoniae.
ota:irus partikel
kecil
4", 4'A, ;'A, ;I'A, ;5, 4"'P (
'trep
pneuminiae)
;irus /erpes simple 'A' '; ( indire mel mainan), '. Aureus, 4",
;5,
.
"ifficile,P. Aeruginosa, influen&a,
=oro:irus
(juga makanan dan air )
"isinfeksi tangan adalah keaspadaan isolasi yang terpenting.
*ujuan terpenting PPI adalah menjaga petugas, peralatan d an permukaan tetap bersih. Bersih diartikan 3
Bebas dari kotoran
*elah dicuci setelah terakhir dipakai
Penjagaan kebersihan tangan personal
Bebas polutan dan bahan tidak diinginkan
6. Pera#ran #n#k kea'"a6aan !'5$a'!
/arus dihindari transfer mikroba patogen antar pasien dan petugas sat peraatan pasien raat inap. Perlu dijalankan hal berikut 3 6. !easpadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh ekresi dan sekresi dari seluruh pasien untuk meminimalisir risiko transmisi infeksi. +. "ekontaminasi tangan sebelum kontak diantara pasien. #. uci tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan tubuh ). 7. %unakan teknik tanpa menyentuh bila memungkinkan untuk menghindari menyentuh bahan infeksius. 8. Pakai sarung tangan saat harus atau mungkin kontak dengan darah dan cairan tubuh serta barang yang terkontaminasi. "isinfeksi tangan segera setelah melepas sarung tangan. %anti sarung tangan antara pasien. 9. Penanganan limbah feses, urin, dan sekresi pasien yang lain dalam lubang pembuangan yang disediakan, bersihkan dan disinfeksi bedpan, urinal dan ontainer pasien yang lain. >. *angani bahan infeksius sesuai prosedur ?. pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen infeksius pasien telah dibersihkan dan didisinfeksi dengan benar antar pasien. BAB +
PETUNJUK PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK PENGUNJUNG
Pengunjung dengan gejala infeksi saluran pernapasan selama terjangkitnya penyakit menular
Pengunjung dengan gejala demam dan gangguan pernapasan tidak boleh mengunjungi pasien didalam fasilitas pelayanan kesehatan.
Pengunjung yang setelah sakit sudah tidak menunjukkan gejala, perlu dibatasi kunjungan ke pasien.
rang deasa yang sakit tidak boleh berkunjung sampai batas aktu penularan penyakit, sedangkan anakFanak dibaah 6+ tahun dilarang mengunjungi p asien dipuskesmas.
!ebijakan ini agar dicantumkan dipapan pengumuman fasilitas kesehatan.
Petunjuk pencegahan dan pengendalian infeksi untuk anggota keluarga yang meraat penderita atau suspek flu burung
Anggota keluargaperlu menggunakan AP" seperti petugas kesehatan yang meraat di Puskesmas.
4engunjungi pasien dengan penyakit menular melalui udara
Petugas kesehatan atau *im pencegahan dan pengen dalian infeksi perlu mendidik pengunjung pasien dengan penyakit menular tentang cara penularan penyak it, dan menganjurkan mereka untuk menghindari kontak dengan pasien selama masa penularan.
ika keluarga teman perlu mengunjungi pasien yang masih suspek atau telah di konfirmasi menderita penyakit menular melalui udara, pengunjung tersebut harus mengikuti prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi di puskesmas. Pengunjung harus memakai AP" lengkap ( masker, gaun, sarung tangan dan kaca mata) ika kontak langsung dengan pasien atau lingkungan pasien.
Petugas kesehatan perlu mengaasi pemakaian AP" dan masker secara ben ar bagi pengunjung.
!etika pengunjung meninggalkan ruangan, ia harus melepas AP" dan mencuci tangan. *idak menggantung masker dileher.
ika keluarga dekat mengunjungi pasien penyakit menular melalui udara, petugas kesehatan harus meaancarai orang tersebut untuk menentukan apakah ia memiliki gejala demam atau infeksi saluran pernapasan. !arena berhubungan dekat dengan pasien penyakit menular melalui udara beresiko untuk terinfeksi. ika ada demam atau gejala gangguan pernapasan, pengunjung tersebut harus dikaji untuk penyakit menular melalui udara dan ditangani dengan tepat.
$asilitas pelayanan kesehatan harus mendidik semua pengunjung tentang penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi dan ajib mentaatinya ketika mengunjungi pasien penyakit menular.
4enjaga kebersihan alat pernapasan dan etika batuk ditempat pelayanan kesehatan.
2ntuk mencegah penularan infeksi saluran pernapasan difasilitasi pelayanan kesehatan, kebersihan saluran pernapasan dan etika batuk harus merupakan bagian mendasar dari prilaku sehat. 'etiap orang yang memiliki tanda atau gejala infeksi pernapsan ( batuk, bersin) harus 3
4enutup hidung< mulut ketika batuk atau bersin
4enggunakan tisu untuk menahan sekresi pernapasan dan dibuang ditempat limbah yang tersedia.
uci tangan segera setelah kontak dengan sekresi pernapasan.
$asilitasi pelayanan kesehatan harus menjamin tersedianya 3
*empat limbah tertutup yang tidak perlu disentuh atau dapat dioperasikan dengan kaki disemua area.
$asilitas cuci tangan dengan air mengalir diruang tunggu.
Pengumuman < informasi tertulis untuk menggunakan masker bagi setiap pengunjung yang batuk.
ika memungkinkan, dianjurkan bagi orang yang batuk untuk duduk pada jarak 6 meter dari yang lainnya diruang tunggu.
Pada pintu masuk dan diruang fasilitas raat jalan seperti ruang gaat darurat, ruangan dokter, klinik raat jalan, perlu dipasang instruksi etika batuk atau bersin. Pasien dan orang yang menemaninya agar mempraktekkan kebersihan alat saluran pernapsan dan etika batuk atau bersin, dan memberitahukan kepada petugas sesegera mungkin tentang gejala penyakit yang diderita, bagi orang yang batuk harus disediakan masker.
BAB +I SUR+EILANS INFEKSI PUSKESMAS
A. "efinisi 'ur:eilans infeksi Puskesmas adalah suatu proses yang dinamis, sistematis terus menerus, dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interprestasi dari data kesehatan yang penting pada suatu populasi spesifik yang didiseminasikan secara berkala kepada pihakF pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan, dan e:aluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Infeksi Puskesmas (I') atau /ealthcare associated infections (/AIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama peraatan di ' atau fasilitas pelayanan kesehatan lain, yang tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk '. I' juga mencakup infeksi yang didapat di ' tetapi baru muncul setelah keluar ' dan juga infeksi akibat kerja pada tenaga kesehatan.
B. *ujuan 6. mendapatkan data dasar Infeksi Puskesmas +. menurunkan Laju Infeksi ' #. Identifikasi dini !ejadian Luar Biasa (!LB) Infeksi Puskesmas 7. meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah yang memerlukan penanggulangan. 8. 4engukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI di ' 9. 4emenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperaatan >. 'alah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi '
. 4etode 'ur:eilans 4etode sur:eilans I' di Puskesmas 2mum !abupaten !araang adalah menggunakan metode 'ur:eilans target (targetted
". enisFjenis infeksi Puskesmas 6. Infeksi Aliran "arah Primer a. "efinisi Infeksi Aliran "arah Primer (IA"P)
4erupakan jenis infeksi yang terjadi akibat masuknya mikroba melalui peralatan yang kita masukkan langsung ke system pembuluh darah. "alam istilah " disebut sebagai Blood 'tream Infection (B'I)
Akses langsung keperedaran darah ini dapat berupa kateter :ena maupun arteri yang kita lakukan terhadap pasien, baik dalam rangka peraatan maupun diagnostik, yang secara umum disebut sebagai kateter intra:askuler ( intra:askuler atheter). ontahnya adalah pemasangan :ena sentral (; 3 entral ;enous atheter), :ena perifer ( infus) hemodialisa.
Adalah ditemukannya organisme dari hasil kultur darah semikuantitatif< kuantitatif disertai tanda klinis yang jelas serta tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat lain dan < atau dokter yang meraat menyatakan telah terjadi infeksi O++7 jam setelah pemasangan catheter :ena sentral.
'eringkali phlebitis dilaporkan sebagai IA"P. IA"P berbeda dengan Phlebitis ('uperficial E "eep Phlebitis). Perbedaan antara IA"P dengan phlebitis, adalah 3
Phlebitis, merupakan tandaFtanda peradangan pada daerah lokal tusukan infus. *andaFtanda peradangan tersebut adalah merah, bengkak, terasa seperti terbakar dan sakit bila ditekan.
IA"P adalah keadaan bakteremia yang diagnosanya ditegakkan melalui pemeriksaan kultur.
b. $aktor risiko adalah 3
Lamanya terpasang kateter
Lamanya hari raat
!ondisi penurunan daya tahan tubuh (immunocompromised)
4alnutrisi
Luka bakar
Luka operasi tertentu
c. !riteria IA"P Ada beberapa kriteria untuk menentukan IA"P, kriteria IA"P 6 dan + dapat digunakan untuk semua peringkat umur pasien termasuk usia N6th, minimal ditemukan satu kriteria seperti 3 c.6. !riteria 6 IA"P K berikut 3
"itemukan pathogen pada O6 kultur darah pasien
4ikroba dari kultur darah itu tidak berhubungan dengan infeksi dibagian lain dari tubuh pasien (lihat catatan 6E+)
c.+. !riteria + IA"P 3
Pasien menunjukkan minimal satu gejala klinis 3 demam (suhu O#?U) menggigil atau hiypotensi, dan tanda dan gejala klinis serta hasil positif pemeriksaan laboratoriumyang tidak berhubungan dengan infeksi dibagian lain dari tubuh pasien.
/asil kultur yang berasal dari O+ kultur darah pada lokasi pengambilan yang berbeda didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid ( corynebacterium spp), Bacillus spp. (bukan B anthracis), Propionibacterium
spp,
'taphylococcus
coagulase
negatif
termasuk
epidermidis, 'teptococcus :iridans, Aerococcus spp, 4icrococcus spp. Berasal dari O+ kultur darah pada lokasi pengambilan yang berbeda (lihat catatan #E7).
c.#. !riteria # IA"P 3
Pasien anak usia N6 tahun menunjukkan minimal satu gejala seperti berikut 3 demam (suhu rektal O#?U), hipotermi ( suhu rektal N#>U), apnoe atau bradikardia, dan
*anda dan gejala serta hasil pemeriksaan positif laboratorium yang tidak berhubungan dengan infeksi dibagian lain dari tubuh pasien dan
/asil kultur yang berasal dari O+ kultur darah pada lokasi pengambilan yang berbeda didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid (corynebacterium spp), Bacillus spp (bukan B anthracis), Propionibacterium spp, staphylococcus coagulase negatif termasuk ' epidermidis,
'treptococcus
:iridans,
Aerococcus
spp,
4icrococcus
spp.berasal dari O+ kultur darah pada lokasi pengambilan yang berbeda.
atatan 3 6. dalam kriteria 6, arti 1O61 kultur darah pasien adalah Y minimal 6 botol kultur dari darah yang diambil memberikan hasil dilaporkan ada pertumbuhan mikroba, artinya kultur darah positif. +. dalam kriteria 6 maksud1patogen 1yang ditemukan adalah mikroba yang tidak termasuk dalam mikroba kontaminan kulit yang umum didapatkan (lihat kriteria + dan #). ontoh beberapa mikroba pathogen yang bukan termasuk flora normal umum kulit yang dapat ditemukan adalah '.aureus, 5nterococcus spp, 5 coli, Psudomonas spp, !lebsiella spp, andida spp dan lainFlain #. dalam kriteria + dan #, arti ZO+Zkultur darah diambil dari lokasi yang berbeda adalah artinya 3
"ari ; line atau kultur ujung kateter ; line dan perifer sekurangF kurangnya + kali pengambilan darah perifer dengan jeda aktu tidak lebih dari + hari (misalnya pengmbilan darah pada hari 'enin dan
'elasa, atau 'enin dan abu, jangan terlalu jauh misalnya 'eninF !amis), atau pada aktu yang bersamaan dari + lokasi yang berbeda
4inimal 6 botol dari darah yang diambil menunjukkan pertumbuhan kuman kontaminan umum kulit yang sama. (lihat catatan no 7 untuk melihat kesamaan mikroba )
7.
Phlebitis yang purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung kateter, tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah, maka tidak dilaporkan sebagai IA"P.
!riteria =asional I. Infeksi Aliran "arah Perifer (IA"P) Algoritma "iagnosa IA"P
'imtom (%ejala dan *anda)
2mum
Anak N6 tahun
4inimal 3 "emam (O#?U) 4enggigil hipotensi
4inimal 6 3 "emam (O#?U ) /ipotermi (N#>U) Apnoe bradikardia
Laboratorium 3 !ultur "arah
Positif Y6 mikroba patogen Positif Y+ mikroba $lora kulit
Bukti Infeksi tempat lain
!riteria IA"P
=egatif
6
+
#
!eterangan 3 Dang dimaksud mikroba pathogen pada kriteria 6 misalnya adalah 3 '. Aureus, 5nterococcus spp, 5 coli, Psudomonas spp, !lebsiella spp, andida spp dan lainF lain. Dangdimaksud dengan flora kulit adalah mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid (orynebacterium spp), Bacillus spp, Propionibacterium spp, =' termasuk 'taph. 5pidermidis, 'treptococcus :iridans, Aerococcus spp, 4icrococcus spp. /asil kultur darah pada kriteria + dan #, arti ZJ+Zkultur darah 3 + spesimen darah diambil dari lokasi yang berbeda dan dengan jeda aktu tidak lebih dari +hari.
Gambar < 0 D!a1ram A$#r In&ek'! A$!ran Dra Pr!mer ). Pne#m5n!a
Ada + jenis Pneumonia yang berhubungan dengan I', yaitu Pneumonia yang didapatkan akibat peratan yang lama atau sering disebut sebagai /ospital AcGuired Pneumonia (/AP) dan Pneumonia yang terjadi akibat pemakaian :entilasi mekanik atau sering disebut sebagai ;entilator Associated Pneumonia (;AP). a. "efinisi /AP /AP adalah infeksi saluran napas baah yang mengenai parenkim paru setelah pasien diraat dipuskesmas O7? jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak menderita infeksi saluran napas baah. /AP dapat diakibatkan tirah baring lama ( koma< tidak sadar, trakeostomi, refluk gaster, 5ndotracheal *ube<5**).
b. "efinisi ;AP ;AP adalah infeksi saluran napas baah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian :entalasi mekanik O 7? jam, dan sebelumnya tidak ditemukan tandaFtanda infeksi saluran napas.
c. "asar diagnosis Pneumonia Pneumonia (P=52) ditentukan berdasarkan kriteria klinis, radiologi dan laboratorium. (lihat %ambar 7.+. "iagram Alur Pneumonia dan %ambar 7.#. "iagram Alur !riteria Pilihan Pneumonia pada bayi dan Anak).
d. *anda dan %ejala !linis Pneumonia Bukti !linis Pneumonia adalah bila ditemukan minimal 6 dari tanda dan gejala berikut 3
"emam (J#?U) tanpa ditemui penyebab lainnya.
Leukopenia (N 7. CBtahun, adanya perubahan status mental
yang tidak ditemui penyebab lainnya. "an minimal disertai + tanda berikut 3
*imbulnya onset baru sputum purulen atau perubahan sifat sputum
4unculnya tanda atau terjadinya batuk yang memburuk atau dyspnea (sesak napas) atau tachypnea (napas frekuen)
honci basah atau suara napas bronchial
4emburuknya pertukaran gas, misalnya desaturasi + (Pa+<$i+[+7), peningkatan kebutuhan oksigen, atau perlunya peningkatan :entilator.
e. *anda adiologis Pneumonia
Bukti adanya Pneumonia secara adiologis adalah bila ditemukan J+ foto serial didapatkan minimal 6 tanda berikut 3
Infiltrat baru atau progresif yang menetap
!onsolidasi
!a:itasi
Pneumotoceles pada bayi berumur [6 tahun.
atatan 3 Pada pasien yang tanpa penyakit paruFparu atau jantung (respiratory distress syndrome, bronchopulmonary dysplasia, pulmonary edema, atau chronic obstructi:e pulmonary disease) yang mendasari, 6 bukti radiologis foto thora sudah dapat diterima.
f. !riteria Pneumonia Ada # tipe spesifik pneumonia 3 6. Pneumonia klinis (P=526) +. Pneumonia dengan gambaran laboratorium spesifik (P=52+) #. Pneumonia pada pasien imunokompromis (P=52#)
f.6. !riteria P=26 3 Pneumonia !linis dapat diidentifikasi sebagai P=2 6 bila didapatkan salah satu kriteria berikut 3 6) 2ntuk semua umur (P=26F6) F
*anda dan gejala !linis Pneumonia (d)
F
*anda adiologis Pneumonia(e)
+) 2ntuk bayi berumur [6 tahun (P=26F+) Buruknya pertukaran gas dan, minimal disertai # dari tanda berikut 3 F
'uhu yang tidak stabil, yang tidak ditemukan penyebab lainnya.
F
Leukopeni (N7.
F
4unculnya onset baru sputum purulen atau perubahan karakter sputum atau adanya peningkatan sekresi pernapasan atau peningkatan keperluan pengisapan (suctioning).
F
Apneu, tachypneu, atau pernapasan cuping hidung dengan retraksi dinding dada.
F
honci basah kasar maupun halus
F
Batuk
F
Bradycardia (Ndari6
#) 2ntuk anak berumur lebih dari O6 tahun atau berumur [6+ tahun (P=26F#), minimal ditemukan # dari tanda berikut 3
F
demam (suhu O#?,7U ) atau hypothermi (N#9,8U), yang tidak ditemukan penyebab lainnya.
F
Lekopeni (N 7.
F
4unculnya onset baru sputum purulen atau perubahan karakter sputum atau adanya peningkatan sekresi pernapasan atau peningkatan keperluan pengisapan (suctioning)
F
nset baru dari memburuknya batuk, apneu, tachypneu
F
Chee&ing, rhonci basah kasar mapun halus
F
4emburuknya pertukaran gas, misalnya p+N -7H.
f.+. !riteria P=2+ a) !riteria P=2+F6 Pneumonia dengan hasil laboratorium yang spesifik untuk infeksi bakteri dan jamur berfilamen. "apat diidentifikasi sebagai P=2+F6, bila ditemukan buktiFbukti berikut F
tanda dan gejala !linis Pneumonia (d)
F
*anda adiologis Pneumonia (e)
F
4inimal 6 dari tanda laboratorium berikut 3
!ultur positif dari darah yang tidak ada hubungannya dengan sumber infeksi lain.
!ultur positif dari cairan pleura
!ultur kuantitatif positif dari spesimen 'aluran =apas Baah (BAL atau sikatan bronkus terlindung)
J8H sel yang didapat dari BAL mengandung bakteri intraseluler pada pemeriksaan mikroskopik langsung.
Pemeriksaan histopatologik menunjukkan 6 dari bukti berikut 3
F
Pembentukan abses atau fokus konsolidasi dengan sebukan P4= yang benyak pada bronchiolus dan al:eoli.
F
!ultur kuantitatif positif dari parenkim paruFparu
F
Bukti adanya in:asi oleh hifa jamur atau pseudohifa pada parenkim paruFparu
F
Bukti adanya in:asi oleh hifa jamur atau pseudohifa pada parenkim paruFparu
!eterangan 3 F
'=B 3 'aluran =apas Baah (L* 3 Loer respratory tract)
F
Interprestasi hasil kultur darah positif harus hatiFhati. Bakterimia dapat terjadi pada pasien yang terpasang jalur intra:askuler atau kateter urine menetap. Pada p asien
immunocompromised, sering didapatkan bekteremia =' atau flora atau kontaminan umum kulit yang lain serta sel yeast. F
=ilai ambang untuk kultur kuantitatif dapat dilihat pada *abel 7.#.
F
Pada pemeriksaan kultur kuantitatif, spesimen yang dipilih adalah spesimen yang terkontaminasi minimal, misalnya yang dari BAL atau sikatan bronchus terlindung. 'pesimen dari aspirasi endotracheal tidak dapat digunakan untuk dasar kriteria diagnostik.
F
BAL 3 Broncjo Al:eolar La:age
b) !riteria P=2 +F+ 3 Pneumonia dengan hasil laboratorium yang spesifik untuk infeksi :irus, Legionella, hlamydia, 4ycoplasma, dan patogen tidak umum lainnya."apat diidentifikasi sebagai P=2+F+, bila ditemukan buktiFbukti berikut F
*anda dan %ejala !linis Pneumonia (d)
F
*anda adiologis Pneumonia (e)
F
4inimal 6 dari tanda laboratorium berikut 3
!ultur positif untuk :irus atau hlamydia dari sekresi pernapasan
"eteksi antigen atau antibody :irus positif dari sekresi pernapasan
"idapatkan peningkatan titer 7 atau lebih lg% dari paired sera terhadap patogen (misalnya influen&a :irus, hlamydia)
P positif untuk hlamydia atau 4ycoplasma
*es microFI$ positif atau :isualisasi microFI$ untuk Legionella spp.,dari sekresi pernapasam atau jaringan
*erdeteksinya antigen Legionella pneumophila serogrup iI dari urine dengan pemeriksaan IA atau 5IA, rapid test
Pada pemeriksaan indirect I$A, didapatkan peningkatan titer 7 atau lebih antibody dari paired sera terhadap Legionella pneumophila serogroup I dengan titer J636+?
!eterangan 3 F
deteksi langsung patogen dapat menggunakan berbagai teknik deteksi antigen (5IA,IA,$A4A, 4icroFI$),P atau kultur
F
P3 Polymerase hain eaction, merupakan teknik diagnostik dengan cara memperbanyak asam nukleat patogen secara inF:itro
F
Paired sera adalah pasangan sera yang diambil pada fase akut dan fase penyembuhan penyakit. Pada penyakit yang sedang berlangsung(progresif) akan didapatkan peningkatan titer sera pada fase penyembuhan sebesar J7 dibandingkan dengan titer sera pada fase akut.
F
Bila terkontaminasi pneumonia disebabkan oleh ';, adeno:irus atau influen&a :irus, dugaan infeksi oleh patogen yangsama segera dapat dilakukan tehadap pasienFpasien yang diraat yang mempunyai kemiripan gejala dan tanda klinis.
f.#. !riteria P=2# 3 Pneumonia Pada Pasien Immunocompromised. "apat diidentifikasi sebagai P=2#, bila ditemukan buktiFbukti berikut F
*anda dan %ejala !linis Pneumonia (d) ditambah dengan kemungkinan gejala dan tanda 3 /emoptysis
=yeri dada pleuritik
F
*anda adiologis Pneumonia (e)
F
4inimal 6 dari tanda laboratorium berikut 3
!ultur pasangan positif dan cocok dari kultur darah dan sputum terhadap andida spp.
Bukti adanya jamur atau pnemocytis carini dari spesimen terkontaminasi minimal '=B (BAL atau sikatan bronchus terlindung) dari cara berikut 3
F
pemeriksaan mikroskopik langsung
F
kultur jamur positif
apapun yang masuk dalam kriteria laboratorium untuk P=2+.
!eterangan 3 F yang tergolong dalam pasien immunocompromised antara lain3
penderita neutropenia (hitung netrofil absolute N8
splenectomy, post transplantasi,kemoterapi cytotoic, atau
Pengobatan steroid dosis tinggi 3O7mgprednisolone atau eki:alennya (hidrokortison 69 mg,metalF prednisolon #+mg, deksametason 9mg, kortison +mg)
F
'pesimen darah dan sputum diambil pada aktu yang berdekatan (7? jam)
F
'pesimen kultur semikuantitatif atau kualitatif dimungkinkan, kriteria sesuai algoritma.
*abel 9. =ilai Ambang !ultur !uantitatif 'pesimen yang digunakan dalam diagnosis pneumonia
Jen!'? Tekn!k "en1amb!$an '"e'!men
N!$a!
Parenkim Paru
J 67 cfu
'pesimen bronchoscopic F Bilasan bronchoal:eolar
J 67 cfu
F Protected BAL
J 67 cfu
F Protected specimen brushing
J 67 cfu
'pesimen =onF bronchoscopic (blind) F BAL
J 67 cfu
F Protected BAL
J 67 cfu
fu 3 colonyforming units
Parenkim paru dapat diambil melalui, transbronchial atau transthoraic postFmortem
Pneumonia (P=52) ditentukan berdasarkan kriteria klinis, radiologi dan Laboratorium. (Lihat gambar 6. "iagram Alur Pneumonia dan %ambar+. "iagram Alur !riteria Pilihan Pneumonia pada Bayi dan Anak).
Pne#m5n!a PNEU A$15r!ma Pne#m5n!a
Pasien dengan penyakit penyerta kardioFpulmoner
' ! 1 5
Infiltrat baru atau progresif yang menetap !onsolidasi !a:itasi Pneumatoceles pada bayi[6 tahun.
J+ tanda radiologist serial
Pasien tanpa penyakit penyerta kardiopulmoner
J6 tanda radiologis serial
"emam Leukopenia atau Leukositosis Penderita J> tahun 3 perubahan status mental
nset baru sputum m 5 purulen atau perubahan sifat sputum,sekresi Batuk memburuk atau dyspnea atau tachypnea honci basah atau suara nafas bronchial 4emburuknya pertukaran gas
4inima l 'imtom termasuk simtom3 /emoptisis =yeri Pleuritik
4inimal 6 simtom
4inimal + 'imtom
4inimal 6 'imtom
immunocompromised
m # !
"arah 3 !ultur darah M airan pleura !ultur M 'pesimen '=B 3 !ultur !uantitatif M BAL 3J8 sel mengandung bakteri intraseluler /istopatologik 3 Abses< focus konsolidasi !ultur kuantitatifMparenkim paru In:asi hifa jamur atau pseudohifa parenkim paru
'ekresi nafas 3 !ulturM "eteksi antigen M Peningkatan titer J7lg% dari paired sera PM
!ultur pasangan darahFsputum Mdan cocok untuk andida spp 'pesimen '=B 3 amur atau Pneumocystis cariniiM
4emburuknya gas Pa'!en 6en1an "en%ak! "en%era pertukaran kar6!5("#$m5ner "an J# tanda berikut 3 'uhu tidak stabilPNU2() PNU ) Leukopenia atau Leukositosis Infiltrat baru atau nset baru sputum purulen atau progresif yang perubahan sifat sputum, sekresi J+ tanda menetap. *andaFtanda sesak napas ' radiologist serial ! !onsolidasi 1 Chee&ing dan atau ronchi 5 !a:itasi Batuk Pneumatoceles pada Bradikardi bayi[6 tahun
Pa'!en an"a "en%ak! "en%era Immunocompromised kar6!5( "#$m5ner
Jtanda berikut 3 PNU2(2 PNU"emam Leucopenia atau Leukositosis nset baru sputum J 6 tanda radiologist purulen atau perubahan serial sifat sputum, sekresi Batuk baru, batuk memburuk atau tandaF tanda sesak nafas honci atau suara bronchial memburuknya PNU ) pertukaran gas Anak Anak -aa#)2 a#n
m 5 m !
Ba%! ) a#n
%ambar ? 3 "iagram Alur Pneumonia dan "iagram Alur !riteria Pilihan Pneumonia pada Bayi dan Anak
!eterangan 3
P=2 6 3 !riteria untuk Peumonia !linik
P=2+ 0 6 3 !riteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratorium yang spesifik untuk infeksi bakteri umum dan jamur berfilamen
P=2+F+ 3 !riteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratorium yang spesifik untuk infeksi :irus, Legionella, hlamydia, 4ycoplasma, dan patogen tidak umum lainnya.
P=2 # 3 !riteria untuk Pneumonia pada pasien immunocompromised.
Dang dimaksud dengan kelainan kardioFpulmoner, misalnya 3 respiratory distress syndrome, bronchopulmonary dysplasia, pulmonary edema, atau chronic obstructi:e pulmonary disease
"emam Ksuhu #?U
Leukopenia 3N7. '"P
Leukositosis J6+.'"P
Leukositosis J 68.'"P
4emburuknya pertukaran gas 3 desaturasi +3 Pa+<$i+ [+7, atau p+ N -7H, peningkatan kebutuhan oksigen, atau perlunya peningkatan :entilator
Peningkatan sekresi
pernafasan termasuk peningkatan keperluan pengisapan
(suctioning)
'=B 3 'aluran nafas Baah
'ekresi '=B adalah yang diambil dengan alat bronchoskopi dan merupakan spesimen sekresi saluran napas baah yang mempunyai tingkat kontaminasi minimal
Ada # tipe spesifikasi pneumonia 3 pneumonia klinis (P=526), pneumonia dengan gambaran laboratorium spesifik (P=2+), dan pneumonia pada pasien imunokompromis (P=2#). Berikut ini adalah komentar umum yang dapat diterapkan pada semua tipe spesifik pneumonia, disertai daftar singkatan yang digunakan dalam algoritma dan petunjuk pelaporan. %ambaran 6 dan + merupakan diagram alur untuk algoritme pneumonia yang dapat digunakan dalam sebagai pengumpulan data.
!etentuaFketentuan umum /ospital AcGuired Pneumonia (/AP) tidak dapat ditegakkan berdasar diagnosis dari dokter saja. 4eskipun kriteria spesifik dimasukkan untuk bayi dan anak, pasien pediatri mungkin memenuhi kriteria pneu monia spesifik lainnya.
Pneumonia terkait :entilator (;AP, yaitu pneumonia pada pasien yang menggunakan alat untuk membantu napas untuk atau mengontrol pernapasan secara terus menerus melalui trakeostomi atau intubasi endotrakheal dalam jangka aktu 7? jam sebelum terjadi infeksi, termasuk periode penyapihan ) harus disertakanpada pelaporan data. Pada aktu melakukan asesmen untuk menetapkan pneumonia, penting dibedakan perubahan keadaan klinis yang disebabkan keadaan lain seperti infark miokard, emboli paru, sindrom gaat napas, atelektasis, keganasan ,PP!, penyakit membran hialin, dispalasia bronkopulmoner dll. Pada aktu melakukan asesmen pasienFpasien yang intubasi, perlu dibedakan antara kolonisasi trakea, infeksi saluran napas atas (misalnya trakeobronkitis) dan gejala aal pneumonia.Perlu disadari baha mungkin sulit untuk menentukan /AP pada orang tua, bayi dan pasien imunokompromis karena keadaan seperti itu dapat menutupi tandaFtanda atau gejala tipikal pneumonia. !riteria spesifik pilihan untuk orang tua, bayi dan pasien imunokompromis telah dimasukkan dalam definisi /AP ini.
/AP dapat ditandai dari onsetnya 3 aal atau lambat. Pneumonia onset aal timbul dalam 7 hari pertama peraatan dan sering disebabkan oleh 4oraella catarrhalis, / influen&ae, dan ' Pneumonia . Penyebab Pneumonia late onset sering berupa kuman gram negatif atau ' aures, termasuk methicillinFresistant ' aureus. ;irus (misalnya influen&a A dan B atau ';) dapat menyebabkan early dan late onset pneumonia nosokomial, sedang kapang, jamur, legionellae, dan pneumocystis carinii umumnya merupakan patogen late onset pneumonia.
Pnemonia yang di sebabkan aspirasi hebat ( misalnya pada aktu intubasi di ruang darurat atau di kamar oprasi ) dianggap /AP jika memenuhi kriteria spesifik manapun dan jelas tidak didapati atau sedang dalam masa inkubasi pada saat pasien masuk puskesmas. /AP berulang dapat terjadi pada pasienFpasien yang sakit berat dan tinggal di puskesmas untuk aktu yang lama.Pada aktu menetapkan apakah untuk melaporkan /AP berulang pada seorang pasien, perlu di cari buktiFbukti baha infeksi aal telah mengalami resolusi.Penambahan atau perubahan pathogen saja bukan indikasi episode baru pneumonia."i perlukan kombinasi gejala dan tanda serta bukti radiologis atau uji diagnostik lain.Pearnaan gram fositif untuk bakteri dan tes !/ untuk serat elastin dan atau hipa jamur dari sputum yang di kumpulkan dengan cara yang baik merupakan kunci penting dalam menemukan penyebab infeksi. =amun sempel dahak sering terkontaminasi oleh kuman yang mengkoloni saluran nafas sehingga perlu di interprestasi dengan hati 0 hati. 'ecara khusus, candida sering ditemukan pada pearnaan, tetapi tidak sering menyebabkan /AP.
g. $aktor resiko pneumonia Pnumonia dapat berasal dari 3 F $aktor lingkungan yang terkontaminasi,misalnya air,udara atau makanan (muntah) F peralatan yang digunakan dalam peraatan pasien 3 5ndotracheal *ube (5**), nasogastric *ube (=%*) suction catheter, Bronchoscopy, espiratory de:ices. F rang keorang 3 dokter, peraat, pengunjung, maupun dari flora endogen pasien itu sendiri.
$aktor isiko untuk terjadinya Pneumonia antara lain 3
6. !ondisi pasien 3 umur (O> tahun), Penyakit kronis, Pembedahan (*oraks atau Abdomen ), penyakit paru obstruktif !ronis (PP!), Penyakit antung !ongestif, ardiac ;ascular "isease (;"), kkma, Perokok berat. +. *indakan pengobatan atau peraatan 3 sedatif, anestesi umum, intubasi trakeal, trakeostomi, pemakaian :entilasi mekanik yang lama, pemberian makanan enternal, terapi antibiotik obat immunosupresif atau sitostatik.
Populasi berisiko untuk terjadinya pneumonia I' dibedakan berdasarkan jenis pneumonianya. F
Populasi berisiko ;AP adalah semua pasien yang terpasang :entilasi mekanik, sehingga kejadiannya terutama terfokus pada pada area spesifik yaitu I2, =I2
#. Infeksi 'aluran !emih Infeksi 'aluran !emih (I'!) dalam istilah " disebut sebagai 2rinary *ract Infection (2*I), merupakan jenis infeksi yang terjadi pada saluran kemih murni (2rethra dan prmukaan kandung kemih) atau melibatkan bagian yang lebih dalam dari organForgan pendukung saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga perinefrik). 2ntuk itu, dalam menentukan jenis I'!, perlu pengelompokan sebagai berikut 3 6. Infeksi 'aluran !emih 'imptomatis +. Infeksi 'aluran !emih Asimptomatis #. Infeksi 'aluran !emih Lainnya.
a. *anda dan %ejala I'!
"emam (O#?U)
2rgensi
$rekuensi
"isurai, atau
=yeri 'upra Pubik
b. *anda dan gejala I'! anak [6 tahun3
"emam O #?U rektal
/ipotermi N#>U rektal
Apnea
Bradikardia
Letargia
4untahFmuntah
c. *es !onfirmasi I'!
*es !onfirmasi merupakan tesFtes yang membantu memastikan adanya I'!. F *es konfirmasi mayor merupakan pemeriksaan kultur kuantitatif yang menghasilkan jumlah koloni yang sedikit kemungkinan terjadi akibat kontaminasi. F *es konfirmasi minor merupakan pemeriksaan atau bukti I'! dengan keakuratan yang kurang sebagai tanda adanya I'! F *es konfirmasi minor dapat berupa 3 tesFtes kultur kuantitatif dengan jumlah koloni yang meragukan adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat adanya kemungkinan I'! tanpa melakukan kultur, dan diagnosis dokter yang meraat.
c.6. *es konfirmasi I'! mayor 3 /asil biakan urin aliran tengah (midstream) O68 kuman per ml urin dengan jumlah kuman tidak lebih dari + spesies.
c.+. *es !onfirmasi I'! minor
*es carik celup (dipstick)positif untuk lekosit esterase dan < atau nitrit
Piuri (terdapat J6 lekosit per ml atau terdapat J# lekosit per LPB (mikroskop kekuatan tinggi< 6)dari urin tanpa dilakukan sentrifugasi).
"itemukan kuman dengan pearnaan %ram dari urin yang tidak disentrifugasi
Paling sedikit + kultur urin ulangan didapatkan uropatogen yang sama (bakteri gram negatif atau '. 'aprophyticus) dengan jumlah J6+ koloni per ml dari urin yang tidak dikemihkan (kateter atau aspirasi suprapubik)
!ultur ditemukan [68 koloni
atau
'.
'aprophyticus)pada
pasien
yang
dalam
pengobatan
antimikroba efektif untuk I'!
"okter mendiagnosis sebagai I'!
"okter memberikan terapi yang sesuai untuk I'!
d. !riteria I'! 3 6). I'! 'imptomatis harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut ini 3 a).!riteria 6 I'! simtomatis. F "itemukan paling sedikit satu simtom I'! (a) tanda atau gejala berikut tanpa diketahui penyebab lain, dan F *es konfirmasi mayor positif (c.6)
b). !riteria + I'! 'imtomatis. F "itemukan paling sedikit dua simtom I'! (a), dan F 'atu tes konfirmasi minor positif (.+)
c). !riteria # I'! simtomatis anak usia [6 tahun. F "itemukan paling sedikit satu tanda I'! (b) dan F *es konfirmasi mayor positif (6)
d). !riteria + I'! sistomatis anak usia[6 tahun. F "itemukan paling sidikit dua simtom I'! anak usia [6 tahun I'! (b) F 'atu tes konfirmasi minor positif (+)
+. I'! Asimptomatik I'! asimptomatik harus memenuhi paling sedikit satu kriteria berikut 3 a. !riteria 6 I'! Asimptomatik 3
Pasien pernah memakai kateter urine dalam aktu > hari sebelum biakan urine, dan
*es konfirmasi mayor positif
'imtom I'! negati:e
atatan 3 F
!ultur positif dari ujung kateter tidak dapat digunakan untuk tes diagnostik I'!.
F
!ultur positif dari urin yang diambil dari kantong pengumpul urin tidak dapat digunakan untuk tes diagnostik I'!
F
'pesimen untuk kultur urin harus didapatkan sengan tehnik yang benar, misalnya clean catch collection untuk spesimen urin pancar tengah, atau kateterisasi.
F
Pada bayi, spesimen diambil dengan cara kateterisasi kandung kemih atau aspirasi supra publik.
#) Infeksi 'aluran kemih yang lain (%injal,2reter, !andung !emih, 2retra dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga perinefrik) harus memenuhi sekurangFkurangnya satu kriteria terkait organ diatas sebagai berikut 3 a.!riteria 6 I'! Lain 3 "itemukan kultur kuman yang positif dari cairan (selain urin)atau jaringan terinfeksi.
b.!riteria + I'! lain 3 "itemukan kultur kuman yang positif dari cairan ( selain urine ) atau jaringan terinfeksi yang ditemukan baik pada pemeriksaan langsung, selama pembedahan atau dengan pemeriksaan histopatologis. c. !riteria # I'! lain 3
"itemukan paling sedikit dua dari tanda atau gejala sebagai berikut 3 F
"emam ( O #?Uc )
F
=yeri lokal
F
=yeri tekan pada daerah yang dicurigai terinfeksi,dan sekurangFkurang terdapat paling sedikit satu hal berikut 3
F
"rainase pus dari tempat yang di curigai terinfeksi
F
!uman yang tumbuh pada kultur darah sesuai dengan kuman dari tempat yang diduga infeksi.
F
*erdapat bukti adanya infeksi pada pemeriksaan radiologi ( 2'%, * 'can,4I, adiolabel 'can ).
F
"iagnosis infeksi oleh dokter yang menangani
F
"okter yang menangani memberikan pengobatan anti mikroba yang sesuai jenis infeksinya.
7). !riteria 7 I'! lain pasien berumur [ 6 tahun 3 Pada pasien di dapatkan paling sedikit satu tanda atau gejala berikut tanpa penyebab lain 3
"emam O #?U rektal
/ipotermi N #>U rektal
Apnea
Bradikardia
Letargia
4untahFmuntah, dan
sekurangFkurang terdapat sedikit satu hal berikut 3
"rainase pus dari tempat yang di curigai terinfeksi.
!uman yang tumbuh pada kultur darah sesuai dengan kuman dari tempat yang di duga infeksi
*erdapat bukti adanya infeksi pada pemeriksaan radiologi ( 2'%, * 'A=, 4I,adiolebel 'can ).
"iagnosis infeksi oleh dokter yang menangani
"okter yang menangani memberikan pengobatan anti mikroba yang sesuai
e. $aktor resiko I'! $aktor resiko untuk terjadinya I'! adalah penderita yang terpasang catheter, sedang faktorFfaktor lain berkaitan dengan 3
!ondisi pasien ( faktor intrisik )3 komorbiditas penderita ( misalnya "4 ) kondisi penurunan daya tahan tubuh ( misalnya malnutrisi ) kondisi organik ( misalnya 3 obstruksi, disfungsi kandung kemih,refluks ).
Prosedur pemasangan 3 tehnik pemasangan , ukuran cateter
Peraatan 3 Peraatan meatus uretra,jalur cateter, pengosongan kantong urine, manipulasi ( pengambilan sampel urine).
f. "ata 'ur:eilans I'! Populasi utama sur:eilans I'! adalah penderita yang terpasang kateter menetap. "ataF data lain adalah dataFdata yang berhubungan dengan faktor risiko, dataFdata diagnostik dan lama pemasangan kateter, yang nanti akan dijadikan denominator dalam perhitungan laju infeksi.
M O T M I S I K S I A D a M 6 R n I a F T N n O a 6 K a K $ S I
Um#m
U'!a ) Ta#n
"emam 2rgensi $rekuensi "isuria =yeri 'upra Publik !ultur urin pancar tengah 3 8 !oloni J6
Ma%5r
ISKS'5B5L24 !2L*2 2I= S!m5m *5PA'A=% !A*5*5 > /AI 6 + Kr!er!a ) 2 Um#m !=$I4A'I 4AD ISK SIMTOMATIK ISKS ASIMTOMATIS
!onfirmasi DA 4ayor 4inor 6 I'!As
"emam /ipotermi Apneu Bradikardi Letargia "ipstick lekosit esterase 4untahFmuntah atau nitrit positif Piuri 3 Lekosit J6
!riteria 6
!ultur positif dari 3 airan non urin, atau aringan
Abses< *anda infeksi 3 Pengamatan langsung, histopatologi
!riteria +
2mum
2sia J6
"emam (O#?U) =yeri Lokal =yeri tekan Lokal
J+ simtom
!riteria 6
!riteria +
"emam O#?U /ipotermiN#>U Apneu Bradikardia Letargia 4untahFmuntah
J6 simtom
"rainase pus !uman kultur darah Ykuman kultur local Bukti infeksi adiologis "iagnosis dokter *erapi antimikroba "okter
!riteria # ISK La!n
!riteria 7
Gambar ) 0 D!a1ram A$#r In&ek'! Sa$#ran Kem!
!eterangan 3 *es konfirmasi merupakan tesFtes yang membantu memastikan adanya I'!. F
*es konfirmasi mayor merupakan pemeriksaan kultur kuantitatif yang menghasilkan jumlah koloni yang sedikit kemungkinan terjadi akibat kontaminasi.
F
*es konfirmasi minor merupakan pemeriksaan atau bukti I'! dengan keakuratan yang kurang sebagai tanda adanya I'!.
F
*es konfirmasi minor dapat berupa 3 tesFtes kultur kuantitatif dengan jumlah koloni yang meragukan adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat adanya kemungkinan I'! tanpa melakukan kultur, dan keyakinan klinisi berdasarkan profesionalitasnya.
2rin akiran tengah (midstream) adalah specimen urin yang diambil dengan cara membuang aliran pertama, dan aliran pancar tengah yang akhirnya dijadikan bahan pemeriksaan.
'pesimen untuk kultur urin harus didapatkan sengan tehnik yang benar, mislanya clean catch collection untuk spesimen urin pa ncar tengah atau kateterisasi.
lean catch collection adalah tekhnik pengambilan urine pancar tengah yang terutama diambil secara spontan. /al ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi sampel dari flora yang biasa terdapat pada muara dan urethra sekitarnya.
Pada bayi, spesimen diambil dengan cara kateterisasi kandung kemih atau aspirasi supra pubik.
I'! lain 3 adalah I'! yang ,elibatkan jaringan lebih dalam dari sistem urinarius, misalnya ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga perinefrik.
7. Infeksi "aerah perasi (I") a. "efinisi I" dalam istilah " disebut sebagai 'urgical 'ite Infection (''I). Ada beberapa stadium dalam operasi, sehingga penilaian ada tidaknya I" juga dikelompokkan berdasarkan seberapa jauh organ atau jaringan yang dioperasi, sehingga dikenal istilah 3 6. I" superfisial 3 bila insisi hanya pada kulit dan jaringan baah kulit (subkutan)
+. I" Profunda 3 bila insisi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fascia dan lapisan otot) #. I" rgan< ongga tubuh 3 bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh.
b. !riteria I" b.6. !riteria ('urgical 'ite Infection<''I) I" 'uperfisial (superficial incisional< 'urgical 'ite infection)3 /arus memenuhi kriteria sebagai berikut 3
Infeksi yang terjadi dalam kurun aktu # hari setelah tindakan operasi
4engenai hanya pada kulit dan jaringan baah kulit (subkutan)pada tempat insisi
Pasien sekurangFkurangnya mempunyai< memenuhi salah satu keadaan dibaah ini 3 6.
"rainase bahan purulen dari insisi superficial.
+.
"apat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan
atau jaringan yang diambil secara aseptic dari tempat insisi superficial. #.
sekurangFkurangnya terdapat 3 F
satu tanda atau gejala infeksi sebagai berikut 3 satu tanda atau gejala infeksi sebagai berikut 3 rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan, atau hangat pada perabaan.
F
Insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr.bedah dan hasil biakan positif atau tidak dilakukan biakan. /asil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.
7. "iagnosis I" superfisial oleh dokter bedah atau dokter yang menangani pasien tersebut.
*erdapat + tipe spesifik I" superficial, yaitu 3 6. 'uperficial incisional primary ('IP) 3 Infeksi terjadi pada tempat insisi primer pada pasien yang telah menjalani tindakan operasi melalui satu atau lebih insisi (contoh insisi pada operasi esar atau insisi pada dada dalam operasi bypass arteri coroner). +. 'uperficial incisional secondary ('I') 3 Infeksi terjadi pada tempat insisi sekunder pada pasien yang menjalani tindakan melalui lebih dari satu insisi (contoh insisi pada donor (biasanya pada kaki) untuk B%B). B%B 3 oronary bypass ith chest and donor incisions.
Petunjuk pencatatan< pelaporan I" 'uperfisial 3 F angan melaporkan 1stitch abscess1(inflamasi minimal dan adanya keluar cairan (discharge)pada tempat penetrasi< tusukan jarum atau tempat jahitan) sebagai suatu infeksi
F angan melaporkan infeksi luka yang terlokalisir (1locali&ed stab ound infection1) sebagai I", sebaiknya dilaporkan sebagai infeksi kulit ('!I=) atau infeksi jaringan lunak ('*), tergantung dari kedalamannya infeksi. F Laporkan infeksi pada tindakan sirkumsisi pada bayi baru lahir sebagai I. 'irkumsisi tidak termasuk kedalam prosedur operasi pada =/'= F Laporkan infeksi pada luka bakar sebagai B2= F Bila infeksi pada tempat insisi mengenai atau melanjutsampai ke fascia dan jaringan otot, laporkan sebagai I" profunda(1deep incisional ''I1) F Apabila infeksi memenuhi kriteria sebagai I" superficial dan I" profunda klasifikasikan sebagai I" profunda. b.+. !riteria I" ( "eep incisional 'urgical 'ite Infection ) 3 F Infeksi yang terjadi dalam kurun aktu # hari setelah tindakan operasi tanpa pemasangan implant atau dalam aktu 6 tahun bila operasi dengan pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi dan F 4engenai jaringan lunak yang lebih dalam (fascia dan lapisan otot) pada tempat insisi dan F pasien sekurangFkurangnya mempunyai< memenuhi salah satu keadaan dibaah ini 3
"rainase purulen dari jaringan lunak dalam tetapi bukan dari organ atau rongga dalam pada tempat operasi.
*empat insisi dalam mengalami1dehiscement1 secara spontan atau terpaksa dibuka oleh dokter bedah dan hasil biakan positif atau tidak dilakukan biakan kuman apabila pasien mempunyai sekurangFkurangnya satu tanda atau gejala sebagai berikut 3 febris (O#?), atau nyeri yang terlokalisir. /asil biakan yang negatif tidak termasuk dalam kriteria ini.
Abscess atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengenai insisi dalam yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung, selama reFoperasi, atau berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi(PA) atau radiologi.
"iagnosis I" profunda oleh dokter bedah atau dokter yang menangani pasien tersebut.
atatan 3 Dang dimaksud dengan implant adalah setiap benda, bahan atau jaringan yang berasal bukan dari manusia (seperti katup jantung prostesa,cangkok pembuluh darah yang bukan berasal dari manusia, jantung buatan(mekanik) atau prostesa tulang panggul) yang ditempatkan pada tubuh pasien secara permanen dalam suatu tindakan operasi dan tidak dimanupulasi secara rutin baik untuk kepentingan diagnostik maupun untuk keperluan terapi.
*erdapat + tipe spesifik I" profunda, yaitu 3 6. "eep incisional primary ("IP) 3
Infeksi terjadi pada tempat insisi primer pada pasien yang telah menjalani tindakan operasi melalui satu atau lebih insisi ( contoh insisi pada operasi esar atau insisi pada dada dalam operasi bypass arteri coroner)
+. "eep incisional secondary ("I') 3 Infeksi terjadi pada tempat insisi sekunder pada pasien yang menjalani tindakan melalui lebih dari satu insisi (contoh insisi pada donor (biasanya pada kaki) untuk B%B).
Petunjuk pencatatan < pelaporan I" Profunda 3 Apabila infeksi memenuhi kriteria sebagai IL superficial dan IL profunda klasifikasikan sebagai I" profunda.
b.#. !riteria I" rgan < rongga tubuh (rgan <'pace ''I) F Infeksi yang terjadi dalam kurun aktu # hari setelah tindakan operasi tanpa pemasangan implant atau dalam aktu 6 tahun bila operasi dengan pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi dan. F infeksi mengenai semua bagian dari tubuh, kecuali insisi kulit, fascia dan lapisan otot yang sengaja dibuka atau dimanupulasi selama prosedur< tindakan dan F pasien sekurangFkurangnya mempunyai < memenuhi salah satu keadaan dibaah ini 3
"rainase purulen dari suatu drain yang dipasang melalui 1stab ound1 kedalam organ< rongga tubuh.
"apat diisolasikan kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic dari organ< rongga tubuh.
Abscess atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengenai organ< rongga tubuh yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung, selama reoperasi, atau berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi (PA) atau radiologi.
"iagnosis I" organ< rongga tubuh oleh dokter bedah atau dokter yang menangani pasien tersebut.
Petunjuk pencatatan< pelaporan I" rgan< ongga *ubuh 3
rgan atau rongga tubuh meliputi semua bagian< organ tubuh manusia kecuali kulit, fascia atau lapisan otot, yang sengaja dibuka atau dimanupulasi selama tindakan operasi. *empat atau nama organ tubuh yang spesifikasi harus dicantumkan pada I" organ< rongga tubuh untuk mengidentifikasikan tempat terjadinya infeksi.
'ecara spesifik tempat terjadinya infeksi harus dicantumkan dalam pelaporan I" organ< rongga tubuh (lihat juga kriteria untuk tempat tersebut ) sebagai contoh, pada tindakan apendektomi yang kemudian terjadi abses subFdiafragma, akan dilaporkan sebagai I" organ< rongga tubuh deng an tempat spesifiknya pada1intraF abdominal1(I"FIAB)
"aftar nama organ spesifik yang digunakan dalam pencatatan< pelaporan untuk I" organ< rongga tubuh 3 secara spesifik tempat terjadinya infeksi harus dicantumkan dalam pelaporan I" rgan< ongga tubuh (lihat juga kriteria untuk tempat tersebut )3
F
B=5
F L2=
F B'*
F 45"
FA"
F 45=
F
"I'
F AL
F 5A
F 5P
F 45*
F 2*I
F
5="
F 'A
F 5D5
F 'I=2
F %I*
F 2
F
IAB
F ;A'
F I
F ;2$
F =*
Biasanya Infeksi organ< rongga tubuh keluar (drains) melalui tempat insisi. Infeksi tersebut umumnya tidak memerlukan reFoperasi dan dianggap sebagai komplikasi dari insisi, sehingga keadaan tersebut harus dikualifikasikan sebagai suatu I" profunda.
c. $aktor resiko I" $aktor risiko terjadinya I" dapat berasal dari 3
!ondisi pasien sendiri, misalnya 3 usia, obesitas, penyakit berat, A'A 'core, karier 4'A, lama raat praFoperasi, malnutrisi, "4, penyakit keganasan.
Prosedur operasi 3 cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan antibiotik profilaksis, lamanya operasi, tindakan lebih dari 6 jenis benda asing, transfusi darah, mandi sebelum operasi, operasi emergensi, drain.
enis operasi 3 operasi bersih, operasi bersih terkontaminasi, operasi kotor
Peraatan paska infeksi 3 tempat peraatan, tindakanFtindakan keperaatan ( pergantian :erban ) lama peraatan.
n a i d a j e k u t k a m C 5 m ! S D a $ a 3 e G ( a 6 n a T C
# hari post operasi
F F
# hari post operasi, atau 6 tahun bila ada pemasangan implant
J 6 simtom a. "rainase purulen b. !ultur cairan< jaringan M c. Abscess atau bukti infeksi lain 3 pengamatan langsung, laboratorium, histopatologi dsb d. "iagnosis dokter
n a 1 n ! r a J a b ! $ r e T
e. Insisi membuka spontan atau sengaja dibuka dr. bedah, kulturM atau tidak dilakukan kultur dan J6 tanda radang
e. insisi1 dehisces spontan atau sengaja dibuka oleh dr. bedah hasil biakan positif atau tidak dilakukan biakan dan nyeri local atau demam
!ulit aringan subkutan
aringan lunak profunda 3 $ascia tot
A L I s i n e B
IL '2P5$I'IAL
perasi membuka kulit, otot dan fascia sampai mencapai rongga< organ tubuh
IL P$2="A
IL %A=< =%%A
Gambar )2 0 D!a1ram A$#r In&ek'! Daera O"era'!
!eterangan 3
Bukti lain terjadinya I" dapat berupa temuan langsung, selama reFoperasi, atau berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi (PA) atau radiologi
8. Infeksi Penyakit Lainnya 8.6. Phlebitis a. "efinisi phlebitis dalam klasifikasi /AIs oleh ", dikelompokkan dalam ;'F;A' ( Arterial or :enous infection) b. !riteria Phlebitis Infeksi arteri atau :ena harus memenuhi minimal 6 da ri kriteria berikut 3 6). /asil !ultur positif dari arteri atau :ena yang diambil saat operasi +). *erdapat bukti infeksi dari arteri atau :ena yang terlihat saat operasi atau berdasarkan bukti histopatologik. #). Pasien minimal mempunyai 6 gejala dan tanda berikut, tanpa diketemukan penyebab lainnya 3
"emam (O#?U), sakit, eritema, atau panas pada :askuler yang terlibat, dan
!ultur semikuantitatif dari ujung kanula intra:askuler tumbuhO68 koloni mikroba, dan
!ultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif
7). Adanya aliran nanah pada :askuler yang terlibat. 8). 2ntuk Pasien [6tahun, minimal, mempunyai 6 gejala dan tanda berikut, tanpa diketemukan penyebab lainnya 3
"emam (O#?U rektal), hipotermi(N#>Urektal), apneu, bradikardi, letergi atau sakit, eritema, atau panas pada :askuler yang terliba, dan
!ultur semikulantitatif dari ujung kanula intra:askular tumbuh O68 koloni mikroba, dan
!ultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif.
c. Petunjuk Pelaporan
Infeksi dari tranplantasi arteriF:ena, shunt, atau fistula atau lokasi kanulasi :askuler sebagai ;'F;A' tanpa adanya hasil kultur dari darah
Infeksi intra:askuler dengan hasil kultur darah positif, dilaporkan sebagai IA"P.
8.+. Infeksi "ekunitus a. !riteria Infeksi dekubitus 3 Infeksi dekubitus harus mempunyai + gejala dan tanda berikut, yang tidak diketahui penyebab lainnya 3 kemerahan, sakit, atau pembengkakan di tepih luka dekubitus, dan
4inimal ditemukan 6 dari bukti berikut 3 o
/asil kultur positif dari cairan atau jaringan yang diambil secara benar
o
/asil kultur darah positif.
!eterangan 3 F adanya cairan purulen semata, belum cukup sebagai bukti infeksi F kultur positif dari permukaan dekubitus belum cukup sebagai bukti infeksi. 'pesimen kultur yang berupa cairan harus diambil dari bagian dalam luka dekubitus dengan menggunakan jarum aspirasi. 'pesimen jaringan diambil dengan cara biospy tepian ulkus.
5. 4A=A545= '2;5ILA=' 6. Identifikasi !asus 'ur:eilans yang dilakukan di Puskesmas 2mum !abupaten !araang adalah sur:eilans aktif yaitu kegiatan yang secara khusus dilakukan untuk mencari kasus I' oleh orangForang yang telah terlatih dan hampir selalu !omite<*im PPI tersebut mencari data dari berbagai sumber untuk mengumpulkan informasi dan memutuskan
apakah terjadi I' atau tidak. uga kasus I' didapatkan berdasarkan klinis pasien atau temuan laboratorium dengan menelaah faktor resiko, memantau prosedur peraatan pasien yang terkait dengan prinsipFprinsip pencegahan dan pengendalian infeksi. "alam hal ini diperlukan pengamatan langsung diruang peratan dan diskusi dengan dokter atau peraat yang meraat.
'ur:eilans yang berdasarkan pada temuan laboratorium, semataFmata didasarkan atas hasil pemeriksaan laboratorium atas sediaan klinik. leh karena itu infeksi yang tidak dikultur yaitu yang didiagnosis secara klinik (berdasarkan gejala dan tanda klinik) saja, seperti spesis dapat terleatkan, sementara hasil biakan positif tanpa konfirmasi klinik dapat secara salah diinterprestasikan sebagai I' (misalnya hasil positif hanya merupakan kolonisasi dan bukan infeksi).
'ur:eilans prospektif juga dilakukan pada pasien operasi yaitu dengan pemantauan setiap pasien selama diraat di puskesmas dan untuk pasien operasi sampai setelah pasien pulang (satu bulan untuk operasi implant dan satu tahun jika ada pemasangan implant). 'aat kontrol ke poliklinik.
!euntungan yang paling utama pada sur:eilans prospektif adalah 3 a. "apat langsung menentukan kluster dari infeksi b. Adanya kunjungan !omite<*im PPI di uang Peraatan c. 4emungkinkan analisis data berdasarkan aktu dan dapat memberikan umpan balik.
!elemahannya adalah memerlukan sumber daya yang lebih besar dibandingkan sur:eilans retrospektif.
+.
Pengumpulan dan Pencatatan "ata Pengumpulan dan pencatatan data dilakukan oleh tim PPI Puskesmas 2mum !abupaten !araang dan Pelaksanaannya dilakukan oleh IP= yang dibantu IPL=.
'ur:eilans I' difokuskan pada I' IA"P, IL,;AP dan I'! diruang pelayanan yaitu diperioritaskan di uang I2, Peraatan Bedah, =I2, Peraatan !ebidanan dan !andungan. Pelaksanaanya !omite< *imPPI harus memiliki akses yang luas atas sumber data serta perlu mendapatkan kerjasama dari semua bagian< unit di Puskesmas, agar dapat melaksanakan sur:eilans dengan baik atau melaksanakan penyelidikan suatu !LB.
'umber dari dokter, peraat, pasien mauoun keluarga pasien, dari farmasi, catatan medik, catatan peraat, untuk mengingatkan !omite< *im PPI kepada suatu infeksi baru dan juga mencari rujukan mengenai cara pencegahan dan p engendaliannya.
a. Pengumpulan "ata =umerator 6). Pengumpulan "ata Pengumpulan numerator data dapat dilakukan oleh selain IP=, misalnya IPL= yang sudah dilatih atau dengan melihat program otomatis dari database elektronik, tetapi tetap IP= atau seorang IP ( Infection Pre:ention ontrol fficer) atau IP" ( Infection Pre:ention ontrol "octor ) yang membuat keputusan final tentang adanya I' berdasarkan kriteria yang dipakai untuk menentukan adanya I'. +). enis "ata =umerator yang "ikumpulkan
"ata demografik 3 nama, tanggal lahir, jenis kelamin, nomor catatan medik, tanggal masuk '
Infeksi 3 tanggal infeksi muncul, lokasi infeksi ruang peraatan saat infeksi muncl pertama kali.
$aktor esiko 3 alat, prosedur, faktor lain yang berhubungan dengan I'
"ata Laboratorium 3 enis mikroba, antibiogram serologi, patologi
"ata adiology< imaging 3 @Fray, * scan, 4I, dsb.
#). 'umber data =umerator a) atatan masuk< keluar< pindah raat, catatan laboratorium mikrobiologi b). 4endatangi bangsal pasien untuk mengamati dan berdiskusi dengan peraat. c). "ataFdata pasien (catatan kertas atau komputer) untuk kinfirmasi kasus3
/asil Laboratorium dan radiologi< imaging
atatan peraat dan dokter dan konsulan
"iagnosis saat masuk '
iayat penyakit dan pemeriksaan fisik
atatan diagnostik dan inter:ensi bedah
atatn suhu
Informasi pemberian antibiotik
d). 2ntuk kasus ''I postFdischarge, sumber data termasuk catatan dari klinik bedah, catatan dokter, departemen emergensi.
7). Bagaimana IP mengumpulkan data numerator a). Amati catatan masuk< keluar< pindah raat pasienFpasien yang masuk dengan infeksi, tempatkan mereka pada kelompok risiko mendapatkan I'.
b). e:ie laporan laboratorium untuk melihat pasien yang kemungkinan terinfeksi ( misalnya kultur positif mikrobiologi, temuan patologi
dan
bicarakan
dengan
personil
laboratorium
untuk
mengidentifikasi pasien yang kemungkinan terinfeksi dan untuk mengidentifikasi kluster infeksi, khususnya pada area yang tidak dijadikan target rutin sur:eilans I'.
c).
'elama
melakukan
sur:eilans
keruangan,
amati
lembur
pengumpulan data, catatan suhu, lembar pemberian antibiotik, dan catatan medis pasienK bicara dengan peraat dan dokter untuk mencoba mengidentifikasi pasienFpasien yang kemungkinan terinfeksi.
d). Lakukan re:ie data pasien yang dicurigai terkena I' 3 re:ie perjalanan penyakit yang dibuat oleh dokter dan peraat, data laboratorium, laporan radiologi< imaging, laporan operasi, dsb. Bila data elektronik ada, re:ie dapat dilakukan melalui komputer, tetapi keliling ruangan tetap penting untuk sur:eilans, pencegahan, dan kontrol akti:itas.
e). e:iejuga dilakukan dari sumber kumpulan data lengkap I'.
b. Pengumpulan "ata "enominator 6) Pengumpulan data denominator Pengumpulan denominator data dapat dilakukan oleh selain IP=, misalnya IPL= yang sudah dilatih. "ata juga dapat diperoleh, asalkan data ini secara substansial tidak berbeda denngan data yang dikumpulkan secara manual. +) enis data denominator yang dikumpulkan a. jumlah populasi pasien yang berisiko terkena I' b. untuk data laju densitas insiden I' yang berhubungan dengan alat 3 catatan harian jumlah total pasien dan jumlah total hari pemasangan alat ( :entilator, central Line, and kateter urin ) pada area yang dilakukan sur:eilans. umlahkan hitungan harian ini pada akhir periode sur:eilans untuk digunakan sebagai denominator. c. 2ntuk laju ''I atau untuk mengetahui indek risiko 3 catat informasi untuk prosedur operasi yang dipilih untuk sur:eilans (misal 3 jenis prosedur, tanggal, faktor risiko dsb)
#). 'umber data denominator a. untuk laju densitas insiden yang berhubungan dengan alat 3 datangi area peraatan pasien untuk mendapatkan hitungan harian dari jumlah pasien yang datang danb jumlah pasien yang terpasang alat yang umumnya berhubungan dengan kejadian I' ( misal 3 sentral line , :entilator, atau kateter menetap).
b. untuk laju ''I 3 dapatkan data rinci saat operasi dari log kamar operasi untuk msaingFmasing prosedur operasi.
7). Bagaimana IP mengimpulkan data denominator a. 2ntuk laju densitas yang berhubungan dengan alat 3 catatan harian jumlah pasien yang datang dan jumlah pasien yang terpasang masingFmasing alat. b. 2ntuk laju ''I 3 dapatkan data rinci dari log kamar operasi dan dataFdata pasien yang diperlukan.
c. Perhitungan 6)
=umerator Angka kejadian infeksi dan perlu data untuk dicatat *erdapat tiga kategori yang perlu dicatat atas seorang pasien dengan I', yaitu 3 data demografi, infeksinya sendiri dan data laboratorium.
+) "enominator "ata yang perlu dicatat "enominator dari infection rates adalah tabulasi dari data pada kelompok pasien yang memiliki risiko untuk mendapat infeksi 3
umlah pasien dan jumlah hari raat pasien,
umlah hari pemakaian :entilator,
umlah total hari pemakaian kateter :ena sentral dan
umlah hari pemakaian kateter urin menetap
#) Pencatatan "ata 4etode yang dipakai dalam sur:eilans I' ini adalah metode target sur:eilans
aktif
dengan
melakukan
kunjungan
lapangan
(bangsal).
"ilakukan identifikasi keadaan klinik pasein ada tindakannya tandaFtanda infeksi dan factorFfactor risiko terjadinya infeksi bila ditemukan tandaFtanda infeksi dan faktorFfaktor risiko dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang. !alau kegiatan penemuan kasus dengan mengakses data dari meja kerjanya. Biasanya, penemuan kasus dimulai dengan menelusuri daftar pasien baru masuk dengan infeksi maupun tidak infeksi(baik infeksi komunitas maupun I' pada peraatan sebelumnya) dan pasienFpasien yang mempunyai risiko untuk mendapatkan I' seperti pasien diabetes atau pasien dengan penyakit imunosupresi kuat. 'elanjutnya, mengunjungi laboratorium untuk melihat laporan biakan mikrobiologi. /al ini dapat membantu !omite < *im PPI menentukan pasien mana yang perlu ditelaah lebih lanjut. "ibangsal melakukan obser:asi klinis pasien laporan keperaatan, grafik suhu, lembar pemberian antiboitik. 2ntuk mendapatkan data yang lebih akurat dapat melakukan aancara dengan dokter, perata dan pasien maupun keluarganya. !unjungan rutin ke bangsal dan laboratorium ini memberi kesempatan kepada !omite< *im PPI untuk mengadakan kontak langsung
dengan petugas peraatan atau Laboratorium, untuk mendapat gambaran adanya I' serta gambaran penerapan keadaan umum pada saat itu serta memberikan
bimbingan
langsung
pendidikan
(onFtheFsport)
tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi pada umumnya atau !easpadaan 'tandar pada khususnya. 7). 'umber data dan tekhnik pengumpulan "ata 'umber "ata 3 a. atatan 4edis< catatan peraat b. atatan /asil pemeriksaan penunjang (Laboratorium dan adiologi) c. Pasien< !eluarga Pasien d. $armasi e. ekam 4edik
*ekhnik pengumpulan "ata 3 a. Pengumpulan data denominator dan numerator dilakukan oleh IP= yang dibantu ileh IPL=. b. "ata denominator dikumpulkan setiap hari, yaitu jumlah pasien, jumlah pemakaian alatFalat kesehatan (kateter urine menetap, :entilasi mekanik, kateter :ena central, kateter :ena perifer) dan jumlah kasus operasi. c. "ata numerator dikumpulkan bila ada kasus baru infeksi seperti infeksi saluran kemih (I'!), infeksi aliran darah primer (IA"P), pneumonia baik yang terpasang dengan :entilator maupun tidak terpasang dengan :entilator, Infeksi "aerah operasi (I").
umlah !asus I'! Insiden rate I'! Y \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\@6 umlah Lama hari pemakaian kateter urine menetap
umlah !asus IA"P Insiden rate IA"P Y \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\@6 umlah Lama hari pemakaian kateter :ena sentral
umlah !asus pneumonia Insiden rate /AP Y \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\@6 umlah lama hari raat
umlah !asus ;AP Insiden rate ;AP Y \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\@6 umlah Lama hari pemakaian 5**
umlah !asus I" Insiden rate IL Y \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\@6 umlah kasus perasi
umlah !asus Plebitis Insiden rate Plebitis Y \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\@6 umlah Lama hari pemakaian kateter perifer
umlah !asus "ekubitus Insiden rate "ekubitus Y \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\@6 umlah Lama tirah baring
#. Analisis "ata 4enentukan dan menghitung laju. Laju adalah suatu probabilitas suatu kejadian. Biasa dinyatakan dalam formula sebagai berikut 3
@ Y numerator, adalah jumlah kali kejadian selama kurun aktu tertentu D Y denominator, adalah jumlah populasi darimana kelompok yang mengalami kejadian tersebut berasal selama kurun aktu yang sama. ! Y angka bulat yang dapat membantu angka laju dapat mudah dibaca (6,6 atau 6.).
!urun aktu harus jelas dan sama antara numerator dan denominator sehingga laju tersebut mempunyai arti.
Ada tiga macam laju yang dipakai dalam sur:eilans I' atau sur:eilans lainnya, yaitu incidence, pre:alence dan incidence density. 6. Incidence Adalah jumlah kasus baru dari suatu penyakit yang timbul dalam satu kelompok populasi tertentu dalam kurun aktu tertentu pula. "idalam sur:eilans I' maka incidence adalah jumlah kasus I' baru dalam kurun aktu tertentu dibagi oleh jumlah pasien dengan resiko untuk mendapatkan I' yang sama dalam kurun aktu yang sama pula. +. Pre:alence Adalah jumlah total kasus baik baru maupun lama suatu kelompok populasi dalam satu kurun aktu tertentu (period pre:alence) atau dalam satu aktu tertentu ( point pre:alence). Point pre:alence nosokomial rates adalah jumlah kasus I' yang dapat dibagi dengan jumlah pasien dalam sur:ei.
hame menyatakan hubungan antara incidence dan pre:alence adalah sebagai berikut3 I
Y Incidence rates
P
Y Pre:alence rates
LA
Y =ilai rataFrata dari lama raat semua pasien
L=
Y =ilai rataFrata dari lama raat pasien yang mengalami satu atau lebih I'
I=*=
Y Inter:al rataFrata antara aktu masuk puskesmas dan hari pertama terjadinya I'
Pada pasienFpasien yang mengalami satu atau lebih I' tersebut. "alam penerapan dipuskesmas maka pre:alence rates selalu memberikan o:er estimate untuk resiko infeksi oleh karena lama raat dari pasien yang tidak mendapat I' biasanya lebih pendek dari lama raat pasien dengan I'. /al ini dapat lebih mudah dilihat dengan menata ulang formula sebagai berikut 3 "imana pre:alence sama dengan incidence dikali Lama Infeksi
#. Incidence "ensity Adalah rataFrata instant dimana infeksi terjadi, relatif terhadap besaran populasi yang bebas infeksi. Incidence density diukur dalam satuan jumlah kasus penyakit per satuan orang per satuan aktu. ontoh populer dari Incidence "ensity ates (I") yang sering dipakai dipuskesmas adalah jumlah I' per 6 pasien< hari. Incidence density sangat berguna terutama pada keadaan sebagai berikut 3 a. 'angat berguna bila laju infeksinya merupakan fungsi linier dari aktu panjang yang dialami pasien terhadap faktor risiko (misalnya semakin lama pasien terpajan, semakin besar risiko mendapat infeksi).
ontoh incidence density rate (I")3 umlah kasus I'!< jumlah hari pemasangan kateter. Lebih baik daripada Incidence ate (I) dibaah ini umlah I'! jumlah pasien yang terpasang kateter urin. leh karena itu I" dapat mengontrol lamanya pasien terpajan oleh faktor risikonya (dalam hal ini pemasangan kateter urin) yang berhubungan secara linier dengan risiko infeksi. b. enis laju lain yang sering digunakan adalah Atack ate (A) yaitu suatu bentuk khusus dari incidence rate. Biasanya dinyatakan dengan persen (H) dimana kY 6 dan digunakan hanya pada !LB I' yang mana pajanan terhadap suatu populasi tertentu terjadi dalam aktu pendek .
'ur:eilans merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan aktu dan menyita hampir separuh aktu kerja seorang IP= sehingga dibutuhkan penuh aktu (full time). "alam hal ini bantuan komputer akan sangat membantu, terutama akan meningkatkan efisien pada saat analisis. Besarnya data yang harus dikumpulkan dan kompleksitas cara analisisnya merupakan alasan mutlak untuk menggunakan fasilitas komputer, meski dipuskesmas kecil sekalipun. Lagi pula sistem sur:eilans tidak hanya berhadapan dengan masalah pada aktu sekarang saja, tetapi juga harus mengantisipasi tantangan di masa depan.
"alam penggunaan komputer tersebut ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu 3 6. memilih sistem komputer yang akan dipakai, komputer mainframe atau komputer mikro. !omputer mainframe bekerja jauh lebih cepat, memuat data jauh lebih besar. "an memiliki jaringan yang dapat diakses diseluruh area puskesmas. 'emua data pasien seperti sensus pasien, hasil laboratorium dan sebagainya, dapat dikirim secara elektronik. =amun harus diingat baha komputer mainframe adalah cukup mahal baik pembelian maupun operasionalnya. *idak setiap orang dapat menggunakannya dan memerlukan pelatihan yang insentif. 'oftare untuk program pencegahan dan pengendalian I' bagi komputer mainframe sampai saat ini masih terbatas. 4ikrokomputer jauh lebih murah dan lebih mudah dioperasikannya oleh setiap petugas. +. 4encari softare yang sudah tersedia dan memilih yang digunakan. Pemilihan softare harus dilakukan hatiFhati dengan mempertimbangkan maksud dan tujuan dari sur:eilans yang akan dilaksanakan diPuskesmas.
7. 5:aluasi, ekomendasi dan "iseminasi /asil
'ur:eilans
dapat
digunakan
untuk
menge:aluasi
pelaksanaan
program
pencegahan dan pengendalian infeksi puskesmas (PPI') dalam satu aktu tertentu. 4emperbandingkan Laju Infeksi "iantara !elompok Pasien "enominator dari suatu laju Infeksi "iantara !elompok Pasien
"enominator dari suatu laju (rate) harus menggambarkan populasi at.risk. "alam membandingkan laju antar kelompok pasien didalam suatu puskesmas, maka laju tersebut harus disesuaikan terlebih dahulu terhadap faktor risiko yang berpengaruh besar akan terjadinya infeksi. !erentanan pasien untuk terinfeksi sangat dipengaruhi oleh faktorF faktor risiko tertentu, seperti karakteristik pasien dan pajanan.
$aktor risiko ini secara garis besar dibagi menjadi + kategori yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. 6. faktor intrinsik adalah faktor yang melekat pada pasien seperti penyakit yang mendasari dan ketuaan. 4engidentifikasi faktor risiko ini perlu dilakukan dengan mengelompokkan pasien dengan kondisi yang sama (distratifiksi). +. $aktor ekstrinsik adalah yang lebih berhubungan dengan petugas pelayanan atau peraatan (perilaku petugas diseluruh puskesmas ). 4eskkipun hampir semua faktor ekstrinsik memberikan risiko I', namun yang lebih banyak peranannya adalah jenis inter:ensi medis yang berisiko tinggi, seperti tindakan in:asif, tindakan operatif atau pemasangan alat in:asif. Banyak alasan yang dapat dikemukakan mengapa pasien yang memiliki penyakit lebih berat yang meningkat kerentanannya. Alat tersebut merupakan jembatan bagi masuknya kuman penyakit dari bagian tubuh yang satu kedalam bagian tubuh yang lain dari pasien. isiko untuk mendapat infeksi luka operasi (IL), berkaitan dengan beberapa faktor,. "iantaranya,
yang
terpenting
adalah
bagaimana
prosedur operasi
dilaksanakan, tingkat kontaminasi mikroorganisme ditempat operasi, lama operasi dan faktor intrinsik pasien. leh karena faktorFfaktor tersebut tidak dapat dieliminasi maka angka IL disesuaikan terhadap faktorFfaktor tersebut.
"emikian pula halnya dengan jenis laju yang lain, apabila akan diperbandingkan maka harus diingat faktorFfaktor mana yang harus disesuaikan agar perbandinganya menjadi bermakna.
4emperbandingkan Laju Infeksi dengan populasi pasien Puskesmas dapat menggunakan data sur:eilans I' untuk menelaah program pencegahan dan pengendalian I' dengan membandingkan angka laju I' dari dua I2 atau dapat pula menggunakan laju I' dengan angka eksternal (benchmark rates) puskesmas atau dengan mengamati perubahan angka menurut aktu di puskesmas itu sendiri.
4eskipun angka laju infeksi telah mengalami penyesuaian dan melalui uji kemaknaan namun interprestasi dari angkaFangka tersebut harus dilakukan secara hatiFhati agar tidak terjadi kekeliruan. Banyak yang mengaggap baha angka laju infeksi dipuskesmas itu mencerminkan kebersihan dan kegagalan dari petugas pelayanan< peraatan pasien atau fasilitas pelayanan kesehatan dalam upaya pencegahan dan pengendalian I'.
4eskipun ada benarnya, masih banyak faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan angka tersebut.
Pertama, definisi yang dipakai atau teknik dalam sur:eilans tidak seragam abtara puskesmas atau tidak dipakai secra konsisten dari aktu keaktu meskipun dari sarana yang sama. /al ini menimbilkan :ariasi dari sensitifitas dan spesifikasi penemuan kasusnya.
!edua, tidak lengkapnya informasi klinik atau buktiFbukti laboratorium yang tertulis di catatan medik pasien memberi dampak yang serius terhadap :aliditas dan utilitas dari angka laju I' yang dihasilkan.
!etiga, angka tidak disesuaikan terhadap faktor resiko intrinsik. $aktor risiko ini sangat penting artinya dalam mendapatkan suatu I', namun sering kali lolos dari pengamatan dan sangat ber:ariasi dari Puskesmasyang satu ke Puskesmas yang lain. 'ebagai contoh, di puskesmas yang memiliki pasien dengan immunocompromised diharapkan memiliki faktor risiko intrinsik yang lebih besar daripada puskesmas yang tidak memiliki karakteristik pasien seperti itu.
!eempat, jumlah population at risk (misalnya jumlah pasien masuk< pulang jumlah hari raat, atau jumlah operasi) mungkin tidak cukup besar untuk menghitung angka laju I' yang sesungguhnya di Puskesmas tersebut..
4eskipun tidak mungkin untuk mengontrol semua faktor tersebut diatas, namun harus disadari pengaruh faktorFfaktor tersebut terhadap angka laju infeksi serta memoertimbangkan hal tersebut pada saat membuat interprestasi.
4emeriksa !elayakan dan !elayakan Peralatan Pelayanan 4edis
2tilisasi alat ( "e:ice 2tili&ationY"2 ) didefinisikan sebagai berikut 3
] hari pemakaian alat "2Y ] hari raat pasien "i I2 anak dan deasa maka jumlah hari pemakaian alat terdiri dari jumlah total dari hari npemakaian :entilator, jumlah hari pemasangan kateter urin. "2 suatu I2 merupakan salah satu cara mengukur tingkat penerapan tindakan in:asif yang memberikan faktor resiko intrinsik bagi I'. 4aka "2 dapat dipakai sebagai tanda berat ringannya pasien yang diraat diunit tersebut, yaitu pasien rentan secara intrinsik terhadap infeksi. "2 tidak berhubungan dengan laju infeksi (infection rate) yang berkaitan dengan pemakaian alat, jumlah hari pemakaian.
Perhatian !omite< *im Ppi tidak hanya terpaku pada laju infeksi dipuskesmas. 'ehubungan dengan mutu pelayanan< peraatan maka harus dipertanyakan tentang 3 1apakah pajanan pasien terhadap tindakan in:asif yang meningkat risiko I' telah diminimalkan 1 peningkatan angka "2 di I2 memerlukan penelitian lebih lanjut. 2ntuk pasien yang mengalami tindakan operatif tertentu, maka distribusi pasien mengenai kategori risikonya sangat bermanfaat. 4isalnya, untuk membantu menentukan kelayakan inter:ensi yang diberikan. 4eneliti kelayakan suatu inter:ensi juga membantu menentukan apakah pajanan telah diminalkan.
Pelaporan Laporan sebaiknya sistematik, tepat aktu, informatif. "ata dapat disajikan dalam berbagai bentuk, yang penting mudah dianalisa dan di interprestasi. Penyajian data harus jelas, sederhana, dapat dijelaskan diri sendiri. Bisa dibuat dalam bentuk table, grafik, pie. Pelaporan dengan narasi singkat.
*ujuan untuk 3
4emperlihatkan pola I' dan perubahan yang terjadi (trend)
4emudahkan analisis dan interprestasi data
Laporan dibuat secara periodik, setiap bulan, triulan, semester, tahunan.
"esiminasi 'ur:eilans didesininasikan kepada yang berkepentingan untuk melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi. leh sebab itu hasil sur:eilans angka infeksi harus disampaikan keseluruh anggota komite, direktur puskesmas, ruangan atau unit terkait secara berkesinambungan. "isamping itu juga perlu didesiminasikan kepada kepala unit terkait dan penanggung jaab ruangan beserta stafnya berikut rekomendasinya.
leh karena itu mengandung hal yang sangat sensitif, maka data yang dapat mengarah kepasien atau peraatan harus benarFbenar terjaga kerahasiaannya. "ibeberapa negara data seperti ini bersifat rahasia. "ata seperti ini tidak digunakan memberikan sanksi tetapi hanya digunakan untuk tujuan perbaikan mutu pelayanan.
*ujuan diseminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk menetapkan strategi pengendalian I'. Laporan didesiminasikan secara periodik bulanan, triulan, tahunan. Bentuk, penyampaian dapat secara lisan dalam pertemuan, tertulis, papan buletin.
'udah selayaknya !omite< *im PPI menyajikan data sur:eilans dalam bentuk satandar yang menarik yaitu berupa laporan narasi singkat ( rangkuman), tabel, grafik kepada !omite< *im PPI Analisis yang mendalam dari numerator dapat dilaksanakan untuk memberikan gambaran epidemiologinya, termasuk kuman patogen dan faktor risikonya.
*abel >. dibaah ini menggambarkan hubungan unsurFunsur metode sur:eilans terhadap Laju Infeksi Puskesmas. 2='2
PP2LA'I
*54PA*
"A*A
LA2<
'2;5ILA='
A* I'!
I=$5!'I
"5=4I=A*
A*I
"ata Dang diperlukan 'ur:eilans
'emua pasien yang 'emua
!omprehensif
memenuhi kriteria infeksi dan tanggal 6.pasien masuk masuk atau keluar 3 masuk sur:eilans
temoat umlah 3
dalam infeksi dalam bulan yang sama
Laju
atau keluar dari setiap
aplikasi
sur:eilans +.
persalinan
normal #. caesar
setiap
6.
secara keseluruhan
+.spesifikasi bagi tempat tertentu #.spesifikasi
operator
6pasien
tempat
pelayanan. Laju per 6 persalinan normal
laju
per
6
aat Intensif
'emua
pasien
di 'emua
tempat 6.]pasien
ruang raat intensif infeksi dan tanggal +. ]hari raat
operasi caesar. 6.Angka infeksi
I2
secara
6
umum
per
yang terpilih ikut infeksi dalam bulan
#.] hari insersi pasien atau 6 pasien<
pasien sampai 7? yang sama
kateter urin
hari.
jam setelah pulang
7.]insersi
+. Angka I' Puskesmas
:entilator
yang poer 6hari insersi
8.]pasien pada kateter. tanggal 6 bulan #.Angka spsis untuk setiap itu
dan
pada 6hari
pemasangan
tanggal 6 bulan central line berikutnya 9.]hari semua
7.
Angka
Pneumonia
raat Puskesmas pasien :entilator
insersi 6hariinsersi
yang ada pada disetiap I2. tanggal 6 bulan atio pemakaian alat 3 itu
dan
pada 6.2mum
tanggal 6 bulan +.entral Line berikutnya.
uang
aat 'emua bayi dengan 'emua
bayi
resiko peraatan
tinggi
jenis
tingkat dengan
III
#.;entilator kateter urin.
I' "ata
umlah bayi risiko per 6
,masa dikumpulkan
inkubasinya
pasien
dan
per6hari
untuk 7 macam raat. kategori
berat
bayi (BB) lahir 'emua
pasien
"ata
dari
7
macam
diikuti selama 7?
kategori BB lahir 3
jam setelah keluar.
6.rataFrata tiap 6pasien berisiko atau 6 hari raat. +.]kasus
bakterimia
nosokomial per 6 hari insersi :entilator atio pemakaian alat 3 6.
'ec
ara 2mum +. untuk setiap kategori berat lahir #. entral Line Pasien perasi
'emua pasien yang
'emua
macam
"ata
faktor
7. ;entilator ''I rates by 3
(umbilical)
menjalani tindakan infeksi atau infeksi operasi
risiko
pada liuka operasi setiap
untuk 6.indeks
prosedur
dan
pasien risiko
dalam bulan yang yang dipantau 3
+.kelas luka
sama
atio infeksi untuk setiap
6.
tan
ggal operasi +.
j enis
prosedur
angka
setiap
prosedur
rataFrata dan
temapat infeksi.
operasi #.
no
mor register pasien. 7.
u mur
8.
je
nis kelamin 9.
la
ma operasi >.
je
nis luka ?.
an
estesi umum -.
A 'A score
6.
e
mergency 66.
tra
uma 6+.
pr
osedur ganda 6#.
pe
meriksaan endoskopik 67.
ta
nggal pulang "ata *ambahan 'ur:eilans !omprehensif
'ama dengan diatas
'ama dengan diatas
6.]hari
raat Angka
rataFrata
untuk
setiap setiap 6hari raat
untuk
jenis pelayanan 6.umum medik
+.jenis pelayanan
+.]pasien
#.tempat infeksi
masuk
dan 7. tempat infeksi menurut
pasien
keluar tempat pelayanan
pada
setiap Angka rataFrata menurut
ruang raat
ruang raat untuk setriap
#.]hari raatb 6pasien pada
masuk
setiap keluar, atau setiap 6hari
ruang
raat. 'ite
spesific
6pasien keluar,
rate
masuk
atau
'ama dengan diatas
'ama dengan diatas
per atau
6
raat."%
Pasien perasi
atau
hari
spesific
infection
rate
6pasien
keluar
per dari
setiap kategori "%. =ama atau kode ''I rates menurut operator, dokter bedah
prosedur dan indeks risiko. perator
dan
klasifikasi
luka ratio infeksi standar menurut
operator
dan
prosedur rataFrata menurut operator
dan
operasi
BAB ;II P5=2*2P
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas 2mum !abupaten !araang merupakan sebagai acuan dalam penerapan pencegahan Infeksi, dengan harapan dapat melindungi pasien, petugas dan masyarakat yang mendapatkan pelayanan di Puskesmas serta dapat meningkatkan mutu pelayanan dengan melakukan su:eilans Infeksi Puskesmas.
Infeksi puskesmas menjadi masalah yang tidak bisa dihindari di Puskesmas 2mum !abupaten !araang maupun di Puskesmas lain, sehingga dibutuhkan data dasar infeksi
tempat
untuk menurunkan angka yang ada. 2ntuk itu perlunya melakukan sur:eilans dengan metode yang aktif, terus menerus dan tepat sasaran.
Pelaksanaan sur:eilans memerlukan tenaga khusus yang termasuk tugas dari IP=. 2ntuk itu diperlukan tenaga IP= yang purna aktu sesuai standar
Pedoman pencegahan pengendalian infeksi puskesmas 2mum !abupaten !araang semoga dapat bermanfaat bagi petugas Puskesmas maupun *im PPI.
"A$*A P2'*A!A
Pedoman 4anajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas dan $asilitas Pelayanan !esehatan Lainnya, "epkes +>
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas dan $asilitas Pelayanan !esehatan Lainnya, "epkes ,+>
Pedoman 4anajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas dan $asilitas Pelayanan !esehatan Lainnya, "epkes +-
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas dan $asilitas Pelayanan !esehatan Lainnya, "epkes, +-
Pedoman Penatalaksanaan $lu Burung di 'arana Pelayanan !esehatan, "irjen Bina Pelayanan 4edic "epkes, +9
Panduan Pencegahan Infeksi untuk $asilitas Pelayanan !esehatan dengan 'umber "aya *erbatas ,DBPF'P, akarta +7
Lampiran 6. ra menghitung Infeksi Aliran "arah Primer (IA"P) *eknik Perhitungan 3
Laju Infeksi 3 =umerator
6 Y ........H
"enominator
umlah !asus IA"P
6 Y ........ H
umlah hari pemakaian alat
ontoh kasus 3 "ata di uangan A Puskesmas sebagai berikut 3
jumlah pasien pada bulan $ebruari +- Y 6-9 orang
jumlah hari raat Y-9 hari
jumlah pasien terpasang infus Y -orang dengan jumlah hari pemasangan infus Y +6+ hari
ditemukan tandaFtanda I' berdasarkan hasil kultur positif dengan tanda klinis yang jelas sebanyak - orang
Laju IA"P Y -<+6+ 6 Y 7+.8H
Lampiran + ara menghitung ;AP dan /AP *eknik Perhitungan 3
catat data secara manual atau komputerisasi sebagai data base
tentukan numerator dan denominator
Angka infeksi ;AP adalah jumlah ;AP dibagi dengan jumlah hari pemakaian alat :entilasi mekanik
Angka infeksi ;AP Y umlah kasus ;AP
6
umlah hari pakai alat
Angka Infeksi /AP adalah jumlah pasien /AP dibagi dengan jumlah hari raat pasien yang masuk pada periode tersebut.
Angka infeksi /AP Y
]pasien /AP per bulan
6
]hari raat pasien per bulan
Angka Infeksi ;APY ]pasien ;AP per bulan
\\\\\\\\\ 6
]hari pemasangan alat :entilasi per bulan
ontoh kasus /AP 3 "ata sur:eilans bulan "esember +? diruang penyakit dalam ' @ 3 jumlah pasien yang masuk >> orang, jumlah hari raat ?## hari, jumlah pasien tirah baring sebanyak 3
69 orang stroke hemoragik
- orang stroke non hemoragik
umlah hari raat semua pasien stroke #>8 hari
"itemukan /AP + orang 3 hasil kultur sputum 4 !lebsiella pneumoniae berapa angka infeksi /AP
Angka infeksi /AP adalah 3 +<#>8 6 Y 8,##H
"ata sur:eilans bulan anuari +- diruang I2 3
umlah pasien 8 orang
*erpasang :entilasi mekanik # orang
umlah hari pemasangan alat :entilator # hari
*erinfeksi ;AP sebanyak 6 orang ditandai 3 demam, adanya ronchi, sesak napas, sputum purulen, @Fray toraks infiltrat(M)
Berapa angka ;AP
Angka Infeksi ;AP adalah 3 6<# 6 Y ##,#H
Lampiran 7. ara 4enghitung Infeksi 'aluran !emih (I'!)
Populasi Beresiko I'! ' Populasi yang beresiko terjadinya I'! ' yaitu semua pasien yang menggunakan alat kateter urin menetap dalam aktu J+ +7 jam.
Pengumpulan "ata
"ilakukan pengalaman
oleh
orangForang
dan
yang
keterampilan
sudah
dalam
mempunyai
mengidentifikasi
pengetahuan, kasus
mengumpulkan data.
Identifikasi I'! 3 o
Laporan 2nit
o
Lakukan kunjungan keruangan 3 obser:asi atau aancara
dan
"ata I'! ' dan penggunaan alat kateter urin diambil secara serentak, prospektif atau retrospektif.
"ata dikumpulkan secara terus menerus dan berkesinambungan.
ontoh pengisian formulir harian 3 "ata pemakaian peralatan medis
uang<2nit 3 I2 ............<' @...................Bulan 3 uli ............... *ahun 3 +-...... Pemakaian alat *gl
=o
=ama
5**
;L
I;L
2
!ultur Antibiotika
6F>F- 6
A
6
+
B
6
#
6
F
ef
+F>F- 6
A
6
F
ip
"
6
+
F
!et
Am
2rine ip
2rine Am
5.oli
Pseudomonas
(M) #
$
6
F
Am
6
4
6
F
ip
+
=
6
F
ip " I'!oleh dr
#
6
F
%mc
7
6
F
4er
"st..... #6F>F-
ontoh pengisisan formulir bulanan 3 $ormulir Bulanan "ata pemakaian alatE Infeksi uang< 2nit 3 ....................<........................Bulan 3 ....................... *ahun .......................... *gl 6 + "st. #6 umla
lh Ps
5**
;L
I;L
2
# #
+ +
+ +
# 6
# +
7 6-9
6
6
6
6 +6+
h F N#mera5r
;AP
Bakteremi
Plebiti
a
s
I'! 6 6 + 6 8
=umerator adalah jumlah yang terinfeksi akibat penggunaan kateter urin menetap sesuai kriteria dalam kurun aktu tertentu.
F Den5m!na5r "enominator adalah jumlah hari pemasangan kateter urin dalam kurun aktu yang sama dengan numerator.
*ekhnik penghitungan
Angka <ate infeksi 3 =umerator
6 Y ..........H
"enominator
umlah kasus I'!
6 Y ......H
umlah hari pemasangan pemakaian alat
Angka (ate) I'! 'Y 8< +6+ 6 Y +#.8H hari pemasangan kateter.
Lampiran 8. ara menghitung infeksi Luka perasi (IL) !ategori risiko 3
6. enis Luka 3
Luka bersih dan bersih kontaminasi skor 3
Luka bersih kontaminasi dan kotor skor 36
!eterangan 3 6. luka bersih 3 nontrauma, operasi luka tidak infeksi, tidak membuka respiratory dan genitoeinare. +. bersih kontaminasi 3 operasi yang membuka saluran pernapasan dan genitorineri. #. kontaminasi luka terbuka 3 trauma terbuka. 7. kotor dan infeksi 3 trauma terbuka, kontaminasi fecal.
+. Lama perasi 3 aktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit setiap jenis operasi berbeda lama operasi (lihat tabel )
lama operasi sesuai atau kurang dengan aktu yang ditentukan , skor 3 bila lebih dari aktu yang ditentukan, skor 3 6
#. A'A 'core
A'A 6F+, skor 3
A'A #F8, skor 3 6
@
Lampiran 9. *abel . enisFjenis Infeksi Puskesmas dan !larifikasinya berdasarkan " 2*I
''I
2rinary tract Infection
A'B
Asymptomatic bacteriuria
'2*I
'ymptomatic 2rinary tract infection
2*I
ther Infections of the urinary tract
'urgical site infection 'IP
'uperficial incisional primary ''I
'I'
'uperficial incisional secondaray ''I
"IP
"eep incisional primary ''I
"I'
"eep incisional secondary ''I
rgan <'pace rgan < 'pace ''I. Indicate specific type 3
B=5
^ L2=%
B'I
P=52
B
='
;'
55=*
B'*
^ 45"
A"
^ 45=
"I'
^ AL
5A
^ 5P
545*
^ 2*I
5="
^ 'A
5D5
^ 'I=2
%I*
^ 2
IAB
^ ;A'
I
^ ;2$
=*
Bloodstream infection
LBI
Laboratory 0 confirmed bloodstream infection
'5P
linical sepsis
Pneumonia P=2 6
linically defined pneumonia
P=2 +
Pneumonia ith specific laboratory findings
P=2 #
Pneumonia in immunocompromised patient
Bone and oint Infection B=5
steomyelitis
=*
oint or bursa
"I'
"isc space
entral ner:ous system I
Intracranial infection
45=
4eningitis or :entriculitis
'A
'pinal abscess ithout meningitis
ardio:ascular system infection ;A'
Arterial or :enous infection
5="
5ndocarditis
A"
4yocarditis or pericarditis
45"
4ediastinitis
5ye, ear,nose, throat, or mouth infection =
onjuncti:itis
5D5
5ye, other than conjuncti:itis
5A 5ar, mastoid AL
ral ca:ity (mouth, tongue, or gums)
'I=2
'inusitis
2
2pper respiratory tract, pharyngitis, laryngitis, epiglottitis
Laporan 9. jenisFjenis Infeksi Puskesmas dan !lasifikasinya berdasarkan " (lanjutan )
%I
LI
%astrointestinal system infection %5
%astroenteritis
%I*
%astrointestinal (%I) tract
/5P
/epatitis
IAB
Intraabdominal,not specified elsehere
=5
=ecroti&ing enterocolitis
Loer respiratory tract infection, other than pneumonia B=
Bronchitis, tracheobronchitis, tracheitis, ithout e:idence of pneumonia.
L2=%
ther infections of the loer respiratory tract