pedoman
PERANCANGAN MASJID DI INDONESIA
Jakarta - Indonesia 2017
PENGANTAR Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga buku Prinsip-prinsip Perancanagan Masjid di di Indonesia tahun 2017 telah dapat diselesaikan. Buku masjid raya ini merupakan buku paduan untuk merancang merancang masjid di Indonesia yang berisi tentang dasar dan prinsip pembangunanMasjid di Indonesia. Buku ini Insya Allah sebagai acuan atau panduan bagi masyarakat dalam penulisan karya ilmiah serta memberikan data dan informasi bagi masyarakat. Terimakasih Terimakasih disampaikan kepada Dwan Masjid Indonesia selaku yang telah memberi dasardasar penulisan dan arahan. Terimakasih juga disampaikan kepada Ikatan Arsitek Indonesoa atas kontribusi dalam penyempurnaan buku ini. Terimakasih kepada Tim Kerja Buku Arsitektur yang telah berkontribusi dalam editing dan Fotografi. Fotografi. Penghargaan yang tinggi kepada semua semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian buku ini. Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat memberi maanfaat bagi masyarakat khususnya dan bagi kalangan yang memerlukannya. Jakarta, Agustus 2017 Penyusun
I
DAFTAR DAFTAR ISI IS I PENGANTAR SAMBUTAN KETUA UMUM DMI
I III III
Daftar Isi
SAMBUTAN KETUA UMUM IAI
IV IV
PENDAHULUAN Masjid, Al Quran dan Hadist
1
Kebutuhan Prinsip dan Pedoman Perancangan Masjid
5
Arah Perkembangan Masjid
5
Pendekatan Dalam Perancangan Perancangan Masjid
6
Aturan Dalam Perancangan dan Pembangunan Masjid
6
PERSYARA PERSYARAT TAN PERANCANGAN MASJID
8
Kebutuhan Ruang Masjid
8
Hubungan dan Organisasi Ruang Masjid
8
Besaran Ruang Masjid
9
LOKASI DAN LANSEKAP MASJID
10
Tata Tata Masa dan Tampak Tampak Masjid
10
Lansekap Masjid
11
TATA TA TA RUANG DALAM
II
1
12
Elemen Pembentuk Ruang Masjid
12
Ruang Dalam Masjid
12
Ornamen dan Kaligrafi Masjid
20
PENGKONDISIAN RUANG MASJID
21
Penghawaan
21
Pencahayaan
21
Akustik
21
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN MASJID
22 Daftar Isi
Pondasi
22
Bahan Bangunan
22
Atap
22
UTILITAS MASJID
23
Sistem Air Bersih
23
Sistem Air Kotor
23
Sistem Air Hujan
23
Jaringan Listrik
23
Jaringan Telepon dan Internet
23
Sistem Pemadam Kebakaran
23
Jaringan Penangkal Petir
23
DAFTAR PUSTAKA
24
III
SAMBUTAN KETUA UMUM DMI
Sambutan Ketua Umum DMI
IV
Sambutan Ketua Umum DMI
V
SAMBUTAN KETUA UMUM IAI
Sambutan Ketua Umum IAI
Sambutan Ketua Umum IAI
PENDAHULUAN Masjid, Al Quran dan Hadist BANGUNAN MASJID MENURUT AL QURAN DAN HADIST
Drs.Taufik Hidayat, MT Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
bangunan masjid pada masyarakat, pendiri, pemilik, pelaksana dan donatur bangunan masjid, pemakai/ pemakmur bangunan masjid, menghargai/ mencintai bangunan masjid. Begitu pula dengan fisik bangunan masjid seperti : arah hadap shaf sholat pada bangunan masjid, tempat sholat pria dan wanita, tempat imam dan mimbar, tempat adzan dan menara, serambi, tempat wudhu/ mandi/ wc untuk pria dan wanita, bahan bangunan, bentuk/ gambar/ hiasan pada bangunan masjid.
ABSTRAK
Al-Qur’an dan Hadist merupakan dasar untuk mendirikan bangunan masjid. Tafsir dari ayat - ayat Al-Qur’an dan Hadist sahih tersebut umumnya mempunyai visi jauh Kedepan sesuai perkembangan jaman serta lebih bersihat stimulus/ rangsangan guna untuk dipikirkan dan dikembangkan. Masjid tidak hanya sebagai tempat sholat secara sendiri (Munfarid) tetapi juga sebagai tempat sholat bersama (Jamaah), serta merupakan tempat berlangsungnya berbagai kegiatan keagamaan dan ibadah lainnya. Masjid sering juga dijuluki sebagai “Pusat ibadah dan kebudayaan Islam”.
Dalam Al-Qur’an dan Hadits, tidak ditemukan ketentuan yang lengkap dan jelas tentang bentuk dan ukuran bangunan masjid yang seharusnya, tetapi memuat kaidah mengenai bagaimana beribadah dan kegiatan apa saja yang boleh atau tidak boleh dikerjakan di dalam bangunan masjid. AlQur’an dan Hadist merupakan dasar untuk mendirikan bangunan masjid, tapi dalam kenyataan penggunaan Al-Qur’an dan Hadist sebagai dasar perancangan bangunan masjid masih sangat terbatas. Umumnya masyarakat masih beranggapan bahwa Al-Qur’an dan Hadist hanya mengatur masalah ibadah ritual semata, padahal lebih banyak mengatur masalah kehidupan manusia didunia.
Saat ini nampaknya belum ada kesesuaian aturan dalam perwujudan bangunan masjid Berdasar pada permasalahan tersebut seperti : arti masjid, landasan/ niat untuk di atas, tulisan ini bermaksud mencari aturan mendirikan bangunan masjid, lokasi untuk mewujudkan bangunan masjid menurut
Pendahuluan
tafsir ayat Al-Qur’an dan Hadist, serta melihat proses transformasi ayat tersebut kepada bangunan masjid dengan metode tafsir tematik, yaitu menetapkan tema – tema yang berhubungan dengan masjid, kemudian dilihat/ diidentifikasi dengan tafsir ayat Al-Qur’an dan Hadist beserta riwayat/ penjelasan turunnya, kemudian disarikan. Proses ini ditanyakan/ diujikan/ disahkan pada ulama baik dari kalangan akademik maupaun profesional.
Pendahuluan
manusia” dan bahwa “kepastian arti ayat tidak mungkin atau hampir tidak mungkin dicapai kalau pandangan hanya tertuju kepada ayat tersebut secara sendiri-sendiri”.
Sesuai yang dinyatakan oleh Dr.M.Quraish Shihab (1994) dalam bukunya “Membumikan Al-Qur’an” : Pada saat Alqur’an diturunkan, Rasulullah saw, yang berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya tentang arti dan kandungan Al-Qur’an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami MASALAH ARTI TAFSIR AYAT AL-QUR’AN DAN atau samar artinya. Keadaan ini berlangsung HADIST sampai dengan wafatnya Rasulullah saw, Al-Qur’an dan Hadist merupakan dasar walaupun harus diakui bahwa penjelasan untuk mendirikan sebuah bangunan masjid. tersebut tidak semua kita ketahui akibat tidak Tafsir dari ayat Al-Qur’an dan Hadist tersebut sampainya riwayat-riwayat tentangnya atau sering terjadi perbedaan arti, hal ini disebabkan karena memang Rasulullah saw. Sendiri tidak karena ayat tersebut mempunyai visi sesuai mejelaskan semua kandungan Al-Qur’an. keadaan jaman/ mengikuti perkembangan jaman dan mempunyai visi yang jauh kedepan, Pada masa Rasulullah SAW. Para sahabat serta lebih bersifat stimulus/rangsangan menanyakan persoalan yang tidak jelas untuk dipikirkan dan dikembangkan. Dalam kepada Rasulullah saw, maka setelah wafatnya, memahami tafsir Al- Qur’an, tidak jarang mereka melakukan ijtihad, begitu juga pada terdapat perbedaan pendapat atau bahkan masa saat ini dan akan datang. Ijtihad berarti keliru dalam pemahaman tentang maksud pencurahan segenap kemampuan untuk firman-firman Allah SWT. Para ulama mendapatkan sesuatu, yaitu penggunaan menggaris bawahi tafsir (Acmad Sunarto, akal sekuat mungkin untuk menemukan 1992) adalah : sesuatu keputusan hukum tertentu yang tidak ditetapkan secara eksplisit dalam Al“Penjelasan tentang arti atau maksud Qur’an dan as-Sunnah. Rasulullah SAW. Pernah firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan bersabda kepada Abdullah bin Mas’ud (Miftah
Faridl, 1982) :
1. Yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang mutlak absolut, karena ijtihad merupakan aktifitas “Berhukumlah engkau dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah, apabila sesuatu persoalan itu akal pikiran manusia yang relatif. 2. Keputusan yang ditetapkan oleh engkau temukan pada dua sumber tersebut. Tapi apabila engkau tidak menemukannya Ijtihad, mungkin berlaku bagi seseorang tapi pada dua sumber itu, maka ijtihadlah”. Kepada tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk ‘Ali bin Abi Thalib beliau pernah menyatakan : “ satu masa/tempat tapi tidak berlaku bagi Apabila engkau berijtihad dan ijtihadmu salah, orang lain. Berlaku untuk satu masa/tempat maka engkau mendapatkan dua pahala. Tetapi tapi tidak berlaku pada/masa/tempat yang apabila ijtihadmu salah, maka engkau hanya lain. mendapatkan satu pahala”. 3. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. Sebab urusan ibadah mahdhah hanya diatur oleh allah dan Mahmud Syaltut berpendapat, bahwa rasulullah. ijtihad mencakup dua pengertian : 4. Keputusan ijtihad tidak boleh a. Penggunaan pikiran untuk menentukan sesuatu hukum yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Asditentukan secara eksplisit oleh Al-Qur’an dan Sunnah. 5. Proses Ijtihad hendaknya selalu as-Sunnah. b. Penggunaan fikiran dalam mempertimbangkan faktor motivasi, akibat, mengartikan, menafsirkan dan mengambil kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama kesimpulan dari ayat dan dalil Al-Qur’an dan dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa daripada ajaran islam. Hadist. Sabda tersebut diatas memperlihatkan akan kebebasan dari agama Islam dalam mengartikan tafsir, selama aturan atau hukum tidak terdapat dikedua sumber tadi. Kedudukan Ijtihad terikat dengan ketentuanketentuan sebagai berikut :
TINJAUAN UMUM Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab/wahyu/kalam Allah, merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan, kisah-kisah, falsafah,
Pendahuluan
peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia, baik sebagai makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial. Setiap muslim diperintahkan untuk berpegang teguh pada prinsip-prinsip AlQur’an yang bernilai abadi. Al-Qur’an adalah undang-undang syari’at dan sumber hukum, yang harus ditaati dan diamalkan oleh setiap muslim. Didalamnya termuat masalah-masalah halal- haram, serta amar ma’ruf nahi munkar, serta Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi sastra, akhlak, korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya. Arti Al-Qur’an menurut pendapat yang paling kuat yang dikemukakan Dr.Subhi Al Salih berarti “Bacaan”, asal kata Qaraa. (Al-Qur’an dan terjemah, Dep. Agama RI., 1990).
Pendahuluan
Al-Qur’an diturunkan secara berangsurangsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah, yang dimulai pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus tahun 610 masehi di gua Hira. Pada waktu itu Nabi saw telah berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut tahun bulan matahari (syamsiah) dan diakhiri pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriah atau tanggal 8 juni tahun 632 Masehi yaitu bertepatan kembalinya Nabi Muhammad s.a.w kehadirat Allah s.w.t dalam usia 63 tahun. Nabi Lahir pada tanggal 12 Rabiulawal tahun Gajah atau tanggal 20 April tahun 569 M. Al-Qur’an, terdiri dari 30 Juz dengan 114
Surat, 6.263 ayat yang populer adalah 6.666 ayat, yang menguraikan berbagai persoalan hidup dan kehidupan, antara lain menyangkut alam raya dan fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan tersebut sering disebut ayatayat kauniyah. Keotentikan Al-Qur’an selalu di pelihara dan dijamin oleh Allah. Inna nahnu nazzalna aldzikra wa inna lahu lahafizhum (sesungguhnya kami yang menurunkan Al-Qur’an dan kamilah Pemelihara-Nya) Seandainya (Al-Qur’an ini) datangnya bukan dari Allah, niscaya mereka akan menemukan didalam (kandungan)-Nya ikhtilaf (kontradiksi) yang banyak (QS 4 : 82) Sedangkan penjelasan tentang AlQur’an menurut Al-Qur’an menurut AlQur’an itu sendiri : QS 2. Al Baqarah : 2 “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya ; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” QS 3. Ali Imran : 3-4 “Dia menurunkan Al-kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya ; membenarkan kitab yang ditunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan injil”, “Sebelum (Al-
Qur’an), menjadi petunjuk bagi manusia, sholat mereka.” dan Dia menurunkan Al-Furqon (Kitab yang membedakan antara yang benar dan yang QS 6. Al-An-Am : 115 salah). Sesungguhnya orang-orang kafir “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu terhadap ayat-ayat allah akan memperoleh (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan siksa yang berat ; dan Allah Maha Perkasa lagi adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah mempunyai balasan (siksa).” kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mengetahui.” QS 3. Ali Imran : 138 “(Al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” QS 4. An-Nisa : 174 “Hai Manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari tuhanmu, ( Muhammad dengan Mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur’an). QS 6. Al-An-Am : 92 “Dan ini (Al-Qur’an) adalah kitab yang telah kami turunkan yang berkahi, membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura’ (Makah) dan Orang-orang yang diluar lingkungannya. Orang-Orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Qur’an), dan mereka selalu memelihara
Al-Ghazali dinilai sangat berlebihan ketika berpendapart tentang Al-Qur’an : “Segala macam ilmu pengetahuan baik yang telah, sedang dan akan ada, kesemuanya terdapat dalam Al-Qur’an”. Hadist
Hadist adalah segala perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad saw. Pengertian Hadis identik dengan Sunnah, yang secara etimologi berarti jalan atau tradisi, sebagaimana dalam Al-Qur’an (Al-Isra : 77)juga dapat berarti : Undang – undang atau peraturan yang tetap berlaku -
Cara yang diadakan Jalan yang telah dijalani
-
Keterangan
Sunnah adalah sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Qur’an dan as-Sunnah/
Pendahuluan
Hadist sama-sama sebagai sumber Hukum islam, namun diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup Prinsipil. Perbedaan-Perbedaan tersebut (Faridl Miftah, 1982) antara lain ialah : a. Al-Qur’an merupakan nilai kebenaran yang absolut/mutlak, sedangkan Al-Hadist adalah Zhanni (kecuali Hadist mutawatir). b. Seluruh Ayat Al-Qur’an harus dijadikan sebagai pedoman hidup. Tetapi tidak semua Hadist harus kita jadikan pedoman hidup. Di samping itu ada Hadis yang shahih ada pula Hadis yang Dha’if. c. Al-Qur’an sudah pasti otentik lafazh dan maknanya, sedangkan Hadist tidak
Pendahuluan
seluruhnya. d. Apabila Al-Qur’an berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib maka setiap muslim wajib mengimaninya. Tetapi tidak harus demikian apabila masalahmasalah tersebut diungkapkan oleh Hadist. Hubungan As-Sunnah dan Al-Qur’an
musytarak. Seperti Hadist : “ Shalatlah Kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” adalah merupakan tafsir ayat Al-Qur’an yang umum, yaitu : Aqimush shalah”. (Kerjakan Shalat). b. Bayan Taqrir, yaitu as-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-Qur’an. Seperti Hadist : “ Berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya” adalah memperkokoh ayat Al-Qur’an dalam surat AlBaqarah : 185 c. Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Qur’an, seperti pernyataan nabi : “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang telah dizakati”, adalah taudhih (penjelasan) “Dan orang- orang yang menyimpan emas dan perak kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah maka gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih”.
Menurut sebagian besar para ulama ada Dalam hubungan as-Sunnah dan Al7 ( tujuh) kitab hadist yang dinilai terbaik Qur’an, maka as-Sunnah berfungsi sebagai (Miftah Faridl, 1982) yaitu : penafsir, pensyarah dan penjelas daripada 1. Ash-Shahih Bukhari ayat-ayat tertentu. Apabila disimpulkan tententu. Apabila disimpulkan tentang fungsi 2. Ash-Shahih Muslim as-Sunnah dalam hubungannya dengan Al3. Ash-Sunan Abu Dawud Qur’an maka dapat dijelaskan sebagai berikut : 4. Ash-Sunan Nasai a. Bayan Tafsir, yaitu menerangkan ayat – ayat yang sangat umum, mujmal dan
5. Ash-Sunan Tirmidzi 6. As-Sunan Ibnu Majah
7. Al-Musnad Imam Ahmad Masjid
Masjid berarti tempat sujud. Musholla berarti tempat sholat, semua permukaan bumi adalah mesjidnya ummat islam, yaitu setiap muslim boleh melakukan sholat disemua tempat, kecuali kuburan dan tempat najis, Hadist yang diceritakan oleh Tirmizi dari Abi Sa’id Al-Chudri berbunyi bahwa tiap potong tanah itu adalah masjid. Dalam Hadis yang lain bahwa nabi muhammad s.a.w menerangkan : “Telah dijadikan tanah (bumi) itu masjid bagiku, tempat sujud”. Dengan keterangan ini jelas bahwa arti masjid itu sebenarnya tempat sujud, bukan hanya mengenai sebuah, temapt atau bangunan ibadah tertentu. Setiap potong permukaan bumi, terbatas dengan sesuatu tanda atau tidak, beratap atau tidak beratap, bagi umat islam sebenarnya dapat dinamakan masjid, jika disana digunakan untuk shalat/ dimana tempat meletakkan dahi sujud menyembah tuhan. Akan tetapi pada saat ini kata masjid sudah mempunyai suatu arti yang tertentu yaitu ; suatu rumah, suatu gedung atau suatu lingkungan tembok, yang dipergunakan sebagai tempat mengerjakan shalat, baik untuk shalat lima waktu maupun untuk sembahyang jum’at atau shalat Hari raya bila hujan. Masjid yang pertama dibangun ialah Masjidil Haram/ Ka’bah (QS 3 : 96) dibangun
oleh nabi ibrahim as (QS 2 : 127),(QS 2 : 125). Kemudian menyusul Masjidil Aqsa Dipalestina, dibangun oleh Nabi Sulaiman dan Nabi Dawud. Maka Pantaslah apabila masjid pertama dijadikan sebagai pusat arah shalat muslimin (QS : 150). Adapun masjid lain yang mendapatkan kedudukan khusus dalam Islam (selain masjidil Haram dan Masjidil Aqsa) ialah Masjid nabawi di Madinah Al-Qur’an surat Ali imran, 3 : 96 ; “Sesungguhnya mula-mula dibangun (untuk beribadah) manusia, ialah Baitullah yang Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia” Al-Qur’an surat Al-Baqarah, 2 : 125 ; “Dan (ingatlah) ketika kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebagian maqam ibrahim tempat sholat. Dan telah ami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, ‘Bersihkanlah Rumah- Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud’ Penjelasan “Jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat sholat”. Tujuan disebutkannya perintah ini ialah untuk menarik perhatian pembaca atau pendengar Al-Qur’an yang terkena sasaran perinah tersebut, Seakan-akan perintah tersebut disampaikan langsung kepada
Pendahuluan
mereka. Sehingga jiwa orang yang terkena panggilan tersebut menyadari bahea perintah ini juga ditjukan kepada mereka sebagaiman ditujukan kepada nenek moyang dimasa Ibrahim. Perintah ini secara terus menerus berlaku sampai akhir zaman. Al-Qur’an Surat Al-Baqarah, 2 : 127 ; “Dan (ingatlah), ketika ibrahim meniggikan (membina) asar-dasar baitullah bersam Ismail (Seraya berdo’a), ‘Ya tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Al-Qur’an surat Al-Baqarah, 2 : 150 ;
Pendahuluan
“Dan darimana saja kamu berangkat, maka palingkanlah wajahmu ke MasjidilHaram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku. Dan agar KuSempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan Supaya kamu mendapat petunjuk”. Fungsi lain dari bangunan masjid yaitu : 1. Fungsi Syar’i Fungsi ini tercakup kegiatan pembinaan dan pendidikan Islam, Pelaksanaan syari’ah/
Ibadah Khusus. 2. Fungsi Sosial Fungsi ini tercakup kegiatan pelayanan sosial kepada umat dan masyarakat. 3. Fungsi Ukhuwah Fungsi ini mencakup kegiatan silaturahmi musyawarah 4. Fungsi Budaya Fungsi ini mencakup kegiatan pengkajian, pelaksanaan dan pengembangan ibadah umum. 5. Fungsi Syiar Fungsi ini, mencakup kegiatan pemeliharaan dan pengembangan syiar citra umat islam, seperti pemeliharaan kebersihan, pemeliharaan keamanan, pengawasan dan gaya bangunan. BANGUNAN MASJID MENURUT AL-QUR’AN DAN HADIST
(Hasil Kuesioner) Hasil penyusunan/pengelompokkan tema berdasarkan tingkat keutamaan dan Hasil tersebut adalah sebagai berikut : Konsep Bangunan Masjid Arti Masjid (Sejarah) : 1. Masjid berarti tempat sujud/ tempat sholat, bumi adalah masjid, bumi tempat untuk sujud/ sholat, Seluruh Permukaan bumi
adalah masjidnya ummat islam, baik tempat itu disediakan untuk bersujud maupun tidak, sarana untuk penyucian diri/ beribada kepada Tuhan/ Allah SWT. 2. Tempat/Rumah ibadah pertama untuk menyembah Tuhan/ Allah SWT, yang dibangun oleh Manusia ialah Baitullah (Ka’bah) di Mekkah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim as dan Anaknya Ismail as. Landasan/ Niat Mendirikan Bangunan Masjid Landasan/ Niat untuk mendirikan sebuah bangunan masjid yaitu : Hanyalah karena
harta dijalan Allah” baik dengan perasaan berat maupun ringan, dalam rangka untuk mencari keridhaan_Nya, salah satunya ialah dengan mendirikan, Pelaksana, donatur bangunan masjid. Pemakai, Peramai dan Pemakmur bangunan Masjid : Pemakai, Peramai dan Pemakmur bangunan Masjid adalah orang Islam yang beriman kepada Allah Serta Tetap Menjalankan Ibadah Kepada-Nya, yang digunakan Untuk Ibadah Sholat Lima Waktu secara Berjamaah, Sholat Jum’at dan Sebagainya.
Menghargai/ Mencintai Bangunan Tuhan semata (Lillahi Taala) pemilik alam Masjid : semesta, karena taqwa. Sebelum berangkat ke Masjid untuk Lokasi Bangunan Masjid Pada Masyarakat Masjid adalah rumah yang paling dicintai menunaikan sholat, terutama sholat Jum’at Allah SWT, Rumah yang didalamnya terdapat disunatkan untuk : 1. Mandi ruangan yang selalu digunakan untuk sujud dan Sholat. Lokasi bangunan Msjid sebaiknya 2. Memotong Kuku dekat dengan ; Perumahan/ Pemukiman, 3. Menggunting Kumis keramaian dan Jalannya mudah untuk dilalui, 4. Tidak Memakan Makanan yang berbau dijangkau serta selalu bersih, dibersihkan 5. Menggunakan pakaian yang paling dan diberi wangi-wangian. Bangunan Masjid baik yang dipunyai dilarang didirikan diatas kuburan. 6. Memakai Wangi-wangian kalau ada Pendiri, Pemilik, Pemakai dan Pemakmur Bangunan Masjid Pendiri, Pemilik, Pelaksana dan Donatur Bangunan Masjid : “Menafkahkan
dan
Membelanjakan
7. Berdo’a, Menunaikan Sholat sunah Atahiat Masjid dua Rakaat 8. Masjid sebaiknya selalu bersih dan dibersihkan serta diberikan wewangian.
Pendahuluan
d. Rasional artinya tidak mengadaKebutuhan Prinsip dan Pedoman Perancangan Masjid ngada. Pandangan Islam mengenai sesuatu Arsitektur Islam adalah itu adalah arsitektur yang di dalamnya nilai Islam diterapkan, seperti nilai penghambaan terhadap Allah melalui desain bangunan, nilai kesederhanaan, nilai keadilan, nilai pengakuan terhadap hak orang lain, dan nilai-nilai Islam yang ada. (Sumber: http://auliayahya. wordpress.com) Konsep Islam pada bangunan masjid: a. Ijtihad artinya usaha sungguh-sungguh yang dilakukan seorang mujtahid (orang yang melakukan ijtihad) untuk mencapai suatu keputusan tentang kasus yang penyelesaian belum tertera dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Hadist.
Pendahuluan
b. Taqlid artinya menerima sesuatu secara dogmatis, apa adanya, tanpa dimengerti terlebih dahulu, misalnya karena sudah menjadi kebiasaan atau memang sudah menjadi tradisi secara turun temurun. c. Anti Mubazir artinya tidak berlebihlebihan. Dengan demikian, keindahan (elemen estetika) tidak perlu harus mahal atau memakai ornamen berlebihan yang hanya bersifat tempelan saja, dan tidak fungsional. Pandangan anti kemubaziran, pada intinya adalah efisiensi untuk mendapatkan hasil yang optimal.
penggunaan suatu hal tidak mengada-ada misalnya melalui penggunaan simbolisasi yang menjurus kepada sesuatu yang tidak rasional dan menjurus kepada pembodohan berpikir, terlebih-lebih pertanggungjawaban kepada masyarakat, dan tidak boleh mubazir.
Arsitektur Islami merupakan arsitektur yang memiliki sifat-sifat Islam. Bisa jadi yang termasuk arsitektur Islami adalah arsitektur yang bukan berasal dari Islam, namun karena sejalan dengan konsepsi Islam yang tertera dalam Al Quran dan Al Hadits, maka arsitektur tersebut disebut arsitektur Islami. 2.2. Tinjauan terhadap Arsitektur Masjid Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata masgid (m-sg-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi. Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti “tiang suci” atau “tempat sembahan”. Unsur fisik masjid terdiri dari: a. Orientasi b. Bentuk c. Atap d. Menara e. Zoning f. Serambi
g. Ruang Shalat h. Mihrab dan Mimbar i. Mezanin j. Material k. warna
Arah Perkembangan Masjid Arsitektur Modern mempunyai spirit yang menawarkan konsep kesederhanaan, kejujuran dan fungsional serta rasional yang tidak mengada-ada. Arsitektur modern menolak tradisi, budaya dan unsur-unsur masa lalu sebagai sumber kebenaran. Pandangan ini membawa moralitas baru dalam arsitektur, yaitu antitradisi, anti ornamen serta lebih mementingkan kejujuran (kejujuran material, struktur dan fungsi). Akibatnya, pengertian estetika mengalami pergeseran. Yang disebut ”indah” tidak lagi berupa olahan yang penuh tempelan ornamen. Produk arsitektur merupakan konsekuensi logis dari kejujuran tersebut. Visualisasi bangunan mempunyai olahan yang sederhana (simple), bersih (clean) dan jelas (clear), melalui beberapa slogan yaitu “Ornament is crime”, “Form Follow Function” atau “Less is More” atau pemakaian beton kasar ekspos (“brutalism”) dari Le Corbusier sebagai elemen estetis. Mengandung pengertian penggunaan ornamen pada bangunan sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan fungsionalnya dan semangat jaman.
Tawaran konsep yang dimiliki arsitektur modern tersebut merupakan suatu pemikiran yang menarik dan inspiratif karena sesuai dengan semangat konsep Islami. Pandangan ini sangat kuat pengaruhnya terhadap konsep karya-karya arsitektur masjid. Konsep tersebut mencerminkan cara pandang yang Islami, tidak berlebih-lebihan dan tidak mubazir. Konsep Islam menyatakan bahwa agama Islam ditujukan untuk orang-orang yang berpikir (rasional) karena pada dasarnya Islam itu sangat rasional. Selain itu, ketertarikannya pada konsep tersebut karena secara prinsipiil bertolak belakang dengan cara kerja seorang arsitek yang hanya mengandalkan pencarian bentuk semata-mata (for the sake of form), tanpa landasan pemikiran yang jelas. Itulah sebabnya kolaborasi antara konsep arsitektur modern dan konsep Islami tidak bertentangan. Konsep perancangan arsitektur masjid cenderung memiliki dasar pemikiranpemikiran Islami yang kental sebagai sumber pendekatan desain. Akan tetapi, cara pandang dan pemahaman terhadap konsep Islam itu sendiri yang tidak dipahami secara mendalam akan mengakibatkan proses berpikir yang cenderung sempit dan stagnan. Identifikasi yang paling mudah bagi masyarakat atas sebuah masjid adalah atap kubahnya. Pemahaman tersebut berjalan secara tradisi tanpa pemahaman mendalam dan cenderung
Pendahuluan
meniru tanpa landasan pemikiran yang dapat dipertanggungjawabkan. Penggalian secara mendalam atas konsep Islam itu sendiri akan menemukan perspektif lain yang memacu seseorang dalam menggagas karya-karya arsitekturnya. Pemahaman konsepsi pemikiran Islami disini tidak dipahami secara lahiriah atau sempit, tetapi lebih kepada spirit dan jiwa yang dibawanya. Pendalaman dan penghayatan secara mendalam dalam konsep Islami ternyata menemukan kesamaan-kesamaan dengan arsitektur modern. Oleh sebab itu, usaha pendekatan perancangan masjid dengan cara pandang konsep pemikiran arsitektur modern yang memiliki persamaan spirit dengan konsep Islami merupakan sebuah wacana baru dalam perkembangan arsitektur masjid di Indonesia. Tingkat relevansi dan persamaan semangatnya membawa sebuah konsep pemikiran yang sinergis dan Pendahuluan
Pendekatan Dalam Perancangan Masjid
Acuan dasar perancangan adalah meminjam dari wujud arsitektur lokal yaitu ornamen lokal yang di transformasikan serta disederhanakan bentukannya dan digabungkan dengan hasil analisis programatik fungsi bangunan masjid. Tahap analisis ornamen lokal dilakukan dengan mengambil bentukan dasar geometri ornamen lokal. Setelah bentukan dasar tersebut didapatkan maka dilakukan transformasi sebagai tahap pengembangannya sehingga memunculkan konsep dan hasil desain. Proses transformasi ini melalui beberapa tahapan, sehingga mendapatkan desain yang sesuai dengan tujuan perancangan masjid dengan konsep arsitektur lokal kontemporer.
Aturan Dalam Perancangan dan Pembangunan Masjid PERANCANGAN MASJID
Tahap transformasi yang dilakukan: 1. Tahapan pertama pada proses transformasi ini adalah menghubungkan kriteria bangunan masjid yang memiliki arsitektur tradisional lokal maupun masjid yang memiliki karakter kontemporer dengan programatik fungsi seperti besaran ruang, kebutuhan ruang, sirkulasi ataupun aktivitas pelaku di dalam bangunan. Pada perancangan ini, arsitektur lokal yang dipakai adalah ornamen pada bangunan lokal dikarenakan
wujud atau bentuk fisik pada bangunan lokal PEMBANGUNAN MASJID yang kuat dan menonjol dapat terlihat pada Dalam pembahasan arsitektur masjid di ornamennya. Dari ornamen ini dikaji untuk Nusantara, masjid bercorak Nusantara memiliki menemukan bentuk dasar geometri untuk karakter vernakuler, dengan ciri-ciri, “bahasa”, proses transformasi nantinya. budaya, kondisi lingkungan termasuk iklim 2. Tahapan berikutnya, untuk setempat. Sedangkan yang lainnya (seperti menghubungkan kedua aspek yang unsur kubah dan menara) adalah corak bukan berbeda tersebut dengan konsep arsitektur Nusantara yang dibangun di Indonesia. kontemporer maka hasil analisis (geometri Menurutnya, aspek dalam arsitektur yang dasar) dari ornamen arsitektur lokal tersurat dan tersirat jelas dan langsung dalam ditransformasikan menggunakan metode al-Qur’an (keislaman) hanyalah orientasi transformasi menurut Antoniades (1990), ke arah kiblat, ditandai dengan mihrab. yaitu melakukan penambahan, pemotongan, Tentang keindahan, kemegahan, kebersihan pengurangan, pemutaran, penggeseran, sebetulnya ada dalam ayat-ayat suci al-Qur’an pencerminan dan lain-lainnya. Beberapa maupun Hadits namun tidak langsung terkait alternatif dapat dihasilkan dari proses tersebut. dengan arsitektur masjid. Bahkan yang 3. Tahapan selanjutnya adalah berlebihan misalnya kemewahan adalah hal memilih alternatif desain yang sesuai dengan yang sebetulnya kurang sesuai dengan Islam kriteria program tapak (zoning fungsi, tata (Sumalyo, 2000). massa, bentuk massa, tampilan ruang luar dan Arsitektur ekologis merupakan tampilan ruang dalam). Transformasi ini akan pembangunan berwawasan lingkungan, menghasilkan rekomendasi desain. dimana memanfaatkan potensi alam 4. Hasil transformasi yang berupa semaksimal mungkin. Kualitas arsitektur rekomendasi selanjutnya memasuki tahapan biasanya sulit diukur. Kualitas arsitektur pengembangan yaitu pengembangan yang biasanya hanya memperhatikan bentuk menjadi produk akhir dan nantinya akan bangunan dan konstruksinya, tetapi dijelaskan. Pengembangan perancangan mengabaikan yang dirasakan si pengguna dan menggunakan metode transformasi tradisional kualitas hidupnya. dan teknik digitalisasi serta permodelan 4 komponen arsitektur yang diukur dengan hasil akhir site-plan, layout-plan, dalam penelitian ini adalah: denah, tampak, potongan, perspektif eksterior 1. Holistik dan interior, detail-detail arsitektur, serta model/maket. Istilah eko-arsitektur adalah istilah
Pendahuluan
holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang. Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun, eko-arsitektur mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Eko-arsitektur mengandung juga dimensi yang lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio kultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa eko-arsitektur bersifat lebih kompleks, padat, vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya. 2. Hemat Energi.
Pendahuluan
Manusia memerlukan energi, baik untuk menyediakan makanan, untuk membakar batu bara, dan untuk memproduksi peralatan dalam bentuk apapun sehingga selalu membebani lingkungan alam. Api yang dapat memberikan kehangatan dan menerangi kegelapan tetapi yang juga mengandung kekuatan merusak yang menakutkan, dapat melambangkan energi dan bahan bakarnya. Bahan bakar dapat digolongkan menjadi 2 kategori yaitu yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Walaupun kita telah mengetahui perbedaan diantara keduanya, manusia tetap cenderung memanfaatkan energi yang tidak dapat diperbaharui (batu bara, minyak, dan gas bumi) karena dianggap penggunaannya lebih mudah. Penggunaan energi untuk seluruh
dunia diperkirakan 3×1014 MW per tahun, yang berarti bahwa bahaya bagi manusia bukan hanya terletak pada kekurangan energi tetapi juga pada kebanyakan energi yang dibakar dan mengakibatkan kelebihan karbondioksida di atsmosfer yang mempercepat efek rumah kaca dan pemanasan global. 3. Material Ramah Lingkungan.
Prinsip-prinsip ekologis dalam penggunaan bahan bangunan adalah: (1). menggunakan bahan baku, energi, dan air seminimal mungkin. Semakin kecil kebutuhan energi pada produksi dan transportasi, semakin kecil pula limbah yang dihasilkan. Bahanbahan yang tidak seharusnya digunakan sebaiknya diabaikan. (2). Bahan bangunan diproduksi dan dipakai sedemikian rupa sehingga dapat dikembalikan kedalam rantai bahan. (3). Menggunakan bahan bangunan harus menghindari penggunaan bahan yang berbahaya. (4). Bahan yang dipakai harus kuat dan tahan lama. (5). Bahan bangunan atau bagian bangunan harus mudah diperbaiki dan diganti. 4. Peka Terhadap Iklim
Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup diantara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan ditepatkan diantara lintasan matahari dan angin sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus
terhadap arah angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang yang menguntungkan penerapan. ventilasi silang.
Pendahuluan
PERSYARATAN PERANCANGAN MASJID
terputus, baik disamping maupun dari depan kebelakang, setiap shaf sholat harus rapat dan lurus, untuk itu sebaiknya diberi tri Tanda.
Kebutuhan Ruang Masjid Tempat Imam dan Mimbar : Bangunan Masjid
Arah Hadap Bangunan Masjid ( Arah hadap shaf sholat pada bangunan Masjid) : Hukumnya sholat menghadap ke kiblat/ Ka’bah (Masjidil Haran) adalah wajib/ Harus, Walaupun bangunan masjid tersebut tidek persis menghadap ke Masjidil Haram/ Ka’bah, sehingga sebaiknya (bila dimungkinkan) posisi bangunan Masjid, harus persis menhadap/ mengarah ke Masjidil Haram/ Ka’bah. Tempat Sholat, Untuk Pria dan Wanita :
Persyaratan Perencanaan Masjid
Pada Waktu sholat berjamaah hanya berdua yaitu imam dan seorang ma’mum, Posisi Ma’mum berada pada sebelah kanan imam. Sedangkan pada waktu sholat berjamaah jika ma’mum berada pada sebelah kanan imam. Sedangkan pada waktu sholat berjamaah jika ma’mum lebih dari satu, maka ma’mum berdiri dibelakang imam dengan posisi di tengah, sehingga muncul adanya ruang yang menonjol keluar/ kedepan pada baris paling depan yang biasa disebut mihrab yaitu tempat imam sholat dan Khutbah. Mimbar merupakan tempat untuk berdirinya imam pada waktu memberikan Khutbah/ ceramah/ pidato, pada mimbar tersebut terdapat fasilitas duduk yang digunakan penceramah pada waktu istirahat antara dua khutbah Mihrab dan mimbar sebaiknya tidak “dihiasi” oleh hiasan apalagi dengan hiasan meniru hiasan atau ornamen tempat ibadah agama lain.
Sholat merupakan ibadah utama bagi orang islam, sehingga sebaiknya suasana di dalam bangunan Masjid menghindari sesuatu yang dapat mengganggu/ mengalihkan perhatian seseorang pada waktu sholat. Tempat sholat untuk pria dan Wanita harus terpisah yaitu : tempat/ shaf sholat untuk pria didepan, sedangkan ruang/ tempat/ shaf untuk wanita dibelakang dengan keadaan Tempat Adzan dan menara : terpisah/ tertutup/ bertabir secara Visual, Adzan dilakukan setiap datangnya sehingga masing-masing tidak dapat saling waktu sholat wajib/ fardu, sebanyak lima kali melihat dan memandang. sehari semalam. Dengan sendirinya adzan Setiap shaf sholat sebaiknya rapat tidak di masjid dilakukan setiap datangnya waktu
sholat semalam. Dengan sendirinya adzan di masjid dilakukan setiap datangnya waktu sholat fardu (wajib) yaitu sholat ; subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib dan Isya’, hukumnya wajib/ harus selalu dilakukan. Sedangkan pada waktu sholat Jum’at, Adzan dilakukan didepan mimbar setelah imam masuk/ duduk dibagian mimbar, suara adzan diharapkan diharapkan dapat didengar sejauh mungkin. Serambi :
Kita dilarang menyusul pandangan (memandang wanita) yang pertama dengan pandangan berikutnya, sehingga sebaiknya unuk membantu menahan/ menghalangi pandangan dari dalam bangunan masjid maupun dari teras, atau untuk menghalangi ke tempat orang berlalulalang sebaiknya dihalangi oleh sesuatu sehingga umat yang sedang beribadah lebih konsentrasi kedalam ruangan, terutama pada waktu ibadah pada posisi duduk/ lasehan diatas lantai. Tempat Wudhu, Mandi, WC, untuk Pria dan Wanita :
Karena Hukumnya aurat pria maupun wanita tidak boleh dilihat oleh orang lain selain muhrim, sehingga :
baik akan wudhu, sedang wudhu, apalagi setelah wudhu. 2. Tempat mandi dan wc sesama pria harus terpisah/sendiri-sendiri, tertutup secara visual, sehingga tidak dapat berbincang. 3. Tempat wudhu, mandi dan wc buangan airnya harus mengalir 4. Sebaiknya tempat mandi, wc dan tempat wudhu sebainya terpisah atau sendiri- sendiri. 5. WC tempat membuang air besar/ hajat/ berak tidak menghadap dan membelakangi kiblat/ka’bah. 6. Wudhu dilakukan dengan air bersih. Bahan Bangunan Masjid
Bahan bangunan yang dipergunakan untuk membangun bangunan masjid, sebaiknya menggunakan bahan dan teknologi yang wajar/tidak dipaksakan serta tidak berlebihan, yaitu dengan menggunakan bahan bangunan yang ada di sekitarnya.
Hubungan dan Organisasi Ruang Masjid
Ruang sholat arahnya mengikuti suatu 1. Tempat wudhu pria dan wanita harus ruang yang lebih kecil untuk satu orang yang tersendiri/terpisah, tertutup/secara berukuran 0,85 m2. Ruang itu merupakan visual dan kedap suara sehingga tidak ruang persegi panjang yang arahnya berkiblat dapat berpandangan apalagi ngobrol, ke Mekkah. Tempat sujud (mihrab) berada di
Persyaratan Perencanaan Masjid
dekat ruang keluar, di samping mimbar yang biasa digunakan untuk sholat jumat. Orang yang memimpin sholat disebut imam. Dalam melaksanakan sholat, tempat pria dan wanita terpisah. Di dekat jalan masuk terdapat rak yang diperuntukkan untuk pelajar dan para muslim lainnya, dan tempat untuk wudhu. Dalam berwudhu digunakan air pancuran yang mengalir. Jalan masuk ke tempat sholat antar wanita dan pria terpisah, sampai dengan tangga menuju bagian belakang yang diperuntukkan untuk wanita.
Persyaratan Perencanaan Masjid
Mesjid biasanya memiliki halaman dalam yang luasnya sama dengan ruangan untuk sholat, yang bisa digunakan pada saat hari raya. Di negara-negara yang udaranya panas, di dalam halaman ini ditanamai pohon-pohon dan tempat tinggal untuk imam atau orang yang merawat mesjid. Kantor, Perpus, ruang guru dan ruang kelas gudang dan tempat tinggi untuk imam dan muazin paling tidak tersedia satu. Dekorasi yang ada di mesjid bukanlah ilustrasi dari hewan dan manusia. Ornamen-ornamen Arab misalnya tulisan kaligrafi arab merupakan perkembangan budaya yang tinggi.
Besaran Ruang Masjid
LOKASI DAN LANSEKAP MASJID
guna memecahkan persoalanpersoalan yang timbul dalam masyarakat, •
Tata Masa dan Tampak Masjid
Tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan,
Tempat membina keutuhan ikatan Departemen Agama RI dalam Syahidin jamaah dan kegotongroyongan di dalam (2004) mendefinisikan mesjid sebagai mewujudkan kesejahteraan bersama, bangunan tempat ibadah (salat) yang Wahana untuk meningkatkan kecerdasan bentuk bangunannya dirancang khusus dan ilmu pengetahuan muslimin dengan dengan berbagai atribut mesjid seperti ada keberadaan majelis taklimnya, menara yang cukup megah, memiliki kubah, bangunannya cukup besar, kapasitasnya Tempat pembinaan dan pengembangan dapat menampung ratusan bahkan ribuan kader-kader pimpinan umat, jamaah dan biasanya dipakai melaksanakan Tempat mengumpulkan dana, ibadah shalat jum’at atau perayaan hari-hari menyimpan, dan membagikannya, serta besar Islam. Ayub et al. (1996) menerangkan Tempat melaksanakan pengaturan dan bahwa fungsi utama mesjid adalah sebagai supervisi sosial. tempat sujud kepada Allah Swt., tempat salat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Senada dengan hal tersebut, Bachrun Selain itu, Ayub (1996) dalam. Rukmana (2009) menjelaskan beberapa fungsi mesjid lainnya, et al. (2005) dalam Ajahari (2009) pun menyebutkan bahwa terdapat dua fungsi yaitu: Tempat kaum muslimin beribadah dan masjid, yaitu fungsi primer dan sekunder. Secara keseluruhan, terdapat beberapa fungsi mendekatkan diri kepada Allah Swt., inti masjid, antara lain, Tempat kaum muslimin beri’tikaf, a. fungsi peribadatan ritual seperti shalat, membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan dzikir, dan i’tikaf, b. fungsi sosial dan kemasyarakatan, mendapatkan pengalaman batin/ keagamaan sehingga selalu terpelihara c. fungsi pendidikan dan dakwah, keseimbangan jiwa dan raga serta d. fungsi pemberdayaan ekonomi keutuhan kepribadian, ummat, •
•
•
•
•
•
•
•
Tempat bermusyawarah kaum muslimin
e. fungsi politik,
Lokasi dan Lansekap Masjid
f. fungsi pengembangan seni dan budaya. Untuk mengoptimalkan keseluruhan fungsi tersebut, dibutuhkan tidak hanya bangunan mesjid yang sesuai, tetapi juga lanskap yang dapat mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan di luar ruangan. Rukmana (2009) menerangkan jika dilihat dari sumber dana dan proses pembangunan, mesjid dapat dikategorikan menjadi beberapa golongan, yaitu, mesjid keluarga (biasanya berlokasi di kawasan rumah pemiliknya), mesjid pemerintah (sumber dananya berasal dari dana pemerintah dan memiliki cakupan jamaah tertentu, misalkan mesjid nasional dan mesjid kota), mesjid kampus (lokasinya berada di kawasan kampus dan mayoritas jamaahnya adalah mahasiswa), mesjid perkantoran (lokasinya berada di kawasan perkantoran), serta mesjid komplek perumahan (umumnya dana pembangunan berasal dari swadaya masyarakat pada komplek tersebut).
Lansekap Masjid Lokasi dan Lansekap Masjid
Kraus dan Cutris (1982) menyatakan bahwa pengelolaan atau manajemen merupakan suatu proses dari konsep, teori,
dan analisis tujuan, yang dengannya seorang manajer merencanakan, mengatur, memimpin, dan menjalankan tujuan tersebut melalui usaha manusia secara sistematis, koordinatif, dan saling kerja sama. Terdapat empat fungsi utama proses manajemen seperti dijelaskan berikut. a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan mencakup konsep dasar dari suatu manajemen, yang dengannya tugas-tugas manajemen disusun, tujuan dan sasaran ditetapkan, kebijaksanaan dan tata cara pelaksanaan dibuat, dan perencanaan jangka pendek dan panjang dirumuskan. b. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian merupakan tahapan setelah perencanaan, saat struktur organisasi dan tanggung jawab masing-masing bagian dibentuk. Selain itu, garis komunikasi, koordinasi, dan wewenang ditetapkan, serta sumber daya dialokasikan. c. Pengaturan (Directing)
Pengaturan merupakan proses koordinasi dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan, berkaitan erat dengan upaya memotivasi para pekerja untuk mencapai tujuan organisasi. d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan mencakup pemantauan terhadap standar kerja dan metode
pelaksanaan yang dilakukan, juga mengawasi apakah semua berjalan sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah ditetapkan. Fungsi ini juga mencakup pelaporan, evaluasi yang berkelanjutan, serta pengambilan langkahlangkah yang tepat dalam melakukan perbaikan atau antisipasi program. Arifin dan Arifin (2005) menyatakan pengelolaan lanskap sebagai upaya manusia untuk mendayagunakan, memelihara, dan melestarikan lanskap atau lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas kelestariannya. Pengelolaan ini merupakan upaya terpadu yang terdiri atas penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pemeliharaan merupakan salah satu bagian yang krusial dalam pengelolaan lanskap. Sternloff dan Warren (1984) menerangkan bahwa tujuan kegiatan pemeliharaan adalah menjaga tapak beserta fasilitasnya supaya tetap dalam keadaan awal atau desain semula. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa hal berikut: (a) menetapkan prinsip-prinsip operasi, (b) memelihara fasilitas dengan standar yang telah ditentukan, dan (c) melakukan pegawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan. Organisasi pemeliharaan dapat dibagi dalam tiga tipe berikut: a. sistem pemeliharaan unit yang didasarkan pada unit-unit taman
Lokasi dan Lansekap Masjid
yang ada sehingga setiap unit taman mempunyai tim pemeliharaan sendiri, b. sistem pemeliharaan khusus yang didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, seperti pegawai khusus potong rumput atau pekerja khusus lainnya yang berpindah dari satu unit ke unit taman lainnya menurut jadwal, dan c. sistem pemeliharaan secara kontrak yang diserahkan pada kontraktor sehingga d. seluruh pekerjaan pemeliharaan dikerjakan oleh kontraktor.
Lokasi dan Lansekap Masjid
TATA RUANG DALAM Elemen Pembentuk Ruang Masjid Jenis bahan
Bahan yang digunakan sesuai dengan penekanan studi yaitu sesuai dengan unsur tradisional jawa yang menggunakan bahan kayu, tanah liat (batu bata dan genteng), keramik, kaca, logam tembaga dan kuningan serta batu alam. Warna
Warna yang digunakan pada bangunan Masjid Besar Kecamatan Depok disesuaikan dengan penekanan studi unsur arsitektur tradisional jawa dengan pendekatan habluminallah dan habluminannas dengan menggunakan warna-warna yang cenderung hangat, warna alam serta warna-warna netral Ukuran
Ukuran yang digunakan disesuaikan dengan proporsi ruang dengan ukuran manusia sebagai perwujudan dari penekanan desain.
Ruang Dalam Masjid 1“Mengapa Tempat Wudhu?”
Dalam Rukun Islam yang kedua, shalat lima waktu merupakan hal yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim. Sebelum
melaksanakan shalat, umat Islam diwajibkan untuk berwudhu sebagai cara untuk menyucikan diri sebelum menghadap Allah SWT dan sebagai syarat sahnya shalat. Dengan demikian, dapat dikatakan kesempurnaan dan sahnya shalat sangat bergantung dari kesempurnaan wudhu. Al Quran dan Hadits sebagai 2 sumber hukum Islam yang utama telah memberikan petunjuk mengenai tata cara wudhu yang baik, dan disempurnakan dengan ijtihad para ulama. Wudhu yang dilaksanakan dengan baik adalah prasyarat diterimanya shalat. Rasulullah SAW bersabda: “Shalat salah seorang diantara kalian tidak akan diterima apabila ia berhadas hingga ia berwudhu”. (H.R. Abu Hurairah) Dari aspek tata ruang, masih seringnya ditemui tempat wudhu dengan sirkulasi yang kurang baik, diantaranya adalah aksesibilitas tempat wudhu yang harus dicapai dengan memutar tempat shalat, tempat wudhu dan tempat shalat tidak berada dalam satu batas suci, serta letak toilet yang berada di dekat tempat wudhu sehingga dikhawatirkan air cipratan toilet tercampur ke dalam tempat wudhu dan menyebabkan najis. Permasalahan tata ruang dan morfologitempat wudhu tersebutmasih dijumpai di berbagai tempat wudhu di masjid maupun mushola dan kondisi tersebut masih kurang disadari oleh para pengguna masjid atau mushola. Hingga sekarang belum terdapat rekomendasi bagaimana penggunaan air yang efisien dalam
Tata Ruang Dalam
23
Tata Ruang Dalam
kegiatan wudhu, baik ditinjau dari komponen jenis kran maupun pemanfaatan kembali limbah air wudhu. Permasalahan lain yang menjadi ganjalan bagi pelaku wudhu adalah fasilitas tempat wudhu yang cukup penting bagi pengguna, diantaranya adalah tempat untuk meletakkan barang-barang yang masih melekat pada tubuh ketika memasuki area wudhu, seperti jam tangan, kacamata, pecis/kopiah, sarung, jilbab, asesoris, dan sebagainya.Selain itu, permukaan lantai yang licin menjadi permasalahan penting, karena dapat membahayakan pengguna. 2“Kondisi Saat Ini …?”
Melihat masjid sebagai bagian dari hasil kebudayaan masyarakat, maka tempat wudhu pun menjadi bagian dari sebuah budaya masyarakat. Seiring dengan kemajuan teknologi, maka tempat wudhu semakin memiliki banyak variasi, mulaidari yang sangat sederhana dan hanya memenuhi secara fungsional, hingga yang sangat memperhatikan estetika tempat wudhu dan kenyamanan pengguna. Beberapa aspek teknis yang mendapat perhatian dalam membangun sebuah tempat wudhu antara lain kenyamanan dan efisiensi pemanfaatan air dengan tetap memperhatikan kaidah wudhu seperti yang telah disyari’atkan dalam ajaran agama.Untuk berwudhu, hal yang pokok adalah bagaimana cara mendapatkan air. Cara
24
termudah untuk mengambil air wudhu ialah melalui pancuran atau kran air. Penggunaan kran dalam tempat wudhu berkaitan dengan efisiensi penggunaan air. Wudhu dilaksanakan melalui serangkaian gerakan tubuh. Dalam melakukan serangkaian gerakan tubuh tersebut, dapat dilakukan baik pada posisi berdiri ataupun duduk. Masing-masing posisi berdiri ataupun duduk tersebut memiliki dimensi standar yang akan berguna dalam sebuah perancangan. Pada posisi berdiri maka kaki menerima beban seluruh badan, sedangkan pada posisi duduk beban badan langsung disalurkan ke tempat duduk, sehingga kaki terasa lebih rileks. Secara ergonomis, gerakan wudhu lebih nyaman jika dilakukan dalam posisi duduk. Untuk jarak ke samping, jarak antar kran minimal adalah 2,375 meter atau 2,40 meter dibagi dua yaitu 1,20 meter. Akan lebih baik jika antar kran atau masing-masing tempat wudhu diberi penyekat untuk menghindari air cipratan. Sejumlah tempat wudhu di Indonesia sebagian besar dibuat untuk melakukan wudhu dengan cara berdiri. Gerakan wudhu yang dilakukan dengan berdiri akan berbeda dengan cara duduk, karena pada cara wudhu berdiri, kaki yang bersangkutan menanggung beban badannya. Sedangkan pada cara wudhu duduk akan lebih rileks karena kaki yang bersangkutan tidak menanggung beban tubuhnya melainkan tubuh dibebankan pada tempat duduk.
Doa sebelum wudhu:
“Allaahummaghfir lii dzanbii, Wawassi lii fiidaarii, wabaarikLiifiirizqii” Artinya: “Ya Allah, ampunilahdosaku, lapangkanlah rumahku, dan berkahilah rejekiku.” Niat wudhu:
dan utusan-Nya.Ya Allah, jadikanlah aku orang yang ahli taubat dan jadikanlah aku orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang saleh.” Untuk mengetahui rancangan tempat wudhu yang ideal dan mengakomodasi kenyamanan pengguna, perlu untuk mengetahui gerakan wudhu yang sesuai syariat. Berikut adalah gerakan wudhu, dengan posisi berdiri sesuai dengan syariat Islam:
Tata Ruang Dalam
Artinya: “Aku niat berwudu untuk menghilangkan hadas kecil fardu karena Allah Taala.” Doa sesudah wudhu: .
,
“Asyhaduallailahaillallahwahdahu la syarikalahuwaasyhaduann amuhammadan ‘abduhuwarasuluhu. Allahummaj’alniminattawwabina, waj’alniminalmutatahhirinawaj’alni min ‘ibadikas-salihina” Artinya: “Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan tidak ada yang menyekutukan bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahw anabi Muhammad adalah hamba-Nya
Membasuh kedua telapak tangan 3 kali sampai pergelangan tangan dan menyelanyelai jari mulai dari yang kanan. Kondisi tubuh berdiri agak membungkuk mengikuti ketinggian kran air
25
Tata Ruang Dalam
Berkumur-kumur masing-masing 3 kali. Sikap tubuh berdiri agak membungkuk mengikuti ketinggian kran air
26
Membasuh lubang hidung dan menghirup air ke dalam hidung (istinsyaq) dengan sungguh-sungguh, setelah itu mengeluarkan kembali sebanyak 3 kali.
Tata Ruang Dalam
Mencuci atau membasuh muka 3 kali mulai dari tempat tumbuhnya rambut. Batas muka yang wajib dibasuh yaitu mulai dari tempat tumbuhnya rambut kepala sebelah atas sampai kedua tulang dagu sebelah bawah, dan arah sampingnya mulai dari telinga kanan hingga ke telinga tiri.
Membasuh dan menggosok lengan dari siku sampai ujung jari mulai yang kanan masing-masing 3 kali.
27
Tata Ruang Dalam
Mengusap kepala sebanyak 3 kali. Mengusap kepala (bedakan dengan mencuci Mencuci telinga dengan cara membasahi dan membasuh) beserta kedua telingan telinga dengan tangan dan memasukkan satu kali, yang dimulai dari bagian depan jari telunjuk dan ibu jari yang basah untuk kepala lalu diusapkan ke belakang kepala lalu membersihkan daun telinga, sebanyak 3 kali mengembalikan ke depan kepala
28
Tata Ruang Dalam
Mencuci kedua kaki sampai mata kaki sebanyak tiga kali. Yang dimaksud dengan mata kaki adalah benjolan yang ada di bawah tepian betis kiri dan kanan. Bagi orang yang cacat, tangan atau kakinya terpotong, maka ia harus mencuci bagian tangan atau kaki yang tersisa yang wajib dicuci.
Untuk model tempat wudhu berdiri, tinggi kran berada pada kisaran 80cm-109cm. Jarak antar kran berkisar 80 cm-100 cm. Tempat wudhu memiliki tempat pijakan kaki (grill) dengan kemiringan 30° yang dapat memper mudah pengguna dalam melaksanakan kegiatan wudhu.
Potongan Tempat Wudhu Berdiri
3“Model Rancangan Tempat Wudhu” 1.
Model Tempat Wudhu Berdiri
Potongan Tempat Wudhu Berdiri 2.
Model Tempat Wudhu Duduk
29
Tata Ruang Dalam
Untuk model tempat wudhu duduk, tinggi kran sama dengan posisi wudhu berdiri yaitu kisaran 80 cm-109 cm, dan jarak antar kran pada kisaran 80cm-100cm. Tempat duduk memili kitinggi 40cm dan jarak dudukan dengan grill antara 30 cm-40 cm.
Detail Grill
4“Alternatif Desain” 1. Alternatif Desain Fasilitas Tempat Wudhu
Potongan Tempat Wudhu Duduk
Potongan Tempat Wudhu Duduk
30
Tempat wudhu yang baik, biasanya terdapat fasilitas tambahan untuk meletakkan asesoris tubuh yang masih terpakai saat memasuki tempat wudhu. Oleh sebab itu, alternatif desain fasilitas tambahan tersebut sangat penting untuk disampaikan.
1.
Alternatif Tempat Wudhu 1 Tata Ruang Dalam
Denah Detil
Pada alternatif 1, desain rak asesoris sangat sederhana, hanya menambahkan rak di samping dinding dengan jarak dari batas dinding keramik sekitar 30 cm. Lebar rak dari sisi dinding adalah 15 cm, cukup untuk meletakkan kaca mata, jam tangan, maupun asesoris lainnya.
Potongan Detil
Catatan: Material yang digunakan untuk rak barang atau asesoris terbuat dari bahan yang ringan tapi kuat untuk menahan beban benda di atasnya. Dapat menggunakan alternatif dari stainless steel atau dari papan kayu. 2. Alternatif Tempat Wudhu 2
Alternatif 2 hampir sama dengan alternatif 1, hanya saja pada desain ini terdapat bagian dinding yang diceruk ke dalam sekitar ½ tebal, kemudian diberi rak tambahan ± 7,5-10 cm untuk memperlebar area tempat asesoris. Potongan Tempat Wudhu Berdiri
31
Tata Ruang Dalam
Tampak Depan Tempat Wudhu Berdiri
Tampak Depan Tempat Wudhu Berdiri Potongan Detil B
Catatan: Untuk rak barang atau asesoris pada desain ini sebaiknya menggunakan bahan yang ringan, karena terdapat pelubangan untuk menggantungkan jilbab. Tipe desain ini dapat diaplikasikan di tempat wudhu pria dan wanita. 3. Alternatif Tempat Wudhu 3
Potongan Tempat Wudhu Berdiri
Denah Detail A
32
Sedangkan alternatif 3 memiliki desain yang berbeda dibandingkan alternatif 1 dan 2.Terdapat sekat khusus untuk menggantungkan asesoris lain seperti jilbab, pecis, dan sarung. Ketinggian tempat asesoris tersebut lebih rendah dibandingkan dua desain sebelumnya, sehingga sekat tersebut dapat menghalangi air cipratan dari kegiatan wudhu. Material yang tepat adalah menggunakan bahan dinding partisi yang tahan terhadap air, ringan, dan tahan lama.
Tata Ruang Dalam
TampakDepan
Tampak Depan
Potongan Detil
Ketiga alternatif tersebut di atas merupakan desain tempat wudhu yang dilengkapi fasilitas untuk menambah kenyamanan pengguna dalam memenuhi kebutuhan ruang. Pilihan Kran Untuk Efisiensi Penggunaan Air
a. Penggunaan kran timer paling efisien disbanding dengan jenis kran lainnya, namun kelemahannya bahwa aliran air dari kran timer lebih kecil atau lemah
Potongan Bangunan
Denah Detil
b. Penggunakan kran sensor lebih efisien dalam penggunaan jenis kran lainnya selain kran timer, namun aliran air kran sensor cukup bisa dirasakan nyaman dan tidak terlalu kecil atau lemah alirannya. Karena kran sensor menggunakan tenaga listrik, maka kran sensor perlu dikembangkan dengan penggunaan energi matahari (solar cell).
33
d. Selesai wudhu langsung melangkah menuju ruang sholat di dalam masjid (sandal ada di depan masjid)
Tata Ruang Dalam
Kran Sensor Elektronik
2. Tempat wudhu yang terpisah dari bangunan masjid
5“Tata Ruang Wudhu” pada Masjid 1. Tempat wudhu yang menempel pada bangunan masjid
Urutan kegiatan wudhu dan masuk masjid: a. Pengunjung (pewudhu) menuju pintu masuk masjid melepas sandal dan berjalan menuju tempat wudhu melalui jalan setapak (tidak suci) b. Membilas kaki di kolam bilas yang berada di pintu pasuk temapt wudhu dan selanjutnya melangkah mendekati kran wudhu c. Melakukan kegiatan wudhu
34
Catatan: jarak antara Masjid dan Tempat Wudhu bisa bervariasi sesuai kondisi lahan/ pekarangan yang tersedia Urutan kegiatan wudhu dan masuk masjid: a. Pengunjung menuju tempat wudhu dengan menggunakan sandal b. Sandal dilepas dekat jalan setapak dan pengunjung masuk ruang wudhu lewat pintu kolam bilas c. Kegiatan wudhu d. Keluar melalui kolam bilas pintu keluar e. Pewudhu/ pengunjung menggunakan sandal lewat jalan setapak f. Setelah sandal dipakai, pewudhu menuju
pintu masjid, melepas sandal dan masuk tempat sholat di dalam masjid. Hal yang penting bahwa tempat wudhu dibuat dua buah dengan bentuk yang sama dimana tempat wudhu sebelah kiri bangunan masjid untuk wanita dan tempat sebelah kanan bangunan masjid diperuntukkan bagi pria. 6“Lompatan Kreatif Fixture Wudhu yang Ergonomis..”
Banyaknya kasus penggunaan fungsi wastafel sebagai tempat berwudhu yang terjadi di lokasi-lokasi umum, seperti hotel, mall, dan perkantoran. Menurut Syahyuti, memaparkan bahayanya ketika seseorang menggunakan wastafel sebagai sarana berwudhu, yaitu ketika seseorang tersebut membasuh kaki, maka orang tersebut harus mengangkat kakinya ke atas (wastafel). Cara kedua yaitu dengan masuk ke kamar mandi untuk wudhu pake shower, sulitnya adalah orang yg megang shower tidak ada, maka selang shower air itu harus dipencet terus baru keluar airnya (Syahyuti, 2011).
perusahaan Malaysia telah menemukan sebuah mesin yang diklaim akan membantu muslim menyucikan diri dari hadast kecil (berwudhu). Adapun Mesin wudhu tersebut merupakan hasil sebuah pengembangan selama dua tahun yang telah menghabiskan biaya US$ 2,5 juta (Rp. 25.000.000.000.00,-) (Publisher Team, 2010). Mesin wudhu otomatis tersebut dijual seharga US$ 3 ribu - US$ 4 ribu (Rp 28 juta - Rp 38 juta) per unit (Kaskuser, 2010 dan Reuter, 2010). Namun untuk mencapai ergonomis, maka harga yang ditawarkan dapat terjangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya rancangan desain wastafel wudhu yang ergonomis, effisien, dan dapat terjangkau oleh masyarakat luas.
Tata Ruang Dalam
Respon yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan penelitian teknologi terkait, yang nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu produk yang dapat dipasarkan dan dapat terjangkau oleh masyarakat. Penelitian yang dilakukan dengan membuat rancangan desain, standar pemasangan, sistem kerja wastafel wudhu, yang nyaman, mudah, serta ergonomis, dan hemat dalam penggunaan air. (Suparwoko. 2010)
Maka dari itu perlu adanya penambahan komponen fungsi wastafel konvensional, menjadi wastafel yang dapat digunakan sebagai sarana berwudhu. Ide kreatif tersebut sebenarnya sudah direspon dengan baik oleh pemerintah Malaysia, oleh AACE Technologies,
35
Wudhu Ergonomis dan Hemat Air (WuErHa), Menuju Green Wudhu Berbasis Local Genius”
Tata Ruang Dalam
Spesifikasi Produk dan Prototipe
Mesin Wudhu AACE Technologies Rp 28 s/d 38 juta per unit
Spesifikasi alat yang ditawarkan juga melihat karakter masyarakat Indonesia pada umumnya. Teknologi memiliki tujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Alat ini juga berorientasi terhadap kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan salah satu syarat sahnya shalat yaitu berwudhu, sehingga saniter wudhu ini memiliki aspek-aspek ergonomis dan estetika yang menjadi nilai tambah untuk produk ini. WuErHa dibuat dengan menggunakan fiber-glass dan kayu, agar biaya produksi dan harga jual dapat ditekan. Sesuai hasil penelitian Suparwoko dan Jannah (2009; 2010), WuErHa memiliki beberapa unsur ergonomis sebagai berikut: 1. Tinggi kran pada kisaran 85 cm
Wastafel Wudhu sederhana (ringkas dan ringan) Rp 800.000,- s/d Rp 1.500.000 / unit
Merupakan gambaran rancangan, dan perbandingan desain wastafel yang dikembangkan oleh AACE Technologies, dan desain wastafel wudhu yang dikembangkan oleh Suparwoko, melalui tahapan penelitian yang berjudul “Usaha Produksi Wastafel 36
2. Untuk wudhu berdiri, tinggi kran direkomendasikan antara 85cm s/d 100cm. Sedangkan untuk wudhu duduk, tinggi kran direkomendasikan antara 70cm s/d 85cm 3. Jarak antar kran minimal 80 cm dan maksimal 100 cm 4. Model tempat wudhu dianjurkan menggunakan model duduk dan disertai
pijakan kaki (grill). 5. Dikarenakan dari hasil survei terungkap bahwafaktor“tidak biasa”mempengaruhi preferensi pemilihan tempat wudhu, maka diperlukan sosialisasi mengenai model tempat wudhu duduk
Detector tangan dengan sensor infra merah
Tata Ruang Dalam
detector manusia dengan sensor ultrasonik
Sedangkan untuk efisiensi penggunaan air, WuErHa mengikuti hasil penemuan Suparwoko (2010) sebagai berikut: 1. Tempat wudhu menggunakan kran yang ujung krannya memiliki saringan. 2. Tempat wudhu yang menggunakan sensor pendeteksi manusia dimana ujung kran air juga meiliki saringan. Tombol untuk menambah/ mengurangi lama kran terbuka
+
-
Detector kaki dengan sensor infra merah
Gambar Ilustrasi pemasangan tombol pengatur waktu dan pemasangan sensor pada tempat wudlu yang diajukan. Sistem otomasi kran WuErHa bekerja dengan memanfaatkan sensor “deteksi manusia”. Jika terdeteksi manusia, maka kran air membuka selama waktu yang telah diatur. Waktu ini dapat dengan mudah diatur baik oleh instalator WuErHa ataupun oleh pewudhu.
Ornamen dan Kaligrafi Masjid Bangunan masjid sebaiknya tidak dihiasi dengan aneka ragam hiasan apalagi hiasan yang mengikuti agama lain, baik pada plafon/ langit-langit, dinding, maupun lanatai, apalagi hiasan yang dapat mengganggu kekhusukan waktu ibadah terutama shalat, karena fungsi utama dari bangunan masjid adalah tempat beribadah/ tempat bermunajat/ mengingat/ menyembah Tuhan SWT.
37
Tata Ruang Dalam
38
Bangunan masjid, sebaiknya mencerminkan sebuah bentuk yang mempunyai ciri dan teknologi yang ada pada lingkungannya, dimana bangunan masjid tersebut berdiri. Bangunan masjid sebaiknya tetap indah dan menarik sebagai tempat untuk beribadah kepada Tuhan YME.
PENGKONDISIAN RUANG MASJID Penghawaan Pengkondisian udara secara buatan diciptakan melalui penggunaan AC pada ruang pengelola, gedung serba guna dan perpustakaan. Penggunaan AC dikarenakan ruangan pengelola, gedung serba guna dan perpustakaan merupakan ruang tertutup. AC yang digunakan pada ruang pengelola dan perpustakaan adalah AC jenis split yang diletakkan di dinding. Penggunaan AC pada perpustakaan juga mengurangi kelembaban ruang yang dapat berakibat jamur pada buku.
Pengkondisian Ruang Masjid
Ruang shalat menggunakan kipas angin untuk memperlancar sirkulasi udara, karena perencanaan ruang shalat memiliki banyak bukaan yang tidak sesuai jika menggunakan AC,udara dimasukkan melalui bukaan jendela dan ventilasi.
Pencahayaan Masjid Besar ini digunakan pencahayaan alami dan buatan agar dapat
Sedangkan AC yang diguanakan pada gedung serba guna adalah AC split ceiling casette, AC hanya dinyalakan ketika gedung sedang digunakan saja. AC jenis ini diletakkan di plafon sehingga udara dinginnya lebih mudah memenuhi ruang yang terisi oleh banyak orang.
menunjang semua aktivitas yang ada dalam bangunan. Pencahayaan alami dimasukkan ke dalam ruang melalui bukaan-bukaan. Bukaan tersebut harus memperhatikan arah matahari. Arah bukaan yang berada dibagian Barat harus diberi sun shading untuk mengurangi tingkat kesilauan cahaya yang masuk. Lampu yang digunakan pada seluruh ruang adalah lampu jenis flourescent yang hemat energi. Untuk ruang shalat dan ruang serbaguna menggunakan lampu yang
39
dipasang menggantung yang berfungsi sebagai penerangan dan penghias ruang.
Pengkondisian Ruang Masjid
pada ruang khusus yaitu pada ruang muadzim terdapat sebuah mixer. Perangkat pengeras Akustik suara terdiri dari microphone, indoorspeaker, dan outdoor speaker. Untuk mengkondisikan akustika ruang di Masjid Besar Kecamatan Depok Sleman maka dilakukan hal berikut: •
•
•
•
Bangunan atau ruangan yang paling sensitif seperti ruang shalat diletakkan menjauh dari sumber kebisingan paling besar yaitu jalan raya. Penggunaan kipas angin pada dalam ruangan dapat memperkecil kecepatan bunyi yang berasal dari luar ruangan menuju telinga pendengar. Penggunaan kipas angin dilakukan pada ruang yang sengaja menggunakan penghawaan alami yaitu ruang shalat. Penggunaan material yang lunak seperti tanah yang dilapisi rumput dapat meredam kebisingan dari luar ruangan. Penanaman pohon di sekeliling bangunan dan pengadaan taman di dalam kompleks Masjid Besar menjadi peredam kebisingan.
Adanya halangan seperti pagar atau dinding di sekeliling bangunan juga dapat memperkecil bunyi yang terdengar sehingga suasana tenang dapat tercapai. Aktivitas mengumandangkan adzan, shalat berjamaah dan khotbah memerlukan adanya sistem pengeras suara. Sistem ini diatur •
40
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN MASJID Pondasi Jenis pondasi yang digunakan sesuai dengan bangunan tradisional Jawa yang menjadi penekanan studi Masjid Besar. Sesuai yang direncanakan bangunan yang ada di kompleks masjid tidak bertingkat oleh sebab itu jenis pondasi yang dapat diterapkan yaitu pondasi titik dan pondasi menerus.. Pondasi titik
Pondasi titik diterapkan pada setiap bagian bawah kolom struktur.
strukturnya untuk memperkuat bangunan tradisional jawa. Namun keawetan bahan kayu lebih rendah dari beton maka struktur yang digunakan berbahan beton yang difinishing dengan menggunakan papan kayu pada bagian luarnya.
Atap Bentuk atap yang digunakan sesuai dengan bentuk bangunan tajuk lawakan lambang teplok adalah atap joglo bertingkat untuk mendapatkan kesan tinggi dan agung sesuai dengan penekanan studi Masjid Besar Kecamatan Depok, Sleman. Kuda-kuda dari konstruksi rangka batang (vakwerk) merupakan rangkaian batangbatang yang menjadi satu kesatuan yang kuat dan membentuk rangka atap.
Pondasi menerus
Beberapa syarat yang harus diperhatikan Pondasi ini harus dipasang di bawah dalam membuat konstruksi rangka batang seluruh dinding dan di bawah sloof pendukung adalah sebagai berikut: Pada tiap titik buhul (titik sampul, titik dan tidak boleh diputus-putus. Pondasi ini sambung), garis sumbu batang dan garis diterapkan diseluruh bangunan. Pondasi kerja batang harus bertemu pada satu menerus dengan menggunakan beton. titik. Bahan Bangunan Beban-beban pada rangka batang hanya boleh bekerja pada satu titik Struktur rangka bangunan yang simpul. Bahan-bahan yang bekerja pada digunakan pada Masjid Besar adalah batang antara dua titik simpul, harus struktur rangka portal, struktur ini terdiri atas dilimpahkan dahulu ke titik simpul dinding masif, balok, dan kolom. Bahan yang terdekat. Berat sendiri rangka batang digunankan pada struktur bagian tengah tetap tidak diperhatikan sebagai beban. menggunakan unsur kayu pada sebagian •
•
Struktur dan Konstruksi Bangunan Masjid
•
Struktur dan Konstruksi Bangunan Masjid
Rangka batang segitiga-segitiga stabil.
harus membentuk supaya konstruksi
UTILITAS MASJID Sistem Air Bersih Untuk memenuhi seluruh kebutuhan air bersih yang ada di Masjid Besar, air yang digunakan bersumber dari sumur dan PAM. Konsep sistem pendistribusian air yang dipakai dalam bangunan adalah down feed system karena airlebih mudah didistribusikan dan hanya menggunakan 1 buah pompa dan penyalurannya menggunakan sistem gravitasi. Sumber air untuk sistem pemadam kebakaran bersumber dari PDAM.
Sistem jaringan kotoran yang berasal dari lavatory didistribusikanb langsung ke dalam septictank. Letak septictank sebisa mungkin dekat dengan lavatory. Karena di dalam masjid terdapat banyak lavatory maka jumlah septictank dan sumur peresapan diperkirakan akan lebih dari satu.
Sistem Air Hujan Air hujan disalurkan melalui talangtalang vertikal dengan diameter muniman 3” lalu diteruskan kesaluran resapan dan pembuangan air kota.
Utilitas Masjid
Sistem Air Kotor Air kotor pada Masjid Besar Kecamtan Depok, Sleman ini terdiri dari 2 jenis yaitu air kotor yang berasal dari pantry, tempat wudhlu dan lavatory. Air kotor yang berasal dari pantry harus melalui grease trap atau bak penangkap lemak terlebih dahulu. Resapan terhubung dengan riol kota walaupun air dari resapan tidak sampai meluap hingga ke riol kota.
Resapan air hujan berfungsi menjaga air tanah di sekitar site yang nantinya akan membantu penyerapan air tanah sehingga dapat membantu ketersediaan air tanah untuk keperluan air bersih. Resapan terbuat dari lubang-lubang yang ditutupi ijuk dan daundaunan.
Jaringan Listrik
43
Sumber tegangan listrik pada Masjid Besar Kecamatan Depok,Sleman berasal dari PLN sebagai sumber listrik utama. Penggunaan listrik pada bangunan ini untuk keperluan ibadah seperti adzan cukup disediakan generator dengan daya kecil sebagai antisipasi ketika listrik PLN padam.
Jaringan Telepon dan Internet Sistem Pemadam Kebakaran Utilitas Masjid
Sistem pemadam kebakaran dalam ruangan pada Masjid Besar Kecamatan Depok yang paling efektif digunakan Fire hydrant dan Fire House Cabinet yang sumber airnya disuplai dari PDAM, sebagai antisipasi ketika terjadi kebakaran di dalam kompleks Masjid Besar Kecamatan Depok yang terdiri dari 4 massa. Hydrant diletakkan dengan jarak 10 meter dari bangunan. Sistem pemadam kebakaran juga ditunjang dengan penggunaan smoke detector pada setiap ruang sebagai pertanda ketika ada api dan asap.
Jaringan Penangkal Petir Sistem penangkal petir yang digunakan pada Masjid Besar Kecamatan Depok, Sleman menggunakan sistem konvensional, karena sifatnya yang pasif atau hanya menghantarkan
44
listrik ke dalam tanah sehingga lebih praktis. Selain itu juga karena jangkauannya dapat diperluas mengikuti bentuk bangunan Masjid Besar.