PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I
PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
BAB II
PERENCANAAN,PENGADAAN DAN PEMBERDAYAAN SDM A. B. C. D.
BAB III
Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Dasar Hukum Pengertian
Ketenagaan Perencanaan Kebutuhan Pengadaan Pemberdayaan dan Penempatan
PENGEMBANGAN & POLA KARIR A. Pola Karir B. Mutasi & Rotasi
BAB IV
PENILAIAN KINERJA ,PEMBINAAN & KESEJAHTERAAN A. B. C. D. E.
BAB V
Disiplin Hak dan Kewajiban Penilaian Kinerja Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KEPEMIMPINAN DAN TATA ORGANISASI A. B. C. D.
Kepemimpinann Struktur dan Tata Organisasi Uraian Jabatan (yang dari system SKJ) Sistem Informasi Kepegawaian (SIMKA)
BAN VI
PEMBERHENTIAN
BAB VII
PEMBIAYAAN & REMUNERASI
BAB VIII
PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN (Umum/Khusus)
C. RUANG LINGKUP Ruang Lingkup pedoman pengelolaan sumber daya manusia di RS X meliputi pengelolaan terhadap Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Non PNS mulai dari Perencanaan,Pengadaan,Pengangkatan,Penempatan,Penggajian,Pengembangan Karir,Pembinaan, Kesejahteraan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Pemberhentian.
D. DASAR HUKUM Dasar-dasar hukum yang menjadi acuan dalam pengelolaan SDM baik Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Pegawai Non PNS adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian 2. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang perbendaharaan Negara 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 6. Undang- Und Tentangang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit 7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 Tentang Sumpah dan 8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 Tentang Cuti Pegwai Negeri Sipil 9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 Tentang Pemberhentian Pegawai
10.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian PNS 11.Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 Tentang Jabatan Fungsional PNS 12.Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan PNS Dalam Jabatan Struktural 13.Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan 14.Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas PP No.100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan PNS Dalam Jabatan Struktural 15.Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Pengangkatan, Dan Pemberhentian KPNS 16.Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil 17.Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS 18.Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Tunjangan Jabatan Struktural 19.Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 Tentang Rumpun Jabatan Fungsional PNS 20.Peraturan Menpan-RB Nomor.Per/17/M.PAN/9/2800 Tetang Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis Dan Angka Kreditnya 21.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81/ MENKES/SK/I/2004 Tentang Pedoman Penyusunan SDM Kesehatan Di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit. 22.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1396/MENKES/SK/U-1/2005 Tentang Penganugrahan Penghargaan Bakti Karya Husada kepada PNS di Lingkungan Departemen Kesehatan 23.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1243/MENKES/SK/VII/2005 Tentang Penetapan 13 Eks RS Perjan Menjadi UPT Departemen Kesehatan dengan Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum 24.PMK Nomor10/PMK.02/2006 Tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewas Dan Pegawai BLU 25.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1681/MENKES/SK/XII/2005 Tentang Struktur Organisasi Dan Tata Kelola Rumah Sakit Umum Pusat RS X Padang 26.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 971 Tahun 2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabatan Struktural Kementerian Kesehatan 27. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Tentang Pengangkatan Direktur Utama RS X 28. 29.. E. PENGERTIAN 1. Rumah Sakit RS X selanjutnya disebut RS X adalah 2. Badan Layanan Umum yang selanjutnya disebut BLU adalah 3. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum adalah 4. Pejabat Pengelola BLU adalah 5. Direktur Utama adalah 6. Direktur adalah
7. Dewan Pengawas Rumah Sakit adalah 8. Pengelolaan Pegawai adalah 9. Pegawai adalah Pegawai RS X terdiri dari Pegawai Negeri Sipil RS X/ Calon Pegawai Negeri Sipil (PNS/CPNS) yang diangkat atau ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI, dan Pegawai Non PNS yang diangkat dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Utama RS X 10. Jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu sistem organisasi Negara. 11. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan kepada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
12.Peta jabatan adalah susunan jabatan yang digambarkan secara vertikal maupun horizontal menurut struktur kewenangan, tugas dan tanggung jawab jabatan serta persyaratan jabatan yang menggambarkan seluruh jabatan yang ada dan kedudukannya dalam unit kerja. 13.Dokter adalah 14.Keperawatan adalah 15.Bidan adalah 16.Penunjang Medis adalah 17.Pegawai Outsourching adalah 18.Pegawai Tidak Tetap yang selanjutnya disebut sebagai PTT atau kontrak adalah pegawai purna waktu (full time) atau paruh waktu (part time/tamu) yang bekerja sesuai kesepakatan /Ikatan Kerja Sama (IKS) dan diangkat dengan Surat Keputusan Direktur Utama RS X 19.Kredensial adalah 20. Rekredensial adalah 21. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya.
22. Kompetensi bidang adalah kompetensi yang diperlukan oleh setiap pejabat struktural sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
23.Kompetensi manajerial adalah kemampuan dan karakteristik pegawai yang diperlukan oleh setiap pejabatan struktural sesuai dengan bidang pekerjaan 24.
yang menjadi tanggung jawabnya.
25.Rotasi adalah 26.Mutasi adalah 27.Pendidikan dan Pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar
dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.
28.Remunerasi adalah 29.Penilaian Kinerja adalah 30.Pembehentian adalah
31. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai adalah suatu proses penilaian secara
sistematis yang dilakukan oleh atasan langsung terhadap sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja Pegawai 32. Perilaku kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang dilakukan oleh Pegawai atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 33. Prestasi Kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap Pegawai pada suatu satuan organisasi sesuai dengan sasaran kerja pegawangi dan perilaku kerja. 34. Rencana Kerja Tahunan (RKT) adalah rencana yan perundang memuat kegiatan tahunan dan target yang akan dicapai sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan oleh instansi pemerintah 35. Sasaran Kerja pegawai (SKP) adalah Rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang Pegawai 36. Uraian Tugas adalah suatu paparan semua tugas jabatan yang merupakan tugas pokok pemangku jabatan dalam memproses bahan kerja menjadi hasil kerja dengan menggunakan perangkat kerja dalam kondisi tertentu. 37. Target adalah jumlah beban kerja yang akan dicapai dari setiap pelaksanaan tugas jabatan. 38. Tugas Tambahan adalah tugas lain atau tugas-tugas yang ada hubungannya dengan tugas jabatan yang bersangkutan dan tidak ada dalam SKP Yang ditetapkan.. 39. Pejabat penilai adalah atasan langsung Pegawai
yang dinilai, dengan
ketentuan paling rendah pejabat struktural eselon V atau pejabat lain yang ditentukan. 40. Atasan pejabat penilai adalah atasan langsung dari Pejabat Penilai atau pejabat lain yang ditentukan. 41. IKI (Idek Kinerja Individu) adalah indikator penilaian kinerja bagi individu yang akan digunakan menjadi dasar pertimbangan pembayaran Remunerasi Pegawai 42. IKU (Indeks Kinerja Unit) adalah merupakan indikator untuk penilaian bagi Unit Kerja termasuk menjadi dasar pertimbangan dalam pembayaran Remunerasi Pegawai
BAB II PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM A. KETENAGAAN
ANALISA KEBUTUHAN TENAGA RS X
NO 1
JABATAN/ UNIT KERJA Tenaga Medis Dokter Umum Spes Bedah Umum Spes Penyakit Dalam Spes Kes.Anak Spes Obgin Spes Radiologi Spes Anesthesi Spes Patologi Klinik Spes Kesehatan Jiwa
KEADAA N
KEBUTUHA N
KEKURANGA N
40 2 26 19 15 5 8 6 6
48 7 13 38 18 10 14 4 3
8 5 -13 19 3 5 6 -2 -3
KETERANG
Untuk mengatasi kekurangan pa maka diusulkan formasi kepada Kesehatan RI tahun 2014 dianta - Dokter umum : 5 orang - Bidan : 3 orang - Perawat : 17 orang - Ners : 5 orang - Pratana Komputer : 2 orang
2
3
4
Spes Mata Spes THT Spes Kulit & Kelamin Spes Paru Spes Syaraf Spes Bedah Syaraf Spes Bedah Orthopedi Spesialis Urologi Spesialis Jantung Paru Spesialis Patologi Anatomi Spes Forensik Spes Rehabilitasi Medik Spes Bedah Plastik Spes Mikrobiologi Spes Farmasi Klinik Spes Ked.Nuklir Dokter Gigi Spesialis (Bedah Mulut) Spes.Bedah Onkologi Spesialis Orthodensia Spes.Bedah Digestif Spes.Bedah Anak Spes.Bedah Thorax Spesialis Periodonti
14 11 7 8 5 1 5 4 8 5 1 1 2 3 0 1 4 1 2 2 3 2 1 0
22 28 11 18 51 3 5 4 7 4 3 3 2 1 3 2 16 3 2 3 2 4 4 2
8 17 4 10 46 2 0 0 -1 -1 2 2 0 -2 3 1 12 2 0 1 -1 2 3 2
- Teknisi Elektromedis : 2 orang
Tenaga Keperawatan
805
876
71
Untuk peningkatan SDM dibutuh berhubungan dengan peningkat keperawatan dan peningkatan je keperawatan, DIII/DIV Kebidana dan S2 Keperawatan
Intalasi Rehabilitasi Medik - Dokter spesialis rehabilitsi medik - Fisioterapis - Okupasi terapi - Terapi wicara - Ortotis Protetis - Pekerja Sosial Medik - Psikologi Instalasi gizi : - Nutrisionis - Tenaga pengolah/ Juru Masak
15
29
14
1 9 1 2 0 0 2 85 16 39
3 12 4 3 2 2 3 110 20 48
2 3 3 1 2 2 1 25 4 9
- PAG - Pramu Saji - D III Kesling - Tenaga Komputer
1 27 1 1
1 39 1 1
0 12 0 0
Selain mengusulkan melalui form memperhatikan masuknya tena instansi lain.
Untuk pengembangan pelayana tenaga medis yang ada dioptima pendidikan dokter sub spesialis
Peghitungan kebutuhan berdasa per hari, rata-rata jam perawata jumlah jam perawatan per hari s ketergantungan pasien Untuk peningkatan SDM dibutuh banding dan peningkatan jenjan
Ka. Instalasi : 1 orang Klasifikasi pendidikan tamatan S boga + pengalaman di bidang b
5
Instalasi SIMRS
49
125
76
Klasifikasi pendidikan:minimal S Komputer dan DIII Perekam Me
6
19 5 14 89 54 15 20 8
39 16 23 117 65 27 25 14
20 11 9 28 11 12 5 6
Penghitungan berdasarkan buku radiologi untuk RSU kelas B Pe Tahun 1999
8
Instalasi radiologi - Dokter spesialis radiologi - Radiografer Instalasi farmasi - Asisten Apoteker - Apoteker -Tenaga lain-lain Instalasi Kesehatan Lingkungan
9
IPS Non Medik
34
61
27
7
10
IPS Medik
18
47
29
11
Instalasi Rekam Medis
49
59
10
12
Instalasi laboratorium klinik
24
75
51
1 orang apoteker melayani 50 r 1 orang AA melayani 60 resep/h
Jenis tenaga yang sangat dibutu - tenaga penyehatan makanan & - tenaga penyehatan tempat cuc radiasi dan sterilisasi/desinfeks Penghitungan kebutuhan berda beban kerja & uraian tugas. Klasifikasi pendidikan minimal S dan berpengalaman minimal 2 t Penghitungan berdasarkan juml pemeliharan dibandingkan deng yang dibutuhkan
Untuk peningkatan SDM dibutuh banding dan peningkatan jenjan Masing-masing Pj bertanggung kurang 100 peralatan medik per mempunyai anggota minimal 1 o
Kualifikasi tenaga yang dibutuhk Atem Untuk peningkatan SDM dibutuh banding dan peningkatan jenjan Kualifikasi tenaga minimal SMA Rekam Medis Untuk peningkatan SDM dibutuh banding dan peningkatan jenjan Satu orang analis mampu melay kerja
ANALISA KEBUTUHAN TENAGA RS X NO 1
JENIS TENAGA/ UNIT KERJA Tenaga Medis Dokter Umum Dokter Spes Bedah Umum Dokter Spes Penyakit Dalam Dokter Spes Kes.Anak
KEADAA N
KEBUTUHA N
KEKURANGA N
21 5 17 19
45 6 29 20
24 1 12 1
KETERANG
Untuk mengatasi kekurangan pa maka diusulkan formasi kepada kesehatan RI tahun 2008 dianta
2
3
4
Dokter Spes Obgin Dokter Spes Radiologi Dokter Spes Anesthesi Dokter Spes Patologi Klinik Dokter Spes Jiwa Dokter Spes Mata Dokter Spes THT Dokter Spes Kulit & Kelamin Dokter Spes Paru Dokter Spes Syaraf Dokter Spes Bedah Syaraf Dokter Spes Bedah Orthopedi Dokter Spesialis Urologi Dokter Spesialis Jantung Dokter Spesialis Patologi Anatomi Dokter Spes Forensik Dokter Spes Rehabilitasi Medik Dokter Spes Bedah Plastik Dokter Spes Mikrobiologi Dokter Spes Farma Klinik Dokter Spes Ked.Nuklir Dokter Gigi Dokter Gigi Spesialis (Bedah Mulut) Dokter Spes.Bedah Onkologi Dokter Spesialis Orthodensia Dokter Spes.Bedah Digestif Dokter Spes.Bedah Anak Dokter Spes.Bedah Thorax Dokter Spesialis Perio
17 3 5 7 4 11 5 4 4 7 1 2 2 4
20 16 9 8 5 13 10 7 8 8 4 8 5 8
3 13 4 1 1 2 5 3 4 1 3 6 3 4
- dokter umum : 10 orang - dokter spesialis radiologi : 3 or - dokter anastesi : 2 orang - dokter spesialis jiwa : 1 orang - dokter patologi anatomi : 3 ora - Konsulen Intensive care : 1 ora - dokter spesialis bedah thorax : - dokter spesialis bedah saraf : 1 - dokter spesialis rehabilitasi me - dokter spesialis forensik : 1 or - dokter spesialis patologi klinik - dokter spesialis mikrobiologi : - dokter spesialis farmakologi kl - dokter spesialis perio : 1 oran
3 2 1 0 3 2 1 6
5 3 3 1 3 5 2 8
2 1 2 1 0 3 1 2
- dokter spesialis THT : 1 orang - dokter spesialis Mata : 1 oran - dokter spesialis Bedah Mulut - dokter spesialis Bedah Plastik - dokter spesialis Bedah Orthop - dokter spesialis Kedokteran Nu
2 3 2 2 1 1 0
2 5 2 5 3 3 1
0 2 0 3 2 2 1
Tenaga keperawatan
780
847
67
Intalasi Rehabilitasi Medik - Dokter spesialis rehabilitsi medik - Fisioterapis - Okupasi terapi - Terapi wicara - Ortotis Protetis - Pekerja Sosial Medik - Psikologi Instalasi gizi :
19
27
8
1 10 1 2 2 2 1 63
3 12 4 3 2 2 1 71
2 2 3 1 0 0 0 8
Selain mengusulkan melalui form memperhatikan masuknya tena instansi lain.
Untuk pengembangan pelayana tenaga medis yang ada dioptima pendidikan dokter sub spesialis
Untuk peningkatan SDM dibutuh berhubungan dengan peningkat keperawatan dan peningkatan je keperawatan, DIII/DIV Kebidana dan S2 Keperawatan
Peghitungan kebutuhan berdasa per hari, rata-rata jam perawata jumlah jam perawatan per hari s ketergantungan pasien Untuk peningkatan SDM dibutuh banding dan peningkatan jenjan
- Ahli gizi - Tenaga pemasak
20 40
20 48
0 8
- PAG - DIII Kesling - Operator Mesin Instalasi SIMRS
1 1 1 49
1 1 1 125
0 0 0 76
8
Instalasi radiologi - Dokter spesialis radiologi - Radiografer Instalasi farmasi - Asisten Apoteker - Apoteker -Tenaga lain-lain Instalasi Kesehatan Lingkungan
19 3 16 85 54 11 20 9
39 16 23 107 65 17 25 14
20 13 7 22 11 6 5 5
9
IPS Non Medik
29
50
21
5 6
7
10
IPS Medik
11
16
5
11
Instalasi Rekam Medis
38
44
6
12
Instalasi laboratorium klinik
49
75
26
Klasifikasi pendidikan tamatan S boga + pengalaman di bidang b
Klasifikasi pendidikan:minimal S Komputer dan DIII Perekam Me Penghitungan berdasarkan buku radiologi untuk RSU kelas B Pe Tahun 1999
1 orang AA melayani 20 resep/h Rawat inap : apoteker melayani
Jenis tenaga yang sangat dibutu - tenaga penyehatan makanan & - tenaga penyehatan tempat cuc radiasi dan sterilisasi/desinfeks Penghitungan kebutuhan berda beban kerja & uraian tugas. Klasifikasi pendidikan minimal S dan berpengalaman minimal 2 t Penghitungan berdasarkan juml pemeliharan dibandingkan deng yang dibutuhkan
Untuk peningkatan SDM dibutuh banding dan peningkatan jenjan Masing-masing Pj bertanggung kurang 270 peralatan medik, da minimal 1 orang
Kualifikasi tenaga yang dibutuhk Untuk peningkatan SDM dibutuh banding dan peningkatan jenjan Kualifikasi tenaga minimal SMA Rekam Medis Untuk peningkatan SDM dibutuh banding dan peningkatan jenjan Satu orang analis mampu melay kerja
B. PERENCANAAN SDM
1. Perencanaan Sumber Daya manusia adalah proses analisis dan identifikasi yang dilakukan organisasi terhadap kebutuhan akan sumber daya manusia, sehingga organisasi tersebut dapat menentukan langkah yang harus diambil guna mencapai tujuannya.
2. Pengadaan adalah upaya proses untuk memperoleh jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat dan memenuhi syarat dalam jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan guna mencapai tujuan organisasi. 3. Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan dan penentuan pelamar yang diterima atau ditolak untuk menjadi karyawan 4. Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu 5. Analisis beban kerja adalah metode yang digunakan untuk menentukan jumlah waktu, usaha dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi (Permenkes 53/2012)
1. Tata laksana Perencanaan SDM 1. Bagian SDM meyurati seluruh unit di lingkungan RS X untuk membuat perencanaan pegawai pada bulan November setiap tahunnya. 2. Unit kerja terkait menyusun perencanaan SDM berdasarkan prinsip-prinsip diatas dan mencantumkan kualifikasi dan standar kompetensi yang jelas untuk jenis tenaga yang direncanakan. 3. Perencanaan SDM yang telah disusun oleh unit kerja dikirimkan ke Bagian SDM Paling lambat bulan Desember tahun berjalan. 4. Bagian
SDM
menganalisa
setiap
perencanaan
yang
masuk
dan
merekapitulasi dengan berkoordinasi dengan unit kerja terkait. 5. Bagian SDM membuat perencanaan SDM secara keseluruhan dan membuat prioritas pemenuhan kebutuhan selama 5 tahun. 6. Bagian SDM membuat usulan pemenuhan kebutuhan SDM melalui aplikasi Bezetting secara Online di web Biro Kepegawaian Kemenkes RI. 7. Untuk kualifikasi tenaga yang tidak terakomodir dalam aplikasi Bezetting direncanakan untuk pengadaan pegawai melalui Rekruitmen SDM Non PNS. 8. Apabila dipandang perlu Perencanaan kebutuhan SDM dapat disulkan sewaktu-waktu jika ada perubahan kebijakan yang menyebabkan perubahan
system dan prosedur, penyempurnaan organisasi atau sebab lain sesuai kebijakan Direktur. 9. Khusus untuk perencanaan kebutuhan tenaga medis spesialis dapat diusulkan melalui formasi khusus Kemenkes RI sesuai dengan 2. Cara Menghitung Kebutuhan SDM
a. Tatalaksana Pengadaan SDM Pengadaan SDM dapat melalui Formasi CPNS dan pegawai BLU (Non PNS) baik tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan a. Pengadaan SDM melalui jalur rekruitmen CPNS Kemkes RI 1. Dalam hal pengadaan SDM melalui CPNS Kemenkes RI, RS X adalah bagian dari Sub Tim Seleksi Pengadaan CPNS untuk Propinsi Sumatera Barat. 2. Dalam pelaksanaannya Sub Tim Seleksi Pengadaan CPNS Propinsi mengacu kepada Pedoman Pengadaan CPNS Kemenkes RI yang diterbitkan setiap tahunnya. 3. Khusus untuk pengadaan dokter spesialis yang tidak terpenuhi melalui formasi umum dilakukan melalui pengusulan formasi khusus Kementrian Kesehatan RI. b. Pengadaan SDM BLU melalui Rekrutmen Non PNS 1. Persyaratan Umum - Usia minimal 18 tahun dan maksimal 56 tahun, kecuali untuk pegawai -
yang memiliki kompetensi tertentu dan sangat dibutuhkan rumah sakit Berbadan dan berjiwa sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan
-
dokter Melampirkan ijazah, sertifikat dan syrat-surat yang berhubungan
-
dengan pendidikan, pelatihan dan surat terkait lainnya. Bersedia mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di RS X
2. Persyaratan Khusus - Bagi tenaga kesehatan harus mempunyai STR (Surat Tanda Registrasi) sesuai ketentuan yang berlaku
3. Pengumuman - Pengumuman
penerimaan
mencantumkan
persyaratan
pelamar,
jumlah, jenis lowongan jabatan, kualifikasi pendidikan, keahlian, batas -
waktu lamaran, alamat lamaran dan batas usia. Menggunakan media yang mudah diketahui masyarakat luas antara lain media elektronik, media cetak, papan pengumuman atau bentuk lainnya.
-
Dalam keadaan mendesak Dirut RS X dapat menyurati Pimpinan Institusi Pendidikan terkait agar merekomendasikan alumni terbaiknya untuk Pendidikan D3 minimal nilai IPK minimal 2,75 dan untuk setingkat SMA sederjat minimal nilai UN 6,5 untuk mengikuti seleksi Non PNS.
4. Seleksi Pelaksanaan rekrutmen oleh Tim/ Pengelola Bag.SDM dengan tahapan meliputi:: seleksi administrasi, tes tulis,tes psikologi dan wawancara. 1. Seleksi Administrasi Seleksi administrasi merupakan pemeriksaan dan penilaian terhadap persyaratan dan kelengkapan administrasi bagi calon pegawai Non PNS sesuai dengan ketentuan 2. Ujian Tulis Seleksi ujian tulis terdiri dari materi : a. Pengetahuajn Umum Dimaksudkan untuk menggali penguasaan informasi yang dimiliki peserta seleksi meliputi wawasan nasional, kebangsaan, regional dan internasional, serta integritas. b. Bakat Skolastik Dimaksudkan untuk menggali keseluruhan kapasitas mental untuk kemampuan verbal, kuantitatif dan kemampuan penalaran.
c. Substansi Dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan peserta seleksi yang disesuaikan dengan kompetensi jabatan atau pekerjaan. 3. Ujian Psikotes Dimaksudkan untuk
mengetaui
intelegensi,
minat,
bakat
dan
kepribadian seseorang 4. Tes Kompetensi Dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana kompetensi teknis dan keterampilan calon Pegawai Non PNS yang disesuaikan dengan kompetensi jabatan atau pekerjaan yang akan diberikan. a) Bagi peserta khusus tenaga keperawatan yang lulus tes psikologi akan dilakukan uji kompetensi teknis (kredensial) oleh Komite Keperawatan untuk persetujuan rekomendasi praktek klinik yang bersangkutan ,khusus tenaga kesehatan lainnya akan dilakukan uji kompetensi oleh unit kerja terkait/ tim ad hoc. 5. Wawancara Dimaksudkan untuk mengetahui secara lisan hal-hal yang berkaitan motivasi, perilaku profesi, komunikasi, kerja sama tim, dan hal lain yang dianggap perlu 5. Pengumuman Hasil & Penerimaan a. Pengumuman dapat dilakukan melalui media cetak, internet, papan pengumuman atau bentuk lainnya. b. Dalam pengumuman harus diinformasikan kapan, dimana, kepada pejabat mana dan batas waktu untuk melapor bagi pelamar yang diterima, Apabila sampai batas waktu yang ditentukan pelamar tidak melapor maka dianggap mengundurkan diri c. Hasil pemeriksaan kesehatan adalah sebagai penentu terakhir bagi Calon tenaga Non PNS (biaya ditanggung peserta) d. Bag. SDM membuat surat panggilan kepada semua calon pegawai yang telah dinyatakan lulus.. e. Semua calon tenaga Non PNS harus menyelesaikan semua administrasi al : Perjanjian kerja, pakta integritas, dan kelengkapan
berkas lainnya. f. Seluruh calon pegawai Non PNS yang akan bertugas harus mengikuti program layanan orientasi umum yang diselenggarakan oleh Bag. Diklit dan program layanan orientasi khusus oleh
unit terkait (tempat
penempatan). g. Bagian SDM akan membuat penetapan tempat tugas tenaga terkait berdasarkan rekomendasi Bagian/ Bidang penanggung jawab unit kerja yang ditandatangani oleh Direktur Utama h. Pengadaan Tenaga Medis Pengadaan tenaga medis (spesialis) melalui proses : 1. Usulan Formasi Khusus CPNS dengan persyaratan telahS menyelesaikan pendidikan dokter spesialis dan telah pernah menjalani PTT/magang/honorer 2. Untuk Tenaga Medis setelah lulus Psikotes akan dilakukan kredensial oleh Komite Medis guna mengetahui kewenangan klinis sesuai profesi yang bersangkutan. 3. Ikatan Kerja Sama dengan institusi lain terkait tenaga medis yang sangat dibutuhkan dan tidak dapat direalisasikan melalui formasi khusus dan umum CPNS
BAB III PENGEMBANGAN & POLA KARIR A. POLA KARIR
ALUR KARIER PNS RS X Padang
IV/d-IV/e
JABATAN STRUKTURAL ESELON I
PIM I, TEKNIS, FUNG
JABATAN FUNGSIONAL
PENILAIAN
IV/c – IV/d
JABATAN STRUKTURAL ESELON II
PIM II, TEKNIS, FUNG
JABATAN FUNGSIONAL
Karier Puncak
PENILAIAN
IV/a – IV/b
JABATAN STRUKTURAL ESELON III
PIM III, TEKNIS, FUNG
JABATAN FUNGSIONAL
Karier Tengah
PENILAIAN •
III/c – III/d (Es. IV.)
JABATAN STRUKTURAL ESELON IV
PIM IV, TEKNIS, FUNG
JABATAN FUNGSIONAL
Karier Awal
PNS PENUGASAN ORIENTASI
PENILAIAN
CPNS ALUR KARIER PNS PNS RS X Padang Penjelasan alur karier
SELEKSI
1) Jenis-jenis jabatan yang dapat dipangku seorang PNS dalam meniti karier di lingkungan RS X Padang adalah sebagai berikut: a. Jabatan Struktural b. Jabatan Fungsional (Umum dan Tertentu) 2) Pejabat Fungsional Umum dan/atau Pejabat Fungsional tertentu yang telah memenuhi syarat yang ditetapkan dengan golongan ruang minimal III/b dapat diangkat sebagai pejabat struktural eselon IV. 3) Apabila memenuhi syarat yang ditetapkan setelah sekurangkurangnya 2 (dua) tahun menduduki jabatan eselon IV, PNS tersebut dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan
eselon
III. 4) Apabila memenuhi syarat yang ditetapkan setelah sekurangkurangnya 3 (tiga) tahun menduduki jabatan eselon III, PNS tersebut dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan eselon II. 5) Apabila memenuhi syarat yang ditetapkan, PNS yang menduduki jabatan eselon II dapat dipromosikan menduduki jabatan eselon I. 6) PNS
struktural
yang
diberhentikan
dikarenakan
adanya
perampingan organisasi dapat diangkat kembali dalam jabatan struktural yang setingkat dengan jabatan sebelumnya atau setingkat lebih tinggi sesuai ketentuan yang berlaku. 7) PNS yang telah selesai menjalani hukuman disiplin (ringan dan sedang) dan mendapat surat keterangan telah selesai menjalani hukuman
disiplin
oleh
pejabat
yang
berwenang
dapat
dipertimbangkan menduduki jabatan struktural yang setingkat dengan jabatan struktural yang pernah dipangkunya sesuai ketentuan yang berlaku. 8) PNS yang dikenai sanksi dan terbukti tidak bersalah yang dinyatakan oleh pejabat yang berwenang, dapat dipertimbangkan
menduduki jabatan struktural yang setara dengan jabatan struktural yang pernah dipangkunya sesuai ketentuan yang berlaku. D.MUTASI DAN ROTASI Perputaran tugas
........
Mutasi.......Kenaikan
Pangkat,
Rotasi..........
BAB IV DISIPLIN,PENILAIAN KINERJA, PEMBINAAN & KESEJAHTERAAN A. DISIPLIN..........Ketentuan jam kerja,dsb
B. HAK DAN KEWAJIBAN.
Kewajiban Pegawai Kewajiban Pegawai adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan atau boleh dilakukan oleh setiap Pegawai berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun kewajiban-kewajiban Pegawai tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Kewajiban yang berhubungan dengan tugas di dalam jabatan; Kewajiban ini terkait dengan tugas pokok dan fungsi unit kerja masing-masing Pegawai 2. Kewajiban yang berhubungan dengan kedudukan Pegawai pada umumnya; Kewajiban ini terkait dengan kedudukan Pegawai sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat. Dapat dirinci sebagai berikut: a. Kewajiban yang ditetapkan dalam UU No.8 tahun 1974; b. Kewajiban menurut Peraturan Disiplin Pegawai; c. Kewajiban menurut Peraturan Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai; d. Kewajiban mentaati jam kerja kantor dan pemberitahuan jika tidak masuk kerja; e. Kewajiban menjaga keamanan negara dan menyimpan surat-surat rahasia; f. Kewajiban mentaati ketentuan tentang pola hidup sederhana dan larangan penerimaan pemberian hadiah; g. Kewajiban sebagai anggota KORPRI;
h. Kewajiban mentaati larangan bekerja dalam lapangan swasta dan usaha-usaha/kegiatan-kegiatan yang wajib mendapat ijin; i. Kewajiban mentaati larangan menurut kitab UU hukum pidana; j. Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan korupsi; k. Kewajiban mentaati peraturan tentang larangan mengerjakan judi; l. Kewajiban mentaati peraturan tentang keanggotaan partai polotik; 3. Kewajiban Pegawai yang tidak berhubungan dengan tugas dalam jabatan dan tidak berhubungan dengan kedudukan sebagai Pegawai pada umumnya. Kewajiban ini terkait dengan pasal 5, 28 dan 29 UU No.8 tahun 1974. B. Hak Pegawai Hak-hak Pegawai adalah sesuatu yang diterima oleh Pegawai dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi, antara lain: 1. Gaji; a. Gaji ; b. Perhitungan masa kerja; c. Kenaikan gaji pokok; d. Tunjangan. 2.
Kenaikan Pangkat;
3. Daftar Penilaian Kinerja (SKP/IKI) 4. Cuti; 5. Tunjangan cacat dan uang duka; 6. Kesejahteraan; 7. Pensiun.
C. PENILAIAN KINERJA
I.
PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai (PNS/Non PNS) bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS/Non PNS yang dilakukan berdasarkan sisten prestasi kerja dan sisten kariri yang dititkberatkan pada sistem prestasi kerja. Penilaian prestasi kerja
Pegawai dilakukan berdasarkan prinsip: a) objektif, b) terukur, c)
akuntabel, d) partisipatif, dan e) transparan. Penilaian prestasi kerja terdiri atas unsur SKP dan Perilaku Kerja. A.PENYUSUNAN SKP Setiap Pegawai wajib menyusun SKP yang memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur.Setiap kegiatan tugas jabatan yang akan dilakukan harus didasarkan pada tugas dan fungsi, wewenang, tanggung jawab, dan uraian tugasnya yang secara umum telah ditetapkan dalam struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) Penilaian SKP meliputi aspek : kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya sesuai dengan karakteristik, sifat, dan jenis kegiatan pada masing-masing unit kerja. a. Penilaian SKP dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kerja dengan target. b. SKP tidak tercapai yang diakibatkan oleh faktor diluar kemampuan individu Pegawai
maka
penilaian
didasarkan
pada
pertimbangan
kondisi
penyebabnya. 1. UNSUR-UNSUR SKP a. Kegiatan Tugas Pokok Jabatan -
Tugas pokok yang dilakukan harus didasarkan pada rincian tugas, tanggung jawab dan wewenang jabatan sesuai yang ditetapkan dalam struktur dan tata
-
kerja unit kerja. Setiap kegiatan harus mengacu pada penetapan Kinerja/Rencana Kerja Tahunan (RKT), sebagai implementasi kebijakan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditetapkan dan harus berorientasi
-
pada hasil secara nyata dan terukur Dalam melaksanakan kegiatan tugas jabatan pada prinsipnya pekerjaan dibagi habis dari tingkat jabatan yang tertinggi sampai dengan tingkat jabatan yang terendah secara hierarki,
b. Sasaran Kerja Yang Akan Dicapai Setiap pelaksanaan kegiatan tugas pokok jabatan ditetapkan sesuai dengan sasaran kerja yang akan dicapai sebagai penetapan bidang tugas prestasi kunci untuk indikator keberhasilan kerja.
c. Target Setiap pelaksanaan kegiatan tugas pokok jabatan yang telah ditetapkan sasaran yang akan dicapai harus ditetapkan target yang diwujudkan dengan jelas sebagai ukuran prestasi kerja, baik dari aspek kuantitas, kualitas, waktu dan/atau biaya. d. Tugas Tambahan dan atau Kreativitas Apabila ada tugas tambahan terkait dengan jabatan, dapat ditetapkan menjadi tugas tambahan dan/atau kreatifitas dalam pelaksanaan kegiatan tugas pokok jabatan. 2.PENILAIAN SKP Penilaian SKP dilakukan dengan menghitung tingkat capaian SKP yang telah ditetapkan untuk setiap pelaksanaan kegiatan tugas jabatan, yang diukur dengan 4 (empat) aspek yaitu aspek kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya sebagai berikut: a. Aspek kuantitas Membandingkan antara realisasi sasaran kerja dengan target kuantitas. Dalam menentukan Target Output (TO) dapat berupa dokumen, konsep, naskah, surat keputusan, paket, laporan, dan lain-lain b. Aspek kualitas Dalam menetapkan Target Kualitas (TK) harus memprediksi pada mutu hasil kerja yang terbaik, target kualitas diberikan nilai paling tinggi 100 (seratus). Nilai prestasi kerja PNS dinyatakan dengan angka dan sebutan. Nilai
Keterangan
91-100
Hasil kerja sempurna,dan pelayanan di atas Standar yg ditentukan tidak ada kesalahan, tidak ada revisi.
76-90
Hasil kerja mempunyai 1 (satu) atau 2 (dua) kesalahan kecil,tidak ada kesalahan besar, revisi, dan pelayanan sesuai Standar
61-75
Hasil kerja mempunyai 3 (tiga) atau 4 (empat) kesalahan kecil, dan tidak ada kesalahan besar, revisi, dan pelayanan cukup memenuhi standar yang ditentukan
51-60
Hasil kerja mempunyai 5 (lima) kesalahan kecil dan ada kesalahan besar, revisi, dan pelayanan tidak cukup memenuhi standar yang ditentukan
<=50
Hasil kerja mempunyai lebih dari 5 (lima) kesalahan kecil dan ada kesalahan besar, kurang memuaskan, revisi, pelayanan di bawah standar yang ditentukan
c. Aspek waktu Dalam menetapkan Target Waktu (TW) harus memperhitungkan berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, misalnya bulanan, triwulan, kwartal, semester, dan tahunan. d. Biaya (Target Biaya) Dalam menetapkan Target Biaya (TB) harus memperhitungkan berapa biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam 1 (satu) tahun, misalnya jutaan, ratusan juta, miliaran, dan lain-lain.
B. PERILAKU KERJA 1.Nilai perilaku kerja Pegawai dinyatakan dengan angka dan sebutan sebagai berikut: a. 91 – ke atas
: sangat baik
b. 76 _ 90
: baik
c. 61 _ 75
: cukup
d. 51 _ 60
: kurang
e. 50 _ ke bawah : buruk 2. Penilaian perilaku kerja meliputi aspek : a) orientasi pelayanan, b)integritas, c) komitmen, d) disiplin, e) kerja sama, dan kepemimpinan ( hanya untuk pejabat struktural) 3. Penilaian perilaku kerja dilakukan melalui pengamatan oleh pejabat penilai tarhadap pegawai sesuai kriteria yang ditentukan 4. Pejabat penilai dalam melakukan penilaian perilaku kerja pegawai dapat mempertimbangkan masukan dari pejabat penilai lain yang setingkat di lingkungan unit kerja masing-masing 5. Nilai Perilaku kerja dapat diberikan paling tinggi 100 (seratus) C.PENILAIAN PRESTASI KERJA
a. Penilaian prestasi kerja dilakukan dengan cara menggabungkan penilaian SKP dengan penilaian perilaku kerja. b. Bobot nilai unsur SKP 60 % (enam puluh persen) dan perilaku kerja 40 % (empat puluh persen). c. Penilaian prestasi kerja dilakukan setiap akhir Desember pada tahun yang bersangkutan dan paling lama akhir Januari tahun berikutnya
D. ALUR PENYUSUNAN SKP Cetak formulir SKP
Pengisian SKP sesuai tupoksi
Entri data SKP
Di cetak oleh unit kerja terkait yang berkoordinasi dengan Bag.SDM PNS diketahui Atasan langsung mengisi output SKP berdasarkan RKT unit kerja Petugas yang ditunjuk melakukan entri Output / koordinasi dengan Bag. SDM Unit kerja terkait atau difasilitasi Bag. SDM
Print out SKP Penandatanganan print out masing-masing PNS Persetujuan atasan langsung (pejabat penilai) Persetujuan atasan pejabat penilai
Penilaian SKP
I.
Berdasarkan pencapaian output 1 tahun
PENILAIAN KINERJA INDIVIDU DAN UNIT KERJA
Penilaian kinerja individu (IKI) dan penilaian kinerja unit (IKU) erat kaitannya dengan pembayaran remunerasi. Sesuai kebijakan berupa gaji dan insentif (bonus) yang bersifat variabel
1). Indikator Kinerja Individu (IKI) Indikator Kinerja Individu (IKI) ditetapkan melalui suatu penilaian kinerja yaitu dengan membandingkan antara pencapaian dengan target kinerja sesuai dengan jabatan fungsional pegawai (JFU/JFT). Adapun
hasil
dari
penilaian
terhadap
total
kinerja
individu
dapat
dikelompokkan dalam sekurang-kurangnya 9 (sembilan) tingkatan yaitu : Tabel 2.1 Nilai IKI Direktur Utama dan Direktur RSUP RS X padang
CAPAIAN TARGET
NILAI IKI
95 sd ≤ 100
2,00
85 sd < 95
1,75
75 sd < 85
1,5
65 sd < 75
1,25
55 sd < 65
1,00
45 sd < 55
0,75
35 sd < 45
0,50
25 sd < 35
0,25
< 25
0
Tabel 2.2 Penilaian Kinerja Individu (IKI) Medik Spesialis RSUP RS X Padang
CAPAIAN TARGET
NILAI IKI
300 % sd ≤ 330 %
3,00
275 % sd < 300 %
2,75 sd < 3,00
250 % sd < 275 %
2,50 sd < 2,75
225 % sd < 250 %
2,25 sd < 2,50
200 % sd < 225 %
2,00 sd < 2,25
175 % sd < 200 %
1,75 sd < 2,00
150 % sd < 175 %
1,50 sd < 1,75
125 % sd < 150 %
1,25 sd < 1,50
100 % sd < 125 %
1,00 sd < 1,25
75 % sd < 100 %
0,75 sd < 1,00
50 % sd < 75 %
0,50 sd < 0,75
25 % sd < 50 %
0,25 sd < 0,50
< 25 %
0
Tabel 2.3 Penilaian Kinerja Individu (IKI) Selain Medik Spesialis RSUP RS X Padang
CAPAIAN TARGET
NILAI IKI
200 % sd ≤ 220 %
2,00
175 % sd < 200 %
1,75 sd < 2,00
150 % sd < 175 %
1,50 sd < 1,75
125 % sd < 150 %
1,25 sd < 1,50
100 % sd < 125 %
1,00 sd < 1,25
75 % sd < 100 %
0,75 sd < 1,00
50 % sd < 75 %
0,50 sd < 0,75
25 % sd < 50 %
0,25 sd < 0,50
< 25 %
0
2). Indikator Kinerja Unit (IKU) Penilaian kinerja RSUP RS X Padang berdasarkan indikator kinerja RS BLU Kemenkes RI tahun 2013. Aspek yang dinilai dijadikan target kerja yang tertuang pada kontrak kinerja a. Aspek keuangan dengan skor paling tinggi 30% b. Aspek pelayanan dengan skor paling tinggi 70 dimana layanan 35% dan mutu/manfaat 35%
Dari target kinerja tersebut diatas yang tertuang pada kontrak kinerja Direktur Utama RSUP RS X Padang dengan Dirjen BUK Kemenkes atas nama Menteri Kesehatan dan dijadikan target kinerja terpilih dengan 10 indikator kinerja terpilih yang dituangkan dalam kontrak kinerja Direktur Utama RSUP RS X Padang dengan Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI atas nama Menteri Keuangan RI. Indikator kinerja terpilih tersebut didistribusikan pada masing-masing unit kerja berdasarkan tugas pokok dan fungsi organisasi sebagai berikut: Tabel 2.5 Penilaian Kinerja Unit (IKU) RSUP RS X Padang
NO 1
KATEGORI NILAI BAIK SEKALI
TARGET KINERJA >100
NILAI IKI 1.1
2
BAIK
80- 100%
1
3
SEDANG
50- 79%
4
KURANG
< 50%
E. PEMBINAAN HUKUMAN DISIPLIN Tingkat dan jenis hukuman disiplin:
KETERANGAN Pencapaian kinerja unit harapan
total target jauh melebihi
Pencapaian target memenuhi harapan
kinerja
0.75
Pencapaian memenuhi
hanya
0.5
Pencapaian kinerja kurang
kinerja
1. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari: a. Hukuman disiplin ringan, b. Hukuman disiplin sedang, dan c. Hukuman disiplin berat 2. Jenis hukuman disiplin ringan, terdiri dari: a. Teguran lisan, b. Teguran tertulis, dan c. Pernyataan tidak puas secara tertulis. 3. Jenis hukuman disiplin sedang, terdiri dari: a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun b. Penundaaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun, dan c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selam 1 (satu) tahun 4. Jenis hukuman disiplin berat, terdiri dari: a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga)tahun b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah c. Pembebasan dari jabatan d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS, dan e. Penberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
Tdk msk krja
Hukaman Disiplin
5 Hr
Teguran lisan
6 – 10 hr
Teguran tertulis
11 – 15 hr
Prnyataan tdk puas scr trtulis
16 – 20 hr
Penundaan KGB
21 – 25 hr
Penundaan KP
26 – 30 hr
Penurunan pangkat 1 tkt lbh rndah slma 1 th
31 – 35 hr
Penurunan pangkat 1 tkt lbh rndah slma 3 th
36 – 40 hr
Pmindhn dlm rangka pnurunan jabt 1 tkt lbh rendah
41 – 45 hr
Pembebsan dari jabatan
46 hr / lbh
Pemberhentian (PDH tidak atas permintaan sendiri / PTDH))
Contoh kasus:
Pegawai AA Pada Bulan Januari 2011 tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas selama 6 hari kerja. Pada Bulan Maret 2011 kembali tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas selama 7 hari kerja. Bulan Mai tidak masuk kerja selama 5 hari kerja. Intervensi yang dlakukan terhadap pegawai AA adalah : a. Pegawai AA dipanggil oleh atasan langsung sesuai format yang telah ditentukan, dengan tembusan surat panggilan ke Bag. SDM dan unit kerja terkait. b. Pembuatan BAP dilakukan secara tertutup dan ditandatangani pejabat pemeriksa dan pegawai AA. c. Setiap pegawai tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas dibuat surat panggilan dan BAP-nya d. Selama 1 tahun, seluruh absensi ketidakhadiran Pegawai diakumulasikan, disesuaikan dengan jenis hukuman disiplin sesuai PP 53/2010. e. Pegawai AA tidak masuk kerja selama 1 tahun adalah 18 hari kerja, maka jenis hukuman disiplin yang dijatuhkan adalah penundaan kenaikan gaji berkala f.
Kesimpulan : seluruh ketidakhadiran selama 1 tahun diakumulasikan, untuk jenis hukuman disiplin ringan, maka yang menjatuhkan hukuman disiplin adalah atasan langsung, dan untuk jenis hukuman disiplin sedang dan berat, maka tim pemeriksa dan pejabat Pembina kepegawaian yang menjatuhkan hukuman disiplin.
V. PEJABAT YANG BERWENANG MENGHUKUM Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan dan atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena melanggar peraturan disiplin PNS
1. Tingkat Ringan Berdasarkan hasil pemeriksaan yang tertuang pada berita acara pemeriksaan
maka
atasan
menjatuhkan
hukuman
disiplin
langsung ringan
secara
bagi
PNS
tertulis yang
dapat
melakukan
pelanggaran sesuai ketentuan. Keputusan hukuman disiplin disampaikan
secara tertutup oleh pejabat berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk kepada PNS yang bersangkutan serta tembusannya disampaikan kepada pejabat / unit kerja terkait (SDM). Penyampaian keputusan hukuman yang dimaksud dilakukan paling lambat 14 (empat Belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan. Bila PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir pada saat penyampaian keputusan
hukuman
disiplin,
keputusan
dikirim
kepada
yang
bersangkutan. Pejabat yang berwenang menghukum adalah atasan langsung pegawai
yang melakukan Pelanggaran (Ka. Instalasi atas
rekomendasi kepala ruangan dan Pengelola Perawatan). 2. Tingkat sedang Pejabat yang berwenang menghukum :
1. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi pejabat Struktural eselon III kebawah, fungsional tertentu jenjang muda dan penyelia kebawah dilingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sesuai pasal 7 ayat (3), huruf c. 2. Pejabat struktural eselon II dan pejabat setara menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi Pejabat struktural eselon IV dan Tenaga Fungsional umum Golongan II-c s/d III-b dilingkungannya untuk jenis hukuman pasal 7 aat 3 huruf a dan b, termasuk PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan dilingkungan RS. 2. Pejabat struktural eselon III dan pejabat setara menetapkan penjatuhan hukuman diiplin bagi Ka. Instalasi atau setara , tenaga fungsional tertentu dan fungsional umum Golongan II-a dan II-b dilingkungannya, untuk jenis hukuman disiplin yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) huruf a dan b, termasuk PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan dilingkungan RS. 3. Pejabat struktural eselon IV dan pejabat setara (Ka. Instalasi) menetapkan penjatuhan hukuman diiplin bagi : PNS / tenaga fungsional tertentu, fungsional umum dengan Golongan Ia s/d I.d untuk jenis hukuman disiplin yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) huruf a dan b, termasuk PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan dilingkungan RS 3. Tingkat berat Untuk pelanggaran disiplin tingkat berat, maka pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat Pembina kepegawaian
pusat atas rekomendasi pejabat Pembina kepegawaian di instanasi vertikal. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi: 1. Struktural eselon II dilingkungan instansi vertikal dan pejabat setara untuk jenis hukuman disiplin sesuai pasal 7 ayat (4); 2. Fungsional tertentu jenjang Utama dilingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sesuai pasal 7 ayat (4); 3. Fungsional umum Goongan IV/d dan IV/e dilingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sesuai pasal 7 ayat (4) huruf a, d dan e; 4. Struktural eselon III kebawah, fungsional tertentu jenjang muda dan penyelia kebawah dilingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sesuai pasal 7 ayat 4 Fungsional umum golongan III/d ke bawah diingkungannya untuk hukuman disiplin sesuai pasal 7 ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e F. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA........ Pemeriksaan Kes, Imunisasi
BAB V KEPEMIMPINAN DAN TATA ORGANISASI A. KEPEMIMPINAN & KOMPETENSI
Pemimpinan adalah seorang yang memiliki keterampilan untuk mempengaruhi atau menggerakkan perilaku orang lain mampu bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan di RS X Padang terdiri dari Pimpinan Jabatan Struktural (Eselon 2a, 2b, 3a,4a) dan Jabatan Non Struktural yang disetarakan dengan eselon 3 (SPI,Komite-Komite,Instalasi,dan SMF). Untuk mempengaruhi atau menggerakkan perilaku orang lain mampu bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi maka seorang pimpinan yang memangku jabatan struktural maupun non struktural harus memiliki kompetensi mengacu pada Permenkes Nomor 971 Tahun 2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kementerian Kesehatan.Standar Kompetensi dimaksud adalah sebagai berikut. Standar Kompetensi Jabatan Struktural RS X Padang Tabel 5.1 Standar Kompetensi Khusus Jabatan Struktural Esselon II GOLONGAN / NO 1.
PENGALAM-
JABATAN
PENDIDIKAN
DIKLAT
Direktur
dr. Spesialis,
Utama
dengan
Pembina
Pimpinan
menduduki
kompetensi
Utama Muda
Tk. II bagi
jabatan
S2
/ IV-c
PNS
eselon II b
Diklat
RS
Manajeme
minimal
n
pernah
kesehatan
memimpin
/ RS
Kls C
PANGKAT PNS : minimal
Manajemen
RS/Kes
2
PNS :minimal
Diklat
AN KERJA
PNS:pernah
Kls
B/
Direktur
Dr.Spesialis
Medik &
dengan
Pembina
Pimpinan
menduduki
Ke-
kompetensi
Tingkat I /
Tk. II bagi
jabatan
perawata
S2
IV-b
PNS
eselon III a
n
Manajemen
RS/Kes
Diklat
PNS:pernah
Diklat Manajemen kese-hatan
3
Direktur
S2
/ RS PNS :minimal Diklat
Pernah
Umum,
Manajemen
Pembina
Pimpinan Tk.
mendu-duki
SDM &
Kesehatan
Tingkat I / IV-b
II bagi PNS
jabatan eselon
Diklat Manaje-
Pendidika n
III a dalam dua
ment
jabatan
yang
kesehatan /
berbeda
atau
RS
jabatan fungsional yang setingkat dengan golongan IV-a
4
PNS :minimal Diklat
Pernah
Manajemen
Pembina
Pimpinan Tk.
mendu-duki
dengan dasar
Tingkat I / IV-b
II bagi PNS
jabatan eselon
Direktur Keuangan
S2
pddk
S1
Diklat
III a dalam dua
Ekonomi
Manajemen
jabatan
yang
Manajemen
kesehatan /
berbeda
atau
atau
RS
jabatan
Akuntansi
fungsional yang setingkat dengan golongan IV-a
Tabel 2. Standar Kompetensi Khusus Jabatan Struktural Esselon III a GOLONGAN NO 1.
JABATAN
PENDIDIKAN
/PANGKAT
PENGALAM-AN DIKLAT Diktat
KERJA
Kepala
Medik ,
Minimal
Bidang
minimal dr/
Penata Tk. I /
Pimpinan
menduduki
Yan M
Drg
Ill-d
Tk. III
jabatan
Diklat
edik
Pernah
Esselon IV atau
Administrasi
jabatan
Rumah Sakit
fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d
2.
Kepala
S2
Bidang
Keperawatan
Yan
minimal S1
Min.Penata Tk. Diktat
Pernah
I / Ill-d
Pimpinan
menduduki
Tk. III
jabatan
Keperawa
- Diklat
Keperawatan
tan
Esselon IV atau
Administrasi
jabatan
Rumah Sakit
fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d
3.
Kepala
Minimal S1
Min.Penata Tk. Diktat
Pernah
Bagian
Manajemen
I / Ill-d
Pimpinan
menduduki
SDM
Kesehatan
Tk. III
jabatan
atau yang
Diklat
disetarakan
Esselon IV atau
Administrasi
jabatan
Rumah Sakit
fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d
4.
Kepala
Dokter / Drg
Min.Penata Tk. Diktat
Pernah
Bagian
minimal S1
I / Ill-d
Pimpinan
menduduki
Diklat
Manajemen
Tk. III
jabatan
Kesehatan
Diklat
Esselon IV atau
Administrasi
jabatan
Rumah Sakit
fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d
5.
Kepala
Minimal S1
Bagian
Manajemen
Perencana
Kesehatan
an
atau yang disetarakan
Penata Tk. I / Ill-d
Diktat
Pernah
Pimpinan
menduduki
Tk. III
jabatan
Diklat
Esselon IV atau
Manajemen
jabatan
Kesehatan /
fungsional
Rumah Sakit
yang
disetarakan dengan golongan III-d
6.
Kepala
Minimal S1
Bagian
Ekonomi
Perbenda
(manajemen/a
haraan
kuntansi)
Penata Tk. I / Ill-d
Diktat
Pernah
Pimpinan
menduduki
Tk. III
jabatan
Diklat
Esselon IV atau
dan
Manajemen
jabatan
Mobilisasi
Kesehatan /
fungsional
Dana
Rumah Sakit
yang disetarakan dengan golongan III-d
7.
Kepala
Minimal S1
Penata Tk. I /
Bagian
Ekonomi
Ill-d
Akuntansi
(manajemen/a kuntansi
Diktat
Pernah
Pimpinan
menduduki
Tk. III
jabatan
Diklat
Esselon IV atau
Manajemen
jabatan
Kesehatan /
fungsional
Rumah Sakit
yang disetarakan dengan golongan III-d
8.
Kepala
Minimal S1
Penata Tk. I /
Bagian
Manajemen
Ill-d
Umum
Kesehatan atau yang
Diktat Pimpinan
menduduki
Tk. III
jabatan
Diklat
disetarakan
Pernah
Esselon IV atau
Manajemen
jabatan
Kesehatan /
fungsional
Rumah Sakit
yang disetarakan dengan golongan III-d
9.
Kepala
Minimal S1
Penata Tk. I /
Bidang
Manajemen
Ill-d
Fasilitas
Kesehatan
Diktat
Pernah
Pimpinan
menduduki
Tk. III
jabatan
Medik
Diklat
atau yang disetarakan
Esselon IV atau
Manajemen
jabatan
Kesehatan /
fungsional
Rumah Sakit
yang disetarakan dengan golongan III-d
Tabel 2. Standar Kompetensi Khusus Jabatan Non Struktural GOLONGAN NO
JABATAN
1.
Ketua SPI
PENDIDIKAN
/PANGKAT
PENGALAM-AN DIKLAT
KERJA
S2
Minimal
Diktat Auditor
Pernah
Manajemen
Penata Tk. I /
Diklat
menduduki
Kesehatan/
Ill-d
Minimal S 1
Administrasi
jabatan
Rumah Sakit
Esselon IV atau
Manajemen
jabatan
Kesehatana/
fungsional
Umum
yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d
2.
Ketua Komite Medik
Medik Spesialis
Min.Pembina Tk. I /IV-a
Diktat Audit
Pernah
Medik
menduduki
- Diklat
jabatan Ka
Akreditasi
SMF atau
RS/
jabatan
Keselamata
fungsional
n Pasien
yang disetarakan dengan golongan III-c /
III-d 3.
Ketua
Minimal S1
Min.Penata Tk. Diktat
Pernah
Komite
Keperawatan
I / Ill-d
Pimpinan
menduduki
Tk. III d
jKa SPF atau
Keperawa tan
Pengelola
Diklat Manajemen
Perawatan
Keperawata
atau jabatan
nt
fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d
4.
Ketua
Medik
Min.Penata Tk. Diktat
Pernah
PPIRS
Spesialis,
I / Ill-d
Pengendalia
menduduki
n Infeksi RS
jabatan Ka
min.Dokter / Drg
SMF atau
Diklat Akreditasi
jabatan
Rumah Sakit
fungsional yang disetarakan dengan golongan III-c / III-d
5.
Ketua UMKK
S2 Manajemen
Penata Tk. I / Ill-d
RS/Kes atau min. Medik
Diktat
Pernah
Manajemen
menduduki
Mutu
jabatan fungsional
Diklat
Spesialis
Manajemen
yang
Kesehatan /
disetarakan
Rumah Sakit
dengan golongan III-d
1.Kepala Instalasi
Minimal S1
Penata Tk.I/
Diklat Manaj
Pernah menduduki
d
Rawat
Kesehatan
III-d
Inap
Kebidanan dan Anak
emen
jabatan
RS Diklat
fungsional
Manaj
disetarakan
atau yang
emen 2.Kepala
Minimal S1
Penata Tk I/III-
Instalasi
Kesehatan
d
Mutu
Rawat Inap Bedah 3.Kepala
idem Minimal S1 Kesehatan
Instalasi
idem Penata Tk I/IIId
Rawat Inap Non Bedah
Konsultan
4.Kepala
Intensif
Instalasi
Care/min.Dr.S
Rawat
pesialis
Penata Tk I/III-
Intensif
Anastesi
d
5.Kepala Instalasi Gawat Darurat
Anastesi
idem Penata Tk I/III-
idem
d
idem
Penata Tk I/IIIDokter
Sentral
Anastesi/
d idem
Bedah
idem
Idem
Instalasi
,Kemotera
idem
Bedah atau
Badah
k
idem
Konsultan
Instalasi
Diagnosti
idem
idem
6.Kepala
7.Kepala
idem
Minimal S1 Kesehatan
pi dan HD
idem idem
Idem
8.Kepala Instalasi Rawat
Minimal S1
idem
Jalan
Kesehatan
Idem
9.Kepala Instalasi Radiologi & Radiotera pi 10.Kepala Instalasi
idem idem
Spesialis Jantung/ minimal S 1
idem Idem
Kesehatan Minimal S1
idem idem
idem idem
idem
Kesehatan Idem
Rawat idem
Inap Ambun
Minimal
Pagi
Apoteker
Idem
idem
11.Kepala Instalasi Farmasi
idem
Radiolog/Sp Rad
Idem
idem
12.Kepala Instalasi Radiologi & Radiotera pi
idem Spesialis
Idem
idem
Patologi Klinik
13.Kepala Instalasi Laboratot orium
Idem
idem
Spesialis RM idem
Sentral 14.Kepala
S 1 /Minimal D
Instalasi
3 Elektro
Rehabilita
Medik dengan
si Medik
pengalaman
15.Kepala
Minimal S 1
Pem.Sara
Kesehatan
(IPSM)
Idem
10 tahun
Instalasi na Medik
idem idem idem idem Idem
16.Kepala
idem
Instalasi
Idem
Pem.Sara na Non
S 2 Nutrisionis
Medik
/ Minimal S 1
(IPSNM)
Gizi
17.Kepala
Minimal S
Instalasi
1Manajemen
idem idem idem
Idem
idem idem
Gizi Idem 18.Kepala Instalasi
Minimal S
Binatu
1Manajemen
idem Idem
19.Kepala Instalasi CSSD 20.Kepala Instalasi
idem idem
Minimal S 1 idem
Kesehatan Dr.Sp Bedah
Idem
Orthoped
Kesling Idem
21.Kepala Instalasi
Minimal S1
Bank
Kesehatan
idem idem
Jaringan 22.Kepala Instalasi Humas
idem Minimal S 1 Kesehatan
Idem
idem
23.Kepala Instalasi Promkes
idem
& Pemasara
Idem
idem
n Dr.Sp Forensik/ 24.Kepala Instalasi Pemulasar
idem
minimal Dr.Umum
Idem
idem
an Jenazah 25.Kepala
Minimal S 1 Manajemen
idem
Instalasi Tata
Idem
Usaha
Dokter/
Rawat
Minimal D 3
Pasien
Rekam Medis
(TURP)
masa kerja 10
26.Kepala
idem
tahun idem
Instalasi Rekam Medik S 2 Informasi 27.Kepala
/ Minimal S 1
Instalasi
Manajemen/Ko
SIM RS
mputer
Tabel 5.2. Standar Kompetensi Khusus Jabatan Struktural Esselon IV
NO
JABATAN
PENDIDIKA N
1.
Kasi.
Setingkat
Renbang
S1/D4
Pelayanan
Kesehatan
Medik
GOLONGAN /PANGKAT Penata Muda Tk. I / Ill-b
DIKLAT
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat Manajemen
PENGALAMAN KERJA Berpengalama n sebagai Pejabat Non Struktural
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
2.
Kepala
Setingkat
Penata Muda
Seksi
S1/D4
Tk. I / Ill-b
Monev Yan.
Kesehatan
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Medik
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Manajemen
Struktural
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
3.
Kasi.
Setingkat
Penata Muda
Renbang
S1/D4
Tk. I / Ill-b
Fasi.litas
Kesehatan
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Yan. Medik
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Manajemen
Struktural
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
4.
Kepala Seksi
Setingkat
Penata Muda
Diklat Pimpinan
Berpengalama n sebagai
Monev Fasilitas Yan. Medik
5.
S1/D4
Tk. I / Ill-b
Tk. IV Diklat
Kesehatan
Kepala
S1
Penata Muda
Seksi
Keperawatan,
Tk. I / Ill-b
Renbang
Pejabat Non Struktural
Manajemen
sesuai dengan
Kesehatan /
bidang
RS
tugasnya
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Yan.
Manajemen
Struktural
Keperawata
Kesehatan /
sesuai dengan
n
RS
bidang tugasnya
6.
Kepala
S1
Penata Muda
Seksi
Keperawatan
Tk. I / Ill-b
Monev. Yan.
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Keperawata
Manajemen
Struktural
n
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
7.
Kepala Sub
Setingkat
Penata Muda
Bagian
S1/D4
Tk. I / Ill-b
Mutasi dan
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Pengemban
Manajemen
Strktural
ga
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
n Pegawai 8.
Kepala Sub
Setingkat
Penata Muda
Bagian
S1/D4
Tk. I / Ill-b
Administras i SDM
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Manajemen
Struktural
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
8.
Kepala Sub
Setingkat
Penata Muda
Bagian Tata
S1/D4
Tk. I / Ill-b
Usaha
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Manajemen
Struktural
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
10.
Kepala Sub Bagian
Setingkat
Penata Muda
S1/D4
Tk. I / Ill-b
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Rumah Tangga
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Manajemen
Struktural
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
11.
Kepala Sub Bagian Diklit Medik
Setingkat S1/D4
Penata Muda Tk. I / Ill-b
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Manajemen
Struktural
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang
tugasnya 12.
Kepala Sub Bagian
Setingkat S1/D4
Penata Muda Tk. I / Ill-b
Diklit Non
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Medik
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Manajemen
Struktural
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
13.
Kepala Sub
Minimal S1/D4
Penata Muda
Bagian
Kesehatan
Tk. I / Ill-b
Evaluasi
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
dan
Manajemen
Struktural
Pelaporan
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
14.
Kepala Sub
Setingkat
Penata Muda
Bagian
S1/D4
Tk. I / Ill-b
Penyusuna
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
n Anggaran
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Manajemen
Struktural
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
15.
Kepala Sub
S1/D4
Bagian
Ekonomi atau
Mobilisasi
minimal D3
Dana
Ekonomi
Penata Muda Tk. I / Ill-b
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Manajemen
Struktural
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
16.
Kepala Sub
S1/D4
Bagian
Ekonomi atau
Perbendaha
minimal D3
raan
Ekonomi
Penata Muda Tk. I / Ill-b
Diklat Pimpinan Tk. IV Diklat
Berpengalama n sebagai Pejabat Non
Manajemen
Struktural
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
17.
Kepala Sub
S1/D4
Penata Muda
Diklat Pimpinan
Berpengala-
Bagian
Ekonomi atau
Akuntansi
minimal D3
Keuangan
Ekonomi
Tk. I / Ill-b
Tk. IV
man sebagai
Diklat
Pejabat Non
Manajemen
Struktural
Kesehatan /
sesuai dengan
RS
bidang tugasnya
18.
Kepala Sub
S1/D4
Penata Muda
Bagian
Ekonomi atau
Verifikasi
minimal D3
dan
Ekonomi
Diklat Pimpinan
Tk. I / Ill-b
Berpengalaman sebagai
Tk. IV
Pejabat Non
Diklat Manajemen
Struktural
Akuntansi
Kesehatan /
sesuai dengan
Manajemen
RS
bidang tugasnya
. St
Tabel 5.3. Standar Kompetensi Dasar ESELON N
KOMPETENSI DASAR
II
III
IV
O 1
Integritas
3
2
1
2
Kepemimpinan
3
2
1
3
Perencanaan dan
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Penganggaran 4
Pengorganisasian
dan
Kerjasama 5
Feksibilitas
Tabel 5. 4 Standar Kompetensi Bidang
ESELON N
KOMPETENSI BIDANG
II
III
IV
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
O 1
Mengarahkan dan Mengembangkan Orang Lain (MOL)
2
Berorientasi pada Kualitas (BpK)
3
Berpikir Analitis/ Konseptual (BAK)
4
Keahlian Teknis/Profesional/Manajerial (KTPM)
5
Inovasi dan Pengambilan Keputusan (IPK)
6
Komunikasi (K)
3
2
1
7
Berorientasi pada
3
2
1
Pelayanan (BpP)
Keterangan tabel :
Angka 3, artinya bahwa pejabat struktural setingkat Eselon II harus memiliki kompetensi integritas tingkat 3, yaitu bertindak berdasarkan nilai walaupun sulit untuk melakukannya.
Angka 2, artinya bahwa pejabat struktural setingkat Eselon III harus memiliki kompetensi integritas tingkat 2, yaitu melakukan tindakan yang konsisten dengan nilai dan keyakinannya.
Angka 1, artinya bahwa pejabat struktural setingkat Eselon IV harus memiliki kompetensi integritas tingkat 1, yaitu memahami dan mengenali perilaku sesuai dengan kode etik.
Tabel 5.5. Definisi Operasional Standar Kompetensi Dasar
NO .
KOMPESENSI
DEFINISI OPERASIONAL
DASAR 1
Integriras
Suatu
kualitas
pribadi
yang
mencerminkan kecerdikan,kesungguhan,keutuhan,
dan
kesediaan untuk bertindak serta berlaku bijak dalam mengemban tugas demi kepentingan dan kemaslahatan bersama. 2
Kepemimpinan
Kemampuan untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain dengan tujuan agar mereka mengikuti /mendukung rencana kerja organisasi
3
Perencanaan dan Penganggaran
Perencanaan dan Penganggaran (PP) Kemampuan untuk merumuskan rencana/program kerja dan anggaran dalam rangka mencapai tujuan organisasi
4
Pengorganisasian
Kemampuan untuk pengorganisasian dan
dan Kerjasama
menjalin kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi
5
Feksibilitas
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerja secara efektif dalam situasi dan kondisi yang berbeda
Tabel 5.6. Definisi Operasional Standar Kompetensi Bidang
NO
KOMPESENSI
.
DEFINISI OPERASIONAL
DASAR 1
2
Mengarahkan dan
Melakukan upaya untuk mendorong
Mengembangkan
pengarahan dan pengembangan orang lain
Orang Lain (MOL)
agar bekerja lebih optimal
Berorientasi pada
Melaksanakan tugas secara teliti
Kualitas
berdasarkan prosedur yang berlaku dan
(BpK) 3
mempertimbangkan aspek dari pekerjaan
Berpikir Analitis
Kemampuan berpikir analitis konseptual
Konseptual (BAK)
sesuai ketentuan dan kebijakan terkait dengan posisi dan kewenangannya.
4
Keahlian
Penguasaan bidang pengetahuan yang
Teknis/Profesional/-
terkait dengan pekerjaannya dan memiliki
Manajerial (KTPM)
motivasi untuk mengembangkan/memberikan pengetahuan kepada orang lain
5
Inovasi dan
Melakukan inovasi dan identifikasi
Pengambilan
terhadap masalah dalam pekerjaan dan
Keputusan (IPK)
menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pencapaian tujuan
6
Komunikasi (K)
Menyampaikan informasi/pendapat kepada pihak lain dan membantu mereka untuk memahami informasi/pendapat yang disampaikan.
7
Berorientasi pada
Kemampuan untuk menyelaraskan sikap
Pelayanan (BpP)
dan perilaku dengan mengutamakan kepentingan pelayanan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi organisasi
B. STRUKTUR ORGANISASI
C. SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN (SIMKA)
BAN VI PEMBERHENTIAN
BAB VII PEMBIAYAAN DAN REMUNERASI
BAB VIII
PENUTUP