Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2016
a
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
TIM PENYUSUN
drg. Kartini Rustandi, MKes Jelsi Natalia Marampa, SKM, MKKK Mila Tejamaya, SSi, MOHS, PhD Ike Pujiriani, SKM, MKKK Elsye As Sara, SKM, MKKK, MSc, CIH Audrey Adhisty Balzar, Balzar, SKM
b
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
TIM PENYUSUN
drg. Kartini Rustandi, MKes Jelsi Natalia Marampa, SKM, MKKK Mila Tejamaya, SSi, MOHS, PhD Ike Pujiriani, SKM, MKKK Elsye As Sara, SKM, MKKK, MSc, CIH Audrey Adhisty Balzar, Balzar, SKM
b
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan bimbingan-Nya, buku Pedoman Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan ini dapat tersusun dengan baik. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang memiliki risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) lebih tinggi serta karakteristik yang berbeda dengan tempat kerja lain. Salah satua spek penting dalam pelaksanaan K3 adalah manajemen Risiko yang bertujuan agar risiko yang mungkin timbul dan pekerjaan dan lingkungan kerja dapat dikelola, diminimalisasi sehingga mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerja yang ada di tempat kerja tersebut. Pedoman manajemen Risiko di Fasilitas Pelayanan Kesehatan disusun agar dapat menjadi acuan melakukan langkah-langkah manajemen risiko mulai dari identikasi bahaya, evaluasi risiko dan pengendalian risiko di fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini dikarenakan pekerja di fasilitas peIayanan kesehatan tidak hanya dituntut memberikan pelayanan kepada pasien namun saat bersamaan juga terpajan berbagai macam bahaya yang dapat menyebabkan terjadi penyakit dan kecelakaan yang disebabkan atau berhubungan dengan pekerjaan. Terimakasih kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam penyusunan Pedoman Manajemen Risiko di Fasilitas Pelayanan Kesehatan ini.
i
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Semoga apa yang telah dicurahkan baik moril maupun material mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan. Semoga buku Pedoman ini dapat dipahami, diaplikasikan dan bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta. November 2016 Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga
drg. Kartini Rustandi, M.Kes NIP 196304071987122001
ii
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................
v
DAFTAR TABEL .....................................................................
vi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................
vii
BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN ......................................................
1
A.
Latar Belakang .................................................
1
B.
Tujuan ..............................................................
4
C.
Sasaran ............................................................
5
D.
Ruang Lingkup .................................................
5
E.
Dasar Hukum ...................................................
6
F.
Pengertian ........................................................
6
KONSEP MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN .....................................
8
A.
Bahaya K3 ........................................................
8
B.
Risiko K3 ...........................................................
13
C.
Manajemen Risiko ...........................................
14
1.
Persiapan ..................................................
14
2.
Identikasi risiko ........................................
14
3.
Analisis risiko ............................................
15 iii
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
4.
Evaluasi risiko ...........................................
16
5.
Pengendalian risiko ..................................
16
6.
Komunikasi dan konsultasi .......................
17
7.
Pemantauan dan telaah ulang .................
17
BAB III. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN RISIKO K3 DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN ..............
18
A.
Persiapan Pelaksanaan Manajemen Risiko .....
18
B.
Identikasi Risiko ..............................................
18
C.
Analisis Risiko ...................................................
20
D.
Evaluasi Risiko ................................................
23
E.
Pengendalian Risiko ........................................
26
F.
Komunikasi dan Konsultasi ..............................
31
G.
Pemantauan dan Telaah Ulang .........................
32
H.
Manajemen Risiko Lain Terkait K3 ...................
32
BAB IV. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO K3 A. B. REFERENSI
...............
33
Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes Primer ...............................................................
33
Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes Rujukan ............................................................
44
..........................................................................
45
LAMPIRAN CONTOH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO K3 DI INSTALASI GAWAT DARURAT
iv
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Jumlah kasus PAK dan KAK di Indonesia Tahun 2011-2014 ..............................................
2
Gambar 2.
Jenis Bahaya Kesehatan di Lingkungan Kerja ..
9
Gambar 3.
Proses Manajemen Risiko K3 ..........................
17
Gambar 4.
Hierarki Pengendalian Risiko K3 ......................
26
Gambar 5.
Beberapa jenis Alat Pelindung Diri (APD) .........
29
Gambar 6.
Contoh APD di Ruang Operasi .........................
29
Gambar 7.
Pengendalian Risiko .........................................
30
v
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Kategori Dampak/Konsekuensi ..........................
20
Tabel 2.
Kategori Kemungkinan/Probabilitas ...................
21
Tabel 3.
Matriks Risiko ......................................................
21
Tabel 4.
Skala Tingkat Risiko .............................................
21
Tabel 5.
Kategori Dampak/Konsekuensi ............................
22
Tabel 6.
Kategori Kemungkinan/Probabilitas ....................
22
Tabel 7.
Matriks Risiko........................................................
22
Tabel 8.
Tingkat Risiko .......................................................
23
Tabel 9.
Evaluasi dan Prioritas Pengendalian Risiko dengan Metode Analisis Risiko Semikuantitatif ...
24
Tabel 10.
Evaluasi Risiko Metode Analisis Semikuantitatif ..
25
Tabel 11.
Metode Pengendalian Bahaya berdasarkan Lokasi Pengendaliannya .....................................
30
Contoh Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes Primer Menggunakan Metode Kualitatif ...............................................................
34
Tabel 12.
vi
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
APD
: Alat Pelindung Diri
AS/NZS
: Australian Standard/New Zealand Standard
CO
: Carbon Monoxide
CO2
: Carbon Dioxide
Fasyankes
: Fasilitas Pelayanan Kesehatan
GBP
: Great Britain Poundsterling
GDP
: Gross Domestic Product
HIV/AIDS
: Human Immunodeciency Virus/Acquired Immunodeciency Syndrome
IGD
: Instalasi gawat Darurat
ILO
: International Labour Organization
ISO
: International Standardization
K3
: Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KAK
: Kecelakaan Akibat Kerja
K
: Konsekuensi
NIOSH
: The National Institute for Occupational Safety and Health
NO2
: Nitrogen Dioxide
N2O
: Nitrous Oxide
OSHA
: Occupational Administration
Organization
Safety
and
for
Health
vii
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
P
: Probabilitas
P3K
: Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PAK
: Penyakit Akibat Kerja
Permenakertrans
: Peraturan Menteri Transmigrasi
SDM
: Sumber Daya Manusia
TB
: Tuberculosis
UU
: Undang-undang
WHO
: World Health Organization
WTP
: Water Treatment Plant
viii
Tenaga
Kerja
dan
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Di setiap tempat kerja, selalu terdapat bahaya yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja (PAK) dan/ atau kecelakaan akibat kerja (KAK), bahkan kematian. ILO global menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi lebih dari 2,3 juta kematian akibat PAK dan KAK. Selain itu, lebih dari 317 juta kasus insiden telah terjadi di berbagai tempat kerja di dunia setiap tahunnya, dengan kerugian sebesar 4% dari GDP (Gross Domestic Product ) Global yang disertai dengan tingginya angka hari kerja hilang (ILO, 2014). Di Inggris, selama tahun 2014-2015 sebanyak 1,2 juta orang mengalami PAK dan 142 orang yang meninggal pada saat bekerja, dengan total kerugiaan diperkirakan mencapai GBP 14,3 milliar (HSE UK, 2016) Di Indonesia, data dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 memperlihatkan bahwa jumlah kasus PAK dan KAK yang dilaporkan oleh Puskesmas pada tahun 2011-2014 masih kerap terjadi (Gambar 1). Hal ini mengindikasikan bahwa masih perlu ditingkatkannya usaha yang sistematis dalam pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di tempat kerja.
1
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Gambar 1. Jumlah kasus PAK dan KAK di Indonesia Tahun 2011-2014 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015)
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) merupakan alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Selain memberikan pelayanan kepada pasien dan pengunjung lainnya, fasyankes juga merupakan tempat kerja bagi tenaga kesehatan, sumber daya manusia (SDM) lainnya dan pemangku kepentingan lain seperti mahasiswa magang, dosen, dan lain-lain. Tidak seperti tempat kerja pada umumnya, fasyankes memiliki keunikan dalam hal budaya kerja dan risiko K3. Berdasarkan data statistik di Amerika Serikat pada periode tahun 1989-2011, angka KAK dan PAK di rumah sakit hampir 2 kali lebih tinggi dari rata-rata industri secara umum, bahkan lebih tinggi dari yang memajan pekerjanya sehingga 2
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
risiko K3 di fasyankes lebih tinggi dibandingkan sektor lain seperti konstruksi dan manufaktur (OSHA, 2013). Masalah kesehatan kerja yang paling sering muncul pada pekerja di fasilitas kesehatan secara berturut ialah gangguan terkait muskuloskeletal (54%), memar (11%), sakit tanpa alasan yang jelas (10%), patah tulang (5%), luka berulang (3%), terpotong atau tertusuk (3%), dan luka-luka lainnya (14%) (Bureau of Labor Statistics USA, 2011). Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja fasyankes dihadapkan dengan berbagai risiko K3 seperti ergonomi (contohnya mengangkat dan memindahkan pasien), bahaya biologi (contohnya kontak langsung dengan pasien yang memiliki penyakit menular seperti TB, hepatitis, HIV/AIDS; benda tajam seperti jarum, gunting operasi; pasien dengan gangguan kejiwaan; dan sebagainya), pekerjaan yang bersifat dinamis dan terkadang tidak dapat diprediksi, serta terpajan berbagai macam bahaya lainnya seperti ergonomi perkantoran, food safety , kualitas udara dalam ruangan, penanganan beban manual, bahaya kimia (seperti etilen oksida, glutaraldehida), bahaya sik (seperti kebisingan, radiasi, jatuh dari ketinggian maupun dari ketinggian yang sama),dan sebagainya (OSHA, 2012; OSHA, 2013; WHO, 2016). Hal ini tidak sejalan dengan budaya kerja di fasyankes yang lebih menekankan pada keselamatan dan kesehatan pasien, sehingga aspek K3 terhadap pekerja cenderung terabaikan. Kondisi tersebut terkadang belum disadari oleh SDM yang ada di fasyankes. Dapat dikatakan pemahaman SDM di fasyankes terhadap risiko K3 masih rendah dan berakibat pada tingginya angka absen sakit, biaya asuransi, tingkat kehilangan tenaga kerja yang handal dan gangguan kejiwaan (OSHA, 2013).
3
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, disebutkan bahwa kesehatan adalah hak seluruh warga Indonesia, termasuk pekerja di fasyankes. Sebagai salah satu upaya preventif, UU Kesehatan tersebut mengamanatkan dilakukannya upaya pengelolaan risiko (manajemen risiko). Oleh karena itu, pedoman ini disusun sebagai panduan dalam melakukan manajemen risiko K3 di fasyankes sehingga potensi bahaya teridentikasi dan dapat dikendalikan serta menjadi dasar dalam penyusunan program K3 di fasyankes. Dengan terlaksananya upaya manajemen risiko K3 di fasyankes maka kondisi tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman dapat tercapai sehingga pekerja menjadi sehat, selamat, bahagia serta produktif. B.
Tujuan 1.
Tujuan Umum Untuk meminimalkan risiko K3 yang ada di fasyankes guna mencegah terjadinya PAK dan KAK pada SDM fasyankes dan insiden pada pasien, pendamping, dan pengunjung.
2.
4
Tujuan Khusus a.
Meningkatkan kemampuan dalam mempersiapkan pelaksanaan manajemen risiko K3 di fasyankes;
b.
Meningkatkan kemampuan dalam mengidentikasi risiko K3 di fasyankes;
c.
Meningkatkan kemampuan risiko K3 di fasyankes;
d.
Meningkatkan kemampuan dalam pengendalian risiko K3 di fasyankes;
dalam
menganalisis melakukan
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
C.
D.
e.
Meningkatkan kemampuan dalam melakukan komunikasi dan partisipasi K3 di fasyankes;
f.
Meningkatkan kemampuan dalam melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan risiko K3 di fasyankes;
g.
Melakukan perbaikan berkesinambungan terkait manajemen risiko;
h.
Sebagai bahan perencanaan dalam menyusun program K3 di fasyankes.
Sasaran 1.
Pengelola program K3 di Rumah Sakit, Puskesmas, laboratorium, dan fasyankes lainnya;
2.
Pimpinan dan manajemen fasyankes;
3.
Dinas kesehatan provinsi, kabupaten dan kota.
Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman ini meliputi manajemen risiko K3 yangterdiri dari: 1.
Konsep manajemen risiko K3 di fasyankes;
2.
Langkah-langkah penerapan manajemen risiko di fasyankes;
3.
Penerapan manajemen risiko di fasyankes;
4.
Indikator keberhasilan fasyankes.
manajemen
risiko
di
5
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
E.
F.
Dasar Hukum 1.
Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
2.
Undang-Undang Ketenagakerjaan;
3.
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
4.
Peraturan pemerintah No 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
5.
Keppres RI No. 22 tahun 1993, tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja;
6.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
7.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
8.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
No
13
Tahun
2003
tentang
Pengertian Fasilitas pelayanan kesehatan: Suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU No. 36 tahun 2009).
6
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Bahaya (hazard ): Apapun (peralatan, mesin, metode kerja, material, kondisi) yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian baik pada keselamatan maupun kesehatan. Risiko: Kemungkinan/peluang untuk terjadinya dampak pada keselamatan dan kesehatan sebagai akibat adanya pajanan bahaya. Probabilitas: Kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya sesuatu. Konsekuensi: Dampak yang ditimbulkan akibat pajanan bahaya seperti penyakit akibat kerja, kecelakaan akibat kerja, bahkan kematian. Manajemen Risiko: Upaya yang logis dan sistematis dalam mengendalikan risiko, dan terdiri dari tahapan: persiapan/ penetapan konteks, identikasi, analisis, evaluasi dan pengendalian risiko, komunikasi dan partisipasi, serta pemantauan dan telaah ulang.
7
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
BAB II. KONSEP MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJADI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) merupakan tempat kerja yang memiliki risiko keselamatan dan kesehatan (K3) yang tinggi sehingga diperlukan pelaksanaan K3 agar pekerja selamat dan sehat. Inti dalam melaksanakan upaya K3 ialah manajemen risiko K3. Manajemen risiko merupakan aktivitas yang sistematis, terkoordinasi, dan tepat waktu dalam rangka mengendalikan risiko.Tujuan dari manajemen risiko K3 adalah untuk mengurangi dampak negatif dari suatu risiko dari bahaya K3 di tempat kerja. Untuk melaksanakan manajemen risiko di fasyankes maka perlu dipahami tentang bahaya dan risiko K3 yang ada. A.
Bahaya K3 Bahaya K3 adalah bahaya yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan, menurunkan derajat kesehatan, menyebabkan sakit/cedera bahkan kematian. Secara umum, bahaya K3 dapat diklasikasikan menjadi 5 kategori yaitu bahaya sik, bahaya kimia, bahaya biologi, ergonomi dan bahaya psikososial (Gambar 2).
8
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Bahaya Fisik
Bahaya Psikososial
Bahaya Kimia
Bahaya
Bahaya Ergonomi
Bahaya Biologi
Gambar 2. Jenis Bahaya Kesehatan di Lingkungan Kerja Kelima bahaya tersebut di atas, dapat menimbulkan dampak, baik terhadap kesehatan maupun terhadap keselamatan. Penjelasan mengenai kelima bahaya tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Bahaya Fisik Bahaya sik umumnya berasal dari energi yang dilepaskan dari alat dan proses kerja, serta berasal dari lingkungan. Beberapa contoh bahaya sik adalah getaran, kebisingan, iluminasi atau pencahayaan, iklim kerja, radiasi pengion (sinar X, α, β, γ), dan radiasi non pengion (medan magnet dan medan listrik, sinar UV, sinar infra merah, dll). Bahaya gravitasi (seperti jatuh dari ketinggian, terpeleset, tersandung), mekanik (seperti benda bergerak, mesin potong), listrik, radiasi nuklir, dan gas bertekanan pun dapat dikategorikan kedalam bahaya sik. 9
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2.
Bahaya Kimia Bahaya kimia berasal dari sifat alami/ kandungan yang terdapat dalam bahan kimia. Umumnya bahaya kimia bersumber dari bahan yang dipakai dalam proses kerja, udara ambien di area proses kerja, dan katalis proses kimia di tempat kerja. Contoh bahaya kimia adalah gas (CO, CO2, NOx, N2O, dll), uap (formaldehida, uap merkuri, alkohol, benzene, toluen, xylene, dan cairan kimia yang mudah menguap lainnya), serta partikulat (asap, debu, ber, fume, mist, fog). Dampak kesehatan akibat bahan kimia dapat sangat luas spektrumnya dari iritasi, sensitisasi, asksia, hingga mutasi gen (mutagen) (Kurniawidjaja 2012). Dampak terhadap keselamatan dari pajanan bahan kimia dapat menyebabkan kebakaran, ledakan, korosi, dll. Pekerja dapat terpajan bahaya kimia melalui inhalasi (jalur pernapasan), ingesti (jalur pencernaan), injeksi, kontak mata, dan kontak melalui kulit.
3.
Bahaya Biologi Bahaya biologi adalah bahaya yang bersumber dari organisme dan mikroorganisme, seperti bakteri, jamur, algae, virus, tanaman, dan binatang (insect, lebah, ular, dll). Bahaya biologi menyebabkan penyakit yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain baik melalui kontak langsung ataupun tidak langsung. Pajanan bahaya biologi di lingkungan kerja juga dapat terjadi ketika pekerja kontak dengan cell cultures, tanah, tanam-tanaman, debu organik, makanan dan sampah serta limbah. Faktor yang dapat mempengaruhi rendah tingginya risiko bahaya biologi ialah sistem pengaturan udara (ventilasi),
10
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
kelembaban, suhu, iluminasi alami dari cahaya matahari, housekeeping , dan juga kekebalan tubuh manusia. 4.
Bahaya Ergonomi Bahaya Ergonomi adalah bahaya yang disebabkan karena ketidaksesuaian interaksi antara pekerja, peralatan, lingkungan dan organisasi kerja (esain peralatan, tempat, prosedur, dan postur kerja). Ilmu Ergonomi sendiri mempelajari interaksi antara manusia, pekerjaan, lingkungan, dan organisasi kerja yang memiliki fokus ilmu untuk menyesuaikan pekerjaan serta alat kerja dengan karakteristik dan keterbatasan sik manusia. Ilmu ergonomi bertujuan untuk mencegah cedera dan gangguan kesehatan akibat penggunaan otot berlebih (beban kerja berlebih), postur janggal, maupun pekerjaan yang berulang (NIOSH, 2014). Hal ini dilakukan melalui mendesain pekerjaan, ruang kerja, kontrol, tampilan alat atau mesin, pencahayaan, dan peralatan kerja sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan sik pekerja (NIOSH, 2014). Dampak kesehatan yang paling sering ditimbulkan akibat bahaya ergonomi adalah Gangguan Otot Tulang Rangka Akibat Kerja (GOTRAK). Faktorrisiko GOTRAK terkait ergonomi antara lain: •
•
Postur dan pergerakan tubuh o
Postur statis (duduk/berdiri lama dengan posisi netral tanpa membawa beban lebih dari empat jam)
o
Postur janggal (membungkuk, memutar, miring)
Penanganan beban manual (mengangkat, membawa, menarik, dan mendorong) 11
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
5.
•
Pekerjaan repetitif (dilakukan berulang-ulang dalam sekali kerja)
•
Durasi kerja
•
Berat beban objek
Bahaya Psikososial Menurut ILO (1986) bahaya psikososial adalah hasil interaksi antara aspek desain kerja, organisasi dan pengelolaan pekerjaan, kondisi sosial serta lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja melalui persepsi dan pengalamannya (Leka & Jain, 2010). Pajanan bahaya psikososial dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja serta kesehatan organisasi seperti produktivitas perusahaan, kualitas produk dan jasa, dan iklim kerja organisasi. Bahaya psikososial secara umum berkaitan erat dengan konteks kerja (contohnya gaji dan fasilitas kerja kurang, hubungan keluarga tidak harmonis sehingga mempengaruhi pekerjaan, hubungan interpersonal yang tidak baik, komunikasi atasan-bawahan tidak baik, dan lainnya) dan konten pekerjaan (beban kerja berlebih, pekerjaan tidak sesuai dengan kemampuan pekerja, kerja lembur, dan lainnya) (Kurniawidjaja, 2012). Gejala dari dampak kesehatan karena bahaya psikososial beragam seperti perubahan perilaku (gangguan tidur, kecenderungan konsumsi rokok dan minuman beralkohol, isolasi diri), perubahan siologia (sakit maag, diare, mudah sakit kepala dan lemas, gangguan organ seksual, dan lainnya), perubahan mental (sulit konsentrasi, mudah lupa, dan lainnya), serta perubahan psikologis (mudah marah, tidak terarah, merasa kosong, dan lain-lain). Dampak
12
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
kesehatan yang paling sering muncul umumnya terkait gangguan kardiovaskuler dan syaraf. 6.
Bahaya Lain Terkait K3 Selain kelima jenis bahaya di atas, terdapat jenis bahaya lain yang berisiko menimbulkan dampak negatif terhadap fasilitas, pelayanan, citra fasyankes, dan lain-lain. Berikut beberapa contoh bahaya lain terkait K3 :
B.
-
Bencana alam: angin kencang, gempa bumi, tsunami, banjir,, gunung meletus, pergeseran tanah, kemarau banjir
-
Bahaya teknologi: kegagalan listrik, kegagalan genset, kegagalan IPAL, terhentinya pasokan air bersih, kegagalan sistem sirkulasi udara, kegagalan gas medik, kegagalan pembuangan limbah padat, kegagalan re detection, detection, kegagalan re protection, protection, kerusakan sistem informasi, kegagalan sistem komunikasi, kelangkaan bahan bakar, kelangkaan logistik bahan makanan, kegagalan WTP, korsleting
-
Keamanan: penculikan anak, pencurian, perkelahian, ancaman orang bersenjata, demonstrasi, ancaman bom, penyalahgunaan limbah
-
Dan lain-lain
Risiko K3 Risiko didenisikan sebagai peluang terjadinya suatu dampak atau konsekuensi terhadap keselamatan dan kesehatan yang diakibatkan oleh pajanan bahaya di tempat kerja. Risiko K3 merupakan peluang terjadinya PAK atau KAK. Menilai tingkat risiko merupakan aktivitas yang penting untuk memutuskan 13
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
apakah risiko dari suatu bahaya dapat diterima (acceptable ( acceptable)) atau tidak dapat diterima (unacceptable (unacceptable)) sehingga perlu dilakukan pengendalian. Dalam menilai risiko, metode kualitatif, semi kuantitatif atau kuantitatif dapat digunakan, tergantung pada sumber daya yang tersedia di fasyankes. Ketiga metode tersebut akan dijelaskan pada sub-bab 2.C.3. Output dari penilaian risiko adalah keputusan tentang prioritas penerapan pengendalian dan pengembangan program K3 di fasyankes. C.
Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah metode yang logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menurunkan konsekuensi, baik PAK PAK maupun KAK. Manajemen risiko terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan, identikasi, analisis, evaluasi dan pengendalian risiko, komunikasi dan partisipasi, serta monitoring risiko. Mengacu kepada AS/NZS 4360 tahun 2004 yang diadopsi ke dalam ISO 31000, proses implementasi manajemen risiko terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Persiapan Merupakan sebuah tahapan di mana fasyankes menentukan tujuan, sumber daya manusia, sumber daya nansial, ruang lingkup, metode yang akan digunakan, dan waktu pelaksanaan manajemen risiko.
2.
Identifkasi risiko
Merupakan upaya untuk menemukan atau mengidentikasi bahaya yang ada di tempat kerja, populasi berisiko, rute pajanan bahaya, serta konsekuensi yang mungkin 14
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
timbul akibat pajanan bahaya tersebut. Identikasi risiko umumnya dilakukan berdasarkan uraian detail dari masing-masing tahapan pekerjaan. 3.
Analisis risiko Merupakan proses menilai apakah risiko dapat diterima atau tidak. Terdapat Terdapat 3 jenis metode dalam analisis risiko: a.
Metode kualitatif Tingkat risiko dinilai dengan menggunakan skala deskriptif dengan menggunakan sebuah formulir analisis risiko yang sederhana namun komprehensif.
b.
Metode Semikuantitatif Menggunakan skala dalam bentuk angka untuk menilai tingkat risiko. Risiko digambarkan sebagai fungsi dari probabilitas/kemungkinan terjadinya dampak (P) dan konsekuensi/dampak (K), sehingga secara matematis risiko dinyatakan dalam persamaan 1. Semakin tinggi P/K, maka risiko akan semakin tinggi, dan semakin rendah P/K maka risiko pun akan semakin rendah. Risiko = f (P, K) (persamaan 1) Dimana, P : Probabilitas atau kemungkinan terjadinya dampak C : konsekuensi atau dampak
c.
Metode Kuantitatif Melakukan uji yang lebih detail untuk menentukan tingkat probabilitas/kemungkinan dan konsekuensi. 15
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Dalam toksikologi, konsekuensi disajikan dalam bentuk hubungan dosis-respon (dose-response). Dalam analisis pajanan bahaya kimia, pengukuran konsentrasi bahaya kimia di udara kerja dilakukan dengan pendekatan higiene industri. Modeling juga seringkali digunakan untuk memprediksi kejadian yang akan datang dari beberapa kejadian yang pernah terjadi, dan dapat digunakan untuk analisa risiko kuantitatif. Analisis kuantitatif umumnya memerlukan sumber daya (manusia dan nansial) yang lebih besar, namun hasil analisisnya lebih akurat. Oleh karena itu umumnya analisis kuantitatif dilakukan sebagai analisis lanjutan bila diperlukan analisis risiko yang lebih detail. 4.
Evaluasi risiko Merupakan proses membandingkan antara hasil analisis risiko dengan pengendalian yang telah diimplementasikan. Dalam tahapan ini diputuskan apakah pengendalian yang ada telah mencukupi atau perlu dilakukan pengendalian tambahan. Rekomendasi pengendalian tambahan merupakan output dari tahapan ini.
5.
Pengendalian risiko Merupakan proses implementasi dan pengembangan strategi untuk mereduksi risiko yang muncul, sesuai dengan rekomendasi yang telah dibuat pada tahapan evaluasi risiko. Dalam penerapan pengendalian risiko harus diperhatikan hierarki pengendalian risiko (subbab 3.E) serta efektivitasnya.
16
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
6.
Komunikasi dan konsultasi Merupakan proses yang menopang manajemen risiko. Proses ini dijalankan dengan melakukan komunikasi dan konsultasi, baik kepada pihak eksternal dan internal fasyankes demi jalannya tahapan manajemen risiko yang lebih baik secara keseluruhan. Studi banding terhadap pelaksanaan manajemen risiko di fasyankes lain merupakan salah satu upaya dalam melaksanakan konsultasi.
7.
Pemantauan dan telaah ulang Merupakan proses untuk melakukan penilaian efektivitas keseluruhan tahapan manajemen risiko agar dapat melakukan pengembangan. Tahapan ini juga berfungsi untuk membuat proses manajemen risiko sesuai dengan kondisi dan keadaan yang aktual.
Persiapan i s a t l u s n o K n a d i s a k i n u m o K
Identifikasi Risiko
Analisis Risiko
Evaluasi Risiko Pengkajian Risiko
g n a l U h a a l e T n a d n a u a t n a m e P
Pengendalian Risiko
Gambar 3. Proses Manajemen Risiko K3 (Berdasarkan AS/NZS 4360 Tahun 2004, Diadopsi dalam ISO 31000) 17
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
BAB III. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN RISIKOK3 DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN Proses manajemen risiko harus dilakukan secara menyeluruh dan sistematis seperti yang digambarkan pada Gambar 3. Penerapan manajemen risiko K3 di fasyankes dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: A.
Persiapan Pelaksanaan Manajemen Risiko Langkah persiapan pelaksanaan fasyankes adalah sebagai berikut:
B.
manajemen
risiko
di
1.
Menetapkan pelaksana manajemen risiko beserta uraian tugasnya. Pelaksanaan manajemen risiko dilakukan dengan melibatkan setiap unit atau instalasi.
2.
Menetapkan anggaran pelaksanaan manajemen risiko
3.
Menetapkan ruang lingkup, metode, dan instrumen penilaian risiko. Dalam menetapkan pelaksanaan manajemen risiko K3 meliputi kegiatan rutin, non-rutin, dan kedaruratan.
4.
Melatih pelaksana tentang langkah-langkah manajemen risiko, termasuk cara mengisi formulir yang digunakan dalam manajemen risiko.
5.
Menentukan waktu pelaksanaan
Identifkasi Risiko
Identikasi risiko adalah upaya untuk mengenali keberadaan suatu bahaya, pekerja yang terpajan serta karakteristik bahaya yang berpotensi menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan 18
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
keselamatan di fasilitas pelayanan kesehatan secara detil. Pada umumnya, risiko dapat disebabkan karena aspek-aspek berikut dan interaksi antar aspek tersebut, seperti: •
Lingkungan kerja sik
•
Peralatan dan material/bahan yang digunakan
•
Proses kerja dan bagaimana proses kerja tersebut dilaksanakan
•
Desain pekerjaan dan manajemen
Dalam langkah identikasi risiko ini, juga perlu dilakukan identikasi terhadap populasi yang berisiko yakni: •
Populasi yang terpajan bahaya dan berpotensi terkena dampak akibat pajanan bahaya tersebut
•
Pihak lain yang mungkin terpajan bahaya, seperti pasien, pengunjung, orang yang mengantarkan barang ke fasyankes, klien, dan masyarakat lainnya yang memiliki potensi terkena dampak akibat aktivitas pekerjaan fasyankes (contohnya, masyarakat yang melewati fasyankes yang sedang dibangun/ direnovasi)
Untuk memudahkan, identikasi risiko dilakukan berdasarkan unit kerja dan proses kerja. Identikasi harus dilakukan terhadap semua risiko, baik risiko terhadap keselamatan maupun kesehatan di tempat kerja. Cara mengidentikasi dapat melalui: •
Observasi terhadap unit-unit yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan dengan melakukan survey jalan selintas (walkthrough survey ) untuk melakukan pengamatan terhadap jenis kegiatan, alur kerja, Lembar Data Keselamatan (LDK), jenis bahaya, metode atau prosedur kerja, peralatan dan material/bahan yang 19
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
digunakan, serta kondisi lingkungan kerja di masingmasing unit kerja.
C.
•
Analisis terhadap data insiden, PAK, dan KAK yang ada di fasyankes.
•
Konsultasi dan diskusi dengan pekerja tentang bahaya yang ada di unit kerjanya
Analisis Risiko Setelah identikasi risiko, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah analisis risiko.Tujuan dari analisis risiko adalah untuk menilai tingkat risiko K3 (rendah/ sedang / tinggi) baik sebelum maupun setelah adanya pengendalian. Berikut adalah metode analisis risiko : 1.
Metode Kualitatif Dalam analisis kualitatif, tingkat risiko dinilai dengan menggunakan skala deskriptif saja, dengan menggunakan sebuah formulir analisis risiko yang sederhana namun komprehensif. Baik bahaya dan dampak dikategorikan berdasarkan pengetahuan, kemampuan, dan kesepakatan dari tim K3. Pengkategorian dampak (konsekuensi) dan kemungkinan (probabilitas) disajikan pada Tabel 1dan 2. Tabel 1. Kategori Dampak/Konsekuensi Dampak/Konsekuensi Ringan Sedang
Berat
20
Efek pada Pekerja Sakit atau cedera yang hanya membutuhkan P3K dan tidak terlalu mengganggu proses kerja Gangguan kesehatan dan keselamatan yang lebih serius dan membutuhkan penanganan medis, seperti alergi, dermatitis, Low Back Pain, dan menyebabkan pekerja absen dari pekerjaannya untuk beberapa hari Gangguan kesehatan dan keselamatan yang sangat serius dan kemungkinan terjadinya cacat permanen hingga kematian, contohnya amputasi, kehilangan pendengaran, pneumonia , keracunan bahan kimia, kanker
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tabel 2. Kategori Kemungkinan/Probabilitas Kemungkinan/probabilitas Tidak mungkin Mungkin Sangat Mungkin
Deskripsi Tidak terjadi dampak buruk terhadap kesehatan dan keselamatan Ada kemungkinan bahwa dampak buruk terhadap kesehatan dan keselamatan tersebut terjadi saat ini Sangat besar kemungkinan bahwa dampak buruk terhadap kesehatan dan keselamatan terjadi saat ini
Tabel 3. Matriks Risiko Dampak/keparahan
Matriks Risiko
n ) a s a n t i l k i i g b n a u b m o r e P ( K
Tidak mungkin
Ringan
Sedang
Berat
Risiko rendah
Risiko rendah
Risiko sedang
Risiko rendah
Risiko sedang
Risiko tinggi
Risiko sedang
Risiko tinggi
Risiko tinggi
Mungkin
Sangat mungkin
Sumber: ILO, 2013
Tabel 4. Skala Tingkat Risiko Tingkat Risiko Risiko rendah
Risiko sedang Risiko tinggi
2.
Deskripsi Ada kemungkinan rendah bahwa cedera atau gangguan kesehatan minor terjadi saat ini, dengan dampak kesehatan yang ringan hingga sedang Konsekuensi atau keparahan dari cedera dan gangguan kesehatan tergolong kategori serius meskipun probabilitas kejadiannya rendah Kemungkinan besar terjadi gangguan kesehatan dan cedera yang moderate atau serius atau bahkan kematian.
Pengendalian
Prioritas 3
Prioritas 2
Prioritas 1
Metode Semikuantitatif Dalam analisis semikuantitatif, setiap kategori diberi nilai dengan angka numerik. Nilai tiap kategori perlu disepakati dalam tim K3 sebelumnya. Sebagai contoh, konsekuensi, kemungkinan dan tingkat risiko di kategorikan ke dalam skala numerik seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5 – Tabel 8. 21
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tabel 5. Kategori Dampak/Konsekuensi Kategori
Dampak/Keparahan
1 2
Tidak ada dampak Membutuhkan P3K
3
Membutuhkan perawatan medis
4
Menyebabkan cacat permanen
5
Menyebabkan kematian
Tabel 6. Kategori Kemungkinan/Probabilitas Kategori
Kemungkinan/Probabilitas
1 – sangat jarang
Terjadi sekali dalam lima tahun
2 – jarang
Terjadi sekali dalam 2-5 tahun
3 – mungkin
Terjadi sekali dalam 1-2 tahun
4 – sering
Terjadi beberapa kali dalam setahun
5 – sangat sering
Terjadi dalam hitungan minggu atau bulan
Tabel 7. Matriks Risiko Dampak/Konsekuensi
/ n s a a n t i i i k l g b n a u b m o r e P K
22
X
1
2
3
4
5
1
1
2
3
4
5
2
2
4
6
8
10
3
3
6
9
12
15
4
4
8
12
16
20
5
5
10
15
20
25
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tabel 8. Tingkat Risiko Dampak x
Tingkat risiko
Keterangan warna
Kemungkinan
3.
1 – 3
Rendah
4 – 6
Sedang
8 – 12
Bermakna
15 – 25
Tinggi
Metode Kuantitatif Dalam analisis kuantitatif, dilakukan pengukuran pajanan bahaya dengan menggunakan berbagai macam instrumen dan dibandingkan dengan nilai standar yang sesuai dengan ketentuan berlaku. Sebagai contoh pengukuran iklim kerja, pencahayaan (iluminasi), radiasi pengion dan nonpengion, bahan kimia, dan mikroorganisme. Apabila hasil pengukuran tidak sesuai dengan standar, maka diperlukan tindakan pengendalian.
D.
Evaluasi Risiko Evaluasi risiko dilakukan dalam rangka membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung dengan upaya pengendalian yang telah dilakukan. Bila masih ada sisa risiko maka perlu diterapkan pengendalian lanjutan. Tahap ini juga digunakan untuk menilai efektivitas pengendalian. Hasil evaluasi risiko diantaranya adalah: •
Gambaran tentang sisa risiko yang ada.
•
Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
•
Masukan/informasi untuk pengendalian lanjutan.
pertimbangan
penerapan
23
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
4 2
Tahapan evaluasi juga meliputi penentuan kategori tingkat risiko K3, apakah termasuk dalam kategori Dapat Diterima, Moderat, atau Penting. Kategori tingkat risiko ini penting untuk menentukan prioritas pengendalian risiko dan jangka waktu pengendaliannya. Di bawah ini merupakan contoh kategori tingkat risiko beserta jangka waktu pengendalian (Tabel 9) serta contoh tabel evaluasi risiko (Tabel 10). Setiap tim K3 perlu menentukan pengkategorian risiko serta jangka waktu pengendalian sesuai dengan sumber daya dan kemampuan tim serta fasyankes. Hal ini dilakukan agar risiko terkendali dengan lebih sistematis dan terarah. Tabel 9. Evaluasi dan Prioritas Pengendalian Risiko dengan Metode Analisis Risiko Semikuantitatif Nilai Risiko
Kategori Nilai Risiko
Kategori Tingkat Risiko
Prioritas Pengendalian
1 – 3
Rendah
Dapat Diterima
Prioritas 4
4 – 6
Sedang
Prioritas 3 Moderat
24
8 – 12
Bermakna
15 – 25
Tinggi
Prioritas 2 Penting
Prioritas 1
Jangka Waktu Pengendalian Membutuhkan pengendalian dalam waktu 1 tahun Membutuhkan pengendalian dalam waktu 6 bulan Membutuhkan pengendalian dalam waktu 3 bulan Membutuhkan pengendalian segera (maksimal dalam waktu 1 bulan)
n S i a a E s m K e o N n d A o e d n P Y S I k A i F l I b u D p A e J R R n a E t K a N h e A s T e A K H n E a S i r e E t K n N e A m e D K N A T A M A L E S E K O K I S I R N E M E J A N A M
l o a e k s v i s i e i L R S
5 2
g n a d e S
o i k a i a l s 6 i i s i N R S o k i s i R
C
3
P
2
i r i o n k a h n g t o m k a i a a r t a a k g k o i n h d b e d s i b u n f a a n a n i s a r k n i o l d n a i n k a n a a a k n g g a n r a l r a r t l i t n n r e k d u p a n e i a a d o a a i a a a n S a a k a n a n i a i m e k i i r k h y n h i e m d e g r n n u n l r n a g 3 e u m a g a t b u r e u t a m a n g n t n – a n k m i b r n n d a a d e s o o i e t e k a n n h g a b a n 2 k u o k o T n e n b i n n w / i g t s i e a D e e g g g i h l r u s g n g i a n k u o m o m l n o a a n p n t i P y j n m s n r s u n o e e e s n g e m r e a a e g r e e e g r e e a l d d r a k e i e e r u e P t p p p d m e P p m e p P p o P p i t a P y t g n a y
a p j r u e k k a c
f i t a t i t n a n a l o k e k a i u v s e i m k i L R r e B m e i o a k 2 S l i i s 1 N i s R i s i l o C 3 a k i s n i R P 4 A , a e t o k i t d s o g n n o a e t r u n n e k a a e u d s M g n g g o n n l o K a a u k G t i s i n R j a a r g j i e n a t s k p a w e a y r e a a P r T e u l P a t n n n l r v a a a a a a t u y k k u s a k a E h g h j n o u r l n a e k a p . a a i a d k l a m B s 0 i n g n e i n i d p e m ( s t 1 ) p e l m e i l o r P a a n m r g e t e k i g a s a n s n c n g e b D a a a a e a n a S d p y s d j a T i s a l k a i a i f y s g i i a n n t m n o h t e a e a o y i d n B P r o e g r T E a j r e K s e s o r P
n a a m n i r e e i n s e a P p
o N
1
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
E.
Pengendalian Risiko Pengendalian risiko merupakan tahapan terakhir dalam manajemen risiko. Bila tingkat risiko belum dapat diterima, maka risiko harus dikendalikan sampai kepada tingkat risiko yang dapat diterima (tidak memiliki dampak kesehatan dan keselamatan pada pekerja yang berarti). Metode pengendalian dapat diterapkan berdasarkan hierarki dan lokasi pengendalian. Hierarki pengendalian merupakan upaya pengendalian mulai dari efektivitas yang paling tinggi hingga rendah.
Eliminasi
E f e k t i v i t a s
Subtitusi
Pengendalian Teknik
Administratif
APD
Gambar 4. Hierarki Pengendalian Risiko K3
26
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Berikut penjelasan dari hierarki pengendalian terdiri dari: •
Eliminasi Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang paling baik untuk mengendalikan pajanan karena menghilangkan bahaya dari tempat kerja. Namun, beberapa bahaya sulit untuk benar-benar dihilangkan dari tempat kerja.
•
Substitusi Subtitusi merupakan upaya penggantian bahan, alat atau cara kerja dengan alternatif lain dengan tingkat bahaya yang lebih rendah sehingga dapat menekan kemungkinan terjadinya dampak yang serius. Contohnya mengganti pelarut benzena menjadi toluen.
•
Pengendalian Teknik Pengendalian teknik merupakan pengendalian rekayasa desain alat dan/atau tempat kerja ataupun dengan mengganti alat dengan teknologi yang lebih baik. Pengendalian risiko ini memberikan perlindungan terhadap tempat kerja bukan hanya perlindungan individu saja. Contohnya dengan melakukan penyekatan pada ruang dengan tingkat bising yang tinggi.
•
Pengendalian Administratif Pengendalian administratif berfungsi untuk membatasi pajanan pada pekerja. Pengendalian administratif diimplementasikan bersamaan dengan pengendalian yang lain sebagai pendukung. Efektivitas pengendalian ini tidak setinggi eliminasi, subtitusi, dan teknik dikarenakan pengendalian administratif tidak membatasi jumlah pajanan namun hanya mengurangi frekuensi pajanan saja. Contoh pengendalian administratif ialah pelatihan 27
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
pada pekerja, penyusunan prosedur kerja bagi pekerja, pemberian izin kerja, pengaturan terkait pemeliharaan alat. Di fasyankes contoh pengendalian administratif yang dapat dilakukan adalah pengaturan pembagian waktu kerja bagi perawat, rotasi kerja petugas administrasi rumah sakit, rotasi kerja bagi pekerja radiologi, pemakaian label pada setiap bahan kimia, pengaturan peletakkan bahan kimia di laboratorium, dan lainnya. •
Alat Pelindung Diri Menurut Permenakertrans No 08/MEN/VII/2010, Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemapuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri tidak mengurangi pajanan dari sumbernya hanya saja mengurangi jumlah pajanan yang masuk ke dalam tubuh pekerja. Sifat dari alat pelindung diri ialah eksklusif (hanya melindungi individu) dan spesik (setiap alat memiliki spesikasi bahaya yang dapat dikendalikan). Alat pelindung diri memerlukan pemeliharaan yang tepat dan ada beberapa yang bersifat sekali pakai. Implementasi alat pelindung diri seringkali menjadi komplementer dari upaya pengendalian di atasnya dan/atau apabila pengendalian di atasnya belum cukup efektif. Di bawah ini terdapat gambar yang menunjukkan jenis-jenis alat pelindung diri yang umum.
28
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
KETERANGAN GAMBAR
1. Alat Pelindung Kepala 2. Alat Pelindung Mata 3. Alat Pelindung Mata dan Muka 4. Alat pelindung Telinga 5. Pakaian Pelindung 6. Alat Pelindung Tangan 7. Alat Pelindung Kaki
Gambar diambil dari Website PT. Mandiri Kar a Teknindo
Gambar 5. Beberapa jenis Alat Pelindung Diri (APD)
Gambar 6. Contoh APD di Ruang Operasi Berdasarkan lokasinya, pengendalian risiko dapat dilakukan di sumber, di media antara sumber dan pekerja, ataupun dilakukan pada pekerja. 29
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Gambar 7. Pengendalian Risiko Metode yang dapat diterapkan berdasarkan pengendaliannya dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
lokasi
Tabel 11. Metode Pengendalian Bahaya berdasarkan Lokasi Pengendaliannya
Sumber
Media
Pekerja
30
Eliminasi Substitusi Modifikasi sumber atau proses Automatisasi Isolasi/containment/enclosure sumber bahaya Local exhaust ventilation Ventilasi general/penghawaan dengan jendela Menjauhi sumber Jadwal kerja Cara kerja aman Prosedur kerja Alat pelindung diri
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
F.
Komunikasi dan Konsultasi Komunikasi dan konsultasi merupakan hal yang penting pada setiap langkah atau tahapan dalam proses manejemen risiko. Rencana komunikasi perlu dikembangkan baik kepada pimpinan maupun kepada karyawan sejak tahapan awal proses pengelolaan risiko. Hal ini diperlukan karena persepsi risiko dapat bervariasi pada setiap orang, karena perbedaan asumsi, konsep, isu-isu, dan kepentingan tiap orang dalam tim. Komunikasi dan konsultasi yang perlu menjadi perhatian termasuk: 1.
Komunikasi pengelolaan risiko (pengelola K3 fasyankes) dengan pekerja yang ada di fasyankes Komunikasi ini diperlukan untuk menyamakan persepsi tentang bahaya dan risiko yang ada, matriks risiko, pengendalian, dan sebagainya. Semua proses komunikasi ini harus tercatat, seperti daftar hadir rapat K3, daftar training K3, dan sebagainya.
2.
Komunikasi pekerja yang ada di fasyankes dengan pihak pengelola K3. Hal ini bertujuan memastikan adanya temuan ataupun masalah K3 di lapangan dapat segera diketahui oleh pengelola untuk ditindaklanjuti serta memastikan pekerja dapat melakukan upaya K3 dengan nyaman.
3.
Komunikasi internal tim K3 Hal ini bertujuan agar tercipta keharmonisan dalam tim sehingga terhindar dari perbedaan-perbedaan persepsi terkait manajemen risiko.
31
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
4.
Komunikasi dan konsultasi dengan pihak eksternal. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya studi banding (benchmark) dengan fasyankes lain yang telah menerapkan K3, atau dengan ahli di bidang K3. Hal ini untuk memastikan bahwa manajemen risiko yang sedang dijalankan tidak menyimpang dari peraturan/ketetapan/ standar yang ada serta adanya penilaian yang objektif sesuai dengan sistem yang ideal.
G.
Pemantauan dan Telaah Ulang Pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang bisa terjadi. Perubahan-perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah ulang untuk selanjutnya dilakukan perbaikanperbaikan. Pada prinsipnya pemantauan dan telaah ulang perlu untuk dilakukan untuk menjamin terlaksananya seluruh proses pengelolaan risiko dengan optimal.
H.
Manajemen Risiko Lain Terkait K3 Seperti halnya manajemen risiko K3, risiko lain yang terkait K3 seperti bencana alam, kebakaran, keamanan, gangguan terhadap citra fasyankes, dan lainnya perlu diidentikasi, dianalisis, dievaluasi, dan dikendalikan dengan menggunakan formulir kerentanan bahaya (Hazard Vulnerability Assessment ). Komunikasi dan konsultasi serta pemantauan dan telaah ulang pun harus dilakukan pada manajemen risiko lain ini.
32
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
BAB IV. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO K3 A.
Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes Primer Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes primer mengikuti langkah-langkah di bab 3 yaitu : 1.
Persiapan
2.
Identikasi Risiko
3.
Analisis Risiko
4.
Evaluasi Risiko
5.
Pengendalian Risiko
Berikut merupakan contoh penerapan manajamen risiko dengan metode kualitatif.
33
n S i a a E s m K e o N n d A o e d n P Y S I k A i F l I b u D p A e J R R n a E t K a N h e A s T e A K H n E a S i r e E t K n N e A m e D K N A T A M A L E S E K O K I S I R N E M E J A N A M
e d o t e M n a k a n u g g n e M r e m i r P s e k n a y s a F i d f i 3 t a K t i o l a k i u s K i R n e m e j a n a M n a p a r e n e P h o t n o C . 2 1 l e b a T
n a l i a a g s e g l n e a y T n e P
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
a n a s k a l e P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
g n u b g a g w n a a J n e P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s a u s u a g n t a r a i p i h d n a k n t t t i u a a e h n g a c m s j s p y n e a n i i l g a n i g k t s l a s e u l t a a n a n l i p n g s e n x d a a a i d u m w n u l n k d h n r n e n o a e a n a a 0 l d / e n p g n a j r b a 0 a g e m d n n r y u a a 3 n n r t n g m n a o i a y u a a k a l u a a n k k t k T n a s n a h k u r h a i i a a e u a u u a l e T a a m l b e i g a b b p g c k m g n p i R P m g r n n m , n n r n m e e i e L e m e e e e e a e a P p b M P u P d m P T P l r t o
X
n a a n a s k a a l e P n a s u t k k t a i a l n e U W P
a W n a a g n n r a r a e W t e K
o
o o
h a d n e R
C
h a d n e R
n a g n i R
P
n i k g n u M
n i k g n u M
n a h a l a e t l e a K m
n a a a k j m d i ( a y i n n s a k a r h a d a l d , i i e t n h l e a e e K n d k
n m a a k r a e s f r a t a i s g d u t n n d e e a e P p d m
n m a a k r a e s f r a t a i s g d u t n n d e e a e P p d m
n a a y a t h g a k a n g c a n n e r i u T p k
n u n i a g l a g i n l r n d e a t u r s u u l a u a h l a n u r a e t S t a p
o k i s i R
6 s 1 a 0 2 m i l s e u k X J s s a 9 u 1 P m , s a e s 3 K k a s l m u e i P S T : : :
o
h a d n e R
l o e k v i s e i L R
) f t 3 i a t K i o l a k u i K s i e R d n t o e e m M e n j a a l n a k e M a n b h u a a g T k g o r g n k i e n o e s m i d a k ( R a L i o s o i e - i n k k i s i R a H h s i a i i l s R R a a k a i d d g k i s s i a n a n a f i i s l u e P L t l g n a a n a e v n e n d r I A E P
o
i s n e u k e s n o K n a j a r g j a e p k n e a y r e P T i s a p y i r a k h s a e D B i g s a n k a f y i i a t y n a e h d i a r e B T
s a e j s r o r e P K
o N
n ) a k i a i s y f a a h y a a c h n a e P b (
n s a i n d a r d e a t f n m a e m d i a n s k e a e P p r 1
n a d
a y a h n a a ( b b a b a ) u m e r h l k a i u e d s S k u i f
4 3
n S i a a E s m K e o N n d A o e d n P Y S I k A i F l I b u D p A e J R R n a E t K a N h e A s T e A K H n E a S i r e E t K n N e A m e D K N A T A M A L E S E K O K I S I R N E M E J A N A M
n a l i a a g s e g l n e a y T n e P
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
a n a s k a l e P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
g n u b g a g w n a a J n e P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
i d
n a ) g n C i o a a s n r 4 a u n a n l i a 2 n a r a d a a d n l – a u a n a n k d h k a k i g h e a n a 8 t n i r e 1 a e b ( m d s a r b n g m h o i i r u e n k T n a a e s r b a a m r e e T p l a R P m m u l a m e c a e k r y i a P e s n M s d o
o
i a i l k u r r k i n h n h k i g j l e o t b a u m a l a a l a t t a g e a r l k e k m r n m n o g m g i m a n n t a e u n f m ) u e j u n g a t o a j a d a n d i r g e g r k a e n e m e r m l a m a g p n j a o o e n t s a e p n n i a n g a n n i n k p n p i a k n n k n k a a a n a n a / t i o o i r a l h a e a e r a a n a a t a i a r y i a r g a g n k r s n n u g s d t r n a a n n u u r u a b r i u e a k i h s s a s f u h s e e k i o e a g s a a a f a u g e e o a a u r n g r r y i d g b a m s i k g o l c y g i b r g i i t e g l u t u g l i o i a n i k n n n e k a s n n d k u k n n n m a s t r s c c g r r e e a o m e e u e e m t e e e e e i e o t n e s e e a a a P s m d P b ( s P k p P t p d s i t P p i r m S P p p p a n l a a g k n r e a b u r
o
o
o
o
o
o o
h a d n e R
g n a d e S
g n a d e S
g n a d e S
C
n a g n i R
g n a d e S
g n a d e S
g n a d e S
P
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
t i r / l k i a a s y k u n n f e e e n P i m
g n a l u a n t a k g u n g r g , a n t n o a a t G o d
, a n j a r e h k a l e s l e r e t K s
n m a a k r a e s f r a t a i s g d u t n n d e e a e P p d m
n m a a k r a e s f r a t a i s g d u t n n d e e a e P p d m
l o e k v i s e i L R
o k i s i R
i s n e u k e s n o K n a j a r g j a e p k n e a y r e P T i s a p y i r a k h s a e D B i g s a n k a f y i i a t y n a e h d i a r e B T
s a e j s r o r e P K
o N
n ) a s g a n n a a u r p
n a n s a u n a g a p g r a n l u n a a r e G s p
n m n m a a a k a k r r a a e s f s t e r r f a t a i a i s a s g d g d u u t n n d t n d e e a e e n e a e P p d m P p d m g i r n a a d y n a l g a n u u s k b a g e r e i n D b l
i r a d
n a d n ) i e e l n s a r a s a o p a b i r r a r r e d i a a d B u (
i l a s / g a j u h g e t a g a d i n g m n t t a n r s n a e j a r f k r a t r l a a u u u n t d u a l a u s e l n r a r l r t a o a e t e e a P k p a t t
n k e a i s y a n p a h b u a l l a m l u r e J t
a y a h a b (
, r i t u s ) e s i u a g r m m o a r s i v j a l i o p i n a b g a r t i , y o i r r a e o t r e h k n a k i p e a a b M s b d (
l a g g n a j
a i j r g e g n k i t
) u a b i e i m D k
) i m a r y o u a n t o s h a g o b r P ( e
) l a i s a o y n a s o a g h k b n a i e a b s B y ( p
5 3
n S i a a E s m K e o N n d A o e d n P Y S I k A i F l I b u D p A e J R R n a E t K a N h e A s T e A K H n E a S i r e E t K n N e A m e D K N A T A M A L E S E K O K I S I R N E M E J A N A M
n a l i a a g s e g l n e a y T n e P
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
a n a s k a l e P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
g n u b g a g w n a a J n e P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
i s t a u n u s u a g n n i d a r t a i a p i h d n a a n t k t k a n u a a g t ) e g a c m s j y s a p n h n n e a C i w n i l t g a g a o n k u l i t s a s a e a n u g r 4 t a n a n l r i a h a p n x g a 2 n s n i l n d a a a n u n u m w d a r – a n k d h n r i e e n a o n a k u g l a d i l e a n a n t p a 0 / t s p n a r 8 n n i a a g 0 n g 1 a a n k a e b a m d r u n a ( n y r r t n 3 h n r h n g m r a a a u a o i a i r u i l e u u u a a n n a r s b k y h k T n a t d k k r a e s h l a t a i s n a i r n a u a e e T a d l u e p a a u l a e a i g a e m e m a g g p m u a b r a s i m g i b p m b R P g n j , n c k n n r r n n m a m k o s r l e r e L e n e e e a y e i a m a e r a e e i e m u e a P k P p P d m P l P T P p b P r t n M s d e c e P s o o o o o o o o
r D t a e t P a e A s m ) a r r e e a m k a p n s s l n i a a n a a k n n n k a r a h a e a m a t i a r g n s n u r b u k k r e u i o e r u a g f a o g b a g r r g n g l g p o i u n i k a n n m a s c c o m e e r e e e e e i e P s m d P b ( s P b a n l a a g k n r e a b u r
o
h a d n e R
h a d n e R
h a d n e R
g n a d e S
C
h a d n e R
n a g n i R
n a g n i R
g n a d e S
P
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n a h a l a e t l e a K m
n a a a k j m d i ( a y i n n s a n ) k a r h a d a a g s l d , i a i e n t n h l n e a e e a a K n d k u r p
n a n s i a t r u n a / l k i a g a p a s g r a y k u n l u n n e n e a a r e e f n m G s p P i
t r , a e m t u w a k o m r e D u p
t r , a e m t u w a k o m r e D u p
t t r , a r , a e e w m m t u a t u w a k k r o m r e o m e D u p D u p
n a a y a t h g a k a n g c a n n e r i u T p k
n u n i a g l a g i n l r n d e a t u r s u u l a u a h l a n u r a e t S t a p
i r g i r n a n a a a d d d y n n ) i a e e l l g n s a r a n a u s a o p u s k a b i b a r r r a r r g e e n e d i a a d D b i l B u (
n a d
a y a h a b (
l o e k v i s e i L R
o k i s i R
i s n e u k e s n o K a n j a r g j e a p k n e a y r e P T i s a p y i r a k h s a e D B i g s a n k a f y i i a t y n a e h d i a r e B T
s a e j s r o r e P K
o N
n ) a k i a i s y f a a h y a a c h n a e P b (
m u m U i l o P 2
a y a h n a a ( b b a b a ) u m e r h l k a i u e d s S k u i f
) u a b i e i m D k
6 3
o
, r i t u s ) e s i u a g r m m o a r s i v j a l i o p i n a b g a r t i , y o i r r a e o t r e h k n a k i p e a a b M s b d (
o
n S i a a E s m K e o N n d A o e d n P Y S I k A i F l I b u D p A e J R R n a E t K a N h e A s T e A K H n E a S i r e E t K n N e A m e D K N A T A M A L E S E K O K I S I R N E M E J A N A M
n a l i a a g s e g l n e a y T n e P
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
s u t s 7 u 1 g 0 A 2 9 1
a n a s k a l e P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
g n u b g a g w n a a J n e P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
i r k i n h n h u n n i n s n o t i u m a l a a l a t a a h a a t k s a n l g k g n a u o n n a g n o n m m s a n a a a n e u j n f e p e i w k u u k i e t g o i n a j d j s a r m a s d a n i g p r g n e a n l i a r e a e h a e b m e r d a a p a n m m r o n k d h i e n o e n e g n n t r e a n a n a p i a a n n a p n a i n i s p i / o k a a a a a a a e b n m d s g r c g a a r a a s u s r r r 3 n n u r i n n g m k r o i n u u y u u u i k k e s a a k i h s a K e s k T n a u i s i s u l a n k a c e a n t n d n k k a d d u g e e T k r e r r e e e e i g i e e e e t y i a g o n y u k i g j g i a a i i e R P l s s k e e n m s l n i r s n r r s o s p n n r n e m s e t e e e a e e i s t e e a e e o a r a s e i m p P p p P p r m S P p p p P k P p P p a P b o
o
o o
o
o
o
o
n i n m n m a h a a a a h a n l a u n g g s e j a a l a l k a a k b i r r m a p e m m e e a b i a m m g e g r i n i n a p n g a g a l a c n a r r a 3 a i s u e r a n b u y k u s u u i t a d n K i u t g m k g g g g e i e a a s s s e n i n n g b n b o s e n r a p s e i e e e u P p a P b M p s p S o
o
o
g n a d e S
g n a d e S
g n a d e S
g n a d e S
i g g n i T
C
g n a d e S
g n a d e S
g n a d e S
g n a d e S
t a r e B
P
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
l o e k v i s e i L R
o k i s i R
i s n e u k e s n o K a n j a r g j e a p k n e a y r e P T i s a p y i r a k h s a e D B i g s a n k a f y i i a t y n a e h d i a r e B T
s a e j s r o r e P K
o N
g n a l u a n t a k g u n g r g , a n t n o a a t G o d
7 3
/
o
f a r
n a
, a n j a r e h k a l e s l e r e t K s
a n n r n a n n n r a a a a y a e a a r u n g t u s n , u n n a g u s a r e g m d h g g u d e g m a g e e e a n n n m u m b n t r n t a r a e e e t s r s e e a i e a a i G p p s a p K g s p d G s
t r , a e m t u w a k o m r e D u p
t r , a e m t u w a k o m r e D u p
i , g i g t r a e t w k a o r e D p
i , g i g t r a e t w k a o r e D p
i , g i g t r a e t w k a o r e D p
l i n s a i e g s n i g o s a a n p a p p a s j a i r a k r d n u a a e n t g k h s e m r n r a o a e i d e e P k p t b d
n k e a i s y a n p a h b u a l l a m l u r e J t
i r i a g d i g r o b g i n n s i s e i B m
i r i a g d i g r o n b a n r a i s t e e G m
u n a a t r a u p , m i r u , n a c k l a r p m a r i e a a a g m r e o C u l ( p
l a g g n a j
a i j r g e g n k i t
a y a h a b (
) k i s i f n a a r y a a h t a e b G (
) a i m i m k a a g y l a a h a m b A (
) i m a r y o u a n t o s h a g o b r P ( e
) l a i s a o y n a s o a g h k b n a i e a b s B y ( p
g ) n k i s i i s B i f
i g i G i l o P 3
n S i a a E s m K e o N n d A o e d n P Y S I k A i F l I b u D p A e J R R n a E t K a N h e A s T e A K H n E a S i r e E t K n N e A m e D K N A T A M A L E S E K O K I S I R N E M E J A N A M
n a l i a a g s e g l n e a y T n e P
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
a n a s k a l e P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
g n u b g a g w n a a J n e P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
t i t r g i n i n k n n s a r g a t u n a a y d l a a d n a a a a l n a e k h l a u g i i l 3 s p t e r t y u a n a e K s n a i ) k b t s n i k e s s l i i o s a i a i a i u r g v s n a n l i g g i g r m o p i i i g e d a a a i p r n e g i g i g h ( p m s n k d h a d a t n l n a n n b e a n a a d a l a i n a a a n e a m o n n l l l a k e b l m d a a h a k t a r a a n g a y / a a h n g m b o i s u i k n k e a a n b b b k u i a u u u r k T n a n s i n t b n r e g e e T a m h e m m m a g k d b a a e m k a a g a h a a g R P g n s g a i n l n n n b r a n b r r m n m r n l e n e e a e e e e e e a e e e a n e m a u a d p y b k P p m P r m p P p m t p e c e P s o o o
i a r D t g s a e t g k P a e n i n i A s e t r m ) e i a r s r e m e a a e m l a k p p n p s s n i a a n n n a a k n n n k a a a i r a n h a e a m a a a a t i a r g n k s u s u r b n k k r u e k o a u u i i e a a g r s f u g o b r p k g i e e i r r n g g g a a a o u n k c n r l m y s m c e s n l i o m e e e e e n e e e r e e i u s P b m p P k P s m d P b ( a n l a a g k n r e a b u r
o
o
o
o
h a d n e R
g n a d e S
g n a d e S
C
n a g n i R
g n a d e S
g n a d e S
P
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
l o e k v i s e i L R
o k i s i R
i s n e u k e s n o K n a j a r g j a e p k n e a y r e P T i s a p y i r a k h s a e D B i g s a n k a f y i i a t y n a e h d i a r e B T
s a e j s r o r e P K
o N
i g g n i a g y n l , a a a k b g ) a m a a n k b h u n a u t e m m i g n e i t t d u m
n a n s i a t r u n a / l k i a g a p a s g r a y k u n l u n n e n e a a r e e f n m G s p P i
g n a l u n t a u g g , n t o a t G o
i , g i g t r a e t w k a o r e D p
i , g i g t r a e t w k a o r e D p
i , g i g t r a e t w k a o r e D p
i r g i r n a n a a a d d d y n n ) i a e e l l g n s a r a n a u s a o p u s k a b i b a r r r a r r g e e n e d i a a d D b i l B u ( a y a h a b ( ) u a b i e i m D k
, r i t u s ) e s i u a g r m m o a r s i v j a l i o p i n a b g a r t i , y o i r r a e o t r e h k n a k i p e a a b M s b d (
l a g g n a j r a u n t s e o r a P k l a g g n a j r a y u a t h s a o P b (
8 3
n S i a a E s m K e o N n d A o e d n P Y S I k A i F l I b u D p A e J R R n a E t K a N h e A s T e A K H n E a S i r e E t K n N e A m e D K N A T A M A L E S E K O K I S I R N E M E J A N A M
n a l i a a g s e g l n e a y T n e P
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
a n a s k a l e P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
g n u b g a g w n a a J n e P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
i r k i n h n h r a u n u a g n l D t d a o u m a l e a a l a t a h d n a a t t k P a a k t g n u a g e o ) k n a s g A m w a s p y C a u n n m n r f i m ) e u n u e j t g a b o o a j a a s n d a n u i g r 4 r a n e g r a l i h a 2 n a n r a e e a n m r d n e r m l a a n d a a h p a n k r o – a s n k e i e i a k u g n n i n o e n a s t i n a e a d p n p a t n 8 k s n k k a a a n i s n n b a n d n a / i r 1 a o i n h r n a a a a a a a a e m d i a s g u r g a a a ( e r i n u r n r r t h g n t p r n s o n g m u r i u r b a m u r r i u t n u a u t u n a u k s a t r r k i n a t r n e s k e i e k a a i o d e h s a g s a a a a a n d a n n f a a a u e T e T n e e p a a u u l t r e g h k g o i g o c y g i e i g p m l g i m b r r r e n g j g g a i a R P g a a g a u a s o a k n n n u j k m l a p k e e r l n n n n m i n n n t r s s l s c c k a r i r i o r e e i o m e g r a e e e e e i e e i e e e t s t e e a e e r a e a m n u r e y s P n M s d P s m d P b ( s e e d P k i p r m S P p p p P k P p P u r t P b o o o o o o o o o o u t u t k k a a w w
g n a d e S
h a d n e R
g n a d e S
C
g n a d e S
n a g n i R
g n a d e S
P
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
, a n j a r e h k a l e s l e r e t K s
n a a a k j m d i ( a y i n n s a n ) k a r h a d a a g s l d , i a i e n t n h l n e a e e a a K n d k u r p
t i r / l k i a a s y k u n n f e e e n P i m
i , g i g t r a e t w k a o r e D p
m u i r s t a o a g r u o t e b a P l
m u i r s t a o a g r u o t e b a P l
n k e a i s y a n p a h b u a l l a m l u r e J t
n u n i a g l a g i n l r n d e a t u r s u u l a u a h l a n u r a e t S t a p
i r a d
a i j r g e g n k i t
n a d
, r n a u i e s u e y t a r m i m o h a r s v j i a p b n ( a g r t ) i , n i o i e g r r e o g l t r e r k n e o k i p o i e a a l M s b d a b
l o e k v i s e i L R
o k i s i R
i s n e u k e s n o K
a k g n a r n a d
a n j a r g j e a p k n e a y r e P T i s a p y i r a k h s a e D B i g s a n k a f y i i a t y n a e h d i a r e B T
s a e j s r o r e P K
o N
i n s a i n s d a o a n p k u s a k i n i d r k a r u g i n e k u d m l r n a n e i e e e p d d b m
) i m o n o g r e
) l a i s a o y n a s o a g h k b n a i e a b s B y ( p
a y a h n a a ( b b a b a ) u m e r h l k a i u e d s S k u i f m u i r o t a r o b a L 4
n n g a e n d i m a ) s d s e e e s i l s n p i a r l s s a o a r g a b i r a i r n n a e d r a i a d a B u ( y d
9 3
n S i a a E s m K e o N n d A o e d n P Y S I k A i F l I b u D p A e J R R n a E t K a N h e A s T e A K H n E a S i r e E t K n N e A m e D K N A T A M A L E S E K O K I S I R N E M E J A N A M
0 4
n a l i a a g s e g l n e a y T n e P
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
a n a s k a l e P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
g n u b g a g w n a a J n e P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
i s n i s a o g p n e d
s t a h n h t u u s n i a r a i a a l a k p i a n t k l t a g t e g a c m s j m n m w a n h i n n e u u l e t g a j d j t s k i e u l a t g a p n h i g s n x a u n u m w r n l e r n i n a o t 0 / p g l d n a a n i s a i 0 a g a n n n n r a a y r n n 3 a a a a u a u s n l u a a a s n a i k y h k s a a n t d k h i u u a e g i r e a a u l a a m b y u k g j b g i p i r n t r i n a m g m , n c s n n r e e e a e e e e i e m e L e n e a P p p p P k P d m P l P T P p
n n g t a a y a a n l n a l a h a i s y a s 3 i k r i s n s a K i r e n a n l i a e b k m d a a m m e n k d h i p e e r n e a n a p s n i p a a d a g e b n m d i a n o n g m g t a r h a k k i n T n u T u n n u n a e e u n d a e g u g R P k d n e e a i s g n u n m g l n i r o a e s e e l a r u e a m p P r m P p s
r k i n o u m a t k t o g a n u n f o n a i g g e m r e r o n n o e n k p n a a i / i a a o a r s g g a s i r n r n u k u e i a k s i s u i n k a h e r l e i e t y i a g o n c k e n m s l n i r e e a e e s e t P p p P p i r m S o
o
o
o
o
o
h a d n e R
h a d n e R
g n a d e S
g n a d e S
h a d n e R
C
n a g n i R
n a g n i R
g n a d e S
g n a d e S
h a d n e R
P
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n a t n i s l a u u n a p g a a k g r n i s n l u t a a a r e i r G s p I
g n a l , n u a n a t k g a n h u g a l g , a r e t n l a o n e t a K G o d
, a n j a r e h k a l e s l e r e t K s
n a h a l a e t l e a K m
m u i r s t a o a g r u o t e b a P l
m u i r s t a o a g r u o t e b a P l
m u i r s t a o a g r u o t e b a P l
r e k e t o p A
l o e k v i s e i L R
o k i s i R
i s n e u k e s n o K n a j a r g j a e p k n e a y r e P T i s a p y i r a k h s a e D B i g s a n k a f y i i a t y n a e h d i a r e B T
s a e j s r o r e P K
o N
m u i r s t a o a g r u o t e b a P l
i l t s k a i g i r i j a a d i r k n a l s a g a n i e i a d l s g m a k y m a y . n n u a n e n n n n i n a u s a r a s j a a b e t e i a p l l g o r k m a i s r h n i k r a u a a d m m m a a u a i s i u a u a i k d l u n e k u s k a i s r s g l s e p t a o t b a d l s r l r a m r d e r a n e m n g a l n e e n a n p b o a e i e a u i d a u p a r a e i a D b l P a s l P k p d t b p K t s J s y t a y a h a b ( ) u a b i e i m D k
a y a h a b ( l o h ) a o i k m l i A k
l a g g n a j
) i m a r y o u a n t o s h a g o b r P ( e
a i j r g e g n k i t
) l a i s a o y n a s o a g h k b n a i e a b s B y ( p
n a a y a t h g a k a n g c a n n e r i u T p k
n ) a k i a i s y f a a h y a a c h n a e P b (
k e t o p A 5
o
o
o
n S i a a E s m K e o N n d A o e d n P Y S I k A i F l I b u D p A e J R R n a E t K a N h e A s T e A K H n E a S i r e E t K n N e A m e D K N A T A M A L E S E K O K I S I R N E M E J A N A M
n a l i a a g s e g l n e a y T n e P
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
a n a s k a l e P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
g n u b g a g w n a a J n e P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
i d
t a t n n a y a a l a n a k a l g i s n c a i a o a s n a s a i r u r 4 n a n l r i a e a m 2 n a p d a a d n i d – a u a n k d h a k r a i g i e a n a t n l n a r 8 n n d p 1 a a k a e b m d u a a ( r t h n h n g m r o i i r u i a e u a n g a n t a r a e s r n n k k T n a l s b r a a e e T a r e p u l u u g a e m a g n p m m u a g d e k b r R P k r n g n k k a t m a m a r l s l y e i e e a a n i l a c u e e a b P r t n M s d e e b e e P p m m o P s o o u a g h d n u a a s p y ) C
i a r a i D t g j j a n e r ) a r s t g e P a u n k e k e n A s i i m k c t m ) a a a k i n r r r e a n s e e i r a r n p m l a k a k p n u a s s g n a a n a n g k d n i a k n k n n a n n a i r u n a h a e a m a a t e i i a r a d s a s m g n k s n k u r u b r a u u s n e u e k i o k e r g f a g a k i f a g o b a p a t e g i r r i a i n u g l g y g m a a o u n l k c n r s j a m c e s n o i a n n k r r d e o e e e e e e i m e e b e i u e s P b m o P k k M d j P s m d P b ( ( a n l a a g k n r e a b u r
o
o
o
o
h a d n e R
h a d n e R
h a d n e R
g n a d e S
g n a d e S
C
n a g n i R
n a g n i R
n a g n i R
g n a d e S
g n a d e S
P
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n a a a k j m d i ( a y i n n s a n ) k a r h a d a a g s l d , i a i e n t n h l n e a e e a a K n d k u r p
n a r n u a l a s s a i p s a a n r t i r e I p
n a n s i a t r u n a / l k i a g a p a s g r a y k u n l u n n e n e a a r e e f n m G s p P i
g n a l u a n t a k g u n g r g , a n t n o a a t G o d
r e k e t o p A
r e k e t o p A
r e k e t o p A
r e k e t o p A
n u n i a g l a g i n l r n d e a t u r s u u l a u a h l a n u r a e t S t a p
i u g i r r g i r a n a a n a t d n i a d d k a a y y n a ) t c a a e a i r l l g n b k l n a r a a d o u u s t u s a o - g u s k r b a b a a r b r a n b r g r a i r e e e b a e e i e d n B u ( a S d b o y D b l
l o e k v i s e i L R
o k i s i R
i s n e u k e s n o K n a j a r g j a e p k n e a y r e P T i s a p y i r a k h s a e D B i g s a n k a f y i i a t y n a e h d i a r e B T
s a e j s r o r e P K
o N
n a d
a y a h n a a ( b b a b a ) u m e r h l k a i u e d s S k u i f
) a n i m a i t a k b a o - y a t a h a b b O (
a y a h a b ( ) u a b i e i m D k
1 4
r e k e t o p A
, n a e s a y u r d a m h s i v i a n b ( a g r t ) i i o i r r g e r o t u l r e o k p k i e a m i o a M s b j b
o
l a k n n a j a a a g e d g d g m i n t n e a j d r i r a a u i u n a j s t e j a s r r j s o a e e h a o P k k s b p l a g g n a j
) i m a r y o u a n t o s h a g o b r P ( e
n S i a a E s m K e o N n d A o e d n P Y S I k A i F l I b u D p A e J R R n a E t K a N h e A s T e A K H n E a S i r e E t K n N e A m e D K N A T A M A L E S E K O K I S I R N E M E J A N A M
n a l i a a g s e g l n e a y T n e P
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
a n a s k a l e P
s a 3 m K s e m k i T s u P
g n u b g a g w n a a J n e P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
i r a u n a J
i r a u n a J
7 1 9 0 1 2
7 1 9 0 1 2
3 s K a m s e k s m i u T P
3 s K a m s e k s m i u T P
s n a a m n s i e p k m s i u P P
s n a a m n s i e p k m s i u P P
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
s a 3 m K s e m k i T s u P s n a a m n s i p e m k s i P u P
t a r k i n h n g r s u t u u u s u a g i u n s n a r t o t a t u m a l a i a a n t p i h d n l t a n t t a t k k k k y k i a a k g a u a a o ) e n g a a a a g c a m s j u y s p y C k g l a u n n m h n i n e f a n i w w w t l w u n n e g a k t o i o a j r s i s n e u l a d a i g 4 s u t x p n g a n t a a g a n l i r h g 2 n a s d e r m e r i u m w n u d a a a a a r n l o o e n b – n n k d h i o e r n n n o a d t a m n n k p a l e a n a n n a 0 a p p a 8 n a a n s g n k n a / / i r o i b i i a l 0 a h g 1 t a i a r n r y a d a a a e m d g a u ( n n n a a g r r n n 3 r t r r s n u g a d n g m r a u a r o i n u r n a a a e l t n u u u b u i a a n e a n a k i h s e a s n a h y t h k t k t t k T n a t k r h a i i a r u a i s u l k a l a d u k a a u a a m e e T a h k e l u e a i a r u d a e d c a i g i e i a p t m o y t k c g j g c k g n p m p a a i a a a m g i m b p g R P g b n a g e k n r n j r l n n n n n n , a n n o r n r l n a r i r m i r e r e e e e i e L e m e e e e a m y m r e e t e e i e e o e s e t p e i a u e s a P k i P p r m S P a p d P k P d m P T P l P p b P r t n e d P p k P M u o o o o o o o o o o o o g n a d e S
h a d n e R
h a d n e R
h a d n e R
C
g n a d e S
h a d n e R
n a g n i R
n a g n i R
P
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
, a n j a r e h k a l e s l e r e t K s
n a h a l a e t l e a K m
n a a a k j m d i ( a y i n n n a s a n ) h k a h a r a g s l a d a d a , i l a l i e t e n t n h n l a e a e e u a e a K n d k r p K m
r e k e t o p A
a t a t s a a g h u a t e s P u
a t a t s a a g h u a t e s P u
a t a t s a a g h u a t e s P u
t i a k k k a b c y a a o i r n y a n d b a b h u u a l l l g a a l m n l r r u e t e y t J a
n a a y a t h g a k a n g c a n n e r i u T p k
n u n i a g l a g i n l r n d e a t u r s u u l a u a h l a n u r a e t S t a p
r r a a n y i a s l r e i s t a a u p i d d m a a o R p k
n a d
a y a h a b ( i s a i d ) k a i s R i f
l o e k v i s e i L R
o k i s i R
i s n e u k e s n o K a n j a r g j e a p k n e a y r e P T i s a p y i r a k h s a e D B i g s a n k a f y i i a t y n a e h d i a r e B T
s a e j s r o r e P K
o N
g n a s r s u i u r k m e o g g t n n a o g e b r m o e
a i j r g e g n k i t
) l a i s a o y n a s o a g h k b n a i e a b s B y ( p
n ) a k i a i s y f a a h y a a c h n a e P b (
a t a T g a n h a a u s R U 6
a y a h n a a ( b b a b a ) u m e r h l k a i u e d s S k u i f
2 4
n S i a a E s m K e o N n d A o e d n P Y S I k A i F l I b u D p A e J R R n a E t K a N h e A s T e A K H n E a S i r e E t K n N e A m e D K N A T A M A L E S E K O K I S I R N E M E J A N A M
n a l i a a g s e g l n e a y T n e P
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
i r a u 7 n 1 a J 0 2 9 1
r e b o 7 t k 1 0 O 2 9 1
a n a s k a l e P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
s a 3 m K s e m k i T s u P
g n u b g a g w n a a J n e P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
s n a a m n s i p e m k s i P u P
u n t a k g a n i w a n s a u n a n l r i a d a a n k d h a e a n a n a n l a a k e b d h m d n g m t i r o i e k T n a a s r b e e T h e a a a R P j r b r r i m a e t s k i e c e P s
3 4
i l k u r r k i n h n h u n k i l e o t b a u m a l a a l a t a t t a a k r l k g n e o k m r n a g m m a n a n a e u n f m ) w u u t t e g n o a j d j a a a n a g i r g e n g r d k h a a e e m e r t m l a a m a g a n p n j r o s e i p i e e n i a a n o n n n t n k p p a k n n n k n k a a s p n i a a t i / i l o a h a r a t a o a y a i a a s a g r g n a e r r n r g b n a a n n k u n n u r i s r i n u r u a u u e k i r s a t a k e i o a u h s e e a h s g s a a f a n n u g a d d e o a u s i l r m r g c b r k g i g i r n e e t g l g o y g j b a g i u u g i a e a a o s i a k n n k c n d k t g l n i u e k n n m c e s n o i t r s s r o r e e m a t e e e e e e r e i m e o t n e s e e a a e a a s P t P s m d P b ( p d s i t P p i r m S P p p p P k P p a n l a a g k n r e a b u r
o
o
o
o
o o
o
o
h a d n e R
g n a d e S
g n a d e S
g n a d e S
C
n a g n i R
g n a d e S
g n a d e S
g n a d e S
P
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n i k g n u M
n a n s i a t r u n a / l k i a g a p a s g r a y k u n l u n n e n e a a r e e f n m G s p P i
g n a l u a n t a k g u n g r g , a n t n o a a t G o d
, a n j a r e h k a l e s l e r e t K s
a t a t s a a g h u a t e s P u
a t a t s a a g h u a t e s P u
a t a t s a a g h u a t e s P u
i k l a h i a j i r r a a s g e b d u d i e k g m l t s n i a , j m s r a h a o u a g n t a d u j a n o j s e t r r r g o a e n e e r e P k k r p k e
, k D n a a d y n P P n a t S a n b a n n n a u a t a a u b , r n r i a l a a o g l m J o l e P p u p e r e a a P S l b l k t
l a g g n a j
a i j r g e g n k i t
l o e k v i s e i L R
o k i s i R
i s n e u k e s n o K a n j a r g j e a p k n e a y r e P T i s a p y i r a k h s a e D B i g s a n k a f y i i a t y n a e h d i a r e B T
s a e j s r o r e P K
o N
a t a t s a a g h u a t e s P u
i r g i r a n a a d d y n ) a e l l g n n a r a u s o a u s r k a b a b r g r a i e e n e d r a D b i l B u ( a y a h a b ( ) u a b i e i m D k
, r i t u s ) e s i u a g r m m o a r s i v j a l i o p i n a b g a r t i , y o i r r a e o t r e h k n a k i p e a a b M s b d (
) i m a r y o u a n t o s h a g o b r P ( e
) l a i s a o y n a s o a g h k b n a i e a b s B y ( p
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
B.
Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes Rujukan Penerapan Manajemen Risiko K3 di Fasyankes rujukan mengikuti langkah-langkah di bab 3 yaitu : 1.
Persiapan
2.
Identikasi Risiko
3.
Analisis Risiko
4.
Evaluasi Risiko
5.
Pengendalian Risiko
Contoh penerapan manajamen risiko di fasyankes rujukan dilakukan dengan metode semikuantatif pada salah satu unit di rumah sakit yaitu Instalasi Gawat Darurat dengan analisa risiko dapat dilihat pada Lampiran.
44
Pedoman MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI FASYANKES Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
REFERENSI
HSE UK. 2016. Health and Safety Statistics. Available at: http:// www.hse.gov.uk/statistics/. ILO. 2014. Safety and Health at Work. Available at: http://www. ilo.org/global/topics/safety-and-health-at-work/lang--en/ index.htm. Kurniawidjaja, L.M. 2012. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta. Leka, Stavroula and Aditya Jain. 2010. Health Impact of Psychosocial Hazards at Work. Geneva. NIOSH. 2014. No title OSHA. 2012. Worker Safety in Your Hospital: Know the Facts. Available at: https://www.osha.gov/dsg/hospitals/ documents/1.1_Data_highlights_508.pdf [Accessed July 24, 2016]. OSHA. 2013. Lessons from High Performing Hospital, Integrating Patient and Workplace Safety Program. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Data Jumlah Kasus PAK dan KAK yang Dilaporkan oleh Puskesmas Tahun 2011-2014. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan WHO. 2016. Health Workers. Available at: http://www.who.int/ occupational_health/topics/hcworkers/en/.
45