Katalog BPS Nomor : 9205.3273
PDRB Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDUNG TAHUN 2008 - 2011
ISSN
: 0854.9304
No. Publikasi
: 3273.1201
Katalog BPS
: 9205.3273
Jumlah halaman
: 75 halaman
Ukuran buku
: 18,2 cm x 25,7 cm
Naskah
: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Gambar Kulit
: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Diterbitkan oleh
: Badan Pusat Statistik Kota Bandung
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Tim Penyusun
Penyunting
: Ir. Hj. Sri Daty Ir. Ima Primasari
Penulis
: Isti Larasati Widiastuty, SST, MP
Pengolah data/ Penyiapan Draft
: Ir. Ima Primasari Isti Larasati Widiastuty, SST, MP Jonrial Nasution
KATA PENGANTAR Pembangunan ekonomi dilakukan semata-mata untuk meningkatan kesejahteraan rakyat, demikian halnya pembangunan ekonomi di Kota Bandung. Strategi pembangunan yang dilakukan beberapa dekade terakhir ini tidak hanya memacu pertumbuhan ekonomi, namun bagaimana pertumbuhan ekonomi yang tercipta tersebut dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Publikasi “Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung Tahun 2008 - 2011” diharapkan dapat memberikan gambaran awal tentang kondisi makro hasil pembangunan ekonomi di Kota Bandung Tahun 2008 - 2011. Publikasi PDRB Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 ini memuat gambaran mengenai laju pertumbuhan ekonomi, struktur perekonomian, perkembangan ekonomi, dan pendapatan per kapita masyarakat Kota Bandung dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penerbitan publikasi ini disampaikan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat bagi evaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dan bisa menjadi pijakan yang kuat untuk pengambilan keputusan yang akan datang. Kritik dan saran sangat kami hargai guna perbaikan dimasa yang akan datang. Bandung, September 2012 BPS Kota Bandung Kepala,
Ir. Hj. Sri Daty NIP. 19591107 198503 2 002
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
i
DAFTAR ISI Uraian
Hal
Kata Pengantar …………………………………………..........................
i
Daftar Isi …………………………………………………..........................
ii
Bab I Pendahuluan………………………………........................
1
1.1. Latar Belakang ……………………………………...........................
1
1.2. Maksud dan Tujuan…………..…………………..........................
3
1.3. Jenis dan Sumber Data…………………………..........................
4
Bab II Metodologi ………………………………..........................
5
2.1. Konsep dan Definisi ………………..........................................
5
2.2. Manfaat Statistik Pendapatan Regional………....................
11
2.3 Cara Penyajian PDRB...........………………………...................
12
2.4 Metode Penghitungan PDRB ………………………………………
14
2.5 Penyajian Angka Indeks..... ……. …………………………………..
17
Bab III Uraian Sektoral …………………………......................
20
3.1 Sektor Pertanian…………………………………............................
20
3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ………......................
24
3.3 Sektor Industri Pengolahan ……………………........................
26
3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih …………….......................
30
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
ii
3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi …………………........................
32
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ….......................
33
3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ……….....................
35
3.8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.......
40
3.9. Sektor Jasa-Jasa …………...…….………..................................
43
Bab IV Struktur dan Pertumbuhan Ekonomi ..............
46
4.1. Struktur Ekonomi….............................................................
46
4.2. Pertumbuhan Ekonomi ...............…………………………………
75
4.3. PDRB Per Kapita...……………………………………………………..
85
Bab V
Perbandingan Regional Wilayah Bandung Raya .........................................................................
89
5.1. Struktur Ekonomi….............................................................
89
5.2. Pertumbuhan Ekonomi ...............…………………………………
94
5.3. PDRB Per Kapita...……………………………………………………..
96
Daftar Pustaka ………………………….......……………………………….
100
Lampiran ………………………………………………………………………..
101
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdayasumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 :108). Todaro (dalam Arsyad, 1999 : 5) mengemukakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukan oleh tiga nilai pokok, yaitu ; (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Maka harus disadari bahwa pengertian pembangunan ekonomi sangat luas, tidak terbatas pada bagaimana meningkatkan angka PDRB saja, namun lebih pada bagaimana
mengembangkan
kegiatan-kegiatan
ekonomi
serta
meningktakan kualitas hidup masyarakat. Perlu juga disadari bahwa pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang tidak terlepas dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dunia luar, mengingat sistem pembangunan ekonomi di negara kita bersifat terbuka. Hal ini dapat terlihat ketika terjadi krisis ekonomi dunia
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
1
beberapa waktu lalu, berimbas pada kondisi ekonomi dalam negeri termasuk Kota Bandung. Kondisi perekonomian global yang cenderung membaik sejak terjadinya krisis keuangan tahun 2008 lalu akibat krisis di Amerika Serikat memberikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Perbaikan ekonomi global dan nasional ternyata cukup memberikan dampak positif bagi perbaikan perekonomian di Kota Bandung. Pertumbuhan pembangunan ekonomi Kota Bandung diantaranya
dapat
ditunjukkan
melalui
peningkatan
angka
pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2011 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung mencapai 8,73 persen, meningkat positif dari tahun 2010 yang berada pada level 8,45 persen. Perekonomian Kota Bandung mampu tumbuh sekitar 8,73 persen pada tahun 2011 tidak lepas dari tumbuhnya perekonomian hampir seluruh sektor ekonomi. Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi pertumbuhan relatif tinggi pada tahun 2011 diantaranya adalah sektor bangunan/konstruksi serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Pada tahun 2011 ini seluruh sektor tumbuh positif,
termasuk sektor pertanian dimana pada tahun sebelumnya mengalami konstraksi pertumbuhan hingga minus 14,94 persen, sedangkan tahun 2011 ini mampu tumbuh sekitar 5,89 persen. Demikian halnya dengan sektor industri pengolahan yang mengalami peningkatan LPE dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu mencapai 3,70 persen. Jika diamati setiap tahunnya kondisi perekonomian cukup berfluktuasi
akibat
kondisi
internal
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
perusahaan/usaha
juga
2
dipengaruhi oleh kondisi eksternal, baik kondisi wilayah, kondisi di dalam negeri maupun kondisi global. Oleh karena pemantauan kondisi perekonomian secara berkala perlu dilakukan dalam setiap tahapan pembangunan ekonomi. Dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi
pembangunan
ketersediaan
data
dan
indikator
perekonomian makro secara berkala perlu tersedia dalam kurun waktu yang relatif cepat. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator perekonomian yang biasa digunakan untuk memantau perkembangan kondisi perekonomian suatu wilayah. Penyusunan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung Tahun 2008 2011 kiranya dapat dijadikan salah satu bahan/kerangka acuan dalam penetapan kebijakan ekonomi makro, baik moneter maupun sektor riil, sehingga proses pelaksanaan pembangunan ekonomi di Kota Bandung masa mendatang akan lebih tepat sasaran.
1.2 Maksud dan Tujuan Secara garis besar maksud penyusunan publikasi ini adalah untuk mengetahui gambaran perkembangan pembangunan di Kota Bandung, khususnya dalam bidang perekonomian. Adapun secara rinci tujuan tersebut adalah : 1. Menyediakan data ekonomi makro bagi perencanaan dan evaluasi pembangunan di Kota Bandung tahun 2008 - 2011.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
3
2. Mengetahui
gambaran
tentang
struktur
perekonomian,
perkembangan ekonomi, tingkat pendapatan masyarakat Kota Bandung tahun 2011.
1.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penyusunan publikasi ini adalah : data produksi, data harga dan data biaya
antara atau rasio
biaya antara dari seluruh sektor ekonomi, yang meliputi : Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan dan Sektor Jasa-Jasa, serta data jumlah penduduk pertengahan tahun. Data di atas bersumber dari data primer hasil survei/sensus rutin Badan Pusat Statistik, seperti : Survei Industri Besar Sedang Tahunan, Survei Hotel Tahunan, Survei Konstruksi Tahunan, Survei Harga,
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), dan Sensus
Penduduk (SP) Tahun 2010, proyeksi penduduk untuk penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU). Disamping itu juga bersumber dari data sekunder berdasarkan pengumpulan data instansi terkait, serta survei khusus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, yaitu Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) Tahun 2012.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
4
BAB II METODOLOGI
2.1 Konsep dan Definisi
2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau yang lebih dikenal dengan istilah Pendapatan Regional (Regional Income) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan ke dalam 3 pengertian yaitu:
a. Pendekatan Produksi (Production Approach), PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh
berbagai unit
produksi dalam suatu
wilayah/regional pada suatu waktu tertentu, biasanya setahun. PDRB
=
∑ NTB
PDRB
=
∑ (Output – Biaya Antara)
PDRB
=
∑ ((Produksi x Harga) – Biaya Antara)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
5
b. Pendekatan
pendapatan (Income Approach), PDRB
adalah jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut di dalam proses
produksi di suatu
wilayah/regional pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga
modal dan keuntungan (surplus usaha) yang
kesemuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak tak langsung lainnya. Regional
Dalam pengertian Produk Domestik
Bruto, termasuk pula penyusutan barang modal
tetap dan pajak tak langsung neto, Jumlah seluruh komponen pendapatan tersebut disebut nilai tambah bruto dan Produk Domestik Regional Bruto diperoleh dari penjumlahan nilai tambah bruto seluruh sektor lapangan usaha. PDRB
=
Upah Gaji + Surplus Usaha + Pajak tak langsung netto + Penyusutan
c. Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach), PDRB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga termasuk lembaga non profit yang melayani rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok (inventori) dan ekspor neto di suatu wilayah. Ekspor neto di sini adalah ekspor dikurangi impor.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
6
PDRB
=
Konsumsi Rumah Tangga + Konsumsi Pemerintah
+
PMTB
+
Perubahan
Inventori (Stok) + Ekspor - Impor
Dari ketiga pendekatan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan pada suatu wilayah, sama dengan jumlah pendapatan faktor produksinya dan harus sama pula dengan jumlah pengeluaran untuk berbagai keperluan. PDRB di atas selanjutnya disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar karena masih mencakup pajak tak langsung neto.
2.1.2 PDRB atas dasar harga berlaku PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah.
2.1.3 PDRB atas dasar harga konstan PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun tertentu atau tahun dasar, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
7
2.1.4 Indeks Harga Implisit PDRB Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan.
2.1.5 Angka Laju Pertumbuhan PDRB Besarnya persentase kenaikkan PDRB pada tahun berjalan terhadap PDRB pada tahun sebelumnya. Adapun Laju Pertumbuhan Ekonomi adalah laju PDRB atas dasar harga konstan.
LPE
=
PDRB adhk t – PDRB adhk t-1 PDRB adhk t-1
x
100
2.1.6 PDRB per Kapita PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB PDRB per Kapita
= Penduduk pertengahan tahun
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
8
2.1.7 Pendapatan Regional PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor produksi yang mengalir keluar.
2.1.8 Pendapatan per Kapita Pendapatan perkapita merupakan hasil bagi pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam kenyataannya penghitungan pendapatan yang benar-benar diterima oleh penduduk Kota Bandung sulit dilakukan karena masih belum tersedianya data arus pendapatan yang mengalir antar daerah. Oleh karena itu sampai saat ini penyajian data pendapatan masih menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan demikian angka PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB merupakan “product originated”.
2.1.9 Produk Regional Bruto Merupakan PDRB ditambah balas jasa faktor produksi milik penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor produksi yang mengalir ke luar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
9
2.1.10 Produk Regional Neto Merupakan
produk
regional
bruto dikurangi dengan
penyusutan barang modal tetap yang digunakan selama setahun. Jika dikurangi lagi dengan pajak tak langsung neto akan diperoleh produk regional neto atas dasar biaya faktor produksi.
2.1.11 Pajak tak langsung neto Adalah pajak tak langsung dikurangi subsidi pemerintah. Pajak tak langsung
bersifat
menaikkan harga jual, sedangkan subsidi
sebaliknya. Selanjutnya
produk regional neto atas dasar biaya
faktor
disebut Pendapatan Regional inilah yang seharusnya merupakan pendapatan
yang benar-benar diterima
oleh
penduduk Kota
Bandung. Akan tetapi sampai saat ini penghitungan pendapatan yang benar-benar diterima penduduk
Kota
Bandung
belum dapat
dilakukan. Hal ini disebabkan masih belum tersedianya data arus pendapatan yang mengalir antar Kabupaten/Kota. Dalam pengertian ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan dari faktor produksi yang berada di luar Kota Bandung milik penduduk Kota Bandung harus dihitung
sebagai pendapatan
Kota
Bandung. Demikian
juga
sebaliknya dengan pendapatan dari faktor produksi milik penduduk luar Kota Bandung harus dikeluarkan. Berkaitan dengan hal di atas penghitungan yang dapat disajikan hanyalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
10
PDRB ini merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan daerah tersebut untuk menghasilkan
pendapatan
atau balas jasa
faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain
PDRB merupakan gambaran
"Production Originated".
2.2 Manfaat Statistik Pendapatan Regional PDRB sebagai indikator ekonomi dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran situasi ekonomi suatu wilayah, diantaranya : 1. PDRB atas dasar harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. 2. PDRB
harga
berlaku
menunjukkan
pendapatan
yang
memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu daerah. 3. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral dari tahun ke tahun. 4. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian yang menggambarkan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran yang besar menunjukkan basis perekonomian yang mendominasi wilayah tersebut.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
11
5. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. 6. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.
2.3 Cara Penyajian PDRB PDRB dihitung dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung dengan menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar), dalam penghitungan ini digunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. a. Penyajian atas dasar harga berlaku, PDRB dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran PDRB. b. Penyajian atas dasar harga konstan 2000, PDRB dinilai seluruhnya dengan harga pada tahun dasar. Karena setiap tahun dinilai dengan harga yang sama, maka perkembangan PDRB dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil dan bukan disebabkan kenaikan harga.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
12
Dari dua penyajian PDRB ini diperoleh beberapa indikator ekonomi makro yang banyak digunakan oleh berbagai kalangan, baik birokrasi pemerintah, peneliti maupun masyarakat dunia usaha. Indikator tersebut antara lain Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Struktur Perekonomian dan Pendapatan (PDRB) Perkapita. Nilai PDRB Kota Bandung dalam publikasi ini disajikan menurut sektor lapangan usaha. Pembagian sektor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air bersih 5. Bangunan/Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9. Jasa-jasa
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
13
2.4 Metode Penghitungan PDRB 2.4.1 Penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tak langsung (alokasi). Dalam metode langsung dikenal ada tiga macam pendekatan penghitungan yaitu pendekatan produksi, pendekatan
pendapatan, dan pendekatan
pengeluaran. Dari ketiga pendekatan tersebut akan memberikan hasil yang sama. Dalam
metode tak langsung nilai tambah
wilayah diperoleh dengan mengalokasikan nilai tambah kegiatan ekonomi nasional ke dalam masing-masing
di suatu suatu kegiatan
ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang mempunyai pengaruh paling erat dengan kegiatan ekonomi tersebut.
2.4.2 Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan PDRB selain dihitung atas dasar harga berlaku, juga dihitung dengan harga konstan. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan PDRB secara riil, bukan karena adanya kenaikan harga. Ada empat cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga konstan, yaitu : a. Revaluasi b. Ekstrapolasi c. Deflasi d. Deflasi berganda
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
14
a. Revaluasi Metode ini dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing tahun dengan harga pada dasar 2000. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah
bruto atas
dasar harga
konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara. Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat banyak, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.
b.
Ekstrapolasi Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan
2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks
produksi sebagai
ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar harga konstan kemudian dengan menggunakan
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
15
rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
c.
Deflasi Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh
dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing-masing tahun dengan indeks digunakan sebagai deflator biasanya
harga.
Indeks harga
yang
merupakan indeks harga
konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.
d.
Deflasi Berganda Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan
biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan
sebagai
deflator untuk perhitungan output atas dasar
harga konstan biasanya merupakan
indeks harga produsen atau
indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
16
Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, di samping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai. Penghitungan komponen penggunaan produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia maka digunakan cara deflasi dan ekstrapolasi.
2.5 Penyajian Angka Indeks Untuk
mempermudah
dalam
menganalisisnya,
PDRB
disamping disajikan dalam bentuk angka absolut, disajikan juga dalam bentuk angka indeks. Secara rinci angka indeks tersebut adalah sebagai berikut :
2.5.1. Indeks Perkembangan Indeks
ini
menunjukkan
tingkat
perkembangan
pendapatan/perekonomian dari tahun ke tahun yang dibandingkan dengan tahun dasar. Indeks tersebut di rumuskan sebagai berikut :
IP
=
PDRB it PDRB
x
100 %
i0
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
17
dimana : IP
= Indeks Perkembangan
i
= Sektor 1,2,...,9
t
= Tahun t
0
= Tahun dasar
2.5.2. Indeks Berantai Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Indeks berantai ini diperoleh dengan cara membagi nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya dikalikan 100. indeks berantai dirumuskan sebagai berikut :
IB
=
PDRB it PDRB
x
100 %
i(t-1)
di mana : IB
= Indeks Berantai
i
= Sektor 1,2,…,9
t
= Tahun t
t-1
= Tahun sebelumnya
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
18
2.5.3. Indeks Implisit Indeks ini merupakan indikator tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Indeks Implisit diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai sejenis atas dasar harga konstan kemudian dikalikan 100.
Indeks Implisit dapat dirumuskan sebagai berikut :
IH
=
PDRB atas dasar harga berlaku
it
PDRB atas dasar harga konstan
it
x
100
di mana : IH
= Indeks Implisit
i
= Sektor 1,2,…,9
t
= Tahun t
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
19
BAB III URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bagian ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber data yang digunakannya.
3.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan 3.1.1. Tanaman Bahan Makanan Sub
sektor
ini mencakup komoditi
tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang
kedele,
produksi
kacang tanah,
sayur-sayuran,
ikutannya.
Termasuk
buah-buahan pula
dan hasil-hasil
disini hasil-hasil dari
pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk, gaplek dan sagu. Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar
harga
berlaku
diperoleh dengan cara
pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
20
kuantum produksi dengan
masing-masing harganya, kemudian
hasilnya dikurangi biaya antara.
Biaya antara
diperoleh
dengan
menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000
dihitung dengan cara
revaluasi.
3.1.2. Tanaman Perkebunan Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti karet, kelapa, kopi, kapok teh, tebu, tembakau, cengkeh, kemiri, kina, karung,
tembakau
perkebunan ikutannya
lada, lainnya,
dan
pala, panili, serta
tanaman
termasuk
hasil-hasil
serat produk
pengolahan
sederhana seperti gula merah, minyak kelapa, tembakau olahan dan teh olahan. Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan sedangkan data harga berupa harga perdagangan besar dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik. Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
masing-masing harganya, 21
kemudian hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio
biaya
antara terhadap output yang
merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi. Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan dan data harga dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada. 3.1.3. Peternakan dan Hasil-hasilnya Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil ternak seperti susu segar dan telur. Yang dimaksud dengan Produksi Peternakkan adalah banyaknya ternak yang lahir dan penambahan berat ternak. Produksi peternakkan di hitung berdasarkan perkiraan dengan menggunakan rumus:
Produksi = Jumlah pemotongan + (populasi akhir tahun - awal tahun) + (ternak keluar - ternak yang masuk)
Data
jumlah
ternak yang
dipotong, populasi ternak dan keluar masuk ternak diperoleh dari Dinas Pertanian,
sedangkan
data
harga
diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
22
Nilai tambah atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan setiap jenis produksi ternak dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi dengan biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi.
3.1.4. Kehutanan. Sub sektor ini mencakup komoditi kayu pertukangan, kayu bakar, arang, bambu, rotan dan lain-lain. Data produksi dan harga diperoleh dari Perum Perhutani atau Kantor Wilayah Kehutanan Propinsi Regional Barat. Nilai
tambah
bruto atas dasar
harga dihitung dengan cara Pendekatan Produksi
yaitu
mengalikan
terlebih
dahulu jenis produksi kehutanan dengan masing-masing
harganya,
kemudian
dikurangi biaya antara. Biaya antara dperoleh dengan menggunakan ratio biaya antara terhadap output yang merupakan hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
23
3.1.5. Perikanan Subsektor ini mencakup kegiatan perikanan laut, perikanan darat, serta pengolahan sederhana (pengeringan dan penggaraman ikan). NTB atas dasar harga berlaku dihitung
dengan
cara
output
dikurangi biaya antara. Nilai output perikanan
diperoleh dari
Pertanian sedangkan
Dinas
biaya antara
diperoleh dari hasil perkalian rasio biaya antara terhadap outputnya. Besarnya rasio biaya diperoleh dari Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi.
3.2. Sektor Pertambangan Dan Penggalian Sektor ini diklasifikasikan dalam 3 sub sektor yaitu Minyak dan Gas Bumi (Migas), Pertambangan tanpa migas dan Penggalian. Sektor ini
mencakup
kegiatan-kegiatan
penggalian,
pemboran
dan
pengambilan segala macam pemanfaatan misalnya benda non biologis, barang-barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik yang berupa benda padat, benda cair misalnya minyak mentah, maupun benda gas misalnya gas bumi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
24
3.3.1. Pertambangan Sub sektor ini mencakup komoditi minyak mentah, gas bumi, batu bara, biji emas dan perak. Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). NTB
atas
dasar
harga
berlaku
diperoleh dengan cara Pendekatan Produksi, yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis produksi
dengan
harganya,
kemudian
dikurangi biaya antara yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan oleh BPS. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.2.2. Penggalian. Subsektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir, batu dan lain-lain yang pada umumnya berada pada
permukaan
bumi. Komoditi yang
dicakup adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir bahan bangunan, pasir silika, pasir kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya. Data produksi dan harga diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertambangan Propinsi Regional Barat dan Pusat Pengembangan Teknologi dan Mineral (PPTM), sedangkan biaya Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
25
antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan outputnya. Besarnya rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Penggalian yang dilakukan Badan Pusat Statistik bekerjasama dengan PPTM. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. NTB atas dasar harga
konstan 2000 dihitung dengan metode Deflasi
dengan deflatornya Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) untuk Barang-barang Galian. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.3. Sektor Industri Pengolahan 3.3.1. Industri Minyak dan Gas (Migas) Sub sektor ini mencakup kegiatan pengolahan, pengilangan minyak bumi dan gas alam cair misalnya premium, minyak tanah, minyak diesel, avtur, avigas dan sebagainya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output dan biaya antara diperoleh dari BPS melalui survei. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Hasil Pengilangan Minyak Bumi. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
26
3.3.2. Sektor Industri Tanpa Migas. Berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) 1997 kegiatan industri mencakup sembilan kegiatan golongan pokok, yaitu : 1. Industri makanan, minuman dan tembakau 2. Industri tekstil, pakaian jadi dan alas kaki 3. Industri kayu 4. Industri kertas dan percetakan 5. Industri kimia dan barang-barang dari kimia 6. Industri barang galian bukan logam 7. Industri logam dasar 8. Industri barang dari logam 9. Industri pengolahan lainnya Berdasarkan
pengamatan
kekurangsesuaian
dalam
di
lapangan
mengklasifikasikan
ditemukan
adanya
beberapa
kegiatan
ekonomi, maka KLUI 1997 disempurnakan menjadi Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2000. Kegiatan industri mencakup kegiatan : 1. Industri makanan dan minuman (kode 15) 2. Industri pengolahan tembakau (kode 16) 3. Industri tekstil (kode 17)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
27
4. Industri pakaian jadi (kode 18) 5. Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (kode 19) 6. Industri kayu, barang-barang dari kayu (tidak termasuk furnitur) dan barang-barang anyaman dari rotan, bambu dan sejenisnya (kode 20) 7. Industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya (kode 21) 8. Industri penerbitan, percetakan dan reproduksi media rekaman (kode 22) 9. Industri batubara, pengilangan minyak bumi dan pengolahan gas bumi, barang-barang dari hasil pengilangan minyak bumi dan bahan bakar nuklir (kode 23) 10. Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia (kode 24) 11. Industri karet, barang dari karet dan barang dari plastik (kode 25) 12. Industri barang galian bukan logam (kode 26) 13. Industri logam dasar (kode 27) 14. Industri barang dari logam, kecuali mesin dan peralatannya (kode 28) 15. Industri mesin dan perlengkapannya (kode 29) 16. Industri mesin dan peralatan kantor, akuntansi dan pengolahan data (kode 30) 17. Industri mesin listrik lainnya dan perlengkapannya (kode 31)
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
28
18. Indutri
radio,
televisi
dan
peralatan
komunikasi
serta
perlengkapannya (kode 32) 19. Industri peralatan kedokteran, alat-alat ukur, peralatan navigasi, peralatan optik, jam dan lonceng (kode 33) 20. Industri kendaraan bermotor (kode 34) 21. Industri
alat
angkutan selain kendaraan bermotor roda empat
atau lebih (kode 35) 22. Industri furnitur dan industri pengolahan lainnya (kode 36) 23. Daur ulang (kode 37) Badan Pusat Statistik mengelompokkan kegiatan industri yang sudah terklasifikasi berdasarkan KBLI
berdasarkan jumlah tenaga
kerja. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, kegiatan industri pengolahan meliputi kegiatan industri besar dan sedang,
industri kecil, dan
industri rumah-tangga. Industri Besar mencakup kegiatan industri dengan tenaga kerja 100 orang dan lebih, Industri Sedang mencakup kegiatan industri yang
mempunyai
tenaga kerja 20 - 99 orang.
Industri Kecil dan Rumah tangga mencakup kegiatan industri kecil yang mempunyai tenaga kerja 5 -19 orang dan industri rumahtangga yang mempunyai tenaga kerja 1- 4 orang. NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang di hitung menggunakan Pendekatan Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Survei
Tahunan Industri Besar dan Sedang yang setiap tahun
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Sedangkan untuk industri kecil Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
29
dan rumah tangga dilakukan estimasi berdasarkan indikator jumlah tenaga kerja dan rata-rata output per tenaga kerja, hasil suatu Survei Industri Kecil dan Rumah Tangga yang dilakukan BPS. NTB
atas
dasar
harga konstan 2000 dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barangbarang Industri.
3.4. Sektor Listrik, Gas, Dan Air Bersih
3.4.1. Listrik Subsektor
listrik ini mencakup
kegiatan pembangkitan
dan penyaluran
tenaga listrik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan non PLN.
NTB
atas
dasar
harga
berlaku
dihitung dengan menggunakan metode Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian produksi listrik PLN dan Non PLN dengan tarif listrik yang datanya diperoleh dari PLN dan Survei Listrik Non PLN, sedangkan biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai outputnya. Ratio ini didapat dari survei yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dan ektrapolatornya Indeks Produksi Listrik. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
30
3.4.2. Gas Kota Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan Gas kota yang biasanya diusahakan oleh Perusahaan Gas Negara. NTB atas dasar
harga berlaku dihitung berdasarkan
Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Survei Gas yang dilakukan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000
dihitung dengan
menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Produksi Gas. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.4.3. Air Bersih Subsektor ini mencakup kegiatan proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum
serta
pendistribusian
dan
penyalurannya baik yang dilakukan oleh Perusahaan Air Minum (PAM) maupun bukan PAM. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
31
antara diperoleh dari Survei Air Minum yang setiap tahun dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan metode Ekstrapolasi dengan ekstrpolatornya Indeks Produksi Air Minum.
3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi Sektor ini mencakup segala kegiatan
pembangunan
(kontruksi),
baik
jalan,
jembatan
lainnya
yang
berupa
fisik gedung,
dan kontruksi dilakukan
oleh
perusahaan maupun yang dilakukan oleh perorangan. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Data nilai output dan biaya antara di peroleh dari Survei Perusahaan Konstruksi AKI dan Non AKI ditambah dengan kegiatan konstruksi yang dilakukan oleh perorangan. NTB atas dasar harga konstan 2000
dihitung dengan
menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHPB Barang Bangunan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
32
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel, Dan Restoran
3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran. Perdagangan
besar
ini
meliputi kegiatan pengumpulan dan penjualan maupun
kembali
barang
baru
bekas oleh pedagang dari
produsen atau importir ke pedagang besar lainnya atau pedagang eceran. Perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau barang bekas. NTB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan Metode arus barang (Commodity Flow) yaitu output dihitung berdasarkan besarnya margin perdagangan yang timbul akibat perdagangan barang-barang dari sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri serta barang dari impor dikurangi biaya antara.
3.6.2. Hotel Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini adalah
tempat
hotel-hotel
berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
33
yang digunakan untuk menginap untuk menginap seperti losmen dan hotel. NTB atas dasar
harga
berlaku
dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian jumlah kamar yang terjual dengan rata-rata tarif per kamar. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara hasil SKPR dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan tahun 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Kamar yang Terjual.
3.6.3. Restoran Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha
penyediaan
minuman dikonsumsi
jadi
makanan
yang di
dan
pada
umumnya
tempat
penjualan.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam sub sektor ini seperti rumah makan, warung nasi, warung kopi, katering dan kantin. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara mengalikan pengeluaran makanan dan minuman per kapita selama setahun denga jumlah penduduk pertengahan tahun. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
34
Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara yang diperoleh dari SKPR dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Makanan Jadi.
3.7. Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi
3.7.1. Angkutan Rel Sub pengangkutan dengan
sektor barang
ini
mencakup
dan
penumpang
menggunakan alat angkut kereta
api, yang sepenuhnya dikelola oleh PT. KAI. NTB
atas
dasar harga berlaku
dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Laporan Keuangan PT. KAI. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Penumpang dan Barang.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
35
3.7.2. Angkutan Jalan Raya Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan
alat
angkut
kendaraan jalan raya baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk disini kegiatan lainnya seperti sewa kendaraan (rental car), baik dengan atau tanpa pengemudi. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dengan cara jumlah kendaraan umum dikalikan rata-rata output per kendaraan. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dikalikan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.
3.7.3. Angkutan Laut Subsektor ini mencakup kegiatan pengangkutan dengan
penumpang
menggunakan
dan
kapal
laut
barang yang
beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik oleh Perusahaan angkutan Laut.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
36
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurang biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan Barang. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
3.7.4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan Sub sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal atau angkutan sungai, baik bermotor maupun tidak bermotor, serta kegiatan penyebrangan dengan alat angkut kapal ferri. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dari biaya antara diperoleh dari SKPR. Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan Barang. Untuk Kota Bandung, sub sektor ini, nilainya sangat kecil dan dinyatakan tidak ada.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
37
3.7.5. Angkutan Udara Sub kegiatan dan
sektor
ini
pengangkutan
barang
dengan
mencakup penumpang
menggunakan
pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan
penerbangan
yang
beroperasi di daerah tersebut. NTB atas dasar harga berlaku menggunakan Pendekatan Produksi, yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR. Metode Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan ekstrapolatornya Indeks Jumlah Penumpang dan Barang.
3.7.6. Jasa penunjang angkutan Sub sektor ini mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan yaitu jasa pelabuhan udara, laut, darat (terminal dan parkir), sungai, bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol, jasa parkir dan lain-lain. NTB menggunakan
atas
dasar
Pendekatan
harga Produksi,
berlaku yaitu
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
38
output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Konsumen (IHK).
3.7.7. Komunikasi Subsektor ini meliputi kegiatan jasa Pos & Giro meliputi kegiatan pemberian jasa
kepada
pihak
lain
dalam
pengiriman surat, wesel, paket,
hal
jasa giro
dan jasa tabungan. Telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita
melalui telegram, telepon, dan telek. Jasa
penunjang
komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), radio panggil (pager) dan telepon seluler (ponsel). NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dari kegiatan pos dan giro, dan telekomunikasi diperoleh dari Laporan Keuangan Perum Pos dan Giro, dan PT. Telkom Wilayah Regional Barat. Sedangkan penunjang komunikasi diperoleh dari survei seperti wartel dan alokasi (seperti radio panggil, telepon selular).
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
39
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya jumlah surat yang dikirim untuk kegiatan pos dan giro, jumlah pulsa untuk kegiatan telekomunikasi.
3.8. Sektor Keuangan, Perusahaan
Persewaan
Dan
Jasa
3.8.1. Bank Sub kegiatan
sektor bank
komersial yang
ini
mencakup
sentral
dan
bank
memberikan
jasa
keuangan pada pihak
lain
seperti:
menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan mendiskonto
surat
menjual surat-surat
wesel/kertas dagang/surat
berharga, hutang
dan
sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga, dan sebagainya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari Laporan Bank Indonesia. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Umum. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
40
3.8.2. Lembaga Keuangan Lainnya Sub
sektor ini mencakup kegiatan Asuransi,
Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam, dan Lembaga Pembiayaan. Dalam sub sektor ini juga mencakup kegiatan valuta asing, pasar modal, dan jasa penunjang lainnya misalnya pialang, penjamin emisi dan sebagainya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi, yaitu output dikurangi biaya antaranya. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Konsumen (IHK).
3.8.3. Sewa Bangunan Sub sektor ini mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen, gelanggang olah raga, serta usaha persewaan tanah persil.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
41
NTB atas dasar harga berlaku
dihitung
Pendekatan
dengan
Produksi
yaitu
output dikurangi biaya antara. Nilai
output
diperoleh
dari
perkalian
antara
pengeluaran
konsumsi
rumah
tangga
per
kapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Deflasi dengan deflatornya IHK Perumahan.
3.8.4. Jasa Perusahaan Sub sektor ini mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (Advokat dan Notaris), jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, jasa fotocopy, serta jasa persewaan mesin dan peralatan. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari perkalian jumlah perusahaan dengan rata-rata output
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
42
per perusahaan hasil SKPR. Biaya antara diperoleh dengan cara mengalikan ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.
3.9. Sektor Jasa-Jasa
3.9.1. Jasa Pemerintahan Umum. Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk kepentingan rumah tangga serta masyarakat umum. Sebagai contoh, jasa pemerintahan umum, pertahanan dan keamanan dan sebagainya.
3.9.2. Jasa Swasta Sub sektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak swasta, misalnya jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta jasa perorangan dan rumah tangga.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
43
3.9.3.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan Sub
sektor
ini
mencakup
kegiatan jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan,
panti
wreda,
yayasan
pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkaliaan jumlah indikator produksi misalnya jumlah murid, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter jumlah panti asuhan dan sebagainya dengan rata-rata output per masing-masing indikator dari hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.
3.9.3.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi Sub sektor ini mencakup kegiatan jasa bioskop, kebun binatang, taman hiburan, pub, bar, karaoke, diskotik, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
44
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan Pendekatan Produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian jumlah pengunjung/ penonton dengan rata-rata tarif per pengunjung/penonton hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.
3.9.3.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga Sub sektor ini mencakup kegiatan yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah tangga misalnya bengkel sepeda, salon,
jasa reparasi,
pembantu rumah tangga, tukang cukur, tukang jahit, semir sepatu dan sejenisnya. NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan
Pendekatan
Produksi
yaitu
output
dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian jumlah masing-masing jenis kegiatan usaha jasa perorangan dan rumah tangga dengan rata-rata output per masing-masing jenis kegiatan tersebut. Biaya antara diperoleh dari perkalian ratio biaya antara dengan nilai outputnya. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode Revaluasi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
45
BAB IV STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN EKONOMI Pembangunan ekonomi Kota Bandung sejak terjadi hantaman krisis moneter tahun 1998 lalu semakin menunjukan upaya pemulihan, walaupun pada tahun 2008 lalu sempat terimbas oleh krisis ekonomi global yang melanda beberapa negara dunia sebagai pangsa tujuan ekspor Indonesia, sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan. Pada tahun 2011 ini perekonomian Kota Bandung mampu tumbuh sekitar 8,73 persen, ditopang dengan pertumbuhan positif seluruh sektor ekonomi. Untuk mengetahui gambaran mengenai perkembangan pembangunan ekonomi di Kota Bandung, berikut ini disajikan gambaran struktur ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi, serta pendapatan per kapita masyarakat Kota Bandung tahun 2011.
4.1 Struktur Ekonomi Struktur ekonomi suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Pengelolaan SDA dan SDM yang dilakukan melalui pembangunan pada dasarnya adalah suatu upaya perbaikan kondisi perekonomian untuk meningkatkan kekayaan dan Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
46
kesejahteraan manusia. Bagaimana cara pengelolaan potensi ini dan bagaimana masyarakat dilibatkan pada akhirnya berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Indikator yang seringkali digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi wilayah adalah distribusi persentase sektoral (lapangan usaha). Distribusi
persentase
PDRB secara
sektoral
menunjukkan peranan masing-masing sektor terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Oleh karenanya dengan hanya melihat pertumbuhan suatu sektor akan kurang tepat tanpa memperhatikan peranan sektor tersebut dalam PDRB. Jadi persentase ini dapat dianggap sebagai penimbang apabila kita ingin melihat pertumbuhan sektoral dengan teliti,
disamping
untuk
menilai
sampai
sejauh
mana
tahap
industrialisasi yang sudah dijalani oleh wilayah yang diteliti. Fenomena umum dari struktur perekonomian suatu wilayah seperti yang dikemukakan A.G.B Fisher dapat dilihat dengan mengelompokkan struktur perekonomian menjadi tiga kelompok. Clark bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita suatu wilayah maka peranan sektor primer semakin menurun, tetapi sebaliknya peranan sektor sekunder dan tersier semakin meningkat (BPS Provinsi Jawa Barat, 2003). Pengelompokan sembilan sektor (lapangan usaha) menjadi tiga kelompok sektor, yaitu :
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
47
1. Sektor Primer yaitu sektor yang tidak mengolah bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit
di dalamnya; yaitu sektor Pertanian dan
Pertambangan & Penggalian (sektor 1 dan 2). 2. Sektor Sekunder yaitu yang mengolah bahan baku baik yang berasal dari sektor primer maupun sektor sekunder sendiri, menjadi barang lain yang lebih tinggi
nilainya.
Sektor
ini
mencakup sektor Industri Pengolahan, Listrik , Gas dan Air Bersih dan sektor Konstruksi (sektor 3,4 dan 5). 3. Sektor Tersier, atau dikenal juga sebagai sektor Jasa, yaitu sektor-sektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk jasa, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Lembaga Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
serta
sektor Jasa-jasa (sektor 6,7,8 dan 9). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu dari Rp 82.002,176 milyar pada tahun 2010 menjadi Rp 95.612,863 milyar, atau meningkat sebesar 16,60 persen. Persentase peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya
Nilai
Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku seluruh sektor ekonomi pada tahun 2011.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
48
Tabel 4.1 PDRB Kota Bandung Menurut Kelompok Sektor Tahun 2008 – 2011 (Milyar Rupiah) Kelompok Sektor 2008 [1] [2] Atas Dasar Harga Berlaku Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier PDRB ADH Berlaku
2009 [3]
2010*) [4]
2011**) [5]
156,03
168,08
161,74
192,74
19.516,07
22.049,08
25.709,92
29.108,99
40.772,38
48.064,00
56.130,51
66.311,13
60.444,49
70.281,16
82.002,18
95.612,86
71,51
74,46
63,34
67,07
9.481,08
9.914,47
10.421,65
10.991,84
17.426,32
19.239,34
21.212,29
23.404,72
26.978,91
29.228,27
31.697,28
34.463,63
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier PDRB ADH Konstan 2000
Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Jika
dikelompokkan
ke
dalam
tiga
kelompok
sektor
perekonomian, maka sama halnya dengan kondisi tahun sebelumnya sektor tersier masih merupakan kelompok sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Bandung tahun 2011. NTB atas dasar harga berlaku kelompok sektor tersier berjumlah sebesar Rp 66.311,13 milyar atau berkontribusi sebesar 69,35 persen terhadap total Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
49
PDRB Kota Bandung. Namun demikian pada tahun 2011 ini pertumbuhan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku masih lebih rendah jika dibandingan dengan sektor primer, dimana pada tahun 2011 sektor tersier secara harga berlaku mampu tumbuh sekitar 18,14 persen. Adapun nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku untuk sektor primer tumbuh sekitar 19,17 persen. Jika dinilai atas dasar harga konstan maka NTB kelompok sektor tersier memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB atas dasar harga konstan Kota Bandung sebesar 67,91 persen atau Rp 23.404,72 milyar. Demikian pula halnya dengan laju pertumbuhan,
kelompok sektor tersier memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi jika dibandingkan kelompok sektor lainnya yaitu mencapai 10,34 persen. Relatif tingginya peningkatan NTB secara nominal dan laju pertumbuhan ekonomi kelompok sektor tersier merupakan penunjang utama meningkatnya kinerja perekonomian Kota Bandung dari tahun 2010 ke tahun 2011. Sektor sekunder sebagai penopang perekonomian kedua setelah sektor tersier memberikan kontribusi sebesar 30,44 persen pada tahun 2011 (atas dasar harga berlaku). Pada tahun 2011, NTB atas dasar harga berlaku kelompok sektor sekunder mengalami peningkatan menjadi Rp 29.108,99 milyar, dimana pada tahun 2010 mencapai Rp 25.709,92 milyar. Adapun jika dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2000, maka kelompok sektor sekunder pada tahun
2011
mengalami
pertumbuhan
sebesar
5,47
persen
dibandingkan NTB tahun 2010. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
50
NTB atas dasar harga berlaku kelompok sektor primer yang diwakili oleh sektor pertanian, pada tahun 2011 ini
mengalami
pertumbuhan positif sebesar 19,17 persen setelah mengalami kontraksi pada tahun 2010 yang berada pada level minus 14,94 persen. NTB atas dasar harga berlaku sektor primer pada tahun 2011 ini mencapai Rp 192,74
milyar, sedangkan NTB atas dasar harga konstan untuk
sektor primer pada tahun 2011 mencapai Rp 67,07
milyar.
Berdasarkan nilai nominal tersebut, maka pada tahun 2011 kontribusi kelompok sektor primer terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung tidak terlalu banyak berubah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 0,20 persen. Pergeseran struktur ekonomi semakin jelas terlihat seiring dengan perkembangan Kota Bandung. Pergeseran struktur ekonomi dari kota industri menjadi kota jasa dan perdagangan semakin jelas terlihat dari struktur ekonomi tahun 2011. Hal ini dapat dimaklumi dengan semakin sempitnya lahan untuk kegiatan industri, sehingga kegiatan industri di perkotaan pindah ke daerah pinggiran kota sebagai daerah penyangga ibukota provinsi. Namun demikian sektor industri di Kota Bandung masih dapat dikembangkan untuk mendukung perekonomian Kota Bandung, yaitu industri yang tidak terlalu membutuhkan lahan relatif luas terutama industri kreatif yang semakin banyak tumbuh di Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
51
Grafik 1. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Menurut Kelompok Sektor Tahun 2008 - 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Jika dirinci menurut sembilan sektor ekonomi maka terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran (sektor 6) merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Kota Bandung.
Kemudian
sektor
industri
pengolahan
dan
sektor
pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
52
Tabel 4.2 Struktur Perekonomian Kota Bandung Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2008-2011 (Persen) Sektor [1] Sektor Primer Pertanian Pertambangan dan Penggalian Sektor Sekunder Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Sektor Tersier Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
2008 [2] 0,26 0,26 32,29 25,72 2,26 4,31 67,45 40,09 11,73
2009 [3] 0,24 0,24 31,37 24,49 2,30 4,59 68,39 40,95 11,77
2010 *) [4] 0,20 0,20 31,35 24,38 2,31 4,67 68,45 40,61 11,97
2011**) [5] 0,20 0,20 30,44 23,51 2,30 4,63 69,35 41,25 12,38
6,41
6,26
6,23
6,37
9,22 100,00
9,40 100,00
9,64 100,00
9,35 100,00
Pada tahun 2011 sektor perdagangan, hotel, dan restoran (sektor 6) memberikan kontribusi sebesar 41,25 persen. Adapun sektor industri pengolahan (sektor 3) memberikan kontribusi sebesar 23,51 persen pada perkonomian tahun 2011 dan merupakan kontributor kedua terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung. Jika dilihat berdasarkan tahapan industrialisasi yang ditetapkan oleh UNIDO atau Bank Dunia maka pada tahun 2011 ini Kota Bandung berada pada tahapan semi industrialisasi, dimana konstribusi NTB sektor industri
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
53
terhadap PDRB berada pada kisaran 20 – 30 persen. Kondisi ini menunjukkan telah terjadi pergeseran, dimana pada era 1990-an hingga awal tahun 2000-an Kota Bandung berada pada tahapan industri penuh (kontribusi NTB industri > 30 persen)
dan saat ini
sudah beralih pada tahapan semi industrialisasi. Sektor yang juga memberikan kontribusi relatif tinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi (sektor 7) dengan peranan sebesar 12,38 persen terhadap total PDRB Kota Bandung tahun 2011. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan peran, dimana pada tahun sebelumnya berkontribusi sekitar 11,97 persen, atau meningkat sekitra 0,41 persen. Kemudian sektor jasa-jasa (sektor 9) memberikan kontribusi sebesar 9,35 persen pada pembentukan PDRB tahun 2011. Sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2011
memberikan
pembentukan
PDRB
kontribusi Kota
sekitar
Bandung
6,37 tahun
persen 2011,
terhadap mengalami
peningkatan sebesar 0,14 persen dari tahun sebelumnya. Sektor listrik, gas, dan air bersih memberikan kontribusi sebesar 2,30 persen. Adapun NTB sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 0,20 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2010 maupun 2011.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
54
Grafik 2. Struktur Ekonomi Kota Bandung Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Apabila analisis dirinci menurut sub sektor untuk masingmasing sektor maka akan terlihat jelas peranan dan pertumbuhan masing-masing sub sektor terhadap perekonomian Kota Bandung. Berdasarkan analisis ini dapat terlihat sub sektor atau bahkan kegiatan produksi apa saja yang menjadi unggulan di Kota Bandung dan berpotensi untuk terus dikembangkan.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
55
Sektor Pertanian Tabel 4.3 menunjukkan Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor pertanian yang dirinci menurut sub sektor, yaitu Tanaman Bahan Makanan (Tabama), Peternakan, dan Perikanan. Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor pertanian atas dasar harga berlaku menunjukan perkembangan positif setiap tahunnya. Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor pertanian atas dasar harga berlaku tahun 2009 sebesar Rp 168,08 milyar mengalami penurunan menjadi Rp 161,74 milyar pada tahun 2010. Jika dibandingkan dengan sektor lain NTB sektor pertanian relatif kecil, di samping itu pada tahun 2010 sektor pertanian di Kota Bandung mengalami penurunan nilai tambah sebagai akibat dari menurunnya produksi padi di Kota Bandung hampir setengahnya dari tahun lalu. Berkurangnya lahan pertanian di Kota Bandung yang bergeser menjadi wilayah permukiman dan lahan usaha selain pertanian menjadikan semakin rendahnya sumbangan sub sektor tanaman bahan makanan terhadap NTB pertanian. Sub sektor tabama pada tahun 2010 berjumlah sebesar Rp 40,96 milyar, menurun sebesar 32,65 persen dari tahun sebelumnya. Menurunnya NTB sub sektor tabama lebih banyak diakibatkan oleh menurunnya produksi padipadian. Produksi padi-padian pada tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Namun karena keterbatasan lahan pertanian yang ada kiranya peningkatan sektor pertanian dari sub sektor tabama khususnya Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
56
kegiatan padi-padian relatif sulit dilakukan secara maksimal. Oleh karena itu kiranya perlu direncanakan peningkatan produktivitas pertanian tabama dengan mengintensifkan hasil, tanpa memperluas areal penanaman.
Tabel 4.3 Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah) Sub Sektor [1] Tanaman Bahan Makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Sektor Pertanian
2008 [2]
2009 [3]
2010 *) [4]
2011**) [5]
56,56
60,83
40,96
49,61
84,80 14,67 156,03
90,36 16,89 168,08
101,40 19,38 161,74
120,37 22,76 192,74
Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Sub sektor peternakan merupakan sub sektor pertanian yang memberikan sumbangan terbesar yaitu sebesar 62,45 persen terhadap total nilai tambah sektor pertanian pada tahun 2011. Pada tahun 2010 NTB sub sektor peternakan sebesar Rp 101,40 milyar dan meningkat menjadi Rp 120,37 milyar pada tahun 2011. Relatif tingginya NTB sub sektor
peternakan
di
Kota
Bandung
dikarenakan
tingginya
pemotongan hewan ternak terutama sapi potong dan ayam potong Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
57
sehingga nilai produksi peternakan menjadi tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan cukup tingginya nilai konsumsi daging sapi dan daging ayam dari masyarakat Kota Bandung, walaupun pembesaran ternak di Kota Bandung relatif sedikit namun pemotongan dan impor relatif besar. Grafik 3. Nilai Tambah Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011 (Milyar Rupiah)
Sumber : BPS Kota Bandung
Sub sektor perikanan cukup memberikan kontribusi terhadap NTB pertanian. Pada tahun 2011 NTB sub sektor perikanan sebesar Rp 22,76 milyarmengalami peningkatan
dari tahun 2010 yang
mencapai Rp 19,38 milyar. Mengingat keterbatasan lahan perikanan yang ada di Kota Bandung, maka kegiatan perikanan yang memiliki
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
58
potensi untuk dikembangkan pembudidayaannya adalah kegiatan perikanan hias.
Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan sebagai kontributor kedua terhadap penciptaan PDRB di Kota Bandung pada tahun 2011 mengalami peningkatan positif dari tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2010 NTB sektor industri pengolahan sebesar Rp 19.990,52 milyar maka pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 22.482,06milyar pada tahun 2011. Peningkatan NTB industri pengolahan atas dasar harga berlaku sebesar 12,46 persen ditopang oleh peningkatan proses produksi dari beberapa kegiatan industri. NTB atas dasar harga berlaku tahun 2011 tertinggi adalah NTB kegiatan tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Kegiatan ini memiliki NTB
terbesar
dari
sektor
industri
pengolahan,
walaupun
pertumbuhannya relatif paling rendah jika dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Besarnya kontribusi kegiatan industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki terhadap pembentukan NTB sektor industri pengolahan dan PDRB Kota Bandung maka ketika terjadi peningkatan atau penurunan sedikit saja dari angka pertumbuhan ekonomi kegiatan ini akan berpengaruh pada angka pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan dan Kota Bandung secara umum.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
59
Tabel 4.4 Nilai Tambah Bruto Sub Sektor Industri Pengolahan Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Kelompok Kegiatan di Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah) Kelompok Kegiatan [1] Makanan, minuman dan tembakau Tekstil, barang kulit dan alas kaki Barang kayu dan hasil hutan lainnya Kertas dan barang cetakan Pupuk, kimia dan barang dari karet Semen dan barang galian bukan logam Logam dasar dan baja Alat angkutan, mesin dan peralatannya Barang lainnya Sub Sektor Industri tanpa migas
2008 [2]
2009 [3]
2010 *) [4]
2011**) [5]
1.037,43
1.240,24
1.418,77
1.769,22
9.271,09
9.825,66
11.229,11
12.005,96
184,70
203,48
238,01
270,84
244,00
288,70
349,19
425,94
1.203,79
1.404,53
1.628,44
1.818,97
39,32
52,38
58,37
72,89
1,48
1,58
1,83
2,17
3.297,04
3.890,73
4.702,86
5.673,70
269,86
301,10
363,94
442,37
15.548,70
17.208,40
19.990,52
22.482,06
Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Misalnya saja, ketika terjadi hantaman badai krisis yang menimpa usaha tekstil, barang dari kulit dan alas kaki yang mengakibatkan anjloknya
volume
dan
nilai
produksi,
maka
akan
langsung
berpengaruh pada kondisi sektor industri pengolahan dan PDRB Kota Bandung. Hal ini disebabkan sebagian besar kegiatan industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki
di Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
memiliki 60
ketergantungan impor yang sangat tinggi khususnya dari penyediaan bahan baku, juga ketergantungan pangsa pasar ekspor hasil produksi. Grafik 4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan Tahun 2008 – 2011(Persen)
Sumber : BPS Kota Bandung
Secara umum struktur sektor industri pengolahan masih belum mengalami pergeseran dari tahun-tahun sebelumnya. Kegiatan industri tekstil, pakaian jadi, barang dari kulit dan alas kaki masih menjadi penopang utama sektor industri pengolahan di Kota Bandung. Saat ini yang mengalami pergeseran adalah jenis kegiatannya, di mana industri tekstil yang memerlukan lahan yang cukup luas untuk
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
61
beroperasi bergeser ke wilayah-wilayah pinggiran Kota Bandung. Industri tekstil yang saat ini cukup berkembang di Kota Bandung adalah industri tekstil kreatif yang berbasis pada fashion.
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor selanjutnya yaitu listrik, gas, dan air Bersih masih mengalami
pertumbuhan
positif
dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya. Perkembangan NTB sektor listrik, gas dan air bersih (sektor 4 ) pada tahun 2011 terlihat dari peningkatan NTB sektor ini dari tahun 2010. Pada tahun 2011 NTB sektor listrik, gas dan air bersih sebesar Rp 2.201,59 milyar meningkat sekitar 16,32 persen dari tahun 2010. Tabel 4.5 Nilai Tambah Bruto Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung Tahun 2008- 2011 (Milyar Rupiah) Sub Sektor [1] Listrik Gas Air Bersih Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
2008 [2] 1.199,93 163,43 1.363,36
2009 [3] 1.418,74 197,99 1.616,73
2010 *) [4] 1.671,11
2011**) [5] 1.937,61 -
221,55 1.892,66
263,98 2.201,59
Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
62
Sektor Konstruksi Peningkatan NTB sektor listrik, gas dan air bersih seiring dengan perkembangan pembangunan fisik di Kota Bandung, seperti pemukiman penduduk, gedung perkantoran, dan pusat perbelanjaan. Demikian halnya dengan sektor konstruksi, NTB sektor konstruksi pun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jika dihitung berdasarkan harga konstan, peningkatan kinerja sektor konstruksi pada tahun 2010 relatif cukup tinggi. Hal ini didukung oleh adanya pembangunan infrastruktur di Kota Bandung yang giat dilakukan di tahun ini, seperti pembangunan Stadion Utama Sepak Bola (SUS) Gedebage yang mulai pembangunan pada tahun 2011 serta perbaikan jalan di berbagai ruas jalan di Kota Bandung. Pada tahun 2010 NTB atas dasar harga berlaku sektor konstruksi (sektor 5) sebesar Rp 3.826,74 milyar dan meningkat sekitar 15,64
persen menjadi Rp
4.425,33 milyar pada tahun 2011. Dengan kata lain, NTB sektor konstruksi atas dasar harga berlaku memberikan kontribusi pada pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2011 sebesar 4,63 persen. Adapun jika dihitung atas dasar harga konstan, NTB sektor konstruksi pada tahun 2011 mencapai Rp 1.782,53 milyar atau meningkat sebesar 11,94 persen dari tahun sebelumnya.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
63
Grafik 5. Nilai Tambah Bruto Sektor Konstruksi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 -2011 (Milyar Rupiah)
Sumber : BPS Kota Bandung
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Selanjutnya, sektor ekonomi yang mengalami peningkatan cukup signifikan setiap tahunnya adalah Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (sektor 6). Pergeseran struktur ekonomi Kota Bandung dari kota industri menjadi kota jasa ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran terhadap perekonomian Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
64
Tabel 4.6 Nilai Tambah Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor Di Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah) Sub Sektor
2008
2009
2010 *)
2011**)
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
Perdagangan Hotel
21.782,69 598,23
Restoran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.850,88
24.231,80
25.791,44
29.642,02
35.001,95
753,34
988,20
1.171,32
2.236,55
2.671,35
3.262,82
28.781,33
33.301,56
39.436,.09
Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Nilai Tambah Bruto sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2010 sebesar Rp 33.301,56 milyar dan meningkat sekitar 18,42 persen pada tahun 2011 menajdi Rp 39436,09 milyar. Kegiatan perdagangan di Kota Bandung yang menunjukkan perkembangan positif setiap tahunnya memberikan dampak turunan terhadap perkembangan beberapa sektor ekonomi lainnya di Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
65
Grafik 6. Nilai Tambah Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 – 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Keterkaitan
ke
belakang
(backward
linkadge)
dari
berkembangnya sektor perdagangan adalah permintaan barangbarang
komoditi
perdagangan
dari
hasil
industri
mengalami
peningkatan. Adapun keterkaitan ke depan (forward linkadge) dari meningkatnya
perdagangan
adalah
meningkatnya
permintaan
kebutuhan dari sub sektor hotel, restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, serta sektor jasa lainnya. Sebagai sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung, maka pergerakan NTB
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
66
sektor perdagangan, hotel dan restoran sedikit saja akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap struktur ekonomi Kota Bandung. Mengingat relatif banyaknya dampak yang diturunkan oleh pergerakan NTB sektor perdagangan, hotel dan restoran maka kiranya perlu
diperhatikan
lebih
lanjut
masalah
ketersediaan
barang
perdagangan khususnya yang berbasis lokal. Ketersediaan barangbarang perdagangan selain ditopang oleh pemenuhan dari sektor industri pengolahan, juga ditunjang oleh kondisi pengangkutan barang dari produsen ke pedagang atau konsumen akhir.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar ketiga setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor industri pengolahan. Pada tahun 2011 sektor pengangkutan dan komunikais memberikan kontribusi sekitar 12,38 persen, meningkat sekitar 0,42 persen dibandingkan peranan tahun sebelumnya. NTB sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 sebesar Rp 11.841,32 milyar. Meningkatnya NTB sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya banyak ditunjang oleh peningkatan sub sektor pengangkutan, yaitu kegiatan angkutan rel, angkutan jalan, angkutan udara, dan jasa penunjang angkutan. Adapun NTB sub sektor komunikasi atas dasar harga berlaku
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
67
mengalami
pertumbuhan
positif,
walaupun
lebih
lambat
jika
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sekitar 18,23 persen. Tabel 4.7 Nilai Tambah Bruto Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor di Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah) Sub Sektor
2008
2009
2010 *)
2011**)
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
Pengangkutan
3.921,26
4.615,73
5.446,45
6.677,78
275,29
298,67
350,10
419,99
Angkutan Jalan Raya
2.167,42
2.521,53
3.039,64
3.701,55
Angkutan Udara
1.213,83
1.500,07
1.714,37
2.138,85
264,72
295,46
342,34
417,39
Komunikasi
3.170,33
3.656,32
4.367,51
5.163,54
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
7.091,59
8.272,06
9.813,96
11.841,32
Angkutan Rel
Jasa Penunjang Angkutan
*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Jika
dihitung
atas
dasar
harga
berlaku
NTB
sektor
pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sekitar 12,38 persen, maka jika dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000, NTB sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sekitar 10,97 persen. Pada tahun 2011 ini secara rill mengalami perlambatan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 11,25 persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
68
Grafik 7. Struktur Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Perlambatan ini sebagai dampak menurunnya kinerja sektor angkutan udara, dimana pada tahun 2011 ini mengalami penurunan jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara Husein Sastranegara. Relatif besarnya kontribusi kegiatan angkutan udara terhadap pembentukan NTB sektor pengangkutan dan komunikasi, maka penurunan sedikit saja berpengaruh pada kinerja sektor secara umum. Jika diperhatikan secara rinci, jika dinilai atas dasar harga konstan (tanpa ada faktor harga/inflasi) maka kegiatan angkutan udara hanya tumbuh sekitar 7,32 persen, lebih rendah dari angka pertumbuhan tahun 2010 yang mencapai 10,24 persen. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
69
Sektor
Keuangan,
Usaha
Persewaan,
dan
Jasa
Perusahaan Sektor keuangan yang merupakan sektor penunjang dari seluruh aktivitas ekonomi pada tahun 2011. Sektor ini memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam perekonomian Kota Bandung. Pada tahun 2011 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mempunyai
kontribusi
sekitar
6,37
persen
terhadap
struktur
perekonomian Kota Bandung. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, mengalami peningkatan peranan sekitar 0,14 persen. Tabel 4.8 Nilai Tambah Bruto Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor di Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah) Sub Sektor
2008
2009
2010 *)
2011**)
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
1.934,46
2.151,65
2.513,29
Lembaga Keuangan Bukan Bank
513,32
613,76
707,98
Sewa Bangunan
997,45
1.126,64
1.304,91
1.602,59
Jasa Perusahaan
431,43
510,06
584,69
653,40
3.876,66
4.402,11
5.110,88
Bank
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
2.961,27 877,36
6.094,63
Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
70
Jika dilihat menurut sub sektor, maka sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sub sektor Bank. Hal ini dimaklumi karena Kota Bandung merupakan salah satu pusat pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat sehingga perputaran uang maupun kegiatan perbankan lainnya relatif besar. NTB sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2011 sebesar Rp 6.094,63 milyar. Adapun kontribusi sub sektor Bank pada tahun 2011
ini sekitar 48,59 persen terhadap pembentukan NTB sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Grafik 8. Nilai Tambah Bruto Sektor Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
71
Kontributor kedua adalah sub sektor usaha persewaan, yang berkontribusi sekitar 26,30 persen terhadap total NTB sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini sebagai dampak dari Kota Bandung menjadi salah satu tujuan urbanisasi di Jawa Barat, dimana banyak pendatang yang mencari nafkah, sekolah, maupun mencari penghidupan lainnya di Kota Bandung sehingga mereka melakukan kontrak, sewa, maupun kos di Kota Bandung. Tingkat persewaan gedung perkantoran maupun apartemen di Kota Bandung pun relatif tinggi.
Sektor Jasa-jasa Sektor jasa-jasa merupakan sektor ekonomi yang memberikan kontribusi sekitar 9,35 persen dalam pembentukan PDRB Kota Bandung tahun 2011. Jika dibandingkan dengan peranannya pada tahun 2010, maka peranan sektor jasa-jasa pada tahun 2011 ini mengalami penurunan sekitar 0,29 persen. NTB sektor
jasa-jasa
tahun 2010 bernilai sebesar Rp 7.904,12 milyar dan meningkat menjadi Rp 8.939,10 milyar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
72
Tabel 4.9 Nilai Tambah Bruto Sektor Jasa-jasa Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut Sub Sektor Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Milyar Rp) Sub Sektor [1] Pemerintahan Umum Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan Jasa Pemerintahan Lainnya Swasta Sosial Kemasyarakatan Hiburan dan Rekreasi Perorangan dan Rumahtangga Sektor Jasa-jasa
2008 [2] 4.101,83
2009 [3] 4.932,17
2010 *) [4] 5.998,02
2011**) [5] 6.720,09
2.743,14
3.159,04
3.881,92
4.339,88
1.358,70
1.773,14
2.116,10
2.380,21
1.470,49 421,22 87,31
1.676,33 476,72 105,45
1.906,10 534,00 123,70
2.219,00 631,51 141,70
961,97
1.094,16
1.248,40
1.445,81
5.572,33
6.608,51
7.904,12
8.939,10
Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Kontribusi terbesar sektor jasa-jasa adalah sub sektor jasa pemerintahan umum. NTB sub sektor jasa pemerintahan umum atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 bernilai sekitar Rp 6.720,09 milyar atau sekitar 75,18 persen terhadap total NTB sektor jasa-jasa. Adapun kontribusi sub sektor jasa swasta terhadap sektor jasa-jasa sekitar 24,82 persen yaitu sekitar Rp 2.219,01 milyar.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
73
Grafik 9. Struktur Ekonomi Sektor Jasa-jasa Tahun 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Struktur ekonomi Kota Bandung tahun 2011 menunjukkan bahwa struktur Kota Bandung sebagai kota jasa. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya peranan dari sektor-sektor tersier di Kota Bandung.
Sektor
perdagangan,
hotel
dan
restoran,
sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa merupakan sektor-sektor ekonomi yang tergolong sektor jasa-jasa yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Kota Bandung.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
74
4.2 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Namun pada intinya pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan suatu perkembangan dari berbagai kegiatan ekonomi.
Terdapat berbagai teori tentang pembangunan
ekonomi yang pada intinya adalah metode tentang menganalisis perekonomian suatu daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu. Beberapa teori pertumbuhan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Teori basis ekonomi (economic base theory) menyatakan bahwa penentu
utama
pertumbuhan
ekonomi
suatu
darah
adalah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. (2) Teori lokasi yang menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah yaitu lokasi, lokasi, dan lokasi. (3) Teori tempat sentral yang menganggap ada hirarki tempat, yaitu perlu adanya pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga dalam hal penyediaan barang dan jasa. (4) Teori kausasi kumulatif dimana kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperoleh kesenjangan antara daerah-daerah tersebut sehingga daerah maju cenderung mengalami akumulasi keunggulan kompetitif
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
75
dibandingkan
daerah
lainnya.
Dalam
hal
ini
Myrdal
(1957)
menyebutnya sebagai backwash effects. Terlepas dari faktor dominan apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota Bandung, sejak tahun 1998 lalu pertumbuhan ekonomi Kota Bandung cenderung menunjukkan perbaikan ke arah yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya LPE di Kota Bandung. Angka LPE ini merupakan salah satu indikator dalam menunjukkan kinerja perekonomian Kota Bandung secara umum, dimana terjadinya peningkatan faktor produksi tanpa adanya pengaruh inflasi. Perekonomian Kota Bandung pada tahun 2011 tumbuh sebesar 8,73 persen. Angka pertumbuhan ekonomi 2011 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan sekitar 0,28 persen. Jika dibandingkan angka LPE dari tahun 2008, maka terlihat adanya upaya pemulihan kondisi ekonomi pasca krisis global yang terjadi pada medio 2008, dimana pada tahun 2008 angka LPE Kota Bandung sempat mengalami perlambatan akibat menurunnya kinerja beberapa sektor ekonomi. Krisis global tersebut berimbas
pada
beberapa sektor ekonomi yang dampaknya masih terasa pada sektor ekonomi yang bahan baku produksinya berbasis impor seperti industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki. Sektor industri pengolahan masih mengalami peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu. Kegiatan industri pengolahan yang berbasis bahan baku impor dan berpangsa pasar ekspor masih mengalami kendala terkait dengan krisis tahun 2008, terutama Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
76
dengan ketersediaan bahan baku impor dan masalah pemasaran. Dengan pangsa pasar ekspor beberapa industri besar sedang cukup terkendala ketika negara tujuan ekspor masih berada pada kondisi krisis sehingga membatasi impor dari negara lain, termasuk impor dari Kota Bandung. Selain itu yang menjadi salah satu sebab melambatnya produktivitas sektor industri pengolahan adalah faktor daya saing dengan industri sejenis dari barang impor, baik impor dari luar negeri maupun impor dari luar wilayah Kota Bandung. Sektor yang mencapai LPE tertinggi pada tahun 2011 adalah sektor konstruksi yaitu sekitar 11,94 persen. Sektor konstruksi mengalami peningkatan LPE cukup signifikan yaitu sekitar 0,74 persen. Peningkatan LPE sektor konstruksi sebagai indikasi dari meningkatnya kinerja sektor ini pada tahun 2011, hal ini dikarenakan beberapa proyek pembangunan infrastruktur yang relatif besar mulai dilakukan pada tahun 2011, seperti pembangunan Stasion Utama Sepakbola Gedebage (SUS Gedebage) dan perbaikan beberapa ruas jalan raya di Kota Bandung, seperti ruas Jalan Soekarno Hatta. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki kontribusi paling besar dalam penciptaan PDRB Kota Bandung pada tahun 2011 tumbuh sekitar 11,23 persen. Sektor ini mengalami peningkatan LPE sekitar 0,26 persen dibandingkan tahun 2010. Walaupun peningkatannya cukup kecil, namun sedikit saja perubahan sektor ini akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap PDRB Kota Bandung, dikarenakan sektor ini memberikan kontribusi yang besar. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
77
Tabel 4.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung Tahun 2008-2011 (Persen) Sektor 2008 2009 2010 *) [1] [2] [3] [4] Pertanian 3,68 4,13 (14,94) Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 3,48 3,29 3,52 Listrik, Gas dan Air Bersih 9,12 9,79 10,47 Konstruksi 7,33 9,47 11,20 Perdagangan,Hotel dan Restoran 10,00 10,41 10,97 Pengangkutan dan Komunikasi 9,15 10,36 11,25 Keuangan, Persewaan & Jasa 5,45 8,44 8,53 Perusahaan Jasa-jasa 15,85 11,39 7,55 PDRB 8,17 8,34 8,45
2011**) [5] 5,89 3,70 10,74 11,94 11,23 10,97 8,56 7,26 8,73
Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementa ra
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan LPE tahun 2010, yaitu tumbuh sekitar
10,97 persen. Kinerja produksi sektor
pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2011 ini melambat sebagai dampak dari turunnya LPE sub sektor angkutan udara. Pada tahun 2011 kinerja produksi angkutan udara yang ditunjukkan dengan jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara Husein Sastranegara mengalami penurunan, sehingga LPE sub sektor angkutan udara tahun 2011 berada pada level 7,32 persen atau menurun sekitar 2, 92 persen. Adapun sub sektor angkutan jalan, angkutan rel, jasa penunjang Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
78
angkutan, serta sub sektor komunikasi mengalami peningkatan angka LPE. Sub sektor angkutan jalan mengalami pertumbuhan sekitar 13,91 persen. Sebagai dampak dari aktifnya jalur tol Cipularang beberapa tahun lalu, yang memperpendek jarak dan waktu tempuh Jakarta Bandung mengakibatkan bertambahnya penumpang yang memilih moda transportasi jalan raya yang juga semakin tumbuh berkembang di Kota Bandung, seperti jasa angkutan travel atau angkutan pemandu moda lainnya. Adapun sub sektor komunikasi tumbuh sekitar 10,93 persen pada tahun 2011. Sub sektor komunikasi mengalami peningkatan angka pertumbuhan sekitar 0,19 persen jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini sebagai dampak dari semakin peningkatnya penggunaan jasa komunikasi seluler yaitu penggunaan pulsa telepon seluler serta pelayanan komunikasi lainnya seperti layanan Blackberry dan internet. Demikian halnya dengan jasa penunjang angkutan, pada tahun 2011
mengalami
peningkatan
LPE
sekitar
0,31
persen
jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. LPE sub sektor jasa penunjang angkutan pada tahun 2011 sekitar 6,18 persen. Peningkatan ini sebagai dampak dari meningkatnya kinerja produksi sub sektor jasa penunjang angkutan seperti jasa parkir serta jasa tol.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
79
Grafik 10. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung Tahun 2008 – 2011
Sumber : BPS Kota Bandung Selanjutnya sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan sebagai salah satu penopang aktivitas kegiatan ekonomi juga mengalami peningkatan LPE pada tahun 2011. Pada tahun ini LPE sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan mencapai 8,56 persen atau meningkat sekitar 0,03 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan LPE tertinggi terjadi pada sub sektor jasa perusahaan yaitu sekitar 1,00 persen. Adapun sub sektor bank sebagai sub sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan NTB sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan mengalami peningkatan LPE sekitar 0,17 persen, sedangkan LPE sub Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
80
sektor lembaga keuangan bukan bank mengalami peningkatan sekitar 0,07 persen yaitu dari 10,89 persen pada tahun 2010 menjadi 10,97 persen pada tahun 2011. Adapun sub sektor usaha persewaan mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu tumbuh sekitar 10,46 persen sedangkan tahun 2010 mampu tumbuh sekitar 11,24 persen. Walaupun Kota Bandung sebagai daerah tujuan migran dari luar Kota Bandung untuk menuntut ilmu dan mencari nafkah di Kota Bandung mengakibatkan usaha persewaan bangunan seperti kontrakan rumah dan kos-kosan terus tumbuh menjamur, daya dukungnya menjadi jenuh sehingga pertumbuhannya pun relatif melambat. Pertumbuhan usaha persewaan bangunan tahun 2011 jika dinilai atas dasar harga konstan mengalami perlambatan, akan tetapi jika dinilai atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dikarenakan angka inflasinya cukup tinggi. Perlu dipahami bahwa di satu sisi kondisi ini mendukung pada tumbuhnya perekonomian Kota Bandung, namun satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah bagaimana daya dukung dan daya tampung (carrying cappacity) dari lingkungan Kota Bandung itu sendiri. Apabila LPE Kota Bandung dijadikan sebagai dasar (base line) dalam evaluasi kinerja sektor-sektor ekonomi, maka kinerja sektoral dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama, adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata (8,73 persen). Kelompok kedua, adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan positif namun masih berada di bawah LPE
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
81
rata-rata. Kelompok ketiga, adalah sektor yang mengalami pertumbuhan negatif.
Tabel 4.11 LPE Sektor Ekonomi Tahun 2010 - 2011 Sektor
LPE 2010
Kelompok
LPE 2011
Kelompok
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
(14,94)
3
5,89
2
-
-
-
-
Industri Pengolahan
3,52
2
3,70
2
Listrik, Gas dan Air Bersih
10,47
1
10,74
1
Konstruksi
11,20
1
11,94
1
Perdagangan, Hotel, Restoran
10,97
1
11,23
1
Pengangkutan dan Komunikasi
11,25
1
10,97
1
Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan
8,53
1
8,56
2
Jasa-jasa
7,55
2
7,26
2
Pertanian Pertambangan
PDRB
8,45
8,73
Sumber : BPS Kota Bandung
Pada tahun 2010 terdapat lima sektor ekonomi yang berada pada kelompok pertama, yaitu sektor yang memiliki kinerja lebih tinggi dari kinerja rata-rata. Kelima sektor yang berada pada kelompok pertama adalah sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
82
komunikasi; serta sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan. Adapun sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa termasuk kelompok kedua yang memiliki LPE positif namun amsih lebih rendah dari LPE rata-rata, sedangkan pada tahun 2010 sektor pertanian
termasuk
apda
kelompok
ketiga,
yaitu
mengalami
pertumbuhan negatif. Pada tahun 2011 terjadi pergeseran kelompok, yaitu sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan menjadi kelompok kedua dimana sebelumnya berada pada kelompok pertama. Maka pada tahun 2011 ini terdapat empat sektor ekonomi yang termasuk kelompok pertama, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Adapun keempat sektor lainnya yaitu sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor keuangan, usaha persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa termasuk pada kelompok kedua, yatiu LPE sektor (kinerja sektor) lebih rendah dari LPE rata-rata (kinerja Kota Bandung) walaupun masih tumbuh positif. Terdapat satu hal yang perlu disadari terkait dengan angka LPE. Tingginya LPE Kota Bandung menunjukkan tingginya kinerja ekonomi dari sektor-sektor ekonomi yang ada di Kota Bandung, yaitu terjadi peningkatan kinerja produksi dari berbagai kegiatan ekonomi yang ada. Namun ada kalanya tingginya LPE ini tidak sejalan dengan tingginya tingkat daya beli masyarakat atau pendapatan masyarakat. Perlu dipahami bahwa sebagian besar usaha-usaha besar di Kota Bandung kepemilikannya adalah penduduk luar Kota Bandung Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
83
sehingga tingginya pertumbuhan tersebut seringkali hanya dinikmati oleh beberapa lapisan masyarakat saja. Adapun sebagian besar masyarakat yang juga ikut berpartisipasi dalam proses ekonomi khususnya yang berstatus sebagai buruh atau karyawan, hanya menikmati sebagian kecil saja dari pertumbuhan tersebut. Walaupun secara ilmu ekonomi akan terjadi transfer in and transfer out ketika ada usaha di luar Kota Bandung yang dimiliki oleh penduduk Kota Bandung dan usaha di Kota Bandung yang dimiliki oleh penduduk luar Kota Bandung. Walaupun seringkali hal ini menjadi perdebatan, LPE tinggi tetapi daya beli masyarakat masih rendah. LPE dihitung berdasarkan perkembangan PDRB suatu wilayah, yaitu perkembangan dari aktivitas ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Adapun daya beli masyarakat adalah tingkat kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
pokoknya,
dan
belum
tentu
mereka
menikmati
pertumbuhan yang tinggi. Oleh karena itu upaya percepatan pertumbuhan saja tidak cukup, yang lebih penting adalah bagaimana angka pertumbuhan tersebut bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Yang
perlu dicapai adalah adanya pemerataan
pendapatan masyarakat sehingga pendapatan per kapita adalah riil bisa dinikmati.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
84
4.3 PDRB per Kapita Indikator yang dapat digunakan untuk
menunjukkan
kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita atau Percapita Income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk
di
suatu
wilayah
berarti
tingkat
kesejahteraannya
bertambah baik dan sebaliknya penurunan pendapatan per kapita berarti tingkat kesejahteraannya semakin menurun. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer masuk (transfer in) maka pendapatan regional sama besar dengan PDRB per kapita. Asumsi ini digunakan karena sulitnya mendapatkan data pendapatan yang masuk dan keluar. PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masing penduduk akibat adanya aktivitas produksi. PDRB per kapita dihitung dengan cara PDRB dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun. Data jumlah penduduk yang dipakai dalam
publikasi ini menggunakan angka proyeksi penduduk
pertengahan tahun yang didasarkan dari hasil
Penyusunan Dana
Alokasi Umum (DAU) 2011 . PDRB per kapita masyarakat Kota Bandung tahun 2011 jika dinilai atas dasar harga berlaku adalah sekitar Rp 39.219.772 . Angka ini diperoleh dari angka PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk Kota Bandung pertengahan tahun. Dalam angka
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
85
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku ini masih terkandung adanya inflasi. Tabel 4.12 PDRB Per Kapita Kota Bandung Tahun 2008 – 2011 Tahun
ADH Berlaku (Rupiah)
Pertumbuhan (%)
ADH Konstan 2000 (Rupiah)
Pertumbuhan (%)
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
2008
26.365.372
18,18
11.767.971
6,91
2009
30.455.029
15,51
12.665.526
7,63
2010*)
34.240.720
12,43
13.235.475
4,50
2011**)
39.219.772
14,54
14.136.757
6,81
Sumber : BPS Kota Bandung *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
PDRB perkapita atas dasar
harga berlaku tahun 2010
sebesar Rp 34.240.720 meningkat menjadi sebesar Rp 39.219.772 pada tahun 2011. Dengan asumsi PDRB per kapita sama dengan pendapatan per kapita secara ekonomi, maka pendapatan per kapita penduduk Kota Bandung mengalami peningkatan sebesar 14,54 persen pada tahun 2011. Relatif tingginya persentase kenaikan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku namun dalam kenaikkan PDRB per kapita tersebut masih terkandung kenaikan yang disebabkan oleh harga/inflasi sehingga kurang mencerminkan peningkatan secara riil. Sebagaimana diketahui bahwa perhitungan PDRB atas dasar harga
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
86
berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Grafik 11. PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Kota Bandung Tahun 2008 – 2011 ( Ribu Rupiah)
Sumber : BPS Kota Bandung Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat secara riil biasanya digunakan PDRB per kapita atas dasar harga konstan. Tabel 4.11 menunjukkan bahwa PDRB per kapita atas dasar harga konstan pada tahun 2010 sebesar Rp 13.235.475, meningkat sekitar 6,81 persen menjadi Rp 14.136.757 pada tahun 2011.
Kondisi ini
menunjukkan bahwa secara nominal pendapatan (PDRB) per kapita Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
87
masyarakat Kota Bandung pada tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 14,54 persen, akan tetapi secara riil peningkatannya hanya sebesar 6,81 persen. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa PDRB per kapita ini adalah pendekatan untuk menghitung pendapatan per kapita masyarakat dikarenakan sulitnya memperoleh data pendapatan masyarakat. Menjadi penting mengetahui berapa perkembangan pendapatan per kapita masyarakat, namun yang lebih penting adalah bagaimana pendapatan per kapita tersebut merata dirasakan secara riil oleh seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas maka setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, maka pemerintah daerah beserta partisipasi
masyarakat
dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi setiap tahapan proses pembangunan ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
88
BAB V PERBANDINGAN REGIONAL WILAYAH BANDUNG RAYA 5.1 Struktur Ekonomi Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Menurut http://id.wikipedia.org, wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang,
Bekasi)
dan
Gerbangkertosusila
(Gresik,
Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Perkembangan Metropolitan Bandung Raya dimulai dari perkembangan Kota Bandung
sebagai
ibukota
Provinsi
Jawa
Barat.
Selanjutnya
perkembangan wilayah-wilayah di sekitar Kota Bandung terjadi seiring dengan meluasnya ciri perkotaan dari Kota Bandung ke wilayah sekitarnya. Pada tahun 2010, terdapat 56 kecamatan yang telah mempunyai ciri perkotaan di Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian Kabupaten Bandung, sebagian Kabupaten Bandung Barat, dan sebagian Kabupaten Sumedang. 56 kecamatan tersebut termasuk ke dalam delineasi Metropolitan Bandung Raya dengan jumlah penduduk
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
89
sebesar 5.813.269 jiwa dan luas wilayah sebesar 106.015 Ha (http://metropolitan.jabarprov.go.id/ourWorks/Bandung-Raya). Gambar 5.1 Peta Wilayah Bandung Raya
Sumber : http://metropolitan.jabarprov.go.id/welcome/map Perkembangan pembangunan di wilayah Bandung Raya tidak lepas dari perkembangan pembangunan ekonomi wilayah. Gambaran perkembangan ekonomi dapat dilihat melalui PDRB yang tercipta di masing-masing wilayah. Tabel 5.1 menunjukkan PDRB atas dasar
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
90
harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan di wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat. Tabel 5.1 PDRB Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat termasuk Migas Tahun 2008 – 2011 (Milyar Rupiah) Kabupaten/Kota 2008 2009 [1] [2] [3] Atas Dasar Harga Berlaku Kota Bandung 60.444,49 70.281,16 Kabupaten 38.282,17 41.262,10 Bandung Kabupaten 10.300,94 11.188,17 Sumedang Kabupaten 14.486,95 15.847,97 Bandung Barat Kota Cimahi 10.716,29 11.683,71 Provinsi Jawa 633.283,48 689.841,31 Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Bandung 26.978,91 29.228,27 Kabupaten 19.674,49 20.527,54 Bandung Kabupaten 5.136,82 5.381,58 Sumedang Kabupaten 7.284,89 7.623,01 Bandung Barat Kota Cimahi 5.908,07 6.181,40 Provinsi Jawa 291.208,84 303.405,25 Barat
2010*) [4]
2011**) [5]
82.002,18
95.612,86
46.092,24
51.291,76
12.265,68
13.531,78
17.543,65
19.354,91
12.845,60
14.164,83
771.593,86
861.006,35
31.697,28
34.463,63
21.734,66
23.026,24
5.608,74
5.879,09
8.040,22
8.502,53
6.509,31
6.871,22
322.223,82
343.111,24
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
91
PDRB Kota Bandung atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 memiliki peranan sekitar 11,10 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat. Peranan Kota Bandung menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2008 peranannya hanya mencapai 9,54 persen. Adapun Kabupaten Bandung memiliki peranan pada pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat tahun 2011 sekitar 5,96 persen. Kabupaten Bandung Barat memiliki peranan sekitar 2,25 persen, Kabupaten Sumedang memiliki peranan sekitar 1,57 persen dan Kota Cimahi memiliki peranan sekitar 1,65 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011. Grafik 5.1 Kontribusi PDRB Bandung Raya Terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
Sumber : BPS Kota Bandung Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
92
Jika dirinci menurut sektor ekonomi, akan terlihat peranan masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB di masing-masing wilayah Bandung Raya. Struktur ekonomi Kota Bandung sebagian besar ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang berkontribusi sekitar 40,61 persen. Adapun struktur ekonomi di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi sebagian besar ditopang oleh sektor industri pengolahan. Grafik 5.2 Struktur Ekonomi Masing-masing Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
93
Peranan sektor industri pengolahan terhadap PDRB masingmasing wilayah lebih dominan dibandingkan sektor lainnya, yaitu Kabupaten Bandung sekitar 58,72 persen, Kabupaten Bandung Barat sekitar 42,35 persen, dan Kota Cimahi sekitar 58,03 persen. Adapun PDRB Kabupaten Sumedang ditopang oleh peranan sektor pertanian dan sektor perdagangan yang hampir berimbang (peranan sektor pertanian 28,82 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sekitar 27,01 persen). Di Provinsi Jawa Barat sendiri, sektor ekonomi penopang struktur perekonomian adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun 2011 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sekitar 37,16 persen terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Barat. Adapun sektor perdagangan berkontribusi sekitar 22,58 persen dan sektor pertanian berkontribusi sekitar 11,98 persen.
5.2 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menunjukkan kinerja perekonomian seluruh aktivitas/kegiatan perekonomian di wilayah. Pertumbuhan ekonomi
Kota
Bandung
pada
tahun
2011
lebih
tinggi
dari
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kota di wilayah Bandung Raya dan pertumbuhan ekonomi rata-rata Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2011 LPE rata-rata Provinsi Jawa Barat berada pada level 6,48 persen.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
94
Tabel 5.2 LPE Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat termasuk Migas Tahun 2008 – 2011 (Persen) Kabupaten/Kota 2008 [1] [2] 8,17 Kota Bandung 5,30 Kabupaten Bandung 4,58 Kabupaten Sumedang Kabupaten Bandung 6,95 Barat 4,77 Kota Cimahi 6,21 Provinsi Jawa Barat Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat
2009 [3]
2010*) [4]
2011**) [5]
8,34 4,34 4,76
8,45 5,88 4,22
8,73 5,94 4,82
4,64
5,47
5,75
4,63 4,19
5,30 6,20
5,56 6,48
Jika rata-rata LPE Provinsi Jawa Barat dijadikan sebagai dasar analisis, maka Kota Bandung berada pada kelompok pertama, yaitu memiliki LPE lebih tinggi dari LPE rata-rata Provinsi Jawa Barat. Hal ini mengindikasikan kinerja sektor ekonomi di Kota Bandung lebih tinggi dari rata-rata kinerja sektor ekonomi Provinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dimaklumi karena Kota Bandung sebagai salah satu pusat pertumbuhan
berbagai
kegaitan
ekonomi.
Adapun
Kabupaten
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang dan Kota Cimahi berada pada kelompok kedua, yaitu kinerja ekonomi masih tumbuh positif namun lebih rendah dari rata-rata kinerja ekonomi Provinsi Jawa Barat.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
95
Grafik 5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 - 2011
Sumber : BPS Kota Bandung
5.3 PDRB Per Kapita PDRB per kapita merupakan salah satu pendekatan untuk mengetahui pendapatan per kapita masyarakat. Indikator pendapatan per kapita sering digunakan sebagai base line yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kendati masih banyak kelemahan dari indikator ini, namun sampai dengan saat ini indikator PDRB per
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
96
kapita
banyak
diguankan
untuk
mengetaui
perkembangan
pembangunan di suatu wilayah. PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat atas dasar harga berlaku tahun 2011 mencapai Rp 17.836.787, sedangkan jika dihitung atas dasar harga konstan sebesar Rp 7.455.880. PDRB per kapita Kota Bandung dan Kota Cimahi berada di atas rata-rata PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat. Adapun PDRB per kapita Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang masih berada di bawah rata-rata Provinsi Jawa Barat. Tabel 5.3 PDRB Per Kapita Wilayah Bandung Raya dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 (Rupiah) Kabupaten/Kota
Atas Dasar Harga Berlaku
Atas Dasar Harga Konstan 2000
[1]
[2]
[3]
Kota Bandung
39.219.772
14.136.757
Kabupaten Bandung
15.852.245
7.116.495
Kabupaten Sumedang
12.589.364
5.530.457
Kabupaten Bandung Barat
12.155.332
5.281.075
Kota Cimahi
25.712.444
12.472.857
17.836.787
7.455.880
Provinsi Jawa Barat
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat,diolah **) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
97
Tabel 5.4 menunjukkan perbandingan laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya dan PDRB per kapita kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya
dengan laju
pertumbuhan dan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat. Kabupaten/ kota yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat terletak pada kuadran I, yaitu Kota Bandung. Tabel 5.4 Laju Pertumbuhan Dan PDRB Per Kapita Wilayah Bandung Raya Dibandingkan Dengan Provinsi Jawa Barat Tahun 2011
L P E
Kota Cimahi PDRB Per Kapita Jawa Barat
Kota Bandung Rp 17.836.787
6,48
Kab. Bandung Kab. Bandung Barat Kab. Sumedang
Sumber : BPS Kota Bandung
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
98
Pada kuadran II, adalah kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih rendah dengan PDRB per kapita lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat. Yang termasuk pada kuadran II adalah Kota Cimahi. Adapun kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat ada pada kuadran III. Pada kuadran ini terdapat Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Bawar, dan Kabupaten Sumedang. Pada kuadran IV, tidak ada kabupaten/kota di wilayah Bandung Raya yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat, namun PDRB per kapitanya lebih rendah.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
99
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2009. Kajian Awal Penyusunan Indeks Pembangunan Regional. Jakarta : BPS Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2011. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 - 2010. Bandung : BPS ______________. 2012. “Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan I - IV” dalam Berita Resmi Statistik. Bandung : BPS ______________. 2012. Tabulasi Kompilasi PDRB Kabupaten Kota di Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha. Tdiak dipublikasikan Badan Pusat Statistik Kota Bandung. 2011. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2007-2010. Bandung : BPS. Lincoln, Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta Widodo, Suseno Triyanto. Indikator Ekonomi : Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia. Jakarta : Kanisius
(http://metropolitan.jabarprov.go.id/ourWorks/Bandung-Raya). diunduh tanggal 24 September 2012 pukul 15.30
http://metropolitan.jabarprov.go.id/welcome/map diunduh tanggal 24 September 2012 pukul 15.40
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2007 - 2010
100
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011 (Juta Rp) Lapangan Usaha (1) PERTANIAN 1.1 Tanaman Bahan makanan 1.2 Perkebunan 1.3 Peternakan 1.4 Kehutanan 1.5 Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.1 Minyak dan Gas Bumi 2.2 Pertambangan Tanpa Migas 2.3 Penggalian
2008 (2)
2009 (3)
2010*) (4)
2011**) (5)
156.030 56.560 84.799 14.672
168.080 60.825 90.365 16.891
161.743 40.963
192.743 49.613
101.401
120.368
19.379
22.762
-
-
-
-
INDUSTRI PENGOLAHAN 15.548.704 3.1 Industri Migas 3.2 Industri Tanpa Migas 15.548.704 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 1.037.433 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 9.271.085 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 184.702 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 243.998 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1.203.795 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 39.319 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 1.481 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3.297.036 3.2.9 Barang Lainnya 269.856
17.208.403 17.208.403 1.240.242 9.825.658 203.484 288.698 1.404.535 52.380 1.580 3.890.730 301.097
19.990.518 19.990.518 1.418.771 11.229.108 238.007 349.194 1.628.442 58.368 1.827 4.702.861 363.938
22.482.061 22.482.061 1.769.223 12.005.961 270.845 425.936 1.818.966 72.889 2.168 5.673.701 442.372
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4.1 Listrik 4.2 Gas Kota 4.3 Air Bersih
1.363.365 1.199.932 163.433
1.616.732 1.418.738 197.994
1.892.657 1.671.109 221.547
2.201.593 1.937.612 263.981
BANGUNAN/KONTRUKSI
2.604.004
3.223.944
3.826.745
4.425.332
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 6.2 Hotel 6.3 Restoran
24.231.805 21.782.689 598.234 1.850.881
28.781.328 25.791.441 753.336 2.236.551
33.301.560 29.642.016 988.199 2.671.345
39.436.088 35.001.949 1.171.325 3.262.815
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.1 Pengangkutan 7.1.1 Angkutan Rel 7.1.2 Angkutan Jalan Raya 7.1.3 Angkutan laut 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan 7.1.5 Angkutan Udara 7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 7.2 Komunikasi
7.091.588 3.921.257 275.291 2.167.420 1.213.827 264.719 3.170.331
8.272.059 4.615.735 298.670 2.521.534 1.500.072 295.459 3.656.324
9.813.959 5.446.450 350.098 3.039.644 1.714.369 342.340 4.367.509
11.841.320 6.677.780 419.996 3.701.550 2.138.849 417.386 5.163.539
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 8.1 Bank 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 8.3 Sewa Bangunan 8.4 Jasa Perusahaan
3.876.664 1.934.462 513.323 997.447 431.432
4.402.111 2.151.650 613.760 1.126.639 510.062
5.110.879 2.513.292 707.981 1.304.912 584.694
6.094.630 2.961.272 877.364 1.602.593 653.401
JASA - JASA 9.1 Pemerintahan Umum 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 9.2 Swasta 9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga
5.572.326 4.101.834 2.743.137 1.358.697 1.470.492 421.217 87.305 961.970
6.608.505 4.932.174 3.159.037 1.773.137 1.676.331 476.724 105.452 1.094.156
7.904.116 5.998.017 3.881.917 2.116.100 1.906.099 534.002 123.699 1.248.399
8.939.096 6.720.087 4.339.875 2.380.211 2.219.009 631.508 141.692 1.445.810
PDRB *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
60.444.487
70.281.163
82.002.176
95.612.863
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 101
Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 - 2011 (Juta Rp) Lapangan Usaha (1) PERTANIAN 1.1 Tanaman Bahan makanan 1.2 Perkebunan 1.3 Peternakan 1.4 Kehutanan 1.5 Perikanan
2008 (2)
2009 (3)
2010*) (4)
2011**) (5)
71.510 29.018 34.524 7.968
74.461 30.421 35.336 8.704
63.340 16.773 37.417 9.151
67.070 17.375 39.859 9.836
-
-
-
-
7.792.641
8.067.254
8.365.548
7.792.641 401.747 4.936.212 102.123 132.768 569.088 22.703 557 1.491.670 135.774
8.067.254 443.887 4.931.807 110.278 144.995 584.883 24.048 604 1.670.929 155.823
8.365.548 491.686 4.935.382 119.215 157.202 607.921 25.707 656 1.852.715 175.064
628.223 556.814 71.409
689.731 609.324 80.407
761.964 674.281 87.682
843.768 747.816 95.953
1.308.240
1.432.099
1.592.431
1.782.526
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 6.2 Hotel 6.3 Restoran
10.302.814 9.085.828 263.401 953.585
11.375.644 10.011.651 290.059 1.073.935
12.623.317 11.091.654 326.554 1.205.108
14.040.746 12.304.356 376.388 1.360.003
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.1 Pengangkutan 7.1.1 Angkutan Rel 7.1.2 Angkutan Jalan Raya 7.1.3 Angkutan laut 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan 7.1.5 Angkutan Udara 7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 7.2 Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi 2. Jasa Penunjang Komunikasi
2.851.891 1.454.963 81.505 809.504 440.986 122.967 1.396.929 1.380.530
3.147.347 1.638.973 86.563 908.123 513.474 130.812 1.508.374 1.508.374
3.501.283 1.830.918 92.256 1.034.122 566.058 138.481 1.670.366 1.670.366
3.885.215 2.032.292 99.764 1.178.016 607.478 147.033 1.852.923 1.852.923
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 8.1 Bank 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 8.3 Jasa Penunjang Keuangan 8.3 Sewa Bangunan 8.4 Jasa Perusahaan
1.419.150 457.735 252.049 481.775 227.590
1.538.871 487.060 276.799 533.054 241.957
1.670.210 509.662 306.956 592.966 260.626
1.813.112 534.195 340.622 654.962 283.332
JASA - JASA 9.1 Pemerintahan Umum 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 9.2 Swasta 9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga
2.852.460 2.014.060 1.336.717 677.343 838.400 279.021 44.378 515.001
3.177.476 2.268.834 1.460.137 808.697 908.642 306.599 48.514 553.529
3.417.482 2.422.819 1.535.341 887.479 994.663 332.631 51.740 610.292
3.665.646 2.581.028 1.628.371 952.658 1.084.618 361.094 55.633 667.892
29.228.272
31.697.282
34.463.631
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.1 Minyak dan Gas Bumi 2.2 Pertambangan Tanpa Migas 2.3 Penggalian
INDUSTRI PENGOLAHAN 7.544.621 3.1 Industri Migas 3.2 Industri Tanpa Migas 7.544.621 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 360.401 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 4.906.714 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 99.889 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 124.676 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 537.893 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 21.884 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 548 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 1.367.816 3.2.9 Barang Lainnya 124.800 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4.1 Listrik 4.2 Gas Kota 4.3 Air Bersih BANGUNAN/KONTRUKSI
PDRB *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
26.978.909 26.949.309 4.877.114
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 102
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011 (Persen) Lapangan Usaha (1) PERTANIAN 1.1 Tanaman Bahan makanan 1.2 Perkebunan 1.3 Peternakan 1.4 Kehutanan 1.5 Perikanan
2008 (2)
2009 (3)
2010*) (4)
2011**) (5)
10,58 11,30 11,39 3,64
7,72 7,54 6,56 15,12
(3,77) (32,65) 12,21 14,73
19,17 21,12 18,71 17,46
-
-
-
-
INDUSTRI PENGOLAHAN 3.1 Industri Migas 3.2 Industri Tanpa Migas 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3.2.9 Barang Lainnya
15,97 15,97 74,07 23,98 29,53 42,65 32,19 45,71 18,18 27,39 51,50
10,67 10,67 65,46 21,08 22,74 54,54 44,03 62,87 18,80 30,42 52,11
16,17 16,17 36,76 21,12 28,86 43,11 35,28 48,45 23,35 42,64 34,86
12,46 12,46 42,65 22,19 33,10 47,54 29,51 39,16 37,19 45,83 46,92
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4.1 Listrik 4.2 Gas Kota 4.3 Air Bersih
14,80 13,65 24,00
18,58 18,23 21,15
17,07 17,79 11,90
16,32 15,95 19,15
BANGUNAN/KONTRUKSI
12,92
23,81
18,70
15,64
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 6.2 Hotel 6.3 Restoran
20,66 21,15 12,43 17,89
18,78 18,40 25,93 20,84
15,71 14,93 31,18 19,44
18,42 18,08 18,53 22,14
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.1 Pengangkutan 7.1.1 Angkutan Rel 7.1.2 Angkutan Jalan Raya 7.1.3 Angkutan laut 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan 7.1.5 Angkutan Udara 7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 7.2 Komunikasi
19,63 20,57 15,15 16,85 30,45 16,22 18,49
16,65 17,71 8,49 16,34 23,58 11,61 15,33
18,64 18,00 17,22 20,55 14,29 15,87 19,45
20,66 22,61 19,97 21,78 24,76 21,92 18,23
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 8.1 Bank 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 8.3 Sewa Bangunan 8.4 Jasa Perusahaan
21,36 28,08 10,18 16,49 19,20
13,55 11,23 19,57 12,95 18,23
16,10 16,81 15,35 15,82 14,63
19,25 17,82 23,92 22,81 11,75
JASA - JASA 9.1 Pemerintahan Umum 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 9.2 Swasta 9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga
29,42 34,37 34,37 22,96 17,37 19,01 14,31 16,95
18,60 20,24 15,16 30,50 14,00 13,18 20,79 13,74
19,61 21,61 22,88 19,34 13,71 12,01 17,30 14,10
13,09 12,04 11,80 12,48 16,42 18,26 14,55 15,81
PDRB *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
19,57
16,27
16,68
16,60
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.1 Minyak dan Gas Bumi 2.2 Pertambangan Tanpa Migas 2.3 Penggalian
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 103
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 - 2011 (Persen) Lapangan Usaha (1) PERTANIAN 1.1 Tanaman Bahan makanan 1.2 Perkebunan 1.3 Peternakan 1.4 Kehutanan 1.5 Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.1 Minyak dan Gas Bumi 2.2 Pertambangan Tanpa Migas 2.3 Penggalian
2008 (2)
2009 (3) 3,68 5,10 2,57 3,48 -
2010*) (4) 4,13 4,83 2,35 9,24 -
2011**) (5)
(14,94) (44,86) 5,89 5,13 -
5,89 3,59 6,53 7,49 -
INDUSTRI PENGOLAHAN 3.1 Industri Migas 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi 3.1.2 Gas Alam Cair 3.2 Industri Tanpa Migas 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3.2.9 Barang Lainnya
3,48 -
3,29 -
3,52 -
3,70 -
3,48 12,15 2,86 7,06 23,51 2,49 9,53 5,49 1,76 7,91
3,29 11,47 0,60 2,24 6,49 5,80 3,75 1,64 9,05 8,79
3,52 10,49 (0,09) 7,99 9,21 2,78 5,92 8,38 12,02 14,77
3,70 10,77 0,07 8,10 8,42 3,94 6,90 8,58 10,88 12,35
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4.1 Listrik 4.2 Gas Kota 4.3 Air Bersih
9,12 8,84 11,38
9,79 9,43 12,60
10,47 10,66 9,05
10,74 10,91 9,43
7,33
9,47
11,20
11,94
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 6.2 Hotel 6.3 Restoran
10,00 10,14 7,92 9,24
10,41 10,19 10,12 12,62
10,97 10,79 12,58 12,21
11,23 10,93 15,26 12,85
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.1 Pengangkutan 7.1.1 Angkutan Rel 7.1.2 Angkutan Jalan Raya 7.1.3 Angkutan laut 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan 7.1.5 Angkutan Udara 7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 7.2 Komunikasi
9,15 5,24 4,57 5,66 4,42 5,91 13,53
10,36 12,65 6,21 12,18 16,44 6,38 7,98
11,25 11,71 6,58 13,87 10,24 5,86 10,74
10,97 11,00 8,14 13,91 7,32 6,18 10,93
5,45 5,46 4,96 5,29 6,34
8,44 6,41 9,82 10,64 6,31
8,53 4,64 10,89 11,24 7,72
8,56 4,81 10,97 10,46 8,71
15,85 19,02 21,45 14,49 8,88 7,47 4,03 10,11
11,39 12,65 9,23 19,39 8,38 9,88 9,32 7,48
7,55 6,79 5,15 9,74 9,47 8,49 6,65 10,25
7,26 6,53 6,06 7,34 9,04 8,56 7,52 9,44
8,17
8,34
8,45
8,73
BANGUNAN/KONTRUKSI
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 8.1 Bank 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 8.3 Sewa Bangunan 8.4 Jasa Perusahaan JASA - JASA 9.1 Pemerintahan Umum 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 9.2 Swasta 9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga PDRB *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 104
Tabel 3.1 Distribusi Persentase PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011 (Persen) Lapangan Usaha (1) PERTANIAN 1.1 Tanaman Bahan makanan 1.2 Perkebunan 1.3 Peternakan 1.4 Kehutanan 1.5 Perikanan
2008 (2)
2009 (3)
2010*) (4)
2011**) (5)
0,26 0,09 0,14 0,02
0,24 0,09 0,13 0,02
0,20 0,05 0,12 0,02
0,20 0,05 0,13 0,02
-
-
-
-
25,72 25,72 1,72 15,34 0,31 0,40 1,99 0,07 0,00 5,45 0,45
24,49 24,49 1,76 13,98 0,29 0,41 2,00 0,07 0,00 5,54 0,43
24,38 24,38 1,73 13,69 0,29 0,43 1,99 0,07 0,00 5,74 0,44
23,51 23,51 1,85 12,56 0,28 0,45 1,90 0,08 0,00 5,93 0,46
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4.1 Listrik 4.2 Gas Kota 4.3 Air Bersih
2,26 1,99 0,27
2,30 2,02 0,28
2,31 2,04 0,27
2,30 2,03 0,28
BANGUNAN/KONTRUKSI
4,31
4,59
4,67
4,63
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 6.2 Hotel 6.3 Restoran
40,09 36,04 0,99 3,06
40,95 36,70 1,07 3,18
40,61 36,15 1,21 3,26
41,25 36,61 1,23 3,41
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.1 Pengangkutan 7.1.1 Angkutan Rel 7.1.2 Angkutan Jalan Raya 7.1.3 Angkutan laut 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan 7.1.5 Angkutan Udara 7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 7.2 Komunikasi
11,73 6,49 0,46 3,59 2,01 0,44 5,25
11,77 6,57 0,42 3,59 2,13 0,42 5,20
11,97 6,64 0,43 3,71 2,09 0,42 5,33
12,38 6,98 0,44 3,87 2,24 0,44 5,40
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 8.1 Bank 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 8.3 Sewa Bangunan 8.4 Jasa Perusahaan
6,41 3,20 0,85 1,65 0,71
6,26 3,06 0,87 1,60 0,73
6,23 3,06 0,86 1,59 0,71
6,37 3,10 0,92 1,68 0,68
JASA - JASA 9.1 Pemerintahan Umum 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 9.2 Swasta 9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga
9,22 6,79 4,54 2,25 2,43 0,70 0,14 1,59
9,40 7,02 4,49 2,52 2,39 0,68 0,15 1,56
9,64 7,31 4,73 2,58 2,32 0,65 0,15 1,52
9,35 7,03 4,54 2,49 2,32 0,66 0,15 1,51
100,00
100,00
100,00
100,00
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.1 Minyak dan Gas Bumi 2.2 Pertambangan Tanpa Migas 2.3 Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN 3.1 Industri Migas 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi 3.1.2 Gas Alam Cair 3.2 Industri Tanpa Migas 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3.2.9 Barang Lainnya
PDRB *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 105
Tabel 3.2 Distribusi Persentase PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 - 2011 (Persen) Lapangan Usaha (1) PERTANIAN 1.1 Tanaman Bahan makanan 1.2 Perkebunan 1.3 Peternakan 1.4 Kehutanan 1.5 Perikanan
2008 (2)
2009 (3)
2010*) (4)
2011**) (5)
0,27 0,11 0,13 0,03
0,25 0,10 0,12 0,03
0,20 0,05 0,12 0,03
0,19 0,05 0,12 0,03
-
-
-
-
27,96 27,96 1,34 18,19 0,37 0,46 1,99 0,08 0,00 5,07 0,46
26,66 26,66 1,37 16,89 0,35 0,45 1,95 0,08 0,00 5,10 0,46
25,45 25,45 1,40 15,56 0,35 0,46 1,85 0,08 0,00 5,27 0,49
24,27 24,27 1,43 14,32 0,35 0,46 1,76 0,07 0,00 5,38 0,51
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4.1 Listrik 4.2 Gas Kota 4.3 Air Bersih
2,33 2,06 0,26
2,36 2,08 0,28
2,40 2,13 0,28
2,45 2,17 0,28
BANGUNAN/KONTRUKSI
4,85
4,90
5,02
5,17
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 6.2 Hotel 6.3 Restoran
38,19 33,68 0,98 3,53
38,92 34,25 0,99 3,67
39,82 34,99 1,03 3,80
40,74 35,70 1,09 3,95
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.1 Pengangkutan 7.1.1 Angkutan Rel 7.1.2 Angkutan Jalan Raya 7.1.3 Angkutan laut 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan 7.1.5 Angkutan Udara 7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 7.2 Komunikasi
10,57 5,39 0,30 3,00 1,63 0,46 5,18
10,77 5,61 0,30 3,11 1,76 0,45 5,16
11,05 5,78 0,29 3,26 1,79 0,44 5,27
11,27 5,90 0,29 3,42 1,76 0,43 5,38
5,26 1,70 0,93 1,79 0,84
5,27 1,67 0,95 1,82 0,83
5,27 1,61 0,97 1,87 0,82
5,26 1,55 0,99 1,90 0,82
10,57 7,47 4,95 2,51 3,11 1,03 0,16 1,91
10,87 7,76 5,00 2,77 3,11 1,05 0,17 1,89
10,78 7,64 4,84 2,80 3,14 1,05 0,16 1,93
10,64 7,49 4,72 2,76 3,15 1,05 0,16 1,94
100,00
100,00
100,00
100,00
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.1 Minyak dan Gas Bumi 2.2 Pertambangan Tanpa Migas 2.3 Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN 3.1 Industri Migas 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi 3.1.2 Gas Alam Cair 3.2 Industri Tanpa Migas 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3.2.9 Barang Lainnya
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 8.1 Bank 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 8.3 Sewa Bangunan 8.4 Jasa Perusahaan JASA - JASA 9.1 Pemerintahan Umum 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 9.2 Swasta 9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga PDRB *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 106
Tabel 4.1 Indeks Perkembangan PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 - 2011 (Persen) Lapangan Usaha (1) PERTANIAN 1.1 Tanaman Bahan makanan 1.2 Perkebunan 1.3 Peternakan 1.4 Kehutanan 1.5 Perikanan
2008 (2)
2009 (3)
2010*) (4)
2011**) (5)
204,30 170,24 253,63 151,01
220,08 183,08 270,28 173,84
211,78 123,30 303,29 199,45
252,37 149,33 360,02 234,27
-
-
-
-
346,77 346,77 1.160,69 364,38 660,07 516,22 373,66 302,25 24,49 237,62 585,24
383,79 383,79 1.387,59 386,17 727,19 610,79 435,97 402,64 26,13 280,41 653,00
445,83 445,83 1.587,33 441,33 850,57 738,78 505,47 448,68 30,21 338,94 789,28
501,40 501,40 1.979,42 471,86 967,92 901,13 564,61 560,30 35,84 408,91 959,38
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4.1 Listrik 4.2 Gas Kota 4.3 Air Bersih
431,46 429,34 447,68
511,64 507,63 542,35
598,96 597,93 1,00 606,86
696,73 693,29 1,00 723,10
BANGUNAN/KONTRUKSI
337,56
417,92
496,07
573,66
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 6.2 Hotel 6.3 Restoran
469,17 492,15 417,79 310,73
557,26 582,73 526,10 375,48
644,78 669,73 690,12 448,47
763,55 790,83 818,01 547,77
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.1 Pengangkutan 7.1.1 Angkutan Rel 7.1.2 Angkutan Jalan Raya 7.1.3 Angkutan laut 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan 7.1.5 Angkutan Udara 7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 7.2 Komunikasi
489,33 452,04 720,46 381,69 632,63 380,72 544,92
570,78 532,10 781,65 444,05 781,82 424,93 628,46
677,17 627,86 916,24 535,29 893,51 492,36 750,70
817,06 769,81 1.099,17 651,85 1.114,74 600,29 887,52
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 8.1 Bank 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 8.3. Jasa Penunjang Keuangan 8.3 Sewa Bangunan 8.4 Jasa Perusahaan
456,42 988,83 297,44 294,01 304,04
518,28 1.099,85 355,63 332,09 359,45
601,73 1.284,70 410,23 1,00 384,64 412,04
717,55 1.513,70 508,37 1,00 472,39 460,46
JASA - JASA 9.1 Pemerintahan Umum 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 9.2 Swasta 9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga
304,17 323,51 348,95 282,00 260,69 205,15 367,29 287,17
360,73 389,00 401,86 368,01 297,18 232,18 443,63 326,63
431,45 473,06 493,81 439,20 337,92 260,08 520,39 372,68
487,94 530,01 552,07 494,01 393,39 307,57 596,08 431,61
PDRB *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
404,50
470,33
548,76
639,85
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.1 Minyak dan Gas Bumi 2.2 Pertambangan Tanpa Migas 2.3 Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN 3.1 Industri Migas 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi 3.1.2 Gas Alam Cair 3.2 Industri Tanpa Migas 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3.2.9 Barang Lainnya
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 107
Tabel 4.2 Indeks Perkembangan PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008 - 2011 (Persen) Lapangan Usaha (1) PERTANIAN 1.1 Tanaman Bahan makanan 1.2 Perkebunan 1.3 Peternakan 1.4 Kehutanan 1.5 Perikanan
2008 (2)
2009 (3)
2010*) (4)
2011**) (5)
93,63 87,34 103,26 82,01
97,50 91,57 105,69 89,59
82,94 50,49 111,91 94,19
87,82 52,30 119,22 101,24
-
-
-
-
INDUSTRI PENGOLAHAN 3.1 Industri Migas 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi 3.1.2 Gas Alam Cair 3.2 Industri Tanpa Migas 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3.2.9 Barang Lainnya
168,26 168,26 403,22 192,85 356,97 263,77 166,96 168,22 9,06 98,58 270,66
173,79 173,79 449,48 194,00 364,96 280,89 176,64 174,52 9,21 107,51 294,46
179,92 179,92 496,62 193,83 394,10 306,76 181,55 184,86 9,98 120,43 337,94
186,57 186,57 550,10 193,97 426,04 332,59 188,70 197,61 10,84 133,53 379,67
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4.1 Listrik 4.2 Gas Kota 4.3 Air Bersih
198,81 199,23 195,60
218,28 218,02 220,25
241,14 241,26 240,18
267,02 267,57 262,83
BANGUNAN/KONTRUKSI
169,59
185,65
206,43
231,07
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 6.2 Hotel 6.3 Restoran
199,48 205,28 183,95 160,09
220,25 226,20 202,57 180,30
244,41 250,60 228,05 202,32
271,85 278,00 262,86 228,32
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.1 Pengangkutan 7.1.1 Angkutan Rel 7.1.2 Angkutan Jalan Raya 7.1.3 Angkutan laut 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan 7.1.5 Angkutan Udara 7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 7.2 Komunikasi
196,78 167,73 213,31 142,56 229,84 176,85 240,11
217,17 188,94 226,55 159,92 267,62 188,14 259,26
241,59 211,07 241,44 182,11 295,02 199,17 287,11
268,08 234,28 261,09 207,45 316,61 211,47 318,48
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 8.1 Bank 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 8.3. Jasa Penunjang Keuangan 8.3 Sewa Bangunan 8.4 Jasa Perusahaan
167,08 233,98 146,05 142,01 160,39
181,18 248,97 160,39 157,13 170,51
196,64 260,52 177,86 1,00 174,79 183,67
213,47 273,06 197,37 1,00 193,06 199,67
JASA - JASA 9.1 Pemerintahan Umum 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 9.2 Swasta 9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga
155,70 158,85 170,04 140,58 148,63 135,89 186,69 153,74
173,44 178,94 185,74 167,85 161,09 149,33 204,09 165,24
186,54 191,09 195,31 184,20 176,34 162,00 217,67 182,19
200,09 203,56 207,14 197,72 192,28 175,87 234,04 199,38
PDRB *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
180,54
195,60
212,12
230,63
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.1 Minyak dan Gas Bumi 2.2 Pertambangan Tanpa Migas 2.3 Penggalian
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 108
Tabel 5 Indeks Implisit PDRB Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 Lapangan Usaha (1) PERTANIAN 1.1 Tanaman Bahan makanan 1.2 Perkebunan 1.3 Peternakan 1.4 Kehutanan 1.5 Perikanan
2008 (2)
2009 (3)
2010*) (4)
2011**) (5)
218,19 194,91 245,62 184,13
225,73 199,95 255,73 194,05
255,36 244,23 271,00 211,76
287,38 285,54 301,99 231,41
-
-
-
-
INDUSTRI PENGOLAHAN 3.1 Industri Migas 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi 3.1.2 Gas Alam Cair 3.2 Industri Tanpa Migas 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3.2.9 Barang Lainnya
206,09 206,09 287,86 188,95 184,91 195,71 223,80 179,67 270,29 241,04 216,23
220,83 220,83 308,71 199,05 199,25 217,45 246,80 230,71 283,66 260,83 221,76
247,80 247,80 319,62 227,69 215,82 240,83 278,42 242,71 302,67 281,45 233,56
268,75 268,75 359,83 243,26 227,19 270,95 299,21 283,54 330,70 306,24 252,69
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4.1 Listrik 4.2 Gas Kota 4.3 Air Bersih
217,02 215,50 228,87
234,40 232,84 246,24
248,39 247,84 252,67
260,92 259,10 275,11
BANGUNAN/KONTRUKSI
199,05
225,12
240,31
248,26
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 6.2 Hotel 6.3 Restoran
235,20 239,74 227,12 194,10
253,01 257,61 259,72 208,26
263,81 267,25 302,61 221,67
280,87 284,47 311,20 239,91
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.1 Pengangkutan 7.1.1 Angkutan Rel 7.1.2 Angkutan Jalan Raya 7.1.3 Angkutan laut 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan 7.1.5 Angkutan Udara 7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 7.2 Komunikasi
248,66 269,51 337,76 267,75 275,25 215,28 226,95
262,83 281,62 345,03 277,66 292,14 225,86 242,40
280,30 297,47 379,49 293,93 302,86 247,21 261,47
304,78 328,58 420,99 314,22 352,09 283,87 278,67
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 8.1 Bank 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 8.3. Jasa Penunjang Keuangan 8.3 Sewa Bangunan 8.4 Jasa Perusahaan
273,17 422,62 203,66 207,04 189,57
286,06 441,76 221,73 211,36 210,81
306,00 493,13 230,65 220,07 224,34
336,14 554,34 257,58 244,68 230,61
JASA - JASA 9.1 Pemerintahan Umum 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 9.2 Swasta 9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga
195,35 203,66 205,21 200,59 175,39 150,96 196,73 186,79
207,98 217,39 216,35 219,26 184,49 155,49 217,36 197,67
231,28 247,56 252,84 238,44 191,63 160,54 239,08 204,56
243,86 260,36 266,52 249,85 204,59 174,89 254,69 216,47
PDRB *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
224,04
240,46
258,70
277,43
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.1 Minyak dan Gas Bumi 2.2 Pertambangan Tanpa Migas 2.3 Penggalian
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 109
Tabel 6 Inflasi Sektoral Kota Bandung Tahun 2008 - 2011 Lapangan Usaha (1) PERTANIAN 1.1 Tanaman Bahan makanan 1.2 Perkebunan 1.3 Peternakan 1.4 Kehutanan 1.5 Perikanan
2008 (2)
2009 (3)
2010*) (4)
2011**) (5)
6,65 5,90 8,60 0,15
3,45 2,58 4,11 5,38
13,12 22,15 5,97 9,13
12,54 16,92 11,43 9,28
-
-
-
-
12,07
7,15
12,21
8,45
12,07 23,41 11,07 4,06 5,75 20,44 11,62 5,58 8,61 26,33
7,15 7,25 5,35 7,76 11,11 10,28 28,41 4,95 8,21 2,56
12,21 3,53 14,39 8,32 10,76 12,81 5,20 6,70 7,91 5,32
8,45 12,58 6,84 5,27 12,50 7,47 16,82 9,26 8,81 8,19
5,20 4,42
8,01 8,05
5,97 6,44
5,05 4,55
11,33
7,59
2,61
8,88
BANGUNAN/KONTRUKSI
5,21
13,10
6,75
3,31
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 6.1 Perdagangan Besar & Eceran 6.2 Hotel 6.3 Restoran
9,69 9,99 4,18 7,91
7,57 7,45 14,35 7,30
4,27 3,74 16,52 6,44
6,47 6,44 2,84 8,23
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7.1 Pengangkutan 7.1.1 Angkutan Rel 7.1.2 Angkutan Jalan Raya 7.1.3 Angkutan laut 7.1.4 Angkutan Sungai & Penyebrangan 7.1.5 Angkutan Udara 7.1.6 Jasa Penunjang Angkutan 7.2 Komunikasi
9,61 14,57 10,11 10,59 24,92 9,74 4,36
5,70 4,50 2,15 3,70 6,14 4,92 6,81
6,65 5,63 9,99 5,86 3,67 9,45 7,87
8,73 10,46 10,94 6,90 16,25 14,83 6,58
KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSH 8.1 Bank 8.2 Lembaga Keuangan lainnya 8.3. Jasa Penunjang Keuangan 8.3 Sewa Bangunan 8.4 Jasa Perusahaan
15,08 21,44 4,98
4,72 4,53 8,87
6,97 11,63 4,02
9,85 12,41 11,68
10,64 12,09
2,09 11,21
4,12 6,42
11,19 2,80
JASA - JASA 9.1 Pemerintahan Umum 9.1.1 Adm. Pemerintahan & Pertahanan 9.1.2 Jasa Pemerintahan lainnya 9.2 Swasta 9.2.1 Jasa sosial kemasyarakatan 9.2.2 Jasa hiburan dan Rekreasi 9.2.3 Jasa perseorangan dan rumah tangga
11,72 12,90 15,97 7,40 7,79 10,74 9,88 6,21
6,46 6,74 5,43 9,31 5,19 3,00 10,49 5,82
11,21 13,88 16,86 8,75 3,87 3,25 9,99 3,48
5,44 5,17 5,41 4,79 6,76 8,94 6,53 5,83
PDRB *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
10,54
7,33
7,59
7,24
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.1 Minyak dan Gas Bumi 2.2 Pertambangan Tanpa Migas 2.3 Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN 3.1 Industri Migas 3.1.1 Pengilangan Minyak Bumi 3.1.2 Gas Alam Cair 3.2 Industri Tanpa Migas 3.2.1 Makanan, Minuman dan Tembakau 3.2.2 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 3.2.3 Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 3.2.4 Kertas dan Barang Cetakan 3.2.5 Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3.2.6 Semen dan Barang Galian Bukan Logam 3.2.7 Logam Dasar dan Baja 3.2.8 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 3.2.9 Barang Lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4.1 Listrik 4.2 Gas Kota 4.3 Air Bersih
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 110
Tabel 7. Angka Agregatif PDRB, Jumlah Penduduk dan PDRB Per Kapita Kota Bandung Tahun 2008 - 2011
Lapangan Usaha
2008
2009
2010*)
2011**)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
PDRB ADH Berlaku (Juta Rp)
60.444.487
70.281.163
82.002.176
95.612.863
PDRB ADH Konstan'2000 (Juta Rp)
26.978.909
29.228.272
31.697.282
34.463.631
2.292.571
2.307.703
2.394.873
2.437.874
PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp)
26.365.372
30.455.029
34.240.720
39.219.772
PDRB Per Kapita ADH Konstan'2000 (Rp)
11.767.971
12.665.526
13.235.475
14.136.757
PDRB ADH Berlaku (Juta Rp)
404,50
470,33
548,76
639,85
PDRB ADH Konstan'2000 (Juta Rp)
180,54
195,60
212,12
230,63
Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun x)
107,32
108,03
112,11
114,12
PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp)
376,92
435,38
489,50
560,68
PDRB Per Kapita ADH Konstan'2000 (Rp)
168,23
181,07
189,21
202,10
PDRB ADH Berlaku (Juta Rp)
119,57
116,27
116,68
116,60
PDRB ADH Konstan'2000 (Juta Rp)
108,17
108,34
108,45
108,73
Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun x)
101,17
100,66
103,78
101,80
PDRB Per Kapita ADH Berlaku (Rp)
118,18
115,51
112,43
114,54
PDRB Per Kapita ADH Konstan'2000 (Rp)
106,91
107,63
104,50
106,81
Indeks Harga Implisit PDRB
224,04
240,46
258,70
277,43
1. Nilai Absolut
Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun x)
2. Indeks Perkembangan
3. Indeks Berantai
*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung Tahun 2008-2011 111
DATA MENCERDASKAN BANGSA
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG Jl. Jendral Gatot Subroto No 93 Bandung Telepon : (022) 7305091 Email :
[email protected]