The Colombo Plan Asian Centre for Certification and Education of Addiction Professionals Training Training Series
Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Panduan Peserta
1 i r e S m u l u k i r u K n a h i t a l e P
Ucapan Terima Kasih Kurikulum 1: Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksi adalah Adiksi adalah bagian dari sembilan volume rangkaian pelatihan yang dikembangkan oleh U.S. Department of State’s Bureau of International Narcotics and Law Enforcement Affairs (INL). Publikasi ini dikembangkan di bawah nomor kontrak SAQMPD07D0116, Layanan Dukungan Pengurangan Permintaan (Demand Reduction Reduction Support Services), antara antara INL dan Alvarez & Associates, Associates, dengan JBS International,, Inc. (JBS), yang berperan sebagai sub-kontraktor International sub-kontraktor.. Ucapan terima kasih khusus diucapkan kepada Thomas Browne, Deputy Director dari Office of Anticrime Programs, Programs, dan Gregory R. Stanton sebagai Program Officer, untuk bimbingan dan kepemimpinannya melalui pengembangan proyek. Suzanne Hughes sebagai Project Director dari M.A., CASAC, Alvarez & Associates, dan Sara Lee sebagai Senior Demand Reduction Coordinator dari M.S.W., LICSW, Alvarez & Associates. Dari JBS, Candace L. Baker, Baker, sebagai Project Director and Lead Curriculum Developer dari M.S.W., CSAC, MAC, dan Larry W. Mens, M.Div., sebagai Curriculum Developer. Anggota staf JBS lainnya, termasuk Wendy Caron, sebagai Senior Editor; Frances Nebesky, M.A. sebagai Associate Editor; dan Claire Macdonald sebagai Senior Graphic Designer. Anggota staf dari NAADAC, The Association for Addiction Professionals, yang berkontribusi secara signifikan pada pengembangan publikasi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Cynthia Moreno Tuohy, Tuohy, Executive Director Directo r dari NCAC II, CCDC III, II I, SAP; Shirley Beckett Bec kett Mikell, Director of Certification and Education and Certification Commission Staff Liaison dari NCAC II, CAC II, SAP; Donovan Kuehn, Director of Operations and Outreach; dan Misti Storie, M.A., Education & Training Consultant. Para contributor lain, termasuk Suzanne HallWestcott, M.S., Director of Program Development dari Daytop International; Diane Williams Hymons, M.S.W., LCSW-C, LICSW, Principal dari Counseling-Consulting-Training-Services; Phyllis Mayo, Ph.D., Psychologist; dan Donna Ruscavage, M.S.W M.S.W., ., Ruscavage Consulting. Beberapa materi di dalam kurikulum ini sebelumnya telah dikembangkan oleh JBS for Family Health International International (Hanoi, Vietnam) dengan kontrak yang didukung oleh the U.S. Agency for International Development. Panduan ini diterjemahka diterjemahkan n dan disesuaikan oleh Tim Kerja Dewan Sertifikasi Sertifikasi Konselor Adiksi Indonesia (DSKAI) untuk digunakan sebagai bahan pelatihan konselor adiksi profesional oleh tenaga instruktur Indonesia. Ucapan terima kasih khusus seluas-luasnya kepada para konsultan internasional dan anggota pilot-test pilot-test group (lihat Lampiran C), yang menyediakan menyediakan banyak masukan berharga. berharga. Partisipasi, antusiasme dan kreativitisme mereka telah memberikan kontribusi yang besar bagi penyelesaian publikasi ini.
Untuk Kepentingan Umum Seluruh materi di dalam kurikulum ini, kecuali yang diambil langsung dari sumber hak ciptanya, untuk kepentingan umum (domain publik) dan dapat diproduksi atau diperbanyak tanpa izin dari U.S. Department of State’s INL atau penulisnya. Kutipan dari sumber ini wajib dihargai. Namun demikian, publikasi ini tidak dapat diproduksi atau didistribusikan untuk dijual tanpa izin tertulis dari INL.
Sangkalan Intervensi terapi gangguan penggunaan zat yang dijelaskan di sini, tidak mencerminkan posisi resmi dari INL atau The U.S Department of State . Panduan dalam dokumen ini tidak boleh dianggap pengganti untuk perawatan klien individual. Publikasi 2011
ii
DAFTAR ISI Bagian I—Orientasi Peserta Orientasi Peserta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Part II—Modul Pelatihan Modul 1—Introduksi Pelatihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 Modul 2—Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31 Modul 3—Sains Adiksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57 Modul 4—Stigma Sosial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 113 Modul 5—Penyalahgunaan Zat: Karakteristik dan Konsekuensi . . . . . . . 129 Modul 6—Integrasi Pembelajaran Ke Dalam Praktek . . . . . . . . . . . . . . . 195
Bagian III—Lampiran Lampiran A—Daftar Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 199 Lampiran B—Sumber Rujukan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 201 Lampiran C— C—Ucapan Te Terima Ka Kasih Kh Khusus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 203
III iii Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Introduksi Pelatihan
ORIENTASI PESERTA Introduksi Selamat datang! Pelatihan ini akan menyediakan bagi anda akan pemahaman dari fisiologi adiksi sebagai sebuah penyakit otak dan mengajarkan anda tentang efek dan konsekuensi dari zat-zat psikoaktif. Kurikulum 1: Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional dalam Bidang Adiksi merupakan bagian dari rangkaian pelatihan yang dibentuk melalui pendanaan dari Departemen Pemerintah Amerika Serikat kepada Pusat Sertifikasi dan Edukasi Asia dari Profesional dalam Bidang Adiksi Colombo Plan – The Colombo Plan for the Asian Centre for Certification and Education of Addiction Professionals (ACCE). Informasi selengkapnya tentang Colombo Plan dan ACCE dapat ditemui di http://www.colomboplan.org. Indonesia mengadopsi kurikulum ini untuk meningkatkan kompetensi konselor yang bekerja membantu pecandu melalui di Indonesia melalui kerjasama antara Badan Narkotika Nasional (BNN), Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi Indonesia (DSKAI), dengan Colombo Plan for Asian Center for Certification and Education of Addiction Professionals (ACCE). Tujuan utama dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah kesehatan, sosial dan ekonomi secara signifikan yang terkait Gangguan Penyalahgunaan Zat (GPZ), dengan membangun kapasitas terapi bertaraf internasional melalui pelatihan, menumbuhkan sikap profesional, dan memperluas tenaga kerja terapi global. Pelatihan ini mempersiapkan para konselor-konselor untuk mendapatkan sertifikat profesional dalam tahap dasar dengan menyediakan informasi terkini tentang GPZ dan perawatannya, serta memfasilitasi aktivitas secara langsung untuk mengembangkan keahlian, kepercayaan diri dan kompetensi. Selamat karena telah menyediakan waktu untuk belajar lebih lagi mengenai pekerjaan anda!
Pelatihan Keenam modul di rangkaian pelatihan ini mungkin akan menghabiskan waktu kursus lebih dari 3 hari penuh atau mungkin lebih dari beberapa minggu atau bulan. Para instruktur telah menyediakan jadwal spesifik untuk anda. Pendekatan yang digunakan di dalam pelatihan ini mencakup: Presentasi dan diskusi yang diberikan oleh instruktur;
Seringnya penggunaan metode belajar kreatif dan aktivitas langsung, seperti dalam kelompok kecil, latihan dengan sesama rekan dan presentasi;
Penggunaan metode belajar kreatif yang terarah dan berulang-ulang, seperti dalam kelompok kecil, latihan dengan sesama rekan dan presentasi;
Latihan menulis reflektif;
Review berkala untuk meningkatkan retensi pembelajaran; dan
Latihan pembelajaran asesmen. Partisipasi aktif dari anda menjadi bagian penting untuk membuat ini menjadi pengalaman belajar yang positif dan produktif! Partisipasi aktif Anda sangat penting untuk membuat pelatihan ini menjadi pengalaman belajar yang positif dan produktif!
1 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Tujuan dan Objektif dari Kurikulum 1 Tujuan Pelatihan Partisipasi aktif anda sangat penting untuk membuat pelatihan ini menjadi pengalaman belajar yang positif dan produktif.
Objektif Pembelajaran Peserta yang menyelesaikan penuh Kurikulum 2 akan mampu untuk: Menyebutkan dan menjelaskan dengan singkat dua tujuan keseluru han dari terapi;
Menyebutkan enam tahapan perubahan dan menjelaskan setidaknya satu karakteristik klien di tiap tahapan tersebut;
Menyebutkan delapan prinsip-prinsip efektif terapi dari U.S. National Institute on Drug Abuse (NIDA);
Menjelaskan tentang komponen-komponen terapi;
Mendefenisikan dan memberikan contoh dari rawatan berkelanjutan;
Menjelaskan secara singkat tentang bagaimana penggunaan zat dapat mempengaruhi komunikasi otak normal.
Mendefenisikan dan menjelaskan konsep stigma.
Menjelaskan efek dan konsekuensi dari setidaknya enam zat-zat psikoaktif.
Materi Pelatihan Materi pelatihan ini termasuk: Panduan peserta ini
Sebuah buku catatan; dan
Buku dari “Technical Assistance Publication (TAP) 21: Addiction Counseling Competencies—The Knowledge, Skills, and Attitudes of Professional Practice”.
Setiap modul dari Manual Peserta mencakup:
Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran dari modul;
Jadwal kegiatan;
Lembar PowerPoint yang dicetak (di print) menjadi dua bagian di dalam satu halaman dengan ruang bagi anda untuk menulis catatan;
Halaman penjelasan yang mencakup informasi tambahan atau instruksi latihan dan materi-materi; dan
2 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Ringkasan modul.
Panduan Peserta juga memiliki daftar istilah (lampiran A), daftar dari sumbersumber referensi (lampiran B), dan ucapan terima kasih untuk pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku panduan ini (lampiran C). Instruktur anda akan memberikan anda sebuah buku catatan untuk digunakan sebagai jurnal pribadi anda. Anda dapat menggunakan jurnal ini dengan beberapa cara. Anda dapat mencatat: Topik-topik yang ingin anda baca lebih lanjut;
Prinsip-prinsip yang ingin anda pikirkan lebih lanjut;
Teknik yang ingin anda coba;
Cara-cara yang mungkin bisa anda tambahkan dari beberapa hal yang anda pelajari dalam praktek anda; dan
Hambatan yang mungkin terjadi dalam penerapan pengetahuan baru, dan juga kemungkinan hambatan untuk menggunakan pengetahuan baru.
Instruktur juga akan meminta anda untuk menyelesaikan tugas-tugas menulis singkat. TAP 21 disusun di Amerika Serikat untuk menyediakan landasan umum yang menjadi dasar pelatihan dan sertifikasi professional bidang adiksi. Publikasi tersebut menjelaskan tentang beberapa pertanyaan berikut: Apa standar profesional yang seharusnya dapat membimbing konselor bekerja dengan orang dengan GPZ?
Apa ruang lingkup praktek yang sesuai bagi bidang konseling GPZ?
Kompetensi-kompetensi manakah yang berhubungan dengan terapi yang berhasil. ?
Apa pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki oleh professional dalam terapi GPZ secara umum?
TAP 21 dapat diberikan sebagai referensi yang berguna untuk anda. Simpan dalam ingatan anda, bagaimanapun juga, membutuhkan waktu dan pengalaman untuk membangun kompetensi konseling. TAP 21 merepresentasikan sebuah tatanan ideal dari tujuan, bukan menjadi sebuah titik awal. Jangan berkecil hati! Anda akan sampai kesana.
Mendapatkan Manfaat dari Pengalaman Pelatihan Anda Untuk mendapatkan banyak hal dari pengalaman pelatihan anda, maka:
Jika anda memiliki atasan (supervisor), bicaralah kepadanya sebelum mengikuti pelatihan. Ketahuilah apa yang diharapkannya dari anda.
Berpikirlah tentang apa yang ingin anda pelajari dari tiap-tiap modul.
Datanglah pada setiap sesi dengan persiapan; mengulas halaman demi halaman manual dari modul untuk dipresentasikan.
3 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Jadilah peserta yang aktif. Berpartisipasi dalam setiap kegiatan, mengajukan pertanyaan, menulis di dalam jurnal anda, dan memikirkan tentang informasi apa yang anda inginkan.
Berbicaralah dengan atasan, supervisor atau rekan kerja anda jika anda tidak memiliki atasan) setelah menjalani pelatihan. Sampaikan tentang apa yang telah anda pelajari untuk memastikan bahwa anda memahami bagaimana informasi tersebut berhubungan dengan pekerjaan anda.
Diskusikan dengan atasan anda atau rekan kerja anda tentang bagaimana cara mempraktekkan apa yang telah dipelajari, dan seterusnya mengikuti iperkembangan anda.
Belajarlah dengan senang hati. Selamat bersenang-senang!
4 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
MODUL 1 INTRODUKSI PELATIHAN Daftar Isi dan Jadwal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 Halaman penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27 Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
Daftar Isi dan Jadwal Aktivitas
Waktu
Acara Pembukaan
20 menit
Sambutan Pelatih, Housekeeping, dan Penentuan Peraturan
10 menit
Latihan berpasangan: Pengenalan Presentasi: Materi pelatihan
60 menit 15 menit
Rehat
15 menit
Presentasi: Kenapa diadakannya pelatihan ini?
15 menit
Latihan kelompok besar: Harapan pelatihan
15 menit
Latihan berpasangan: Terminologi
60 menit
ISHOMA
60 menit
Modul 1 Tujuan dan Objektif Tujuan Pelatihan
Menciptakan komunitas dan lingkungan pembelajaran yang positif.
Memberi peserta latar belakang informasi mengapa pelatihan ini dilaksanakan.
Memberi peserta sebuah ringkasan dari keseluruhan tujuan pelatihan, sasaran, dan pendekatan pembelajaran dari kurikulum; dan
Memperkenalkan beberapa terminologi dasar berkaitan dengan fisiologi dan farmakologi penggunaan narkoba dan adiksi.
Sasaran Pembelajaran Peserta yang menyelesaikan modul 1 mampu untuk: Menjelaskan tentang tujuan dari keseluruhan pelatihan dan setidaknya empat sasaran dari 3 hari pelatihan.
Menyatakan setidaknya satu tujuan personal; dan
Membuat daftar dan mendefinisikan setidaknya lima istilah terkait fisiologi dan farmakologi dari penggunaan narkoba dan adiksi.
7 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
MODUL 1 INTRODUKSI PELATIHAN
Modul 1 Objektif Pembelajaran
Menjelaskan keseluruhan tujuan pelatihan dan sekurangnya empat obyektif di dalam pelatihan tiga hari
Menyatakan setidaknya satu tujuan pembelajaran personal saudara
Membuat daftar dan mendefinisikan sekurangnya lima terminologi terkait fisiologi dan farmakologi penggunaan zat dan adiksi
1.2
8 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Latihan: Introduksi Pelatihan
Siapakah nama Anda?
Apa pekerjaan Anda? Apa ruang lingkup tugas/pekerjaan Anda?
Ceritakan pengalaman lucu ATAU hal yang menyenangkan tentang diri Anda (ketrampilan khusus, minat, hobi, dll)?
1.3
9 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Materi Pelatihan
1.4
Masalah Global
Sebanyak 149-272 juta orang pernah menggunakan zat ilegal pada tahun 2009
Sumber: UNODC. (2011). World drug report 2010 . New York: United Nations.
1.5
10 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Gangguan Terkait Penggunaan Zat – DSM-IV-TR
Gangguan Terkait Penggunaan Zat
Gangguan Penggunaan Zat ( Substance Disorders )
Use
- Ketergantungan Zat - Penyalahgunaan Zat
Gangguan yang Dipicu oleh Penggunaan Zat (Substance Induced Disorders ) Intoksikasi zat Gejala putus zat Gangguan mental yang diakibatkan oleh zat 1.6
11 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Gangguan Penggunaan Zat
Termasuk kategori Penggunaan Berbahaya dan Sindrom Ketergantungan — World Health Organization’s International Classification of Diseases (ICD)-10 .
1.7
Masalah Global
Sebanyak 15–39 juta orang menggunakan zat ilegal pada tingkat bermasalah
Pengguna zat bermasalah dikenali dari : -Jumlah orang yang dilaporkan akan menjadi ketergantungan zat - Jumlah orang yang menggunakan zat dengan suntikan - Jumlah orang yang menggunakan zat dalam jangka panjang : opioid, amfetamin, kokain
Sumber UNODC (2011) Word Drug Report 2011 New York. United Nations
1.8
12 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Masalah Global
11–21 juta orang menyuntik zat selama tahun 2009
Sekitar 18% dari jumlah itu mengidap HIV positif
Sekitar 50% yang menggunakan suntikan terinfeksi virus hepatitis-C
Sumber: UNODC. (2011). World drug report 2010 . New York: United Nations.
1.9
13 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Masalah Global
Konsekuensi global dari GPZ (Gangguan Penggunaan Zat) di masa mendatang adalah:
- Meningkatnya angka hepatitis dan tuberkulosis - Kehilangan produktiivitas - Kecelakaan lalu lintas dan lainnya yang membuat trauma fisik dan kematian - Kematian karena overdosis - Bunuh diri - Tindak Kekerasan
Sumber: UNODC. (2010). World drug report 2010 . New York: United Nations.
1.10
Masalah Global
“Terus terjadi jumlah yang cukup besar terhadap kebutuhan yang tidak terpenuhi atas prevensi, terapi, perawatan dan dukungan di negaranegara berkembang“ - Yuri Fedotov, Direktur Eksekutif, UNODC
Sumber: UNODC. (2010). World drug report 2010 . New York: United Nations.
1.11
14 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Masalah di Indonesia
Diperkirakan pada tahun 2009 terdapat 3,6 juta pengguna narkoba, dimana 900 ribu orang diantaranya menjadi pecandu.
Hingga Maret 2011, secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 24.482 kasus, dimana penasun (pengguna napza suntik) menyumbangkan angka penularan sebanyak 37.9%.
Sumber: Badan Narkotika Nasional (2010) & Kementerian Kesehatan RI (2011)
1.12
15 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Tujuan Pelatihan Berseri ini
Membangun kemampuan terapi berstAndar internasional :
Melatih
Menjadikan Profesional
Menyebarluaskan
1.13
Serial Kurikulum
Kurikulum 1 : “Fisiologi dan Farmakologi Adiksi bagi para Profesional” (yaitu kurikulum ini, selama 3 hari)
1.14
16 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Serial Kurikulum
Kurikulum 2 : “Terapi Gangguan Penggunaan Zat – Perawatan Berkelanjutan untuk Para Profesional bidang Adiksi” (5 hari)
- Pengetahuan Dasar, bukan kursus untuk ‘bagaimana cara’ atau berbasis ketrampilan. - Ikhtisar tentang pemulihan dan manajemen pemulihan, tahap perubahan perilaku, faktor yang mempengaruhi luaran terapi, prinsip terapi efektif, komponen terapi, praktik berbasis bukti, termasuk konseling pasangan dan keluarga. 1.15
17 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum
Kurikulum 3 : “Komorbiditas Gangguan Jiwa dan Gangguan Medik – Ikhtisar untuk para profesional bidang Adiksi” (2 hari)
Pengetahuan dasar, bukan berbasis ketrampilan.
Ikhtisar tentang hubungan antar komorbiditas gangguan dan kaitan terapinya, deskripsi tentang gangguan yang sering menyertai gangguan jiwa dan gangguan medik.
1.16
Serial Kurikulum
Kurikulum 4 : “Ketrampilan Konseling Dasar untuk Para Profesional Bidang Adiksi” (5 hari)
Pelatihan berbasis ketrampilan
Ikhtisar dari hubungan yang membantu : intensionalitas, atau fokus, dalam konseling; ketrampilan konseling cross-cutting; wawancara motivasional dasar; mengajarkan klien keterampilan pemulihan; dan konseling kelompok dan ketrampilan kelompok psikoedukasional
1.17
18 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Serial Kurikulum
Kurikulum 5 : “Asesmen dan Wawancara, Perencanaan Terapi dan Pendokumentasian, bagi Para Profesional Bidang Adiksi”
Pelatihan berbasis ketrampilan.
Asesmen yang efektif dan terintegrasi, perencanaan terapi dan pendokumentasian sebagai perangkat dalam terapi.
1.18
19 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum
Kurikulum 6 : “Manajemen Kasus untuk Para Profesional Bidang Adiksi” (2 hari)
Pelatihan dasar dan ketrampilan.
Ikhtisar manajemen kasus dalam terapi GPZ dan praktik keterempilan dalam fungsi manajemen kasus (perencanaan, jejaring, monitoring, advokasi, konsultasi, dan kolaborasi).
1.19
Serial Kurikulum
Kurikulum 7 : “Intervensi Krisis untuk Para Profesional Bidang Adiksi” (2 hari)
Pelatihan dasar dan ketrampilan.
Krisis merupakan bagian dari kehidupan, pedoman manajemen krisis, manajemen risiko bunuh diri dan menghindarkan diri dari krisis personal ( perawatan diri konselor sendiri).
1.20
20 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Serial Kurikulum
Kurikulum 8 : “Etik untuk Para Profesional Bidang Adiksi” (2 hari)
Pelatihan dasar.
Panduan profesional dan etika perilaku, kerahasiaan, prinsip-prinsip etika dan kode etik profesional, etika pengambilan keputusan, supervisi dan praktik etika.
1.21
21 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum
Kurikulum 9 : “Bekerja dengan keluarga dalam Gangguan Penggunaan Zat” (3 hari)
Pelatihan dasar dan ketrampilan.
Dampak GPZ dalam sistem keluarga; keuntungan menyertakan keluarga dalam terapi, melibatkan anggota keluarga dan menyiapkan layanan keluarga (psikoedukasi, sesi bersama keluarga, konseling kelompok multi-keluarga); perbedaan antara konseling keluarga dan terapi keluarga; dan pentingnya melakukan rujukan. 1.22
Kurikulum 1 – Tujuan Pelatihan
Menyiapkan partisipan dengan pemahaman fisiologi adiksi sebagai penyakit otak.
Menyiapkan partisipan dengan informasi tentang farmakologi dari zat psikoaktif.
1.23
22 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Kurikulum 1 – Tujuan Pembelajaran
Menyebutkan dan menjelaskan secara singkat empat golongan zat psikoaktif.
Mendeskripsikan cara penggunaan zat psikoaktif.
Mendefinisikan gangguan penggunaan zat.
Mendefinisikan dependensi fisiologik.
Mendefinisikan adiksi.
Mendeskripsikan secara singkat cara zat mempengaruhi komunikasi otak.
Mendefinisikan dan mendeskripsikan konsep stigma.
Mendeskripsikan efek dan konsekuensi setidaknya enam zat psikoaktif. 1.24
23 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Latihan : Harapan akan Pelatihan Tuliskan
dua harapan Anda terhadap pelatihan ini, pada kartu indeks atau kertas yang disediakan.
1.25
Istirahat 15 menit
1.26
24 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Latihan Berpasangan : Terminologi
Lihat di bagian penjelasan tentang terminologi.
Temukan definisi dari setiap istilah. (Lakukan secara berkelompok)
1.27
25 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Ishoma 60 menit
1.28
26 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Halaman Penjelasan 1.1: The Colombo Plan Asian Centre for Certification and Education of Addiction Professionals Training Series
Kurikulum 1:
Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksi (kurikulum ini)
Kurikulum 2:
Terapi untuk Gangguan Penggunaan Zat—Rawatan Berkelanjutan dari Profesional Adiksi
Kurikulum 3:
Gangguan Mental dan Medis yang Sering Menyertai pada Gangguan Penggunaan Zat—Ikhtisar untuk Profesional Adiksi
Kurikulum 4:
Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi
Kurikulum 5:
Asesmen dan Penerimaan, Perencanaan Terapi, dan Pendokumentasian untuk Profesional Adiksi
Kurikulum 6:
Manajemen Kasus untuk Profesional Adiksi
Kurikulum 7:
Intervensi Krisis untuk Profesional Adiksi
Kurikulum 8:
Etika untuk Profesional Adiksi
Kurikulum 9:
Bekerja dengan Keluarga dalam Rawatan bagi Gangguan Penggunaan Zat 27
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Modul 1—Introduksi Pelatihan, Ringkasan Masalah Global
Penggunaan zat psikoaktif berlanjut menjadi masalah global. Sebuah survei yang dilakukan oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) menemukan bahwa pada tahun 2008, sekitar 155 hingga 250 juta orang berusia antara 15 dan 64 tahun, telah menggunakan zat ilegal setidaknya 1 kali.1
Zat ilegal yang dimaksud di dalam survei tersebut, termasuk opioida, kanabis, kokain, stimulan tipe amfetamin lainnya, halusinogen, dan ekstasi, diantara lainnya.
Beberapa orang dalam jumlah signifikan yang menggunakan zat psikoaktif, mengalami gangguan penggunaan zat (dikenal dengan istilah GPZ).
Gangguan Penggunaan Zat, disingkat menjadi GPZ, adalah pe ngertian umum untuk menjelaskan rentang masalah terkait dengan penggunaan zat (termasuk obatobatan terlarang dan penyalahgunaan obat yang diresepkan), dari penyalahguna zat hingga ketergantungan zat dan adiksi.
GPZ juga merupakan sub-kategori dari gangguan terkait zat yang dijelaskan di dalam dalam “American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (or DSM-IV-TR)”.2
GPZ mencakup penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Kategori luas dari gangguan terkait zat juga mencakup sub-kategori darigangguan induksi zat, yang termasuk: •
Intoksikasi zat;
•
Putus zat; dan
•
Gangguan mental Induksi zat
GPZ disebut “Penggunaan Berbahaya” dan “Sindroma Ketergantungan” dalam “World Health Organization’s (WHO’s) International Statistical Classification of Diseases (ICD).3
Survei PBB tersebut juga menemukan bahwa:1 •
Sekitar 11 hingga 21 juta orang menyuntikkan narkoba pada tahun 2009.
•
Sekitar 18% dari mereka yang menyuntik tersebut terinfeksi HIV positif.
•
Sekitar separuh dari yang menyuntik tersebut, terinfeksi virus Hepatitis-C.
1 UNODC. (2010). World drug report 2010 . New York: United Nations. 2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text revision). Washington, DC: Author. 3 WHO. (2007). International statistical classification of diseases and related health problems, 10th revision. Geneva: Author.
28 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Konsekuensi global dari GPZ telah berkembang dan susah dikendalikan, seperti diantaranya: •
Tingginya angka hepatitis dan tuberkolosis;
•
Kehilangan produktivitas;
•
Cidera hingga kematian akibat dari kecelakaan dalam berkendara dan kecelakaan lainnya;
•
Overdosis, yang berakibat kematian;
•
Bunuh diri; dan
•
Tindak kekerasan
Jumlah tersebut merupakan signifikan. Direktur Ekesekutif UNODC mengatakan bahwa “ada kondisi keberlanjutan dari kebutuhan tidak terpenuhi yang sangat besar dalam hal pencegahan, terapi, rawatan dan dukungan bagi masalah NAPZA, terutama di negara berkembang”. 1
Ada beberapa alasan mengenai hal tersebut, tapi alasan utamanya adalah kurangnya kapasitas dari program terapi yang memadai.
Serial Pelatihan
Kurikulum ini menjadi bagian dari rangkaian pelatihan yang dilakukan melalui pendanaan dari The U.S Department of State kepada The Colombo Plan for the Asia Center for Certification and Education of Addiction Professionals.
Tujuan keseluruhan dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah kesehatan, sosial dan ekonomi yang terkait GPZ dengan membangun kapasitas terapi ternasional melalui pelatihan, membangun profesionalisme, dan memperbanyak tenaga kerja terapi global.
Pelatihan ini mempersiapkan para konselor-konselor untuk mendapatkan sertifikat professional dalam tahap dasar (basic level) dengan menyediakan informasi yang penting diketahui dan pelatihan keterampilan khusus tentang Gangguan Penyalahgunaan Zat (GPZ) dan terapinya. Lihat halaman penjelasan 1.1 (halaman 27) untuk daftar kurikulum termasuk serial pelatihan.
1
UNODC. (2011). World drug report 2011 (p. 9). New York: United Nations.
29 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Kurikulum lain di dalam serial pelatihan ini
Kurikulum 1: “Fisiologi dan Farmakologi Adiksi untuk Profesional Adiksi” , merupakan pelatihan yang memberikan ikhtisar komprehensif mengenai adiksi, pemahaman mengenai fisiologi adiksi sebagai sebuah penyakit otak, dan farmakologi zat psikoaktif.
Kurikulum 2: “Terapi untuk Gangguan Penggunaan Zat—Rawatan Berkelanjutan dari Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar selama 5 hari yang memberikan dasar atau landasan untuk mempelajari konseling GPZ. Kurikulum ini tidak mengajarkan latihan keterampilan, namun lebih pada konteks kurikulum berbasis keterampilan pada kurikulum lain di dalam serial pelatih an ini. Kurikulum 2 menjelaskan tentang ikhtisar pemulihan, manajemen pemulihan, tahap perubahan, prinsip-prinsip efektif dari terapi, komponen-komponen dari terapi, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil terapi dan praktek-praktek berbasis bukti, termasuk didalamnya konseling keluarga dan pasangan.
Kurikulum 3: “Gangguan Mental dan Medis yang Sering Menyertai pada Gangguan Penggunaan Zat—Ikhtisar untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan selama 2 hari yang juga memberikan dasar dan ikhtisar bagi hubungan dari gangguan mental yang menyertai dari satu ke yang lainnya dan berkaitan dengan isu terapi, seperti halnya sebuah garis besar penjelasan singkat dari gangguan medis dan mental yang menyertai pada umumnya.
Kurikulum 4: “Keterampilan Konseling Dasar untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan berbasis keterampilan selama 5 hari. Kurikulum ini memberikan ikhtisar tentang hubungan yang membantu dan intensional, atau fokus, di dalam konseling. Juga memberikan kesempatan untuk mempelajari dan melatih teknik-teknik konseling cross-cutting. Dengan menggunakan cross-cutting, ini dimaksudkan bahwa ketrampilan tersebut merupakan esensi dari setiap tahapan dalam terapi dan dalam semua jenis situasi konseling, termasuk ketika bekerja dengan keluarga. Kurikulum ini juga mengajarkan tentang dasar keterampilan wawancara motivasional dan latihan mengajarkan klien tentang keterampilan pemulihan, yang merupakan sebuah aspek penting dari terapi. Keterampilan konseling kelompok dasar (bagi klien dan anggota keluarga) dan kelompok psikoedukasi juga tercakup di dalam kurikulum ini.
Kurikulum 5: “Asesmen dan Penerimaan, Perencanaan Terapi, dan Pendokumentasian untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar selama 4 hari yang mengajarkan tentang efektifitas integrasi antara asesmen dengan rencana rawatan, juga memaparkan tentang pendokumentasian sebagai bagian bari alat rawatan.
Kurikulum 6: “Manajemen Kasus untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar dan berbasis keterampilan selama 2 hari yang memberikan ikhtisar dari manajemen kasus bagi rawatan GPZ, dan juga memberikan keterampilan praktek dalam fungsi manajemen kasus, seperti perencanaan, jejaring, monitoring, advokasi, konsultasi, dan berkolaborasi.
Kurikulum 7: “Intervensi Krisis untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan 2 hari yang mengetengahkan konsep bahwa krisis sebagai bagian dalam kehidupan, dan menyediakan panduan untuk mempraktekkan manajemen krisis, termasuk mengelola resiko bunuh diri. Pelatihan ini juga mengetengahkan caracara konselor dalam menghindari krisis situasi personal dengan mengembangkan latihan-latihan dan informasi-informasi tentang perawatan diri bagi konselor.
30 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Kurikulum 8: “Etika untuk Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan 4 hari yang mengetengahkan panduan professional dan etika perilaku, kerahasiaan, prinsipprinsip etika dan kode etik professional, serta etika dalam membuat keputusan. Kurikulum ini juga memaparkan mengenai pentingnya supervisi sebagai bagian dari penegakkan etika di dalam praktek.
Kurikulum 9: “Bekerja dengan Keluarga dalam Rawatan bagi Gangguan Penggunaan Zat”; adalah 3-hari kursus yang menyediakan tentang ikhtisar dari dampak yang ditimbulkan GPZ bagi system di dalam keluarga, dan juga manfaat dari penglibatan anggota keluarga di dalam rawatan. Kurikulum ini memaparkan tentang cara-cara dalam melibatkan anggota keluarga di dalam suatu rawatan dan menyediakan informasi serta praktek dalam penyelenggaraan rangkaian layanan bagi keluarga, seperti psiko-edukasi, sesi bersama keluarga, dan konseling kelompok dari berbagai keluarga. Kursus ini pun mengetengahkan tentang perbedaan antara konseling keluarga dengan terapi untuk keluarga, dan bagaimana membuat rujukan yang sebaiknya untuk menambah layanan secara intensif apabila diperlukan.
Tujuan pelatihan kurikulum 1
Secara umum, tujuan yang diharapkan dari kurikulum 1 ini adalah: •
•
Membuat peserta memahami akan fisiologi adiksi adalah sebagai suatu penyakit otak; dan Memberikan informasi bagi peserta tentang farmakologi dari zat psikoaktif.
Modul 2 menjelaskan tentang karakteristik narkoba yang dapat menyebabkan kecanduan, pengaruh terhadap susunan system syaraf pusat, dan bagaimana pola penggunaan dapat memberikan perubahan efek yang didapat.
Modul 3 Menjelaskan tentang definsi dari adiksi sebagai penyakit otak. Definisi ini berdasarkan dari riset ilmiah yang memperlihatkan bagaimana otak terekspos akibat dari penggunaan/penyalahgunaan narkoba (dalam waktu lama) akan terl ihat berbeda dari yang tidak menggunakan/menyalahgunakan narkoba. Pemahaman inilah yang kemudian berpengaruh terhadap cara pandang dan pola pemulihan terhadap adiksi.
Modul 4 menggali mengenai stigma dan bagaimana kita melihat adiksi dapat menimbulkan hambatan untuk bagi mereka yang membutuhkan dalam mengakses rawatan.
Modul 5 fokus terhadap konsekuensi dari penggunaan narkoba terhadap fisik dan kesehatan mental individual, komunitas, serta keluarga.
Modul 6 menyediakan suatu kesempatan untuk berpikir tentang segala informasi yang sudah dipaparkan di dalam kurikulum , serta cara-cara pengaplikasiannya di dalam praktek kerja masing-masing.
31 Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
MODUL 2 INTRODUKSI PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF Daftar Isi dan Jadwal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35 Tujuan Pelatihan dan Objektif Pembelajaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35 Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36 Halaman Penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50 Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
Daftar Isi dan Jadwal Aktivitas
Waktu
Introduksi Modul 2
10 menit
Presentasi : Apakah zat psikoaktif dan bagaimana cara kerjanya?
60 menit
Presentasi : Klasifikasi zat psikoaktif
10 menit
Presentasi : Metode (rute) penggunaan
10 menit
Latihan kelompok kecil : Rute penggunaan
20 menit
Ishoma Studi kasus dalam kelompok kecil : Progresi penggunaan zat Asesmen pembelajaran Ringkasan dan evaluasi hari pertama
15 menit 45 menit 30 menit 20 menit
Modul 2 Tujuan dan Sasaran Tujuan Pelatihan
Menyiapkan ikhtisar zat psikoaktif, sesuai dengan yang didiskusikan dalam kurikulum;
Mengenalkan kategori (klas) utama zat psikoaktif;
Menyimpulkan delapan metode cara penggunaan zat psikoaktif dan apa yang terjadi sesudah digunakan; dan
Mendeskripsikan level progresi penggunaan zat psikoaktif;
Objektif pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan Modul 2 mampu untuk: •
•
•
Mendefinisikan zat psikoaktif; Membuat daftar umum zat psikoaktif yang mempengaruhi pikiran, perasaan (mood), dan perilaku; Membuat daftar empat kategori (kelas) utama zat psikoaktif dan beberapa zat dalam kategori dimaksud;
•
Membuat daftar metode penggunaan zat psikoaktif ; dan
•
Mendiskusikan tingkatan dari progresi penggunaan zat;
35 Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
MODUL 2 INTRODUKSI PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF
Modul 2 Objektif pembelajaran
Mendefinisikan zat psikoaktif
Membuat daftar pengaruh zat psikoaktif pada mood, pikiran dan perilaku
Membuat daftar empat kategori (klas) zat psikoaktif dan jenis beberapa zat dalam kelompoknya
Membuat daftar metoda penggunaan zat psikoaktif
Mendiskusikan tingkat progresi penggunaan zat 2.2
36 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Zat Psikoaktif
Mempengaruhi Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Mengubah perilaku atau penerimaan orang atas apa yang terjadi di sekitar mereka
2.3
37 Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Sistem Syaraf Pusat
Otak
Sumsum Tulang Belakang
2.4
Sawar Otak
Besar, molekul yang larut dalam air akan dihambat
Kecil, molekul yang larut dalam lemak dapat melalui
2.5
38 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Farmakologi
Studi dampak medikasi dan zat lain pada tubuh dan otak
2.6
39 Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Waktu Paruh
Lamanya waktu yang digunakan untuk mengeliminasi separuh dosis zat yang masuk untuk keluar dari tubuh
2.7
Faktor Lain
Umur, lamanya penggunaan zat secara reguler, banyaknya zat yang digunakan secara reguler dalam tubuh dipengaruhi oleh : Absorbsi zat psikoaktif
Metabolisme
Eliminasi
2.8
40 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Zat Psikoaktif
Zat Psikoaktif mempengaruhi :
Mood
Pikiran
Persepsi
Perilaku
2.9
41 Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Efek Zat Psikoaktif
Dapat positif atau negatif
Tergantung berapa banyak (batas tertentu) dari jenis zat yang digunakan
2.10
Klas Zat : Contoh
Kokain
Heroin
Alkohol
LSD
Amfetamin
Morfin
Barbiturat
Mescaline Peyote
Methamfetamin
Opium
Benzodiazepin
Ekstasi
Nikotin, Kafein
Demerol
GammaHydroxybutyrate (GHB); Rohypnol
Mushrooms
2.11
42 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Zat Legal
Suatu zat yang legal, BUKAN BERARTI lebih aman dibanding zat illegal
2.12
43 Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Golongan Lain
Beberapa zat tidak tepat dimasukan dalam sebuah kategori, namun merupakan beberapa kategori (others) :
Kanabinoid (ganja, marijuana, hashish)
Khat / Miraa
Anestesi Disosiatif (phencyclidine / PCP, ketamine)
Larutan inhalan, gas, nitrit
2.13
Rute Penggunaan
Ditelan (Swallowing)
Dihirup / disedot (Snorting)
Dirokok / dihisap (Smoking)
Menghirup asap (Inhaling fumes)
Disuntikan Intramuskular (IM)
Disuntikan Subkutan (SC)
Disuntikan Intravena (IV)
Dioles (Topikal)
Diletakan dibawah lidah (Sublingual) 2.14
44 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Rute Penggunaan
Makin cepat zat masuk ke otak, makin besar dan kuat efeknya
2.15
45 Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Cepatnya berefek
Dirokok / dihisap (smoking): 7 – 10 detik
Disuntikkan melalui Intravena: 15 – 30 detik
Disuntikkan ke dalam otot atau di bawah kulit : 3 – 5 menit
2.16
Cepatnya berefek
Diabsorbsi melalui lapisan lendir : 3 – 5 menit
Ditelan : 20 – 30 menit
Diabsorbsi melalui kulit: pelan dalam jangka panjang
2.17
46 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Latihan dalam Kelompok Kecil : Rute Penggunaan
Buat kelompok kecil
Dalam kelompok, buat daftar jenis zat yang masuk dalam klasifikasi 5 zat psikoaktif
Untuk setiap zatnya, buat daftar cara-cara penggunaan yang umum dilakukan di daerah Anda
Perhatikan, bahwa beberapa zat dapat digunakan / dimasukan ke tubuh dengan lebih dari satu cara 2.18
47 Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Progresi
Penggunaan rekreasional
Penggunaan sirkumstansial
Penggunaan intensif
Penggunaan kompulsif
2.19
Asesmen Pembelajaran Tuliskan satu pertanyaan beserta jawabannya tentang materi hari ini pada sehelai kertas!
2.20
48 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Jurnal
Apa yang Anda pelajari hari ini, yang belum Anda ketahui sebelumnya?
Bagaimana Anda berencana menerapkan apa yang sudah Anda pelajari hari ini, di dalam pekerjaan Anda?
Apa pertanyaan yang masih ada di benak Anda?
2.21
49 Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Halaman Penjelasan 2.1: Progresi Penggunaan Rekreasional / Eksperimental Penggunaan rekreasional adalah tingkatan penggunaan zat yang paling rendah tingkat keparahannya. Biasanya terjadi dalam tatanan sosial diantara teman-teman, jarang terjadi, dan biasanya melibatkan penggunaan zat psikoaktif dalam jumlah kecil sampai sedang. Biasanya juga didorong oleh rasa ingin tahu atau tekanan teman sebaya. Orang yang menggunakan secara rekreasional biasanya belum memiliki masalah terkait penggunaan zatnya, kecuali jika terkait penggunaan zat ilegal.
Penggunaan Sirkumstansial / Situasional Penggunaan sirkumstansial sering terjadi ketika individu termotivasi mengejar efek yang diinginkan sebagai cara mengatasi (coping) kondisi atau situasi tertentu. Sebagai contoh, orang yang memiliki sifat sangat pemalu akan merasa bahwa dengan mengkonsumsi ganja membuatnya menjadi lebih santai, mampu berbicara dengan orang lain, berdansa, dan merasa lebih gaul. Dalam contoh lai n, orang yang mengalami depresi cenderung mencoba mengkonsumsi zat untuk merasa “lebih hidup” dan lebih baik. Contoh lain yang lebih ekstrim adalah serdadu yang menggunakan ganja, heroin, atau zat lainnya dalam peperangan untuk santai dan terlepas dari stres yang menderanya saat peperangan. Pada tingkat ini, orang secara situasional dapat menggunakan untuk mencari kesenangan atau bersosialisasi. Seseorang pada tingkat ini dapat saja memiliki masalah atau tidak memiliki masalah terkait penggunaannya.
Penggunaan Intensif / Reguler Beberapa orang memulai penggunaan zat dari penggunaan rekreasional atau sirkumstansial, namun kemudian mulai menggunakan secara terus-menerus. Ketika penggunaan zat menjadi setiap hari dan terus-menerus, dari dosis rendah sampai sedang, efek yang dirasakan akan meningkat. Pada tingkatan ini, biasanya seseorang termotivasi untuk menggunakan agar terbebas dari masalah yang dialami, seperti anxietas atau depresi, atau untuk mempertahankan kemampuan yang dikehendaki. Pada tingkatan ini, seseorang biasanya mulai mengalami masalah terkait penggunaannya (misal: terlambat masuk kerja pada hari Senin karena malamnya habis mabuk tinggi; membuat orang lain prihatin akan penggunaannya). Pada tingkatan penggunaan ini sering juga disebut sebagai penyalahgunaan.
Penggunaan Kompulsif / Adiktif Penggunaan kompulsif merupakan penggunaan paling parah dan paling berbahaya. Pada tingkat ini , dosis tinggi secara rutin atau setiap hari diperlukan untuk mencapai efek fisik atau psikologis yang diinginkan, atau sekedar untuk menghindari gejala putus zat (seperti sakaw). Pada tingkat ini, zat menjadi sesuatu yang paling penting dalam kehidupan seseorang, melebihi aktivitas lainnya. Pada tingkat ini, orang mengalami masalah terkait penggunaan berkelanjutan, namun tetap menggunakan walaupun tahu itu bermasalah untuk dirinya, yang sering disebut sebagai adiksi.
50 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Modul 2—Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif, Ringkasan Zat psikoaktif: Ulasan singkat ikhtisar
Zat psikoaktif merupakan zat yang mempengaruhi kerja sistem syaraf pusat (SSP) dan mengubah perilaku atau persepsi tentang kejadian disekitarnya.
Zat pskioaktif termasuk zat ilegal / terlarang dan beberapa obat yang digunakan untuk medikasi (pengobatan).
Medikasi mempunyai potensi untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit atau meningkatkan kesejahteraan fisik atau mental seseorang , tetapi medikasi menggunakan zat psikoaktif (seperti untuk mengobati gangguan anxietas, atau nyeri) juga mempunyai potensi untuk menimbulkan masalah.
SSP merupakan bagian dari sistem syaraf yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Otak manusia dilindungi oleh membran yang disebut sawar otak. Sawar otak ini merupakan suatu seri sel-sel yang saling erat merekat, yang hanya dapat dilalui oleh zat kimia tertentu.
Karena sel-sel pada sawar otak saling merekat erat, zat dengan struktur molekul besar dan larut dalam air (yang berarti bahwa mereka larut dengan mudah dalam cairan) tidak dapat menembusnya. Medikasi dengan menggunakan aspirin atau antibiotika, termasuk dalam kategori ini.
Namun demikian, zat dengan struktur molekul kecil dan larut dalam lemak, seperti pada kebanyakan zat psikoaktif, dapat dengan mudah menembus sawar otak. Dengan cara ini, zat psikoaktif dapat memberikan efek langsung pada otak.
Meskipun medikasi psikotropik digunakan untuk mengobati gangguan mental mayor (seperti penggunaan antipsikotik dan antidepresan) termasuk dalam zat psikoaktif, pengguna medikasi (pasien) ini bukan tergolong dalam kategori penyalahgunaan, karena tidak menimbulkan efek menyenangkan yang sama seperti penyalahguna.
Selain memberikan efek langsung pada otak, zat psikoaktif juga mempengaruhi proses biokimiawi jaringan tubuh dan organ-organ.
dapat
Metabolisme
Farmakologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari efek-efek dari zat psikoaktif pada tubuh dan otak, termasuk bagaimana proses metabolismenya: •
•
Metabolisme adalah proses kimiawi kompleks yang terus-menerus terjadi di dalam tubuh. Sebagai contoh, energi yang dibutuhkan manusia didapatkan dari makanan melalu proses metabolisme. Reaksi kimiawi sel dalam badan manusia mengubah makanan menjadi energi yang diperlukan untuk bergerak, berpikir hingga bertumbuh-kembang; zat tersebut kemudian mengeliminasi yang tersisa dari makanan.
51 Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
•
•
•
•
•
Sesaat setelah orang menggunakan zat, tubuh akan segera memproses dengan memecahkan dan mengeliminasikannya. Liver (hati) bertanggung jawab memetabolisir zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh, dengan dibantu oleh ginjal dalam prosesnya. Saat sebuah zat telah dimetabolisasi, zat tersebut utamanya dieliminasi dari tubuh melalui urin atau feses, dan juga melalui keringat, air liur atau nafas.
Masing-masing zat dipecah dan dieliminasi dengan cara dan durasi yang berbeda. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeliminasi separuh dari dosis asli zat dari tubuh disebut waktu paruh zat: •
Semua zat yang kita telan akan dimetabolisasi dengan cara ini.
Waktu paruh zat mempengaruhi seberapa lama efek zat berlangsung dan berapa lama zat tersebut dikeluarkan seluruhnya dari tubuh. Ketika seseorang menghentikan penggunaan zat, penting untuk mengetahui waktu paruh zat dimaksud, untuk mengetahui lamanya waktu detoksifikasi atau bersihnya zat dari dalam tubuh.
Faktor-faktor lain seperti umur pengguna, lama dan banyaknya jumlah zat yang digunakan secara teratur, juga mempengaruhi berapa lama waktu yang dibu tuhkan untuk memetabolisir zat di dalam tubuh kita. Hal-hal tersebut juga menimbulkan perbedaan bagaimana kemampuan tubuh kita untuk: •
Mengabsorbsi zat psikoaktif;
•
Memetabolisir zat tersebut; dan
•
Mengeliminasi zat.
Sebagai contoh : •
•
Proses metabolisme dan eliminasi zat dari anak kecil dan remaja terjadi lebih lambat. Jika seseorang sering menggunakan zat dan dalam dosis yang besar, mungkin metabolisme dan eliminasinya lebih cepat.
Efek umum dari zat psikoaktif
Karakteristik utama dari zat psikoaktif mempengaruhi perasaan (mood), pikiran, penilaian (judgement), sensor persepsi, dan perilaku.
Contoh pengaruh zat yang mempengaruhi perasaan, yaitu : •
Perasaan lebih waspada;
•
Perasaan lebih santai;
•
Perasaan lebih atau kurang depresi dari biasanya;
52 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
•
Perasaan mudah tersinggung atau marah;
•
Perasaan lebih mudah bersosialisasi;
•
Perasaan berbahagia;
•
Perasaan (nafsu) lebih atau kurang terhadap seks; dan
•
Perasaan ketakutan.
Contoh pengaruh zat terhadap pikiran dan penilaian, yaitu: •
Pikiran cepat;
•
Tidak mampu memutuskan atau membuat rencana;
•
Distorsi persepsi;
•
Peningkatan kejernihan pikiran;
•
Pikiran paranoid; dan
•
Penilaian (judgement) buruk.
Contoh pengaruh zat terhadap sensor persepsi, yaitu: •
Distorsi persepsi;
•
Perubahan dalam persepsi suhu; dan
•
Perubahan dalam persepsi nyeri.
Contoh pengaruh zat terhadap perilaku, yaitu: •
Menurun atau meningkatkan aktivitas;
•
Meningkatkan tindakan berisiko atau aktivitas berbahaya;
•
Perilaku tidak sesuai dengan tata nilai pribadi;
•
Agresi atau kekerasan kekejaman;
•
Pasif; dan
•
Peningkatan atau penurunan perilaku seksual.
Secara ringkas, zat psikoaktif menghasilkan berbagai efek, baik positif maupun negatif . Efek ini tergantung dari jenis zat yang digunakan.
Efek zat : Gololongan-golongan zat
Terdapat empat golongan utama , atau tipe zat psikoaktif : •
Stimulan;
53 Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
•
Opioid (kadang disebut narkotik);
•
Depresan; dan
•
Halusinogen
Golongan ini berbasis pada efek primer zat pada SSP.
Stimulan meningkatkan aktivitas SSP. Zat ini meningkatkan debar jantung dan pernafasan, serta meningkatkan sensasi eforia yang bergairah.
Opioid secara selektif menekan SSP. Analgesik ini menurunkan rasa nyeri dan cenderung menginduksi tidur.
Depresan menurunkan aktivitas SSP. Depresan cenderung menurunkan debar jantung, kecepatan pernafasan dan membuat relaksasi, kadang mengantuk, merasa sejahtera atau eforia
Halusinogen menghasilkan spektrum distorsi sensori mengubah suasana hati dan berpikir.
yang hidup dan nyata
Stimulan
Opioida (narkotika)
Depresan
Halusinogen
Kokain
Heroin
Alkohol
LSD
Amfetamin
Morfin
Barbiturat
Meskalin Peyote
Metamfetamin
Opium
Benzodiazepin
Ekstasi
Demerol
Gammahydroksi butirat (GHB); Rohypnol
Mushrooms
Nikotin, kafein
Benzodiazepin (depresan) termasuk obat anti anxietas seperti Xanax, Librium, Valium, Kamlet. Obat ini sering disebut sebagai obat penenang (tranquilizers).
Opioid termasuk heroin, morfin, opium dan zat lainnya digunakan untuk mengobati rasa nyeri; golongan ini disebut opioid karena bekerja pada reseptor opiat di dalam otak.
Barbiturat (depresan) termasuk fenobarbital dan Seconal; digunakan untuk mengobati gangguan kejang dan tidur. Namun obat terbaru bekerja lebih baik dalam kondisi tersebut tanpa risiko adiksi.
Depresan, termasuk juga GHB dan Rohypnol, kadang disebut ‘club drugs’ atau ‘date rape drugs’ karena pada dosis rendah mereka berpikir akan meningkatkan kemampuan berjoget dan dan pada dosis tinggi akan membuat sedasi (kantuk).
54 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Halusinogen termasuk LSD, meskalin (derivat peyote, sebangsa kaktus) , ekstasi, dan beberapa jenis jamur-jamuran (mushroom).
Nikotin, kafein dan alkohol , ketiganya legal, masuk dalam golongan zat psikoaktif. Meski zat ini bersifat legal, namun bukan berarti zat ini lebih aman dari zat-zat ilegal.
Legalitas dari zat berasal dari faktor budaya, tradisi, politik, religi, bukan berdasarkan dari lebih atau kurangnya efek bahaya yang dapat ditimbulkan.
Sistem klasifikasi dimaksudkan untuk pegangan umum, dan beberapa zat psikoaktif tidak tepat masuk dalam penggolongan dasar. Misalnya •
•
•
•
Ganja dapat memberikan efek sedasi atau nyaman pada dosis rendah, tapi menimbulkan efek halusinogenik pada dosis tinggi. Miraa (khat)dapat membuat eforia ringan dan kegembiraa n pada dosis rendah, namun pada dosis tinggi dapat menginduksi perilaku manik dan hiperaktivitas, sehingga dapat menyebabkan penyakit fisik dan psikologis serius Anestetik disosiatif (PCP) bersifat halusinogenik, juga dapat berefek stimulan atau depresan Inhalan pada umumnya bersifat depresan, namun dapat juga bersifat stimulan atau halusinogenik.
Efek zat: Cara penggunaan
Efek spesifik penggunaan zat bervariasi tergantung berapa banyak dan cara penggunaan.
Cara menggunakan zat disebut juga metode atau rute penggunaan. Zat psikoaktif memasuki tubuh melalui sembilan rute penggunaan •
Ditelan;
•
Disedot (dihirup melalui hidung);
•
Dirokok (dihisap);
•
Dihirup asapnya;
•
Suntikan intramuskular (menyuntikan kedalam otot);
•
Suntikan dibawah kulit (menyuntikan dibawah kulit);
•
Suntikan intravena (menyuntikan kedalam pembuluh balik);
•
Penggunaan topikal (dioleskan pada permukaan kulit); dan
•
Sublingual (diletakkan dibawah lidah, kemudian zat larut diabsorbsi melalui jaringan mulut).
55 Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Penggunaan Zat Psikoaktif
Rute penggunaan menjadi pertimbangan karena mempengaruhi kecepatan zat masuk kedalam otak; makin cepat sampai ke otak, makin besar dan makin kuat efeknya
Berikut merupakan tingkat kecepatan sampainya zat dalam otak, mulai dari yang paling cepat sampai paling lambat (urut dari atas kebawah) sesuai cara penggunaannya: •
Dihisap: 7-10 detik;
•
Suntikan intravena: 15-30 detik;
•
Suntikan dalam otot atau dibawah kulit: 3-5 menit;
•
Absorpsi melalui selaput lender (melalui hidung, mulut, dubur): 3-5 menit;
•
Ditelan: 20-30 menit; dan
•
Diabsorbsi melalui kulit: Lambat dalam jangka panjang.
Progresi penggunaan
Pola khas progresi dari penggunaan menjadi penyalahgunaan hingga ketergantungan, dimulai pada saat pertama kali zat psikoaktif membuat rasa nyaman; selanjutnya seseorang biasanya mencari rasa nyaman berikutnya.
Jika pengalaman yang dialami tidak menyenangkan, maka biasanya penggunaan dihentikan.
Ketika penggunaan zat mengalami peningkatan, maka pola peningkatannya akan mengikuti polanya. Pola itu dapat dideskripsikan dalam banyak istilah, seperti:
•
Penggunaan rekreasional / eksperimental;
•
Penggunaan sirkumstansial / situasional;
•
Penggunaan intensif / reguler; dan
•
Penggunaan kompulsif / adiktif.
Lihat halaman penjelasan 2.1: Deskripsi progresi dari setiap tingkat penggunaan.
56 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
MODUL 3 SAINS ADIKSI Daftar Isi dan Jadwal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59 Tujuan pelatihan dan objektif pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59 Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60 Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 103
Daftar Isi dan Jadwal Aktivitas
Waktu
Sambutan dan mengulas materi hari 1
15 menit
Introduksi modul 3
10 menit
Latihan kelompok kecil: Apakah adiksi itu?
30 menit
Presentasi: Sains adiksi, bagian 1
20 menit
Latihan: Komunikasi otak
45 menit
Ishoma Presentasi: Sains adiksi 2 Latihan: Zat psikoaktif dan komunikasi otak Presentasi: Adiksi dan sirkuit ganjaran Ishoma Presentasi: Kerentanan terhadap adiksi Latihan kelompok kecil: Ulasan kelompok belajar Rehat
15 menit 15 menit 60 menit 30 menit 60 menit 20 menit 60 menit 15 menit
Modul 3 Tujuan dan Objektif Tujuan Pelatihan Memberikan satu ulasan singkat mengenai sains adiksi sebagai suatu penyakit otak.
Objektif pembelajaran Para peserta yang menyelesaikan modul 3 akan mampu untuk: Mendefinisikan adiksi;
Mendiskusikan mengapa adiksi dipertimbangkan sebagai suatu penyakit otak; dan
Memberikan suatu penjelasan dasar tentang bagaimana zat psikoaktif berpengaruh terhadap otak.
59 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
MODUL 3 SAINS ADIKSI
Jurnal
Apa yang saudara pelajari dari apa yang Anda tidak ketahui?
Bagaimana menerapkan apa yang dipelajari pada tugas saudara?
Masih adakah pertanyaan di benak Anda?
3.2
60 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Modul 3 Obyektif Pembelajaran
Mendefinisikan adiksi
Mendiskusikan mengapa adiksi dipertimbangkan sebagai penyakit otak
Menyiapkan deskripsi dasar cara kerja zat psikoaktif memberi efek pada otak
3.3
61 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Latihan dalam Kelompok Kecil: Apakah Adiksi itu?
Pilih seorang dalam kelompok saudara untuk menjadi penulis diatas flipchart
Lakukan curah pendapat tentang adiksi dan orang yang mengalami masalah adiksi
Bekerjalah dengan cepat dan ungkapkan apa yang ada dalam pikiran saudara secara spontan; jangan meralat kata yang sudah dilontarkan
3.4
Adiksi
BUKAN sebuah karakter, gangguan personaliti atau kegagalan moralitas
MERUPAKAN masalah kesehatan
3.5
62 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Sains (Ilmu Pengetahuan) Adiksi
Adiksi merupa merupakan kan PENYAKIT yang menyerang fungsi OTAK, fungsi OTAK, bersifat KRONIS dan memiliki resiko KAMBUH yang tinggi, khas ditAndai dengan pencarian dan penggunaan KOMPULSIF KOMPULSIF,, meskipun mengetahui memiliki konsekuensi yang membahayakan 3.6
63 Panduan Peserta: Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Penyakit
Mempercepat struktur atau fungsi setiap bagian tubuh, organ atau sistem
Karakteristik dengan sejumlah simtom dan Tanda
3.7
Simtom / Gejala
Subyektif: Pengalaman langsung oleh seseorang; tak dapat dilihat atau diukur oleh orang lain
Contoh: sakit lambung, kelelahan, pening
Contoh adiksi: ‘nagih’, anxietas ketika tidak menggunakan zat
3.8
64 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Tanda
Obyekif: Indikasi fisik adanya penyakit yang dapat dilihat atau diukur oleh orang lain
Contoh: ruam kulit, tingginya tekanan darah
Contoh dalam hal adiksi: Abses pada tempat suntikan, perbedaan aktivitas otak yang dapat diamati dari teknik penciteraan
3.9
65 Panduan Peserta: Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Pencitraan Otak
MRI
PET
SPECT
3.10
Penyakit
ADIKSI DAN PENYAKIT JANTUNG KEDUANYA MEMBUAT PERUBAHAN BIOLOGIK
3.11
66 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Agen Penyebab
Penyebab dari luar
Contoh : - AIDS: agen penyebabnya adalah virus - Tenggorokan terganggu berat: agen penyebabnya adalah bakteri - Adiksi: agen penyebabnya adalah zat
3.12
67 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Faktor Lain
Faktor lain memegang peran dalam berkembangnya penyakit
Ketika seseorang terapapar virus flu, ia akan dapat terkena flu; ketika seseorang terpapar zat ia akan dapat adiksi. DAPAT bukan berarti PASTI akan…tetapi BISA
Meski faktor adanya zat utama memegang peranan penting dalam perkembangan adiksi, namun bukan menjadi faktor tunggal 3.13
Faktor Lain
Penyakit jantung, misalnya, isu lingkungan dan gaya hidup memegang peran penting
Peran penting lain adalah genetik
3.14
68 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Genetik
Adiksi didasari atas adanya adiksi pada genetik
Contoh :Setengah dari individu yang berisiko adiksi terhadap nikotin, alkohol, atau zat lainnya, mempunyai tAnda pada struktur genetiknya
3.15
69 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Patogenesis
Progresi penyakit dari awalnya merupakan perkembangan kritis, dan output yang diharapkan
Kebanyakan penyakit, jika tidak diterapi, akan berkembang sesuai prakiraan simtom dan perubahan biologiknya
Juga pada adiksi
3.16
Penyakit Kronis
Berlangsung lama
Tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikelola (pulih)
3.17
70 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Penyakit Kronis
Otak menunjukan perubahan sesudah penggunaan zat yang akan tetap bertahan lama meski penggunaan zat sudah dihentikan Dan
Seperti halnya diabetes dan hipertensi, adiksi bersifat:
Tidak dapat disembuhkan
Dapat dikelola
3.18
71 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Penyakit Otak
Zat mengubah struktur dan cara kerja otak
3.19
Penyakit kambuhan
Karena adiksi secara alamiah berjalan kronis, maka kekambuhan bukannya tidak mungkin, tetapi hal yang biasa terjadi
3.20
72 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Bersifat Kambuhan
3.21
73 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Lapse
dan Relapse
Sebuah lapse berlangsung cepat , seringkali suatu saat sekali, kembali ke penggunaan zat
Sebuah relapse merupakan penggunaan kembali zat dengan cara sama yang dilakukan individu yang bersangkutan sebelum ia berhenti menggunakan
Sebuah lapse dapat menjadi relapse, meski tidak selalu dapat dihindarkan
Relapse
3.22
Introduksi :OTAK
3.23
74 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Komunikasi Otak
Otak merupakan pusat perangkat komunikasi terdiri dari milyaran neuron atau sel syaraf
3.24
75 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Struktur Neuron
Myelin Sheath
3.25
Komunikasi Otak
Jejaring neuron meneruskan pesan bolak-balik ke struktur yang berbeda dalam otak, kolumna spinal, dan sistem syaraf tepi
3.26
76 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Dopamin
Dopamine
Dopamine Receptor
3.27
77 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Komunikasi Otak
Sebuah neurotransmitter dan reseptor bekerja seperti kunci dan gembok
3.28
Komunikasi Otak
Dopamine Transporters
Dopamine
3.29
78 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Latihan : Komunikasi Otak Normal
“Neurotransmitter tepat” dan “neurotransmitter tidak tepat” bergerak dari “neuron pengirim” menuju “neuron penerima”
“Neuron penerima: menjabat tangan “neurotransmitter tepat”, tapi tidak dengan “neurotransmitter tidak tepat”
“Transporter” mengawal “neurotransmitter tepat”, kembali kepada “neuron pengirim”; “neurotransmitter tidak tepat” bergerak sesukanya
Bergeraklah secara teratur dengan tertib! 3.30
79 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Rehat 15 menit
3.31
Klaster dari Neuron
3.32
80 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Komunikasi Otak
Zat psikoaktif menetes masuk kedalam sistem komunikasi otak dan meniru atau mengganggu sel syaraf dalam mengirim,menerima dan memroses informasi
3.33
81 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Kokain
Transporters
3.34
Latihan : Zat Mempengaruhi Komunikasi Otak - Kokain
Neurotransmitter tepat bersalaman dengan neuron penerima
Kokain menghalangi transporter , tidak mengizinkan neurotransmitter kembali ke neuron pengirim, sehingga ....
Neurotransmitter terus menerus membuat kontak dengan neuron penerima, membanjiri (mobbing) neuron penerima
3.35
82 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Latihan : Zat Mempengaruhi Komunikasi Otak - Heroin
Transporter tidak lagi ikut berperan dalam permainan ini
Pada pengguna heroin, neurotransmitter lari ke neuron penerima, jabat tangannya dan terus pegang tidak dilepaskan! Tetap berjaga agar neuron penerima tidak dapat melakukan kontak dengan neurotransmitter lainnya lagi
Neurotransmitter tetap memegang erat tangan neuron penerima 3.36
83 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Bagian Otak yang Paling dipengaruhi Penggunaan Zat
Batang otak
Korteks otak
Sistem limbik
3.37
Batang Otak
Pengendali fungsi vital untuk hidup, seperti debar jantung, pernafasan dan tidur
Batang Otak
3.38
84 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Korteks otak
Korteks otak
Memroses informasi dari indera; pusat berpikir dan memberikan judgment dalam otak 3.39
85 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Sistem Limbik
Terdiri dari sirkit ganjaran (reward)
Sistem Limbik
3.40
Adiksi dan Sirkit Ganjaran (reward sircuit)
Otak manusia senantiasa bekerja guna memastikan aktivitas mempertahankan hidup berulang dengan menghubungkan aktivitas tersebut dengan ganjaran, yang berbentuk kenikmatan
3.41
86 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Adiksi dan Sirkit Ganjaran
Rangsangan berlebihan dari sirkit ganjaran, yang memberi ganjaran perilaku alamiah (makan, minum, perilaku seksual), menghasilkan efek euforia yang dicari oleh para pengguna zat psikoaktif dan mengajarkan mereka untuk mengulangi perilakunya
3.42
87 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Efek pada Sirkit Ganjaran dalam Otak
3.43
Adiksi dan Sirkit Ganjaran
Otak menyesuaikan gelombang banjir dopamin (dan neurotransmitters lainnya) dengan menghasilkan sedikit dopamin atau dengan menurunkan jumlah reseptor
3.44
88 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Adiksi dan Sirkit Ganjaran
3.45
89 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Ketersediaan Reseptor Dopamin Merah=Kadar
Otak sehat
tinggi reseptor dopamine
Otak pengguna kokain kronis
Sumber: National Institute on Drug Abuse. (2007). Science & Practice Perspectives, 3(2).
3.46
Toleransi
Kebutuhan akan zat meningkat untuk mendapatkan efek yang sama dengan sebelumnya
3.47
90 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Progresi Adiksi 1
OLAHRAGA Zat
KELUARGA MAKANAN
KELUARGA KAWAN OLAHRAGA
KERJA
SEKOLAH KELUARGA
Zat
KAWAN
3.48
91 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Progresi Adiksi 2
Zat Zat
SPORTS
FOOD
FAMILY
KAWAN
WORK Zat
SEKOLAH
OLAHRAGA Zat KAWAN
3.49
Progresi Adiksi 3
Zat
Zat Zat
Zat
Zat
Zat Zat
Zat Zat
Zat
Zat
Zat Zat
3.50
92 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Kriteria ICD dari WHO dalam Mendiagnosis Adiksi atau Ketergantungan Zat
Keinginan kuat untuk menggunakan zat
Kesulitan mengendalikan penggunaannya
Terus menggunakan meski konsekuensinya membahayakan
Prioritas lebih tinggi diberikan pada zat lebih dari aktivitas atau kewajiban
Toleransi meningkat
Keadaan putus zat (kadang-kadang) 3.51
93 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Ishoma 60 menit
3.52
Mengapa Orang menggunakan Zat?
Keingintahuan
Teman menggunakan
Supaya merasa lebih nyaman
Untuk merayakan sesuatu
Untuk merasa lebih baik
Untuk dapat melakukan lebih baik
3.53
94 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Adiksi
Tidak seorangpun berencana untuk menjadi ADIKSI 3.54
95 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang Mencoba Zat menjadi Adiksi? Kerentanan
terhadap zat berbeda pada setiap orang
3.55
Mengapa Tidak Semua Orang yang Mencoba Zat menjadi Adiksi?
Biology/Genes Biologi/ Interaksi lingkungan
Biology/Genes Lingkungan
3.56
96 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Mengapa Tidak Semua Orang yang Mencoba Zat menjadi Adiksi? Antara 40 sampai 60 persen orang yang rentan adiksi , berasal dari sifat genetiknya
3.57
97 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang Mencoba Zat menjadi Adiksi?
Gen dapat diumpamakan sebagai sebuah buku yang menyimpan banyak informasi
Sebuah gen berisi informasi untuk membuat protein atau ribonucleic acid (RNA), pembangun balok kehidupan
3.58
Mengapa Tidak Semua Orang yang Mencoba Zat menjadi Adiksi?
Sekuensi DNA setiap dua individu 99,9% identik
Namun 0.1% variasinya sangat penting
3.59
98 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Mengapa Tidak Semua Orang yang Mencoba Zat menjadi Adiksi?
Kebanyakan penyakit, termasuk adiksi, itu rumit
Adiksi muncul dari interaksi kompleks antara gen-gen multipel dan dari interaksi genetik dengan pengaruh lngkungan
3.60
99 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Mengapa Tidak Semua Orang yang Mencoba Zat menjadi Adiksi?
Faktor lingkungan yang memainkan peran penting adalah :
Rumah
Sekolah
Lingkungan tetangga
Keluarga dan teman-teman
Kebiasaan budaya dan banyak lagi
3.61
Mengapa Tidak Semua Orang yang Mencoba Zat menjadi Adiksi? zat menjadi faktor penggunaan ?
Bagaimana
Merokok atau menyuntik zat meningkatkan potensi adiktif
3.62
100 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Latihan Kelompok Kecil : Studi Kasus
Buat cerita rekayasa tentang kasus yang menggambarkan progresi dari adiksi
Termasuk gambaran : - Perubahan perilaku - Faktor biologik - Faktor lingkungan
Tunjukan kreatifitas Anda!
3.63
101 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Rehat 15 menit
3.64
102 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Modul 3 —Ilmu Pengetahuan Adiksi, Ringkasan Apa itu Adiksi?
Adiksi zat (narkoba) bukan hanya sekedar menggunakan zat dalam jumlah yang banyak.
NIDA (National Institute on Drug Abuse) memberikan definisi tentang adiksi sebagai berikut:
“Suatu penyakit otak kronis mudah kambuh yang ditandai dengan dorongan kompulsif untuk mencari dan menggunakan zat, walaupun memiliki konsekeunsi berbahaya”.
Suatu definisi penyakit yang umum adalah setiap perubahan struktur atau fungsi normal pelbagai bagian tubuh, organ, atau sistim yang dapat dari seperangkat gejala-gejala dan tanda-tanda yang khas. Adiksi memenuhi kriteria sebagai suatu penyakit karena, seperti penyakit jantung,adiksi mengubah fungsi normal suatu organ, dalam hal ini otak, dan mempunyai seperangkat i gejala-gejala dan tandatanda.yang khas. •
•
Gejala bersifat subjektif—sesuatu yang secara langsung dialami dan tidak bisa dilihat atau diukur oleh orang lain. Contoh gejala-gejala termasuk sakit perut, kelelahan, atau pening. Gejala untuk adiksi adalah sugesti (keinginan yang kuat untuk menggunakan). Tanda adalah suatu indikasi fisik objektif dari suatu penyakit yang dapat dilihat atau diukur oleh orang lain. Contohnya seperti: ruam kulit, demam, atau tekanan darah tinggi. Tanda dari adiksi dapat berupa abses pada bagian tubuh bekas tempat menyuntik, atau adanya perbedaan aktivitas pada otak yang diukur melalui teknologi pencitraan.
Teknologi pencitraan terkini memungkinkan peneliti untuk melihat apa yang terjadi di dalam otak ketika merespon penggunaan zat dan adiksi. Teknologi ini meliputi: •
Magnetic Resonance Imaging (MRI);
•
Positron Emission Tomography (PET) scan; dan
•
Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Penelitian telah membuktikkan bahwa terdapat perbedaan biologis yang jelas dari otak orang yang mengalami masalah adiksi (kecanduan), dengan otak dari orang yang tidak mengalami masalah adiksi. Hal ini mirip seperti jantung yang mengalami gangguan jantung, jelas memiliki perbedaan biologis dengan jantung yang sehat.
Agen, adalah suatu istilah yang sering digunakan ketika mendiskusikan tentang etiologi (ilmu mengenai sebab dan asal penyakit) atau penyebab. Sebagai contoh, agen etiologikal dari AIDS adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jika anda mengalami masalah tenggorokan parah, penyebabnya mungkin adalah bakteri streptococcus.
Dalam hal masalah adiksi, agen penyebabnya dapat dianggap dari faktor penggunaan zat.
Tidak semua penyakit memiliki agen penyebab eksternal. Penyakit jantung dan diabetes adalah contohnya.
Meskipun agen penyebab dibutuhkan untuk berkembangnya suatu penyakit, namun biasanya tidak cukup jika hanya terdiri dari satu faktor itu saja.
103 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Lingkungan, gaya hidup dan faktor genetic seseorang juga memainkan peran penting.
Banyak studi telah membuktikan bahwa separuh dari resiko individu menjadi kecanduan nikotin, alkohol dan jenis zat (narkoba) lainnya, tergantung pada faktor genetiknya.1
Istilah lain dari penyakit yang digunakan adalah patogenesis, atau progresi suatu penyakit dari asal-usulnya melalui pengembangan kritis dan hasil yang diharapkan. Sebagian besar penyakit, ketika tidak diobati, mengikuti jalur umum yang diprediksi dari perkembangan gejala dan perubahan biologis. Hal ini juga berlaku untuk masalah adiksi.
Elemen lain dari definisi adiksi adalah penyakit kronik. Penyakit kronik didefinisikan sebagai sebuah penyakit yang bertahan lama dan tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikelola (pulih).
Unsur definisi adiksi yang lain adalah penyakit yang kronis. Penyakit kronis adalah penyakit yang berlangsung lama, tidak bisa diobati tetapi dapat dikendalikan.
Adiksi didefinisikan sebagai suatu penyakit yang kronis karena otak menunjukkan perubahan-perubahan yang jelas setelah penggunaan narkoba yang dapat bertahan lama walaupun penggunaan narkoba sudah dihentikan. Seperti layaknya penyakit diabetes dan hipertensi, tidak bisa diobati, tetapi dapat dikelola dengan intervensi farmakoterapi dan konseling atau hanya dengan konseling saja.
Adiksi dipertimbangkan sebagai suatu penyakit otak, karena narkoba mengubah struktur otak dan cara kerjanya. Perubahan otak ini dapat berlangsung lama dan dapat menjurus kepada adiksi dan perilaku-perilaku berbahaya yang berhubungan dengan adiksi
Kekambuhan (relapse) tercakup dalam definisi adiksi dan karena sifatnya yang kronis kekambuhan penggunaan narkoba bukan hanya mungkin, tetapi sering terjadi. Kekambuhan adalah bagian dari semua penyakit kronis, tidak hanya adiksi.
Angka kekambuhan penggunaan narkoba menyerupai angka kekambuhan semua penyakit kronis, seperti diabetes dan hipertensi.2
Adalah penting untuk membedakan antara lapse (sering disebut dengan istilah slip) dan relapse: •
•
Lapse adalah penggunaan kembali narkoba untuk waktu singkat, sering kali hanya satu kali. Sebagai contoh, seseorang bertemu dengan teman lama yang masih menggunakan narkoba. Ia mungkin ikut menggunakan dengan teman lama tersebut dan segera menyesalinya. Kadang-kadang lapse dicetuskan oleh stres, ketidak bahagiaan, atau kelelahan. Relapse adalah kembali menggunakan narkoba dengan cara yang sama seperti sediakala sebelum berhenti.
Lapse umum terjadi pada awal langkah-langkah recovery. Lapse dapat menjurus kepada relapse tetapi tidak selalu, dan dapat dicegah.
Komunikasi otak •
•
Otak dalah suatu pusat komunikasi terdiri dari milyaran neuron atau sel saraf. Masing-masing neuron terdiri dari suatu badan sel dan inti, ekor yang disebut akson, ujung akson, dan dendrit-dendrit (proyeksi-proyeksi seperti cabang).
1
U.S. National Institute on Drug Abuse. (2008). Genetics of addiction: A research update from the National Institute on Drug Abuse. Retrieved April 17, 2011, from http://www.drugabuse.gov/tib/genetics.html
2
McLellan, A.T., Lewis, D.C., O’Brien, C.P., & Kleber, H.D. (2000). Drug dependence, a chronic medical illness: Implications for treatment, insurance, and outcomes evaluation. JAMA, 284(13), 1689–1695.
104 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Neuron mengirimkan pesan-pesan kepada sel-sel yang lain melalui ujung akson dan menerima pesan-pesan dari sel-sel lainnya pada sisi reseptornya. Badan sel mengarahkan semua aktivitas dari neuron.
Dendrit-dendrit (bagian yang kelihatan seperti cabang pohon) adalah serabutserabut pendek diselubungi oleh reseptor. Reseptor ini menerima pesan-pesan dari neuron-neuron lainnya dan menyampaikan pesan-pesan tsb kepada badan sel.
Akson adalah suatu serabut tunggal panjang yang mengirim rangsang atau pesan-pesan, dari badan sel kepada dendrit-dendrit dari neuron-neuron yang lain. Akson diselubungi oleh selubung mielin sehingga meningkatkan kecepatan hantaran impuls.
Jaringan neuron-neuron mengirim pesan-pesan bolak-balik kepada berbagai struktur-struktur yang berbeda di dalam otak, tulang belakang (sistem saraf pusat), dan sistem saraf tepi. Sistem saraf tepii termasuk semua saraf menuju lengan,tungkai,tangan-tangan, dan kaki; pada dasarnya semua sistem syaraf di luar sistem saraf pusat itu.
Jaringan syaraf ini mengkoordinir dan mengatur segala hal yang kita rasakan, pikirkan, dan kerjakan.
Masing-masing sel saraf di dalam otak mengirim dan menerima pesan-pesan dalam wujud impuls kimiawi:
Bahan-bahan kimiawi ini disebut neurotransmiter-neurotransmiter.
Otak mempunyai beraneka macam neurotransmiter.
Neuron pengirim melepaskan suatu neurotransmiter dari akson terminal melintasi ruang antara neuron-neuron yang disebut Sinaps atau Celah Sinaptik.
Neurotransmiter menempel kepada lokasi yang khusus pada sel penerima yang disebut Reseptor.
Begitu neuron penerima mendapat dan memproses pesan, dia menjadi neuron pengirim dan menyampaikan pesan itu kepada neuron-neuron yang lain.
Neurotransmiter dan reseptornya bekerja seperti suatu kunci dan gemboknya. Masing-masing reseptor akan menyampaikan pesan yang sesuai, hanya setelah berinteraksi dengan neurotransmitter yang tepat.
Begitu dopamin dilepaskan dari sel pengirim, menyeberangi sinapsis dan menghubungi reseptornya, transporter berada di sel pengirim untuk mendaur ulang dopamin dan mengembalikannya ke dalam sel yang melepaskannya. Peristiwa ini disebut Reuptake (pengambilan kembali).
Reuptake menghentikan sinyal diantara neuron-neuron, ketika pesan telah dikomunikasikan.
Zat psikoaktif dan komunikasi di otak
Zat psikoaktif adalah bahan-kimia yang menepuk sistem komunikasi otak dan meniru atau mengganggu cara-cara sel saraf mengirim, menerima, dan memproses informasi secara normal.
105 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Beberapa zat psikoaktif, seperti ganja dan heroin, dapat mengaktifkan neuronneuron karena struktur kimiawi mereka menyerupai neurotransmiter alami. Kemiripan struktur kimia ini dapat mengelabuhi reseptor dan membiarkan zat psikoaktif ini mengunci danmengaktifkan sel saraf.
Sementara itu, neurotransmiter-neurotransmiter berkomunikasi dengan sel neuron.
Meski zat psikoaktif ini menyerupai bahan kimiawi di dalam otak, mereka tidak mengaktifkan sel saraf dengan cara yang sama seperti neurotransmiter alami, dan mereka memancarkan pesan-pesan abnormal dalam jaringan otak.
Zat psikoaktif lain, seperti amfetamin atau kokain, dapat menyebabkan sel-sel syaraf melepaskan sejumlah besar neurotransmiter-neurotransmiter alami atau mencegah pengambilan kembali (reuptake) bahan-kimia otak ini. Gangguan ini menghasilkan penguatan pesan yang pada akhirnya mengganggu saluran-saluran komunikasi.
Contoh—kokain (mencegah pengambilan kembali): •
•
•
•
•
alami
dihalangi
untuk
Dopamin dilepaskan secara normal dari neuron pengirim dan menghubungi receptornya seperti biasa. Tetapi kokain sudah menempelkan diri kepada pengangkut-pengangkut/ transporter, dan pengangkut-pengangkut itu tidak bisa melakukan pekerjaan daur ulang dopamin kembali ke sel pengirim. Dopamin terus beredar dan menghubungi reseptor-reseptornya. Sementara itu, komunikasi itu terus berlangsung karena dopamin tidak bisa dikembalikan ke sel pengirim. Maka dari itu, dopamin masih terus-menerus dilepaskan, menyebabkan reseptor menjadi dibanjiri. Hal ini yang menyebabkan terasanya efek dari kokain.
Contoh—Heroin ( menyerupai neurotransmiter-neurotransmiter): •
•
•
•
•
•
Efek heroin berbeda dengan efek kokain. Heroin meniru aksi neurotransmiterneurotransmiter. Neurotransmitter endorfin alami dan enkephalin bertanggung jawab dalam menghasilkan respons kesenangan dan memblok rasa nyeri. Zat-zat alami ini mengirimkan pesan-pesan mereka dengan cara yang sama seperti yang dilakukan semua neurotransmitter—dengan menghubungi receptor-reseptor. Tempat khusus ini disebut reseptor opiat. Opiat reseptor mengenal heroin dan opioid-opioid lain, dan mengizinkan zatzat tersebut untuk melekat. Opioid benar-benar menggantikan tempat endorfin alami dan enkephalin. Bagaimanapun, heroin menghasilkan efek yang lebih kuat dibanding yang dihasilkan oleh neurotransmiter-neurotransmiter alami. dan tidak ada sinyal alami untuk menghentikani komunikasi.
106 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Sirkuit / sistem ganjaran
Otak berkomunikasi di semua bagian otak dengan cara yang sama. Bagaimanapun, berbagai bagian yang berbededa dari otak bertanggung jawab mengkoordinir dan melaksanakan fungsi-fungsi spesifik, dimana area-area tertentu dari otak itu lebih mudah dipengaruhi oleh narkoba dibandingkan zat lainnya.
Daerah-daerah di otak yang banyak terlibat dalam proses adiksi dan dipengaruhi narkoba adalah batang otak, korteks otak besar dan sistim limbik. •
•
•
Batang otak mengendalikan fungsi-fungsi penting kehidupan, seperti denyut jantung, bernafas, dan tidur. Bagian terdepan otak, korteks otak besar atau otak depan memproses informasi dari panca indera,dan merupakan pusat berpikir dan penilaian dari otak. Dia memperkuat kemampuan kita berpikir,merencanakan,memecahkan masalah dan membuat keputusan. Sistim limbik berisi sirkuit ganjaran otak. Sistim limbik menghubungkan sejumlah struktur-struktur otak yang mengendalikan dan mengatur kemampuan untuk merasa senang. Perasaan senang memotivasi kita untuk mengulangi perilaku-perilaku seperti makan—aksi-aksi yang bersifat penting bagi eksistensi.
Sistim limbik diaktifkan ketika kita melaksanakan aktivitas diatas dan ketika menggunakan narkoba. Sebagai tambahan, sistim limbik bertanggung jawab atas persepsi dari emosi yang lain, baik hal positif maupun hal negatif, yang menjelaskan perubahan suasana hati akibat narkoba.
Sistim limbik terbagi menjadi area-area yang mengontrol fungsi-fungsi khusus. Berbagai area memproses informasi dari indera-indera kita yang membuat kita mampu melihat, mencium, merasa, mendengar dan mencicipi sesuatu.
Sirkuit ganjaran otak itu, di dalam sistim limbik, memegang peranan penting dalam berkembangnya adiksi.
Otak kita dilengkapi dengan sistem untuk memastikan bahwa kita mengulangi aktivitas kesinambungan hidup dengan menghubungkan aktivitas itu dengan rasa senang atau ganjaran.
Semua rasa senang atau ganjaran tersebut secara garis besar berhubungan dengan neurotransmitter dopamin. Kegiatan kelangsungan hidup sehari-hari, seperti makan dan seks, menstimuli produksi dari dopamin.
Semua penyalahgunaan narkoba menyasar kepada sistem ganjaran otak, baik langsung maupun tidak langsung, dengan cara membanjirinya dengan dopamin dan/atau transmitter-transmitter lain.
Bagaimanapun juga, ganjaran yang diinduksi oleh zat, lebih kuat dari ganjaran yang terjadi secara alami.
Ketika beberapa zat penyalahgunaan itu diambil, mereka dapat melepaskan 2 sampai 10 kali jumlah dopamin lebih banyak dari yang ganjaran alami lakukan. Dalam beberapa kasus, ini terjadi cukup cepat (seperti ketika zat dihisap/dirokok atau disuntikkan). Efek yang terjadi juga bisa bertahan lebih lama daripada yang dihasilkan oleh ganjaran alami.
Stimulasi yang berlebihan dari sirkuit ganjaran ini menghasilkan efek-efek euforia yang dicari oleh orang yang menyalahgunakan zat psikoaktif, dan mengajarkan mereka untuk mengulangi perilaku tersebut.
107 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Kapanpun sirkuit ganjaran ini diaktifkan secara alami, otak mencatat bahwa sesuatu yang penting sedang terjadi dan perlu untuk diingat, dan mengajarkan kita untuk melakukannya berulangkali, tanpa memikirkannya. Karena penyalahgunaan narkoba merangsang sirkuit yang sama, orang akan belajar menyalahgunakan narkoba dengan cara yang sama.
Efek hasil sirkuit kesenangan otak itu mengerdilkan kesenangan yang dihasilkan oleh perilaku alami seperti makan dan seks.
Efek dari ganjaran yang sangat kuat tersebut akan menguatkan motivasi orang untuk menggunakan narkoba berulang-ulang kali.
Overstimulasi sistem ganjaran ini bahkan menjadi sangat kompleks, mendorong otak untuk mencoba melakukan kompensasi dan mengembalikan keseimbangan.
Otak melakukan penyesuaian terhadap berlimpahnya produksi dopamin ini (dan neurotransmiter-neurotransmiter lain) dengan menghasilkan lebih sedikit dopamin atau dengan mengurangi banyaknya reseptor yang dapat meneri ma dan memancarkan sinyal.
Sebagai hasilnya, dampak dopamin pada sistem ganjaran di otak seorang yang menyalahgunakan zat menjadi jauh menurun, dan kemampuan untuk menikmati kesenangan secara normal menjadi berkurang.
Inilah alasan mengapa orang yang menyalahgunakan zat akhirnya merasa lesu dan tertekan, dan tidak dapat merasakan hal-hal yang sebelumnya mendatangkan rasa senang.
Hingga akhirnya perlu menggunakan zat hanya untuk mengembalikan fungsi dopamin supaya normal. Orang itu harus menggunakan zat dalam jumlah lebih banyak, dibandingkan jumlah yang digunakannya pertama kali, untuk mendapatkan efek yang diinginkan dari dopamin (high dopamin) – efek ini disebut toleransi.
Penyalahgunaan yang berlanjut akan menyebabkan terjadinya toleransi (kebutuhan akan lebih banyak narkoba untuk menghasilkan pengaruh yang sama), mungkin juga menjurus kepada adiksi,yang akan mendorong seseorang untuk mencari dan menggunakan zat secara kompulsif.
Adiksi zat mengikis pengendalian-diri dan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat, ketika rangsangan terus dikirimkan untuk menggunakan narkoba.Selanjutnya orang tidak punya waktu lagi untuk berpikir tentang hidupnya dan lebih banyak menggunakan waktunya untuk memikirkan bagaimana mendapatkan dan menggunakan narkoba. •
•
•
1
Pada mulanya, seseorang itu menggunakan narkoba kadang-kadang atau cobacoba (rekrekasi atau karena lingkungan) Minat lain tetap utuh dan seimbang. Ketika penggunaan meningkat, orang mulai lebih memikirkan narkoba dan lebih banyak menggunakan waktu untuk merencanakan dan memperoleh narkoba(penggunaan intensif). Pada akhirnya, seseorang menghabiskan waktu dan tenaganya untuk mendapatkan dan menggunakan narkoba (penggunaan kompulsif atau adiksi).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan Penggolongan Penyakit Internasional versi 10 (InternationaI Classification Disease / ICD-10)1, yang menggambarkan kriteria-kriteria diagnosis adiksi zat (narkoba): World Health Organization. (2007). International statistical classification of diseases and related health problems, 10th revision. Geneva: Author.
108 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
•
Suatu keinginan yang kuat untuk menggunakan zat;
•
Kesulitan dalam mengendalikan penggunaannya;
•
•
Melanjutkan untuk menggunakan zat meskipun konsekuensi-konsekuensinya berbahaya; Memprioritaskan penggunaan zat dibanding aktifitas-aktifitas dan kewajibankewajiban lain.
•
Toleransi yang meningkat; dan
•
Kadang-kadang terjadi keadaan putus zat.
Kerentanan terhadap adiksi
Orang-orang mulai menggunakan zat karena berbagai sebab, seperti: •
Keingintahuan;
•
Karena teman memakai narkoba;
•
Untuk merasa nyaman dan untuk merayakan;
•
Untuk merasa lebih baik; dan
•
Untuk berbuat secara lebih baik.
Zat membuat kita merasa nyaman. Zat yang paling banyak disalahgunakan adalah yang menghasilkan perasaan dan kesenangan yang intens. Sensasi awal dari euforia akan diikuti oleh efek lain, dimana sensasi dari setiap jenis narkoba yang dirasakan berbeda-beda. Sebagai contoh, dengan zat stimulan seperti kokain, rasa teller (high effect) akan diikuti oleh perasaan kuat, percaya diri, dan meningkatnya energi. Berlawanan dengan euforia yang disebabkan zat opiat seperti heroin, yang akan diikuti oleh perasaan relaks dan kepuasan.
Sebagian orang menggunakan zat karena mereka ingin merasa lebih baik. Sebagai contoh: •
Untuk mengurangi perasaan tertekan atau kesedihan;
•
Untuk mengurangi rasa cemas;
•
Untuk mengurangi rasa stres;
•
Untuk mengurangi rasa lelah;
•
Untuk mengurangi rasa sakit; dan
•
Untuk merasa nyaman dalam bersosialisasi.
Sebagian orang menggunakan zat karena alasan medis mengurangi rasa nyeri).
(biasanya untuk
Sebagian orang yang menderita kecemasan sosial, gangguan terkait stress, dan depresi mulai menyalahgunakan zat untuk mengurangi perasaan tersebut. Stres dapat menjadi penyebab utama orang mulai menggunakan zat, terus-menerus menggunakan, atau menyebabkan relaps pada sesorang yang sudah pulih.
109 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
Sebagian orang mulai menggunakan narkoba untuk bekerja lebih baik. Sebagai contoh: •
Untuk memperbaiki konsentrasi atau mampu belajar lebih lama;
•
Untuk merasa “lebih akurat”;
•
Memperbaiki kinerja atlit; dan
•
Untuk melakukan lebih banyak pekerjaan dalam waktu singkat atau terjaga lebih lama.
Apapun alasan seseorang untuk mulai menggunakan zat, seseungguhnya tidak ada seorang pun yang pernah berencana untuk menjadi kecanduan.
Orang yang menggunakan zat psikoaktif hanya untuk mencoba, hanya sesekali atau beberapa kali saja. Namun setiap orang yang menjadi pecandu, mulai menggunakan sebagai pengguna situasional, dan cara penggunaan awal ini bersifat sukarela dan keputusan yang terkendali.
Dengan berjalannya waktu dan penggunaannya terus berlanjut, seseorang dapat beralih dari yang tadinya bersifat sukarela menjadi penggunaan secara kompulsif.
Lalu, kenapa tidak setiap orang yang mencoba zat menjadi kecanduan?
Alasannya adalah karena kerentanan berbeda dari orang ke orang. Secara garis besar, semakin banyak seseorang memiliki faktor-faktor resiko, semakin besar pula kesempatan seseorang untuk menggunakan zat dan menjurus kepada penyalahgunaan zat maupun kecanduan.
Tidak ada satu faktor tunggal tertentu yang menentukan apakah seseorang akan menjadi kecanduan. Risiko untuk menjadi kecanduan dipengaruhi oleh faktorfaktor biologis dan lingkungan dan oleh interaksi antara keduanya.
Gender atau etnisitas juga mempengaruhi risiko, dan individu dengan gangguan mental memiliki risiko yang lebih besar untuk menyalahgunakan zat dan menjadi pecandu dibanding populasi umum.
Usia juga penting. Meski menggunakan zat pada umur berapapun dapat menjurus kepada kecanduan. Riset menunjukkan bahwa semakin muda usia seseorang menggunakan zat, semakin besar kemungkinan untuk menjadi penyalahguna zat yang serius.
Para ilmuwan menduga bahwa faktor genetik bertanggung jawab antara 40 – 60 persen dari kerentanan seseorang terhadap adiksi, termasuk efek-efek lin gkungan terhadap fungsi dan ekspresi genetik.1
Ada beberapa bukti bahwa bahkan kemungkinan seseorang akan mulai menggunakan zat, mungkin sebagian besar dipengaruhi oleh faktor genetik. Sebagai contoh, sebuah studi terkini (luas) menemukan bahwa penggunaan ganja dan alkohol tampaknya dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik umum.2
1
U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity—Addiction and other mental illnesses. Bethesda, MD: U.S. National Institutes of Health.
2
Sartor, C.E., Grant, J.D., Bucholz, K.K., Madden, P.A.F., Heath, A.C., Agrawal, A., et al. (2010). Common genetic contributions to alcohol and cannabis use and dependence symptomatology. Alcoholism: Clinical and Experimental Research, 34(3), 545–554.
110 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Gen adalah unit fungsional yang membentuk DNA kita. Setiap gen seperti buku yang menyimpan berbagai macam informasi. Gen berisi informasi yang diperlukan untuk membuat protein atau Asam ribonukleat (RNA), blok bangunan kehidupan.
Penelitian pada genom manusia telah menunjukkan bahwa urutan DNA dari setiap dua individu adalah 99,9 persen identik. Namun demikian, variasi 0,1 persen tersebut adalah sangat penting, memberikan kontribusi untuk perbedaan yang terlihat, seperti tinggi badan dan warna rambut, dan juga perbedaan yang tidak terlihat, seperti pencegahan dan peningkatan risiko serangan jatung, stroke, diabetes, dan adiksi.1
Beberapa penyakit, seperti anemia sel sabit atau fibrosis kistik, disebabkan oleh kesalahan dalam gen tunggal. Namun kebanyakan penyakit, termasuk kecanduan, lebih rumit, timbul dari interaksi yang kompleks antara beberapa gen dan dari genetik interaksi dengan pengaruh lingkungan.
Sebagai contoh, kerentanan terhadap tekanan darah tinggi dipengaruhi oleh faktor genetik dan gaya hidup, termasuk pola makan, stres, dan olahraga. Penelitian menunjukkan bahwa gen juga dapat mempengaruhi bagaimana seseorang merespon lingkungannya, menempatkan beberapa individu yang berisiko lebih tinggi daripada yang lain.
Faktor lingkungan (misal, kondisi-kondisi di rumah, di sekolah, di dalam lingkungan) berperan juga.
Orang tua atau anggota keluarga yang lebih tua yang menyalahgunakan narkoba atau terlibat dalam perbuatan kriminal dapat meningkatkan risiko-risiko anakanak mengembangkan masalah penyalahgunaan zat.
Para teman dan lingkungan sebaya mempunyai pengaruh yang besar ketika masa remaja, walaupun sesungguhnya dapat mempengaruhi penggunaan pada setiap usia. Kurangnya dukungan keluarga atau dukungan sosial, kurangnya keterampilan sosial dan faktor-faktor yang sama juga meningkatkan risiko seseorang menjadi pecandu.
Faktor-faktor budaya memainkan peran juga. Jika kultur tertentu betul-betul mencela penggunaan zat, tingkat adiksi dapat lebih rendah. Walaupun demikian jika penggunaan zat adalah bagian integral dari perayaan-perayaan budaya, mungkin sedikit sekali hambatan bagi seseorang untuk mulai dan seterusnya melanjutkan penggunaan zat.
Bagaimana zat itu digunakan adalah juga suatu faktor. Menghisap atau menyuntik zat meningkatkan potensi adiktifnya. Kedua cara tersebut, yaitu mengisap dan menyuntik zat, akan masuk ke dalam otak dalam hitungan detik, dan menghasilkan rasa nikmat yang luar biasa.
Walaupun demikian rasa nikmat luar biasa ini segera hilang dalam hitungan meni t, menyebabkan seorang pengguna jatuh kebawah level normal. Ini suatu kontras yang tidak menyenangkan, dan para ilmuwan yakin bahwa perasaan tertekan ini mendorong individu untuk mengulangi penggunaan zat untuk memperoleh kembali status kenikmatan yang tinggi.
1
U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010). NIDA Research Report Series: Comorbidity—Addiction and other mental illnesses. Bethesda, MD: U.S. National Institutes of Health.
111 Panduan Peserta: Modul 3 - Sains Adiksi
MODUL 4 STIGMA SOSIAL Daftar Isi dan Jadwal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 115 Tujuan pelatihan dan Objektif pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 115 Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 116 Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 126
Daftar Isi dan Jadwal Aktivitas
Waktu
Pengenalan Modul 4
10 menit
Presentasi: Stigma sosial
25 menit
Latihan kelompok kecil: Bermain peran tentang stigma
60 menit
Evaluasi dan rangkuman hari kedua
20 menit
Modul 4 Tujuan dan Objektif Tujuan Pelatihan Mengenalkan konsep stigma sosial dan menstimulasi pemikiran tentang stigma dan efek yang mungkin terjadi.
Objektif pembelajaran Para peserta yang menyelesaikan modul 4 akan mampu untuk: Mendefinisikan stigma sosial;
Menjelaskan efek-efek yang mungkin diakibatkan dari stigma terkait dengan adiksi; dan
Menjelaskan tiga strategi untuk menanggulangi stigma.
115 Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
MODUL 4 STIGMA SOSIAL
Modul 4 Objektif Pembelajaran
Mendefinisikan stigma sosial
Mendeskripsikan dampak stigma terkait adiksi
Mendeskripsikan setidaknya tiga strategi untuk menanggulangi stigma
4.2
116 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Stigma Sosial
Ketidaksukaan yang tinggi terhadap suatu karakteristik personal atau keyakinan yang bertentangan dengan norma budaya
4.3
117 Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Stigma Sosial
Stigma Sosial seringkali membuat orang kehilangan status, didiskriminasi dan dikucilkan dari peran serta yang bermakna dalam masyarakat
4.4
Stigma Sosial
Stigma dapat mempengaruhi efektifitas terapi:
Orang yang distigma akan merasa malu dan menolak datang terapi
Dukungan sosial untuk pemulihan akan menjadi tidak adekuat dalam masyarakat yang menstigma adiksi
4.5
118 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Studi tentang Stigma
Laporan studi tentang stigma menemukan bahwa :
Perlakuan orang terhadap mereka berbeda (60%)
Orang takut pada mereka (46%)
Beberapa anggota keluarga menyerah, tidak mengurus mereka (45%)
Beberapa teman menolak mereka
Karyawan pengguna dibayar lebih murah (14%)
Sumber :Luoma,J.B., Twohig,M.P.Waltz,T., Hayes,S.C., Roget, N., Pdilla,M., & Fisher, G. (2007). An investigation of stigma individuals receiving treatment for substance abuse. Addictive Behaviour. 32 (7).1331-1346
4.6
119 Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Stigma
Mempengaruhi angka pemulihan secara negatif
4.7
Stigma
Tekanan dalam menyembunyikan masalah GPZ, baik karena rasa malu atau karena menghindari respon stigmatisasi dari orang lain, dapat menyebabkan masalah medis dan sosial, yang hal itu menyebabkan semakin sulit untuk seseorang dapat mengakses terapi
4.8
120 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Kata-kata!
4.9
121 Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Bahasa yang Menstigma
Pengguna = User
Penyalahguna = Abuser
Penasun = Intravenous drug user
Junkie
Addict
4.10
Bahasa Menstigma
Clean
Dirty
4.11
122 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Bahasa: Dahulukan kata ‘Orang’
Orang dengan Gangguan Penggunaan Zat (GPZ)
Orang yang menyuntik heroin
Orang dengan masalah adiksi
4.12
123 Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Latihan dalam Kelompok Kecil : Bermain Peran Stigma
Gunakan studi kasus yang Anda buat pada latihan yang lalu
Buat skenario dan lakukan bermain peran selama 3-4 menit yang menggambarkan tentang stigma
4.13
Stigma
Dapat mengarah pada keyakinan diri bahwa mereka yang mengalami adiksi tidak akan dapat pulih atau berperan produktif dalam kehidupan sosial
Dapat mengarah pada diskriminasi (misalnya: perusahaan tidak akan merekrut karyawan yang sedang dalam masa pemulihan / pernah mengalami masalah adiksi narkoba)
Dapat membuat mereka yang memiliki masalah adiksi merasa putus asa dan menolak terapi 4.14
124 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Jurnal
Apakah Anda merasa terkejut dengan informasi yang Anda dengar di pelatihan ini?
Apakah Anda memiliki perbedaan pendapat tentang adiksi sebagai sebuah penyakit kronis?
Apakah pemahaman Anda akan suatu hal menjadi berubah?
Bagaimana cara melawan stigma di lingkungan masyarakat Anda? 4.15
125 Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
Modul 4 – Stigma Sosial, Ringkasan
Stigma sosial terjadi disemua budaya, masyarakat, dan dapat berbeda antara sub-kelompok dalam sebuah komunitas. Sebagai contoh, orang dengan tato atau tindikan dibeberapa bagian tubuhnya dianggap sebagian remaja sebagai sesuatu yang keren, tapi mungkin mereka distigmatisasi oleh kelompok yang lain.
Stigma seringkali terjadi karena kekuatiran yang tidak beralasan, kurangnya pengetahuan, atau kurangnya informasi tentang sebagian orang atau kelompok.
Stigma sosial dapat didefinisikan penolakan berlebihan terhadap karakteristik atau keyakinan personal yang bertentangan dengan norma budaya.1
Stigma Sosial seringkali menyebabkan seseorang kehilangan statusnya, didiskriminasi, dan dikucilkan dari peran serta yang bermakna dalam masyarakat.
Diskriminasi tidak sekedar memiliki pikiran negatif tentang seseorang berdasarkan karakteristik pribadi atau kelompoknya. Diskriminasi bersif at aktif dalam berberapa cara dan berdampak pada seseorang yang didiskriminasi. Sebagai contoh: •
•
•
1
Namun, seseorang yang sedang dalam masa pemulihan ditolak bekerja karena pikiran negatif perusahaan tentang gangguan penggunaan zatnya, adalah sebuah tindakan nyata yang berefek langsung terhadap orang tersebut; Ini merupakan perbuatan diskriminasi.
Stigma cenderung muncul ketika hakikat dari suatu kondisi tidak dapat dipahami. Stigma dapat menghambat keberhasilan terapi untuk penyakit apapun, termasuk gangguan penggunaan zat. Sebagai contoh: •
Seseorang mungkin berpikir bahwa orang dengan gangguan penggunaan zat adalah orang bertekad lemah dan tidak bisa dipercaya, walaupun sudah berada dalam masa pemulihan. Ini adalah prasangka yang mungkin dapat mempengaruhi orang yang dalam masa pemulihan secara nyata atau mungkin tidak mempengaruhinya.
Orang yang memandang adiksi sebagai sebuah masalah yang terstigma, mungkin akan merasa malu dan enggan mencari terapi; dan Dukungan sosial untuk pemulihan kemungkinan tidak memadai di dalam komunitas yang menstigma adiksi.
Orang dengan adiksi seringkali mempunyai kondisi atau pengalaman lain yang juga terstigmatisasi. Sebagai contoh: •
HIV/AIDS;
•
Hepatitis;
•
Gangguan mental; dan atau
•
Catatan kriminal.
Pusat Teknologi Adiksi dan Penyalahgunaan Zat (Center for Adicction and Substance Abuse Technologies) Universitas Nevada, Amerika Serikat telah melakukan penilitian tentang dampak dari stigma. Penilitian tersebut melibatkan 197 orang yang berada dalam rawat jalan atau residensial. Wikipedia. Retrieved October 24, 2010, from http://en.wikipedia.org/wiki/Social_stigma
126 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Laporan tentang studi stigma mendapatkan bahwa : •
Perlakuan orang terhadap mereka berbeda (60%);
•
Orang takut pada mereka (46%);
•
Beberapa anggota keluarga menyerah, tidak mengurus mereka (45%);
•
Beberapa teman menolak mereka (38%); dan
•
Karyawan pengguna dibayar lebih murah (14%).
Orang yang menyuntikkan narkoba dan mereka yang telah beberapa kal i menjalani terapi melaporkan lebih distigma daripada yang bukan dua kelompok tersebut, bahkan juga dari para petugas dalam sistim perawatan (terapi)
Penilitian ini juga menemukan hubungan langsung antara tingkat stigma yang dialami dengan pemulihan seseorang. Bahkan, penelitian ini mengemukakan bahwa orang dengan Gangguan Penggunaan Zat menjadi kurang mandiri sebagai akibat dari stigma.
Stigma adalah sebuah aspek yang sulit dalam adiksi karena stigma membuat individu dan keluarga lebih berat dalam menghadapi masalahnya dan untuk mencari bantuan yang dibutuhkan.
Orang yang terstigma cenderung untuk membebani dirinya, merubahnya menjadi rasa malu yang berlebihan. Tekanan/Stres yang muncul dari menyembunyikan SUD baik karena rasa malu atau untuk menghindari respon-respon orang lain yang menstigma dapat menyebabkan masalah medis dan sosial lain.
Para peneliti di Universitas Nevada menemukan bahwa orang yang merasa harus mengahadapi adiksinya sendirian memiliki kesehatan jiwa buruk yang mengurangi kemungkinan pemulihan
Sistim terapi (rehabilitasi) dan para petugasnya tidak kebal terhadap prasangka. Profesional atau petugas terapi juga dapat secara tidak sengaja menstigma klien dengan bahasa yang mereka gunakan
Istilah yang umum digunakan untuk mengambarkan klien dan masalahnya adalah pengguna (user), penyalahguna (abuser), Pengguna NAPZA Suntik (intravenous drug user/IDU), junkie, dan pecandu (addict). Istilah-istilah ini te rmasuk menstigma karena beberapa alasan: •
Istilah tersebut tidak membedakan antara orang dan penyakitnya, menyangkal martabat dan individualitasnya;
127 Panduan Peserta: Modul 4 - Stigma Sosial
•
•
Istilah tersebut menyiratkan kekekalan (permanen) kondisi memiliki GPZ, tanpa memberikan ruang akan perubahan status; dan Istilah tersebut seringkali digunakan sebagai penghinaan oleh masyarakat umum.
Demikian pula, istilah “bersih” (clean) dan “kotor” (dirty) memperkuat terjadinya stigma. Ketika bersih digunakan untuk mengambarkan seseorang dalam pemulihan, kata itu menyiratkan bahwa ia dulu kotor. Ketika digunakan untuk mengambarkan hasil tes zat yang positif atau negatif, kata bersih atau kotor mengasosiasikan sebuah gejala penyakit dengan kotoran.
Salah satu cara untuk menghindari penggunaan bahasa yang menstigma adalah dengan mendahulukan kata orang •
Orang dengan Gangguan Penggunaan Zat;
•
Orang yang menyuntik obat; dan
•
Orang dengan adiksi.
Istilah “klien” dan “pasien” menggambarkan status seseorang dalam terapi, bukan mengambarkan diri mereka sebagai individu.
Persepsi bahwa pecandu kurang dari manusia pada umumnya atau tidak berharga, dapat: •
•
•
Dapat mengarah kepada terwujudnya prediksi-diri, bahwa siapa yang kecanduan tidak dapat pulih atau berperan positif dan produktif dalam masyarakat; Dapat menyebabkan terjadinya diskriminasi (misal perusahaan tidak menerima karyawan dalam masa pemulihan); dan Dapat membuat orang dengan adiksi merasa putus asa dan enggan mencari bantuan.
Tidak ada cara mudah untuk mengatasi stigma, namun menyadari akibat dari stigma dan berusaha untuk mengenalinya,serta menghadapi pikiran dan perasaan negatif terhadap mereka dengan adiksi, dapat memberikan hasil yang lebih positif bagi individu dan masyarakat.
Konselor yang bekerja dengan GPZ tidak kebal dari kemungkinan prasangka. Dengan jujur mengevaluasi sikap dan perasaan sendiri dapat membantu anda bekerja lebih efektif dengan klien.
128 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
MODUL 5 PENYALAHGUNAAN ZAT: KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK DAN KONSEKUENSI-KONSEKUENSI Daftar Isi dan Jadwal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 131 Tujuan Pelatihan dan Objektif pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 131 Lembar Power Point . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 132 Halaman penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 159 Ringkasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 188
Daftar Isi dan Jadwal Aktivitas Sambutan, ulasan keseluruhan dan ulasan tugas jurnal Pengenalan Modul 5
Waktu 45 menit 5 menit
Presentasi: Ulasan tentang penyalahgunaan narkoba
10 menit
Latihan Kelompok Kecil: Karakteristik, efek dan konsekuensikonsekuensi kesehatan dari narkoba tertentu, Bag.1 – Persiapan
45 menit
Rehat
15 menit
Latihan: Karakteristik, efek,dan konsekuensi kesehatan dari narkoba tertentu, Bag.2 – Presentasi
60 menit
Presentasi: Konsekuensi-konsekuensi dari penggunaan narkoba
20 menit
Latihan Kelompok Kecil: Konsekuensi-konsekuensi dari penggunaan narkoba
30 menit
ISHOMA
60 menit
Latihan Kelompok Kecil: Penggunaan narkoba di masyarakat
45 menit
Presentasi: Sistem keluarga – Fungsional dan Disfungsional
30 menit
Modul 5 Tujuan dan Objektif Tujuan Pelatihan
Memberikan ulasan komprehensif tentang penyalahgunaan zat psikoaktif;
Menjelaskan efek-efek fisiologis dan psikologis penggunaan zat psikoaktif jangka pendek dan jangka panjang;
Memberikan kesempatan untuk mendiskusikan penggunaan narkoba yang ada dalam komunitas para peserta; dan
Menyediakan ulasan yang komprehensif mengenai efek-efek pen ggunaan narkoba terhadap keluarga.
Objektif pembelajaran Peserta-peserta yang melengkapi Modul 5 akan mampu:
Menjelaskan tiga karakteristik dari sedikitnya dua narkoba dari setiap golongan;
Mendiskusikan konsekuensi-konsekuensi penggunaan zat terhadap individu, keluarga dan masyarakat;
Mendiskusikan penggunaan zat di masyarakat; dan
Mendiskusikan efek-efek penggunaan narkoba terhadap keluarga.
131 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
MODUL 5 PENYALAHGUNAAN ZAT: KARAKTERISTIK DAN KONSEKUENSINYA
Jurnal
Apakah Anda merasa terkejut dengan informasi yang diberikan di pelatihan ini?
Apakah Anda memiliki perbedaan pendapat tentang adiksi sebagai sebuah penyakit kronis?
Apakah setelah mengikuti pelatihan ini, ada pemahaman Anda yang menjadi berubah?
Bagaimana cara melawan stigma di lingkungan masyarakat Anda?
Apakah secara pribadi Anda berburuk sangka pada mereka yang mengalami masalah adiksi?
4.2
132 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Modul 5 Introduksi
Apa karakteristik zat psikoaktif?
Apa konsekuensi penggunaan zat?
Bagaimana cara penggunaan zat dan adiksi mempengaruhi keluarga pengguna?
5.3
133 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Modul 5 Objektif Pembelajaran
Mendeskripsikan tiga karakteristik zat dari setiap klasifikasi zat
Mendiskusikan konsekuensi penggunaan zat pada individu, keluarga, dan masyarakat
Mendiskusikan penggunaan zat dalam masyarakat
Mendiskusikan efek penggunaan zat terhadap keluarga
5.4
Permainan Harta Karun
Bentuk 4 kelompok
Pilih jenis klasifikasi zat
Temukan “harta karun” yang tersebar di dalam ruangan kelas ini
Cocokkan “harta karun” tsb dengan klasifkasi yang kelompok anda pilih. Jika berbeda jangan diambil atau kembalikan lagi “harta karun” tsb pada tempatnya
Presentasikan hasil temuan kelompok Anda! 5.5
134 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Jurnal
Apakah Anda merasa terkejut dengan informasi yang Anda dengar di pelatihan ini?
Apakah Anda memiliki perbedaan pendapat tentang adiksi sebagai sebuah penyakit kronis?
Apakah pemahaman Anda akan suatu hal menjadi berubah?
Bagaimana cara melawan stigma di lingkungan masyarakat Anda? 4.15
135 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Apa yang dimaksud dengan OBAT? Dalam farmakologi: Setiap bahan kimia yang mempengaruhi proses biokimiawi atau fisiologik dalam jaringan tubuh atau organisme
5.7
Apa yang dimaksud dengan OBAT? Secara umum: Zat yang digunakan untuk alasan non medis (misal untuk bersenang-senang)
5.8
136 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Klasifikasi zat — Ikhtisar
Stimulan—meningkatkan aktivitas SSP
Depresan—menurunkan aktivitas SSP
Opioid—menurunkan aktivitas SSP
Halusinogen—menghasilkan satu spektrum pengalaman sensori yang terdistorsi dan nyata, serta mempengaruhi mood dan proses berpikir
5.9
137 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Zat Psikoaktif
Beberapa zat psikoaktif di bawah ini kurang tepat digolongkan dalam klasifikasi dasar, yaitu :
Kanabis (marijuana dan hashish)
Miraa (Khat)
Inhalan (larutan, gas, nitrit)
Anestesia disosiatif (PCP, ketamine)
5.10
Latihan: Karakteristik, Efek, dan Konsekuensi Kesehatan
Gambar pada kertas flipchart sosok orang
Terangkan cara penggunaan zat, efek dan efek samping, serta konsekuensi medis dari zat yang masuk sesuai dengan golongan atau kelasnya
Berikan nama trend bagi zat yang dimaksud
Pada gambar yang lain, minta mereka menyebutkan gejala putus zat yang terjadi (bila ada) 5.11
138 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Rehat 15 menit
5.12
139 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Konsekuensi penggunaan Zat
Individu akan mengalami konsekuensi:
Medis
Legal
Sosial
Ekonomi
5.13
Perbedaan respon Fisiologik: Perempuan
Dibanding laki-laki, perempuan lebih cenderung untuk: Terjadi masalah fisik terkait penggunaan zat lebih awal Mudah meningkat menjadi adiksi dengan cepat (telescoping effect) Lebih sensitif (lebih mudah mabuk) Faktor biologis; metabolisme – meningkatnya tingkat alkohol dalam darah
Sumber: U.S. Center for
Substance Abuse Treatment. (2009). Substance abuse treatment: Addressing the specific needs of women.
5.14
140 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Perbedaan Respon Fisiologik : Perempuan
Banyak riset terkait penggunaan alkohol pada perempuan telah dilakukan
Riset terbaru mengatakan bahwa terdapat kemiripan pola dari progresi masalah dengan zat ilegal
Sumber: 1Hernandez-Avila, C. A., Rounsaville, B. J.,
& Kranzler, H. R. (2004). Opioid-, cannabis- and alcohol-dependent women show more rapid progression to substance abuse treatment. Drug and Alcohol Dependence, 74 (3), 265.
5.15
141 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Perbedaan Respon Fisiologik : Perempuan
Minim data penelitian, karena studi kebanyakan dilakukan pada kaum laki-laki
Ada kesenjangan bermakna dalam ranah pengetahuan tentang efek fisiologik sepanjang kehidupan perempuan
5.16
Efek terhadap Janin
Lahir dengan adiksi
Lahir prematur dan berat badan lahir rendah
Perkembangan intelektual rendah dan berdampak pada perilaku ke depannya
5.17
142 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Efek terhadap janin
Paparan kokain dan marijuana: merusak kemampuan atensi, bahasa dan belajar; perilaku bermasalah
Paparan methamphetamine: hambatan pertumbuhan janin, menurunkan kewaspadaan, gerakan janin buruk
Paparan heroin: Janin terlahir adiksi; berat badan lahir rendah – suatu faktor resko penting dalam penundaan perkembangan 5.18
143 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Perbedaan Respon Fisiologi : Remaja
Penggunaan zat lebih dini meningkatkan resiko penggunaan dan adiksi lebih serius
5.19
Perbedaan respon Fisiologik: Remaja Anak muda lebih rentan mengalami masalah fisik dan sosial terkait penggunaan zat
5.20
144 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Perbedaan Respon Fisiologik: Remaja
Blue represents maturing of brain areas
Blue represents maturing of brain areas
Copyright ©2004 US.National Academy of Sciences. Gogtay, N., Giedd, J. N., et al. (2004) Dynamic mapping of human cortical development during childhood through early adulthood. Proceedings of the National Academy of Sciences, 101(21), 8174-8179
5.21
145 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Latihan dalam Kelompok Kecil : Konsekuensi Penggunaan Zat
Buatlah daftar dalam kertas anda mengenai zat (legal, keluarga, sosial, atau ekonomi) :
Langsung berefek pada individu
Pengaruhnya terhadap keluarga, kawan, mitra kerja, dan orang bermakna lainnya
5.22
Penggunaan Zat dalam Masyarakat Anda mungkin tau tentang narkoba dan penggunaannya di dalam masyarakat sekitar, lebih daripada yang saudara sadari
Penggunaan zat pada semua lapisan
Penggunaan zat tidak hanya terbatas pada golongan sosial ekonomi rendah
Apakah zat yang paling sering digunakan di lingkungan anda? 5.23
146 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Latihan dalam Kelompok Kecil : Penggunaan Zat dan Demografi
Tuliskan pada kertas plano:
Zat yang biasa digunakan
Rute masuknya zat
Problema khusus
5.24
147 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
ISHOMA 60 menit
5.25
Sistem Keluarga: Definisi
Sistem keluarga merupakan interaksi unik dan relasi antar anggota keluarga satu sama lain
5.26
148 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Elemen dalam Keluarga
Hierarki
Peran
Peraturan—yang diucapkan dan yang tidak diucapkan
Pola perilaku
Relasi saling mengunci
5.27
149 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Keluarga fungsional
Berlangsung dengan saling cinta, kasih, penghormatan, dan perhatian,
Dicipta dan dipelihara dengan aturan
Mencari keseimbangan :
Ketrampilan untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan
Setiap orang bekerjasama dan bekerja bersamasama
Punya batas jelas dan nyata 5.28
Keluarga Fungsional Aturan, standar, dan pedoman konsisten; semua orang tahu apa yang diharapkan
Anggota yang dewasa akrab , berbagi kewenangan dan saling mendukung
Orangtua tunggal percaya diri dan menjalankan tanggung jawabnya
Anggota keluarga berbagi perasaan, negosiasi, dan menyampaikan ketidak setujuan tanpa takut ditolak atau kehilangan hubungan
Anggota saling membagi kesempatan untuk tumbuh
5.29
150 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Keluarga Disfungsional
Tidak mengakui adanya masalah
Tidak membicarakan masalahnya
Belajar tidak mengekspresikan emosi dan kebutuhannya atau saling memperhatikan
Belajar untuk menjadi
survivors
5.30
151 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Keluarga Disfungsional
Menjaga jarak dan kehilangan rasa saling percaya
Merasa kehilangan identitas diri
Mengalami interupsi perkembangan emosi, terutama anak dan remaja
Fokus perhatian hampir semua tertuang pada yang adiksi
5.31
Gangguan Penggunaan Zat dan Sistem Keluarga
Ketika terdapat anggota keluarga yang memiliki masalah GPZ didalamnya, sistem keluarga berubah karena semua elemen dan fungsinya terkena imbasnya
5.32
152 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Peran Kodependensi
Enabler
Hero
Scapegoat
Mascot
Lost child
5.33
153 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Enabler
Melindungi sang pengguna dengan adiksi zatnya
Menjadikan alasan
Mencoba membahagiakan setiap orang
“Semua baik-baik saja disini”
Didasari perasaan inadekuat, takut dan ketidak berdayaan
5.34
Hero
Membutakan diri atas masalah
Mengupayakan diri agar berhasil, berbuat baik, membantu keluarga
Didasari perasaan takut, rasa bersalah, dan malu
5.35
154 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Scapegoat
Memberontak, berbuat onar, mengalihkan perhatian
Kadang terlihat sebagai masalah itu sendiri
Didasari perasaan malu, bersalah dan hampa
5.36
155 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Mascot
Menjadi penghibur
Mengalihkan perhatian
Membuat lelucon tak tepat, kadang melukai perasaan
Didasari perasaan memalukan, malu, marah (embarrassment, shame, and anger)
5.37
Lost Child
Anggota keluarga yang pendiam
Berhati-hati agar tidak menimbulkan masalah
Mencoba untuk tidak menjadi tumpuan perhatian
Didasari perasaan bersalah, kesepian, diabaikan dan marah
5.38
156 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Apa yang terjadi pada keluarga ketika si pengguna berhenti menggunakan?
Stress dan kehilangan keamanan emosional karena peran dan tanggung jawabnya hilang tanpa memperhitungkan bahwa peran tersebut destruktif
Berkembang rasa tidak menentu karena hilangnya peran dan perilaku anggota keluarganya
Anggota keluarga mungkin mempunyai kesulitan menikmati kesenangan dalam hidup, malah menderita
5.39
157 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Keluarga
5.40
158 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Halaman Penjelasan 5.1: Opioid (Narkotika) Asal Narkotika/opioid bersifat alami, semi-sintetik, atau sintetik yang merupakan derifat dari opium poppy: Candu adalah getah setengah kering dari tumbuhan dan 100 persen alami.
Dua alkaloida paling lazim (zat yang memiliki sifat psikoaktif) yang terdapat dalam candu adalah morfin dan kodein.
Morfin dan kodein dapat diisolasi dan diproses sebagai obat yang terpisah.
Heroin adalah opioid yang semisintetik, maksudnya bahwa dia dapat disintesa dari opium.
Opioid-opioid semisintetik lain adalah hidrokodon, oksikodon, dan hidromorfon.
Opioid-opioid sintetik tidak berasal dari candu alami mempunyai efek yang serupa.
Metadon, fentanil, dan meperidina adalah opioid-opioid sintetik.
tetapi diproduksi diproduksi dan
Heroin adalah opioid yang paling sering disalahgunakan.Walaupun heroin awalnya dikembangkan untuk mendapatkan obat anti nyeri yang potensi adiktifnya kurang dari morfin, tetapi ternyata menghasilkan efek 5 hingga 8 kali lebih kuat dari morfin dan bekerja lebih cepat dan bahkan lebih adiktif.
Tampilan (bentuk) ( bentuk) Opium dan heroin secara umum dijual dalam bentuk gumpalan-gumpalan atau blokblok seperti aspal hitam atau coklat. Heroin Heroin sering kali dijual dalam bentuk bubuk berwarna putih atau coklat.Morfin tersedia dalam bentuk cairan (untuk suntikan) atau dalam bentuk tablet. Opioid-opioid sintetik tersedia dalam dal am bentuk tablet atau kapsul. Metadon tersedia dalam bentuk tablet atau cairan.
Cara Penggunaan Opioid-opioid dapat digunakan dengan beberapa cara:
Opium/Candu adalah yang paling umum digunakan dengan dihisap (dirokok).
Heroin dapat dihisap (dirokok), dihirup melalui hidung (baik sebagai bubuk atau cairan dalam botol semprotan hidung), atau disuntikkan (kedalam otot atau melalui vena).
Opioid-opioid lain biasanya digunakan secara oral, biasanya dalam bentuk tablet.
Ketika digunakan secara medis untuk menghilangkan rasa nyeri, beberapa opioid digunakan melalui kapsul atau koyo lepas lambat (“slow release”). OxyContin, suatu kapsul lepas lambat, telah menjadi masalah besar di beberapa wilayah di Amerika Serikat. Orang-orang akan membuka kapsulnya, melarutkannya dalam air, lalu disuntikkan. Koyo (bentuk tempelan), kadangkala disalahgunakan dengan cara mengguntingnya, kemudian dibuka dan ditelan atau disuntikkan isinya.
159 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Berapa lama efek “high” opiat berlangsung tergantung pada jenisnya. Beberapa opiat bersifat sebentar (short acting), dan ada juga yang bertahan lama (long acting). Efek heroin biasanya berlangsung selama 3 sampai 4 jam.
Penggunaan Medik Penggunaan medik yang utama adalah untuk mengobati rasa nyeri. Opiat juga digunakan untuk mengobati diare yang berat dan sebagai obat batuk.
Efek”Yang diinginkan”
Menghilangkan rasa nyeri.
Menumpulkan emosi
Euforia, yang diikuti oleh rasa sejahtera
Mengantuk atau menenangkan
Keadaan terjaga dan keadaan mengantuk yang saling bergantian
Mengimpikan sesuatu
Efek Samping
Mual dan muntah
Kebingungan
Pernafasan melambat
Sembelit
Penglihatan ganda atau kabur
Pupil mengecil
Pusing, pingsan, rasa mengambang, dan kepala ringan
Gerakan-gerakan otot yang tidak terkoordinasi, otot-otot kaku
Ruam, gatal, dan bintik bintik merah pada kulit
Wajah memerah
Mulut kering
Lemah
Agitasi
Sakit kepala
Nafsu makan berkurang
Hilang daya ingat
160 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Konsekuensi Medis Yang Mungkin akibat Penggunaan Yang Kronis
Infeksi/peradangan lapisan dan katup-katup jantung.
Penyakit Liver atau ginjal.
Komplikasi –komplikasi pada paru, termasuk infeksi paru seperti pneumonia, akibat kesehatan pecandu yang buruk dan efek depresi sistem pernafasan
Komplikasi-komplikasi saluran pencernaan akibat konstipasi/sembelit kronis
Konsekuensi-konsekuensi yang secara langsung akibat menyuntik, timbulnya bisul-bisul dan kolapsnya pembuluh darah vena
Abortus spontan
Bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita-wanita yang menjadi pecandu opioid biasanya lahir dengan berat badan kurang, dan/atau langsung mengalami gejala putus zat, dengan gejala-gejala yang berlangsung 5 sampai 8 minggu. Tidak layaknya orang dewasa, bayi bisa meninggal karena efek putus zat opioid. Overdosis adalah risiko utama penyalahgunaan opiate.Gejala-gejala dan tanda-tanda overdosis opiate adalah sebagai berikut:
Kulit dingin dan lembab
Otot-otot lemah, terkulai
Cairan dalam paru
Tekanan darah sangat rendah dan denyut jantung melambat
Pupil membesar atau dilatasi
Stupor
Koma
Pernafasan lambat dan sulit bernafas
Kuku jari tangan dan bibir berwarna biru karena darah kekurangan oksigen
Otot kram atau tegang
Overdosis akan lebih parah lagi bilamana penggunaan opioid dikombinasikan dengan depresan lain seperti alcohol misalnya. Sindrom Sarak.
Sindroma Putus zat Sebagai tambahan terhadap rasa nagih yang timbul/craving, gejala putus zat opioid termasuk:
Kegelisahan
Nyeri hebat pada otot, sendi dan tulang
Kram atau kontraksi otot
161 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Berkeringat dan hidung berair
Denyut nadi cepat
Batuk, menguap
Pupil melebar
Insomnia
Diare dan muntah
Demam dan rasa dingin dengan menggigil berat serta buluroma berdiri
Gerakan-gerakan menendang
Gejala-gejala dapat mulai sejak beberapa jam setelah penggunaan opiat terakhir. Gejala putus zat utama mencapai puncaknya 48 hingga 72 jam setelah dosis terakhir, dan biasanya mereda setelah seminggu. Beberapa individu dapat mengalami gejala putus zat yang menetap/persisten hingga beberapa bulan. Gejala putus zat akibat opiat biasanya secara medis tidaklah berbahaya pada orang dewasa (kecuali bila kesehatannya memang kurang baik), tetapi rasa nyerinya luar biasa. Karana itu manajemen gejala putus zat secara medis dengan menggunakan obat-obatan untuk mengendalikan gejala-gejala lebih berhasil dibandingkan dengan cara langsung putus seketika (“pasang badan”).
162 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Halaman Penjelasan 5.2: Stimulan Asal Derivat dari zat stimulan, baik yang alami maupun sintetis: Alkaloida kokain ditemukan dalam daun-daun semak tumbuhan koka, yang tumbuh terutama di pegunungan Andes di Peru.
Amfetamin diproduksi secara komersil; termasuk di antaranya Adderall, Dexedrine dan Biphetamine. Meskipun tidak terlalu kuat, amfetamin (yang juga obatobatan) memiliki efek yang mirip dan disalahgunakan untuk tujuan tertentu: methylphenidate (Ritalin), fenfluramine, pemoline, and phentermine.
Metamfetamin juga zat sintetis. Diproduksi secara komersil (Desoxyn), tetapi
biasanya disintesis di laboratorium klandestin. Sabu-sabu termasuk turunan dari kelompok metamfetamin.
MDMA (3, 4 methylenedioxymethamphetamine), dikenal dengan istilah ekstasi, adalah zat psikoaktif sintetis yang secara kimiwai menyerupai stimulant metamfetamin dan halusinogen meskalin, namun secara umum diklasifikasikan dalam golongan stimulan.
Tampilan (bentuk) dari Stimulan Bentuk komersil dari amfetamin terdapat dalam bentuk kapsul atau tablet. Kokain biasanya berupa bubuk berwarna putih, tetapi dapat diproses menjadi “kokain crack” (suatu campuran cocaine, air, dan soda kue yang diproses menjadi pasta dan dikeringkan); campuran yang keras ini kemudian dipecah menjadi “rocks” (bentuk bongkahan batu), yang biasanya dihisap (dirokok). Metafetamin biasanya berupa tepung atau gumpalan kristal berwarna putih kekuningan, tidak berbau, dan rasanya pahit, dalam bentuk bubuk kristal atau potongan. Cara Penggunaan Stimulan
Stimulan dapat digunakan dengan cara:
Oral
Disedot melalui hidung setelah tabletnya dihancurkan / dihaluskan
Dihisap (dirokok)
Disuntikkan setelah tabletnya dilarutkan dalam air
Efek amfetamin umumnya terasa 4 sampai 6 jam. Kokain digunakan dengan cara:
Disedot melalui hidung (bentuk bubuk)
Dihisap (dirokok)
Disuntikkan
163 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Kokain adalah narkotika yang bersifat kerja cepat (short acting), dimana diserap lebih cepat, yang berarti masa kerjanya lebih pendek. Efek mabuk kokain yang digunakan dengan cara dihirup melalui hidung dapat berlangsung 15 hingga 30 menit, tetapi rasa mabuk dengan cara dihisap (dirokok) hanya berlangsung selama 5 sampai 10 menit. Untuk mempertahankan rasa mabuk itu, seorang pengguna harus menambah dosis. Karena inilah kemudian terjadi penyalahgunaan yang berlebihan – menggunakan berulang kali dalam tempo relatif singkat, dengan dosis yang semakin meningkat. Metafetamin digunakan dengan cara:
Oral (jarang)
Dihisap
Menghisap lewat hidung
Menyuntik
Efek metafetamin biasanya berlangsung selama 4 sampai 6 jam. Jika dihisap (dirokok) efeknya dapat berlangsung selama 8 jam atau lebih. Ekstasi digunakan dengan cara oral
Penggunaan Medis dari Stimulan Amfetamin banyak digunakan untuk terapi Narcolepsy (episode-episode tidur tidak dibawah control dan terjadi tiba-tiba), obesitas, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif / ADHD. Kokain merupakan anestetik topical, kadangkala digunakan untuk mengebalkan rongga hidung ketika memasukkan selang pernafasan, membaalkan mata atau tenggorokan selama operasi bedah, dan untuk menghilangkan rasa n yeri borok kronis. Metafetamin telah digunakan untuk terapi ADHD dan obesitas. Tidak ada penggunaan medis untuk ekstasi.
Efek “Yang diinginkan” dari Stimulan
Euforia
Meningkatnya energi dan daya tahan
Berbicara lancer
Meningkatnya kesiagaan mental
Merasa bahagia dan bertenaga
Lepasnya hambatan sosial
Perasaan kepintaran, kemampuan, dan kuasa yang tak realistis
Meningkatnya sensasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan
Meningkatnya gairah seksual dan kemampuan (pada dosis rendah)
164 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Untuk efek ekstasi: Perasaan kehangatan emosional yang meningkat, meningkatnya empati terhadap diri dan orang lain.
Penyimpangan persepsi waktu
Meningkatnya sensasi
Penyimpangan dan halusinasi visual
Efek Samping dari Stimulan
Pupil mata membesar (dilatasi)
Meningkatnya suhu badan, denyut jantung dan tekanan darah
Sakit kepala
Kesulitan untuk tidur (insomnia) dan gelisah
Mudah cemas dan mudah tersinggung
Sakit perut dan mual
Selera makan berkurang dan kehilangan berat badan
Meningkatnya agresi dan kekerasan
“Formukasi”: sensasi-sensasi di kulit merasa seperti ada kutu merayap
Menurunnya respons seksual (pada dosis tinggi)
Halusinasi (paranoid)
Dihirup melalui intranasal:
Berkurangnya indera penciuman
Mimisan kronis
Masalah dalam menelan
Hidung meler kronis
Dari merokok:
Haus
Batuk
Serak
165 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Konsekuensi Medis yang dapat terjadi karena penggunaan kronis
Keadaan darurat Kardiovaskular dan Cerebrovaskular akut, seperti serangan jantung, atau stroke, yang dapat menyebabkan mati mendadak.
Suatu status psikosis penggunaan utuh (full blown) yang bersifat sementara.
Kebusukan gigi parah sebagai hasil mulut kering dan efek keasaman kokain yang menetes kemulut dari hidung akibat hisapan melalui hidung.
Pembusukan usus parah sebagai hasil berkurangnya aliran darah.
Reaksi alergi yang parah karena menyuntikkan kokain.
Komplikasi pernafasan serius, termasuk radang paru, perdarahan, dan kegagalan pernafasan akibat menghisap kokain.
Kudisan pada wajah dan tubuh karena sering digaruk sehingga terjadi infeksi.
Kehilangan Berat badan dan malnutrisi ekstrim
Stroke
Infeksi Jantung.
Penyakit paru
Ginjal rusak
Liver rusak
Ketika digunakan oleh wanita yang hamil,risiko yang terjadi : •
Terlepasnya placenta/ari-ari dan perdarahan.
•
Kelahiran prematur
•
•
Kecacatan kelahiran, termasuk cacat jantung, pembelahan langit-langit mulut, kaki tak berjari. Perdarahan otak janin dan stroke.
Resiko Overdosis: •
Kejang-kejang
•
Suhu tubuh meningkat sangat tinggi.
•
Stroke
•
Gangguan Jantung.
Penyalahgunaan amfetamin kronis akan mengubah fungsi otak secara signifikan. Penelitian citra otak memperlihatkan adanya perubahan-perubahan aktifitas otak yang terkait dengan berkurangnya kinerja motorik dan hendaya fungsi pembelajaran
166 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
verbal. Perubahan parah terjadi baik secara struktural maupun fungsional di berbagai derah otak yang terkait dengan fungsi emosi dan memori/daya ingat. Beberapa perubahan yang terjadi di otak bertahan untuk waktu lama setelah penyalahgunaan amfetamin dihentikan dan beberapa bagian terjadi perbai kan setelah abstinensia yang konsisten selama waktu 2 tahun. Ekstasi memiliki resiko medis tersendiri, yaitu:
Dehidrasi berat (terutama ketika dicampur dengan alkohol), heatstroke, otot rusak, dan gagal ginjal
Kejang-kejang
Dalam dosis tinggi, dapat menghalangi kemampuan tubuh untuk mengatur temperatur
Kadangkala, walaupun jarang terjadi dan tidak dapat diprediksi, dapat terjadi peningkatan suhu tubuh sedemikian tinggi sehingga dapat menyebabkan gagal ginjal, liver, jantung, dan kematian.
Meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah yang dapat menyebabkan masalah kardiovaskuler yang serius pada orang yang peka.
Dapat mengganggu metabolism zat dalam tubuh (gangguan penguraian di dalam tubuh),sehingga jumlah zat akan mencapai jumlah yang membahayaka bilamana terjadi penambahan penggunaan MDMA dalam waktu singkat.
Riset yang dilakukan pada hewan primata (mis.monyet), menunjukkan bahwa MDMA dapat berbahaya pada otak. Bila otak terpapar MDMA selama hanya 4 hari menimbulkan kerusakan terminal-terminal syaraf serotonin yang masih tetap terlihat hingga 6 hingga 7 tahun kemudian.
Sindroma Putus Zat dari Stimulan Gejala-gejala putus zat biasanya tergantung pada dosis, lama dan frekuensi penggunaan. Pola gejala putus zat yang khas adalah sebagai berikut. Terjadi segera setelah penggunaan berlebihan
Hilangnya enerji dan motivasi yang ekstrim dan kebutuhan tidur.
Depresi
Beberapa hari setelah berhenti
Gejala-gejala berkurang
Tenaga mulai pulih
Mulai dalam 5 sampai 7 hari setelah berhenti dan berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Nagih berat
Tenaga berkurang kembali
167 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Anhedonia (tidak adanya rasa senang)
Depresi meningkat
Hilangnya motivasi dan inisiatif
Mimpi-mimpi yang hidup, tidak menyenangkan
Insomnia
Agitasi psikomotor
Nafsu makan meningkat
168 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Halaman Penjelasan 5.3: Depresan Asal Kategori dari depresan mencakup barbiturate (contoh: Nembutal, phenobarbital, seconal), benzodiazepin (contoh: Valium, Xanax, rohypnol), methaqualone (contoh: Quaalude, Sopor), Gamma-hydroxybutyrate (GHB), dan alkohol. Barbiturat biasanya digunakan untuk terapi masalah anxietas, i nsomnia dan gangguan kejang, namun saat ini sudah jarang digunakan untuk tujuan tersebut, dimana metode medikasi terbaru telah menggantikan peran mereka. Methaqualone juga digunakan untuk terapi insomnia, yang juga sudah jarang digunakan saat ini. Secara kimiawi disintesis sebagai alternatif barbiturate , benzodiazepine ternyata lebih efektif dalam mengobati anxietas dibanding barbiturate dan efek mengantuk yang ditimbulkannya tidak berlebihan.Benzodiazepin ternyata juga memiliki potensi adiktif yang lebih rendah.Ada lebih kurang 30 jenis benzodiazepine.Yang paling banyak digunakan adalah alprazolam (Xanax, Calmlet), chlordiazepoxide (Librium), clorazepate (Tranxene), diazepam (Valium), oxazepam (Serax), dan clonazepam (Klonopin). Flunitrazepam (Rohypnol) dan GHB sering dikaitkan dengan serangan, kekerasan fisik dan kekerasan seksual di Amerika Serikat. GHB merupakan obat bagi para disainer
Tampilan (bentuk) dari Depresan Tablet dan kapsul dalam ukuran, bentuk dan warna yang bervariasi. GHB dapat diproduksi secara jelas dalam bentuk cairan bubuk, putih, tablet, dan kapsul.
Cara Penggunaan dari Depresan Secara oral
Penggunaan Medis dari Depresan Barbiturat kadang-kadang digunakan sebagai tambahan pada anestesi umum dan pada kasus tertentu dari gangguan kejang. Benzodiazepin digunakan untuk:
Untuk terapi anxietas, reaksi stress akut, serangan panik, dan gangguan tidur
Terapi kejang
Pelemas otot
Dalam manajemen terapi putus zat akibat alkohol.
Untuk penenang sebelum operasi
169 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Efek “yang diinginkan” dari Depresan
Relaksasi
Menurunnya anxietas
Menurunnya hambatan (inhibisi)
Rasa sejahtera
Euforia sedang
Efek Samping dari Depresan
Konsentrasi buruk
Kelemahan otot
Koordinasi kurang
Bicara cadel
Pening
Refleks lambat
Mual dan muntah
Gangguan penilaian
Kebingungan mental
Hilang ingatan
Emosi tumpul
Konsekuensi Medis Yang Mungkin akibat Penggunaan Yang Kronis
Dapat menyebabkan atau memperberat depresi.
Depresi pernafasan dapat terjadi bila digunakan dalam dosis besar atau jika dikombinasi dengan zat depresan lain, terutama alkohol.
Mereka yang menggunakan benzodiazepine dalam dosisi tinggi biasanya merasakan efek paradox; efek ini mencakup perilaku agresif, agitasi, dan kurangnya penghambatan, dibanding sedasi yang khas dan efek anti-kecemasan
Benzodiazepine kadangkala menjadi zat utama yang disalahgunakan. Namun demikian biasanya disalahgunakan bersama dengan obat lain untuk mendapatkan efek yang diinginkan atau melawan efek yang tidak diinginkan. Sebagai contoh:
Benzodiazepin mempunyai efek yang mirip dengan alkohol dan biasan ya digunakan bilamana mereka minum alkohol untuk memperkuat efeknya. Kombinasi i ni sangat berbahaya karena resiko mematikan akibat depresi perenafasan akan meningkat.
170 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Orang-orang yang menyalahgunakan stimulan sering kali menggunakan benzodiazepin untuk meredakan”slow down” kelebihan stimulasi, atau untuk dapat tidur setelah menggunakan stimulan dalam jumlah besar. Kombinasi ini menyebabkan spasme otot pembuluh darah koroner jantung ya ng dapat merusak jantung.
Pecandu heroin seringkali menggunakan benzodiazepin untuk mengurangi gejala putus zat, bilamana mereka tidak mendapatkan heroin.
Sindroma Putus Zat Putus zat benzodiazepin sangat berbahaya secara medis dan sulit untuk dikendalikan, karena zat ini cenderung tinggal lebih lama dalam jaringan tubuh. Ada ben zodiazepin yang relatif “short acting” dan “long acting” dan waktu untuk timbulnya gejala putus zat sangat bervariasi tergantung zat mana yang digunakan. Gejala putus zat dapat mulai timbul 1 hari untuk zat yang “short acting” tetapi dapat mencapai 5 hari untuk zat yang “long acting”. Gejala-gejala cenderung berlangsung 7 sampai 20 hari untuk yang “short acting” dan mencapai lebih dari 28 hari untuk zat yang “long acting”. Gejala-gejalanya adalah :
Nagih (craving)
Sakit kepala
Tremor dan otot bergetar (kedutan-kedutan)
Mual dan muntah
Anxietas
Kegelisahan
Menguap
Denyut jantug cepat dan tekanan darah naik
Kram otot
Masalah tidur
Halusinasi
Kejang-kejang yang dapat berakibat fatal
Gejala-gejala terburuk terjadi ketika obat dihentikan dengan tiba-tiba. Benzodiazepin harus diturunkan bertahap dalam waktu tertentu (dapat hingga 1 bulan) untuk menghindari beratnya masalah.
171 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Halaman Penjelasan 5.4: Halusinogen Asal Peyote adalah kaktus yang tidak berduri dengan tonjolan-tonjolan kecil yang disebut tombol-tombol yang mengandung zat psikoaktif.Mescaline adalah zat psikedelik aktif utama dalam peyote (dan dalam varietas kaktus lainnya). Mescaline juga dapat disintesis secara kimiawi di laboratorium. Peyote adalah satu dari tumbuhan-tumbuhan psikedelik tertua yang dikenal. Jamur Psilocybin adalah jamur yang mengandung senyawa psilocybin psikoaktif dan psilocin. LSD (d-lysergic acid diethylamide) diproduksi dari lysergic acid, yang terdapat dalam ergot, sejenis fungus yang tumbuh pada gandum hitam dan biji-bijian lain.
Tampilan (bentuk) dari Halusinogen Peyote: tombol-tombol kecil bewarna biru keabuan. Mescaline: Biasanya berwarna berupa bubuk putih atau coklat dalam kapsul. Diproduksi dalam bentuk cairan, untuk kemudian dikonversi menjadi berbagai bentuk; Tablet atau kapsul dalam berbagai ukuran, bentuk dan warna; Cairan di kertas pengering tinta/ blotter paper; dan Bubuk.
Cara penggunaan dari Halusinogen
Tombol-tombol Peyote kecil dapat dikunyah atau diproses menjadi teh.
Mescaline ditelan dalam bentuk kapsul.
LSD digunakan dengan cara oral.
Efek psikoaktif peyote dan mescaline mulai dalam waktu 1 jam dan berlangsung hingga 12 jam.
Penggunaan medis dari Halusinogen Tidak ada.
Efek “Yang diinginkan” dari Halusinogen Efeknya bervariasi luas berdasarkan dosis, tempat pemakaian, dan harapan pengguna serta kepribadian pengguna.
Meningkatnya penghayatan sensoris(mis.,warna-warna lebih terang,bayangan visual lebih tajam, pendengaran lebih jelas,pengecapan luar biasa)
Gambaran mental lebih hidup dan persepsi mengalami distorsi.
Persepsi ruang dan waktu berubah.
Sukacita, kegembiraan
172 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Sensasi tubuh yang berubah (perasaan seperti ada yang menekan atau perasaan tanpa bobot).
Hilangnya rasa realitas; membaurnya penghayatan masa lalu dan masa kini.
Keasyikan dengan pemikiran, pengalaman-pengalaman, atau object-objek yang remeh.
Intensitas perasaan
Perubahan pola waktu dan perasaan diri
“Synesthesia”: Pengalaman-pengalaman yang kelihatannya “melintas” sensasi yang berbeda , membuat pengguna dapat merasakan atau mendengar warnawarna dan melihat suara-suara/bunyi
Mengimpi
Introspeksi
Halusinasi-halusinasi.
Efek Samping dari Halusinogen
Rasa mual yang kuat, dan muntah (paling sering)
Menekan selera.
Suhu tubuh meningkat dan berkeringat
Rasa Dingin dan menggigil
Reaksi yang sangat merugikan (“bad trip”), termasuk halusinasi-halusinasi menakutkan, kebingungan, disorentasi, paranoia, agitasi, depresi, panik, dan/atau teror
Sulit memusatkan perhatian, mempertahankan perhatian, berkonsentrasi dan berpikir.
Pupil melebar
Suhu tubuh meningkat
Denyut jantung dan tekanan darah meningkat
Berkeringat
Hilangnya selera
Sulit tidur
Mulut kering
Tremor/Gemetaran
Kesulitan dalam fokus, mempertahankan perhatian, konsentrasi dan berpikir.
173 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Konsekuensi Medis Yang Mungkin Akibat Penggunaan Kronis
Reaksi-reaksi yang merugikan (“bad trip”), termasuk halusinasi-halusinasi menakutkan, kebingungan,disorentasi, paranoia, agitasi, depresi, panik, dan/atau teror.
Hendaya penalaran dan hilangnya kemampuan penilaian yang mendorong ke arah perilaku sangat berbahaya.
Memperburuk gejala-gejala dari gangguan jiwa yang ada atau menyebabkan munculnya gejala psikosis lebih awal pada orang yang peka.
Kilas balik (flashback), atau kambuhnya aspek tertentu dari pengalaman penggunaan narkoba. Kilas balik terjadi tiba-tiba, seringkali tanpa sinyal peringatan, dan dapat terjadi dalam beberapa hari atau lebih dari satu tahun setelah penggunaan LSD. Pada beberapa individu, kilas balik dapat menetap dan menyebabkan rasa stres atau hendaya dalam fungsi sosial atau pekerjaan; suatu kondisi yang dikenal dengan istilah “hallucinogen-induce persisting perceptual disorder”.
Kemungkinan terjadinya keadaan psikosis berkepanjangan mirip skizofrenia paranoid pada individu yang rentan.
Sindroma Putus zat Tidak ada.
174 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Halaman Penjelasan 5.5: Dissociative Anesthetics Asal Dissociative anesthetics termasuk phencyclidine (PCP) dan ketamin. Kedua-duanya sintetis.
Tampilan (bentuk) dari Dissociative Anesthetics PCP: berupa bubuk kristal putih; seringkali diproses menjadi cairan, tablet atau kapsul. Ketamin: diproduksi dalam bentuk cairan; biasanya di evaporasi menjadi bentuk bubuk untuk penggunaan ilegal.
Cara Penggunaan dari Dissociative Anesthetics
Oral
Dipercikkan pada ganja dan dihisap (dirokok)
Dihisap melalui hidung
Penggunaan Medis dari Dissociative Anesthetics PCP and ketamin telah digunakan sebagai anastesi dalam dunia kedokteran hewan. Ketamin digunakan pada manusia sebagai obat dalam beberapa kasus. PCP tidak pernah disetujui untuk digunakan pada manusia karena efek sampingnya yang berbahaya.
Efek “Yang diinginkan” dari Dissociative Anesthetics
Suatu “dissociative drug,” artinya mendistorsi persepsi pengl ihatan dan suara dan menghasilkan perasan-perasaan pemisahan diri (dissociation) dari lingkungan dan diri sendiri.
Perasaan-perasaan kekuatan dan bertenaga
Relaksasi
Euforia ringan
Efek Samping dari Dissociative Anesthetics
Gangguan-gangguan mood/suasana hati: anxietas dan depresi
Nafas dangkal dan frekuensi pernafasan meningkat
Muka merah
Berkeringat
Mati rasa (kebas) di ekstrimitas-ekstrimitas
Mual dan muntah
Hilangnya koordinasi
Respon terhadap nyeri menurun
Penglihatan kabur
175 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Delirium (halusinasi atau disorientasi)
Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah
Gangguan fungsi motoric
Kebas (numbness)
Depresi
Pening
Amarah, agresi, kekerasan
Konsekuensi Medis Yang Mungkin akibat Penggunaan Yang Kronis
Kejang-kejang.
PCP menyebabkan gejala-gejalaserupa skizofrenia, seperti waham, halusinasi,paranoia, gangguan pikiran,dan perasaan jauh dari lingkungannya.
Karena PCP mempunyai efek depresan, interaksi dengan depresan-depresan lain, seperti alkohol dan benzodiazepin, dapat menjurus kepada depresi pernafasan dan koma.
Orang-orang yang sudah menyalah-gunakan PCP untuk peri ode lama melaporkan terjadinya kehilangan memori, kesulitan berbicara dan berpikir, depresi, dan berat badan berkurang.Gejala-gejala ini menetap hingga 1 tahun setelah berhenti menyalahgunakan PCP.
Itu dapat menyebabkan depresi berat, pemikiran bunuh diri dan upaya bunuh diri.
Luka-luka akibat kecelakaan dan perkelahian-perkelahian sering terjadi.
Sindrom Putus Zat
Tidak diketahui
176 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Halaman Penjelasan 5.6: Inhalansia Asal Inhalasia secara umum dapat dimasukkan kedalam 4 kategori berikut: Pelarut volatil (volatile solvent): Cairan yang mudah menguap dalam suhu kamar:
Produk-produk industri atau rumah tangga, termasuk tinner cat atau penghapus cat, cairan pembersih baju (dry-cleaning), bensin,dan cairan korek api
Cairan pelarut untuk melukis atau alat kantor, termasuk cairan koreksi,cairan penanda, pembersih kontak elektronik, dan lem.
Aerosol: Semprotan yang berisi propelan (bahan pembakar) dan bahan pelarut:
Propelan aerosol rumah tangga dalam materi seperti cat semprotan, semprotan rambut atau semprotan deodoran, semprotan pelindung kain, produk aerosol pembersih komputer, dan semprotan minyak sayur.
Gas: Terdapat di rumah tangga atau produk-produk komersial dan yang digunakan sebagai anestetik medik:
Produk-produk rumah tangga atau komersial, termasuk geretan butane dan tangki propan, whipped cream aerosols or dispensers(whippets), dan gas bahan pendingin
Anesthetik medis, seperti eter, cloroform, halotana, dan nitro oxida
Nitrit-nitrit-: Golongan khusus inhalan yang digunakan terutama untuk memperkuat daya seksual:
Nitrit-nitrit organik adalah zat mudah menguap termasuk cyclohexyl,butyl, dan amyl nitrit, biasanya dikenal sebagai “poppers”.
Tampilan dari Inhalansia Bervariasi.
Cara Penggunaan dari Inhalansia Dihisap dengan berbagai cara :
Menghirup uap-uap secara langsung dari kontainer
Menyemprotkan aerosol langsung ke dalam hidung atau mulut
Menempatkan sebuah kain yangtelah direndam inhalansia ke dalam mulut
Dihisap melalui hidung uap-uap dari balon atau kantong plastik atau kertas berisi inhalansia
Intoksikasi yang dihasilkan oleh inhalansia biasanya berlangsung hanya beberapa beberapa menit. Para pemakai sering kali mencoba untuk meningkatkan “high” dengan melanjutkan untuk menghisap berulang-kali lebih beberapa jam.
177 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Penggunaan Medis dari Inhalansia Hampir tidak ada, walaupun: Amyl Nitrit masih digunakan dalam prosedur-prosedur diagnostik medis yang tertentu.
Nitrous oxide digunakan sebagai anestetik, terutama untuk prosedur-prosedur terapi gigi.
Efek “Yang diinginkan” dari Inhalansia
Euforia
Mabok
Inhibisi berkurang
Halusinasi
Efek samping dari Inhalansia
Sakit kepala
Kebingungan
Mual dan muntah
Keadaan mengantuk
Cadel
Kurangnya koordinasi
Konsekuensi Medis Yang Mungkin akibat Penggunaan Kronis
Hilangnya kemampuan mendengar (Cat semprot,lem,de-waxers, zat kimia dry cleaning, cairan pembersih).
Neuropathi perifer atau spasme kaki (lem,bensin,Whipped cream dispensers, gas cylinders}
Kerusakan susunan syaraf pusat atau kerusakan otak (cat semprot, lem, de-waxers)
Kerusakan sumsum tulang (bensin)
Kerusakan liver dan ginjal (cairan koreksi, cairan dry-cleaning)
Kekurangan oksigen darah (varnish removers,paint thinners)
Penyalahgunaan inhalansia jangka panjang dapat merusak selaput myelin syaraf, suatu jaringan lemak yang menyelubungi dan melindungi serabut syaraf. Kerusakan myelin dapat menjurus kepada spasme otot dan tremor atau kesulitan permanen untu aktifitas-aktifitas dasar seperti berjalan, menekuk sendi, dan berbicara. Menghirup sejumlah besar zat kimia dengan konsentrasi tinggi yang terdapat dalam solvents, butane, propane, atausemprotan aerosol dapat secara langsung menyebabkan gagal fungsi liver dan kematian dalam beberapa menit sesi penghisapan inhalan berulang kali, bahkan satu sesi pun bisa berbahaya walaupun dilakukan oleh anak muda
178 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
yang sehat. Inhalansia konsentrasi tinggi dapat juga menyebabkan kematian akibat tercekik karena bersifat memindahkan oksigen dalam paru, menyebabkan pengguna kehilangan kesadaran dan pernafasan berhenti. Kesengajaan menghisap inhalan dari kantong kertas atau plastik dalam area tertutup dapat memperbesar r isiko mati lemas.
Sindroma Putus Zat Tidak ada.
179 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Halaman Penjelasan 5.7: Mariyuana dan Hasis Asal Alami; derivat dari tanaman Cannabis sativa.
Tampilan (bentuk) dari Mariyuana dan Hasis Marijuana: Kering, campuran cabikan-cabikan berwarna coklat dan hijau dari bunga,batang, biji , dan daun-daun. Hasis: Damar lengket dari ganja yang kental. Dapat dipadatkan menjadi batanganbatangan atau dikentalkan menjadi minyak.
Cara penggunaan dari Mariyuana dan Hasis
Dihisap (dengan pipa atau digulung kedalam kertas sigaret atau cerutu). Minyak hasis diteteskan pada ganja kering untuk meningkatkan potensi. Efek dengan cara dihisap dirasakan dalam beberapa menit dan umumnya hilang dalam 2 hingga 3 jam.
Oral (dicampur dengan makanan atau dimasak menjadi teh). Ketika zat dimakan,efeknya tidak muncul dalam 30 sampai 60 menit tetapi dapat bertahan sampai dengan 6 jam.
Penggunaan Medis dari Mariyuana dan Hasis Di beberapa negara-negara, Marinol (berbentuk tablet) atau merokok ganja biasanya digunakan untuk mengobati glaukoma, karena dia mengurangi tekanan di dalam mata. Juga digunakan untuk mengurangi rasa mual pada pasien yang menjalani kemoterapi dan untuk meningkatkan nafsu makan pasien-pasien AIDS.
Efek-Efek “Yang diinginkan” dari Mariyuana dan Hasis
Relaksasi fisik, ketengan
Meningkatkan mood
Meningkatkan empati bagi orang lain.
Meningkatkan sugestibilitas.
Meningkatkan kebaruan; bahkan hal-hal biasa kelihatannya menarik.
Mabuk.
Merubah persepsi sensorik dan persepsi waktu.
Fenomena “Trailing” (melihat bayangan benda yang bergerak).
Meningkatkan nafsu makan.
Efek Samping dari Mariyuana dan Hasis
Meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
Mata merah (akibat aliran darah yang meningkat di selaput mukosa mata).
180 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Berkurangnya koordinasi otot.
Persepsi kedalaman lemah dan lemahnya tracking(kemampuan mengikuti objek yang bergerak).
Iritasi paru dan batuk.
Kesukaran berpikir dan memecahkan permasalahan.
Reaksi-reaksi panik (debaran jantung, kecemasan dan takut yang ekstrim,keringatan, kepeningan).
Konsekuensi Medis Yang Mungkin Akibat Penggunaan Kronis
Masalah pernafasan (paling parah; mereka yang juga merokok), termasuk: •
Batuk dan bronkitis kronis.
•
Rusaknya jaringan paru.
•
Produksi lender yang meningkat dan kurangnya kemampuan mengeluarkannya.
•
Seringnya mengalami penyakit yang berhubung dengan pernapasan.
Menurunnya fungsi kognitif/intelektual
Perkembangan emosional yang tertunda
Berkurangnya fungsi sistem kekebalan tubuh menjurus kepada kepekaan yang meningkat terhadap infeksi virus dan bakteri dan mempercepat progresi HIV dan AIDS
Masalah daya ingat jangka pendek dan masalah belajar yang dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu setelah penggunaan terakhir.
Pada dosis tinggi, pada individu yang peka dapat menimbulkan reaksi psikotik.
Penggunaan jangka panjang dapat menjurus kepada “amotivational sindrom”, yaitu berkurangnya energi dan kemampuan untuk berkonsentrasi, berkurangnya keinginan untuk bekerja,berkurangnya minat untuk aktifitas social dan aktifitas lainnya.
Sindroma Putus Zat dari Mariyuana dan Hasis Sebagai tambahan terhadap rasa nagih (craving), para pemakai ganja jangka panjang dilaporkan:
Mudah marah
Sullit tidur
Nafsu makan berkurang
Gejala-gejala mulai dalam waktu sekitar 1 hari setelah abstinens, mencapai puncak pada 2 sampai 3 hari, dan mereda dalam 1 atau 2 minggu. Putus ganja (withdrawal) ganja tidaklah berbahaya secara fisik dan tidak memerlukan terapi.
181 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Halaman Penjelasan 5.8: Miraa (Khat) Asal Miraa adalah tanaman yang mengandung cathione dan cathine, zat kimiawi aktif yang dapat mengubah mood/alam perasaan pengguna.
Tampilan (bentuk) dari Miraa (Khat) Miraa/Khat (Catha edulis Forsk, Celastraceae family) adalah daun semak belukar hijau yang rindang yang dapat tumbuh seukuran pohon.
Cara Penggunaan dari Miraa (Khat)
Daun-daun segar dan ranting yang lembut dikunyah.
Lebih jarang, diambil sebagai bahan the atau dihisap.
Penggunaan Medis dari Miraa (Khat) Tidak ada.
Efek”Yang diinginkan” dari Miraa (Khat)
Eforia ringan
Menjadi waspada
Kegairahan
Berenergi
Efek Samping dari Miraa (Khat)
Hilangnya selera
Disfungsi seksual
Insomnia
Permasalahan gastrointestinal (seperti sembelit)
Radang rongga mulut
Konsekuensi Medis Yang Mungkin akibat Penggunaan Yang Kronis
Kanker rongga mulut.
Depresi.
Jika khat digunakan selama kehamilan, bayi itu bisa lahir lebih kecil dibanding bayi-bayi yang lain.
Mengunyah khat dapat mengurangi produksi ASI (air susu ibu).
182 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Sindroma Putus Zat dari Miraa (Khat) Pengunyah khat berat, akan mengalami gejala putus zat bila penggunaan dihentikan seperti :
Rasa malas
Depresi ringan
Mimpi buruk
Tremor ringan
Kelelahan yang ekstrim dan kurang bertenaga
Kesukaran menjalankan kegiatan sehari-hari
Gemetaran selama beberapa hari setelah menghentikan mengunyah khat
183 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Halaman Penjelasan 5.9: Penyalahgunaan Zat, Ringkasan
l a i s n e t o P n a t a h e s e K i s n e u k e s n o K / i s a k i s k o t n I k e f E
, , n i s h a i a d b r i a h d n n a i t a n n a a n g n k a i n k u e i , r t u s a n n i e a n m k d r n o i a , n u o t ” r k a u a j n m a s e ; e n a k ; k m g t i s a , n u b n g e r a k s i n r i a a b a n b f e a “ a n k d r s e ; a n a p n a f a a s h n a a k r n l a e d l e a p e s k e , k s s a ; / i a t s t e k i e d s i i x a r d a n , a t a t n n b i e a g m s m n l a n o i a k r r k a e u p h g h g n m a e e s n e M m u s p
n a a n u g g n e P a r a C
: t a Z t a Z
i r o g e t a K n a d a m a N
, n h a a g d n n a e n r e s g p e n u k a y d i , i n h s i a m e r l a l a p i a e n e d D i / p d n , t u r n a z u a n u s p e m u t m a u p n m a e l a r k j a n a d a e g a s n u n e r k u a , n m a i c s e a p n , d a , e m S a g n i m — s e s u e d t , p , a r a s l e u a t i d i b a b c r a k a a r b d i a c k t i u g b t n n r e U a y b
n a k k i t n u s i d , n a l e t i D
n a s e r p e D : i r o g e t a K
l a t s l i b e t a r t a a l u b l r a b o a n u t o i t y m n e c b r m e h e a A N P S B
, a l a n a p i t e k a m t i e k k a , s a g , m n g o i n k s i u t i , P / m s e r n o u v u z r i u n e n a s , e d s m a k e n s fl a e r e s a u r a d a y a a s N / e d k n , u r n i a s g a u n n d e l a e m i S h e — k s n , r n e a a a n d i r p a a e d z s e a i K a d — s e o z B k n H n a e b G g n k k l a i u u t t h n n e U U k
n a k k i t n u s i d , n a l e t i D
l , e d a c a r a c i b , h a m e l i s k e fl e r a y a d , i s e r p e D / a i r o f E — e n o l a u q a h t e m k a u m t n o U k
t o d e s i d ) a s g n i u b l d o i h n i p u y l a h l o e R ( m
g n a y i s p e s r e p n a u g g n a g / s e s u a n , n a a s a r e p n a d i s p e s r ) e s p t k a c a k g b n h s i a t fl n ( a h p a a b t e u r n e e P m
n a l e t i D
s e n i p e l z a n o n i o m p d n m x i u y i a o u a c i r h v l z i n l n t a b o a a i e A H L R V X B
e t a r y t u b y x o r d y H a ) m B m a H G G (
n a k k i t n u s i d , n a l e t i D
e n o e l a d u t l u r q a a s e a o h p t r a u o e P Q S M
; n a a d p g m a n h u t n n a a a j s k a a t r e e d p , ; r h u u d b i u t t h u a h s u u s s ; a y n a n k t a a k g m n a i r n l e e s M e — n e a i l g a n c a s l i e h e m k n ; r a d h a o r D a m e r S L d t ; h k a n u a a t k n e m e U t l
i u l a l e m i s t p u r l o s u b m a i i d d , n n a a l g n e t r i i a D j
) p a s i h i d ( k o k o r i d , n a l e t i D
e d i n m a e l y g h o t n i e s i u d l a d i c H e a : i n e r i i c l t o g a o g r ) c e e D s y e t s e a y S P L K L ( M
p a t e n e m g n a y l a t n e m n a u g g n a G — D S L k u t n U
) a y n t u j n a l e s n a m a l a h e k t u j n a l (
d i o n a r a p , p u g u G — n i b y c o l i s p k u t n U
n a l e t i D
” m o o r h s u n i m c i b y c g a o M l i s “ P
184 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
l a i s n e t o P n a t a h e s e K i s n e u k e s n o K / i s a k i s k o t n I k e f E
, n g a n a s n a r a u r a a k e d p a r e ; p b e s n m a s a w k i l a e i o a n m b k m a n u t a s o e k f t a s n a n i m k , , p n g a n r u i u d n t g , h e a r u a e g r m t , a ; k g d a a n u n g d i a a t t n n n a e u a t j a k l r t e e a a t , b t g a g n a g n a p , e u d t c n a n h g a i j b n d a e t u b k l a r t t e n a a e j r d b e k n b n a t a a a t e n r d a a i k b l / n g m a u r n e t u i n n g n e e e e P k m p
p a s i i u h l i a d l , e n m a t l e o t i d d s , e n i d a ) , k k k i t k o g n n o u u r d s i i i d D ( h
n a a n u g g n e P a r a C
: t a Z t a Z
i r o g e t a K n a d a m a N
, d i o n a r a y a n p , g k i n n a a s l i i s h p , o , r m k i o u s i m r p e i , l r e n T a / d t , u a h d p a n e s a c i l t e c e a g k g , i , n n s a s a s n i a a r d e l m a j e t n c o , e k e s a m , t i s v i a h a f r a a s e N m r g h a — , a n i d f i s l m u u a m t e i , p f s m m a i u a i n k k d a l r u o i t n o r e U k p
n a l u m i t S : i r o g e t a K
e e n i n e i m m n a t r a i t e e d h h e p i p x e m B D A
, a n d n a a s l a i p d a i , n z r i e g p n a n a g l a n a g r a u k g e e k k , , a a d l a a p d e i r k t e y i k a N / s , u g h n u s j a e n k a , t a e k g k o r n t i n s e , P t u r — e n p i a i r n k e a o k k y n i k l , n u a a t n u p e U m k
, l i t , k n a a t r a s j a a t l i v e i b i t i t s m a n e h e s p s a n n i a t a s t d i s a t k k a o g g t n i n , i n a l a e y j n p a i , d g l n a n a g g a n u a i r g g i g , s g a n a n n G u i s / t u i k n l a a t j h a s a k p t i e m s f i e E n k s — a t o A a , s a M a i r D e m p r M e k l u t r u b t e p n i m i U t h
, ) k o k o r i d g ( n u p d a i s h i h i i u l d a , l n e a m k k t i t o n d u e s i s i D d
n a l e t i D
e n i a c o C
) e n i m a t e h p m a h t e m y x o i d e y n s e a A l y t s h M e c D t E m M (
n a n g a n d a t l i h a e g n K i / a k i t y a o d k i s n p a u u g k a g l i r n e a p g , , n g n a u s t a r n a n e j k a e n u a d k , d n i s f a c e r a e g r k a , A y i s — s n n n i a a r k e m l a a s o t u t e r , f e k n m r , a a t t a e a j a l g m e n i k b a u t y m n a e U d p
t i k a y n e p , s i n o r k u r a p u r a p t i k a y n n a u e d p n , c n a a e l i k , i m a s h n e a r k e l n o a t u r , g e g k n n a a G k , e — k n i o t t r o k i s , n g k n u u t t n n a U j
p a s i i u h l i a d l , e n m a t l e o t i d d e s , i n d a ) , k k k i t k o g n n o u u r d s i i i d D ( h
t o d e s i d , n a l e t i g d , n u n d a i k h k i t i u n l a u l s e i D m
u a k a b i / h u l a m e a m y t l a n e l u n m a k a t d i g d o h n n e d u r a d e a d n s t i i u a d a k , d , k p g a h a a n s b i u d u h m l d e i i i D h t d
n y x y s o a s t e s c D E
e t a d i n e h p n l i y l h a t t e i R M
n i t o k i N
) a y n t u j n a l e s n a m a l a h e k t u j n a l (
186 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
Modul 5–Sains Adiksi, Ringkasan Tinjauan Singkat
Arti kata obat (drug) dapat berbeda-beda tergantung dari perspektif melihatnya: •
•
•
Dalam Farmakologi (studi obat-obatan dan cara kerja obat), istilah yang mengacu pada setiap zat kimia yang dapat mengubah proses-proses biokimia dan fisiologis tubuh, jaringan atau organisme. Dalam pengertian umum, istilah obat (drug) seringkali berarti suatu zat yang biasanya digunakan untuk keperluan non medis (mis. untuk rekreasi).
Pengaruh obat (drug) pada seseorang tergantung pada jenis obat dan bagaimana obat tersebut berpengaruh pada sistem susunan syaraf pusat (SSP): •
•
•
Dalam Ilmu Kedokterani istilah obat (drug) mengacu pada zat yang dapat mencegah atau menyembuhkan penyakit atau memiliki potensi untuk meningkatkan rasa kesejahteraan fisik dan mental.
Stimulans-stimulans meningkatkan aktivitas SSP. Mereka cenderung meningkatkan denyut jantung dan pernafasan dan memberikan perasaan gairah atau eforia. Jenis-jenis depresan dan opioid (juga disebut narkotika) mengurangi aktivitas SSP. Obat ini cenderung memperlambat denyut jantung dan pernafasan dan memberikan efek relaksasi, mengantuk, rasa sejahtera atau eforia. Halusinogen-halusinogen menghasilkan suatu spektrum distorsi sensoris yang nyata dan mengubah mood serta proses pikir.
Sistem Penggolongan obat (drug) dimaksudkan sebagai suatu panduan umum; tidak semua narkoba sesuai dengan 4 penggolongan yang ada. Sebagai contoh: •
Cannabis (ganja, hasis);
•
Miraa (khat);
•
Inhalansia (bahan pelarut, gas-gas, nitril-nitril); dan
•
Dissociative anesthetics (PCP, ketamine).
Zat-zat spesifik: Karakteristik, efek-efek, dan konsekuensi fisik Lihat Halaman penjelasan 5.1 – 5.8 yang menyediakan informasi spesifik tentang zat (narkoba).
Konsekuensi-konsekuensi dari penggunaan dan adiksi narkoba
Penggunaan dan adiksi narkoba memberikan konsekuensi-konsekuensi bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
Individu dengan adiksi menderita berbagai konsekuensi-konsekuensi:
188 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
•
•
•
•
•
Pecandu rentan mengalami resiko kecelakaan, dalam bentuk apapun. Penggunaan narkoba dapat mencetuskan atau menyebabkan gejala gangguan mental berat, terutama bagi individu dengan kerentanan khusus. Pecandu narkoba seringkali mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat dia lebih rentan terpapar penyakit. Orang-orang yang menggunakan narkoba memiliki resiko lebih tinggi terpapar penyakit dibanding mereka yang tidak menggunakan, seperti HIV/AIDS, hepatitis, TBC, dan penyakit menular lainnya. Meskipun pecandu tidak menggunakan narkoba suntik, tetapi karena menurunnya faktor inhibisi dan efek pikiran negative akibat penggunaan narkoba, maka cenderung mengarah ke perilaku berisiko tinggi.
Wanita
Banyak studi menunjukkan bahwa wanita lebih rentan terhadap efek jangka panjang dari penggunaan alkohol dan narkoba, dibandingkan dengan pria. Wanita mengalami efek yang disebut dengan istilah “telescoping”, di mana wanita progresi penggunaannya dari awal mula hingga menjadi adiksi, dan konsekuensikonsekuensi terkait penggunaan narkoba, lebih cepat berlangsung atau terjadi, meskipun wanita menggunakan narkoba dalam jumlah yang sama atau lebih dikit dibanding pria.
Sebagai contoh, wanita yang mengkonsumsi alkohol memiliki resiko dan perkembangan penyakit lebih tinggi dibanding pria, terhadap penyakit sirosis (kanker hati) dan masalah medis lainnya.
Salah satu alasannya adalah karena diduga kandungan air di dalam tubuh wanita lebih sedikit dibandingkan pria. Mekanisme metabolisme tubuh wanita mengarah pada lebih tingginya tingkat alkohol dalam darah, berbanding lurus dengan banyaknya alkohol yang masuk dan berat badan wanita.1
Telah banyak penelitian yang dilakukan pada wanita terhadap masalah penggunaan alkohol, tetapi penelitian terkini menunjukkan bahwa terdapat pola yang sama dari progresi yang cepat dengan penggunaan zat terlarang. Sebagai contoh, studi tentang wanita di dalam terapi menunjukkan bahwa wanita mengkonsumsi kanabis dan opioid dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan pria, sebelum memasuki terapi (rehabilitasi). Banyak laporan juga menunjukkan tingginya tingkat keparahan dalam komplikasi masalah psikiatri, masalah medis dan masalah pekerjaan, dibandingkan dengan pria.2
Namun hal ini tampaknya masih belum diketahui secara luas, dikarenakan kebanyakan studi dan penelitian lebih banyak menggunakan pria sebagai subjeknya. Terdapat kekosongan (“gap” ) pengetahuan tentang efek fisiologis pada siklus kehidupan wanita.
1
U.S. Center for Substance Abuse Treatment. (2009). Substance abuse treatment: Addressing the specific needs of women. Treatment Improvement Protocol Series 51. HHS Publication No. (SMA) 09-4426. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Services Administration.
2
Hernandez-Avila, C. A., Rounsaville, B. J., & Kranzler, H. R. (2004). Opioid-, cannabis- and alcohol-dependent women show more rapid progression to substance abuse treatment. Drug and Alcohol Dependence, 74(3), 265
189 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Efek pada Janin
Efek pada janin umumnya terjadi bayi lahir dengan berat badan rendah, gangguan perkembangan kognitif dan perilaku.
Gangguan perhatian, bahasa, dan kemampuan belajar, serta masalah perilaku, terlihat pada anak yang terpapar kokain dan mariyuana.
Paparan metamfetamin beresiko menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, penurunan gairah, dan buruknya kualitas pergerakan pada bayi.
Paparan heroin disaat kehamilan beresiko menyebabkan bayi lahir dalam kondisi adiksi, yang membutuhkan perawatan khusus untuk menanggulangi masalah putus zat yang terjadi. Selain itu penggunaan heroin berhubungan erat dengan rendahnya berat badan pada bayi – faktor resiko tinggi terhadap terjadinya keterlambatan perkembangan.
Remaja
Penggunaan narkoba usia dini meningkatkan resiko remaja dalam masalah penyalahgunaan dan adiksi narkoba.
Remaja lebih rentan terhadap masalah fisik dan sosial. terkait penggunaan narkoba. Beberapa kerentanan ini terjadi karena efek narkoba yang berpengaruh pada struktur otak dan tubuh remaja yang masih dalam masa pertumbuhan.
Penyalahgunaan narkoba dan alkohol dapat mengganggu fungsi otak di daerah penting untuk motivasi, memori, pembelajaran, penilaian, dan kontrol perilaku. Semua fungsi ini terus berkembang seiring bertambah dewasa. Jadi, tidak mengherankan jika remaja yang menyalahgunakan alkohol dan narkoba sering mengalami masalah keluarga dan sekolah, performa akademis rendah, masalah kesehatan terkait lainnya (termasuk masalah kesehatan jiwa), dan terlibat dalam masalah pidana.
Salah satu bagian otak yang masih terus berkembang selama masa remaja adalah prefrontal kortex – bagian dari otak yang memungkinkan kita untuk menilai suatu situasi, membuat keputusan tentang suara, dan menjaga emosi serta hasrat tetap terkendali.
Fakta bahwa bagian penting dari otak remaja ini terus berkembang, menempatkan meningkatnya resiko remaja untuk melakukan pilihan yang buruk (seperti misalnya mencoba-coba narkoba dan terus menggunakannya hingga taraf adiksi).
Masyarakat
Penggunaan narkoba dan adiksi juga mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan, melalui: •
•
•
Menurunnya produktivitas; Biaya-biaya yang timbul akibat tertangkap (ditahan pihak berwajib), atau menjalani perawatan residensial; Meningkatnya biaya-biaya medis;
190 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
•
Biaya-biaya Sosial dan keuangan terkait kriminal yang dipengaruhi narkoba;
•
Meningkatnya penularan penyakit infeksi; dan
•
Meningkatnya prevalensi HIV dan AIDS di seluruh dunia.
Sistem keluarga - Fungsional dan disfungsional
Adiksi adalah penyakit individual dan penyakit keluarga.
Sistem keluarga didefinisikan sebagai suatu interaksi dan hubungan yang unik diantara anggota-anggotanya. Bahkan mungkin keluarga merupakan sistem sosial yang paling kompleks yang kita miliki.
Semua keluarga mempunyai unsur-unsur yang berikut:
•
Hirarki;
•
Peran-peran;
•
Peraturan – baik tertulis maupun tidak tertulis;
•
Pola-pola perilaku; dan
•
Hubungan-hubungan saling terpaut (interlocking).
Apa yang disebut sebagai sistem keluarga fungsional sangat berbeda dalam berbagai budaya,tetapi secara umum keluarga fungsional : •
•
•
•
Membuat dan memelihara suatu tatanan melalui perilaku yang konsisten; Mencari keseimbangan bilamana tatanan terganggu kalau ada krisis,menggunakan keterampilan untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan-keputusan (saling membantu dan bekerja sama); dan Mempunyai batasan-batasan yang jelas dan tegas, serta dapat dirasakan antara orang tua dan anak, dan juga diantara saudara kandung.
Keluarga-keluarga yang fungsional: •
•
•
•
Beroperasi karena kasih, kepedulian, rasa hormat, dan penuh pengertian satu sama lain;
Mempunyai aturan-aturan,standar,dan pedoman perilaku yang dapat dijelaskan dan diterapkan secara konsisten sepanjang dianggap sesuai dan niscaya terus berkembang (setiap orang tahu harapan anggotanya satu sama lain); Mempunyai seorang dewasa yang dekat hubungannya, berbagi otoritas dan saling mendukung (seorang orangtua tunggal/single parent penuh percaya diri dan selalu berfungsi); Mempunyai para anggota yang bisa saling curhat, diajak berunding bahkan saling berbeda pendapat tanpa rasa takut mendapat penolakan; dan Memberikan kesempatan untuk tumbuh-kembang bagi anggota-anggotanya.
Ketika seorang anggota keluarga mempunyai masalah adiksi, karakteristik keluarga fungsional berubah menjadi disfungsional.
191 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
Keluarga disfungsional ini ditandai oleh adanya anggota keluarga yang: •
Tidak mengakui adanya masalah;
•
Tidak mau membicarakan masalah yang dialaminya;
•
•
Belajar bukan untuk menyatakan emosi dan kebutuhan-kebutuhan atau untuk peduli pada kebutuhan-kebutuhannya; dan Belajar bagaimana caranya menjadi orang yang selamat/survivor.
Keluarga disfungsional sering kali juga: •
Memiliki hubungan yang renggang dan tidak saling percaya;
•
Menderita kehilangan identitas individu;
•
•
Mengalami terputus-putusnya perkembangan emosional, terutama pada anakanak dan remaja; dan Mencurahkan hampir semua perhatian kepada keluarga yang adiksi.
Ketika seorang anggota keluarga menjadi pecandu, sistem keluarga berubah karena semuanya unsur-unsur dan fungsi-fungsinya terganggu.U ntuk melakukan penyesuaian, sistim keluarga harus membuat kompensasi dengan berbagai cara, dimana akan terjadi perubahan dinamika keluarga dan peran-peran dalam keluarga.
Sering kali, penyesuaian-penyesuaian oleh keluarga meliputi: •
•
Perubahan-perubahan dalam menjalankan aturan karena sistem keluarga pecah; sering kali menjadi kacau.
Aturan-aturanna kemudian menjadi kaku, dan para anggota keluarga bisa terdorong untuk: •
•
•
Membagi-bagi keterampilan untuk berkomunikasi, memecahkan permasalahan, dan membuat keputusan-keputusan; dan
Supaya jangan memperbicangkan tentang apa yang mereka lihat, dengar, atau ketahui; Untuk mengabaikan perasaan mereka; dan Untuk tidak mempercayai siapapun atau apa yang dikatakan atau dikerjakan siapapun, termasuk diri mereka sendiri.
Ketika tipe-tipe penyesuaian ini dibuat: •
Batasan-batasan sehat yang ada, tidak lagi bekerja;
•
Menjadi tidak jelas siapa yang berkuasa atau memegang kendali;
•
Anak-anak dapat mengambil alih peran-peran orangtua; dan
•
Fokus adalah bertahannya seseorang di dalam sistem keluarga.
Di negara-negara (condependency).
Barat,
jenis
penyesuaian
ini
disebut
kodependensi
Literatur kodepedensi menjelaskan peran-peran berikut ini yang dapat diadopsi keluarga ketika ada anggota keluarga menjadi pecandu:
192 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
•
Penjaga atau orang yang mengurusi (enable / caretaker);
•
Pahlawan (hero);
•
Kambing hitam (scape goat);
•
Maskot (mascot); dan
•
Anak hilang (lose child).
Penjaga atau orang yang mengurusi adalah anggota keluarga yang mencoba untuk melindungi pecandu dengan bebaskan dia dari segala tanggung jawab atas segala perilakunya yang salah. Enabler mencoba membuat semua orang bahagia dan keluarga seimbang. Ia berusaha memperlihatkan kepada orang diluar keluarga bahwa “ segalanya bagus-bagus aja di sini. Enabler biasanya cenderung memiliki perasaan tidak mampu berbuat, ketakutan, dan ketakberdayaan.
Pahlawan itu adalah seseorang yang perlu membuat keluarga, dan para anggota keluarga, kelihatannya baik-baik saja. Pahlawan cenderung mengabaikanmasalah dan menyajikan berbagai hal dengan cara yang positif seolah-olah peran-peran di dalam keluarga itu tidak ada. Pahlawan mencoba untuk menjadi sukses, untuk bersifat baik, dan untuk membantu keluarga. Pahlawan cenderung memiliki latar belakang perasaan takut,rasa bersalah, dan perasaan malu.
Kambing hitam sering kali bermain peran di depan yang lain. Ia cenderung memberontak, bikin ribut, dan mengalihkan perhatian dari pecandu dan kebutuhan pecandu tersebut untuk mendapatkan bantuan. Kambing hitam kadang-kadang muncul untuk dilihat sebagai masalah di dalam keluarga. Kambing hitam cenderung memiliki latar belakang perasaan malu, rasa bersalah, dan kehampaan.
Peran maskot adalah sebagai penghibur. Ia sering kali membuat lawakan yang tidak sesuai tentang keluarga untuk mengalihkan perhatian. Meskipun ia membuat lelucon di keluarga, leluconnya sering menyakitkan.Jimat itu kadangkadang dapat merintangi pemulihan adiksi. Jimat biasanya cenderung memiliki latar belakang perasaan memalukan, perasaan malu,dan rasa marah.
Anak hilang adalah anggota keluarga yang diam dan berhati-hati untuk tidak membuat permasalahan. Ia melepaskan segala kebutuhannya hanya mencoba untuk tidak menjadi perhatian. Anak hilang ini cenderung memiliki latar belakang perasaan bersalah, kesepian, rasa diabaikan dan rasa marah.
Ketika penggunaan zat dalam keluarga berhenti, keluarga perlu menyesuaikan : •
•
•
Stres dan hilangnya rasa aman emosional karena melepaskan peran-peran lama dan tanggung jawab, betapapun destruktifnya peran-peran tersebut. Ketidak-pastian berkembang karena hilangnya peran-peran dan perilakuperilaku yang sudah terbiasa. Anggota-anggota keluarga mungkin punya kesulitan hidup penuh kegembiraan, meskipun penderitaan telah berakhir.
Anggota-anggota keluarga mungkin punya kesulitan hidup penuh kegembiraan, meskipun penderitaan telah berakhir.
193 Panduan Peserta: Modul 5 - Penyalahgunaan Zat: Karakteristik-Karakteristik Dan Konsekuensi-Konsekuensi
MODUL 6 MENGINTEGRASIKAN PEMBELAJARAN KE DALAM PRAKTIK Daftar Isi dan Jadwal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 197 Tujuan pelatihan dan Objektif pembelajaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 197 Halaman penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 198
Daftar Isi dan Jadwal Aktivitas
Waktu
Pengenalan dan latihan: Mengembangkan sebuah rencana integrasi praktek
75 menit
Rehat
15 menit
Kompetisi asesmen pembelajaran
30 menit
Evaluasi hari ketiga dan keseluruhan pelatihan
15 menit
Seremoni berakhirnya program dan sosialisasi
30 menit
Modul 6 Tujuan dan Objektif Tujuan Pelatihan
Mendorong para peserta untuk memikirkan berbagai sumber daya, hambatanhambatan dan strategi untuk berubah.
Memberikan peluang untuk mengembangkan rencana integrasi pembelajaran ke dalam praktek perorangan.
Objektif pembelajaran Peserta-peserta yang melengkapi Modul 6 akan mampu mengembangkan rencana integrasi pembelajaran ke dalam praktik perorangan.
197 Panduan Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
Halaman Sumber 6.1: Rencana Integrasi Praktek 1. Hal terpenting yang saya pelajari dari pelatihan ini, dan tidak ingin dilupakan, adalah: ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ 2. Perubahan yang akan saya buat pada pekerjaan saya berdasarkan pada apa yang telah saya pelajari adalah: ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ 3.Sesuatu hal yang dapat mengganggu rencana saya tersebut adalah (mis.antisipasi hambatan): ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ 4. 1.Cara yang dapat saya lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, termasuk: ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ 5. Orang-orang berikut ini (termasuk supervisor, mentor potensial, dan lain-lain) dan sumber-sumber (seperti pelatihan, membaca) dapat membantu saya dalam caracara berikut ini:
Orang atau Sumber
Cara-Cara yang Dapat Membantu Saya
198 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
LAMPIRAN A—DAFTAR ISTILAH Adiksi
Sebuah penyakit otak kronis dengan potensi kambuh tinggi (relapse), yang ditandai dengan keinginan kompulsif mencaridan menggunakan zat (narkoba), meskipun terdapat konsekuensi berbahaya; disebut juga sebagai ketergantungan psikologi.
bloo bl ood– d–bra brain in ba barri rrier er
Sebuah Sebu ah pe peng nghal halan ang g pr prot otek ektif tif yang yang ter terbu buat at da dari ri sekumpulan sel-sel yang bersatu dan saling menekan, yang membolehkan aliran masuk hanya beberapa jenis zat-zat kimiawi ke dalam otak
siste si stem m syar syaraf af pus pusat at
Merupak Merup akan an bag bagian ian da dari ri sist sistem em sya syara raff yang yang mem mempe peng ngar aruhi uhi otak dan spinal cord
penyak akit it kronis
Sebuah pe peny nya akit ya yang be berla lan ngsung lama da dan ti tidak da dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan
detoksifikasi
Proses penghilangan seluruh je jenis zat ps psikoaktif dari tubuh seseorang
penyakit
Adanya perubahan dari struktur atau fungsi normal dari bagian tubuh, organ, atau sistem yang dapat diidentifikasi dengan sekumpulan tanda atau gejala yang khas.
Agen et etiilo log gikal
Peny nye ebab (at (atau sal salah sat satu fak faktor pen penye yeb bab) dar dari sua suatu penyakit
sist si stem em kel elua uarrga
Intera Inte raks ksii dan dan hu hubu bung ngan an un unik ik da dari ri se seti tiap ap an angg ggo ota kel elua uarrga dari satu orang ke orang lainnya, yang mungkin merupakan hal yang paling kompleks dari sistem sosial yang manusia miliki.
separuh hid idup up
Jum umllah wa waktu yang di dibut utu uhkan un untuk men meng ghila lan ngkan separuh dosis asli dari satu jenis zat, dari dalam tubuh
lapse atau sl sliip
Sebuah pr prose sess si sing ngkkat, kadang ha hanya sa satu ka kali, kembali menggunakan zat (narkoba)
neuron
Sebuah sel syaraf di dalam otak yang berfungsi mengirimkan dan menerima pesan dari sel dan kepada sel lainnya
neur ne urot otra rans nsmi mitt tter er
Zat ki Zat kimi miaw awii yan yang g me meng ngir irim imka kan n pe pesa san n da dari ri sa satu tu ne neur uron on ke neuron lainnya di dalam otak
sistem syaraf peripheral
Mencakup seluruh syaraf yang menuju lengan anda, pergelangan kaki, telapak tangan dan telapak kaki; pada dasarnya seluruh sistem syaraf di luar sistem syaraf pusat
199 Panduan Peserta: Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
farmakologi
Sebuah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari efekefek dari zat-zat psikoaktif di dalam otak dan tubuh
ketergantungan fisiologi
Sebuah tingkatan dari adaptasi kepada sebuah penggunaan psikoaktif spesifik, yang ditandai dengan kegentingan dari sebuah sindrom putus zat ketika abstinensia, yang mungkin dapat pulih secara total atau sebagian saja. dengan menggunakan semakin banyak agi zat (narkoba)
zat psikoaktif
Zat ata atau oba obat-obatan yan yang mem mempengaruhi sis sistem syaraf pusat pada tubuh, yang mengubah perilaku atau penerimaan seseorang terhadap kejadian di sekitar mereka
relapse
Sebuah proses kembali menggunakan zat psikoaktif secara penuh, dengan cara yang sama seperti dilakukan sebelumnya (sebelum dia berhenti)
sirk rku uit ganj nja aran
Sebuah kelo kelom mpok ter terhu hub bung dar dari str struktu turr ota otak yan yang mengatur dan mengendalikan kemampuan seseorang dalam merasakan kesenangan
stigma sosial
Penolakan (k (ketidaksetujuan) so sosial ya yang ti tinggi da dari karakteristik atau kepercayaan seseorang, yang bertentangan dengan norma budaya16; stigma sosial sering mengarah pada hilangnya status seseorang, diskriminasi, dan pengecualian yang bermakna dari partisipasi di masyarakat
gangguan penyalahgunaan zat
Sebuah pengertian umum yang digunakan untuk menjelaskan rentang masalah yang berhubungan dengan penggunaan zat (termasuk obat-obatan terlarang dan penyalahgunaan pengobatan dengan resep), dari penyalahgunaan zat, hingga ketergantungan zat dan adiksi
sinapsis atau rongga sinaptik
Ruang antara neuron-neuron; jalan masuk neurotransmitters melalui ruang ini di dalam proses perpindahan dari neuron ne uron satu ke neiron lainnya
toleransi
Peningkatan efek yang dihasilkan setelah periode penggunaan zat psikoaktif dalam jumlah yang sama digunakan secara berulang, atau ketika bertambah banyaknya jumlah dosis yang dibutuhkan untuk mendapatkan efek pengalaman yang sama dari penggunaan zat psikoaktif di awal
sind si ndrrom putu putuss za zatt
Kumpul Kump ulan an ta tand nda a dan dan ge geja jala la ya yang ng me mela land nda a ket ketik ika a ses seseo eora rang ng menghentikan penggunaan zat psikoaktif di dalam kondisi ketergantungan fisik
1 Wikipedia. Retrieved October 24, 2010, from from http://en.wikipedia.org/wiki/Social_stigma
200 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
LAMPIRAN B—SUMBER REFERENSI Data Statistik Penggunaan Narkoba Global United Nations Office on Drugs and Crime. (2011). World drug report 2011. New York: York: United Nations. Retrieved June 29, 2011, from http://www.unodc.org/ http://www.unodc.org/ documents/data-and-analysis/WDR2011/ World_Drug_Report_2011 _ebook.pdf World Health Organization. (2010). Management of substance abuse: The global burden. Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.who. int/ substance_abuse/facts/global_burden/en/index.html World Health Organization. (2011). Management of substance abuse: Facts and figures. Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.who.int/ substance_abuse/facts/en/
Sains Adiksi Inaba, D., & Cohen, W. E. (2007). Uppers, downers, all arounders: Physical and mental effects of psychoactive drugs (6th ed.). Medford, OR: CNS Productions. U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010 revision). Drugs, brains, and behavior: The science of addiction. Bethesda, Bethe sda, MD: Author. Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.nida.nih.gov/scienceofaddiction/sciofaddiction.pdf U.S. National Institute on Drug Abuse, (n.d.). Science of Addiction: From molecules to managed care. Bethesda, MD: Author. Retrieved December 10, 2010, from http:// www.nida.nih.gov/pubs/teaching/Teaching6/T www .nida.nih.gov/pubs/teaching/Teaching6/Teaching.html eaching.html World Health Organization. (2004). Neuroscience of psychoactive substance use and dependence. Geneva: Author Author.. Retrieved December 10, 2010, from f rom http://www.who. int/substance_abuse/publications/en/Neuroscience.pdf
Golongan Narkoba / Fakta tentang Narkoba Australian Drug Foundation Drug Info Clearinghouse http://www.druginfo.adf.org. au/drug-facts/drug-facts United Nations Office on Drugs and Crime. (2010). Types of drugs. New York: Author. Author. Retrieved December 10, 2010, from http://www.unodc.org/drugs/en/get-the-facts/ types-of-drugs.html U.S. National Institute on Drug Abuse, (n.d.). Drugs of abuse information. Bethesda, MD: Author. Author. Retrieved December De cember 10, 2010, from http://www.drugabuse.gov/ drugpages/ U.S. University of Maryland Center for Substance Substan ce Abuse Research http://www.cesar. http://www.cesar. umd.edu/cesar/drug_info.asp
201 Panduan Peserta: Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik
World Health Organization. (2010). Management of substance abuse: Other psychoactive substances. Geneva: Author. Retrieved December 10, 2010, from http:// www.who. int/substance_abuse/facts/psychoactives/en/index.htmI
Wanita U.S. Center for Substance Abuse Treatment. Treatment. (2009). Substance abuse treatment: Addressing the specific needs of women. Treatment Improvement Protocol Series 51. HHS Publication No. (SMA) 09-4426. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Services Administration. Retrieved April 26, 2011, from http://www.ncbi.nlm. nih.gov/books/NBK26013/
Keluarga U.S. Center for Substance Abuse Treatment. Treatment. (2001). Substance abuse treatment and family therapy ther apy.. Treatment Treatment Improvement Protocol Series 39. HHS Publication No. (SMA) 04-3957. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Services Administration. Retrieved April 26, 2011, from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/ NBK14505/
202 Fisiologi dan Farmakologi untuk Profesional Adiksl
LAMPIRAN C—UCAPAN TERIMA KASIH KHUSUS Ucapan terima kasih secara khusus kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam proyek awal dari kurikulum ini dan menciptakan studi kasus klien untuk serial kurikulum. Masukan dari mereka semua sangat berharga.
Clemente (Junjun) A. Abella, Jr. Counseling Psychologist Serenity at the Quarry Philippines
Susmita Banerjee Trainer The Colombo Plan ACCE Sri Lanka
Muhammad Ayub Director Dost Welfare Foundation Pakistan
Ma. Elena (Malyn) Cristobal Family Therapist, Private Practice Living Free Foundation Philippines
Dato’ Zainuddin A. Bahari Consulting Trainer Malaysia
Aditi Ghanerar Counselor and Training Coordinator TTK Hospital India
Tapasi Bandyopahyay Consulting Trainer India
Mohammed Sharif Abdul Hamid Clinical Supervisor Kasih Mulia Foundation Indonesia
Tay Bian How Director The Colombo Plan ACCE Sri Lanka
Ibrahim Salim Trainer The Colombo Plan ACCE Sri Lanka
Prof. Sun Min Kim Research Professor Seoul National University South Korea
Dr. Shanthi Ranganathan Hon. Secretary TTK Hospital India
Winona A. Pandan Guidance Counselor LaSalle College – Victorias Philippines Dr. V. Thirumagal Consultant TTK Hospital India
203 Panduan Peserta: Modul 6 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktik