Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Profesionalisme Kedokteran
PANDUAN PANDUAN MAHASISW MAHASIS WA
Devil ’s “ Devil’
advocate advoca te
sebagai media ajar Bioetika”
DIBERIKAN PADA PADA MAHASISWA SEMESTER II AKU!T AKU!TAS KED"KTERA KED"K TERAN N UNHAS
DISUSUN "!EH #
dr$ Nasr%di&$ A$M' S(")
B!"K BI"ETIKA' HUMANI"RA DAN PR"ESI"NA!ISME KED"KTERAN AKU!TAS KED"KTERAN UNI*ERSITAS UNI*ERSITAS MUS!IM IND"NESIA MAKASSAR +,-. PEN)ANTAR 1
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran
Etika kedokteran merupakan bagian penting dari profesionalisme yang perlu dikuasai oleh dokter. Pendidikan etika kedokteran seharusnya sudah didapatkan pada masa pendidikan di fakultas kedokteran. Pada kenyataannya, etika kedokteran baru mendapatkan porsi pendidikan kedokteran setelah keluarnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang mendasarkan pendidikan kedokteran pada standar kompetensi yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 200. !alam standar kompetensi tersebut, Etika Kedokteran men"adi satu dari tu"uh area kompetensi yang #a"ib dimiliki oleh seorang dokter. sehingga materi Bioetika, $umaniora, dan Profesionalisme Kedokteran diharapkan mampu men"a#ab tantangan untuk meningkatkan profesionalisme lulusan pendidikan dokter di Indonesia. Ketiadaan pendidikan etika kedokteran yang memadai di masa lalu tidak berarti bah#a dokter Indonesia tidak beretika. Pun tidak adanya tuntutan terhadap seorang dokter memastikan bah#a ia adalah dokter yang beretika. Pembela"aran tentang Etika, $umaniora, dan Profesionalisme Kedokteran untuk mahasis#a kedokteran dalam masalah yang prularistik seperti di Indonesia merupakan tugas yang mendesak. Pembela"aran tentang etika kedokteran, humaniora, dan Profesionalsme dapat membantu sis#a men%apai kematangan se%ara indi&idual, meningkatkan ke#aspadaan etika, mampu bersikap dalam #ilayah moral, yang nantinya akan menghasilkan dokter yang humanis dan profesional dalam pelayanan kesehatan. !alam kegiatan Devil’s Advocate sebagai media a"ar Bioetika ini, dititikberatkan pada skenario yang mengandung dilema etik dan moral dalam praktek pelayanan kesehatan sehari'hari. !iberikan beberapa skenario dan selan"utnya akan dibahas oleh para mahasis#a berdasarkan konsep Devil’s Advocate (pro dan kontra) dan analisa berdasarkan Kaidah !asar Bioetik, prinsip Etika Klinik menurut onsen *'+iegler, dan prinsip dasar Etika Islam. Pembahasan berhubungan dengan akti&itas Devil’s Advocate yang dilakukan oleh para mahasis#a. !isamping diskusi, para mahasis#a "uga mengasah keterampilan sesuai dengan tu"uan yaitu melatih keterampilan kedokteran dan sebagai perkenalan terhadap berbagai permasalahan yang akan ditemukan para sis#a nantinya, khususnya dalam men"alin keper%ayaan, komunikasi, dan hubungan yang baik antara pasien dan dokter serta terampil dalam melakukan dan menerapkan Prinsip Kaidah !asar Bioetik terhadap masalah dan keputusan etik klinik serta masalah humaniora kesehatan, sebagai persiapan untuk ter"un ke masyarakat dan bertanggung "a#ab sebagai seorang dokter yang profesional. Blok Bioetik, $umaniora, dan Profesionalisme Kedokteran ini disa"ikan pada mahasis#a semester II -akultas kedokteran ni&ersitas $asanuddin dengan "umlah beban / +K+ dan "ad#al kegiatan perkuliahan selama semester Kami berterimakasih pada semua orang, bagian terkait dan segala pihak yang telah membantu menyelesaikan modul ini. +aran dan kritik yang membangun untuk meningkatkan isi modul ini sangat kami harapkan. 1akassar, anuari 20 Penyusun
PENDAHU!UAN 2
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran
A$ PETUN/UK TEKNIS DEVIL’S ADVOCATE
Pada Devil’s Advocate sebagai media a"ar Bioetika, terdapat 2 skenario yang akan dibahas oleh para mahasis#a dalam 30 menit. +etiap skenario akan diselesaikan dalam pleno Devil’s Advocate dengan durasi #aktu 40 menit. 1ahasis#a dibagi dalam / kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 0'/0 sis#a yang dipandu oleh 2' instruktur sebagai fasilitator. +atu kelas dibagi 2 kelompok besar (Kelompok Pro dan Kontra) Pada diskusi Devil’s Advocate dipilih seorang ketua dan sekretaris se%ara bergantian sebagai panitia. Pa&itia Devil’s Advocate #
Konfirmasi kesediaan fasilitator
Koordinasi sarana dan prasarana kegiatan kepada koordinator Blok
!istribusi lembar "a#aban mahasis#a ke tiap mahasis#a (termasuk panitia)
5otulensi kegiatan tiap kelompok
6leh Karena itu, semua aturan dan tugas harus dilaksanakan dengan baik untuk men%apai tu"an pembela"aran. +ebelum diskusi dimulai, seorang instrukturfasilitator akan membuka diskusi Devil’s Advocate dengan memperkenalkan dirinya dan instruktur lain kepada para anggota kelompok dan perkenalan antara satu kelompok (pro) dengan kelompok lainnya (kontra), dilan"utkan dengan memimpin doa bersama sebelum diskusi Devil’s Advocate dimulai. +etelah itu instrukturfasilitator men"elaskan aturan dan tu"uan pembela"aran. I&str%kt%r 0 asi1itator Devil’s Advocate #
'
1empunyai pengetahuan yang baik mengenai isu klinis yang akan di"adikan topik
'
1empunyai kemampuan memfasilitasi debat terbuka
'
1ampu bersikap netral, tidak diperkenankan untuk memberikan pendapat pribadi selama menfasilitasi kegiatan.
'
1emberikan penilaian kepanitiaan berdasarkan prasarana, ketepatan #aktu, dan kelan%aran a%ara
'
1emberikan penilaian terhadap kemampuan diskusi mahasis#a (indi&idual) berdasarkan kesesuaian dengan peran kelompok dan kesesuaian dengan tu"uan pembela"aran
'
1emberikan kesimpulan hasil kegiatan diakhir kegiatan.
ketersediaan
sarana
T%j%a& Pembe1ajara& Devil’s Advocate # 3
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran
1engetahui dan men"elaskan mengenai perbedaan pendapat antara aliran pro-life dengan pro-choose (Kelompok Pro &s Kontra).
1enuangkan pendapat dalam bentuk tertulis
1elakukan silang pendapat mengenai perbedaan pendapat antara aliran pro-life dengan pro-choose (Kelompok Pro &s Kontra).
1emahami dan mampu mengambil sikap bi"aksana sesuai dengan pengetahuan, nilai'nilai yang dianut, etika dan hukum kesehatan yang berlaku dan pendapat pribadi
Te2&ik Pe1aksa&aa& Devil’s Advocate #
. Persiapan sebelum pelaksanaan 7 Ke#a"iban koordinator Blok7 Briefing mahasis#a 7 +kenario dan teknnis pelaksanaan
o
kegiatan. Briefing fasilitator yang ditun"uk 7 +kenario dan analisis
o
serta teknis pelaksanaan kegiatan. 1embagi kelompok mahasis#a (pro dan kontra) dan
o
menentukan panitia untuk kedua kelompok. 2. +aat pelaksanaan
1ahasis#a 7 diberikan kasus isu etika klinis 7 aborsi atau Euthanasia lokasi #aktu 0 menit 7 menulis pendapat di lembar "a#aban mahasis#a
Panitia (Time keeper ) 7 memberitahukan fasilitator bah#a #aktu 0 menit selesai, mengumpulkan lembar "a#aban mahasis#a, dan menyerahkannya lembar "a#ab mahasis#a kepada fasilitator
-asilitator 7 memfasilitasi "alannya diskusi antar kedua kelompok (pro dan kontra) dengan alokasi #aktu 80'40 menit. memberikan kesimpulan dari kegiatan (tidak diperkenankan memasukkan pendapat pribadi)
B$
5otulen kegiatan memberikan lembar notulensi kepada fasilitator
TOPIC TREE
4
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran
3$ SKENARI" Kas%s I$ Kisa2 Terri S42ia5o
9erri +%hia&o (usia / tahun) meninggal dunia di negara bagian -lorida, hari setelah 1ahkamah gung merika memberi i:in men%abut alat bantu nafas (&entilator) dan pipa makanan (feeding tube) yang selama ini memungkinkan pasien dalam koma ini masih dapat hidup. Komanya mulai pada tahun 440 saat 9erri "atuh di rumahnya dan ditemukan oleh suaminya, 1i%hael +%hia&o, dalam keadaan gagal "antung. +etelah ambulans tim medis langsung dipanggil, 9erri dapat diresusitasi lagi, tetapi karena %ukup lama ia tidak bernapas, ia mengalami kerusakan otak yang berat, akibat kekurangan oksigen. 1enurut kalangan medis, gagal "antung itu disebabkan oleh ketidakseimbangan unsur potasium dalam tubuhnya. 6leh karena itu, dokternya kemudian dituduh malpraktek dan harus membayar ganti rugi %ukup besar karena dinilai lalai dalam tidak menemukan kondisi yang membahayakan ini pada pasiennya. +etelah 9erri +%hia&o selama 3 tahun berada dalam keadaan koma, maka pada bulan 1ei 443 suaminya yang bernama 1i%hael +%hia&o menga"ukan permohonan ke pengadilan agar pipa alat bantu pernapasan dan makanan pada istrinya bisa di%abut agar istrinya dapat meninggal dengan tenang, namun orang tua 9erri +%hia&o yaitu 5
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran
*obert dan 1ary +%hindler menyatakan keberatan dan menempuh langkah hukum guna menentang niat menantu mereka tersebut. !ua kali pipa tersebut 9erri dilepaskan dengan i:in pengadilan, tetapi sesudah beberapa hari harus dipasang kembali atas perintah hakim yang lebih tinggi. Ketika akhirnya hakim memutuskan bah#a pipa bantuan pernapasan dan makanan boleh dilepaskan, maka para pendukung keluarga +%hindler melakukan upaya'upaya guna menggerakkan +enat merika +erikat agar membuat undang'undang yang memerintahkan pengadilan federal untuk menin"au kembali keputusan hakim tersebut. ndang'undang ini langsung didukung oleh !e#an Per#akilan merika +erikat dan ditandatangani oleh Presiden ;eorge
Kas%s II$ Kembar Siam
Kembar perempuan lahir di 1an%hester pada 3 gustus 2003. 5ama yang sebenarnya tidak diumumkan, tetapi oleh pengadilan Inggris untuk mudahnya diberi nama 1ary dan odie. !ari segi medis, kondisi mereka sangat berat. 9ulang pinggul mereka menempel dan tulang punggung beserta seluruh bagian ba#ah tubuh menyambung. Kaki'kaki ada pada tempatnya dalam posisi silang menyilang. Keadaan itu tampak pada gambar yang dikeluarkan oleh *+ +t. 1ary=s. antung dan paru'paru 1ary tidak berfungsi, lagi pula otaknya tidak berkembang penuh. odie tampak dalam keadaan fisik yang normal, tetapi "antung dan paru'parunya mendapat beban berat, karena harus menyediakan darah beroksigen "uga untuk saudaranya. 1enurut para dokter keadaan ini hanya bisa berlangsung tiga sampai enam bulan. Kalau keadaan ini dibiarkan lebih lama, dua'duanya akan meninggal dunia. !engan demikian kasus kembar siam ini menimbulkan suatu dilema yang amat memilukan. 6rang tua, staf medis, dan semua pihak yang terlibat dalam kasus ini menghadapi suatu pilihan yang sangat sulit. ika 1ary dan odie tidak dipisahkan, mereka dua'duanya akan meninggal. ika mereka dipisahkan melalui operasi, 1ary pasti akan mati, karena ia tidak bisa bernafas sendiri, sedangkan odie mempunyai peluang baik untuk hidup dengan agak normal, #alaupun dalam keadaan %a%at dan harus men"alani banyak operasi lagi untuk sedikit demi sedikit membetulkan kondisi fisiknya. 6rang tua kedua bayi perempuan ini adalah pemeluk agama yang saleh. 1ereka berpendapat, 1ary dan odie sebaiknya tidak dipisahkan, karena %inta mereka untuk kedua anak ini sama besarnya. 1ereka tidak bisa menerima "ika yang 6
Bioetika, Humaniora & Profesionalisme Kedokteran
paling lemah harus dikorbankan kepada yang paling kuat. Karena itu mereka memilih menyerahkan seluruh masalah ini kepada kehendak 9uhan. ika kedua bayi ini nanti meninggal mereka bersedia menerimanya sebagai ren%ana 9uhan. +taf medis di *+ 1ary=s tidak setu"u. +esuai dengan naluri kedokteran yang umum, mereka beranggapan bah#a kehidupan yang mungkin tertolong, harus ditolong "uga.
7