BAB I
LANDASAN TEORI
1.1. Pandangan Benda [1]
Gambar lukisan atau foto menunjukkan suatu benda sebagaimana benda
itu tampak pada pengamatnya, tetapi tidak sebagaimana adanya. Gambar yang
demikian tidak dapat menguraikan benda tersebut sepenuhnya, tidak dari arah
mana pun benda tersebut dipandang, karena gambar tersebut tidak menunjukkan
bentuk dan ukuran yang tepat pada beberapa bagiannya.
Di bidang industri, uraian lengkap dan jelas tentang bentuk dan
ukuran benda yang akan dibuat setepat yang dimaksudkan oleh pendesainnya.
Untuk memberikan informasi ini, diberikan sejumlah pandangan yag secara
sistematis disusun. Sistem pandangan ini disebut proyeksi pandangan
majemuk. Setiap pandangan memberikan informasi yang jelas jika pandangan
tersebut dari arah yang tegak lurus dengan muka atau sisi utama bendanya.
Ketiga ukuran utama suatu benda ialah lebar, tinggi, dan kedalaman.
Pada gambar teknik, istilah tetap ini digunakan untuk ukuran-ukuran yang
diambil dari arah ini, tanpa memandang bentuk bendanya. Istilah "panjang"
dan "tebal" tidak digunakan karena kedua istilah ini tidak dapat digunakan
untuk semu hal.
Sumber: Anonim, Proyeksi, diakses dari http://body-otomotif.blogspot
Gambar 1.1. Proyeksi Benda
1. Memutar Benda
Pandangan juga dapat diperoleh dengan memutar bendanya. Pertama,
pertahankan bendanya pada kedudukan pandangan depan. Untuk memperoleh
pandangan atas, putar bendanya untuk membuat bagian atas benda di atas dan
mengarah ke penglihat. Untuk memperoleh pandangan samping kanan, putar
bendanya untuk membuat sisi kanan ke arah penglihat. Untuk memperoleh
pandangan dari sisi lainnya, penglihat hanya perlu memutar benda untuk
membuat sisi dimaksud menghadap ke arah penglihat. Pandangan atas, depan,
sisi kanan, yang disusun berdekatan disebut dengan tiga pandangan biasa
karena ketiganya merupakan pandangan yang paling sering digunakan.
Sumber : Teknik Body Otomatif , Proyeksi, diakses dari http://body-
otomotif.blogspot
Gambar 1.2. Tiga Pandangan Biasa
Pada pandangan ini, yang dapat diperhatikan hanyalah sebagai
penampakan saja. Pandangan haruslah diberi jarak yang bagus, tetapi masih
masih cukup dekat agar satu sama lain tampak berkaitan. Jarak antara
pandangan depan dan atas dapat saja sama atau tidak sama dengan jarak
pandangan depan dan samping. [2] Keunggulan penting dari suatu pandangan
dibandingkan dengan foto benda adalah bahwa bagan (features) yang
tersembunyi atau tidak tampak dapat secara jelas ditunjukkan dengan bantuan
garis tak tampak.
2. Pandangan Keenam
Sembarang benda dapat dipandang dari enam arah yang saling tegak
lurus seperti pada gambar.
Sumber: Anonim, Pandangan Pokok, diakses dari http://dc118.4shared.com
Gambar 1.3. Keenam Pandangan
Pandangan atas, depan dan bawah disebariskan mendatar. Menggambar
gambar suatu pandangan di luar tempatnya umumnya dianggap sebagai salah
satu kesalahan yang terparah di dalam gambar.
3. Gambar Dua Pandangan
Sering terjadi hanya dua pandangan yang dibutuhkan untuk menguraikan
dengan jelas bentuk suatu benda. [3]Jika suatu benda hanya membutuhkan dua
pandangan dan pandangan samping kiri dan samping kanan sering sama
uraiannya, maka pandangan samping kananlah yang lazim dipilih. Jika hanya
dua pandangan yang dibutuhkan dan pandangan atas dan bawah sama uraiannya,
maka pandaangan ataslah yang lazim dipilih. Jika hanya dua pandangan yang
diperlukan dan pandangan atas dan pandangan samping kanan sama uraiannya,
pilihan gabungan ialah pandangan yang tempatnya paling sesuai dengan kertas
gambar.
1.1.4. Gambar Satu Pandangan
Pandangan tunggal yang dilengkapi dengan catatan atau lambing
berhuruf sudah cukup untuk menguraikan secara jelas bentuk suatu benda yang
relative sederhana. Misalnya, suatu pandangan pelat selip (shim)
ditambahkan catatan untuk memperlihatkan tebalnya saja sudah ukup. Hampir
seluruh poros, but, sekrup, dan bagian-bagian mesin yang serupa harus
disajikan oleh pandangan tunggal secara ini.
5. Garis-Garis Tak Tampak [4]
Umumya, garis tak tampak harus bersambung dengan garis tampak
kecuali jika penyambungan itu membuat garis tampak diperpanjang terlalu
jauh. Dengan kata lain, biarkan ada celah manakala garis tak tampak
merupakan lanjutan dari garis tampak. Garis-garis tak tampak harus
berpotongan membentuk sudut L dan T. Garis-garis tak tampak yang sejajar
harus digambar sedemikian rupa sehingga goresannya berselang-seling.
Apabila dua atau tiga garis tak tampak bertemu pada satu titik, goresannya
harus bertemu.
[5]Garis-garis tak tampak yang digambar secara salah dapat dengan
mudah merusak gambar. Goresan haruslah kira-kira 5 mm panjangnya dan
berjarak 1 mm yang ditaksir dengan menggunakan mata. Perjelas awal dan
ujung goresan dengan menekan pensil, tanpa memandang apakah gambar dibuat
tangan atau secara mekanis.
6. Garis Sumbu
Garis sumbu digunakan untuk menandai sumbu-sumbu atau fitur-fitur
benda simetrik, lingkaran baut dan lintasan gerak. Garis sumbu tunggal
dilukis pada pandangan memanjang dan garis sumbu melintang dalam pandangan
lingkaran. Goresan harus memanjang secara seragam kira-kira 8 mm di luar
bagan untuk siapa garis sumbu ini dilukis.
Panjang goresan dari garis sumbu beragam dari 20 hingga 40 mm atau
lebih tergantung pada ukuran gambarnya. Goresan pendek haruslah kira-kira 5
mm panjangnya, dengan jarak kira-kira 2 mm. Garis sumbu harus diawali dan
diakhiri dengan coretan panjang. Garis sumbu yang pendek , khususnya untuk
lubang yang kecil, dapat dibuat garis menerus.
1. Proyeksi Benda [6]
Untuk menyatakan wujud suatu benda dalam bentuk gambar diperlukan
suatu cara yang disebut proyeksi. Gambar proyeksi adalah gambar dari suatu
benda nyata atau khayalan, dilukiskan menurut garis-garis pandangan
pengamat pada suatu bidang datar (bidang gambar).
[7]Bidang-bidang proyeksi yang paling banyak dipergunakan adalah
bidang horizontal dan bidang vertikal. Bidang-bidang utama ini membagi
seluruh ruang dalam empat kuadran. Bagian ruang di atas bidang horizontal
dan di depan bidang vertikal disebut kuadran pertama. Bagian ruang di atas
bidang horizontal dan di belakang bidang vertikal disebut kuadran kedua.
Kuadran ketiga adalah bagian ruang di bawah bidang horizontal dan di depan
bidang vertikal dan kuadran keempat adalah bagian ruang di bawah bidang
horizontal dan di belakang bidang vertikal.
[8]Ada beberapa macam cara menggambar proyeksi. Cara-cara tersebut
di sini akan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
1.2.1. Proyeksi Piktorial ( Proyeksi Pandangan Tunggal ) [9]
Proyeksi piktorial (pictorial drawing) adalah suatu cara menampilkan
gambar benda yang mendekati bentuk dan ukuran sebenarnya secara tiga
dimensi, dengan pandangan tunggal. Dulu dikenal dengan istilah gambar bagan
atau gambar satu pandangan.
Gambar piktorial sering disebut juga gambar ilustrasi teknik, karena
sering digunakan sebagai gambar ilustrasi pada buku-buku keteknikan atau
pada katalog dari produk industri mesin dan sebagainya. Tetapi perlu
dibedakan, bahwa tidak setiap gambar ilustrasi teknik merupakan gambar
pictorial. Gambar pictorial menampilkan wujud benda hanya dengan goresan
garis-garis, sedangkan gambar ilustrasi teknik meliputi aneka ragam gambar,
baik gambar hasil seni grafis ataupun fotografis. Cara proyeksi yang
termasuk ke dalam kelompok proyeksi piktorial terdiri atas proyeksi
aksonometri, proyeksi miring, dan proyeksi perspektif.
1.2.1.1. Proyeksi Aksonometri
Pada bidang proyeksi hanya tergambar sebuah bidang saja. Cara
proyeksi seperti ini disebut sebagai proyeksi ortogonal. Apabila bidang-
bidang atau tepi-tepi benda dimiringkan terhadap bidang proyeksi, maka tiga
muka dari benda tersebut akan terlihat serentak dan memberikan gambaran
bentuk benda seperti sebenarnya. Cara demikian disebut proyeksi
aksonometri.
[10]Aksonometri adalah sebuh sebutan umum untuk pandangan yang
dihasilkan oleh garis-garis proyeksi suatu benda. Dalam penggambaran ini
garis-garis pemroyeksi ditarik tegak lurus terhadap bidang proyeksi.
Aksonometri merupakan salah satu modifikasi penggambaran satu bentuk yang
berskala. Gambar aksonometri berguna untuk dapat lebih menjelaskan bentuk
suatu bangunan, baik itu bentuk bangunan seutuhnya, potongan bangunan yang
memperlihatkan struktur atau interiornya, detail bagian bangunan atau
sampai menunjukkan skema utilitas suatu bangunan.
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.4. Proyeksi Aksonometri
Proyeksi aksonometri adalah proyeksi miring di mana tiga muka
(dimensi) dari benda akan terlihat dengan bentuk dan ukuran yang sebanding
benda aslinya. Proyeksi ini disebut juga proyeksi sejajar karena garis-
garis objek yang sejajar tetap sejajar. Proyeksi ini dapat juga disebut
sebagai proyeksi dengan titik hilang tak terhingga.
Proyeksi aksonometri ini dibagi lagi menjadi tiga cara, yaitu
isometri, dimetri, dan trimetri. Ketiga cara ini dibedakan atas dasar
besarnya sudut antara sumbu-sumbu (x,y dan z) dan panjang garis pada sumbu-
sumbu tersebut.
Tabel 1.1. Pembagian Perbedaan Proyeksi Aksonometri
"Cara " Sudut Proyeksi "
"Proyeksi "Skala Perpendekan "
" " (α) o (β) "
" "Sumbu-x Sumbu-y Sumbu-z "
" " "
"Proyeksi Isometri 30 30 "
"1 1 1 "
" " 35 35 "
"Proyeksi "1 1 15 "
"Dimetri "15 1 "
" "7 42 1 "
"Proyeksi "1 "
"Trimetri "20 30 "
" "1 "
" "10 20 "
" "1 "
Sumber: Ohan Juhana, 2000, Menggambar Teknik Mesin
1.2.1.1.1. Proyeksi Isometri [11]
Proyeksi isometri, yaitu proyeksi di mana bidang diagonal dari
bendanya (berupa kubus) diletakkan tegak lurus dengan bidang proyeksi dan
bidang yang horizontal dinaikkan hingga membentuk sudut 35° 16'. Akan
didapat suatu gambar proyeksi yang dimetris dan sebangun dengan bendanya.
Proyeksi Isometri yang berarti satu ukuran merupakan suatu bentuk proyeksi
Aksonometri yang didatarkan sehingga sudut siku-siku pada gambar akan
digambarkan menjadi 120o atau 60o. Ukuran panjang, lebar dan tingginya
tetap konstan dengan perbandingan 1:1:1
[12]Untuk mengetahui apakah suatu gambar diproyeksikan dengan cara
isometri atau untuk memproyeksikan gambar tiga dimensi pada bidang dengan
proyeksi isometri, maka perlu diketahui ciri-ciri dan syarat-syarat untuk
menampilkan suatau gambar dengan proyeksi isometri. Adapun ciri dan syarat
proyeksi tersebut sebagai berikut :
1. Ciri pada sumbu.
a. Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis mendatar.
b. Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120°.
2. Ciri pada ukurannya.
Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang benda yang
digambarnya.
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.5. Proyeksi Isometri
Penyajian gambar dengan proyeksi isometri dapat dilakukan dengan
beberapa posisi (kedudukan), yaitu posisi normal, terbalik, dan horizontal
1. Proyeksi isometri dengan posisi normal.
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari
http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
Gambar 1.6. Sudut Proyeksi Isometri Dengan Posisi Normal
titik referensi
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari
http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
Gambar 1.7. Proyeksi Isometri Dengan Posisi Normal
2. Proyeksi isometri dengan posisi terbalik
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari
http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
Gambar 1.8. Sudut Proyeksi Isometri Dengan Posisi Terbalik
titik referensi
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari
http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
Gambar 1.9. Proyeksi Isometri Dengan Posisi Terbalik
3. Proyeksi isometri dengan posisi horizontal
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari
http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
Gambar 1.10. Sudut Proyeksi Isometri Dengan Posisi Horizontal
titik referensi
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari
http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
Gambar 1.11. Proyeksi Isometri Dengan Posisi Horizontal
1.2.1.1.2. Proyeksi Dimetri
Pada proyeksi dimetri terdapat beberapa ciri dan ketentuan yang
perlu diketahui, ciri dan ketentuan tersebut antara lain :
1. Ciri pada sumbu.
Pada sumbu x mempunyai sudut 10°, sedangkan pada sumbu y mempunyai sudut
40°.
2. Ketentuan ukuran.
Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan skala pada sumbu y =
1 : 2, sedangkan pada sumbu z = 1 : 1.
Sumber: Agusni , Proyeksi 2, diakses dari
http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/
Gambar 1.12. Sudut Proyeksi Dimetri
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.13. Proyeksi Dimetri
1.2.1.1.3. Proyeksi Trimetri
Proyeksi trimetri adalah proyeksi dengan skala pendekatan tiga sisi
dan tiga sudut tidak sama. Aturan yang mendasar untuk proyeksi trimetri
adalah terdapat skala pemendekan yang boleh sama / tidak sama terhadap
ketiga sumbu atau dua sudut. Jadi untuk proyeksi Isometri bisa dikatakan
proyeksi dimetri karena telah memenuhi syarat terdapat skala pemendekan
yang sama untuk dua sumbu dan dua sudut proyeksi yang sama, dan juga bisa
dikatakan Proyeksi Trimetri.
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.14. Proyeksi Trimetri
1.2.1.2. Proyeksi Miring [13]
Proyeksi miring adalah semacam proyeksi sejajar, tetapi dengan garis-
garis proyeksinya miring terhadap bidang proyeksi. Gambar yang dihasilkan
dengan cara ini disebut gambar proyeksi miring. Pada gambar proyeksi miring
adalah gabungan dari gambar ortogonal dan gambar isometri, gambar ini
caranya dengan menggambar lebih dahulu tampak depan dengan ukuran
sebenarnya. Setelah itu garisgaris proyeksi dibuat miring membentuk sudut
terhadap bidang proyeksi. Peletakan benda dapat dibuat sesukanya, tetapi
biasanya yang memberikan keterangan paling banyak dibuat sejajar dengan
bidang proyeksi vertikal (tampak depan). Dengan demikian satu sisi dibuat
dengan ukuran sebenarnya seperti gambar ortogonal.
Sudut yang menggambarkan kedalaman biasanya 300, 450 dan 600 terhadap
sumbu horisontal. Sudut-sudut ini dipakai karena sudah banyak garisan
segitiga yang mempunyai sudut ini. Skala pemendekan ditentukan yaitu 1/3, ½
dan ¾ tergantung dari sudut yang dipergunakan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
[14]Jika garis-garis proyeksi tidak tegak lurus bidang proyeksi,
tetapi membentuk sudut sembarang (miring), maka cara proyeksi seperti ini
disebut proyeksi miring dan gambarnya disebut gambar miring (oblique).
Panjang kedalaman benda dapat ditentukan sembarang. Jika panjang
kedalaman sama dengan panjang sebenarnya disebut proyeksi miring cavalier,
sedangkan untuk panjang kedalaman yang diperpendek disebut proyeksi miring
kabinet. Proyeksi miring kabinet dengan sudut kedalaman 45o dan skala
pemendekan adalah yang paling sering digunakan , karena dapat memberikan
kesan visual uang lebih baik dibandingkan proyeksi miring lainnya.
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.15. Proyeksi Miring
1.2.1.3. Proyeksi Perspektif [15]
Pada proyeksi perspektif garis-garis pandangan (garis proyeksi)
dipusatkan pada satu titik. Titik tersebut dianggap sebagai mata
penggambar. Bayangan yang terbentuk pada bidang proyeksi disebut gambar
perspektif. Gambar perspektif merupakan gambar pictorial yang terbaik kesan
visualnya, tetapi cara penggambarannya sangat sulit dan rumit, apalagi
untuk menggambar bagian-bagian yang rumit dan kecil. Oleh karenanya, cara
ini jarang sekali digunakan dalam gambar teknik mesin. Ada tiga cara
proyeksi yang paling sering digunakan dalam gambar teknik mesin, yaitu
proyeksi isometrik, proyeksi dimetri, dan proyeksi miring kabinet. Dalam
gambar teknik, gambar perspektif jarang dipakai. Gambar perspektif dibagi
menjadi tiga macam, yaitu :
1. Perspektif Dengan Satu Titik Hilang.
TH (Titik
Hilang)
Sumber: Anonim, Penyajian Benda 3 Dimensi, diakes dari blog.ub.ac.id
Gambar 1.16. Perspektif Sejajar 1 Titik
2. Perspektif Dengan Dua Titik Hilang.
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.17. Perspektif Sejajar 2 Titik
3. Perspektif dengan tiga titik hilang.
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, PT.
Pradnya Paramitha Jakarta, hlm. 62
Gambar 1.18. Perspektif Sejajar 3 Titik
1.2.2. Proyeksi Ortogonal [16]
Kalau proyeksi piktoral menampilkan benda secara tiga dimensi dengan
pandangan tunggal, maka dalam proyeksi ortogonal benda ditampilkan secara
dua dimensi dengan beberapa pandangan.Oleh karena itu, proyeksi ortogonal
sering disebut juga proyeksi pandangan jamak (multiview projection). Pada
proyeksi ortogonal garis-garis proyeksinya sejajar satu sama lain dan tegak
lurus terhadap bidang proyeksi.
Gambar proyeksi ortogonal dapat memberikan informasi yang lengkap
dan tepat mengenai bentuk dan ukuran suatu benda, karena cara ini dapat
menampilkan gambar hasil pandangan dari beberapa arah depan, belakang,
atas, bawah, kiri, dan kanan.
1.2.2.1. Proyeksi Ortogonal Pada Gambar Kerja [17]
Proyeksi ortogonal untuk gambar kerja, menggunakan bidang horizontal
dan bidang vertikal sebagai bidang-bidang proyeksi. Bidang-bidang ini
membagi ruang menjadi empat sudut ruang atau kuadran.
Jika benda yang akan digambar diletakkan di kuadran I dan
diproyeksikan pada bidang-bidangnya, maka cara proyeksi ini disebut cara
proyeksi kuadran I atau sering disebut cara proyeksi Eropa. Jika bendanya
diletakkan di kuadran III, maka cara proyeksi ini disebut cara proyeksi
kuadran III atau sering disebut cara proyeksi Amerika.
Sumber: Takeshi Sato, 2003, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Jakarta
Gambar 1.19. Proyeksi Ortogonal
1.2.2.1.1. Proyeksi Eropa (Proyeksi Kuadran I)
Benda yang diletakkan di kuadran I diproyeksikan pada bidang-bidang
belakang menurut pandangan A, B, dan C. Pandangan A diproyeksikan pada
bidang-bidang belakang, maka menghasilkan pandangan depan. Pandangan B
diproyeksikan pada bidang bawah, menghasilkan pandangan atas. Pandangan C
diproyeksikan pada bidang samping kiri menghasilkan pandangan samping
kanan. Bila bidang-bidang proyeksi tersebut dibuka, maka akan diperoleh
gambar hasil proyeksi.
1.2.2.1.2. Proyeksi Amerika (Proyeksi Kuadran III)
Menurut cara ini, benda yang akan digambar seolah-olah diletakkan
dalam peti yang sisi-sisinya tembus pandang sebagai bidang proyeksi. Pada
tiap-tiap bidang proyeksi akan tampak gambar pandangan dari benda menurut
arah pandangan yang ditunjukkan oleh arah panah. Pandangan A diproyeksikan
pada bidang depan, manghasilkan pandangan depan. Pandangan B diproyeksikan
pada bidang atas, menghasilkan pandangan atas. Pandangan C diproyeksikan
pada bidang samping kiri, manghasilkan samping kiri.
1.2.2.2. Dasar-Dasar Menggambar Proyeksi Ortogonal
Suatu bangun benda terbentuk dari bidang-bidang, bidang terbentuk
dari garis-garis dan garis terbentuk dari titik-titik. Dengan konsep dasar
ini dipelajari bagaimana cara menggambar proyeksi suatu benda.
Dasar-dasar menggambar proyeksi ortogonal yang akan dibahas berikut
ini menggunakan cara proyeksi kuadran III (proyeksi Amerika)
1. Proyeksi Titik
Proyeksi sebuah titik pada suatu bidang proyeksi ialah titik potong garis
proyeksi dengan bidang proyeksi. Jika jarak titik ke bidang proyeksi = 0,
maka proyeksinya merupakan titik itu sendiri.
Bila sebuah titik P terletak dalam ruang yang dibatasi oleh bidang a, d,
dan s, maka proyeksi titik pada bidang-bidang tersebut adalah P untuk
pandangan atas, P untuk pandangan depan, dan P untuk pandangan samping.
Kemudian bentangkan ketiga bidang tersebut sehingga membentuk bidang
datar, maka kedudukan titik-titik hasil proyeksi dapat dihubungkan oleh
garis-garis tipis. Garis-garis tipis pada bentangan bidang tersebut
merupakan garis-garis bantu proyeksi.
2. Proyeksi Garis
Garis lurus dibatasi oleh dua titik. Dengan demikian untuk memproyeksikan
sebuah garis lurus PQ sama dengan memproyeksikan dua titik batas garis
itu (titik P dan Q). Dua titik batas hasil proyeksi misalnya P dan Q
kemudian dihubungkan, maka akan diperoleh garis hasil proyeksi, yaitu
garis PQ . Sedangkan gambar yang memperlihatkan proyeksi garis PQ yang
tegak lurus bidang proyeksi, dimana hasil proyeksinya berupa titik.
3. Proyeksi Bidang
Memproyeksikan sebuah bidang datar artinya sama dengan memproyeksikan
garis-garis atau titik-titik yang membatasi bidang itu.
4. Proyeksi Benda
Bayangkan benda berada dalam sebuah ruang yang dibatasi bidang-bidang
proyeksi. Dari titik-titik atau garis-garis rusuk benda ditarik garis-
garis proyeksi sampai perpotongan tegak lurus dengan bidang-bidang
proyeksi, sehingga didapat titik-titik proyeksi. Titik-titik hasil
proyeksi inilah yang akan menentukan bentuk gambar hasil proyeksi
benda.Gambar hasil proyeksi tersebut dapat ditampilkan dengan bantuan
koordinat sumbu. Dalam praktek menggambar, dapat menggunakan langkah yang
lebih cepat untuk menampilkan hasil proyeksi suatu benda.
-----------------------
[1] Frederick E. Gieseke, Gambar Teknik (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm:
149.
[2] Ibid., hlm. 151.
[3] Ibid., hlm: 154.
[4] Ibid., hlm: 155.
[5] Ibid., hlm: 156.
[6]Ohan Juhana, Menggambar Teknik Mesin, (Bandung : Pustaka Grafika, 2000)
, hlm: 77.
[7] Takeshi Sato, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, (Jakarta: PT
Pradnya Paramita, 2003) , hlm: 65.
[8] Ohan Juhana, Menggambar Teknik Mesin, (Bandung: Pustaka Grafika ,
2000) , hlm: 77.
[9] Ibid., hlm: 78
[10] Ekkie dkk, Gambar Aksonometri - Proyeksi Isonometri , diakses dari
http://architelago.blog
pot.com/2012/04/gambar-aksonometri.html, pada 16 Mei 2013 pukul 21.00.
[11] Ekkie dkk, Gambar Aksonometri - Proyeksi Isonometri , Diakses dari
http://architelago.blog
pot.com/2012/04/gambar-aksonometri.html, pada 16 Mei 2013 pukul 21.00
[12] Agusnie, Proyeksi, Diakses dari
http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/, pada 16
Mei 2013 pukul 21.14
[13] Rani Aulia dkk, Laboratorium Gambar dan Perencanaan, Diakses dari
http://lgpunhas.blog
spot.com/2011/08/proyeksi-aksonometri.html, pada 17 Mei 2013 pukul
21.18
[14] Ohan Juhana, Menggambar Teknik Mesin , Pustaka Grafika, Bandung, 2000
, hlm: 80
[15] Agusnie, Proyeksi, Diakses dari
http://agusni.wordpress.com/2011/11/18/proyeksi-2/, pada 16
Mei 2013 pukul 21.16
[16] +,-e
f
g
o
€
«
¬
·
¸
Æ
Ç
È
É
Í
Û
¹
Â
-
òâÒ»Ò¬ ¬…x…fÒYÒIxIYÒ¬=¬hàlQCJOJQJaJhÈGŒhàlQ6?CJOJQJaJhàlQ5?CJOJQJaJ#h>µhàlQ0
J6?CJOJQJaJhàlQ6?CJOJQJaJh>µhàlOhan Juhana, Menggambar Teknik Mesin,
(Bandung: Pustaka Grafika, 2000), hlm: 93.
[17] Ibid., hlm: 94-97
-----------------------
z
x
y
120°
30°
30°
z
x
y
y
x
z
120°
30°
30°
z
x
y
y
x
z
120°
30°
30°
z
x
y
y
x
10°
40°
z