Operasi FESS Untuk Sinusitis
FESS adalah singkatan dari Functional Endoskopic Sinus Surgery, atau atau Bedah Bedah Endo Endoskop skopii Si Sinus nus Fungsi Fungsiona onal, l, adal adalah ah beda bedah h sinus sinus yang yang dilakukan dengan penggunaan alat endoskopi dengan tujuan melakukan eradik eradikasi asi penyakit penyakit,, memper memperbai baiki ki pengud pengudara araan an (aeras (aerasi) i) dan draina drainase se sinus dengan prinsip mempertahan fungsi sinus secara fisiologis. Pengg Penggunaa unaan n endoskopi endoskopi tujuann tujuannya ya adalah adalah untuk mendap mendapatk atkan an pandangan pandangan yang jelas jelas dan akurat akurat organ sinus paranasal paranasal sehingg sehingga a ahli THT-KL akan dapat bekerja lebih akurat, jelas dan dapat mengangkat kelainan sinus saja tanpa merusak jarungan jarungan yang sehat dan masih perlu dipertahankan secara fungsional. Operasi FESS ini dapat dimasukkan dalam kategori operasi Minimal Invasif, yaitu operasi yang seminimal mungkin merusak jaringan sehat untuk untuk eradi eradikasi kasi penyak penyakitn itnya ya dan mempe memperta rtahan hankan kan fungsi fungsi organ organ yang yang dioperasi semaksimal mungkin. Keuntu Keuntungan ngan yang yang didapat didapat bagi pasien pasien adalah adalah waktu waktu rawat rawat yang lebih singkat, bahkan hanya perlu rawat sehari saja, perdarahan yang terjadi terjadi sangat sangat minimal minimal,, rasa nyeri nyeri juga lebih lebih ringan, ringan, dan pasien pasien masih dapat melakukan aktivitas rutin yang ringan tanpa terganggu.
Indikasi FESS FESS paling banyak untuk penanggulangan Sinusitis Menahun (Rinosinustis Kronik) yang sebelumnya telah mendapatkan pengobatan konservatif selama 2- 3 bulan, kecuali sinusitis yang mengalami komplakasi perlu pertimbangan lain untuk melakukan FESS lebih awal. Pengobatan sinusitis secara konservatif adalah antibiotika yang tepat , kortikosteroid oral atau topikal, cuci hidung dengan air garam fisiologis, antialergi, dan atau fisioterapi. Diagnosis sinusitis harus ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang endoskopi dan CT Scan. Foto Rontgen sinus ikhtisar kurang dianjurkan untuk penunjang diagnosis sinusitis. Sinusitis dapat disertai dengan adanya polip hidung (Nasal polyp). Perlu diperhatikan sinusitis pada anak harus lebih hati-hati untuk pertimbangan operasi FESS, sebaiknya pengobatan konservatif lebih dutamakan kecuali adanya komplikasi pada sinutis kroniknya. FESS dapat untuk penanggulangan tumor hidung baik jinak atau ganas. Secara endoskopi dapat untuk operasi koreksi sekat hidung yang bengkok (septum deviasi), operasi memperkecil turbin hidung (konka hipertrofi) pengangkatan adenoid dan sebagainya.
Kontra Indikasi FESS
FESS tidak dianjurkan pada pasien dengan penyakit kelainan darah (lekemia,anemi dsb) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan perdarahan yang yang sulit diatasi. Pasien yang mengkonsumsi obatobat anti-koagulasi (golongan salisilat) sebaiknya sudah menghentikan konsumsi obat tsb 6-8 hari sebelum operasi. Pasien dengan penyakit sistemik kronik sebaiknya dipertimbangkan untuk dengan hati-hati untuk dilakukan FESS.
sangat
FESS tidak dianjurkan pada sinusitis akut, kecuali terjadi komplikasi sinusitis berat dan setelah pengobatan koservatif yang adekwat. Bagaimana Operasi FESS Dilakukan ? FESS akan dapat berhasil dengan baik bila adanya persiapan pra bedah yang baik, tindakan bedahnya dengan sarana dan penunjangnya yang lengkap, dan perawatan pasca bedah yang teratur dan secara rutin. Persiapan prabedah adalah adanya penentuan waktu yang tepat sesudah pengobatan konervatif yang adekwat, serentatan pemeriksaan pra bedah seperti pemeriksaan laboratorium, foto Rontgen paru, pemeriksaan jantung atau penyakit dalam untuk usia lebih dari 40 tahun, serta mengawasi konsumsi obat-obat yang dapat mempengaruhi proses bedah atau biusnya. Operasi dilakukan melalui lubang hidung dengan bantuan alat endoskopi sehingga rongga hidung dan sinus dapat dilihat dengan detail dan jelas. Pertama kali dokter THT-KL akan mengecek semua lobang sinus secara teliti. Dimulai dengan sinus maksila, etmoid, sfenoid dan frontal tergatung dari kelainan yang ditemukan. Bila penyakitnya tidak terlalu berat maka perdarahan dapat diatasi dengan baik, dokter akan menutup sinus dengan bahan tampon ringan pada sinus yang dioperasi. Selesai operasi pasien masih dapat bernapas melalui lubang hidung dengan baik. Dengan alat endoskopi tsb dokter akan membuang semua jaringan yang patologis, seperti polip, mukosa yang menebal, tumor dst, dengan tetap mempertahankan jaringan sehat. Lubang sinus yang tersumbat diperlebar, cairan didalam sinus seperti nanah atau cairan lendir lainya akan dibersihkan, sehingga sinus akan mendapat aerasi dan drainase kembali normal.
Tindakan bedah ini dapat dilakukan dengan bius lokal dan penenang (obat tidur) atau lebih populer dengan bius total dengan sistem hipotensi sehingga perdarahan akan sangat minimal. Pasien setelah dioperasi akan diobservasi selama 6-8 jam bila tidak ada keluhan paska bedah yang serius pasien dapat berobat jalan. Bila khawatir dapat berada dirumah sakit 1-2 hari paska bedah. Paska bedah, perlu perawatan yang teliti dan secara rutin. Tampon hidung biasanya akan diangkat sesudah 2-3 hari paska bedah. Setelah itu pada hari-hari berikutnya akan dilakukan pencucian rongga hidung dan sinus secara rutin sesuai dengan petunjuk dokter. Kontrol paska bedah ini sebaiknya dilakukan dengan endoskopi juga, sampai mukosa rongga hidung dan sinus menjadi normal kembali. Komplikasi Operasi FESS Komplikasi (penyulit) yang mungkin adalah perdarahan selama atau sesudah operasi, hal ini dapat dihindari bila persiapannya pra bedah dijalan dengan baik. Perdarahan ringan dapat diatasi dengan obat-obatan saja. Perdarahan sedang atau berat biasanya dilakukan tampon hidung ulang. Perdarahan dapat menjalar ke bola mata sehingga terlihat bola mata lebih menonjol. Penglihatan ganda atau juling. Biasanya dalam beberapa hari akan menghilang. Infeksi dapat terjadi sesudah operasi, untuk menghindari sebaiknya diketahui pola kuman infeksi awalnya, dan menetapkan antibiotik yang sesuai dengan hasil rekomendasi kumannya dan dosis yang tepat. Walaupun sangat jarang terjadi komplikasi lain adalah kebutaan karena mengenai saraf mata (saraf optikus) kebocoran cairan otak, radang otak, atau perdarahan berat karena mengenai arteria besar (Arteria karotis). Semua komplikasi diatas dapat dihindari dengan persiapan, pelaksanaan dan perawatan operasi yang baik. Sebaiknya pasien datang ke dokter tidak dalam keadaan parah dan kondisi fisik yang lemah sehingga tindakan apapun akan membawa resiko komplikasi yang lebih berat dan sulit untuk diatasi.