ANALISIS KRITIS PERAN SOCI SOC I A L TR UST F UND UN D DALAM MENINGKATKAN USAHA MIKRO MASYARAKAT MISKIN (STUDI KASUS PENERIMA MANFAAT SOCI A L TR UST FUND DOMPET DHUAFA SEMARANG)
SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI ISLAM DEPARTEMEN EKONOMI SYARIAH PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
DIAJUKAN OLEH: MUHAMMAD WINDI SILIWANGI NIM: 041311433106 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017
SKRIPSI
SOC I A L TR UST F UND UN D DALAM ANALISIS KRITIS PERAN SOCI MENINGKATKAN USAHA MIKRO MASYARAKAT SOC I A L MISKIN (STUDI KASUS PENERIMA MANFAAT SOCI TRUST FUND DOMPET DHUAFA SEMARANG)
DIAJUKAN OLEH: MUHAMMAD WINDI SILIWANGI NIM: 041311433106
TELAH DISETUJUI DAN DITERIMA DENGAN BAIK OLEH: DOSEN PEMBIMBING,
Drs. Ec. H. SUHERMAN ROSYIDI, Gdip, M.Com. Tanggal........... Tanggal.......... . NIP. 194909071975031001
KETUA PROGRAM STUDI,
NOVEN SUPRAYOGI, SE., Msi., Ak. NIP. 197711052008121001
Tanggal...........
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya, (Muhammad Windi Siliwangi, Sil iwangi, 041311433106), menyatakan bahwa: 1.
Skripsi saya ini adalah asli dan benar-benar hasil karya saya sendiri, dan bukan hasil karya orang lain dengan mengatasnamakan saya, serta bukan merupakan hasil peniruan atau penjiplakan ( plagiarism ( plagiarism)) dari karya orang lain. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik akademik baik di Universitas Airlangga, maupun di perguruan tinggi ti nggi lainnya.
2.
Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar kepustakaan.
3.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademi berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis Skripsi ini, serta sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan norma dan peraturan yang berlaku di Universitas Airlangga.
Surabaya, 7 Agustus 2017
Muhammad Windi Siliwangi NIM: 041311433106 041311433106
DECLARATION
I, (Muhammad Windi Siliwangi, 041311433106), declare that: 1.
My thesis is genuine and truly my own creation, and is not another’s person work made under my name, nor a piracy or plagiarism. This thesis has never been submitted to obtain an academic degree in Airlangga University or in any other universities/colleges.
2.
This thesis does not contain any work or opinion written or published by anyone, unless clearly acknowledged or referred to by quoting the author’s name and stated in the References.
3.
This statement is true; if on the future this statement is proven to be fraud and dishonest, I agree to receive an academic sanction in the form of removal of the degree obtained through this thesis, and other sanctions in accordance with the prevailing norms and regulations re gulations in Airlangga University.
Surabaya, 7 Agustus 2017 Declared by,
Muhammad Windi Siliwangi NIM: 041311433106 041311433106
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum W arahmatullahi arahmatullahi Wabarakatuh. Wabarakatuh.
Segala puji syukur kehadirat Allah
Subhanahu Wa T a’ala a’ala
yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga memberikan penulis kemudahan dan kelancaran kepada dalam menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad ‘Alaihi wa Sall am am,
Shallallahu
keluarga dan para sahabatnya, Skripsi ini berjudul ANALISIS
KRITIS PERAN SOC I A L TR UST F UN D DALAM MENINGKATKAN USAHA MIKRO MASYARAKAT MISKIN (STUDI KASUS PENERIMA MANFAAT SOCI SOC I A L TR UST F UN D DOMPET DHUAFA SEMARANG ,
merupakan salah satu persyaratan akademik untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa kasih sayang, semangat, doa kedua Orang Tua penulis (Joko Sarono dan Kartini Abidin), terima kasih atas doa dan dukungannya yang selama ini diberikan. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan terima kasih yang tidak terhingga juga kepada: 1.
Ibu Prof. Dr. Dian Agustia, SE., M.Si., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
2.
Bapak Dr. H. Raditya Raditya Sukmana., SE., MA., selaku Ketua Departemen Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Airlangga Surabaya.
3.
Bapak Noven Suprayogi, SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
4.
Bapak Drs. Ec. H. Suherman Rosyidi, Gdip., M.Com., selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta nasihat-nasihat kehidupan selama proses bimbingan hingga penyelesaian skripsi ini.
5.
Ibu Fatin Fadhilah Hasib, SE., M.Si selaku dosen wali Penulis yang telah memberikan nasehat dalam masa perkuliahan selama ini.
6.
Bapak Ali Irfan beserta Staff
Dompet Social Trust Fund Dompet
Dhuafa Semarang
dan para informan penerima manfaat yang telah bersedia meluangkan waktu untuk melakukan wawancara guna kepentingan penelitian ini. 7.
Teman-teman Asrama Bhinneka Tunggal Ika yang selalu menemani dalam suka dan duka selama Penulis berada empat tahun di Surabaya.
8.
Janni, Ricky, dan Hariri atas pengalaman dan persahabatan yang luar biasa di Surabaya. Akhir kata, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu
pendidikan. Wassalamu’al aikum aikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Wabarakatuh.
Surabaya, 7 Agustus 2017
Muhammad Windi Siliwangi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUDI
: EKONOMI ISLAM
DAFTAR No.
:.................................
ABSTRAK SKRIPSI SARJANA EKONOMI ISLAM
NAMA
: MUHAMMAD WINDI S
N.I.M.
: 041311433106 041311433106
TAHUN PENYUSUNAN
: 2017
JUDUL: Analisis Kritis Peran Social Trust Fund dalam Meningkatkan Usaha Mikro Masyarakat Miskin (Studi Kasus Penerima Manfaat Social Trust Fund Dompet Dhuafa Semarang. ISI
:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Social Trust Fund dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin oleh Dompet Dhuafa Semarang. Peningkatan usaha dilihat dari aset usaha, omset penjualan usaha, pendapatan usaha, dan stabilitas usaha penerima manfaat setelah mengikuti program ekonomi Social Trust Fund . Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dalam memahami masalah yang akan diteliti. Teknik pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan purposive sampling . Informan adalah penerima manfaat Social Trust Fund di Bandarharjo Semarang yang terdiri dari 10 orang yang telah mengikuti program ini dan koordinator program ekonomi Social Trust Fund Dompet Dhuafa Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program ekonomi Social Trust Fund telah telah berhasil berperan dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin penerima manfaat Social Trust Fund di Semarang, diukur diukur dari peningkatan aset usaha, omset penjualan usaha, pendapatan usaha dan stabilitas usaha.
K ata kunci: kunci : Peran, Pro Pr ogr am E konom konomi Social Social Tr ust F und (STF) , , Pe P eningka ningk atan Usaha Usaha Mikr Mi kro o, M asya syar akat M i skin. ski n.
MINISTRY OF RESEARCH TECHNOLOGY AND HIGHER EDUCATION FACULTY OF ECONOMIC AND BUSINESS UNIVERSITY AIRLANGGA
STUDY
: ISLAMIC ECONOMIC
No. LIST
:.................................
ABSTRACT THESIS OF ISLAMIC ECONOMICS BACHELOR
NAME
: MUHAMMAD WINDI S
N.I.M.
: 041311433106
YEARS OF PREPARATION : 2017 TITLE: Critical Analysis The Role of Social Trust Fund in in Increasing Micro Business of The Poor Society (Case Study The Benefit Recipients of Social Trust Fund Dompet Dompet Dhuafa Semarang) CONTENT
:
This research is aimed to know the role of Social Trust Fund in increasing micro businesses of poor society by Dompet Dhuafa Semarang. This things can be increase from based on assets, sales turnover, income and stability of business of the benefit recipients after following economic program of Social Trust Fund (STF). This research uses a qualitative approach with a case study method to understand the problem to be investigated. Technique that used to determine the informen in this research is purposive sampling. Informen is benefit recipients of Social Trust who have attended Fund in Bandarharjo Semarang that composed by 10 people who this program and coordinator economic program Social Trust Fund Dompet Dompet Dhuafa Semarang Results of this research indicate that economic program Social Trust Fund (STF) (STF) has succeeded have a role in increasing micro business of the poor society the benefit recipients Social Trust Fund (STF) in Semarang, measured from the increase of assets, sales turnover, income and stability of business.
K eywo ywor ds: R ole, le, E cono conom mi c P r ogr am Soci Soci al Trust Tr ust F und ( STF ST F ) , I ncrea ncrease M i cro Business, Poor Society.
,
: ......:
: 041311433106 :
2017 : : (
Social Trust Fund .(Semarang Dompet Dhuafa Social Trust Fund
: Social Trust Fund .Semarang Dompet Dhuafa .Social Trust Fund
. .purposive sampling Bandarharjo Semarang 10
Social Trust Fund
.(Semarang Dompet Dhuafa Social Trust Fund Social Trust Fund .Semarang Social Trust Fund
.
,
Sociall Tr ust ust F und und , Socia
,
: .
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi ArabLatin. Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI no. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988. 1. Konsonan Tunggal
No.
Arab
Latin
Keterangan
1
-
Tidak di lambangkan
2
b
-
3
t
-
4
ts
-
5
j
-
6
h
-
7
kh
-
8
d
-
9
ż
z (dengan titik di atasnya)
10
r
-
11
z
-
12
s
-
13
sy
-
14
ṣ
s (dengan titik di bawahnya) bawahnya)
15
ḍ
d (dengan titik di bawahnya) bawahnya)
16
ṭ
t (dengan titik di bawahnya) bawahnya)
x
17
ẓ
z (dengan titik di bawahnya)
18
’
Koma terbalik terletak di atas
19
g
-
20
f
-
21
q
-
22
-
k
23
-
l
24
-
m
25
-
n
26
-
w
27
/
-
h
28
Apostrof
‘
29
-
y
2. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syiddah tanda syiddah ( ) dit ditul ulis is rang rangka kap. p. Contoh:
ditulis innahu
ā’ mar mar būtahdi akhir kata 3. T ā’
3.1.
Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya. Contoh:
3.2.
ditulis jam ditulis jamā’ ah ah
Bila dihidupkan ditulis t Contoh:
ditulis maktabat u’ l-jāmi’ah u’ l-j xi
4. Vokal Panjang
Fathah (baris di atas) di tulis ā, kasrah (baris di bawah) di tulis ī , serta dammah (baris di depan) ditulis dengan dengan ū. Misalnya;
ditulis an-nā s. s.
5. Vokal pendek yang berurutan dipisahkan dengan tanda pisah (-)
ditulis sya ditulis syai -i n qad ī īr r 6. Kata Sandang Alif+Lam
Bila Alif + lam diikuti oleh huruf-huruf qamariyah, yang terkumpul dalam kata (alif, b, g, y, h, j, k, w, kh, f, ’, q, ’, q, m, t) ditulis ditulis al . Sedangkan, bila diikuti oleh huruf syamsiyah (huruf hijaiyah selain huruf qamariyah), huruf lam diganti dengan huruf yang mengikutinya. mengikutinya. 7. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat, misalnya: misalnya:
Penghubung antar kata menggunakan tanda petik (’), sedangkan (’), sedangkan penghubung dalam satu kata menggunakan tanda pisah (-). dibaca bismi’ l-L l-Lāhi’ r-rahm r-rahmāni’r -rah -rahī m
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................... .......................................................................................................... ................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................ .......................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS SKR SKRIPSI IPSI ............................................. iii KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v ABSTRAK ....................................................................................... ............................... vii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN................................................ .............. x DAFTAR ISI ................................................ ..................................................... .................................................................. ............. xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................... ........... xvi DAFTAR GAMBAR ................................... ....................................................... ................................................................ ......... xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................. ................................................ xix BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ............................................... ................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ................................................ .......................................... 9
1.3
Tujuan Penelitian ................................................. ........................................ 10
1.4
Manfaat Penelitian ............................................... ........................................ 10
1.5
Sistematika Skripsi .............................................. ........................................ 10
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Landasan Teori .............................................. ................................................. 13 2.1.1 Qardhul Hasan Hasan ......................................................................................... ...13 ...13 2.1.1.1 Landasan Syara’ Qardhul Hasan.................................................. Hasan .................................................. ............ 15 2.1.1.2 Sumber Dana Qardhul Dana Qardhul Hasan ...................................................... .................................................................. ............18 18 2.1.1.3 Hikmah dan Manfaat Qardhul Hasan ...................................................... Hasan ...................................................... 19 2.1.2 Lembaga Amil Zakat Zakat .................................................... ................................................................................... ............................... 20 2.1.2.1 Landasan Syara Lembaga Amil Zakat ................................................. ..... 21 2.1.2.2 Fungsi Lembaga Amil Zakat ........................................................ .................................................................... ............ 22 2.1.2.3 Pendayagunaan ZISWAF ................................................... ...................... 24
xiii
2.1.3 Usaha Mikro Mikro ............................................... ................................................. 25 2.1.3.1 Kelebihan Usaha Mikro ...................................................... ............................................................................ ...................... 26 2.1.3.2 Kelemahan Usaha Mikro .................................................... .......................................................................... ...................... 28 2.1.3.3 Kendala Pada Usaha Mikro ................................................ ...................... 30 2.1.3.4 Penguatan Modal Usaha Mikro Mikro .................................................... ................................................................ ............ 32 2.1.4 Kemiskinan ................................................. ................................................. 33 2.1.4.1 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan Kemiskinan ................................................... ..... 35 2.1.4.2 Pemberdayaan Masyarakat Miskin Miskin Melalui Program Ekonomi ZISWAF ................................................................................................................ 37 2.1.5 Peningkatan Usaha............................................... Usaha....................................................................................... ........................................ 41 2.1.5.1 Indikator Peningkatan Usaha ........................................................ .................................................................... ............ 42 2.1.6 Konsep Program Ekonomi Social Trust Fund............................................. 45 2.1.6.1 Pengertian Social Trust Fund ....................................................................45 ....................................................................45 2.1.6.2 Target Program dan Sasaran Kegiatan ................................................. ..... 46 2.1.6.3 Kriteria Penerima Manfaat ........................................................................ 47 2.2 Penelitian Sebelumnya................................... ................................................. 47 2.3 Proposisi ................................................ .................................................... ......................................................... ..... 50 2.4 Kerangka Berpikir Berpikir .................................................. ........................................ 52 BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ...................................................... ..................................................................................... ............................... 55 3.2 Ruang Lingkup Penelitian ............................................... ............................... 58 3.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................................... 59 3.3.1 Jenis Data ..................................................... ..................................................................................................... ................................................ 59 3.3.2 Sumber Data Data ............................................... ................................................. 60 3.4 Teknik Pemilihan Informan ...................................................... ............................................................................ ...................... 60 3.5 Prosedur Pengumpulan Data........................................................................... 61 3.6 Teknik Pengujian Keabsahan Data ..................................................... ................................................................. ............ 63 3.7 Teknik Analisis .............................................. ................................................. 63
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... ................................................................ ............ 66 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Dompet Dhuafa ................................................ 66 4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan Dompet Dhuafa ................................................... ..... 68 4.1.3 Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa Dhu afa ..................................................... 69 4.1.4 Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) ................................................ 71 4.1.5 Visi, Misi, dan Tujuan Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) ........... 72 4.1.6 Model Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Fund (STF) ..................................... 73 4.1.7 Struktur Organisasi Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) ................ 75 4.2 Data Penelitian ............................................... ................................................. 77 4.3 Hasil Penelitian .............................................. ................................................. 79 4.4 Pembahasan ................................................... ............................................... 104 4.4.1 Aset Usaha ................................................... ............................................... 104 4.4.2 Omset Penjualan Usaha ................................................. ............................. 104 4.4.3 Pendapatan Usaha ................................................. ...................................... 106 4.4.4 Stabilitas Usaha .......................................................................................... 107 4.4.5 Analisis Peran Social Trust Fund (STF) (STF) dalam Meningkatkan Usaha Mikro Masyarakat Miskin di Semarang S emarang .............................................................. 109 4.5 Keterbatasan Penelitian ................................................... ............................. 113 BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................ .................................................... ....................................................... ... 115 5.2 Saran ...................................................... .......................................................................................................... ....................................................... ... 116 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 117 LAMPIRAN ................................................. ..................................................... ................................................................ ........... 120
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2013-2016 ....................... 3 Tabel 1.2 Data Penerimaan dan Penyaluran Dana ZISWAF oleh Dompet Dhuafa Tahun 2012-2014 .................................................... ....................................................................................... ................................... 8 Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ............................................. 26 Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya .................................................... .............................................................................. .......................... 50 Tabel 4.1 Karakteristik Informan .................................................... .............................................................................. .......................... 78 Tabel 4.2 Data Perubahan Usaha Informan 2 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang ..................................... ....................................................... .............................................................. ....... 83 Tabel 4.3 Data Perubahan Usaha Informan 3 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang ..................................... ....................................................... .............................................................. ....... 85 Tabel 4.4 Data Perubahan Usaha Informan 4 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang ..................................... ....................................................... .............................................................. ....... 87 Tabel 4.5 Data Perubahan Usaha Informan 5 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang ..................................... ....................................................... .............................................................. ....... 89 Tabel 4.6 Data Perubahan Usaha Informan 6 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang ..................................... ....................................................... .............................................................. ....... 92 Tabel 4.7 Data Perubahan Usaha Informan 7 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang ..................................... ....................................................... .............................................................. ....... 94 Tabel 4.8 Data Perubahan Usaha Informan 8 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang ..................................... ....................................................... .............................................................. ....... 96
xvi
Tabel 4.9 Data Perubahan Usaha Informan 9 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang ..................................... ....................................................... .............................................................. ....... 98 Tabel 4.10 Data Perubahan Usaha Informan 10 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang ................................................................................................ 100 Tabel 4.11 Data Perubahan Usaha Informan 11 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang ................................................................................................ 102 Tabel 4.12 Tabel Perubahan Stabilitas Usaha Informan 2-11 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang ................................................................................... 108 Tabel 4.13 Data Perubahan Usaha Informan 2-11 Penerima Manfaat Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) (STF) Dompet Dhuafa Semarang ............. 112
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .............................................. ................................... 52 Gambar 4.1 Model Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Fund (STF) ............................. ............ ................. 73 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Fund (STF) ......... 75 Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Omset Penjualan Usaha Informan No 2 -11 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang) ....................... 105 Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Pendapatan Usaha Informan No 2-11 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang (STF) .............. 106
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Panduan Pertanyaan Wawancara Untuk Koordinator Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) (STF) Dompet Dhuafa Semarang Berpikir .......... 120 Lampiran 2 Hasil Wawancara Informan Informan Penelitian Koordinator Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) (STF) Dompet Dhuafa Semarang Berpikir .......... 122 Lampiran 3 Panduan Pertanyaan Wawancara untuk Masyarakat Masyarakat MiskinPenerima Miskin Penerima Manfaat Program STF Dompet Dhuafa Semarang Sema rang ........................... 129 Lampiran 4 Hasil Wawancara Wawancara Informan Penelitian Penerima Manfaat Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) (STF) Dompet Dhuafa Semarang ......... 131 Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian .............................................. ....................... 153
xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah
Kemiskinan adalah sesuatu yang nyata dalam kehidupan masyarakat. Kemiskinan dapat terjadi di mana saja, tidak hanya ada di negara berkembang, negara-negara majupun mengalami kemiskinan walaupun tidak sebesar negara berkembang. “Persoalan kemiskinannya sama namun dimensinya yang berbeda. Persoalan kemiskinan di negara maju merupakan bagian terkecil dalam komponen masyarakat mereka tetapi bagi negara berkembang persoalan menjadi lebih kompleks karena jumlah penduduk miskin hampir mencapai setengah dari jumlah penduduk ” (Sholeh, 2009:1). Kemiskinan merupakan persoalan yang akan selalu dihadapi oleh umat manusia. Kemiskinan tidak mengenal tempat baik di perkotaan maupun di pedesaan karena kemiskinan merupakan situasi yang terjadi bukan karena kehendak masyarakat. Mengenai hal itu, Soetrisno (dalam Kasim, 2006:31) menyatakan bahwa “Persoalan “Persoalan kemiskinan merupakan gejala yang lebih rumit dan meliputi lebih banyak aspek daripada hanya sekedar kekurangan pendapatan belaka. Masalah kemiskinan, meskipun sesuatu yang sangat dihindari oleh masyarakat, dalam kenyataanya selalu saja kemiskinan itu menampakan diri di kebanyakan tempat, baik perkotaan maupun di pedesaan” pedesaan ”. Persoalan kemiskinan tidak dapat dihadapi dengan oleh seorang individu, melainkan dihadapi dengan bersama-sama antara individu dengan individu dan antara individu dengan pemerintah.
2
Kemiskinan merupakan suatu permasalahan sosial yang tidak hanya menyangkut masalah ekonomi, tetapi juga menyangkut masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat. Kementerian Sosial (2012:1) menyatakan bahwa, “Kemiskinan adalah kurangnya pendapatan dan sumber daya produktif produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup; kelaparan dan kekurangan gizi; kesehatan yang buruk; keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; lingkungan yang tidak aman; perumahan yang tidak memadai; dan diskriminasi sosial”. sosial”. Hal-hal tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi untuk mencapai kehidupan yang bermartabat. Masyarakat miskin pada umumnya adalah lemah dalam kemampuan untuk berusaha dan terbatas geraknya dalam kegiatan ekonomi. “Ketika masyarakat berada dalam kondisi miskin, maka cenderung sulit untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan, karena kemiskinan yang dijalani telah menjadi sebuah bentuk yang tidak hanya masalah kekurangan materi tetapi juga terdapat unsur kemiskinan lain di dalamnya yang menyatu dengan kehidupan mereka ” (Kasim, 2006:32). Untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan maka perlu kekuatan yang kokoh pada diri mereka bahwa setiap manusia memiliki pilihan hidup untuk hidup sejahtera. Dengan demikian akan timbul semangat bagi mereka untuk keluar dari lingkaran kemiskinan yang tentunya dibantu oleh program-program pemeri ntah. Pemerintah Indonesia telah berupaya dalam mengurangi kemiskinan, hal ini terbukti dari tahun 2013-2016 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia.
3
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2013-2016 (dalam Jiwa)
2013
2014
2015
2016
Kota
10.634.470
10.356.690
10.619.860
10.485.640
Desa
17.919.460
17.371.090
17.893.710
17.278.680
TOTAL
28.553.930
27.727.780
28.513.570
27.764.320
Sumber: Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id Statistik. www.bps.go.id (Online), diakses 1 Februari 2017 Berdasarkan tabel 1.1 terjadi penurunan dan peningkatan jumlah penduduk miskin di Indonesia selama kurun waktu empat tahun. Selama kurun waktu empat tahun tersebut, jumlah penduduk miskin di Indonesia turun sebesar 789.610 jiwa. Perekonomian suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah serta dimanfaatkan dengan benar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam upaya untuk mengurangi kemiskinan. Ilmu ekonomi konvensional lahir bertujuan untuk membantu manusia dalam pemenuhan kebutuhannya. Dalam kenyataannya, tetap saja manusia saling memperkaya diri sehingga kesenjangan ekonomi semakin lebar. Ekonomi merupakan bagian dari ajaran Islam, dan sebagai bagian dari sebuah agama yang syumul , dapat dikatakan ekonomi Islam akan mampu memainkan perannya sebagai solusi permasalahan ekonomi. “Ekonomi islam didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk memandang, meneliti, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara Islami. Yang dimaksudkan dengan cara-cara yang didasarkan atas Al-Quran dan As-Sunnah” As-Sunnah” (P3EI, 2013: 44).
4
Dalam upaya mengurangi kemiskinan, ekonomi Islam mendorong pemerataan dan distribusi distri busi pendapatan melalui instrumen-instrumen perekonomian seperti zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf (ZISWAF) serta instrument-instrumen redistribusi yang lain. Pada awalnya dana ZISWAF disalurkan oleh individu secara langsung kepada anggota masyarakat yang membutuhkan. Kebiasaan ini masih berlaku pada masyarakat yang masih kurang memiliki informasi tentang pelembagaan dana ZISWAF. Padahal, adanya pelembagaan dana ZISWAF akan berdampak positif terhadap pendayagunaan dana ZISWAF itu sendiri, sebab dengan adanya pelembagaan, dana ZISWAF akan terkelola dengan baik dan terstruktur oleh orang-orang yang sudah profesional. Oleh karena itu, apabila dana ZISWAF dapat dikelola dengan manajemen yang baik, maka dana tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk membangun umat, seperti untuk membangun sarana pendidikan, sarana kesehatan, institusi ekonomi, dan pembiayaan pembiayaan kredit mikro. Dalam rangka melaksanakan instrumen tersebut pemerintah Indonesia membuat Undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dengan menetapkan “Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai lembaga pemerintah yang melakukan pengelolaan pengelolaan zakat secara nasional dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu BAZNAS dalam pengelolaan zakat” zakat ”. Peran BAZ dan LAZ berdampak positif dalam upaya untuk menurunkan kemiskinan. Kedua lembaga tersebut dalam
operasional
mereka
mengumpulkan,
mendistribusikan,
dan
mendayagunakan perolehan dana ZISWAF, mampu memberi hasil yang nyata dalam mengurangi kemiskinan melalui program-program penyaluran dana
5
konsumtif maupun produktif. Melalui ZISWAF, khususnya zakat, maka terjadi redistribusi pendapatan dari orang yang memiliki kelebihan harta kepada orang yang mengalami kekurangan harta sehingga akan membantu dalam memenuhi kebutuhan pihak yang terakhir tersebut. Upaya pendayagunaan ZISWAF oleh BAZNAS dan LAZ untuk usaha produktif merupakan pilihan yang bijak, karena pendayagunaan dana ZISWAF untuk usaha produktif memberikan dampak yang lebih besar dalam membantu masyarakat miskin untuk keluar dari kemiskinan dibandingkan dengan penyaluran dana konsumtif. Ketika ZISWAF digunakan untuk hal konsumtif, maka bantuan tersebut merupakan bantuan sesaat dan langsung habis setelah digunakan. Hal tersebut dapat membuat pola pikir masyarakat miskin untuk malas dan menggantungkan kehidupannya pada dana ZISWAF. Merupakan tantangan sendiri bagi BAZNAS dan LAZ untuk mengoptimalisasi dana ZISWAF dengan cara mendayagunakan dana ZISWAF secara tepat guna dan tepat sasaran. “Tepat guna berkaitan dengan program pendayagunaan yang mampu menjadi solusi terhadap problem kemiskinan. Sedangkan tepat sasaran berkaitan dengan penerima dana zakat”. zakat”. (Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2013:91). Salah satu optimalisasi dana ZISWAF secara tepat guna yang mampu menjadi solusi dalam mengurangi kemiskinan adalah pemberian pinjaman modal dengan pengembalian tanpa bunga dan bagi hasil atau bisa disebut juga dengan qardhul hasan. hasan . Qardhul hasan hasan merupakan pinjaman kebaikan yang diberikan atas dasar kewajiban sosial dengan tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan, di mana peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal
6
pinjaman, dan apabila dirasakan benar-benar tidak mampu mengembalikannya atau dalam keadaan force majeure majeure debitur tidak diharuskan mengembalikan. Qardhul hasan dapat hasan dapat efektif jika dikelola dengan baik dalam rangka mengurangi kemiskinan, seperti diberikan kepada mereka yang kekurangan dana dalam memiliki usaha mikro atau akan membuka usaha mikro. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 1 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah: “Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang”. undang- undang”. Usaha mikro merupakan kelompok terbawah dalam kategori usaha. Umumnya mereka tidak mempunyai akses ke lembaga keuangan dalam rangka untuk meningkatkan usahanya. Padahal, usaha yang mereka lakukan membutuhkan modal yang relatif kecil. Mereka yang termasuk di dalamnya meliputi pedagang kaki lima, pengusaha warung makan, peternak dan lainnya. Pada umumnya, permasalahan mendasar yang dialami oleh masyarakat miskin pelaku usaha mikro adalah masalah permodalan. Bank adalah lembaga keuangan yang berorientasi profit. Mengingat hal itu, bank harus selektif dalam memilih nasabah yang mampu untuk mengembalikan uang dan menghasilkan pendapatan bagi bank. Akibat selektifitas tersebut, orang miskin tidak dapat dilayani. Ketika ingin mencari pinjaman modal di tempat yang lain, mereka berhadapan dengan renternir yang bagaikan ba gaikan penolong saat butuh uang, ujungnya malah menjerat peminjam. Kenyataan di masyarakat, masih diperlukan sebuah transaksi ekonomi yang betul-betul dilandasi jiwa menolong sejati.
7
Permasalahan tersebut memunculkan semangat yang melatarbelakangi Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa membentuk program ekonomi Social Trust Fund (STF). Dompet Dhuafa merupakan organisasi nirlaba berbasis dana ZISWAF yang mendedikasikan diri untuk mengangkat martabat kaum dhuafa melalui pelayanan, pemberdayaan dan advokasi di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan pengembangan ekonomi. Program ekonomi STF yang dibentuk oleh Dompet Dhuafa merupakan program permberdayaan ekonomi usaha mikro dengan memberikan pinjaman dengan akad qardhul hasan. hasan . Sasaran program ini adalah masyarakat miskin yang memiliki usaha atau akan membuka usaha mikro. Kemanfaatan yang diberikan oleh Dompet Dhuafa melalui program ini dari tahun ke tahun semakin bertambah. Hal tersebut dibuktikan pada “Program “Program ekonomi STF yang telah berjalan pada sepuluh wilayah di Indonesia, yaitu Tasikmalaya, Padang Pariaman, Wasior, Mentawai, Tangerang Selatan, Manado, Jakarta Barat, Surabaya, Jakarta Utara, dan Semarang” Semarang ” (www.dompetdhuafa.org, 2017). (www.dompetdhuafa.org, 2017). Berdirinya STF di Semarang terinspirasi oleh berdirinya STF di wilayahwilayah Indonesia. Pada awalnya, program ekonomi STF diperuntukan hanya di lokasi-lokasi bencana. Namun, dengan berjalannya waktu program ekonomi STF berkembang di wilayah marjinal pedesaan, perkotaan maupun pesisir. Salah satu yang berkembang diwilayah marjinal perkotaan adalah STF Semarang, tepatnya di kelurahan Bandarhajo yang merupakan kelurahan termiskin di Semarang menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Hal tersebut yang menjadi alasan penelitian
8
ini memilih Semarang, karena sesuai dengan subjek penelitian, yaitu masyarakat miskin. Program ekonomi STF diharapkan menjadi jawaban bagi masyarakat miskin yang ingin mengubah perekonomiannya menjadi pengusaha yang mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, program ekonomi STF yang memainkan peran sebagai ‘bank orang miskin’ akan memberikan kesempatan bagi mereka yang selama ini sulit mendapatkan modal dari bank sehingga dapat memperoleh pinjaman. “STF adalah salah satu program ekonomi DD yang berperan ntuk memberikan pinjaman modal usaha kepada usaha mikro dengan sistem kebajikan, tidak ada bunga. Tim STF tidak hanya memberikan pinjaman, tetapi juga pendampingan agar sahanya dapat berjalan dengan baik. ”. (www.jateng.dompetdhuafa.org,, 2017). (www.jateng.dompetdhuafa.org Dari hasil pinjaman tersebut, penerima manfaat dapat membuka usaha mikro ataupun menambah produk bagi penerima manfaat yang telah memiliki usaha mikro. Tentunya penerima manfaat setiap tahunnya diharapkan akan mengalami peningkatan jumlah penerima manfaat beriringan dengan peningkatan penerimaan dana ZISWAF. Pada tabel 1.2 menunjukkan peningkatan jumlah penerimaan dan penyaluran dana ZISWAF oleh Dompet Dhuafa. Tabel 1.2 Data Penerimaan dan Penyaluran Dana ZISWAF oleh Dompet Dhuafa Tahun 2012-2014 (dalam Rupiah) Tahun Penerimaan Penerimaan Penyaluran Persentase Persentase 2012 217.897.094.591 217.897.094. 591 177.976.207.847 177.976.207. 847 81,67%
2013
243.593.121.530 243.593.121. 530
223.590.787.966 223.590.787. 966
91,78%
2014
257.927.010.368 257.927.010. 368
259.082.233.456 259.082.233. 456
100,44%
9
Sumber: Laporan Keuangan Dompet Dhuafa www.dompetdhuafa.org (Online), diakses 1 Februari 2017
2013
dan
2014.
Berdasarkan tabel 1.2. bahwa dana ZISWAF Dompet Dhuafa yang terkumpul mencapai 217.897 juta pada tahun 2012 menjadi 243.593 juta pada tahun 2013 dan terus meningkat pada tahun 2014 sebesar 257.297 juta. Sedangkan penyaluran dana ZISWAF mencapai 177.976 juta pada tahun 2012 menjadi 223.590 juta pada tahun 2013 dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 259.082 juta melebihi penerimaan dana ZISWAF yang diperoleh pada tahun 2014 sehingga defisit 1.155 juta. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan saldo dana awal yang dimiliki oleh Dompet Dhuafa “…sebesar 248.763 juta sehingga saldo
dana
akhir
menjadi
247.607
juta”
(Laporan
Keuangan,
www.dompetdhuafa.org, 2017). www.dompetdhuafa.org, 2017). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui apakah Social Trust Fund pada pada Dompet Dhuafa Semarang mampu meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin. Penelitian yang berjudul “Analisis Kritis Peran Social Trust Fund dalam Meningkatkan Usaha Mikro Masyarakat Miskin (Studi Kasus Social Trust Fund Dompet Dhuafa Semarang)” Semarang) ” diharapkan dapat mengetahui bagaimanakah peran Social Trust Fund dalam meningkatkan usaha mikro masyarkat miskin di Semarang. 1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalahnya adalah bagaimana peran Social Trust Fund
10
dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin oleh Dompet Dhuafa Semarang?. 1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Social Trust Fund dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin oleh Dompet Dhuafa Semarang. 1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis diharapkan dapat memberi manfaat kepada pihak terkait, antara lain: 1. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan mampu menambah pemikiran dari akademisi khususnya yang bergerak di bidang ekonomi Islam. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan memberi masukan kepada masyarakat agar senantiasa lebih giat untuk membayar zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf serta menempatkan hartanya dengan cara produktif. 3. Bagi Penulis Penelitian ini sebagai sarana penulis untuk menambah pengetahuan dan pemikiran baru mengenai peran Social Trust Fund dompet dhuafa dalam meningkatkan usaha mikro kaum dhuafa. 4. Bagi Dompet Dhuafa Semarang
11
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak Dompet Dhuafa Semarang mengenai sejauh mana program ekonomi Social Trust Fund berperan dalam peningkatan usaha mikro masyarakat miskin, sehingga dapat melakukan evaluasi untuk menjadi lebih baik lagi dalam memberdayakan masyarakat miskin. 5. Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang nantinya dapat memberikan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. 1.5
Sistematika Skripsi
Penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan penelitian. Latar belakang pada penelitian ini membahas tentang dasar-dasar teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Rumusan masalah membahas tentang masalah yang akan diteliti. Tujuan dan manfaat penelitian akan membahas manfaat yang didapatkan apabila penelitian ini dilakukan serta tujuan dari penelitian tersebut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi landasan teori yang telah penulis peroleh dari perkuliahan maupun dari literatur yang dijadikan pedoman dan pembahasan skripsi ini. Selain
12
itu juga membahas tentang penelitian sebelumnya yang dapat mendukung penulisan penelitian ini serta kerangka berpikir yang akan digunakan. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan secara detail tentang metode penelitian yang digunakan. Metodologi penelitian berisi langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini yaitu tentang pendekatan penelitian. ruang lingkup penelitian, jenis data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum objek dan subjek penelitian, data, dan analisis hasil penelitian, deskripsi dan interpretasi dari hasil penelitian. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian terakhir dari skripsi ini yang berisi simpulan dan saran atas materi yang telah dijelaskan pada pada bab-bab sebelumnya, sehingga dari simpulan dan saran skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Landasan Teori
2.1.1
Qardhul H asan san
Qardh adalah pinjaman harta kepada orang lain untuk nantinya harta tersebut dikembalikan sesuai dengan kesepakatan saat pinjaman diberikan. Qardh digunakan sebagai pertolongan berdasarkan kasih sayang dari pemberi pinjaman kepada peminjam yang yan g membutuhkan. Qardh merupakan Qardh merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Itu karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, sehingga perlu adanya tolong-menolong antarsesama termasuk di dalamnya utang-piutang (qardh (qardh). ). Antonio (2001:131) menjelaskan bahwa “Qardh “Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan” imbalan”. Selanjutnya, Al-faifi (2014:797) menjelaskan “Qardh adalah Qardh adalah uang yang dipinjamkan orang yang memberi pinjaman kepada orang yang meminjam untuk dikembalikan dengan jumlah yang sama setelah ia memiliki kemampuan” kemampuan”. Lebih jauh, menurut Ascarya (2013:46), “Objek dari pinjaman qardh biasanya qardh biasanya adalah uang atau alat tukar lainnya, yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa bunga ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari pemilik dana dan hanya wajib mengembalikan pokok utang pada waktu tertentu di masa akan datang. Peminjam atas prakarsa sendiri dapat mengembalikan lebih besar sebagai ucapan terima kasih” kasih”.
13
14
Akad qardh qardh bukan suatu sarana dalam mencari keuntungan bagi kreditur, karena di dalamnya tidak ada pengembalian lebih yang diberikan. Pengertian qardhul hasan hasan merujuk pada Al-Quran surat Al-Hadid ayat 11 yang berbunyi qardhan hasanan yang hasanan yang berarti pinjaman yang baik. Pada hakikatnya qardh dan qardh dan qardhul hasan adalah sama, tetapi yang membedakannya adalah qardh merupakan pinjaman yang bersifat umum tidak ada tujuan sosial, sedangkan qardhul hasan mempunyai hasan mempunyai tujuan sosial, karena apabila dirasakan benar-benar tidak mampu mengembalikannya ataupun dalam keadaan force majeure majeure debitur tidak diharuskan mengembalikan hutangnya. Makna sosial qardhul hasan hasan diterangkan oleh Ascarya: “Qardhul Hasan merupakan pinjaman kebaikan yang tidak bersifat komersial, tetapi bersifat sosial” sosial” (Ascarya, 2013:46). Muhammad (2000:41) juga menjelaskan bahwa “Qardhul “Qardhul hasan atau benevolent loan loan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, di mana peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman”. pinjaman”. Adiwarman Karim di dalam bukunya Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan menjelaskan bahwa “Qardhul “Qardhul hasan tergolong hasan tergolong dalam akad tabarru’ tabarru’ . Akad tabarru’ tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru’ tabarru’ pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya”. lainnya”. Sehingga dari pernyataan di atas sudah jelas bahwa qardhul hasan hasan merupakan akad yang bertujuan sosial,
15
sehingga yang diinginkan dari akad tersebut adalah tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa qardhul hasan adalah pinjaman kebaikan yang diberikan atas dasar kewajiban sosial dengan tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan di mana peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman dan apabila dirasakan benar benar tidak mampu mengembalikannya atau dalam keadaan force keadaan force majeure majeure debitur tidak diharuskan mengembalikan. Qardhul hasan hasan dapat efektif jika dikelola dengan baik dalam rangka mengurangi kemiskinan, seperti diberikan kepada mereka yang kekurangan dana dalam memiliki usaha mikro atau akan membuka usaha mikro. 2.1.1.1 Landasan Syara’ Qardhul H asan. san.
Setiap akad dalam ekonomi Islam haruslah mempunyai landasan syara’ tertentu sebagai basis legitimasinya. Dasar disyariatkannya akad qardhul hasan adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Allah berfirman di dalam surat Al-Hadid ayat 11,
Man ̇ ′l-lȧ ̅ yuqriḍ yuqriḍ u ‘l -L -L ha qar ḍ ḍ n ḥasan n fayuḍ fayuḍ `ifahu lahu wa lahu 'ajrun kar ̅mun. m ̅ un. “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Allah baik, Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”(QS. banyak.”(QS. Al-Hadid [57]:11). Allah juga berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 245,
16
Man ̇ ′ l-lȧ ̅ yuqriḍ yuqriḍ u ‘l -L -L ha qar ḍ ḍ n ḥasan n fayḍ fayḍ a`ifahu a`ifahu lahu 'aḍ 'aḍ ` f n na. ka ṡ̅ratan ratan wa ’ l-L l-L hu yaqbiḍ yaqbiḍ u wa yabsuthu wa 'ilayhi turja` “Siapakah yang mau memberi pinjaman pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan harta di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepadaNya lah kamu dikembalikan.” dikembalikan.”(QS. Al-Baqarah [2]:245).
Kedua ayat tersebut menjelaskan kata ‘memberi pinjaman kepada Allah' artinya untuk membelanjakan harta di jalan Allah. Semua yang diberikan kepada manusia berupa infaq, shadaqah dan zakat merupakan salah satu cara memberi pinjaman kepada Allah. Dan Allah berjanji bagi siapa saja yang memberi pinjaman kepada Allah, maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan kelipatan yang banyak. Di ayat lain disebutkan Allah akan melipatgandakan sebanyak 10 hingga 700 kali lipat. Sesungguhnya hakikat harta adalah harta yang telah diberikan di jalan Allah bukan harta yang dimiliki oleh manusia. Karena harta yang diberikan di jalan Allah akan kekal yang menjadi amal sholeh manusia, yang atas kebaikan Allah kepada manusia, Allah melipatgandakan harta tersebut di dunia hingga 700 kali lipat. Searah dengan ‘memberi pinjaman kepada Allah’, manusia juga diperintah untuk ‘memberi pinjaman kepada manusia’ artinya untuk memberi pinjaman (qardh (qardh). ).
17
Manusia yang memberi pinjaman kepada manusia lain hakikatnya adalah melaksanakan perintah Allah. Dari Ibn Mas’ud bahwa Rasulullah bersabda,
M min muslimin yuqridu kashadaqatih marrotan
muslim n
qard n
marrota̅ni ni
ill
k na
“Tidaklah seorang muslim memberikan pinjaman kepada muslim yang lain dua kali, maka seperti shadaqah sekali.” shadaqah sekali.”(HR. (HR. Ibn Majah dan Ibn Hibban) Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,
Mannafsi ’anmu‘minin kurbatan min kurabi kurabi d-duny naffasa ‘ l-Lahu l-Lahu anhu kurbatan min kurabi yaumi l-qiymah waman yassara ala mu’sirin yassara ‘ l-Lahu l-Lahu ’ala̅hi hi fi d-duny wa l-khirah waman satara muslimn satarahu ‘ ll Lahu fi d-duny wa l-khirah wa ‘ l-Lahu l-Lahu f ̅̅ ’auni l -abdim -abdim k na l-abdu f ̅’auni ’̅ auni akh̅h “Barang siapa melepaskan dari seorang mukmin satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah melepaskan dia dari kesusahankesusahan hari kiamat. Barang siapa memberi kelonggaran kepada seorang yang kesusahan, niscaya Allah menutupi (aib)nya di dunia dan di akhirat. Dan Allah Selamanya menolong hamba-Nya, selama hamba-Nya mau menolong saudaranya.”(HR. saudaranya.”(HR. Muslim). Qardhul hasan hasan merupakan upaya untuk menghilangkan satu kesusahan dari kaum mukminin. Merupakan motivasi bagi seluruh umat Islam agar selalu
18
mengamalkan hadits ini, karena ketika memberikan bantuan kepada mukmin lainnya dalam bentuk qardhul hasan, maka secara langsung ia akan mendapatkan dua keutamaan. Pertama, mendapatkan pahala shadaqah sekali jika qardhul hasan dilaksanakan dua kali dan kedua, mendapatkan karunia dari Allah berupa hilangnya kesusahan pada hari kiamat. 2.1.1.2 Sumber Dana Qardhul H asan. san.
Qardhul hasan tidak dapat berjalan tanpa adanya sumber dana. Instrumeninstrumen ekonomi Islam seperti infaq, shadaqah dan wakaf serta instrumentinstrumen redistribusi yang lain dapat digunakan menjadi sumber dana penyaluran qardhul hasan. “Sumber dana qardhul hasan hasan dapat berasal dari modal, infaq, sedekah, denda, sumbangan, dan pendapatan nonhalal” nonhalal” (Muhammad, 2009:143). Menurut PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah, sumber dana kebajikan berasal dari (Wiroso, 2011:67): 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Infak Sedekah Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku Pengembalian dana kebajikan produktif Denda Pendapatan nonhalal. Meskipun boleh menggunakan denda, sumbangan dan pendapatan nonhalal
untuk membiayai qardhul hasan, hasan, jangan sampai pada praktiknya mengharapkan dana tersebut untuk digunakan sebagai penyaluran qardhul hasan. hasan. Hal tersebut karena yang menjadi prioritas utama adalah memaksimalkan penghimpunan dana infaq, shadaqah dan wakaf dari masyarakat sebagai instrumen-instrumen redistribusi utama
19
ekonomi Islam, sehingga terjadi redistribusi pendapatan dari orang yang memiliki kelebihan harta kepada orang yang mengalami kekurangan harta. 2.1.1.3 Hikmah dan Manfaat Qardhul Ha H asan. san.
Setiap ajaran agama Islam mempunyai hikmah dan manfaat, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Qardhul hasan hasan memiliki hikmah dan manfaat jika dipergunakan dan dikelola dengan baik. Mardani (2013:337) menjelaskan hikmah disyariatkannya qardhul hasan yaitu hasan yaitu sebagai berikut: 1. Melaksanakan kehendak Allah agar kaum muslimin saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. 2. Menguatkan ikatan ukhuwah (persaudaraan) dengan cara mengulurkan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan mengalami kesulitan dan meringankan beban orang yang tengah di landa kesulitan. Lebih lanjut lagi, menurut Mardani (2013:337), manfaat qardhul hasan hasan dalam praktik perbankan syariah banyak sekali, diantaranya sebagai berikut: 1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat talangan jangka pendek 2. Al-qardh al-hasan al-hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dan bank konvensional yang di dalamnya terkandung misi sosial…. sosial…. 3. Adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah. Manfaat lain dengan disyariatkannya qardhul hasan hasan adalah menghindarkan masyarakat miskin dari jeratan riba. Dalam rangka meningkatkan perekonomiannya, orang miskin yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan usaha mikro terkendala dalam mendapatkan modal usaha. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka seringkali orang miskin meminjam modal kepada yang terdekat di lingkunganya yaitu rentenir. Untuk menghasilkan pendapatan bagi renternir maka
20
setiap pinjaman yang diberikan ditambahkan bunga di dalamnya. Padahal dalam kenyataannya di masyarakat miskin, masih diperlukan sebuah transaksi ekonomi untuk membangkitkan keswadayaan masyarakat miskin yang betul-betul dilandasi jiwa menolong sejati. Di sinilah manfaat dari qardhul hasan hasan yaitu transaksi utang piutang tanpa bunga dan tanpa bagi hasil. Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hikmah dan manfaat qardhul hasan hasan adalah sebagai upaya untuk melaksanakan perintah Allah dalam rangka tolong-menolong sehingga dapat menguatkan ikatan ukhuwah (persaudaraan). ukhuwah (persaudaraan). Qardhul hasan hasan mengulurkan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan mengalami kesulitan. Selain itu, qardhul hasan hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dan bank konvensional yang di dalamnya terkandung misi sosial dan menghindarkan masyarakat miskin dari jeratan riba. 2.1.2
Lembaga Amil Zakat
Lembaga Amil Zakat merupakan organisasi pengelola zakat yang dibentuk atas inisiatif masyarakat. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 8 tentang Pengelolaan Zakat: “Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ, adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat” zakat”. Selanjutnya Pasal 1 menyatakan bahwa lembaga pengelola zakat di Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat
21
(LAZ). BAZNAS dibentuk oleh pemerintah, sedangkan LAZ didirikan oleh masyarakat. 2.1.2.1 Landasan Syara Lembaga Amil Zakat.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) didirikan atas inisiatif dari masyarakat, misi utamanya adalah mengelola penerimaan dana secara professional serta meredistribusi dana zakat secara merata. LAZ didasarkan pada firman Allah yang terdapat dalam surat At-Taubah ayat 103,
Khu̇ min ‘amw lihim shadaqatan tuthahhiruhum watuzakk ̅him h washalli ̅ im bih ̅mun. ’ala ̅him him inna shal taka sakanullahum w l-Lhu sam̅’un ’un ’al ̅ mun.
“ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Mengetahui.” (QS. At-Taubah [9]:103). Juga pada firman Allah dalam At-Taubah ayat 60,
‘ innam innam shshadaqtu lil fuqar -i w l mas k ̅ni n n ala̅h w l muällafati l ’ mil ̅na ̅ i w ̅ a ’ ala buhum wa f ̅alrriq bi w l gh rim̅na qul a na waf ̅ sab ̅ sab ̅li li ‘ l-L l-Lhi wabnissab̅li li far ̅ḍ ḍ atam ̅ lrriq ̅ atam mina ‘ l-L l-Lhi wa ’ l-L l-L hu ’ al al ̅mun m mun. ̅ un hak ̅̅mun. “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
22
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Bijaksana.” (QS. At-Taubah [9]:60). Imam Qurthubi (dalam Hafidhuddin, 2008: 125) ketika menafsirkan surat AtTaubah: 60 menyatakan bahwa “Amil “Amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan (diutus oleh imam/pemerintah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari para muzakki muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya” menerimanya”. Pada surat At-Taubah ayat 103 dijelaskan bahwa zakat diambil dari orangorang yang wajib membayar zakat untuk diserahkan kepada delapan asnaf . Di Indonesia yang berhak mengambil zakat adalah amil zakat, yaitu BAZNAS dan LAZ. Surat At-Taubah ayat 60 menjelaskan bahwa yang berhak menerima zakat adalah orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat (amil zakat), para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan (musafir). Mereka berdelapan inilah yang menjadi sasaran distribusi zakat oleh BAZNAS dan LAZ. 2.1.2.2 Fungsi Lembaga Amil Zakat.
LAZ merupakan perantara antara muzakki muzakki dan mustahiq. mustahiq. Zakat yang dikumpulkan oleh LAZ menjadikan penyaluran zakat menjadi lebih tertib dan merata serta menjadikan muzakki muzakki lebih disiplin dalam menunaikan kewajibannya. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011, LAZ membantu BAZNAS menyelenggarakan fungsi:
23
“1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. 2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. 3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. 4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaaan zakat” zakat”. Berdasarkan penjelasan di atas, LAZ memiliki fungsi penting dalam pengelolaan zakat. LAZ berperan sebagai seba gai penghubung penghu bung antara muzakki dan muzakki dan mustahiq. mustahiq. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian merupakan fungsi operasional dari LAZ. Sedangkan pelaporan merupakan penyampaian pelaporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infaq, shadaqah, dan dana redistribusi lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala. Selanjutnya, menurut Hafidhuddin (2008:126) LAZ dalam melaksanakan fungsinya sebagai pengelola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan, yaitu: 1. Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat. 2. Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. 3. Untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. 4. Untuk memperlihatkan syiar islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang islami. Memang secara hukum syariah adalah sah jika muzakki muzakki membayar langsung tanpa melalui lembaga zakat, akan tetapi di samping akan terabaikannya hal-hal tersebut di atas, juga akan sulit mewujudkan kesejahteraan umat melalui zakat dan instrumen lainnya.
24
2.1.2.3 Pendayagunaan ZISWAF
Dilihat dari bentuknya, penyaluran zakat dapat dilakukan dalam dua hal yaitu, dalam bentuk penyaluran konsumtif (pendistribusian) dan penyaluran produktif (pendayagunaan). Penyaluran dalam bentuk konsumtif adalah penyaluran zakat yang hanya diberikan kepada mustahiq mustahiq dengan sekali habis pakai. Dalam hal ini, penyaluran kepada mustahiq mustahiq tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri mustahiq. mustahiq. Penyaluran dalam bentuk ini diberikan kepada mustahiq mustahiq yang tidak mungkin lagi dapat mandiri, seperti kepada orang tua yang sudah renta dan orang cacat. Adapun penyaluran produktif dalam bentuk pendayagunaan adalah penyaluran zakat yang disertai usaha untuk mendatangkan hasil atau manfaat yang disertai dengan merubah kondisi mustahiq menjadi mustahiq menjadi muzakki. muzakki. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 27: “Zakat “Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat” umat”. Pedayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahiq mustahiq telah terpenuhi. Tidak hanya zakat yang dapat didayagunakan, infaq, shadaqah, wakaf, dan dana redistribusi lainnya juga merupakan instrumen-instrumen ekonomi Islam yang mempunyai kekuatan besar jika didayagunakan dan dikelola secara professional. Keberhasilan ZISWAF sehingga instrumen kesejahteraan tergantung kepada pendayagunaan dan pemanfaatannya. Pendayagunaan yang efektif adalah dengan mewujudkan manfaatnya dan memberikan pada yang berhak. Efektifnya manfaat yang dimaksud dalam pernyataan di atas adalah yang sesuai dengan tujuan,
25
sedangkan yang berhak adalah yang sesuai dengan nash Al-Quran. Menurut Direktorat Direktorat Pemberdayaan Zakat (2013:91) “Tantangan “Tantangan terbesar dari optimalisasi zakat adalah bagaimana mendayagunakan dana zakat menjadi tepat guna dan tepat sasaran. Tepat guna berkaitan dengan program pendayagunaan yang mampu menjadi solusi terhadap problem kemiskinan. Sedangkan tepat sasaran berkaitan dengan mustahiq mustahiq penerima dana zakat” zakat”. Salah satu optimalisasi dana ZISWAF secara tepat guna yang mampu menjadi solusi dalam mengurangi kemiskinan adalah dengan melakukan peminjaman modal tanpa bunga dan bagi hasil atau bisa disebut juga dengan qardhul hasan. hasan. Dapat dicatat bahwa dana yang digunakan dalam akad qardhul hasan adalah infaq, shadaqah, wakaf dan dana redistribusi lainnya. Zakat digunakan untuk ibadah, sementara qardhul hasan adalah untuk kegiatan muamalah. Qardhul hasan merupakan pinjaman yang harus dikembalikan, sedangkan zakat tidak perlu dikembalikan karena memang hak mereka. 2.1.3
Usaha Mikro
Dalam pendangan pemerintah, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan usaha yang bertujuan untuk membangun perekonomian nasional dengan melibatkan sebanyak mungkin pelaku usaha ekonomi. Pelaku usaha ekonomi dapat dibentuk dengan sosialisasi kewirausahaan, pelatihan, pemberian akses modal serta pendampingan usaha. Kriteria UMKM digolongkan berdasarkan jumlah aset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah usaha.
26
Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
No
Usaha
Kriteria
Aset Omzet 1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta 2 Usaha Kecil > 50 Juta – Juta – 500 500 Juta > 300 Juta – Juta – 2,5 2,5 Miliar 3 Usaha Menengah > 500 Juta – Juta – 10 10 Miliar > 2,5Miliar – 2,5Miliar – 50 50 Miliar Sumber: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Ditabelkan oleh penulis. Tabel 2.1 di atas menjelaskan tentang kriteria usaha mikro yang memiliki kekayaan paling banyak senilai Rp.50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta berpenghasilan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (Tiga ratus juta rupiah). Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 1 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah: “Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang”. undang-undang”. Usaha mikro merupakan kelompok terbawah dalam kategori usaha. Umumnya mereka tidak mempunyai akses ke lembaga keuangan dalam rangka untuk meningkatkan usahanya. Padahal, usaha yang mereka lakukan membutuhkan modal yang relatif kecil. Mereka yang termasuk di dalamnya meliputi pedagang kaki lima, pengusaha warung makan, peternak dan lainnya. 2.1.3.1 Kelebihan Usaha Mikro
Usaha mikro merupakan bisnis yang cukup dapat diandalkan dan banyak digeluti oleh masyarakat, terbukti dengan keberadaan usaha mikro yang sangat
27
banyak dan variatif. Usaha mikro memiliki beberapa kelebihan daripada usaha menengah dan usaha besar (Tambunan, 2002:10), yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Adanya motivasi yang kuat dalam mempertahankan usahanya. Suplai tenaga kerja berlimpah dan upah yang murah. Permodalan mengandalkan sumber-sumber informal yang mudah diperoleh. Bahan baku mengandalkan bahan-bahan lokal. Melayani pasar segmen bawah yang tinggi permintaannya. Sedangkan menurut Sutrisno dan Lestari (2006:20) usaha mikro memiliki
keunggulan komparatif: 1. Usaha mikro beroperasi menebar di seluruh pelosok dengan berbagai ragam bidang usaha. 2. Usaha mikro beroperasi dengan investasi modal untuk aktiva tetap pada tingkat yang rendah. 3. Sebagian besar usaha mikro dapat dikatakan padat karya (labour (labour intensive). intensive). 4. Hubungan yang erat antara pemilik dan karyawan menyebabkan sulitnya terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Kelebihan usaha yang telah dijelaskan di atas merupakan motivasi yang kuat bagi masyarakat miskin untuk dapat membuka usaha. Apalagi bahan baku yang digunakan merupakan bahan-bahan lokal yang mudah didapat serta merupakan segmen bawah yang tinggi permintaannya. Selain yang disebutkan di atas, kelebihan usaha mikro adalah sebagai sumber inovasi produk maupun jasa, karena untuk menghasilkan inovasi produk dan jasa tidak memerlukan teknologi tinggi atau biaya yang tinggi. Ketika sebuah produk diciptakan dan berhasil menyelesaikan suatu masalah pada kehidupan manusia, meskipun sederhana, hal tersebut merupakan sebuah inovasi.
28
2.1.3.2 Kelemahan Usaha Mikro
Usaha mikro disamping memiliki beberapa kelebihan juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Sutrisno dan Lestari (2006:20) usaha mikro memiliki kelemahan yaitu: 1. Pemasaran. Kelemahan dalam hal pemasaran merupakan kondisi ketika pelaku usaha mikro tidak dapat maksimal memasarkan produknya. Hal tersebut dikarenakan minimnya informasi pasar yang diperoleh serta masih kurangnya bentuk dan model kemasan sehingga konsumen tidak tertarik dengan produknya. 2. Permodalan. Kelemahan dalam hal permodalan merupakan kondisi pelaku usaha mikro kesulitan dalam memperoleh modal tambahan untuk meningkatkan usahanya. Bank adalah lembaga keuangan yang berorientasi profit. Mengingat hal itu, bank harus selektif dalam memilih nasabah yang mampu untuk mengembalikan uang dan menghasilkan pendapatan bagi bank. Akibat selektifitas tersebut, orang miskin sebagai pelaku usaha mikro tidak dapat dilayani. Ketika ingin mencari pinjaman modal di tempat yang lain, mereka berhadapan dengan renternir yang bagaikan penolong saat butuh uang, ujungnya malah menjerat peminjam. 3. Margin usaha yang cenderung tipis. Kelemahan dalam hal margin usaha yang cenderung tipis merupakan dikarenakan perang harga yang dilakukan oleh pelaku usaha mikro lainnya. Mereka lebih berorientasi ke produk bukan buk an ke konsumen. Karena ketika berorientasi ke produk,
29
maka akan terpikirkan bagaimana agar produk tersebut laku terjual dengan cepat. Dampak dari hal tersebut menyebabkan pelaku usaha mikro menurunkan harga serendah-rendahnya. Solusi dari hal tersebut adalah dengan mengubah mindset dari orientasi ke produk menuju orientasi ke konsumen. 4. Kemitraan. Kelemahan dalam hal kemitraan merupakan kondisi ketika pelaku usaha mikro minim dalam kemitraan. Kemitraan ini tidak hanya antar pelaku usaha mikro, tetapi juga dengan pelaku usaha menengah maupun besar. Karena kemitraan merupakan strategi bisnis untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. 5. SDM. Kelemahan dalam hal SDM merupakan kondisi ketika pelaku usaha mikro memiliki kemampuan manajemen yang lemah serta memiliki kualitas SDM yang rendah. Kualitas SDM yang rendah menandakan rendahnya pendidikan, keterampilan, semangat bekerja, komitmen dan wawasan kewirausahaan. Dampak dari hal tersebut menyebabkan tidak efektif dan tidak efisiennya pengelolaan usaha yang dilakukan. 6. Keuangan. Kelemahan dalam hal keuangan merupakan kondisi ketika pelaku usaha belum mampu untuk melakukan perencanaan dan pencatatan keuangan dengan baik. Dampak dari hal tersebut menyebabkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha bercampur menjadi satu.
30
Selain yang disebutkan di atas, kelemahan usaha mikro adalah peralatan produksi yang masih sederhana menyebabkan cara produksi yang digunakan dalam usaha tersebut masih dilakukan secara tradisional. Hal-Hal tersebut berdampak kepada hasil produksi yang kurang maksimal. 2.1.3.3 Kendala Pada Usaha Mikro
Setiap usaha memiliki kendala. Usaha mikro mempunyai kendala yang sering dihadapi dalam perjalanan usahanya. Menurut Sutrisno dan Lestari (2006:21) faktorfaktor yang masih menjadi kendala dalam meningkatkan daya saing dan kinerja usaha mikro adalah: 1. Kurangnya komitmen pemerintah terhadap dukungan permodalan. Kurangnya komitmen pemerintah terhadap dukungan permodalan mengakibatkan tidak meningkatnya usaha mikro. Permodalan merupakan hal yang penting bagi mereka yang menginginkan usaha mikronya meningkat. Dengan diberikannya modal berupa hibah maupun pinjaman, maka secara otomatis akan meningkatkan aset usaha dan jumlah produk yang dijual sehingga akan berdampak pada meningkatnya pendapatan yang diterima oleh pelaku usaha mikro. 2. Kurangnya kemampuan usaha mikro untuk meningkatkan akses pasar. Kurangnya
kemampuan
usaha
mikro
untuk
meningkatkan
akses
pasar
mengakibatkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara luas. Hal tersebut menyebabkan hasil penjualan yang diperoleh tidak maksimal. Oleh karena
31
itu, pentingnya pemerintah dan kemitraan untuk dapat membuka akses tersebut sehingga hasil penjualan dapat diperoleh secara maksimal. 3. Terbatasnya teknologi dan informasi. Terbatasnya teknologi dan informasi mengakibatkan rendahnya pengembangan produk dan layanan sehingga menurunkan daya da ya saing usaha. Daya saing yang baik memiliki pengaruh terhadap peningkatan produktivitas usaha dan perluasan akses pasar. Hal ini membuat peningkatan omset penjualan dan keuntungan usaha. 4. Rendahnya kualitas SDM. Rendahnya kualitas SDM menandakan rendahnya pendidikan, keterampilan, semangat bekerja, komitmen dan wawasan kewirausahaan. Rendahnya kualitas SDM menyebabkan tidak maksimalnya produktivitas usaha yang dijalankan. Kualitas SDM berpengaruh dalam maju atau mundurnya suatu usaha. Ketika memiliki SDM yang berkualitas maka akan dapat menghindari dan mengurangi kendala-kendala yang dihadapinya. 5. Proses perijinan memerlukan waktu yang panjang dan biaya yang tinggi. Proses perijinan yang memerlukan waktu yang panjang dan biaya tinggi merupakan hal yang membuat usaha mikro tidak dapat berkembang. Terutama ketika usaha mikro berkembang menjadi badan usaha. Badan usaha memiliki keuntungan antaralain: lebih mudah memperoleh modal dalam jumlah besar sehingga dapat meningkatkan usahanya, kualitas SDM meningkat karena butuh ahli dalam bidang tertentu untuk menjadikan badan usaha menjadi efektif dan efisien serta sebagai sarana untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan, karena
32
pelanggan yang menganggap mengang gap bisnis yang sudah berbadan b erbadan usaha adalah bisnis yang serius dan dapat dipertanggungjawabkan. 6. Lembaga Keuangan belum mampu melayani usaha mikro secara optimal. Lembaga Keuangan belum mampu melayani usaha mikro secara optimal terutama dalam hal permodalan sehingga menyebabkan usaha mikro belum mampu untuk berkembang lebih maju. Pada umumnya, lembaga keuangan terutama bank harus selektif dalam memilih nasabah yang mampu untuk mengembalikan uang dan menghasilkan pendapatan bagi bank. Akibat selektifitas tersebut, orang miskin sebagai pelaku usaha mikro tidak dapat dilayani. Oleh sebab itu, butuh lembaga yang mampu melayani pelaku usaha mikro khususnya orang miskin untuk mendapatkan modal. 7. Tidak berfungsinya secara baik lembaga promosi pemerintah. Tidak berfungsinya secara baik lembaga promosi pemerintah tentu menghambat promosi produk dari usaha mikro yang ada, terutama promosi di pasar domestik. Kebanyakan dari pelaku usaha mikro kesulitan dalam promosi produknya dikarenakan tidak adanya dana yang dianggarkan untuk melakukan promosi. 2.1.3.4 Penguatan Modal Usaha Mikro
Sumber modal bagi usaha mikro terbagi menjadi dua sumber yaitu modal sendiri dan modal dari luar. Modal sendiri bersumber dari pemilik itu sendiri yang terdiri dari tabungan, hibah, dan lain sebagainya, sedangkan modal dari luar bersumber dari pihak luar yang diperoleh dari pinjaman yang didapatkan dari Baitul
33
Maal wat Tamwil (BMT), LAZ, perbankan, pegadaian, koperasi, atau lembaga pembiayaan yang lainnya. Lembaga keuangan k euangan non-bank non -bank seperti BMT, pegadaian, dan koperasi lebih mudah memberi modal terhadap usaha mikro karena dari segi adminstrasi dan likuiditas lebih mudah daripada lembaga keuangan bank. Penguatan modal adalah sebuah proses peningkatan kuantitas dan dimensi perusahaan. Penguatan modal dalam usaha u saha mikro dapat diartikan sebagai upaya untuk membuat usaha mikro yang sebelumnya mengalami kesulitan usaha menjadi mandiri dan kuat secara keuangan dengan memberikan modal, pendampingan, dan pelatihan usaha. Jika telah dilaksanakan diharapkan usaha mikro bisa mengalami keberhasilan. 2.1.4
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu permasalahan sosial yang tidak hanya menyangkut masalah ekonomi, tetapi juga menyangkut masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat. Kementerian Sosial Sosial (2012:1) menyatakan bahwa, “Kemiskinan “Kemiskinan adalah kurangnya pendapatan dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup; kelaparan dan kekurangan gizi; kesehatan yang buruk; keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; lingkungan yang tidak aman; perumahan yang tidak memadai; dan diskriminasi sosial” sosial”. Komite Penanggulangan Kemiskinan di dalam merumuskan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan menjelaskan “K emiskinan emiskinan dipandang sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk menempuh dan mengembangkan
34
kehidupan yang bermartabat” bermartabat”. Hak-hak dasar tersebut secara umum adalah kebutuhan pangan, tempat tinggal, pakaian, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, air bersih dan lainnya. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah kondisi seseorang atau sekelompok orang yang lemah dan tidak berdaya serta kurang dalam memperoleh pendapatan dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin kelangsungan hidup; kelaparan, dan kekurangan gizi; kesehatan yang buruk; keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; lingkungan yang tidak aman; perumahan yang tidak memadai; dan diskriminasi sosial sehingga hak-hak dasar tersebut tidak dapat untuk menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Istilah kemiskinan memang hanya berkaitan dengan kekurangan harta dan tingkat pendapatan yang rendah. Dalam pengertian tersebut, kemiskinan dibagi menjadi empat bentuk (Noor, 2014:133) yaitu: 1. Kemiskinan absolut, yaitu keadaan yang mana pendapatan kasar bulanan tidak mencukupi untuk memberli keperluan minimum; 2. Kemiskinan relatif, yaitu kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara suatu pendapatan dengan tingkat pendapatan lainnya; 3. Kemiskinan struktural yaitu kondisi di mana sekelompok orang berada di dalam wilayah kemiskinan, dan tidak ada peluang bagi mereka untuk keluar dari kemiskinan; 4. Kemiskinan kultural yaitu budaya yang membuat orang miskin, yang dalam antropologi kemiskinan sebagai adanya budaya miskin. Kemiskinan absolut merupakan kondisi seseorang tidak mampu memenuhi kehidupan pokoknya seperti, sandang, papan, pangan, kesehatan, dan pendidikan. Kemiskinan
relatif
merupakan
kondisi
yang
dipengaruhi
oleh
kebijakan
35
pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga terjadi kesenjangan pada distribusi pendapatan. Kemiskinan struktural merupakan kondisi kemiskinan yang dipengaruhi ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam menyediakan
kesempatan
bekerja.
Kemiskinan
kultural
merupakan
kondisi
kemiskinan yang dipengaruhi oleh faktor budaya, seperti malas, pemboros, tidak mau belajar meskipun ada bantuan dari pihak luar. 2.1.4.1 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan
Sebuah permasalahan timbul karena ada faktor yang mendahuluinya, sehingga menyebabkan timbulnya sebuah permasalahan. Begitu juga dengan permasalahan kemiskinan ada faktor-faktor yang menjadi penyebab kemiskinan. Menurut Bappenas (2010) faktor-faktor penyebab kemiskinan adalah: 1. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan. Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan pada umumnya disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat. Rendahnya daya beli masyarakat terjadi karena tidak cukupnya pendapatan yang mereka peroleh untuk memenuhi kebutungan pangan. Hal tersebut menyebabkan rendahnya asupan kalori dan gizi sehingga berisiko tinggi menderita gizi buruk. 2. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan oleh akses layanan kesehatan yang sulit berupa jarak yang terlalu jauh dan layanan kesehatan yang terlalu mahal untuk dijangkau oleh masyarakat miskin, sehingga masyarakat
36
miskin kesulitan mendapat layanan kesehatan ketika sedang menderita penyakit. Rendahnya mutu layanan kesehatan berupa keterbatasan obat dan sarana yang dimiliki oleh sebuah layanan kesehahatan, serta minimnya tenaga kesehatan di wilayah
masyarakat
miskin
menyebabkan
tidak
maksimalnya
pelayanan
kesehatan. 3. Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Terbatasnya layanan pendidikan karena masih tingginya biaya pendidikan, khususnya dalam jenjang perguruan tinggi, dan fasilitas pendidikan yang tidak merata karena kebanyakan sekolah dan perguruan tinggi yang berkualitas berada di kota-kota besar, sehingga menyebabkan ketimpangan layanan pendidikan khususnya di pedesaan. Rendahnya mutu pendidikan berkaitan dengan sarana dan prasarana yang tidak memadai dan jumlah guru yang tidak seimbang antara di kota dan pedesaan. 4. Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha. Terbatasnya kesempatan kerja yang dialami oleh masyarakat miskin karena kualifikasi kerja yang menuntut calon pekerja memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga menyebabkan masyarakat miskin tidak memperoleh pekerjaan. Pada umumnya, masyarakat miskin berpendidikan rendah sehingga tidak memenuhi kualifikasi kerja. Ketika masyarakat miskin mendapat pekerjaan sesuai dengan pendidikannya, maka mereka rentan terhadap rendahnya upah dan perlindungan kerja. Ketika mereka ingin membuka usaha atau meningkatkan usaha mereka, maka mereka menghadapi masalah selanjutnya yaitu keterbatasan modal.
37
5. Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi. Rumah merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia karena rumah adalah tempat berteduh dan tempat beristirahat yang paling nyaman. Namun, masyarakat miskin terkendala dalam memiliki rumah, karena lahan yang terbatas serta mahalnya rumah-rumah yang tersedia. Hal tersebut menyebabkan mereka yang tinggal di perkotaan menempati rumah kecil yang dihuni banyak orang, saling berhimpit dan saluran pembuangan yang tidak tertata. Kemiskinan
juga
selalu
dapat
dikaitkan
dengan
keterbatasan
dalam
memperoleh modal. Ketika mereka tidak mendapatkan pekerjaan, modal merupakan sebuah hal penting yang diharapkan untuk membuka usaha mereka. Ketika masyarakat tidak dapat memperoleh modal untuk membuka usaha mereka, demikian pula untuk meningkatkan usaha bagi yang sudah memiliki usaha, maka akan mengakibatkan usaha mereka tidak akan tumbuh. Ini semua menyiratkan pentingnya program ekonomi yang lebih memihak masyarakat miskin untuk memperoleh modal. 2.1.4.2 Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Ekonomi ZISWAF
Pemberdayaan masyarakat miskin merupakan upaya yang dilakukan untuk membantu masyarakat miskin menjadi mandiri, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar, melainkan mengusahakan agar masyarakat tidak tetap dalam keadaan miskin. Apabila dibicarakan persoalan pemberdayaan ekonomi masyarakat, maka apakah artinya dan bidang apa saja yang harus ditangani?. Hutomo (2000:3)
38
menjawab pertanyaan ini dengan menjelaskan “Pemberdayaan “Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji yang memadai, penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang harus dilakukan secara multi aspek ”. Pemerintah telah berusaha melakukan program pengentasan kemiskinan melalui berbagai upaya pemberdayaan fakir miskin, seperti pemberian bantuan modal usaha bergulir setiap tahun, pelatihan wirausaha, dan lain sebagainya. Berbeda dengan bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah, sesuai dengan tugas dan fungsinya, maka LAZ memanfaatkan jalur sosial ekonomi keagamaan sebagai cara untuk melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Jalur yang digunakan adalah dengan memanfaatkan instrumen-instrumen Islam yaitu zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf. Menurut Direktorat Pemberdayaan Zakat (2013:95) ada dua pola dalam usaha untuk mendayagunakan ZISWAF yaitu, 1. Pola Produktif Pemberdayaan Ekonomi Dalam melakukan pemberdayan ekonomi, ada beberapa kegiatan yang dapat dijalankan oleh LAZ. Kegiatan tersebut dapat berbentuk seperti, pemberian modal kerja untuk membantu pengusaha khususnya pengusaha mikro. Pemberian modal kerja merupakan hal yang penting bagi masyarakat miskin yang tidak mendapatkan pekerjaan, karena diharapkan dari pemberian modal tersebut dapat digunakan untuk membuka usaha mereka. Demikian pula pemberian modal tersebut berguna untuk
39
meningkatkan usaha bagi mereka yang sudah memiliki usaha mikro. Dengan diberikannya modal berupa hibah maupun pinjaman, maka secara otomatis akan meningkatkan aset usaha dan jumlah produk yang dijual, sehingga akan berdampak pada meningkatnya pendapatan yang diterima oleh pelaku usaha tersebut. Pendirian
gerai-gerai,
pameran
dan
bazar
untuk
memamerkan
dan
memasarkan hasil-hasil usaha mikro, seperti kerajinan tangan, makanan olahan, fashion, dan lain-lain. Pendirian gerai-gerai, pameran dan bazar dapat dimanfaatkan bagi pelaku usaha mikro sebagai ajang untuk memasarkan produknya. Dengan demikian,
bantuan
berupa
pemasaran
produk
dari
LAZ
diharapkan
dapat
meningkatkan usaha mereka. Seringkali
usaha
mikro
berhenti
di
tengah
jalan,
karena
strategi
pengembangan usaha tidak efektif dan monoton. Klinik Konsultasi Bisnis (KKB) merupakan hal yang dibutuhkan oleh pelaku usaha mikro. KKB merupakan penyediaan fasilitator dan konsultan bisnis untuk membimbing keberlanjutan usaha. Strategi tersebut dapat berbentuk alih pengetahuan, keterampilan dan informasi. 2. Pola Konsumtif Penerimaan instrumen-instrumen Islam seperti, zakat, infaq, dan wakaf harus dimaksimalkan. Agar penerimaan instrumen-instrumen Islam dapat ditingkatkan secara maksimal maka butuh sosialisasi dakwah mengenai pentingnya zakat, infaq, shadaqah dan wakaf dalam pemberdayaan ekonomi masyarkaat yang gencar oleh LAZ berupa sosialisasi di TV, media cetak, sosial media maupun door to door kepada perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia khususnya di Ibukota DKI
40
Jakarta. Diharapkan hasil dari sosialisasi tersebut dapat meningkatkan penerimaan dana ke LAZ, sehingga akan berdampak kepada bertambahnya pemberdayaan ekonomi masyarakat di Indonesia. Untuk menunjang Klinik Konsultasi Bisnis (KKB) butuh pembangunan infrastruktur minimal disetiap kota. Dengan dibangunnya KKB disetiap kota maka pelaku usaha mikro dapat berkonsultasi mengenai bisnisnya, sehingga diharapkan dengan adanya konsultasi tersebut usaha yang digeluti dapat meningkat. Untuk menunjang proses usaha mikro yang dilakukan oleh pelaku usaha mikro, maka prasarana usaha merupakan hal yang utama bagi terselenggaranya produksi suatu produk. Pelaku usaha mikro seringkali memiliki keterbatasan biaya untuk membangun prasarana usahanya, maka sebuah tugas dari LAZ dalam menjalankan fungsinya untuk membangun prasarana usaha bagi pelaku usaha mikro dengan membuat sebuah Pusat Usaha Mikro (PUM). PUM tersebut terdiri dari beberapa kios yang ditempati oleh pelaku usaha mikro, dan tidak hanya mendirikan PUM, namun LAZ juga berupaya untuk mempromosikan PUM tersebut ke masyarakat, sehingga pelaku usaha mikro mendapatkan dua bantuan yaitu, bantuan prasarana usaha dan bantuan pemasaran. Untuk mendayagunakan dana ZISWAF diperlukan langkah-langkah kongkrit yang bersifat koordinatif dan kooperatif untuk dapat mencapai keberhasilan. Ketika dana yang telah diberikan mengikuti pola produktif maupun pola konsumtif, perlu adanya pendampingan dengan tujuan dapat menjaga keberlangsungan program yang
41
telah dicanangkan. Misalnya, dalam pemberian bantuan uang sebagai modal kerja, dibutuhkan tenaga ahli yang berfungsi sebagai konsultan dalam pemanfaatan atau pengembangan usahanya itu. Hal ini untuk menghindari program tersebut berjalan tidak semestinya karena para peserta program tidak bisa memanfaatkan bantuan tersebut karena terkendala berbagai hal. 2.1.5
Peningkatan Usaha
Peningkatan usaha dapat diartikan telah mencapai keberhasilan usaha. Usaha tersebut mencapai kondisi yang belum pernah tercapai. Menurut Suryana (2003:85) “Suatu usaha dikatakan berhasil di dalam usahanya apabila setelah jangka waktu tertentu usaha tersebut mengalami peningkatan baik dalam permodalan, pendapatan, volume penjualan, output produksi dan tenaga kerja. Maka peningkatan usaha dapat disamakan dengan keberhasilan usaha” usaha”. Keberhasilan usaha ditandai antaralain dengan peningkatan berupa kuantitas dan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan. Dalam rangka peningkatan usaha, termasuk usaha mikro butuh strategi yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (dalam Herawati, 2011:43) memberikan empat langkah strategis yang wajib diusahakan dalam upaya peningkatan usaha mikro: 1. Menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan usaha mikro yang mencakup aspek regulasi dan perlindungan usaha 2. Menciptakan sistem penjaminan untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif usaha mikro 3. Menyediakan bantuan teknis dan pendampingan serta manajerial guna meningkatkan status dan kapasitas usaha
42
4. Melakukan penataan dan penguatan kelembagaan keuangan mikro untuk memperluas jangkauan pelayanan keuangan kepada usaha mikro secara cepat, tepat, mudah, dan sistematis. Keempat langkah tersebut kemudian diformulasikan dalam berbagai kebijakan dan program ekonomi dengan tetap mengedepankan perlunya kerjasama antara pelaku terkait, baik pemerintah, lembaga keuangan bank dan non-bank, lembaga pengelola dana ZISWAF, maupun para pemilik usaha mikro sendiri. Dengan demikian, upaya untuk peningkatan usaha dapat menjadi sebuah cara untuk meraih keberhasilan usaha. 2.1.5.1 Indikator Peningkatan Usaha
Indikator keberhasilan dari suatu pemberdayaan usaha dapat dilihat dari peningkatan usaha itu sendiri. “Indikator keberhasilan usaha dapat dilihat dari berbagai sisi, antara lain peningkatan aset, peningkatan jumlah karyawan, peningkatan omset penjualan, peningkatan laba, serta terjadinya peningkatan kuantitas dan dimensi perusahaan yang kesemuanya dihitung dalam jangka waktu tertentu” tertentu” (Jarkasih, 2008:41). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka keberhasilan suatu peningkatan usaha mikro melalui program pemberdayaan ekonomi dapat dilihat dengan menggunakan beberapa indikator antara lain peningkatan aset, peningkatan omset penjualan, peningkatan pendapatan bersih, dan stabilitas usaha. Peningkatan jumlah karyawan tidak dapat digunakan sebagai indikator, karena umumnya, pada usaha mikro, jumlah karyawan tidak berubah dalam jangka waktu pendek.
43
Berikut adalah penjelasan dari indikator-indikator yang digunakan dalam menentukan berhasilnya peningkatan usaha: 1. Peningkatan aset usaha Dalam suatu usaha, aset mempunyai fungsi penting untuk menunjang kegiatan produksi. Aset merupakan sumber penghasilan yang dapat memberikan hasil pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Tunggal (2002:19) menjelaskan bahwa: Aset yang digunakan pada usaha mikro antara lain, kompor, etalase, kursi, meja dan lainnya yang termasuk dalam kelompok aset lancar karena dalam bentuk kelompok ini lazimnya dikelompokkan pada hartaharta yang relatif sifatnya permanen dan digunakan dalam operasi usaha yaitu sama sekali tidak dimaksud untuk dijual kembali. Persediaan bahan baku, perlengkapan usaha, dan lainnya dapat diharapkan menjadi tunai juga termasuk aset lancar. Peningkatan pada aset tentunya akan meningkatkan produksi dan penjualan produk sehingga dapat meningkatkan suatu usaha yang dijalankan. 2. Peningkatan omset penjualan Omset penjualan dapat diartikan sebagai pendapatan yang dihasilkan dari banyaknya produk yang terjual dalam jangka waktu tertentu. Peningkatan omset penjualan menunjukan suatu peningkatan volume produk yang terjual dalam jangka waktu tertentu. Untuk menghasilkan peningkatan usaha maka seorang pemilik dituntut untuk selalu meningkatkan omset penjualan usahanya. 3. Peningkatan pendapatan usaha
44
Pendapatan usaha merupakan hasil dari aktivitas bisnis dengan menghasilkan laba atau rugi pada periode tertentu. Triyuwono dan As’udi (2001:9) menjelaskan bahwa: bahwa: Pendapatan usaha terkait dengan laba atau rugi, yaitu jika terjadi kelebihan pendapatan atau surplus dari kegiatan usaha yang diperoleh dari selisih antara pendapatan dengan beban terkait dalam suatu periode tertentu, maka menghasilkan laba, dan sebaliknya jika terjadi kekurangan pendapatan atau defisit dari kegiatan usaha yang diperoleh dari selisih antara pendapatan dengan beban terkait dalam suatu periode tertentu maka usaha tersebut mengalami rugi. Peningkatan pendapatan usaha merupakan tujuan jangka pendek sebuah usaha. Ketika pendapatan usaha meningkat, maka semakin besar keuntungan yang diperoleh. 4. Stabilitas usaha Stabilitas usaha diartikan sebagai keadaan terbebasnya usaha dari fluktuasi agar senantiasa dapat tetap berjalan dengan sesuai rencana. Munawir (200:31) menjelaskan bahwa “stabilitas “stabilitas usaha adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil serta kemampuan menjalankan usahanya secara berkelanjutan tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan”. keuangan”. Kestabilan usaha dapat diukur dari jumlah aset, omset penjualan, dan pendapatan yang dimiliki oleh suatu usaha dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Suatu usaha dikatakan stabil jika jumlah aset, omset penjualan, dan pendapatan tidak mengalami kegoncangan. Arahnya dapat naik, tetap atau turun, tetapi yang dimaksud di sini adalah yang naik atau tetap, bukan yang menurun.
45
2.1.6
Sociall Tr ust ust F und Konsep Program Ekonomi Socia
Terdapat beberapa hal yang akan dijelaskan dalam konsep program ekonomi Social Trust Fund (STF), yaitu pengertian Social Trust Fund, target program dan sasaran kegiatan, dan kriteria penerima manfaat. Seluruh meterinya diperoleh dari data internal Dompet Dhuafa. 2.1.6.1 Pengertian Socia Sociall Tr ust ust F und
Social Trust Fund (STF) merupakan pinjaman modal bagi pelaku usaha mikro tanpa bunga dan tanpa bagi hasil. hasil. STF dikembangkan oleh Dompet Dhuafa untuk memainkan fungsi bank orang miskin yang sesungguhnya. Transaksi yang digunakan adalah akad qardhul hasan. Qardhul hasan adalah hasan adalah pinjaman kebaikan yang diberikan atas dasar kewajiban sosial dengan tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan, di mana penerima manfaat tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman, dan apabila dirasakan benar-benar tidak mampu mengembalikannya atau dalam keadaan force majeure majeure penerima manfaat tidak diharuskan mengembalikan. Pada tahap awal (dua tahun pertama), akad qardhul hasan menempati proporsi 100%. Dalam tahap lanjut (setelah melewati dua tahun), STF diperkenalkan dengan transaksi non-qardhul non-qardhul hasan. hasan. Transaksi non-qardhul non-qardhul hasan hasan ditujukan kepada penerima manfaat yang telah mengalami peningkatan kelas sosial dan ekonomi dengan perkembangan usahanya. Untuk memastikan bahwa STF tetap menjadi lembaga sosial, maka proporsi transaksi non-qardhul non-qardhul hasan maksimal hasan maksimal 40% dari rasio keuangan STF .
46
2.1.6.2 Target Program dan Sasaran Kegiatan
1. Target Program Secara umum target program adalah sebagai berikut: Tahun pertama: a. Menumbuhkembangkan usaha mikro yang diharapkan dengan penyaluran modal tersebut dapat membangkitkan perekonomian umat. b. Membina sumber daya insani (SDI) lokal agar mampu menjalankan program dengan baik dan amanah. Tahun kedua: a. Memantapkan STF agar dapat berjalan efektif dan efisien. b. Terbentuknya kader-kader SDI yang memiliki komitmen tinggi dan amanah dalam upaya kesinambungan program pemberdayaan masyarakat. c. Mengawal proses aset reform agar dapat berjalan sesuai dengan harapan pada akhir tahun program, yaitu mendorong pembentukan kelembagaan formal yang memiliki manfaat berkesinambungan bagi masyarakat. 2. Sasaran Kegiatan a. Sasaran kelompok/Komunitas Program ini akan mengembangkan kemitraan dengan kelompok atau komunitas yang sudah ada maupun yang akan dibentuk melalui program ini. b. Sasaran Penerima Manfaat
47
1. Masyarakat pendapatan kecil menengah. 2. Masyarakat miskin, tetapi masih memiliki usaha secara ekonomi. 3. Masyarakat sangat miskin. Pada prinsipnya penerima manfaat adalah masyarakat yang mau berupaya secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui usaha produktif baik didaerah bencana, daerah marjinal pedesaan, pesisir maupun perkotaan. 2.1.6.3 Kriteria Penerima Manfaat
Kriteria penerima manfaat pada program ekonomi STF adalah: 1. Korban bencana (prioritas utama) 2. Tergolong mustahiq (prioritas mustahiq (prioritas utama) 3. Sudah memiliki usaha mikro atau punya kemauan untuk memulai usaha baru. 4. Berakhlak baik dalam masyarakat (misalnya tidak berjudi dan mabuk-mabukan). 5. Bersedia mengikuti ketentuan. 2.2
Penelitian Sebelumnya
Dalam subbab ini akan disampaikan dua penelitian terdahulu yang memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini, baik dalam topik secara umum maupun variabel yang digunakan. Yang pertama adalah penelitian oleh Renatha Agung Yoga Prasetya, tahun 2015 yang berjudul Peran Baitul Peran Baitul Maal wat Tamwil dalam dalam Peningkatan Usaha Mikro melalui
Pembiayaan Mudharabah Mudharabah (Studi
Kasus
pada
Produk
Pembiayaan
48
Mudharabah Mudharabah Mikro BMT Asy-Syifa’ Asy-Syifa’ Kabupaten Sidoarjo). Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui peran BMT dalam peningkatan usaha mikro melalui produk pinjaman mudharabah mudharabah mikro oleh BMT Asy Syifa Sidoarjo. Mudharabah Mudharabah secara garis besar dikelompokan atas dua bagian besar yaitu, mudharabah muqayyadah muqayyadah dan mudharabah muthlaqah. muthlaqah. Kegiatan operasional BMT terdiri atas lima prinsip, yaitu prinsip bagi hasil yang terdiri atas produk mudharabah, mudharabah, musyarakah, muzara’ah, musaqah; musaqah; prinsip jual beli yang terdiri atas produk murabahah, murabahah, salam, dan dan istishna; istishna; prinsip non-profit; qardhul hasan; hasan; prinsip titipan dan prinsip sewa. Persamaan penelitian oleh Renatha dengan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis sebuah peran dalam upaya peningkatan usaha mikro. Sementara itu, perbedaan penelitian oleh Renatha dengan penelitian ini adalah terletak pada subjek dan objek penelitian. Subjek penelitian oleh Renatha berada di BMT Asy-Syifa Kabupaten Sidoardjo dan objek penelitiannya berupa peran BMT melalui pembiayaan mudharabah. mudharabah. Adapun subjek penelitian ini berada di Social Trust Fund Dompet Dhuafa Semarang dan objek penelitian ini adalah peran Social Trust Fund . Yang kedua adalah penelitian oleh Fathnin Adani, tahun 2014 berjudul Dampak Qardhul Hasan dalam Hasan dalam Peningkatan Usaha Masyarakat Miskin (Studi Kasus pada Penerima Program Social Trust Fund Dompet Dhuafa Surabaya). Tujuan penelitian tersebut adalah mengetahui dampak qardhul hasan hasan dalam meningkatkan usaha masyarakat miskin melalui program Social Trust Fund pada Dompet Dhuafa Surabaya. Dana kebajikan (qardhul (qardhul hasan) hasan) yaitu pinjam meminjam dana tanpa
49
imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Dana kebajikan (qardhul (qardhul hasan) hasan) memiliki potensi yang besar apabila dana-dana tersebut dimanfaatkan dan dikelola secara optimal dan professional seperti dengan menggunakan prinsip amar ma’ruf nahi
mungkar yang
berarti
kewajiban
menegakkan
kebenaran,
kewajiban
menegakkan keadilan dan kewajiban menyampaikan amanah. Persamaan penelitian oleh Fathin dengan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis peningkatan usaha masyarakat miskin pada penerima manfaat Social Trust Fund . Sementara itu, perbedaan penelitian oleh Fathin dengan penelitian ini adalah terletak pada subjek dan objek penelitian. Subjek Su bjek penelitian oleh Fathin berada di Social Trust Fund Dompet Dhuafa Surabaya dan objek penelitiannya berupa dampak dari akad qardhul hasan, hasan, adapun subjek penelitian ini berada di Social Trust Fund Dompet Dhuafa Semarang dan objek penelitian ini adalah peran Social Trust Fund .
50
Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya No. 1
Nama Renatha Agung Yoga Prasetya
2
Fathnin Adani
Judul Tahun Persamaan Peran Baitul Peran Baitul Maal 2015 Penelitian Wat Tamwil tersebut Dalam tentang Peningkatan Usaha peningkatan Mikro Melalui usaha mikro Pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus Pada Produk Pembiayaan Mudharabah Mikro BMT AsySyifa Kabupaten Sidoarjo) Dampak Qardhul 2014 Penelitian Hasan Dalam Hasan Dalam tersebut Peningkatan Usaha tentang Masyarakat Miskin peningkatan (Studi Kasus Pada usaha Penerima Program masyarakat Social Trust Fund miskin pada (STF) Dompet penerima Dhuafa Surabaya) manfaat Social Trust Fund (STF) (STF)
Perbedaan 1. Subjek penelitian berada di BMT AsySyifa Kabupaten Sidoarjo 2. Objek penelitian berupa peran BMT melalui pembiayaan mudharabah
1. Subjek penelitian berada di STF Dompet Dhuafa Surabaya 2. Objek penelitian berupa dampak dari akad qardhul hasan
Sumber: Data Diolah Peneliti (2017) 2.3
Proposisi
Indikator keberhasilan dari suatu pemberdayaan usaha dapat dilihat dari peningkatan usaha itu sendiri. “Indikator keberhasilan usaha dapat dilihat dari berbagai sisi, antara lain peningkatan aset, peningkatan jumlah karyawan, peningkatan omset penjualan, peningkatan laba, serta terjadinya peningkatan
51
kuantitas dan dimensi perusahaan yang kesemuanya dihitung dalam jangka waktu tertentu” (Jarkasih, 2008:41). 2008:41). Maka keberhasilan suatu peningkatan usaha mikro melalui program pemberdayaan ekonomi dapat dilihat dengan menggunakan beberapa indikator antara lain peningkatan aset, peningkatan omset penjualan, peningkatan pendapatan bersih, dan stabilitas usaha. Peningkatan jumlah karyawan tidak dapat digunakan sebagai indikator, karena umumnya, pada usaha mikro, jumlah karyawan tidak berubah dalam jangka waktu pendek. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini didasarkan atas proposisi, yaitu program ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang secara signifikan berperan meningkatkan usaha mikro pada aset usaha, omset penjualan usaha, pendapatan usaha, dan stabilitas usaha masyarakat miskin. Dari proposisi diatas dijabarkan pertanyaan penelitian (research (research question) question) berikut ini. 1. Bagaimana perkembangan aset usaha informan penerima manfaat setelah mengikuti program ekonomi STF? 2. Bagaimana perkembangan omset penjualan usaha informan penerima manfaat setelah mengikuti program ekonomi STF? 3. Bagaimana perkembangan pendapatan usaha informan penerima manfaat setelah mengikuti program ekonomi STF? 4. Bagaimana perkembangan stabilitas usaha informan penerima manfaat setelah mengikuti program ekonomi STF?
52
2.4
Kerangka Berpikir Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Al-Quran Dan As-Sunnah
Zakat, Infaq, Shadaqah Dan Wakaf
Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa
Pengumpulan
Pendistribusian
Pendayagunaan
Pemberdayaan Kesehatan
Pemberdayaan Pendidikan
Pemberdayaan Ekonomi
Program Ekonomi Shadaqah Ternak
Program Ekonomi UMKM & Industri Kreatif
Program Ekonomi Institut Kemandirian
Pelaporan
Pemberdayaan Pengembangan Sosial
Program Ekonomi Social Trust Fund (STF)
Masyarakat Miskin
Peningkatan Usaha Mikro
Aset
Omset Penjualan
Pendapatan
Meningkat ?
Ya
Tidak
Stabilitas Usaha
53
Aspek yang diteliti Aspek yang tidak diteliti
Kerangka berpikir di atas menjelaskan, apa yang telah ada didalam Al-Quran dan As-Sunnah bahwa zakat, infaq, shadaqah dan wakaf merupakan instrumeninstrumen ekonomi Islam yang sangat penting. Sementara itu, zakat, infaq, shadaqah dan wakaf yang disalurkan kepada Lembaga Amil Zakat (LAZ) akan dikelola, dan pengelolaan tersebut memiliki empat fungsi yaitu, penghimpunan, pendistribusian, pendayagunaan, dan pelaporan. Fokus penelitian ini adalah salah satu keempat fungsi LAZ yaitu pendayagunaan. Pendayagunaan sendiri terbagi menjadi empat, yaitu pemberdayaan kesehatan, pemberdayaan pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan pemberdayaan pengembangan sosial. Dalam penelitian ini yang diambil adalah pendayagunaan dalam bentuk b entuk pemberdayaan ekonomi. Pemberdayaan ekonomi yang dimaksud adalah program pemberdayaan ekonomi Social Trust Fund (STF) yang merupakan pemberian modal dengan pengembalian tanpa bunga dan tanpa bagi hasil yang disalurkan kepada masyarakat miskin. Peningkatan ini memfokuskan pada peran dari program ekonomi Social Trust Fund (STF) oleh LAZ Dompet Dhuafa yang dilakukan di wilayah Semarang. Program ekonomi Social Trust Fund (STF) memberikan dana modal bantuan yang berasal dari dana infaq, shadaqah dan wakaf kepada masyarakat miskin yang memiliki usaha. Program ekonomi Social Trust Fund (STF) (STF) memainkan fungsi ‘ bank bank
54
orang miskin’ miskin’ yang sesungguhnya. Transaksi yang digunakan adalah akad dana kebajikan (qardhul (qardhul hasan). hasan). Dengan diberikannya tambahan modal kepada masyarakat miskin diharapkan dapat meningkatkan usaha sehingga dapat membangkitkan keswadayaan masyarakat.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian sangat penting untuk menentukan arah suatu penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:21) adalah “Tradisi “Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan
orang-orang
tersebut
dalam
bahasanya
dan
dalam
peristilahannya” peristilahannya”. Selanjutnya, menurut Bodgan dan Taylor (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:21) mendefinisikan metodologi penelitian kualitatif sebagai “Prosedur “Prosedur penelitian yang menghasilkan men ghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati” diamati”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena masalah yang diteliti membutuhkan pendekatan yang mendalam pada fenomena program permberdayaan ekonomi Social Trust Fund (STF) dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin di Semarang. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yaitu, yaitu, “Bagaimana peran Social Trust Fund dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin oleh Dompet Dhuafa Semarang” Semarang”. Rumusan masalah tersebut tidak dapat diperoleh menggunakan perhitungan data dalam menemukan jawaban. Oleh
55
56
karena itu, untuk memperoleh jawaban tersebut harus menggunakan pendekatan kualitatif. Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka pendekatan kualitatif deskriptif adalah yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini. Menurut Bungin (2011:68) tujuan penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif adalah adalah “Menggambarkan, “Menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi atau fenomena tertentu” tertentu”. Dalam penelitian ini akan digunakan metode studi kasus dalam memahami masalah yang akan diteliti. “Studi kasus adalah metode peneltian untuk memahami individu, kelompok, lembaga, latar tententu secara mendalam” mendalam” (Basrowi dan Suwandi, 2008:53). Menurut Yin (2003:5) “The three conditions consists of (a) the type of research question posed, (b) the extent of control an investigatorhas over actual behavioral events, and (c) the degree of focus on contemporary as opposed to historical events” events”. Fokus penelitian metode studi kasus adalah peristiwa kontemporer (masa kini), yakni menganalisis peran Social Trust Fund dalam dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin di Semarang. Menurut Yin (2003:21) “ For case studies, five components of research design de sign are especially impportant: (1) a study’s questions, (2) its propositions, (3) its unit(s) of analysis, (4) the logic lingking the data to the propositions, and (5) the criteria for interpreting the findings” findings”.
57
Komponen-kompenen desain penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. A study’s A study’s questions Pertanyaan penelitian merupakan perumusan masalah yang menggunakan pertanyaan apa, siapa, di mana, bagaimana, dan mengapa dalam memberikan rambu penting yang digunakan dalam strategi penulisan. Penelitian ini menggunakan
pertanyaan
bagaimana
peran
Social
Trust
Fund
dalam
meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin oleh Dompet Dhuafa Semarang. 2. Its propositions Proposisi digunakan untuk mengerahkan perhatian kepada suatu yang harus diselidiki dalam ruang lingkup penelitiannya. Proposisi juga digunakan sebagai batasan suatu penyempitan data relevan. Proposisi pada penelitian ini adalah program ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang secara signifikan berperan meningkatkan usaha mikro pada aset usaha, omset penjualan usaha, pendapatan usaha, dan stabilitas usaha masyarakat miskin. 3. Its unit(s) of analysis analysis Unit-unit analisis merupakan komponen dasar yang berkaitan dengan masalah penentuan kasus dalam sebuah penelitian. Menentukan unit analisis diperlukan dalam sebuah penelitian agar dapat mengetahui dan menentukan masalah dari penelitian tersebut. Unit analisis pada penelitian ini adalah masyarakat miskin penerima manfaat program ekonomi Social Trust Fund (STF) sebagai subyeknya,
58
adapun obyek penelitian ini adalah peran Social Trust Fund (STF) pada Dompet Dhuafa Semarang. 4. The logic lingking the data to the propositions Data yang dikumpulkan dan diperoleh harus mengacu pada proposisi yang akan berguna sebagai bahan analisis. Kemudian data tersebut dapat memberikan informasi untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai peran Social Trust Fund dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin oleh Dompet Dhuafa Semarang. 5. The criteria for interpreting the findings Kriteria untuk menginterpretasikan temuan dilakukan dengan menggunakan logika yang mengaitkan data dengan proposisi, sehingga ada perbandingan yang dapat diinterpretasikan. Dalam penelitian ini interpretasi dilakukan dari hasil wawancara dengan informan yang telah dirangkum dan dianalisis. 3.2
Ruang Lingkup Penelitian
Pembatasan penelitian perlu dilakukan karena disadari adanya keterbatasan waktu, tenaga, kemampuan, biaya, dan data yang diperoleh. Agar hasil pembahasan dapat mencapai sasaran, terfokus, dan dapat menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan, maka penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut. 1. Subjek penelitian ini adalah masyarakat miskin penerima manfaat program ekonomi STF, sedangkan objek penelitiannya adalah peran Social Trust Fund (STF) yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa Semarang.
59
2. Penelitian ini terfokus pada peran Social Trust Fund dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin miskin yang menerima modal dalam bentuk akad utang dana kebajikan (qardhul (qardhul hasan) hasan) di Semarang. Peningkatan usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana usaha tersebut berada pada suatu kondisi yang lebih baik dari periode sebelumnya, yaitu terjadinya peningkatan aset usaha, peningkatan omset penjualan, peningkatan pen ingkatan pendapatan, dan stabilitas usaha setelah menerima modal dari program ekonomi STF. 3. Pembahasan yang dilakukan adalah hanya pada analisis pemberian modal Social Trust Fund berupa akad qardhul hasan hasan kepada masyarakat miskin di Semarang untuk mengetahui peran Social Trust Fund dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin oleh Dompet Dhuafa Semarang. 3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1
Jenis Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sehingga membutuhkan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder sebagai berikut: 1. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri melalui wawancara dengan informan dan juga melalui observasi di lapangan. Data primer yang dipakai di dalam penelitian ini meliputi wawancara dan observasi kepada masyarakat miskin penerima modal program ekonomi Social Trust Fund (STF) yang telah merasakan manfaat penyaluran dana akad kebajikan (qardhul (qardhul hasan) hasan) dari LAZ Dompet Dhuafa Semarang dan wawancara dengan pengurus LAZ
60
Dompet Dhuafa Semarang sebagai pelaku yang meyalurkan qordhul hasan melalui program ekonomi STF. 2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan melalui penelusuran studi dokumen yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Data sekunder dalam penelitian ini yang pertama adalah berupa data internal yang didapatkan dari Dompet Dhuafa Semarang yaitu berupa dokumen administrasi yang berakitan dengan penelitian. Kedua berupa studi dokumentasi yang dikumpulkan melalui berbagai sumber tertulis, seperti literatur-literatur yang relevan dengan penelitian ini, seperti buku, jurnal, dan artikel ilmiah yang relevan atau berkaitan dengan permasalahan. 3.3.2
Sumber Data
Sumber data diperoleh dari tinjauan pustaka, yaitu: 1. Buku-buku,
jurnal
serta
artikel
ilmiah
yang
sesuai
dengan
pokok
permasalahan yang dibahas dan dijadikan sebagai landasan teori dalam penelitian ini. 2. Data internal LAZ Dompet Dhuafa Semarang 3. Data yang didapat di lapangan. 3.4
Teknik Pemilihan Informan
Dalam memilih informan, penelitian ini menggunakan cara prosedur purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih
61
yang relevan dengan masalah penelitian ini. Penggunaan prosedur purposive sampling ini adalah dengan menggunakan key persons. persons. Bungin (2011:107) menjelaskan bahwa “ukuran besaran individu key persons persons atau informan, yang mungkin atau tidak mungkin ditunjuk sudah ditetapkan sebelum pengumpulan data, tergantung pada sumber daya dan waktu yang tersedia, serta tujuan penelitian” penelitian”. Key persons persons atau informan yang dipilih adalah koordinator atau pengurus program ekonomi STF Dompet Dhuafa Semarang dan penerima manfaat STF sebanyak sepuluh orang. Adapaun kriteria informan penerima manfaat STF yaitu masyarakat miskin di Semarang yang telah memiliki usaha mikro dan telah menerima modal dari program ekonomi STF. 3.5
Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam suatu penelitian, karena dilihat tujuan utama dari bab ini adalah mendapatkan data. “Bila dilihat dari sumber datanya, pengumpulan data menggunakan dua jenis yaitu menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung memberikan data pada pengumpul data (Sugiyono, 2012:225)” 2012:225)”. Langkah-langkah memperoleh data primer adalah sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan Kegiatan mengumpulkan dan mempelajari buku, jurnal, dan artikel ilmiah yang relevan atau berkaitan dengan permasalahan untuk mendapatkan literatur dan referensi yang berkaitan dengan topik penelitian agar mendapatkan pengetahuan
62
secara teori. Dalam penelitian ini, akan mencari literatur dan referensi mengenai program ekonomi STF dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin di Semarang. 2. Persiapan awal Pata tahap ini, penulis mengurus surat ijin penelitian skripsi secara formal di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga sebagai kelengkapan dalam mengumpulkan data dari LAZ Dompet Dhuafa Semarang sebagai acuan pertama. Kemudian membuat kesepakatan agar diizinkan meneliti subjek dan objek untuk melakukan wawancara secara langsung dengan memberikan maksud wawancara dan penelitian. 3. Proses memasuki lokasi dan wawancara objek penelitian Pada tahap ini, pengumpulan data dengan metode tanya jawab secara langsung dan mendalam pada subjek maupun objek penelitian. Pertanyaan dapat berkembang sesuai perkembangan topik wawancara dengan tetap memperhatikan ruang lingkup penelitian. Waktu penelitian wawancara tergantung pada kesepakatan yang telah dibuat. 4. Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana program ekonomi STF dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin di Semarang. 5. Proses pengumpulan data Pada tahap ini, pengumpulan data menggunakan dua metode, yaitu wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada subjek maupun objek penelitian sambil
63
mencatat dan merekam semua informasi yang diketahui dari subjek maupun objek penelitian tersebut. Selanjutnya hasil wawancara tersebut akan diinterpretasikan sehingga didapatkan hasil pembahasan dan simpulan. 3.6
Teknik Pengujian Keabsahan Data
Pada penelitian ini, teknik yang digunakan untuk pengujian keabsahan data adalah teknik triangulasi metode. “Triangulasi dengan metode adalah pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama” sama” (Moleong, 2006:331). Teknik triangulasi metode dipilih karena ingin mendapatkan informasi yang meyakinkan dari informan sehingga hasil informasi dapat diolah sedemikian rupa sesuai dengan tujuan penelitian. Pengujian derajat kepercayaan dilakukan dengan memeriksa kebenaran berupa informasi yang diperoleh melalui metode wawancara, kemudian data tersebut dibandingkan melalui observasi, dokumentasi maupun dokumen internal Dompet Dhuafa. Selanjutnya, juga akan dibandingkan data hasil wawancara informan yang satu, dengan informan yang lainnya. 3.7
Teknik Analisis
Proses analisis data dimulai dengan menelaah semua data yang tersedia, baik yang didapat dari wawancara mendalam maupun dokumentasi. Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2010:246) menjelaskan bahwa “Aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus sampai tuntas, sehingga
64
datanya sudah jenuh”. Di dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif model Miles and Huberman. Analisis data kualitatif yang terdapat pada model Miles and Huberman adalah: 1. Reduksi data Mereduksi data adalah mencari pola, memilih hal-hal yang pokok, dan fokus terhadap hal yang penting. Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono 2012:246) 2012:246) menjelaskan bahwa “Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan catatan-catatan tertulis di lapangan”. Data diperoleh dari
hasil proses wawancara berupa rekaman wawancara,
observasi, dan dokumentasi yang diperoleh dari masyarakat miskin penerima modal program ekonomi Social Trust Fund (STF) yang telah merasakan manfaat penyaluran dana akad kebajikan (qardhul (qardhul hasan) hasan) dan pengurus LAZ Dompet Dhuafa Semarang sebagai pelaku yang meyalurkan modal melalui program ekonomi STF. 2. Penyajian data Setelah melakukan reduksi data, tahap selanjutnya adalah menyajikan data. Pada penelitian ini, penyajian data merupakan hasil dari reduksi data berupa penjelasan yang bersifat naratif sehingga mudah dipahami. 3. Kesimpulan dan verifikasi Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pada penelitian ini, penarikan
65
kesimpulan berasal dari hasil reduksi dan penyajian data. Proses verifikasi data dilakukan dengan cara membandingkan dengan data-data yang valid, yaitu dengan membandingkan dengan data internal Dompet Dhuafa Semarang atau dicek kepada hasil informasi yang didapatkan dari informan lainnya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
Dalam gambaran umum ini terdapat beberapa hal yang akan dijelaskan, yaitu tentang sejarah dan perkembangan Dompet Dhuafa, visi, misi, dan tujuan Dompet Dhuafa, program pemberdayaan Dompet Dhuafa, program ekonomi Social Trust Fund (STF), visi, misi, dan tujuan program ekonomi Social Trust Fund (STF), model program ekonomi Social Trust Fund (STF), (STF), dan struktur organisasi program ekonomi Social Trust Fund (STF). Seluruh meterinya diperoleh dari data internal Dompet Dhuafa. 4.1.1
Sejarah dan Perkembangan Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa adalah lembaga nirlaba milik masyarakat Indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf) serta dana lainnya yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok, perusahaan atau lembaga. Terbentuknya Dompet Dhuafa berawal selepas menyelenggarakan promosi surat kabar dan menarik minat masyarakat Yogyakarta untuk membeli saham koran umum Harian Republika di stadion Kridasana, Yogyakarta bulan April 1993, lalu rombongan Republika dari Jakarta makan di restoran Bambu Kuning. Pada saat itu, bergabung Corps Dakwah Pedesaan (CDP) di bawah pimpinan Ustadz Umar Sanusi dan binaan pegiat dakwah di daerah miskin Gunung Kidul. Dalam bincang-bincang sembari santap siang,
66
67
pimpinan CDP melaporkan kegiatan mereka yang meliputi mengajar ilmu pengetahuan umum, ilmu agama Islam, dan pemberdayaan masyarakat miskin. Ketika ditanya oleh pemimpin redaksi Republika redaksi Republika yaitu Parni Hadi mengenai berapa gaji mereka perbulan. Merekapun mejawab Rp.6.000 perbulan. Uang tersebut berasal dari uang yang disisihkan oleh mahasiswa. Mendengar jawaban tersebut pemimpin redaksi Republika Republika terkejut serta setengah tak percaya. Karena Rp6000 waktu itu jumlah yang kecil untuk ukuran Yogyakarta, apalagi untuk ukuran Jakarta. Jakarta . Dan uang itu berasal dari upaya penghematan hidup para mahasiswa. Peristiwa itulah yang menginspirasi lahirnya Dompet Dhuafa. Melalui penggalangan dana internal, Republika juga mengajak men gajak segenap masyarakat untuk ikut menyisihkan sebagian kecil penghasilannya. Pada 2 Juli 1993, sebuah rubrik di halaman muka Harian Umum Republika Umum Republika dengan dengan tajuk "Dompet Dhuafa" pun dibuka. Kolom kecil tersebut mengundang pembaca untuk turut serta pada gerakan peduli yang diinisiasi Harian Umum Republika Umum Republika.. Tanggal tersebut kemudian ditandai sebagai hari jadi Dompet Dhuafa Republika. Pada tanggal 4 september 1994, Yayasan Dompet Dhuafa Republika secara resmi didirikan. Para pendiri Yayasan Dompet Dhuafa mendaftarkan Dompet Dhuafa Republika sebagai lembaga resmi yang tercatat dalam dokumen negara. Dompet Dhuafa tercatat di Departemen Sosial RI sebagai organisasi yang berbentuk yang berbentuk yayasan. yayasan. Pembentukan yayasan dilakukan dihadapan Notaris H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 Sepetember
1994,
dan
diumumkan
No.163/A/YAY.HKM.1996/PNJaksel.
dalam
Berita
Negara
RI
68
Terbitnya Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, membuat Dompet Dhuafa ingin berubah menjadi institusi pengelola zakat. Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang Pengukuhan Dompet Dhuafa Republika sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) tingkat nasional. Dompet Dhuafa kian berkembang seiring meluasnya program kepedulian dari semula hanya bersifat lokal menjadi nasional, bahkan internasional. Tidak hanya berkhidmat pada bantuan dana bagi kalangan tak berpunya dalam bentuk tunai, Dompet Dhuafa juga mengembangkan bentuk program yang lebih luas seperti bantuan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan bant uan bencana. 4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan Dompet Dhuafa
Sebagai sebuah organiasi, Dompet Dhuafa memiliki visi, misi, dan tujuan. Visi dari Dompet Dhuafa adalah terwujudnya masyarakat dunia yang berdaya melalui pelayanan, pembelaan dan pemberdayaan yang berbasis pada sistem yang berkeadilan. Misi dari Dompet Dhuafa adalah, 1. Menjadi gerakan masyarakat yang mentransformasikan nilai-nilai kebaikan. 2. Mewujudkan masyarakat berdaya melalui pengembangan ekonomi kerakyatan. 3. Terlibat aktif dalam kegiatan kemanusiaan dunia melalui penguatan jaringan global. 4. Melahirkan kader pemimpin berkarakter dan berkompetensi global.
69
5. Melakukan advokasi kebijakan untuk mewujudkan sistem yg berkeadilan. 6. Mengembangkan diri sebagai organisasi global melalui inovasi, kualitas pelayanan, transparansi, akuntabilitas, indepedensi dan kemandirian lembaga. Tujuan dari Dompet Dhuafa adalah terwujudnya peningkatan kualitas dan akses masyarakat terhadap program pelayanan, pembelaan, dan pemberdayaan serta adanya perubahan sosial kaum dhuafa melalui program kesehatan, pendidikan, pengembangan sosial, dan ekonomi. 4.1.3 Program Pemberdayaan Dompet Dhuafa
Dalam rangka mewujudkan masyarakat dunia yang berdaya melalui pelayanan, pembelaan, dan pemberdayaan yang berbasis pada sistem yang berkeadilan, Dompet Dhuafa membuat dan menjalankan program yang ditujukan kepada masyarakat dhuafa maupun kepada orang-orang yang wajib dibantu. Program-program tersebut adalah: 1.
Kesehatan Di bidang kesehatan, Dompet Dhuafa mendirikan berbagai lembaga kesehatan yang bertujuan untuk melayani seluruh mustahi dengan sistem yang mudah dan terintegrasi dengan baik. Dompet Dhuafa juga telah berperan aktif dalam melayani kaum dhuafa sejak tahun 2001. Melalui program Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC), beragam kegiatan telah dilakukan, baik bersifat preventif, promotif dan kuratif. Sejak tahun 2009, Dompet Dhuafa memban gun rumah sakit gratis bagi pasien dari kalangan masyarakat miskin. Berlokasi di Desa Jampang,
70
Kemang, Kabupaten Bogor, di atas lahan seluas 7,600 m2, Rumah Sehat Terpadu (RST) memiliki fasilitas lengkap, mulai dari poliklinik, dokter spesialis, ruang operasi, rawat inap, UGD, apotek, hingga metode pengobatan komplementer. 2.
Pendidikan Pendidikan merupakan aset nasional yang berharga dan menjadi tolok ukur kemajuan sebuah bangsa. Pendidikan dapat mengubah individu, dunia, dan peradaban. Dompet Dhuafa sebagai seba gai Lembaga Amil Zakat yang ikut ambil bagian dalam perjuangan mencerdaskan bangsa, mendirikan beberapa jejaring dengan beragam program pendidikan gratis, serta beasiswa untuk siswa dan mahasiswa unggul yang tidak mampu secara ekonomi. Tidak hanya untuk siswa dan mahasiswa, melainkan ada pula program pendidikan untuk guru dan sekolah.
3.
Ekonomi Dompet Dhuafa mendirikan divisi ekonomi dengan jejaring yang tersebar di hampir seluruh pelosok Indonesia. Tujuannya adalah untuk mendampingi masyarakat melalui berbagai program yang disesuaikan dengan daerahnya agar tercipta lahan-lahan pekerjaan baru serta masyarakat yang berdaya sehingga mereka dapat mandiri secara finansial. Salah satu program ekonomi yang berusaha agar masyarakat berdaya adalah program Social Trust Fund (STF) yaitu program yang dirancang guna membantu meningkatkan meningk atkan usaha mikro masyarakat miskin.
4.
Pengembangan Sosial
71
Dompet Dhuafa bersama dengan para relawan membantu saudara-saudara yang tertimpa musibah dan mereka yang tidak tahu arah. Program-program dalam pengembangan sosial ini terus mengalami perkembangan mengikuti dinamika yang terjadi di masyarakat. 4.1.4 Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und (STF)
Social Trust Fund (STF) yang dikembangkan oleh Dompet Dhuafa (DD) menggunakan transaksi dominan berbasis akad dana kebajikan (qardhul (qardhul hasan). hasan). Pada tahap awal, akad dana kebajikan tersebut menempati proporsi 100 persen. Sumber dananya berasal dari zakat, infaq, sedekah, dana Corporate Social Responsibility (CSR) beberapa perusahaan perusahaan serta dana sosial lainnya. Kekuatan utama STF adalah betul-betul kepercayaan di antara pengelola dan penerima manfaat. Dalam tahap lanjut, STF mempraktekkan transaksi non-dana-kebajikan dalam rangka menghasilkan pendapatan untuk menopang operasional STF. Transaksi nondana-kebajikan tersebut ditujukan kepada penerima manfaat yang telah mengalami peningkatan kelas sosial dan ekonomi dengan perkembangan usahanya. Untuk memastikan bahwa STF tetap sebagai lembaga sosial, maka proporsi transaksi nondana-kebajikan adalah maksimal 40 persen dari rasio keuangan STF. Untuk mengawal agar fungsi sosial STF tetap dominan, badan hukum yang akhirnya digunakan STF adalah Koperasi. STF dalam menjalankan fungsi ekonomi menekankan upaya memandirikan sektor mikro, baik sektor industri, perdagangan, pertanian, peternakan maupun jasa
72
yang semua berbasis pada potensi sumber daya lokal melalui peminjaman modal usaha kepada masyarakat miskin yang memiliki usaha. 4.1.5 Visi, Misi, dan Tujuan Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und (STF)
Sebagai sebuah organiasi yang memiliki program pemberdayaan, program ekonomi Social Trust Fund (STF) memiliki visi, misi, dan tujuan. Visi dari Dompet Dhuafa adalah terwujudnya pengelolaan program yang membantu percepatan pengembangan ekonomi masyarakat di wilayah bencana, pedesaan, perkotaan maupun pesisir melalui penumbuhan lembaga keswadayaan lokal berbasis keuangan mikro dan komunitas yang mampu memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial (multiflier (multiflier effect ) bagi masyarakat sasaran secara berkelanjutan. Misi dari program ekonomi Social Trust Fund (STF) adalah 1.
Membantu kegiatan mikro di wilayah wilayah marjinal di wilayah pedesaan, perkotaan dan pesisir.
2.
Membuka akses permodalan yang mudah dan murah bagi pelaku usaha mikro. Tujuan dari program ekonomi Social Trust Fund (STF) adalah membangun
lembaga keswadayaan mikro yang efektif bagi kegiatan sosial-ekonomi masyarakat di daerah pedesaan, perkotaan dan pesisir serta mengintegrasikan potensi dan sumber daya ekonomi masyarakat untuk memulihkan dan meningkatkan produktivitas ekonomi dengan basis partisipasi dan kepentingan bersama.
73
Sociall Tr ust ust F und und 4.1.6 Model Program Ekonomi Socia (STF)
Model program STF Sebagaimana tertera pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Model Program Ekonomi Socia (STF) Sociall Tr ust ust F und
74
Sumber: Data Internal Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) (STF) Dompet Dhuafa, 2017 Gambar 4.1 menunjukan model program STF oleh Dompet Dhuafa yang dijelaskan sebagai berikut. 1. STF Pusat menerima dana dari Dompet Dhuafa Pusat berupa dana kebencanaan/ kemanusiaan yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah dan CSR (Corporate (Corporate Social Responsibilty) beberapa Responsibilty) beberapa perusahaan. 2. Kemudian STF Pusat mengalokasikan dana kepada unit STF wilayah untuk dikelola oleh pengurus program STF yang terdiri dari 3 (tiga) orang. 3. Unit STF mengalokasikan dana dengan komposisi, 20% dana operasional, 60% dana modal kerja mikro, dan 20% dana sosial (dapat disesuaikan dengan anggaran). Pada tahun kedua akan dialokasikan dana untuk usaha mandiri STF sebesar 25% dari dana modal kerja mikro. 4. Unit STF menyalurkan dana kepada penerima manfaat program ekonomi STF secara individu, sehingga tanggung jawab juga merupakan individu. 5. Selanjutnya, untuk pengembalian pinjaman dilakukan secara kelompok oleh ketua kelompok. 6. Setelah 2 tahun dilakukan asset reform kepada penerima manfaat dalam bentuk koperasi sosial yaitu Koperasi Serba Usaha (KSU) STF. Asset STF. Asset reform adalah reform adalah dana tasharruf yang diserahkan kepada penerima manfaat sebesar Rp.1.250.000 setelah tiga kali pinjaman dilakukan. Kemudian, penerima manfaat diberi pilihan, apakah ingin mengambil dana tersebut atau dikembalikan kembali oleh STF untuk
75
dijadikan simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela untuk menjadi modal koperasi. Dengan ketentuan, jika mengambil dana tersebut, maka penerima manfaat tidak dapat menikmati pembiayaan STF. 4.1.7
Struktur Organisasi Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und und (STF)
Struktur organisasi program ekonomi STF sebagaimana tertera pada gambar 4.2: Gambar 4.2 Struktur Organisasi Program Ekonomi STF
76
Sumber: Data Internal Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) (STF) Dompet Dhuafa, 2017 Pada gambar 4.2 menunjukan struktur organisasi program ekonomi STF oleh Dompet Dhuafa yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Dompet Dhuafa Pusat (dalam hal ini pimpinan STF pusat ) sebagai penanggung jawab program, membuat panduan atau sistem kerja dan kebijakan-kebijakan, melakukan pemantauan, melakukan monev (monitoring (monitoring dan evaluasi), review, dan pelaporan. Dompet Dhuafa pusat berkoordinasi dengan unit STF dalam hal pencairan dana untuk penerima manfaat yang telah lolos survei, serta berkoordinasi dengan Dompet Dhuafa cabang terdekat untuk mencapai tujuan didirikannya program ekonomi STF dengan menggunakan strategi-strategi yang disesuaikan dengan kondisi wilayah. 2. Dompet Dhuafa Cabang terdekat sebagai pengawas atau pemonitor program. Dengan tugas melaksanakan monev (monitoring (monitoring dan evaluasi) secara periodik, dengan pelaporan dan dapat memberikan saran atau input atas pelaksanaan program. Dompet Dhuafa Cabang terdekat bertanggung jawab kepada Dompet Dhuafa Pusat berupa pelaporkan kinerja STF setempat kepada Dompet Dhuafa Pusat. Dompet Dhuafa Cabang terdekat juga berkoordinasi dengan Unit STF setempat untuk mengintegrasi potensi sumber daya ekonomi masyarakat lokal untuk meningkatkan produktivitas ekonomi dengan basis partisipasi dan kepentingan bersama.
77
3. Unit STF terdiri dari 3 (tiga) orang yaitu: a. Koordinator b. Staf Pembiayaan c. Staf Adm/Keuangan Unit STF sebagai pelaksana atau pengelola yang dibekali dengan panduan operasional dan kebijakan program. Unit STF bertanggung jawab kepada Dompet Dhuafa Cabang terdekat dalam hal membuat laporan secara periodik baik mingguan maupun bulanan sesuai format yang telah ditetapkan. Unit STF berkoordinasi dengan masyarakat penerima manfaat STF untuk meningkatkan ekonomi wilayah tersebut secara berkelanjutan. 4. Masyarakat, yaitu masyarakat miskin penerima manfaat yang berada di wilayah pedesaan, perkotaan, dan d an pesisir. Masyarakat bertanggungjawab bertanggun gjawab kepada Unit Un it STF dalam mengembalikan pinjaman yang diangsur selama lima bulan. 4.2
Data Penelitian
Data penelitian ini merupakan hasil wawancara kepada koordinator dan penerima manfaat program ekonomi STF Dompet Dhuafa Semarang. Tabel 4.1 menyatakan bahwa, informan satu merupakan informan dari pengurus program ekonomi STF Dompet Dhuafa Semarang yang menjabat sebagai koordinator. Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai operasional program ekonomi STF. Adapun informan kedua hingga kesebelas adalah penerima manfaat program ekonomi STF Dompet Dhuafa Semarang. Mayoritas informan penerima manfaat adalah pedagang, dengan jumlah informan sembilan orang. Adapun satu
78
informan lainnya membuka jasa bengkel sepeda. Pertanyaan yang diajukan adalah mengenai usaha mereka serta perubahan usaha yang dirasakan saat sebelum dan setelah menerima program ekonomi STF. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling. sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian ini. Karakteristik informan dapat dijelaskan dalam tabel 4.1 be rikut. Tabel 4.1 Karakteristik Informan Karakteristik Informan Koordinator Program STF Semarang Menjual Makanan kecil, Minuman Es dan Pulsa Menjual Bakso dan Minuman Kecil Menjual Nasi, Lauk Ayam, Lele, Dan Aneka Penyetan
No
Nama
1
Ali Irfan
2
Ninik Setyowati
3
Yoelya Madalena
4
Jumiyati
5
Suyatmi
Menjual Mie Ayam dan Gas 3kg
6
Sumiyati
Menjual Sembako dan Rokok
7
Suryati
8
Sriana
9
Maryati
10
Siti Marfuah
Menjual Sembako dan Es Batu
11
Suhartoyo
Jasa Bengkel Sepeda
Menjual Mie Instan Masak dan Minuman Kecil Menjual Pecel, Rujak dan Gorengan Menjual Mie Instan Masak dan Minuman Es
Alamat Kantor STF Semarang Bandarharjo, Semarang Utara Bandarharjo, Semarang Utara Bandarharjo, Semarang Utara Bandarharjo, Semarang Utara Bandarharjo, Semarang Utara Bandarharjo, Semarang Utara Bandarharjo, Semarang Utara Bandarharjo, Semarang Utara Bandarharjo, Semarang Utara Bandarharjo, Semarang Utara
79
Sumber: Hasil Pengolahan data primer, 2017 (Data Diolah Peneliti) 4.3
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan membahas dan menguraikan tentang berbagai temuan yang diperoleh dari lapangan, yaitu hasil wawancara dan observasi kepada informan. Hasil pengumpulan data dan bukti wawancara selengkapnya terdapat pada lampiran. Informan 1
Informan pertama bernama Ali Irfan selaku koordinator program ekonomi STF Dompet Dhuafa Semarang. Wawancara dengan informan 1 untuk mengetahui gambaran umum mengenai program ekonomi Social Trust Fund (STF) yang telah dijalankan oleh Dompet Dhuafa Semarang. Informan mulai menjelaskan latar belakang berdirinya STF di Semarang. Berdirinya STF di Semarang terinspirasi oleh berdirinya STF di kota-kota yang terdapat cabang dari Dompet Dhuafa untuk meningkatkan ekonomi di wilayah bencana ataupun wilayah paling miskin di kota tersebut. Dipilih kelurahan Bandarharjo berbekal info statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa di Semarang daerah yang paling miskin berada di daerah kelurahan Bandarharjo. Lagi pula menurut hasil survei dari supervisor STF Dompet Dhuafa pusat, wilayah tersebut juga merupakan wilayah yang terpinggirkan. Target program ekonomi STF, tidak hanya di lokasi-lokasi bencana seperti awalnya didirikan. Targetnya juga di tempat yang dianggap secara ekonomi tidak mampu.
80
Selanjutnya informan juga mengatakan, bahwa tujuan dibentuknya STF selain mengembangkan dan membantu usaha mikro masyarakat disekitar lokasi STF, juga untuk meningkatkan keimanan penerima manfaat. Menurut informan, di daerah seperti ini masyarakat kurang peduli dengan ibadah mereka. Masyarakat miskin yang memiliki usaha mikro di kelurahan Bandarharjo merupakan sasaran dari program ekonomi STF di Semarang. Meski demikian, informan menjelaskan bahwa mustahiq yang belum memiliki usaha mikro juga dapat menikmati program ini. Syaratnya adalah harus ada rekomendasi dari masyarakat setempat bahwa mustahiq mustahiq tersebut memang benar-benar layak dibantu. Jika telah mendapatkan rekomendasi, pengurus STF akan mengajukan permohonan kepada pimpinan Dompet Dhuafa pusat agar disetujui. Informan menjelaskan STF mulai beroperasi di Semarang pada awal Desember 2015. Sosialiasi program ekonomi STF ke masyarakat sudah dilakukan pada bulan sebelumnya yaitu November 2015, dan merekrut tenaga kerja untuk dijadikan pengurus dilakukan pada September 2015. Skema qardhul hasan yang dijalankan oleh STF memiliki tiga tingkatan, pertama sebesar Rp.500.000, kedua sebesar Rp.750.000, dan ketiga sebesar Rp.1.000.000. Masing-masing pengembalian dana tersebut berjangka waktu lima bulan. Sumber dana yang digunakan untuk menopang STF adalah dana zakat, dengan porsi 50% dari Dompet Dhuafa dan 50% lagi dari zakat karyawan Bank Panin Syariah. Dana tersebut berasal dari zakat karyawan Bank Panin Syariah di STF Semarang saja. Karena dana tersebut dari dana zakat, maka ada pengembalian dana tersebut ke penerima manfaat setelah tiga kali
81
pinjaman dilakukan. Informan menjelaskan dana yang dikembalikan tersebut dinamakan dana tasharruf. Dana tasharruf yang diberikan ke penerima manfaat berjumlah Rp.1.250.000 setelah tiga kali pinjaman. Kemudian, penerima manfaat diberi pilihan, apakah ingin mengambil dana tersebut atau mengembalikan ke STF untuk dijadikan simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela untuk menjadi modal koperasi. Ketentuannya adalah, jika mengambil dana tersebut, maka penerima manfaat tidak dapat menikmati pembiayaan STF lagi. Informan menuturkan, untuk menentukan siapa saja yang berhak menjadi penerima manfaat program ekonomi STF, yaitu dengan menggunakan survei untuk mengetahui calon penerima manfaat tersebut layak dibantu atau tidak. Survei tersebut juga digunakan untuk mengetahui dana yang diberikan dapat tepat sasaran. Saat ini, program ekonomi STF di Semarang tidak mengadakan men gadakan pelatihan atau pendampingan p endampingan khusus kepada penerima manfaat. STF Semarang hanya melakukan monitoring saja, memonitor usaha penerima manfaat agar terus berjalan. Namun, STF Semarang pernah melakukan satu kali pelatihan pencatatan keuangan sederhana. Informan menjelaskan, penerima manfaat yang tidak dapat mengembalikan pinjaman, tidak dapat melakukan pinjaman kembali, kecuali jika sudah melakukan pelunasan dan rutin membuka usaha kembali. Informan 2
Informan kedua adalah ibu Ninik Setyowati berusia 47 tahun. Ibu Ninik menjual makanan ringan, minuman es dan pulsa selama lima tahun mulai pagi hingga pukul 21.00 WIB di depan rumahnya. Berdasarkan wawancara langsung, ibu Ninik
82
telah mendapatkan pinjaman dana yang ketiga dari STF Semarang; yang pertama Rp.500.000, kedua Rp.750.000, dan ketiga Rp.1.000.000. Uang tersebut digunakan ibu ninik untuk menambah modal usaha. Ibu Ninik mengetahui STF melalui pengurus STF Semarang yang menawarkan pinjaman tanpa bunga dan tanpa bagi hasil. Setelah ditawarkan oleh pengurus STF, ibu Ninik setuju untuk menerima pinjaman tersebut. Dana pinjaman yang terakhir tersebut dikembalikan dalam jangka waktu lima bulan dengan angsuran Rp.50.000/minggu. Hasil pengamatan lapangan dan wawancara terhadap bu Ninik dapat dijelaskan dalam tabel 4.2 berikut.
83
Tabel 4.2 Data Perubahan Usaha Informan 2 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang) PERUBAHAN USAHA
SEBELUM
SESUDAH
Makanan ringan dan minuman es ASET USAHA
Persediaan Rp.200.000Rp.250.000/ belanja
OMSET PENJUALAN USAHA
Hasil Penjualan
Rp100.000Rp.120.000/ hari Rp.10.000Rp.15.000/ hari
KETERANGAN
Penambahan variasi dan jumlah merek makanan ringan, minuman serta pulsa Lebih dari Rp.200.000Rp.250.000/ belanja Deposit pulsa lebih dari Rp.75.000/hari Rp.150.000Rp.195.000/ hari
Meningkat
Meningkat
Laba/Rugi Rp.26.000(Surplus/ Rp.37.000/hari Defisit) Usaha STABILITAS Berkelanjut- Tidak Stabil Stabil USAHA an Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) PENDAPATAN USAHA
Meningkat
Stabil
Penyaluran pinjaman dari program ekonomi STF dimanfaatkan dengan baik oleh ibu Ninik, sehingga aset usaha, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha meningkat. Aset berupa persediaan usaha ibu Ninik mengalami peningkatan. Sebelumnya ibu Ninik hanya menjual makanan ringan dan minuman es, setelah mendapatkan pinjaman, bertambah menjadi jualan pulsa. Begitu pula setiap belanja Rp.200.000-Rp.250.000/belanja,
bertambah
menjadi
lebih
dari
Rp.200.000-
84
Rp.250.000/belanja. Omset penjualan usaha juga mengalami peningkatan, dari yang sebelumnya
Rp100.000-Rp.120.000/hari,
bertambah
menjadi
Rp.150.000-
Rp.195.000/hari. Mengikuti peningkatan omset penjualan, pendapatan usahapun ikut meningkat, dari yang sebelumnya Rp.10.000-Rp.15.000/hari, bertambah menjadi Rp.26.000-Rp.37.000/hari. Meskipun menurut ibu Ninik usahanya saat ini sedang tidak stabil karena banyaknya pesaing yang membuka usaha sejenis, akibatnya mengurangi pendapatan yang ada (pendapatan dari makanan ringan dan minuman es). Namun, hal tersebut terbantu dengan usaha pulsa yang ibu Ninik lakukan, sehingga usaha ibu ninik tetap stabil. Rencananya ketika ibu Ninik mendapatkan pembiayaan keempat berupa skema murabahah, murabahah, ibu Ninik akan menambah usahanya dengan berjualan kerudung di depan rumah dan berkeliling ke masjid-masjid tempat diadakannya pengajian wanita. Informan 3
Informan ketiga adalah ibu Yoelya berusia 41 tahun. Ibu Yoelya menjual cireng, jamur goreng dan minuman es selama hampir satu tahun di kantin rumah susun Bandarharjo. Berdasarkan wawancara langsung, ibu Yoelya mendapatkan pinjaman yang pertama sebesar Rp.500.000. Uang tersebut digunakan oleh ibu Yoelya untuk menambah modal usaha. Ibu Yoelya mengetahui STF melalui temannya yaitu ibu Jumiyati. Setelah mengetahui program ekonomi STF, ibu Yoelya mengajukan untuk menjadi penerima manfaat program ekonomi STF, dan diterima oleh pihak pengurus STF. Dana pinjaman tersebut dikembalikan dalam jangka waktu lima bulan dengan angsuran Rp.50.000/minggu.
85
Hasil pengamatan lapangan dan wawancara terhadap ibu Yoelya dapat dijelaskan dalam tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Data Perubahan Usaha Informan 3 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang) PERUBAHAN USAHA
SEBELUM
SESUDAH
ASET USAHA
Persediaan
Penambahan Cireng, kuantitas jamur jamur dan aci goreng dan serta variasi minuman es jenis merek minuman es Rp.100.000Rp.100.000/ Rp.200.000/ belanja belanja
OMSET PENJUALAN USAHA
Hasil Penjualan
Rp.70.000/ hari
KETERANGAN
Rp.100.000/ hari
Laba/Rugi Rp.20.000/ (Surplus/ Rp.30.000/hari hari Defisit) Usaha STABILITAS Berkelanjut- Tidak stabil Stabil USAHA an Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) PENDAPATAN USAHA
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Stabil
Penyaluran pinjaman dari program ekonomi STF dimanfaatkan dengan baik oleh ibu Yoelya, sehingga aset usaha, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha meningkat. Aset dalam persediaan usaha ibu Yoelya mengalami peningkatan, berupa penambahan kuantitas jamur dan aci serta variasi jenis merek minuman es. Begitu pula
setiap
belanja
Rp.100.000/belanja,
bertambah
menjadi
Rp.100.000-
Rp.200.000/belanja. Omset penjualan usaha juga mengalami peningkatan, dari yang
86
sebelumnya
Rp100.000-Rp.120.000/hari,
bertambah
menjadi
Rp.150.000-
Rp.195.000/hari. Mengikuti peningkatan omset penjualan, pendapatan usahapun ikut meningkat, dari yang sebelumnya Rp.10.000-Rp.15.000/hari, bertambah menjadi Rp.26.000-Rp.37.000/hari. Usaha dari ibu Yoelya pada awalnya tidak stabil karena beberapa kali buka-tutup kantin karena keterbatasan modal, sehingga menurut ibu Yoelya program ekonomi STF membantu membuat usahanya stabil. Ibu Yoelya juga menjelaskan bahwa, sebelum mendapat pinjaman ibu Yoelya sering pulang-pergi ke pasar untuk belanja. Setelah mendapat pinjaman, ibu Yoelya dapat belanja lebih banyak dan tidak harus pulang-pergi kepasar serta mendapat potongan harga dari agen karena belanja lebih banyak. Informan Penelitian 4
Informan keempat adalah ibu Jumiyati berusia 35 tahun. Ibu jumiyati menjual penyetan berupa ayam penyet, tempe penyet dan lainnya selama lima tahun mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB di kantin rumah susun Bandarharjo. Berdasarkan wawancara langsung, ibu Jumiyati telah mendapatkan pinjaman dana yang ketiga dari STF Semarang; yang pertama Rp.500.000, kedua Rp.750.000, dan ketiga Rp.1.000.000. Uang tersebut digunakan oleh ibu Jumiyati untuk menambah modal usaha, memperbaiki etalase, memperbaiki meja makan, membeli geber dan banner . Ibu Jumiyati mengetahui STF melalui pengurus STF Semarang yang menawarkan pinjaman tanpa bunga dan tanpa bagi hasil. Setelah ditawari oleh pengurus STF, ibu Jumiyati setuju untuk menerima pinjaman tersebut. Dana
87
pinjaman yang terakhir tersebut dikembalikan dalam jangka waktu lima bulan dengan angsuran Rp.50.000/minggu. Hasil pengamatan lapangan dan wawancara terhadap ibu Jumiyati dapat dijelaskan dalam tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Data Perubahan Usaha Informan 4 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang) PERUBAHAN USAHA
Peralatan
ASET USAHA
Persediaan
OMSET PENJUALAN USAHA
Hasil Penjualan
SEBELUM
Etalase dan Meja Makan
Ayam penyet, Tempe penyet dan penyetan lainnya Rp.300.000/ belanja Kurang dari Rp.150.000/ hari Kurang dari Rp.100.000/ hari
SESUDAH
Perluasan dan Peremajaan Etalase dan Meja Makan serta Penambahan Geber dan Banner Ayam penyet, Tempe penyet, sayur-sayuran matang dan penyetan lainnya (bervariasi) Rp.400.000/ belanja Lebih dari Rp.150.000/ hari Lebih dari Rp.100.000/ hari
Laba/Rugi (Surplus/ Defisit) Usaha STABILITAS BerkelanjutStabil Stabil USAHA an Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) PENDAPATAN USAHA
KETERANGAN
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Tetap Stabil
88
Penyaluran pinjaman dari program ekonomi STF dimanfaatkan dengan baik oleh ibu Jumiyati, sehingga aset usaha, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha meningkat. Aset dalam persediaan dan peralatan usaha ibu Jumiyati mengalami peningkatan, berupa penambahan variasi menu penyetan serta perluasan etalase, peremajaan meja makan, penambahan geber penambahan geber dan banner. banner. Begitu pula setiap belanja Rp.300.000/belanja, bertambah menjadi Rp.400.000/belanja. Omset penjualan usaha juga mengalami peningkatan, dari yang sebelumnya kurang dari Rp.150.000/hari, bertambah menjadi lebih dari Rp.150.000/hari. Mengikuti peningkatan omset penjualan, pendapatan usahapun ikut meningkat, dari yang sebelumnya kurang dari Rp.100.000/hari, bertambah menjadi lebih dari Rp.100.000/hari. Usaha ibu Jumiyati memiliki stabilitas yang cukup baik dari sebelumnya. Hal itu terlihat dari peningkatan aset, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha seperti yang sudah disampaikan di atas, serta kemampuan ibu Jumiyati untuk membayar angsuran pinjaman STF secara tepat waktu dalam jangka waktu lima bulan. Kestabilan usaha ibu Jumiyati terbukti dengan dipercayanya ibu Jumiyati untuk mendapatkan pembiayaan keempat dengan skema murabahah murabahah senilai Rp.1.500.000. Menurut ibu Jumiyati, program ekonomi STF sangat membantu dalam meningkatkan usahanya. Selain dari pinjaman yang tidak ada bunganya serta angsuran yang ringan, pinjaman STF juga merubah warungnya yang terlihat tidak bagus menjadi lebih bagus. Informan Penelitian 5
Informan kelima adalah ibu Suyatmi berusia 53 tahun. Ibu Suyatmi menjual mie ayam dan elpiji 3kg mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB di depan
89
rumahnya. Berdasarkan wawancara langsung, ibu Suyatmi telah mendapatkan pinjaman dana yang ketiga dari STF Semarang; yang pertama Rp.500.000, kedua Rp.750.000, dan ketiga Rp.1.000.000. Uang tersebut digunakan oleh ibu Suyatmi untuk menambah modal usaha berupa penambahan elpiji 3kg. Ibu Suyatmi mengetahui STF melalui temannya sekaligus pengurus STF Semarang yang menawari pinjaman tanpa bunga dan tanpa bagi hasil. Setelah ditawari oleh pengurus STF, ibu Suyatmi setuju untuk menerima pinjaman tersebut. Dana pinjaman yang terakhir tersebut dikembalikan dalam jangka waktu lima bulan dengan angsuran Rp.50.000/minggu. Hasil pengamatan lapangan dan wawancara terhadap ibu Suyatmi dapat dijelaskan dalam tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Data Perubahan Usaha Informan 5 Sociall Tr ust ust (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang) PERUBAHAN USAHA SEBELUM SESUDAH KETERANGAN Mie Ayam Mie Ayam dan Elpiji 3kg ASET USAHA Persediaan Meningkat Rp.150.000Rp.150.000Rp.400.000/ Rp.400.000/ belanja belanja OMSET Rp300.000Rp300.000Tetap (tergantung Hasil PENJUALAN Rp.600.000/ Rp.600.000/ sepi dan ramainya Penjualan hari hari pembeli) USAHA Laba/Rugi PENDAPATAN Rp.50.000/ Rp.50.000/ (Surplus/ Tetap USAHA hari hari Defisit) Usaha STABILITAS BerkelanjutStabil Stabil Tetap Stabil USAHA an
90
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) Penyaluran pinjaman dari program ekonomi STF sudah dimanfaatkan dengan baik, hanya saja belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan, karena omset penjualan usaha dan pendapatan usaha cenderung tetap. Meskipun Aset berupa persedian usaha ibu Suyatmi meningkat karena penambahan usaha berupa penambahan elpiji 3kg, hal tersebut tidak menunjukkan perubahan dalam hal belanja perhari untuk kebutuhan mie ayam, yaitu Rp150.000-Rp.400.000/hari. Omset penjualan usaha ibu Suyatmi juga tidak mengalami perubahan, yaitu Rp300.000Rp.600.000/hari. Mengikuti omset penjualan dan persediaan, pandapatan usaha juga tidak mengalami perubahan yang berarti, yaitu Rp.50.000/hari. Ibu Suyatmi telah menambah usahanya dengan berjualan elpiji 3kg di samping usaha utamanya. Meski demikian, hasil berjualan elpiji tersebut tidak terlalu signifikan menambah pendapatan usaha ibu Suyatmi, karena setiap harinya hanya terjual satu buah elpiji dengan keuntungan per elpiji sebesar Rp.2.000, dan itupun tidak selalu terjual setiap hari. Meskipun tidak terjadi peningkatan yang signifikan pada usahanya, usaha ibu Suyatmi memililki stabilitas yang cukup baik. Terlihat dari kemampuan ibu Suyatmi untuk membayar angsuran pinjaman STF secara tepat waktu dalam jangka waktu lima bulan. Informan Penelitian 6
Informan keenam adalah ibu Sumiyati berusia 33 tahun. Ibu Sumiyati menjual sembako, minuman es, pulsa dan kebutuhan rumah tangga di depan rumahnya selama
91
10 tahun mulai pagi hingga pukul 22.00 WIB. Berdasarkan wawancara langsung, ibu Sumiyati telah mendapatkan pinjaman dana yang ketiga dari STF Semarang; yang pertama Rp.500.000, kedua Rp.750.000, dan ketiga Rp.1.000.000. Uang tersebut digunakan oleh ibu Sumiyati untuk menambah modal usaha dan menambah beras. Ibu Sumiyati mengetahui STF melalui saudaranya ibu Ijum. Ibu Ijum inilah yang merekomendasikan ibu Sumiyati ke pengurus STF untuk mendapatkan pinjaman program ekonomi STF dan diterima oleh pengurus STF Semarang. Dana pinjaman yang terakhir tersebut dikembalikan dalam jangka waktu lima bulan dengan angsuran Rp.100.000/dua minggu. Hasil pengamatan lapangan dan wawancara terhadap ibu Sumiyati dapat dijelaskan dalam tabel 4.6 berikut:
92
Tabel 4.6 Data Perubahan Usaha Informan 6 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang) PERUBAHAN USAHA
SEBELUM
Sembako, minuman es, pulsa dan kebutuhan rumah tangga ASET USAHA
Persediaan
OMSET PENJUALAN USAHA
Hasil Penjualan
SESUDAH
Beras, penambahan deposit pulsa, variasi merek kebutuhan rumah tangga
Rp.200.000Rp.300.000/ Rp.100.000/ belanja belanja Deposit Pulsa Deposit Rp.300.000/ pulsa tiga hari Rp.100.00/ Beras dua sak tiga hari Rp.440.000/ minggu Rp.83.000/ hari
Rp.238.000 /hari
Laba/Rugi Rp.30.000/ Rp.57.000/ (Surplus/ hari hari Defisit) Usaha STABILITAS BerkelanjutStabil Stabil USAHA an Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) PENDAPATAN USAHA
KETERANGAN
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Tetap Stabil
Penyaluran pinjaman dari program ekonomi STF dimanfaatkan dengan baik oleh ibu Sumiyati, sehingga aset usaha, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha meningkat. Aset persediaan usaha ibu Sumiyati mengalami peningkatan, berupa
93
penambahan deposit pulsa, variasi merek kebutuhan rumah tangga dan menambah usahanya dengan berjualan beras. Begitu pula setiap belanja Rp.100.000/belanja, bertambah
menjadi
Rp.200.000-Rp.300.000/belanja,
setiap
deposit
pulsa
Rp.100.00/tiga hari, bertambah menjadi Rp.300.000/tiga hari dan menambah usaha dengan berjualan beras dua sak Rp.440.000/per minggu. Omset penjualan usaha juga mengalami peningkatan, dari yang sebelumnya Rp.83.000/hari, bertambah menjadi Rp.238.000/hari. Mengikuti peningkatan omset penjualan, pendapatan usahapun ikut meningkat,
dari yang sebelumnya Rp.30.000/hari, bertambah menjadi Rp.57.000
/hari. Usaha ibu Sumiyati memiliki stabilitas yang lebih baik dari sebelumnya. Hal itu terlihat dari peningkatan aset, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha yang meningkat yang signifikan, serta kemampuan ibu Sumiyati untuk membayar angsuran pinjaman STF secara tepat waktu dalam jangka waktu lima bulan. Informan Penelitian 7
Informan ketujuh adalah ibu Suryati berusia 52 tahun. Ibu Suryati menjual soto, mie instan masak, dan minuman es mulai pukul 08.30 WIB hingga pukul 18.00 WIB di depan rumahnya. Ibu Suryati mendapatkan pinjaman yang pertama sebesar Rp.500.000. Uang tersebut digunakan oleh ibu Suryati untuk menambah modal usaha. Berdasarkan wawancara langsung, ibu Suryati mengetahui STF melalui kawannya. Setelah mengetahui program ekonomi STF, ibu Suryati mengajukan permohonan untuk menjadi penerima manfaat program ekonomi STF, dan diterima oleh pihak pengurus STF.
94
Hasil pengamatan lapangan dan wawancara terhadap ibu Suryati dapat dijelaskan dalam tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7 Data Perubahan Usaha Informan 7 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang) PERUBAHAN USAHA
SEBELUM
SESUDAH
ASET USAHA
Persediaan
Penambahan Soto, mie kuantitas instan masak soto, mie dan minuman instan dan es jumlah merek minuman es
OMSET PENJUALAN USAHA
Hasil Penjualan
Rp.170.000/ hari
Rp.200.000/ hari
Laba/Rugi Rp.40.000/ Rp.50.000/ (Surplus/ hari hari Defisit) Usaha STABILITAS BerkelanjutStabil Stabil USAHA an Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) PENDAPATAN USAHA
KETERANGAN
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Tetap Stabil
Penyaluran pinjaman dari program ekonomi STF dimanfaatkan dengan baik oleh ibu Suryati, sehingga aset usaha, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha meningkat. Aset persediaan usaha ibu Suryati mengalami peningkatan, berupa penambahan kuantitas soto, mie instan, dan jumlah merek minuman es. Begitu pula omset penjualan usaha juga mengalami peningkatan, dari yang sebelumnya Rp.170.000/hari, bertambah menjadi Rp.200.000/hari. Mengikuti peningkatan omset
95
penjualan,
pendapatan
usahapun
ikut
meningkat,
dari
yang
sebelumnya
Rp.40.000/hari, bertambah menjadi Rp.50.000/hari. Usaha ibu Suryati memiliki stabilitas yang cukup baik. Hal itu terlihat dari peningkatan aset, omset penjualan usaha, pendapatan usaha dan kemampuan ibu Suryati untuk membayar angsuran pinjaman STF secara tepat waktu dalam jangka waktu lima bulan. Informan Penelitian 8
Informan kedelapan adalah ibu Sriana berusia 52 tahun. Ibu Sriana menjual rujak, pecel dan gorengan selama dua tahun mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB di depan rumahnya. Berdasarkan wawancara langsung, ibu Sriana mendapatkan pinjaman yang pertama sebesar Rp.500.000. Uang tersebut digunakan oleh ibu Sriana untuk menambah modal usaha dan menambah peralatan usaha berupa kompor. Ibu Sriana mengetahui STF melalui pengurus STF Semarang yang menawarkan pinjaman tanpa bunga dan tanpa bagi hasil. Setelah ditawari oleh pengurus STF, ibu Sriana setuju untuk menerima pinjaman tersebut. Dana pinjaman tersebut dikembalikan dengan angsuran Rp.50.000/minggu. Hasil pengamatan lapangan dan wawancara terhadap ibu Sriana dapat dijelaskan dalam tabel 4.8 berikut:
96
Tabel 4.8 Data Perubahan Usaha Informan 8 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang) PERUBAHAN USAHA
Peralatan ASET USAHA
Persediaan OMSET
Hasil
PENJUALAN
Penjualan
USAHA PENDAPATAN
Laba/Rugi (Surplus/
USAHA
Defisit)
STABILITAS USAHA
SEBELUM
Satu kompor
SESUDAH
Dua kompor
Rujak dan
Rujak, pecel
pecel
dan gorengan
Kurang dari
Rp.250.000-
Rp200.000/
Rp.300.000/
hari
hari
Rp.20.000/ hari
KETERANGAN
Meningkat
Meningkat
Rp.40.000Rp.75.000/
Meningkat
hari
Usaha Berkelanjut-
Stabil
Stabil
Tetap Stabil
an
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) Aset dalam persediaan dan peralatan usaha ibu Sriana mengalami peningkatan,
berupa
penambahan
gorengan
sebagai
tambahan
usaha
serta
penambahan kompor untuk memasak gorengan. Omset penjualan usaha mengalami peningkatan, dari yang sebelumnya kurang ku rang dari Rp.200.000/hari, bertambah menjadi Rp.250.000-Rp.300.000/hari. Mengikuti peningkatan omset penjualan, pendapatan usahapun ikut meningkat, dari yang sebelumnya Rp.20.000/hari bertambah menjadi Rp.40.000-Rp75.000/hari. Usaha dari ibu Sriana memiliki stabilitas yang lebih baik
97
dari sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari peningkatan aset, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha yang signifikan, serta kemampuan ibu Sriana untuk membayar tepat waktu angsuran pinjaman STF. Informan Penelitian 9
Informan kesembilan adalah ibu Maryati berusia 50 tahun. Ibu Maryati menjual roti bakar, mie instan masak, dan minuman es mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB di depan rumahnya. Berdasarkan wawancara langsung, ibu Maryati sebelum mendapat pinjaman STF berjualan tempura dan telur, setelah mendapat pinjaman ibu Maryati mulai mengganti usaha dengan berjualan roti bakar, mie instan masak dan minuman es. Ibu Maryati telah mendapatkan pinjaman dana yang ketiga dari STF Semarang; yang pertama Rp.500.000, kedua Rp.750.000, dan ketiga Rp.1.000.000. Uang tersebut digunakan oleh ibu Maryati untuk menambah modal usaha dan membeli etalase. Ibu Maryati mengetahui STF melalui pengurus STF Semarang yang menawarkan pinjaman tanpa bunga dan tanpa bagi hasil. Setelah ditawarkan oleh pengurus STF, ibu Maryati setuju untuk menerima pinjaman tersebut. Dana pinjaman yang terakhir tersebut dikembalikan dalam jangka waktu lima bulan dengan angsuran Rp.50.000/minggu. Hasil pengamatan lapangan dan wawancara terhadap ibu Maryati dapat dijelaskan dalam tabel 4.9 berikut:
98
Tabel 4.9 Data Perubahan Usaha Informan 9 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang) PERUBAHAN USAHA
Peralatan
SEBELUM
Tidak ada
SESUDAH
KETERANGAN
Etalase Roti bakar,
ASET USAHA
Persediaan
OMSET PENJUALAN USAHA PENDAPATAN USAHA
STABILITAS USAHA
Hasil Penjualan
Tempura
mie instan
dan telur
masak, dan minuman es
Rp.100.000/
Rp.150.000/
belanja
belanja
Rp.40.000-
Rp.100.000-
Rp.50.000/
Rp.150.000/
hari
hari
Laba/Rugi
Rp.10.000-
(Surplus/
Rp.15.000/
Defisit)
Meningkat
Meningkat
Rp.30.000/hari
Meningkat
Stabil
Tetap Stabil
hari
Usaha Berkelanjut-
Stabil
an
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) Penyaluran pinjaman dari program ekonomi STF dimanfaatkan dengan baik oleh ibu Maryati, sehingga aset usaha, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha meningkat. Aset dalam persediaan dan peralatan usaha ibu Maryati mengalami peningkatan berupa penambahan variasi usaha, semula berjualan tempura dan telur,
99
menjadi roti bakar, mie instan masak, dan minuman es serta penambahan etalase untuk mengisi barang dagangan. Begitu pula setiap belanja Rp.100.000/belanja, bertambah menjadi Rp.150.000/belanja. Omset penjualan usaha juga mengalami peningkatan, dari yang sebelumnya Rp.40.000-Rp.50.000/hari bertambah menjadi Rp.100.000-Rp.150.000/hari. Mengikuti peningkatan omset penjualan, pendapatan usahapun
ikut
meningkat,
dari
yang
sebelumnya
Rp.10.000-Rp.15.000/hari
bertambah menjadi Rp.30.000/hari. Usaha dari ibu Maryati memiliki stabilitas yang lebih baik dari sebelumnya. Hal itu terlihat dari peningkatan aset, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha yang signifikan, serta kemampuan ibu Maryati untuk membayar angsuran pinjaman STF secara tepat waktu dalam jangka waktu lima bulan. Informan Penelitian 10
Informan kesembilan adalah ibu Siti Marfuah berusia 51 tahun. Ibu Siti Marfuah bersama dengan suaminya Abdul Majid menjual sembako, rujak, dan es batu selama 25 tahun di depan rumahnya. Berdasarkan wawancara langsung, bapak Abdul Majid telah mendapatkan pinjaman dana yang ketiga dari STF Semarang; yang pertama Rp.500.000, kedua Rp.750.000, dan ketiga Rp.1.000.000. Uang tersebut digunakan oleh bapak Abdul Majid untuk menambah modal usaha. Bapak Abdul Majid mengetahui STF melalui pengurus STF Semarang yang menawari pinjaman tanpa bunga dan tanpa bagi hasil. Setelah ditawari oleh pengurus STF, bapak Abdul Majid dan istri setuju untuk menerima pinjaman tersebut. Dana pinjaman yang
100
terakhir tersebut dikembalikan dalam jangka waktu lima bulan dengan angsuran Rp.50.000/minggu. Hasil pengamatan lapangan dan wawancara terhadap bapak Abdul Majid dapat dijelaskan dalam tabel 4.10 berikut: Tabel 4.10 Data Perubahan Usaha Informan 10 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang) PERUBAHAN USAHA
ASET USAHA
OMSET PENJUALAN USAHA
SEBELUM
SESUDAH
Persediaan
Sembako, rujak dan es batu
Penambahan kuantitas Sembako
Hasil Penjualan
Rp400.000 /hari
Rp400.000Rp.500.000/ hari
Volume Penjualan
Satu peti telur/hari
Meningkat
Meningkat
Satu-dua peti telur/hari
Laba/Rugi Rp.40.000/ Rp.50.000/ (Surplus/ hari hari Defisit) Usaha STABILITAS BerkelanjutStabil Stabil USAHA an Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) PENDAPATAN USAHA
KETERANGAN
Meningkat
Tetap Stabil
Penyaluran pinjaman dari program ekonomi STF dimanfaatkan dengan baik oleh bapak Abdul Majid dan ibu Siti Marfuah, sehingga aset usaha, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha meningkat. Aset dalam persediaan usaha bapak Abdul Majid mengalami peningkatan, berupa penambahan kuantitas sembako. Omset penjualan usaha juga mengalami peningkatan, dari yang sebelumnya Rp.400.000/hari Rp.4 00.000/hari
101
bertambah menjadi Rp.400.000-Rp.500.000/hari. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan penjualan telur, sebelumnya satu peti/hari menjadi satu-dua peti/hari. Mengikuti peningkatan omset penjualan, pendapatan usahapun ikut meningkat, dari yang sebelumnya Rp.40.000/hari bertambah menjadi Rp.50.000 /hari. Usaha dari bapak Abdul Majid dan ibu Siti Marfuah memiliki stabilitas yang cukup baik dari sebelumnya. Terlihat dari peningkatan aset, omset penjualan usaha, pendapatan usaha dan kemampuan bapak Abdul Majid dan ibu Siti Marfuah untuk membayar angsuran pinjaman STF secara tepat waktu dalam jangka waktu lima bulan. Informan Penelitian 11
Informan kesembilan adalah bapak Suhartoyo berusia 42 tahun. Bapak Suhartoyo membuka jasa bengkel sepeda, tambal ban sepeda motor dan jual sepeda bekas mulai pukul 07.30 WIB-22.00 WIB selama sembilan tahun di depan dep an rumahnya. Berdasarkan wawancara langsung, bapak Suhartoyo telah mendapatkan pinjaman dana yang ketiga dari STF Semarang; yang pertama Rp.500.000, kedua Rp.750.000, dan ketiga Rp.1.000.000. Uang tersebut digunakan oleh bapak Suhartoyo untuk menambah modal usaha. Bapak Abdul Majid mengetahui STF melalui pengurus STF Semarang yang menawari pinjaman tanpa bunga dan tanpa bagi hasil. Setelah ditawari oleh pengurus STF, bapak Suhartoyo setuju untuk menerima pinjaman tersebut. Dana pinjaman yang terakhir tersebut dikembalikan dalam jangka waktu lima bulan dengan angsuran Rp.50.000/minggu. Hasil pengamatan lapangan dan wawancara terhadap bapak Suhartoyo dapat dijelaskan dalam tabel 4.11 berikut:
102
Tabel 4.11 Data Perubahan Usaha Informan 11 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang) PERUBAHAN USAHA
ASET USAHA
OMSET PENJUALAN USAHA
Persediaan
Hasil jasa
Volume Penjualan
SEBELUM
SESUDAH
Penambahan kuantitas ban Ban dalam dalam motor, motor, ban ban dalam dalam dan luar dan luar sepeda dan, sepeda dan, membeli satu membeli tiga sepeda bekas bahkan lebih untuk sepeda bekas diperbaiki lalu untuk dijual kembali diperbaiki lalu dijual kembali Rp700.000/ minggu + Rp700.000/ Rp.550.000/ minggu minggu + Rp.125.000/ (Hasil minggu (Hasil Penjualan Penjualan satu dua sepeda sepeda) kecil dan 1 = Rp.825.000/ sepeda besar) minggu atau = Rp.118.000/ Rp.1.250.000 hari /minggu atau Rp.179.000/ hari Tiga sepeda Satu sepeda terjual/ terjual/minggu minggu
KETERANGAN
Meningkat
Meningkat
103
PENDAPATAN USAHA
Laba/Rugi (Surplus/ Defisit
Rp.350.000/ minggu + Rp.75.000/ minggu (keuntungan satu sepeda yang terjual) = Rp.425.000/ minggu atau Rp.61.000/hari
Rp.350.000/ minggu + Rp.575.000/ minggu (keuntungan tiga sepeda yang terjual) = Rp.925.000/ minggu atau Rp.132.000/ hari
Meningkat
Usaha BerkelanjutStabil Stabil an Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) STABILITAS USAHA
Tetap Stabil
Penyaluran pinjaman program ekonomi STF dimanfaatkan dengan baik oleh bapak Suhartoyo, S uhartoyo, sehingga aset usaha, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha meningkat. Aset dalam persediaan usaha bapak Suhartoyo mengalami peningkatan, berupa penambahan kuantitas ban dalam motor, ban dalam dan luar sepeda, dan membeli tiga bahkan lebih sepeda bekas untuk diperbaiki lalu dijual kembali yang sebelumnya hanya membeli satu buah sepeda. Omset penjualan usaha mengalami peningkatan, dari yang sebelumnya Rp.825.000/minggu atau Rp.118.000/hari, menjadi Rp.1.250.000/minggu atau Rp.179.000/hari. Mengikuti peningkatan omset penjualan,
pendapatan
Rp.425.000/minggu
atau
usahapun
ikut
Rp.61.000/hari
meningkat, menjadi
dari
yang
sebelumnya
Rp.925.000/minggu
atau
Rp.132.000/hari. Usaha dari bapak Suhartoyo memiliki stabilitas yang lebih baik dari
104
sebelumnya. Terlihat dari peningkatan aset, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha yang signifikan, serta kemampuan bapak Suhartoyo untuk membayar angsuran pinjaman STF. 4.4
Pembahasan
Dalam pembahasan ini terdapat beberapa hal yang akan dijelaskan, yaitu menjelaskan perkembangan aset usaha, omset penjualan usaha, pendapatan usaha, dan stabilitas usaha seluruh informan penerima manfaat, serta menjelaskan analisis peran Social Trust Fund (STF) (STF) dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin di Semarang. 4.4.1
Aset Usaha
Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan di lapangan terhadap informan, diperoleh fakta bahwa seluruh informan penerima manfaat mengalami peningkatan aset. Seluruh informan penerima manfaat menggunakan pinjaman tersebut untuk menambah kuantitas belanja dan variasi produknya produkn ya sehingga mampu melayani konsumen dengan jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya. Khusus informan 4, 8, dan 9 menggunakan pinjaman tersebut untuk menambah kuantitas belanja dan variasi produknya serta menambah peralatan untuk menunjang usahanya. 4.4.2
Omset Penjualan Usaha
Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan di lapangan terhadap informan, diperoleh fakta bahwa sembilan dari sepuluh informan penerima manfaat mengalami peningkatan omset penjualan. Seorang informan tetap, yakni
105
omset penjualan dari usahanya sama, baik sebelum maupun sesudah informan tersebut mendapatkan pinjaman STF Semarang. Grafik peningkatan omset dari kesepuluh informan tersebut dapat dilihat dalam gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Omset Penjualan Usaha Informan No 2-11 (Sebelum Sociall Tr ust ust dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang)
Omset Penjualan Usaha Sebelum
Sesudah
700.000,00
600.000,00
500.000,00
400.000,00
300.000,00
200.000,00
100.000,00
0,00 Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) Mayoritas informan penerima manfaat mengalami peningkatan omset penjualan usaha. Informan yang tidak mengalami peningkatan omset adalah informan 5. Informan 5 tidak mengalami peningkatan omset penjualan usaha karena terlalu
106
bergantung kepada ramai dan sepinya pengunjung tanpa ada usaha untuk menarik lebih banyak pengunjung. 4.4.3
Pendapatan Usaha
Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan di lapangan terhadap informan, diperoleh fakta bahwa sembilan dari sepuluh informan penerima manfaat mengalami peningkatan pendapatan. Seorang informan tetap, yakni pendapatan dari usahanya sama, baik sebelum maupun sesudah informan tersebut mendapatkan pinjaman STF Semarang. Grafik peningkatan pendapatan usaha dari kesepuluh informan tersebut dapat dilihat dalam gambar 4.4 berikut: Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Pendapatan Usaha Informan No 2-11 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang 140.000,00
Pendapatan Usaha 120.000,00
100.000,00
80.000,00
60.000,00
40.000,00
20.000,00
0,00 Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sebelum
Sesudah
107
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) Sembilan Informan, mengalami kenaikan pendapatan usaha atau laba setelah menerima pinjaman program ekonomi STF Semarang. Sementara itu, informan 5 tidak mengalami peningkatan pendapatan usaha. Penyaluran pinjaman dari program ekonomi STF sudah dimanfaatkan dengan baik, hanya saja belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Tidak meningkatnya pendapatan usaha informan 5 tersebut, tidak lain karena omset penjualan usahanya yang juga tidak mengalami peningkatan. 4.4.4
Stabilitas Usaha
Stabilitas usaha pada penelitian ini diartikan sebagai kemampuan suatu usaha, yaitu usaha mikro, dalam mempertahankan usahanya agar tetap berjalan dengan baik. Kestabilan usaha diukur dari jumlah aset, omset penjualan usaha, dan pendapatan usaha yang cenderung naik atau tetap, bukan yang menurun. Perbandingan stabilitas usaha informan 2 sampai informan 11 sebelum dan sesudah menerima pinjaman program ekonomi STF dapat dilihat dalam tabel berikut.
108
Tabel 4.12 Tabel Perubahan Stabilitas Usaha Informan 2-11 (Sebelum dan Sesudah Menerima Pinjaman Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und (STF) Dompet Dhuafa Semarang) Informan
Sebelum Sebelu m
Sesudah
Keterangan
Informan 2
Tidak Stabil
Stabil
Stabil
Informan 3
Tidak Stabil
Stabil
Stabil
Informan 4
Stabil
Stabil
Tetap Stabil
Informan 5
Stabil
Stabil
Tetap Stabil
Informan 6
Stabil
Stabil
Tetap Stabil
Informan 7
Stabil
Stabil
Tetap Stabil
Informan 8
Stabil
Stabil
Tetap Stabil
Informan 9
Stabil
Stabil
Tetap Stabil
Informan 10
Stabil
Stabil
Tetap Stabil
Informan 11
Stabil
Stabil
Tetap Stabil
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) Berdasarkan tabel 4.12, dari kesepuluh informan yang telah diwawancarai, delapan informan memiliki usaha yang tetap stabil. Meski demikian, terdapat empat informan yang mengalami kondisi lebih stabil dibanding empat informan lainnya dikarenakan omset penjualan dan pendapatan usaha meningkat secara signifikan, yaitu informan 6, 8, 9, dan 11. Selanjutnya, dua informan penerima manfaat yakni informan 2 dan informan 3 mengalami kenaikan kondisi dari tidak stabil menjadi stabil. Hal tersebut terjadi karena sebelum mendapatkan pinjaman, usaha kedua informan tersebut tidak menentu, seperti buka-tutup usaha disebabkan oleh keterbatasan modal. Setelah mendapatkan pinjaman, usaha kedua informan tersebut menjadi stabil dan informan mampu berjualan setiap se tiap hari.
109
4.4.5
Sociall Tr ust ust F und Analisis Peran Socia (STF) dalam Meningkatkan Usaha
Mikro Masyarakat Miskin di Semarang
Pinjaman STF dalam bentuk qardhul hasan hasan merupakan pinjaman harta kepada orang lain dengan tujuan tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Allah berfirman di dalam surat Al-Hadid ayat 11,
Man ̇ ′l-lȧ ̅ yuqriḍ yuqriḍ u ‘l -L -L ha qar ḍ ḍ n ḥasan n fayuḍ fayuḍ `ifahu lahu wa lahu 'ajrun kar ̅mun. m ̅ un. “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”(QS. banyak.”(QS. Al-Hadid [57]:11). Pinjaman dalam bentuk qardhul hasan hasan juga merupakan upaya untuk menghilangkan satu kesusahan dari kaum mukminin. Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah bersabda,
Mannafsi ’anmu‘minin kurbatan min kurabi kurabi d-duny naffasa ‘ l-Lahu l-Lahu anhu kurbatan min kurabi yaumi l-qiymah waman yassara ala mu’sirin yassara ‘ l-Lahu l-Lahu ’ala̅hi hi fi d-duny wa l-khirah waman satara muslimn satarahu ‘ ll Lahu fi d-duny wa l-khirah wa ‘ l-Lahu l-Lahu f ̅̅ ’auni l -abdim -abdim k na l-abdu f ̅’auni ’̅ auni akh̅h
110
“Barang siapa melepaskan dari seorang mukmin satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah melepaskan dia dari kesusahankesusahan hari kiamat. Barang siapa memberi kelonggaran kepada seorang yang kesusahan, niscaya Allah menutupi (aib)nya di dunia dan di akhirat. Dan Allah Selamanya menolong hamba-Nya, selama hamba-Nya mau menolong saudaranya.”(HR. saudaranya.”(HR. Muslim). Akad qardhul hasan dalam program ekonomi Social Trust Fund (STF) merupakan pinjaman yang diberikan kepada masyarakat miskin sebagai tambahan modal usaha mereka. Sesuai dengan tujuannya, program ekonomi STF bertujuan untuk membantu masyarakat miskin yang mempunyai usaha mikro dan yang akan membuka usaha mikro. Karena salah satu cara untuk meningkatkan usaha adalah dengan menggunakan tambahan modal usaha, maka program ekonomi STF yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa Semarang memberi peluang bagi masyarakat miskin yang ingin meningkatkan kesejahteraan ekonominya. ekonominya. Sementara itu, peran yang dilakukan oleh STF Semarang dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin penerima manfaat STF di Semarang diukur melalui jumlah aset usaha, omset penjualan usaha, pendapatan usaha, dan stabilitas usaha. Dari semua telaah diatas, dapat dilihat bahwa upaya STF Semarang secara signifikan meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin penerima manfaat STF di Semarang. Peningkatan usaha mikro tersebut didapatkan oleh mayoritas informan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, yakni masyarakat miskin penerima manfaat program ekonomi STF di Semarang merasa terbantu dalam meningkatkan usahanya dengan program tersebut.
111
Penerima manfaat program ekonomi STF di Semarang merasa terbantu dalam meningkatkan usahanya, karena tidak hanya berupa pemberian modal saja yang diberikan, melainkan juga cicilan yang ringan dengan pembayaran per minggu atau per dua minggu tergantung keinginan dan kesanggupan penerima manfaat dalam jangka waktu lima bulan serta kemudahan dalam membayar cicilan tersebut. Kemudahan membayar cicilan tersebut disebabkan oleh adanya fasilitas jemput bayar cicilan ke tempat penerima manfaat oleh pengurus STF Semarang. Selain itu, juga ada pengajian rutin oleh STF Semarang setiap dua minggu sekali untuk menyegarkan kembali pengetahuan agama penerima manfaat. Selanjutnya, peningkatan usaha dari informan 2 sampai 11 dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini.
112
Tabel 4.13 Data Perubahan Usaha Informan 2-11 Penerima Manfaat Program Ekonomi (STF) Dompet Dhuafa Semarang Socia Sociall Tr ust ust F und Perubahan Usaha Aset Usaha
Omset Penjualan Usaha
Pendapatan Usaha
Stabilitas Usaha
Informan 2
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Stabil
Informan 3
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Stabil
Informan 4
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Tetap Stabil
Informan 5
Meningkat
Tetap
Tetap
Tetap Stabil
Informan 6
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Tetap Stabil
Informan 7
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Tetap Stabil
Informan 8
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Tetap Stabil
Informan 9
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Tetap Stabil
Informan 10
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Tetap Stabil
Informan 11
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Tetap Stabil
Informan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017 (Diolah) Pada tabel 4.13 terlihat bahwa mayoritas informan mengalami peningkatan usaha mereka. Seluruh informan penerima manfaat program ekonomi STF Semarang menunjukkan peningkatan pada aset usahanya. Sembilan dari sepuluh informan juga menunjukan peningkatan pada omset penjualan usahanya. Begitu pula pada pendapatan usaha, sembilan dari sepuluh informan menunjukkan peningkatan pada pendapatan
usahanya.
Penerima manfaat program ekonomi STF Semarang
menunjukkan delapan dari sepuluh informan memiliki usaha yang tetap stabil. Meski demikian, terdapat empat informan yang mengalami kondisi lebih stabil dibanding
113
empat informan lainnya dikarenakan omset penjualan dan pendapatan usaha meningkat secara signifikan, yaitu informan 6, 8, 9, dan 11. Selanjutnya, dua informan mengalami kenaikan kondisi dari tidak stabil menjadi stabil. Hal tersebut karena sebelum mendapatkan pinjaman, usaha dari kedua informan tidak menentu, seperti buka-tutup usaha disebabkan oleh keterbatasan modal. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditunjukkan bahwa Social Trust Fund (STF) telah berhasil berperan dalam meningkatkan usaha mikro masyarakat miskin penerima manfaat STF di Semarang, diukur dari peningkatan aset usaha, omset penjualan usaha, pendapatan usaha dan stabilitas usaha. Penerima manfaat program ekonomi STF di Semarang merasa terbantu dalam meningkatkan usahanya, karena tidak hanya berupa pemberian modal saja yang diberikan, melainkan juga cicilan yang ringan dengan pembayaran per minggu atau per dua minggu tergantung keinginan dan kesanggupan penerima manfaat dalam jangka waktu lima bulan serta kemudahan dalam membayar cicilan tersebut. Kemudahan membayar cicilan tersebut disebabkan oleh adanya fasilitas jemput bayar cicilan ke tempat penerima manfaat oleh pengurus STF Semarang. Selain itu, juga ada pengajian rutin oleh STF Semarang setiap dua minggu sekali untuk menyegarkan kembali pengetahuan agama penerima manfaat. 4.5
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan yang telah dijelaskan diatas, bahwa hasil penelitian STF Semarang dengan STF wilayah lainnya belum tentu cocok atau sama. Hasil penelitian ini juga merupakan potret untuk tahun 2017, belum tentu tahun berikutnya dapat
114
terjadi seperti yang telah dijelaskan. Dengan demikian, hasil penelitian ini tidak dapat dijadikan bahan prediksi. Dalam penelitian ini, indikator peningkatan usaha hanya terbatas pada peningkatan aset usaha, omset penjualan usaha, pendapatan usaha, dan stabilitas usaha. Ketika melakukan proses penelitian, peneliti menemui kesulitan dalam memperoleh data usaha beberapa informan, baik sebelum maupun setelah mendapatkan pinjaman. Diantaranya ketika ditanyakan mengenai pendapatan usaha, salah satu informan tidak dapat menjawab secara nominal, sehingga tidak dapat dipahami secara detail. Sementara dari data internal STF Semarang sendiri hanya berisi nominal sebelum mendapatkan pinjaman dari STF Semarang, tidak ada data mengenai peningkatan usaha setelah mendapatkan pinjaman STF.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1
Simpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian, program ekonomi Social Trust Fund (STF) (STF) Dompet Dhuafa Semarang secara signifikan berperan meningkatkan usaha mikro pada aset usaha, omset penjualan usaha, pendapatan usaha, dan stabilitas usaha masyarakat miskin di Kelurahan Bandarharjo Semarang. 2. Seluruh informan penerima manfaat mengalami peningkatan aset. Seluruh informan menggunakan pinjaman tersebut untuk menambah kuantitas belanja dan variasi produk, kecuali tiga informan. Tiga informan tersebut menggunakan pinjaman tersebut untuk menambah kuantitas belanja dan variasi produk serta menambah peralatan usaha. 3. Sembilan dari sepuluh informan penerima manfaat mengalami peningkatan omset penjualan. Seorang informan tetap, yakni informan 5. 4. Sembilan dari sepuluh informan penerima manfaat mengalami peningkatan pendapatan. Seorang informan tetap, yakni informan 5. 5. Delapan dari sepuluh informan penerima manfaat memiliki usaha yang tetap stabil. Meski demikian, terdapat empat informan yang mengalami kondisi lebih stabil dibanding empat informan lainnya. Selanjutnya, dua informan penerima manfaat yakni informan 2 dan informan 3 mengalami kenaikan kondisi dari tidak stabil menjadi stabil.
115
116
5.2
Saran
Pengurus program ekonomi Social
Trust Fund (STF)
Semarang diharapkan
tidak hanya melakukan monitoring, tetapi juga memberikan pelatihan dan pendampingan kepada penerima manfaat, agar peran yang dihasilkan dapat berjalan secara maksimal. Kemudian, diharapkan juga program ekonomi Social
Trust Fund
(STF) Dompet Dhuafa Semarang dapat memperluas daerah yang menjadi sasaran penerima manfaat. Pada awalnya hanya di Kelurahan Bandarhajo, dapat diperluas lagi menjadi beberapa kelurahan, sehingga semakin banyak masyarakat miskin yang dapat menikmati program ekonomi Social Trust Fund (STF) (STF) di Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Faifi, Sulaiman. Ringkasan Fikih Sunnah. Sunnah. Terjemahan oleh Abdul Majid. 2014. Jakarta: Beirut Publishing. Ascarya. 2013. Akad 2013. Akad dan Produk Bank Syariah. Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Badan Pusat Statistik. 2017. (Online), (http://www.bps.go.id/, (http://www.bps.go.id/, diakses 31 Januari 2017). Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2010. Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia. Indonesia. Jakarta: BAPPENAS Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. Berita Dompet Dhuafa. 2014. (Online), (http://www.dompetdhuafa.org/, (http://www.dompetdhuafa.org/, diakses 31 Januari 2017). Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group. Direktorat Pemberdayaan Zakat. 2013. Panduan 2013. Panduan Oganisasi Pengelola Zakat . Jakarta: CV REFA BUMAT INDONESIA Fathnin, Adani. 2014. Dampak Qardhul Hasan dalam Peningkatan Usaha Masyarakat Miskin (Studi Kasus Pada Penerima Program Social Trust Fund Dompet Dhuafa Surabaya). Surabaya). Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Depok: Gema Insani. Herawati, Augustina Rina. 2011. Sistem Kemitraan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) – Usaha Besar Dengan Pemodelan Systems Archetype. Archetype. Tesis tidak diterbitkan. Program pasca sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia, Jakarta. Hutomo, Mardi Yatmo. 2000. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang ekonomi: Tinjauan Teoritik dan Implementasi. Implementasi. Naskah No. 20. (Online), (http://www.ba ppenas.go.id, diakses 12 Februari 2017) Jarkasih, Aan. 2008. Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengusaha Terhadap Keberhasilan Usaha Pengusaha Sepatu di Sentra Industri Kecil Persepatuan Cibaduyut. Disertasi Cibaduyut. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung FPIPS UPI. Kadji, Yulianto. 2013. Kemiskinan dan Konsep Teoritisnya. Teoritisnya. Jurnal, (Online), (http://repository.ung.ac.id, diakses (http://repository.ung.ac.id, diakses 1 Februari 2017). Karim, Adiwarman. 2004. Bank 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Kasim, Muslim. 2006. Karakteristik Kemiskinan & Strategi Penanggulangannyya Studi Kasus: Padang Pariaman. Pariaman. Jakarta: PT Indomedia Global Kementerian Sosial RI. 2012. Analisis Data Kemiskinan Berdasarkan Data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011. 2011. E-book. (Online), (http://www.kemsos.go.id, (http://www.kemsos.go.id, diakses 12 Februari 2017).
117
118
Komite Penanggulangan Kemiskinan. Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan. Kemiskinan. E-book, (Online), (http://data.kemenkopmk.go.id, (http://data.kemenkopmk.go.id, diakses 12 Februari 2017). Laporan Keuangan. 2013. (Online), (http://www.dompetdhuafa.org/, (http://www.dompetdhuafa.org/, diakses 1 Februari 2017). Laporan Keuangan. 2014. (Online), (http://www.dompetdhuafa.org/, (http://www.dompetdhuafa.org/, diakses 1 Februari 2017). Mardani. 2013. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah. Muamalah. Jakarta: KENCANA PRENADAMEDIA GRUP. Mas’ud, Muhammad Ridhwan. Ridhwan. 2005. Zakat dan Kemiskinan. Kemiskinan. Yogyakarta: Tim UII Press. Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualtatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muhammad. 2000. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Syariah. Yogyakarta: UII Press Muhammad. 2009. Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syari’ah. Syari’ah. Yogyakarta: UII Press. Noor, Munawar. 2014. Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia (Studi Tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Kota Semarang ). ). Jurnal Ilmiah, (Online), Vol 3, No. 1, (http://jurnal.unt agsmg.ac.id, diakses 12 Februari 2017). P3EI. 2013. Ekonomi 2013. Ekonomi Islam. Jakarta: Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Renatha, Agung. 2015. Peran 2015. Peran Baitul Maal Wat Tamwil dalam Peningkatan Usaha Mikro Melalui Pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus Pada Produk Pembiayaan Mudharabah Mikro BMT Asy-Syifa Kabupaten Sidoarjo). Skripsi Sidoarjo). Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 2008. 2008. Jakarta. Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. 2011. 2011. Jakarta. Sholeh, Maimun. 2009. Kemiskinan: Telaah Dan Beberapa Strategi Penanggulangannya. Artikel, Penanggulangannya. Artikel, (Online), (http://staff.uny.ac.id, diakses (http://staff.uny.ac.id, diakses 1 Februari 2017). Social Trust Fund. (Online), (http://www.dompetdhuafa.org/, (http://www.dompetdhuafa.org/, diakses 30 Januari 2017). Sugiyono. 2010. Metode 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. R&D. Bandung: Alfabeta. Suhendra, K. 2006. Peranan 2006. Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan. Pemberdayaan. Bandung: Alfabeta Suryana. 2003. Kewirausahaan. 2003. Kewirausahaan. Jakarta: Jakarta: Salemba Empat.
119
Sutrisno, Joko dan Sri Lestari. 2006. Kajian Usaha Mikro Indonesia. Indonesia. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM, Online, Nomor 2, (http://www.jurnal. smecda.com, diakses 9 Februari 2017). Syafei, Rachmat. 2001. Fiqih 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: Muamalah. Bandung: CV PUSTAKA SETIA. Syafi’I Antonio, Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik . Jakarta: Gema Insani Press. Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Jakarta: Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Triyuwono, Iwan dan Mohammad As’udi. 2001. Akuntansi Syari’ah Memformulasikan Konsep Laba dalam Konteks Metafora Zakat. Zakat. Jakarta: Salemba Empat. Tunggal, Amin Widjaja. 2002. Akuntansi Perusahaan Kecil & Menengah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Yin, Robert K. 2003. Case Study Research. Research. Third Edition. London: Sage Publications Ltd. Yin, Robert. 2009. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta Rajawali Pers.
120
Lampiran 1 Panduan Pertanyaan Wawancara Untuk Koordinator Koordinato r Program Ekonomi Soc (STF) Dompet Dhuafa Semarang Soci al Tr ust ust F und und 1.
Apa yang melatarbelakangi berdirinya program ekonomi STF Semarang?
2.
Apa tujuan dari program ekonomi STF?
3.
Siapa yang menjadi sasaran program ekonomi STF?
4.
Apakah yang belum memiliki usaha dapat mengikuti program ekonomi STF?
5.
Kapan program ekonomi STF beroperasi di Semarang?
6.
Dari mana saja sumber dana program ekonomi STF? Apakah termasuk zakat?
7.
Apakah calon penerima manfaat program ekonomi STF ditentukan sendiri oleh Dompet Dhuafa Semarang atau dapat mendaftarkan sendiri oleh calon penerima manfaat program ekonomi STF?
8.
Apakah dana program STF dapat digunakan untuk kegiatan konsumtif seperti pemenuhan kebutuhan keluarga?
9.
Bagaimana cara pengurus STF dapat mengetahui dana yang diberikan tepat sasaran?
10. Apakah ada pelatihan dan pendampingan khusus bagi penerima manfaat program ekonomi STF? Atau hanya monitoring saja? 11. Berapa minimal dan maksimal nominal dana yang disalurkan kepada penerima manfaat program ekonomi STF ini? 12. Berapa lama jangka waktu pengembalian pinjaman dana pada dana pada program STF? 13. Jika dalam penerapannya penerima manfaat program ekonomi STF mengalami kesulitan dalam mengembalikan pinjaman, bagaimana cara penanganannya? 14. Apakah jika tidak dapat mengembalikan pinjaman, penerima manfaat dapat melakukan pinjaman kembali? 15. Berapa jumlah penerima manfaat program ekonomi STF saat ini? Apakah ada target pencapaian setiap tahunnya?
121
16. Apakah ada pelaporan khusus ke kantor STF wilayah Semarang oleh penerima manfaat program ekonomi STF terhadap perkembangan usahanya? 17. Menurut Anda, apakah usaha para penerima manfaat program ekonomi STF meningkat setelah menerima dana tersebut? 18. Apakah selama ini dari pihak pengurus STF Semarang mengetahui jika ada usaha penerima manfaat yang merugi atau bangkrut setelah menerima dana program ekonomi STF Dompet Dhuafa Semarang? 19. Seberapa luas jangkauan program STF ini dalam menjangkau masyarakat? 20. Seberapa besar program ekonomi STF berperan dalam meningkatkan usaha masyarakat ?
122
Lampiran 2 Hasil Wawancara Informan Penelitian Koordinator Program Ekonomi Soc (STF) Dompet Dhuafa Semarang Soci al Tr ust ust F und und 1nforman 1 Nama
: Ali Irfan
Jabatan
: Koordinator Program Ekonomi Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa Semarang
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya program ekonomi STF di Semarang? Jawab: Yang melatarbelakangi berdirinya STF itu karena menurut Dompet Dhuafa, Semarang khususnya Bandarharjo ini daerah yang tergolong miskin menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Jadi menurut hasil survei supervisor pimpinan pimpinan saya dulu, di BPS itu di wilayah Semarang ada wilayah yang terpinggirkan yaitu wilayah Bandarharjo. Karena memang Sasaran dari program STF itu tidak hanya di lokasi-lokasi bencana seperti yang awalnya didirikan. Targetnya juga ditempat yang dianggap secara ekonomi tidak mampu dan potensi untuk banyaknya renternir di tempat tersebut. 2. Apa sih pak tujuan dari program ekonomi STF ? Jawab: Tujuannya?, tujuan dari STF itu selain mengembangkan dan membantu usaha mikro masyarakat disekitar lokasi STF sekitar satu atau dua kelurahan. Selain itu juga meningkatkan keimanan mereka jadi yang ibadah ibadah seperti shalat, puasa mereka tidak melakukan atau tidak bisa baca al-quran, pada akhirnya mereka setidaknya sedikit-sedikit mau melakukannya. Karena biasanya di daerah seperti ini, masyarakat kurang peduli dengan ibadah mereka. Selain juga karena salah satu sasaran dari bantuan utama kita zakat ke delapan asnaf dan salah satu asnaf itu fakir miskin tersebut.
123
3. Yang menjadi sasaran program ekonomi STF siapa pak? Mustahik atau? Jawab: Jadi mustahik yang memiliki usaha mikro seperti itu, dalam satu kawasan bandarharjo. Jadi sementara sementara ini selain selain keluarahan keluarahan bandarhajo belum dapat bantuan. 4. Yang belum memiliki usaha apa bisa pak untuk bisa mendapatkan fasilitas? Jawab: Sebenarnya mereka belum menjadi target sasaran kami. Tapi jika ada rekomendasi dari masyarakat setempat bahwa orang ini memang bener-bener layak dibantu. Maka kami akan mengajukan permohonan kepada pimpinan agar disetujui. 5. Program ekonomi STF ini mulai beroperasi di Semarang sejak kapan pak? Jawab: Untuk tenaga rekrutmen september 2015. Tapi mulai sosialisasi dalam artian kita membantu masyarakat melalui STF itu awal november kemudian pencairan pertama awal desember 2015. 6. Sumber dana program ekonomi STF itu dari mana aja pak? Jawab: Sumber dananya itu dari zakat terutama disini, separuhnya itu dari dana zakat karyawannya bank panin syariah. Untuk lebih detailnya itu sebenernya orang PKMS (Pengembangan Keuangan Mikro Syariah), pimpinan kami yang tau sumbernya. Jadi karena kita dananya dari dana zakat, itu ada namanya dana tasharuf yang akan nanti kita serahkan ke penerima manfaat. Tapi dana tasharuf ini berupa pembiayaan. Jadi setiap penerima manfaat di pembiayaan pertama dapat 500rb kemudian lunas kemudian naik 750rb lunas, kemudian naik 1jt, nah dana tasharuf itu totalnya 1.25jt, ini perhitungannya dari total pembiayaan atau total anggaran dari pusat dari dompet dhuafa dengan target 200 penerima manfaat. Dana tasharuf ini akan diberikan ke penerima manfaat melalui skema pembiayaan. Jadi misal ada mustahik yang baru dapat 500rb ya nanti sisanya berarti berapa sekitar 700rb itu nanti diberikan. Tapi diberikannya tidak secara langsung tunai. Dana itu diserahkan kembali ke mereka tapi dikembalikan kembali ke kita menjadi
124
simpanan pokok simpanan wajib untuk kita nanti membentuk koperasi. Tapi itu sebenarnya hak mereka. Kecuali jika mereka “ah udah mas saya ngga mau jadi anggota koperasi” itu langsung kita berikan secara tunai. Tapi selama mereka menjadi anggota koperasi dana yang kita serahkan ke penerima manfaat tersebut itu akan dikembalikan kekita lagi untuk kita kelola menjadi modal untuk koperasi. 7. Berarti setiap penerima manfaat dapet 1,25juta ya? Jawab: Dapet 1,25 itu, jadi ada yang pembiayaan pertama 500rb kemudian lunas 5 bulan kemudian naik 750rb lunas, kemudian naik 1jt itu masih skema skema qordhul hasan. Nah setelah satu juta itu nanti baru akan ditawari pembiayaan murabahah. Jadi dana tasharuf atau dana zakat yang akan diberikan kepada mereka itu tetap 1.25jt. nanti selama mereka tetep menjadi anggota dana itu disalurkan ke k ita. Kita kelola jadi modal koperasi. Tapi kalau mereka keluar dari keanggotaan, mereka tidak bersedia menjadi anggota ya kita berikan secara tunai, kalau mereka sudah terima 500rb untuk pembiayaan misalnya berarti sisanya 7 00rb kita berikan secara tunai, misalnya ada yang meninggal juga. Karena ini dana zakat. Jadi harus diberikan kepada mereka. 8. Keuntungan mereka menjadi anggota apa mas? Jawab: Keuntungan yang pasti karena ini bentuknya bentukn ya menjadi koperasi, mereka akan tetap menikmati pembiayaan dari kita, mereka akan tetap bisa pinjaman ada simpanan. Kalau mereka keluar dari anggota koperasi. Ya mereka tidak dapat menikmati pembiayaan dari kita benefitnya gitu lah. Karena toh uang ini uang mereka sendiri sendiri gitu kan kita hanya mengelola aja. Kalau mereka sudah tidak menjadi anggota koperasi, yasudah dana ini untuk mereka sudah selesai. Tapi kalau mereka mau mengembalikan dana tasharuf ke kita untuk kita kelola, dana ini kan nantinya dimanfaatkan dan digunakan mereka juga, tapi nanti kan kalau murabahah kan tetep ada margin juga. 9. Dari bank panin syariah ini hanya di Semarang saja atau keseluruhan?
125
Jawab: Di Semarang aja, kalau dana zakat yang lain seperti Surabaya dengan Medan itu bukan panin syariah tetapi dana zakat pihak lain lagi. 10. Apakah calon penerima manfaat program ekonomi STF ditentukan sendiri oleh Dompet Dhuafa atau mereka bisa mengajukan sendiri ke kantor STF ini? Jawab: Kita hanya menentukan kriteria, kriteria penerima manfaat. Jadi dengan adanya survei, ada scoring ada scoring hasil hasil survei kita bisa tentukan dia layak dibantu atau tidak. Tapi mengenai siapa yang datang kemari itu dari inisiatif mereka sendiri. Kita hanya awalnya adalah sosialisasi, walaupun sebenarnya diawal tidak diperbolehkan sosialisasi secara terbuka, akhirnya lewat mulut ke mulut. Ditakutkan jika ada sosialisasi terbuka kita sendiri yang akan kewalahan melakukan survei atau seleksinya. 11. Apakah dana program STF dapat digunakan untuk kegiatan konsumtif? Seperti pemenuhan kebutuhan keluarga? Jawab: Apabila tadi, hanya dirokemendasikan yang boleh, akan tetapi sebena rnya bantuan STF itu khusus untuk mereka yang memliki usaha yang tergolong mustahik. 12. Bagaimana cara pengurus STF dapat mengetahui bahwa yang diberikan itu tepat sasaran? Jawab: Dari hasil survei, kami menggunakan pilihan ganda seperti itu, dan ju ga form-form pengajuan hasil wawancara yang yang dimana disitu tercantum omset laba dalam artian pendapatan mereka dari hasil usaha sehari-hari. sehari-hari. Selain juga kita tanya tetangganya atau tokoh masyarakat ketua RT setempat. 13. Apakah ada pelatihan atau pendampingan khusus bagi penerima manfaat atau hanya monitoring saja? Jawab:
126
Saat ini hanya monitoring saja, jadi kita sejauh mana apakah usaha mereka terus berjalan, apa keluhan mereka. Tapi kalau untuk pelatihan dan pendampingan rutin rutin itu ngga. Cuma kita pernah melakukan satu kali pelatihan untuk mengenai pencatatan keuangan sederhana. Kalau bahasa sederhana seperti jurnal sederhana oleh pimpinan kami tapi hanya dilakukan satu kali. Selebihnya kita mengumpulkan mereka untuk memberikan tausiyah, pengajian lah bahasa umumnya. 14. Berapa nilai minimal dan maksimal dana yang disalurkan kepada penerima manfaat? Jawab: Minimalnya mereka mendapat 500rb, kemudian sejauh ini maksimal yang didapat sudah 1juta. Namun, ketika nanti sudah berjalan akad murabahah bisa sampai 1,5juta. 15. Berapa Lama pak jangka waktu pengembalian pinjaman dana pada program ini? Jawab: Untuk alqordhul hasan itu hasan itu jangka waktunya lima bulan. Kalau bayar mingguan berarti 20 kali angsuran atau dibayar dua mingguan 10 kali angsuran. Namun jika memang mereka belum selesai dalam jangka waktu itu bisa diperpanjang dengan akad yang baru. 16. Jika dalam penerapannya penerima manfaat program ini mengalami kesulitan dalam
melakukan
pengembalian
pinjaman,
kira-kira
bagaimana
cara
penanganannya pak? Jawab: Penanganannya?, penanganannya yang pertama kita lihat apakah usahanya masih jalan atau ngga. Kalau ngga apakah mereka bekerja di sektor yang lain gitu. Itu menjadi acuan bagi kita untuk melakukan penagihan jika mereka masih memiliki penghasilan yang cukup untuk disisihkan maka kita akan melakukan penagihan gitu, dan juga menanyakan kepada tetangga. Namun akan tetapi, kembali lagi karena ini dananya bersifat alqordhul hasan. hasan. Maka ketika bener- bener penerima
127
manfaat tidak bisa mengangsur lagi. Maka yasudah, diajukan pengapusan piutangnya ke pimpinan. 17. Apakah jika tidak dapat mengembalikan pinjaman penerima manfaat dapat melakukan pinjaman kembali? Jawab: Untuk saat ini belum bisa ya, saran dari pimpinan juga seperti itu, kecuali mereka melakukan pelunasan. Kemudian kita lihat mereka rutin lagi jualan. Karena itu tadi, kita akan dimandirikan menjadi koperasi. Ketika men jadi koperasi kita sudah lepas dari Dompet Dhuafa, dalam artian lepas pengawasannya. Tetapi tetap saling berkoordinasi gitu. Dana mereka juga terbatas, maka kita harus semaksimal mungkin melakukan pengawasan akan dana yang digunakan. 18. Apakah ada pelaporan khusus ke kantor STF pak oleh penerima manfaat, terhadap perkembangan usahanya? Jawab: Mereka tidak melapor ya, tapi pengelola seperti kami yang melakukan kunjungan atau monitoring tadi yang dilakukan rutin. Kalau saya delapan penerima manfaat setiap bulan atau staff pembiayaan mas sholihin itu seminggu dua kali untuk berkunjung ke tempat mereka. 19. Menurut anda apakah usaha para peneriman manfaat program ini meningkat setelah menerima dana tersebut? Jawab: Usahanya meningkat atau tidaknya itu ya?, Kita belum melakukan perhitungan spesifik untuk mengetahui mereka meningkat atau tidak. Tapi dari beberapa penerima manfaat yang kami kunjungi, mereka mengatakan bahwa sedikit banyak membantu lah dana yang dipinjamkan oleh STF u ntuk usaha mereka. Karena kalau mereka meminjam di renternir otomatis itu tidak membantu malah membebani mereka karena bunga yang sangat tinggi. 20. Apakah selama ini pihak dari STF mengetahui jika ada usaha penerima manfaat yang rugi atau bangkrut setelah menerima dana tersebut?
128
Jawab: Penerima manfaat rugi atau bangkrut?, ada. Rugi itu ada, jadi karena mereka sering diutangi, jualan mereka tidak di bayar cash ketika itu. Tetapi di bayar tempo, ada yang satu minggu sekali, kadang ada yang satu bulan, kadang juga ada yang ngga bayar-bayar. Jadi itu tantangan bagi mereka dalam melakukan usahanya. Tetapi kalau yang bangkrut, kami kurang tau. Yang jelas mereka hanya beralih dari berjualan, seperti berjualan pakaian keliling menjadi pekerja pabrik dengan berbagai alasan, salah satunya tadi, yaitu dagangan mereka diutangi. 21. Seberapa luas jangkauan program ekonomi STF ini menjangkau masyarakat? Jawab: Luas jangkauannya itu udah satu kelurahan B andarharjo. Satu kelurahan itu terdiri dari 12 RW. Walaupun sebenarnya yang meminta kita untuk memberikan pembiayaan itu di lain kelurahan juga ada. Ada di kelurahan Kuningan atau kelurahan Tanjung mas. Tapi karena memang program STF di khususkan untuk bandarharjo, ya kami bantu bandarharjo dulu.
129
Lampiran 3 Panduan Pertanyaan Wawancara untuk Masyarakat Miskin Penerima Manfaat Program STF Dompet Dhuafa Semarang 1. Identitas nama, umur 2. Bagaimana Bapak/Ibu mengetahui tentang program STF ini? 3. Bapak/Ibu meminjam dana dari pihak STF ditawari atau mengajukan sendiri? 4. Usaha apa yang Bapak/Ibu jalani? 5. Kapan Bapak/Ibu mulai menjalankan usaha ini? 6. Berapa nilai nominal yang diberikan dari program tersebut? a. Plafon pertama? b. Plafon kedua? c. Plafon ketiga? 7. Berapa belanja/kulakan yang Bapak/Ibu miliki sebelum dan sesudah mendapatkan pinjaman? 8. Dana pinjaman STF tersebut Bapak/Ibu gunakan untuk apa saja? a. Apakah peralatan seperti kursi/meja/etalase bertambah setelah ada pinjaman STF? b. Apakah Bapak/Ibu sebelum dapat pinjaman biasanya sehari dapat berapa dari hasil penjualannya ? dari hasil tersebut keuntungannya berapa bu? c. Dan juga setelah ada pinjaman, apakah hasil penjualaannya bertambah? Dari hasil tersebut apakah keuntungannya juga bertambah? 9. Apakah volume penjualannya bertambah setelah adanya pinjaman? 10. Menurut Bapak/Ibu setelah adanya pinjaman STF ini usaha Bapak/Ibu apakah lebih stabil dari sebelum menerima pinjaman? Apakah sama saja? Atau malah menjadi tidak stabil? 11. Apakah pernah macet dalam mengangsur cicilan ke pihak Dompet Dhuafa?
130
12. Selain meminjam dana dari pihak STF, apakah Bapak/Ibu meminjam ditempat lain? 13. Menurut Bapak/Ibu apakah pinjaman STF ini meningkatkan usaha Bapak/Ibu?
131
Lampiran 4 Hasil Wawancara Informan Penelitian Penerima Manfaat Program Ekonomi Soc (STF) Dompet Dhuafa Soci al Tr ust ust F und und Semarang
1nforman 2 Nama
: Ninik Setyowati
Umur
: 47
Jenis Usaha
: Jual Makanan kecil, Minuman Es dan Pulsa
1. Ibu tau program STF ini dari mana? Jawab: Si mas ini datang kemari, ngomong-ngomong ini. Masnya nanya mau minjem uang ngga bu?, saya bilang mau karena ngga ada bunganya. 2. Ibu minjam dana ini ditawari ya bu? Jawab: Iya ditawari. 3. Jualan apa ibu? Jawab: Jajanan, chiki-chiki, ini lagi libur mas abis sakit dari kemarin mas. Jadi ngga jualan. Malah tadi mau ke pasar masih males besok udah puasa. 4. Setelah dapat pinjaman, jualannya nambah apa aja bu? Jawab: Ya tambah jajanan macem-macem, terus setelah dapat modal jadi jualan pulsa. Jadi kalau ada pinjaman lagi malah mau tak belikan etalase buat kerudungkerudung jilbab itu loh. Ini kan ada jilbab tapi tak bawa ke masjid-masjid. Saya juga bawa anak-anak setiap satu bulan ke pabrik-pabrik gitu mas. 5. Buka tutupnya jam berapa bu? Jawab: Karena di rumah jadi semaunya ya mas, m as, tapi jam 9 malam udah tutup mas. Kalau lagi ada kumpulan PKK jam 8 malam mas. 6. Mulai dari kapan bu jualannya?
132
Jawab: Udah lama ya mas jualannya. 7. Lima tahun ada bu? Jawab: Ya kurang lebih lah. 8. Sekarang udah pinjaman ke berapa bu? Jawab: Yang ketiga mas, yang pertama 500rb, kedua 750rb dan ketiga 1 juta 9. Ibu sebelum dapat pinjaman dulu biasa kulakan berapa? Jawab: Ya sedapatnya uang mas karena sekarang yang jualan banyak ya jadinya agak sepi. 10. Minimalnya berapa bu kalau kepasar? Jawab: 200 atau 250rb mas 11. Itu sama ngga bu sebelum dapat pinjaman sama setelah dapat pinjaman? Jawab: Ya gimana ya karena pengeluarannya banyak jadi ya ada lebihnya sedikit lah. 12. Dananya digunakan untuk apa aja bu? Jawab: Ya khusus untuk jualan saja, kadang-kadang kalau kakaknya pas lagi ngga ngasih buat ongkos sekolah, juga untuk beli galon. 13. Kalau peralatan seperti etalase, meja dan kursi ini udah ada sebelum pinjaman bu? Berarti ngga ada yang nambah bu? Jawab: Ya maksudnya pengennya sekarang setelah dapat pinjaman kembali ingin beli etalase kecil-kecilan aja gapapa. 14. Perhari ibu sebelum dapat pinjaman berapa ya bu pendapatannya? Jawab: Kalau keuntungannya ngga bisa itung pasti, soalnya kan kadang-kadang rame, kadang-kadang sehari dapet 100rb, 120rb ngga mesti gitu. 15. Itu keuntungan kotor bu? Jawab: Iya, kalau ngeliat berapa keuntungan bersihnya ngga tau.
133
16. Kira-Kira 10rb dapet bu? Jawab: Kalau 10rb dapet. 17. Setelah dapet pinjaman berapa bu kira-kira?, dari pulsa dan semuanya? Jawab: Kalau pulsa kan saya sendiriin ya mas jadi ngga saya campur dengan jajanan. 18. Kalau di campur berapa bu? Jawab: Kalau di campur malah nanti bingung mas, jadi saya sendiri-sendiri mas. Kadang-kadang kalau lagi rame pulsa sehari bisa dapet 50rb kadang-kadang 75rb. 19. Itu yang 75rb keuntungan pulsanya berapa bu? Jawab:Saya kan ngambil untung 2rb mas setiap jual , yang paling banyak beli pulsa 5b, 10rb. 20. Ibu setelah dapat pinjaman volume penjualannya nambah ngga bu? Misalnya jajanannya? Jawab: Jajanannya ya nambah mas ya cuman aku belanjanya sedikit-sedikit mas, kiranya sepi ngga aku belanjain mas. 21. Menurut ibu pinjaman ini dari STF membuat usaha ibu stabil ngga ? Jawab: Ya gimana ya, ngga begitu be gitu stabil mas, masalahnya banyak yang jualan mas. Yang terpenting saya syukurin lah mas. 22. Pernah macet ngga bu bayar angsurannya? Jawab: Ngga pernah mas, saya rutin, karena saya takut ngutang mas. Sering ada yang datang ke sini minjemin kaya bank titil gitu. Tapi gitu mas cicilan hariannya ya besar mas. Ngga berani mas. 23. Setiap minggu angsurannya berapa bu? Jawab: Yang terakhir seminggu 50rb mas. 24. Selain minjam dari STF minjam di tempat lain ngga bu?
134
Jawab:Ngga mas ngga berani. 25. Menurut ibu pinjaman STF ini membantu ngga bu? Jawab: Ya Alhamdulillah membantu. 26. Menurut ibu pinjaman STF ini meningkatkan usaha ibu ngga ? Jawab: Ya ada peningkatannya bisa beli pulsa, ini malah belum tak beliin orangnya lagi ke desa, kemarin sms katanya belum pulang. 1nforman 3 Nama
: Yoelya Madalena
Umur
: 41
Jenis Usaha
: Jual cireng, jamur jamur goreng dan Minuman es
1. Ibu tau program stf ini dari mana bu? Jawab: Dari mba jumiati itu, aku senengya karena ora bungani (ngga ada bunganya). 2. Ibu minjam dananya di tawari sendri atau mengajukan sendiri? Jawab: Saya mengajukan sendiri mas. 3. Jualan apa ibu? Jawab: Jualan pop ice, cireng sama jamur goreng, makanan anak kecil kaya gini mas . 4. Ibu setelah dapat pinjaman jenis barang dagangannya bertambah ngga bu? Jawab: Ya bertambah, minumannya tambah, jenisnya juga nambah. Biasanya cuma satu, jadi bisa dua, tiga. 5. Buka tutupnya jam berapa bu? Jawab: Saya ngga tentu, kalau udah habis ya tutup, sambi ya mas 6. Barang yang paling banyak terjual apa bu? Jawab: Cireng ini sama jamur goreng. 7. Mulai dari kapan bu jualannya? Jawab: Sudah hampir setahun ini kok.
135
8. Sekarang pinjaman yang ke berapa bu? Jawab: Yang lima ratus ribu mas. 9. Ibu biasanya belanja gini sebelum dapat pinjaman berapa bu nominalnya? Jawab: Habisnya berapa baru kulakan, beli dua kulakan dua, pokoknya sampe habis semua, jadi sedikit-sedikit. 10. Setelah dapet pinjaman nambah ngga bu, misalnya kulakannya gitu? Jawab: Ya ada nambah sedikit lah mas biasanya bolak balik kepasar sekarang ngga. Kalau kulakannya banyak kan dapet kortingan dari agen yang sana. Kalau minuman gini kan kalau kulakannya satu kerdus lebih enak dari pada ngecer. Jadi kalau ada modalnya kan lebih baik kulakan satu kerdus gitu. Jadinya kan laba batinya kan agak lumayan toh mas. 11. Biasanya berapa bu satu kerdus gitu? Jawab: 100rb lebih mas bisa 200rb. 12. Perhari semuanya dapet berapa bu? Jawab: 100rb an lah mas 13. Keuntungan perhari jadi berapa bu ? Jawab: Ya bisa 30rb lebih mas. 14. Setelah dapat pinjaman naik ngga bu perharinya sama keuntungannya? Jawab: Naik dikit lah mas, dulunya dapet ngga sampai 100rban ya mas batinya 20rban. 15. Kira-kira berapa bu dapetnya? Jawab: 70rban mas. 16. Setelah dapet pinjaman usaha ibu stabil ngga bu? Jawab: Stabil mas, dulu buka tutup-buka tutup. 17. Ngangsurnya 17. Ngangsurnya pernah macet ngga bu? Jawab: Ngga pernah mas. 18. Menurut ibu pinjaman ini membantu ngga bu? Jawab: Membantu sekali mas, saya jadi sering jualan. 19. Menurut ibu pinjaman ini meningkatkan usaha ibu ngga?
136
Jawab: Iya mas, saya bisa jualan terus tiap h ari. 1nforman 4 Nama
: Jumiyati
Umur
: 35
Jenis Usaha : Jual Nasi, Lauk Ayam, Ayam, Lele, Dan Aneka Penyetan Penyetan Lainnya.
1. Ibu tau program pinjaman STF ini dari mana bu? Jawab: Langsung dari masnya. 2. Apa yang ibu ketahui tentang program ini? Jawab: Membantu modal agar lebih maju. 3. Berarti ibu minjam dana ini ditawari ya bu ? Jawab: Iya, saya minjem ini dari pertama STF masih disini. 4. Jualan apa ibu? Jawab: Ayam penyet, tempe penyet. 5. Setelah dapat pinjaman bertambah ngga bu jenis dagangannya? Jawab: Dulu ngga gini, ini sudah besar, dulu warungnya meja biasa. 6. Etalase ini ada setelah ada pinjaman ngga bu? Jawab: Dulu ada etalasenya Cuma jelek, sekarang jadi bagus mas, ya tambah berkembang lah mas. 7. Buka tutupnya jam berapa bu? Jawab: Buka jam 10 pagi tutup jam 8 malem. 8. Dagangan yang paling laris apa bu? Jawab: Kepala, tempe, disini kan kampong ya jadi mayoritas belinya tempe. 9. Mulai dari kapan bu jualannya? Jawab: Lupa mas, 5 tahunan ada. 10. Ini udah pinjaman yang kebarapa bu? Jawab: Ini yang mau ke empat mas. 11. Ibu biasa beli bahan-bahan ini kira-kira berapa bu belanjanya? Jawab: Belanja? 400rb sekali belanja.
137
12. Setelah dapet pinjaman bertambah ngga bu? Jawab: Maksudnya? Dulu kan ngga ada sayur2nya sekarang ada sayur2nya. Kalau ada modal tak tambahin apa kalau ada modal tak tambahin apa. 13. Berarti dulu belanjanya ngga 400rb ya bu? Jawab: Ngga mas, 300rb nyampe. 14. Sehari bisa berapa bu hasil penjualannya? Jawab: Bersih itu kala abis semua itu 100rb, ngga mesti juga mas, namanya juga orang jualan. 15. Itu bersih bu, kalau kotornya berapa bu? Jawab: Kalau kotor bisa 150 soale buat jajan-jajan makan disini. Disini kan makannya ikut sini semua ya bersih dapet 100. Ya kalau sepi ngga dapet. Ya kan orang jualan ngga mesti mas. 16. Sama ngga bu sebelum dan sesudah dapat pinjaman ? Jawab: Beda mas. 17. Kira-kira beda berapa bu ? Jawab: kalau dulu kan jualannya ngga banyak kaya sekarang mas. Kalau dulu paling dapetnya 150rb ngga sampe mas, bersihnya juga ngga sampe 100rb. 18. Kalau volumenya bertambah ngga bu? Misalnya ayamnya terjual berapa Jawab: Maksudnya mas?. 19. Maksudnya kuantitas atau jumlah yang dijual nambah ngga bu? Jawab: Ngga sih mas, kalau disini kalau tak banyakin, yang beli ngga ada. Kalau jualan kalau ditambahin dua aja ngga laku. Anehnya gitu mas. Hari ini laris ya habis semua besok tak tambahin dua. Mesti ngga laku. Ya tetep aja porsinya segini-gini aja mas. Jadi hari ini saya dapet uang segini, besok harus gini nek habis. Kan ada targetnya. 20. Menurut ibu setelah dapet pinjaman jadi stabil ngga bu? Jawab: Ya stabil loh mas. 21. Berarti sebelum dapat pinjaman stabil juga atau le bih stabil ini bu? Jawab: Ya lebih stabil ini.
138
22. Pernah macet ngga bu buat bayar angsuran? Jawab: Ndak ih. 23. Angsurannya berapa bu perminggu? Jawab: Yang satu juta itu 50rb. 24. Selain minjem di STF minjem ditempat lain lagi ngga bu? Jawab: Ada sih, tapi koperasinya suami ku, kan itu pekerjaan. 25. Menurut ibu pinjaman STF ini membantu ngga bu? Jawab: Membantu sekali mas, soalnya disini kan ngga ada bungannya. Jadi kita ngga keberatan. Disini juga kan bayarnya ringan ngga terlalu berat. Kalau yang lain-lain kan bungannya banyak-banyak. 26. Menurut ibu pinjaman ini meningkatkan usaha ibu ibu ngga? Jawab: Ya meningkatkan toh mas, dulu warungnya jelek sekarang bagus. Dulu ngga ada gebernya sekarang ada geber. Tulisan-tulisan ini mas (banner). Dapet uang bikin meja.
1nforman 5 Nama
: Suyatmi
Umur
: 53
Jenis Usaha
: Jual Mie Ayam dan Gas 3kg
1. Ibu tau program pinjaman STF dari mana bu? Jawab: Dari teman, dan juga mase kesini kok. Nawari dan juga ibu bilang mase pinjame. 2. Jualan mie ayam ya bu ? Jawab: Iya. 3. Sebelum dapet pinjaman emang udah jualan mie ayam ya bu? Jawab: Iya, udah jualan, udah lama. 4. Setelah dapat pinjaman, bertambah ngga bu selain mie ayam, dagang apa gitu bu? Jawab: Dagang elpiji mas.
139
5. Buka tutup jam berapa bu? Jawab: Ngga mestio, kadang jam 8, kadang jam setengah 9 gitu. Tutupnya jam 9 malem. 6. Udah pinjaman yang keberapa bu? Jawab: Sudah 3 kali, pertama 500rb, terus 750rb, terus 1juta. Ini mau lunas kok. 7. Ibu sebelum dapat pinjaman biasanya belanja berapa bu? Jawab: Wah ngga ngitungi saya kok, pokoknya kalau dapat uang 400rb, ya di belanjain. Dapet uang 150 ya dibelanjain. Ngga mesti. 8. Setelah dapat pinjaman nambah ngga bu buat belanjanya? Jawab: Biasa aja. 9. Bu, dari pinjaman itu ada peralatan yang nambah ngga bu?, kaya meja dan kursi Jawab: Ngga. 10. Ngga 10. Ngga ada yang nambah? Jawab: Ngga, ya Cuma dapat modal gitulah. 11. Sebelum dan sesudah dapat pinjaman hasil penjualannya tetep atau berubah bu? Jawab: Biasa, dapatnya ya biasa, ya 400rb ya 450rb, 300rb, 350rb, ngga mesti ya wong jualan kok, terkadang rame terkadang sepi gitu. Perdah dapet 600rb, pernah juga dapet 300rb. 12. Itu setiap hari keuntungannya berapa bu dari segitu bu? Jawab: Ngga tau. 13. Kira-kira 50rb ada bu ? Jawab: Ya boleh, hehe. 14. Jadi ngga mesti ya bu keuntungan sama hasil penjualannya ? Jawab: Iya ngga mesti yo itu, terkadang rame terkadang sepi. Terkadang ya abis, terkadang masih. Ngga mesti yo. 15. Mie ayamnya berapa bu perporsinya? Jawab: 7rb, es teh 2rb. 16. Menurut ibu setelah dapat pinjaman usaha ibu jadi lebih stabil ngga ? atau tambah stabil gitu bu?
140
Jawab: Ya biasa aja. 17. Apakah pernah macet bu ngangsur ke Dompet Dhuafa? Jawab: Ngga pernah, ibue ngga pernah macet. Bayar terus. Ibue kalau pinjam pinjam itu takut. 18. Perminggu ya bu? Jawab: Iya. 19. Perminggu berapa bu angsurannya? Jawab: 50rb. 20. Dari pihak dompet dhuafa apa memberi pelatihan atau pendampingan bu? Atau mantau aja? Jawab: Ngga pernah. 21. Menurut ibu pinjaman STF ini membantu ngga bu? Jawab: Membantu ibu toh ya, dipinjami kok. Bantu ibu buat tambah modal 22. Oh iya tadi yang elpiji itu buat sendiri ya bu ngga buat jual? Jawab: Dijual kok. Ibunya itu jual mie ayam, jualan elpiji itu dipinjami itu buat tambahan. 23. Berapa bu elpijinya sehari, bisa berapa ke jual ? Jawab: Ya ngga mesti itu kok, anu sehari paling satu. Itu juga ngga pasti. 24. Yang kecil itu ya bu elpijinya? Jawab: Iya. 25. Bisa dapet untungnya berapa bu? Jawab: Kan belinya 17rb, jualnya 19rb. Dapat 2rb. 26. Tapi ngga mesti sehari dapat ya bu? Jawab: Iya, ngga mesti kok. Elpiji itu lebih angel. Untungnya itu pake sendiri. 27. Menurut ibu pinjaman dari STF ini meningkatkan usaha ibu ngga ? Jawab: Ya, lumayan lah. Wong sudah dipinjami kok buat modal ya lumayan.
141
1nforman 6 Nama
: Sumiyati
Umur
: 33
Jenis Usaha
: Jual Sembako, Minuman Es, Kebutuhan Rumah Tangga dan Pulsa.
1. Ibu tau program STF dari mana bu? Jawab: Dari saudaranya yang punya rumah itu, kan saudara mase (saudara salah satu pengurus). 2. Ibu meminjam dana ditawari atau mengajukan sendiri? Jawab: Saya itu yang pertama kan dapat rekomendasi dari mabak ijum yang pertama. Soalnya kan mase tau daerah sini mas sholihin. 3. Ibu jualannya apa aja bu? Jawab: Ya ini sama pulsa dan sembako ini. 4. Setelah dapat pinjaman bertambah ngga bu jualnnya? Jawab: Ya bertambah, kan setiap hari kan belanja. Itu kan sekali dapet 5 bulan. Sekali dapet tak belanjain. Tapi ya uangnya muter terus mas. 5. Yang bertambah apa aja bu dari pinjaman? Jawab: Ya barangnya tambah. 6. Pulsa gimana ibu udah ada atau bagaimana? Jawab: Pulsa udah ada, sebelum ada Dompet Dhuafa udah ada. Ya itu dari pinjaman tambah-tambah. 7. Dari pinjaman itu yang nambah jenis dagangannya apa ada yang nambah barang peralatan seperti etalase atau apa ibu? Jawab: Kalau etalase udah ada. Lumayan sih mas tambah dagangannya. 8. Buka tutupnya jam berapa ibu? Jawab: Sampe malem, paling jam 10 malem udah tutup. 9. Kalau pagi dari jam berapa bu? Jawab: Kalau pagi kalau udah bangun tidur ya buka ya. 10. Yang paling banyak terjual apa bu?
142
Jawab: Es sama rokok, sama sabun-sabun kalau malam lumayan. 11. Mulai dari kapan bu jualannya? Jawab: Udah 10 tahun, dari abis nikah 2006. 12. Udah pinjaman yang ke berapa bu? Jawab: Yang ketiga, ini udah mau lunas. Ini nanti mau bayar, kan selasa udah dapet 9 kurang satu jadi 10 kali. Tak ambil yang dua minggu. Sekarang kan dua minggu sekali bayarnya. Kalau dulu kan seminggu. 13. Dua minggu berapa bu bayarnya? Jawab: 100rb mas. 14. Ibu sebelum dapat pinjaman, kulakan atau belanjanya berapa bu? Jawab: Dulu cuma jualan es sama sabun kecil-kecilan, modalnya 100rb. Sekarang belanjanya kalau ngga 200rb ya 300rb. 15. Itu setelah dapat pinjaman sama apa ada tambahan bu belanjanya? Jawab: Ya tambah lumayan. Jadi 400rb, 500rb pas abisnya. Tapi tiap hari itu minimal belanja 200rb. Kan yang banyak itu mas ke makan ke harga rokoknya. 16. Rokok itu laris ya bu? Jawab: Iya lumayan. Sekarang kan satu bungkus udah 15rban. Yang banyak kan disitunya. 17. Sebelum dapet pinjaman ibu sehari dapet berapa bu? Jawab: Ngga tak itung ya mas. Paling ya 50rb. 18. Itu untungnya berapa bu? Jawab: Ya sehari itu paling ndak nyimpen uan g segitu. Kalau pulsa paling dua hari ha ri tiga hari itu beli pulsa 300rb paling nanti dapetnya 35rb, 45rb. Dari beras juga sendiri ngga tak jadiin satu. Nanti kalau jadi satu semua kan kecampur uangnya. Ngga bisa bisa belanja beras kan sendiri. Beras paling seminggu seminggu dua kali satu satu sak sak paling untungnya 25 rbkan yang 25 kg. kalau pulsa 2 hari 3 hari. 19. Itu sebelum dapat pinjaman atau setelah dapat pinjaman bu? Jawab: Kan pertama sebelum dapat pinjaman kan 100rb tok, sekarang sudah tak tambah jadi 300rb.
143
20. Kalau beras bu? Jawab: Kalau beras pernah jualan mas terus b erhenti tak mulai lagi. 21. Setelah dapat pinjaman jadi jual beras lagi? Jawab: Iya, sama nambah-nambah jajanan yang lain. 22. Penjualannya bertambah ngga bu? Jawab: Es ini lmayan mas, ramenya sore sampe malem. 23. Menurut ibu setelah dapat pinjaman usaha ibu jadi stabil ngga bu? Jawab: Tergantung kita putar-putarnya sih mas, Alhamdulillah ngga sampe limit banget lah mas. 24. Pernah macet ngga sih bu ngangsur di Dompet Dhuafa? Jawab: Alhamdulillah ngga. 25. Selain minjam di STF, minjem ditempat lain ngga bu? Jawab: Di tempat lain, ini udah lunas semua Alhamdulillah. 26. Dari Dompet Dhuafa beri pelatihan ngga bu atau pendampingan atau hanya monitoring saja? Jawab: Yang kemarin ada manajer dari Jakarta kesini itu ikut pelatihannaya. Beberapa hari disini kan itu. Yang nerima dana ini kan diundang semua. Tapi ngga semua. Cuma saya datang. 27. Menurut ibu pinjaman ini membantu ngga bu? Jawab: Ya membantu. 28. Menurut ibu pinjaman STF ini meningkatkan usaha ibu ngga? Jawab: Ya meningkat sih mas, jadi banyak barang dagangannya. Kalau dapat itu kan langsung tak belanjain biar cepet laku. Yang lama-lama ngga punya uang. 1nforman 7 Nama
: Suryati
Umur
: 52
Jenis Usaha
:Jual Soto, Mie Instant Masak dan Minuman es
1. Dapat info pinjaman dari mana bu?
144
Jawab: Dari kawan lah. 2. Ditawari atau mengajukan sendiri bu? Jawab: Saya mengajukan sendiri. 3. Ibu jualannya apa aja bu? Jawab: Ini mie instant, soto dan macem-macem. 4. Setalah dapat pinjaman itu bertambah ngga bu? Dari 500rb itu belanja apa aja bu? Jawab: Tambah beli barang, untuk beli bahan-bahan. 5. Kalau etalase gimana bu? Jawab: Dulu saya udah jualan tapi saya berhenti. Baru saya beli la gi. Etalase sudah lama. 6. Buka tutupnya jam berapa bu? Jawab: Saya buku pukul 8 setengah, abis maghrib sudah tutup. 7.
Bu setelah dapat pinjaman jenis barang dagangannya bertambah ngga bu? Jawab: Ya bertambah lah, karena memang untuk modal.
8. Ada yang baru ngga bu? Jawab: Beli pop ice aja lah, minuman-minuman sajalah. 9. Ibu sebelum dapat pinjaman dan setelah dapat pinjaman itu belanjanya naik ngga bu? Jawab: Ya turun-naik, turun-naik lah. Tengok lah kalau jual laku ya beli barang banyak. Kalau ngga ya sedikit barang beli. Ada uang sikit beli sikit lah. 10. Sebelum dan sesudah dapat pinjaman itu sehari bertambah ngga bu setelah dapat pinjaman? Jawab: Itu tergantung orang beli, kalau orang beli ban yak saya dapat banyak, kalau taka da orang beli tak ada lah. Tergantung pembeli lah. 11. Sama keuntungannya juga ya bu ? Jawab: Iya, saya tergantung pembeli. 12. Biasa perhari berapa bu? Jawab: Kadang 170rb, sekarang kadang 200rb. 13. Untungnya bu?
145
Jawab: Itu sisa-sisa kadang 40rb, sekarang kadang 50rb 14. Menurut ibu pinjaman ini membuat usaha ibu stabil ngga? Jawab: Ya stabil lah. Ya macam mana ya, karena keadaan disini tak tentu. 15. Menurut ibu pinjaman STF ini membantu usaha ibu ngga ? Jawab: Ya membantulah untuk beli tambah modal, untuk beli barang. 16. Menurut ibu pinjaman ini meningkatkan usaha ibu ngga? Jawab: Ya meningkatlah, bisa beli barang lain -lain. 1nforman 8 Nama
: Sriana
Umur
: 52
Jenis Usaha
: Jual Pecel, Rujak dan Gorengan
1. Ibu tau program STF ini dari mana bu? Jawab: Dari mas solihin. Mas solihin ke sini beli rujak terus nawarin saya. Dulu saya belum ada gorengan, cuma rujak sama pecel gini sama kolak. Terus nawari ibu kok dagangannya sedikit. Iya mas ini utang uang PKK 200rb buat modal gitu. Masnya bilang bu ada uang untuk tambah modal dari Dompet Dhuafa. Lah caranya pripun mas. Terus dikasih tau gini gini gini. Lantas saya ngambil gitu. 2. Berarti ibu awalnya jualan rujak? Jawab: Iya terus ada tambahan goreng-gorengan. Terus ini sedikit demi sedikit punya untung untuk beli macem-macem gitu. Jadi besok itu, puasa puasa saya mau jualan sore tambah es campur, sama sama nasi bungkus gitu. 3. Buka tutupnya jam berapa ibu? Jawab: Tutupnya sore jam 4, buka jam 8. 4. Yang paling banyak terjual apa bu? Jawab: Ini rujak, pecel, goreng-gorengan banyak abis kok. Soalnya dari tanah mas larinya pada ke saya. 5. Berapa tahun bu jualannya?
146
Jawab: Hampir kurang lebih dua tahun. Ini ditawari Dompet Dhuafa bisa beli ini, bisa beli ini. beli kompor. Tadinya kompornya cuma satu tok mas, saya ngga bisa buat gorengan satu tok. Nah sekarang sing satu goreng sing satu ngolah. satu buat ini satu buat itu sayur-sayur. 6. Ibu biasa sehari bisa dapet berapa bu ? Jawab: Kalau sehari untungnya bisa 50rb bisa 75rb. Kalau hari biasa 3orb, 35rb, 40rb itu ngga mesti. 7. Itu untungnya ya bu, kalau dapetnya bu berapa sehari kotornya? Jawab: Sama pokoknya?, ya 300rb, 250rb. Rame sepinya pokoknys bisalah buat kulakan. 8. Setelah dapat pinjaman naik ngga bu untungnya? Jawab: Dulu untungnya 20rb sekarang bisa 40rb bisa 50rb. Lumayan mas. Saya ngga pernah libur mas, soalnya udah banyak yang nyariin saya. Ya saya emaneman mas. Semua pada ke saya mas. 9. Porsi rujaknya nambah ngga bu setelah dapat pinjaman? Jawab: Ya nambah banyak.ya semua-semua pada lari ke saya. Lah pagi sampai sekarang jualin rujak terus. Soale saya buah-buahnya komplit. 10. Biasanya yang beli rujak berapa bu ada 20 orang? Jawab: Nek 20 orang ngga, paling ya 15. Setelah dapat pinjaman ya naik sampai sekarang pun naik. Naik jadi 5 jadi 10. 11. Pernah macet ngga bu? Jawab: Ngga, Jawab: Ngga, ngga pernah Alhamdulillah. Tapi saya hari jum’at libur, orang sini udah ngerti saya kalau hari jum’at ibue ngaji. 12. Menurut ibu pinjaman STF ini membantu ngga ? Jawab: Bantu. 13. Menurut ibu, punjaman STF ini meningkatkan usaha ibu ngga? Jawab: Ya meningkatkan. Kalau ngga meningkat saya ngga ambil lagi. Ini saya mau pinjem lagi mau tak beli rokok-rokok, lain-lain gitu lah biar dagangan saya banyak, dilihat orangkan senang gitu.
147
1nforman 9 Nama
: Maryati
Umur
: 50
Jenis Usaha : Jual Roti Bakar, Mie Instant Masak dan Minuman Minuman Es
1. Ibu dapat info STF dari mana bu? Jawab: Ya dari mas sholihin itu. 2. Ibu ditawari atau mengajukan sendiri? Jawab: Ditawari. 3. Ibu jualan apa? Jawab: Ya mie rebus, es es, roti bakar. 4. Setelah dapat pinjaman ibu bertambah ngga jenis dagangannya? Jawab: Ya Alhamdulillah bertambah. Pertama kan 500rb, 75 0rb, terus 1juta. Terus ibu beli etalase, pokok-pokok buat jajan-jajan gitu. 5. Sebelum dapat pinjaman berarti udah jual mie bu? Jawab: Belum, ibu jual tempura sama jual endog endo g kecil-kecil gitu. 6. Berarti setelah dapat pinjaman jual indomie ? Jawab: Iya. 7. Buka tutupnya jam berapa bu? Jawab: Nanti jam 6 sore. Bukanya jam 9 jam 10 sore. 8. Mulai kapan bu jualannya? Jawab: Udah ada lima tahunan. 9. Angsurannya berapa bu? Jawab: Yang 1juta 50rb. 10. Ibu sebelum dan sesudah dapat pinjaman belanjanya sama atau beda bu? Jawab: Ya, agak tambah-tambah. 11. Kira-kira belanjanya berapa bu? Jawab: Kadang ya 100rb. 12. Setelah dapat pinjaman berapa bu?
148
Jawab: Ya 150rb. 13. Kalau boleh tau bu sehari dapat berapa bu? Jawab: Ya kalau sepi 100rb kala rame ya 150rb. 14. Itu setelah dapat pinjaman ya bu? Kalau sebelumnya bu? Jawab: Kalau sebelumnya ya cuma jualan tempura sama itu kan kecil, paling 40rb 50rb. 15. Itu keuntungannya sehari berapa bu? Jawab: Ya kalau keuntungannya ngga bisa diitung soale, pokoke bisa kulakan. 16. Setelah dapat pinjaman keuntungannya ngga tentu ya bu? Jawab: Iya bisa buat isi celengan, buat perhari-hari belanja. Jadi ngga diitung dapatnya berapa. 17. Tapi kalau kira-kira berapa bu? Jawab: Ya paling 30rb. 18. Itu setelah dapat pinjaman bu, kalau sebelum dapat pinjaman berapa bu? Jawab: Ya dikit, paling 10-15rb. Sekarang Alhamdulillah ada mie jadi naik. 19. Menurut ibu usaha ibu lebih stabil ngga setelah dapat pinjaman? Jawab: Ya agak mending mas. Maksudnya ada kemajuannya. 20. Lebih stabil dari yang dulu? Jawab: Iya. 21. Menurut ibu pinjaman STF membantu ngga bu? Jawab: Membantu, menurut ibu lho ya membantu. 22. Pernah macet bayar bu? Jawab: Lancar, ngga pernah sampe telat ngga pernah Alhamdulillah. 23. Menurut ibu pinjman ini meningkatkan usaha ibu ngga ? Jawab: Kalau menurut ibu ya meningkat.
149
1nforman 10 Nama
: Siti Marfuah
Umur
: 51
Jenis Usaha
: Jual Sembako, Rujak dan Es Batu
1. Ibu tau pinjaman ini dari siapa? Jawab: Terakhir 1 juta angsuran 50rb, dari mas sholihin ditawari modal. 2. Jualannya apa aja? Jawab: Campur-campur, rujak, sembako sama es batu. 3. Setelah dapet pinjaman dagangannya nambah ya bu? Jawab: Iya nambah, sedikit-sedikit jadi banyak. 4. Rujak itu sebelum dapat pinjaman atau setelah pak? Jawab: Ngga, rujak udah lama. 5. Kulkasnya dari pinjaman pak? Jawab: Ngga, beli sendiri. 6. Pinjaman dari Dompet Dhuafa buat apa aja pak? Jawab: Tambah-tambahin beli-beli, beli gula beli telur, beli beras. Beras 250rb rupiah sekarang naik lagi. Telur satu peti mesti m esti abis. 7. Yang paling laris telur ya pak? Jawab: Telur, beras, gula pasir itu, iya bapak belinya 15kg-15kg. 8. Sehari dapet berapa pak kira-kira? Jawab: Kalau jualan 400rb, 500rb lah. 9. 400rb itu setelah dapat pinjaman pak? Jawab: Ngga, itu lain, bukan dari pinjaman. 10. Pinjaman dari STF nambah penghasilan ngga pak? Jawab: Ngga pernah nambah, jadi tetep semua, ngga pernah nambah saya. 11. Tapi keuntungannya nambah ngga pak setelah dapat pinjaman?
150
Jawab: Hasilnya di jadikan barang lagi. Jadi buat beli lagi contoh minyak, gula, hasilnya itu berupa barang. Telur ya, paling sore satu peti udah abis, sekarang bisa hampir dua peti, belinya gitu seperempat, setengah kilo. 12. Satu peti itu habis sehari? Jawab: Habis satu hari, satu peti itu kan isinya 10kg. 13. Berarti setelah dapat pinjaman hasil penjualannya sama ya pak? Jawab: Sama hasilnya. 14. Kalau keuntungannya juga sama pak? Jawab: Telur kan meningkat, sedikit tambah-sedikit tambah lama-lama kan meningkat pak hasilnya dari satu peti jadi dua p eti. Tambah barang-tambah barang lama-lama kan banyak pak. 15. Keuntungannya ngga bisa diitung ya pak? Jawab: Ngga bisa pak, ngga bisa diitung, dibelikan lagi buat belanja. Lama-lama jadi banyak ini lho. Kalau Kalau diitung-itung malah habis pak. Sekarang 2kg besok jadi 4kg berarti 2kg itu hasilnya. Gitu pak terus men erus. 16. Bayarnya pernah macet ngga pak? Jawab: Ngga pernah saya pak. Saya setiap kamis mesti kesana pak. 17. Menurut bapak pinjaman STF membantu ngga pak? Jawab: Iya Alhamdulillah membantu barang-barang jadi nambah gitu. 18. Usaha bapak menurut bapak lebih stabil ngga setelah dapat pinjaman? Jawab: Alhamdulillah lebih stabil dari sebelumnya. 19. Menurut bapak pinjaman STF ini meningkatkan usaha bapak ngga ? Jawab: Ngga pak, ya biasa aja, pokoknya biasa aja, tidak terlalu meningkat. 1nforman 11 Nama
: Suhartoyo
Umur
: 42
Jenis Usaha
: Jasa Bengkel Sepeda
1. Bapak tau pinjaman Dompet Dhuafa dari mana pak?
151
Jawab: Ya dari mase langsung nawarin. 2. Bapak ini buka jasa ya pak? Jawab: Sepeda sama tembel ban sama jual beli sepeda bekas. 3. Bapak pinjaman yang keberapa? Jawab: Pertama 500rb, 750rb sekarang 1 juta. 4. Berarti jasa yang sering dikerjain apa pak? Jawab: Ya semuanya, ya tambal ban,ya sepeda. Kalau ngga ada memperbaiki, ya kita memperbaiki punya sendiri, kalau ngga diperbaiki kan nga laku. Kan dijual. Mau cari pelek, cari ban bekas disini ada. 5. Dari dana pinjaman tersebut, buat apa aja pak? Jawab: Ya buat modal ini. 6. Beli apa pak kira-kira? Jawab: Ya buat beli sepeda bekas yang udah rusak terus diperbaiki, beli ban dalem motor, sepeda. Ban luar juga atau perlengkapan lain. 7. Kalau peralatannya ini ngga nambah ya pak, kaya obeng atau lainya? Jawab: Ya ngga, ini sebelum ada Dompet Dhuafa sudah ada. 8. Berarti dana tersebut untuk beli-beli itu ya pak? Jawab: Ya untuk beli peralatan, ya seperti sepeda bekas. Kalau orang mau memperbaiki kan kita modal dulu. 9. Ini perbaikan motor bisa pak? Jawab: Sepeda tok, kalau motor ponakan. 10. Sebelum dapet pinjaman dapet berapa pak sehari ? Jawab: 100rb kadang lebih, ngga pasti. 11. Kira-kira keuntungannya berapa pak? Jawab: Kalau keuntungannya ngga bisa diperinci mas, aku ya kalau ada uang ya aku beli sepeda orang mas terus diperbaiki. 12. Jual sepedanya berapa pak? Jawab: Tergantung kecil besar pak, kalau kecil gini ya 100rb, 125rb. 13. Terus sebelum bapak jual itu bapak beli berapa?
152
Jawab: Ya paling beli 40rb 50rb tergantung kondisi. 14. Itu seminggu bisa jual berapa sepeda pak? Jawab: Kadang-kadang tiga sepeda, kadang-kadang kecil, kadang-kadang besar bisa 250rb. Kalau yang yan g besar lagi bisa 300rb, 350rb. 350 rb. Ya Alhamdulillah bulan ini lumayan, dapet 7 sepeda lah yang keluar dua minggu. 15. Berarti setelah pinjaman itu diberikan nambah gitu pak? Jawab: Ya lumayan lah ada peningkatan. Waktu dhuafa dateng kesini kan saya ngga punya modal. Alhamdulillah modal itu bisa beli ngumpulin sepeda lagi gitu. Dari satu sepeda jadi tiga sepeda. 16. Setelah dapat pinjaman usaha bapak lebih stabil ngga? Jawab: Ya lumayan lah Alhamdulillah ada peningkatan lah. 17. Dari Dompet Dhuafa ada pelatihan usaha ngga pak? Jawab: Ngga ada. 18. Menurut bapak pinjaman ini membantu usaaha bapak ngga pak? Jawab: Ya kalau menurut saya membantu sih, saya kan usaha kecil membantu sekali mas. 19. Menurut bapak pinjaman dari Dompet Dhuafa meningkatkan usaha bapak ngga? Jawab: Meningkatkan mas, Alhamdulillah meningkatkan. Dulu aku malah ditawari bank titil gitu mas. Kalau satu bulan sekali ngga masalah, tapi kalau sama bank titil ya saya minta ampun aja lah mending ngga usah. Kalau saya lho. 20. Buku tutupnya jam berapa pak? Jawab: Pokoknya jam setengah tujuh pagi saya sudah buka. Tutup ya kadang jam 10 malm jam 9 malam. 21. Mulai kapan pak usaha ini? Jawab: saha ini kurang lebih 9 tahun. 22. Emang udah tinggal lama disini pak? Jawab: Asli sini mas.
153
Lampiran 5 Dokumentasi Dokumentasi Penelitian 1. Kantor Soc (STF) Semarang Soci al Tr ust ust F und und
2. Foto dengan Koordinator dan Pengurus Program Ekonomi Socia Sociall Tr ust ust F und und (STF) Semarang
a. Informan 1 – Bapak Bapak Ali Irfan
154
3. Foto Informan atau Warung dan Kartu Angsuran Pembayaran Penerima Manfaat Program Ekonomi Socia (STF) Semarang Sociall Tr ust ust F und a. Informan 2 – Ibu Ibu Ninik
155
b. Informan 3 – Ibu Ibu Yoelya
c. Informan 4 – Ibu Ibu Jumiyati
156
d. Informan 5 – Ibu Ibu Suyatmi
e. Informan 6 – Ibu Ibu Sumiyati
157
f. Informan 7 – Ibu Ibu Suryati
g. Informan 8 – Ibu Ibu Sriana
158
h. Informan 9 – Ibu Ibu Maryati
159
i.
Informan 10 – Ibu Ibu Siti Marfuah dan Bapak Abdul Majid
j. Informan 11 – Bapak Bapak Suhartoyo