BAB I PENDAHULUAN
Moluskum kontagiosum adalah lesi papular atau nodular pada kulit dan kadang-kadang membran mukosa yang disebabkan oleh virus Poxviridae dan diklasifikasikan sebagai satu-satunya anggota dari genus Molluscipoxvirus dan spesies moluskum kontagiosum virus (MCV). Ada empat jenis Moluskum kontagiosum virus, yaitu MCV I sampai IV. MCV-I adalah yang paling lazim dan MCV-II biasanya terlihat pada orang dewasa dan mungkin menular secara seksual. Pada pasien HIV positif, MCV-II menyebabkan sebagian besar infeksi (60%).1 Penyakit ini terutama menyerang anak dan kadang-kadang juga orang dewasa. Jika pada orang dewasa digolongkan dalam Penyakit akibat hubungan seksual (PHS). Transmisinya melalui kontak kulit langsung dan otoinokulasi.2 Pernah dilaporkan terjadinya penyebaran pada anak-anak yang sering berenang di kolam renang. Anak laki-laki lebih sering terkena dibanding anak perempuan. Lokalisasi lesi pada orang dewasa biasanya adalah di sekitar genitalia.3.4 Seperti epidemiologi diatas, infeksi MCV biasanya terjadi pada anak-anak usia 1-10 tahun, orang dewasa yang aktif secara seksual dan immunocompromised individu. Pada anak-anak, lesi terlihat di wajah, leher, ketiak, lengan dan tangan dan satu-satunya, yaitu selaput lendir bibir, lidah dan mukosa bukal. Pada orang dewasa, lesi yang umum di genital, perut dan bagian dalam paha. MCV dapat menyebar melalui kontak langsung atau autoinfeksi, fomites atau kontak seksual. Fomites termasuk handuk, pakaian dan mainan dan lain-lain. Masa inkubasi untuk MCV
1
adalah 2-8 minggu dan dapat diperpanjang sampai 6 bulan dan bahkan sampai sekitar 18 bulan.1 Kelainan kulit berupa papul berbentuk bulat mirip kubah, berukuran miliar sampai lentkular dan berwarna putih dan berkilat seperti lilin. Papul tersebut setelah beberapa lama membesar kemudian di tengahnya terdapat lekukan (delle). delle). Jika dipijat akan tampak keluar massa yang berwarna putih mirip butiran nasi. Kadangkadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga timbul supurasi. Sebagian papul dapat berukuran 1-5 mm disebut giant disebut giant molluscum. molluscum. Komplikasi dapat berupa infeksi sekunder akibat garukan.2 Pada indiviu sehat dapat sembuh spontan atau swasirna setelah beberapa bulan. Namun, kadang menetap sampai 2 bulan atau lebih. Meskipun sesungguhnya tidak diperlukan terapi, tetapi terapi dengan intervensi dapat mengurangi kemungkinan terjadi autoinokulasi dan memutus rantai penularan.2 Pada individu immunocompromised yaitu pasien dengan AIDS, terapi kortikosteroid, terapi antimalignant, cepat memburuknya perjalanan penyakit dapat diamati. Lesi dapat tumbuh sangat besar atau 100 papula mungkin muncul dan selulitis mungkin merupakan komplikasi yang tidak biasa pada pasien HIV positif.1 Prinsip pengobatan adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum. Untuk mengeluarkan massa tersebut, dapat dipakai alat, antara lain ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret. Cara lain yang dapat digunakan adalah elektrokauterisasi atau bedah beku dengan CO2 dan N2. Sebelum tindakan dapat
2
diberikan anastetik lokal, misanlnya krim yang mengandung lidokain/prilokain (contoh EMLA).2 Pada anak, terapi intervensi kurang dapat diterima karena selain tidak nyaman juga menimbulkan trauma pada anak. Beberapa peneliti mencoba obat topikal kantaridin 0,7-0,9%. Obat kombinasi kantaridin-salisilat, krim imiquimod 1-5%, dan ketiga obat tersebut cukup efektif.2 Terapi lain yang dapat diberikan adalah golongan keratolitik topikal, misalnya tretinoin, bichlorocetic acid, atau acid, atau trichloroacetic acid, dan acid, dan asam salisilat.2 Pada orang dewasa pengobatan harus juga dilakukan terhadap pasangan seksualnya. Bila lesi luas dan banyak, misalnya pada pasien dengan HIV/AIDS dianjurkan terapi antivirus peroral, misalnya cidofovir, cidofovir, dilaporkan berhasil karena cidofovir dapat dapat menghambat aktivitas virus DNA virus DNA polymerase.2 Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif. Untuk mencegah penyakit ini dan penularannya pasien diminta menjaga kesehatan diri, tidak saling meminjam alat mandi, pakaian handuk, serta mencegah kontak fisik sesama teman, dan selama sakit dilarang berenang.2
3
BAB II LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. AS
Umur
: 7 Tahun
Alamat
: Jalan Poros Malino
Pekerjaan
: Siswa
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Tanggal Masuk RS
: 23 November 2017
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Bintil putih dan padat di paha dan lengan kanan.
Anamnesis Terpimpin
:
Pasien datang dengan keluhan adanya bintil padat berupa papul muncul di paha dan d an lengan leng an kanan kan an sejak kurang lebih 3 bulan bula n yang lalu. Awalnya Awaln ya hanya ha nya 1-2 bintil kemudian semakin bertambah b ertambah banyak. ban yak. Ukuran papul p apul sebesar miliar sampai lentikuler, permukaan halus, tidak ada gatal dan nyeri dari papul tersebut. Pasien hanya merasa terganggu dengan adanya papul-papul tersebut. Warna papul seperti kulit dan ada juga yang berwarna putih. Adik pasien juga pernah mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Ini pertama kali pasien mengalami penyakit seperti ini. Riwayat alergi tidak ada.
4
C. STATUS PRESENS
Keadaan Umum
: Sakit (Ringan) Kesadaran (Composmentis) Gizi (Baik) Hygiene (Baik)
Kepala
: Sclera = Ikterus (-), Konjungtiva = Anemia (-), Bibir =
Sianosis (-) Status Lokalis
: Ekstremitas superior dextra dan ekstremitas inferior dextra
D. STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi
: Ekstremitas superior dextra dan ekstremitas inferior dextra.
Ukuran
: Miliar, Lentikuler
Efloresensi: Papul hipopigmentasi dan ditengahnya terdapat delle.
5
E. RESUME
Pasien laki-laki usia 7 tahun datang dengan papul muncul di paha dan lengan kanan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu. Awalnya hanya 1-2 bintil kemudian bertambah banyak. Papul sebesar miliar sampai lentikuler, permukaan halus, ditengah papul terdapat delle, tidak ada gatal dan nyeri dari papul tersebut. Warna papul seperti kulit dan ada juga yang berwarna putih. Adik pasien juga pernah mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Ini pertama kali pasien mengalami penyakit seperti ini. Riwayat alergi tidak ada. Keadaan umum pasien baik. Pemeriksaan sclera, konjungtiva, dan da n bibir juga normal.
F.
DIFFENTIAL DIAGNOSA
1. Moluskum Kontangiosum 2. Veruka Vulgaris 3. Liken Planus 4. Varisela
6
G. DIAGNOSIS
Moluskum Kontangiosum
H. TERAPI
-
-
Tanggal 23 November 2017 :
Asam Salisil 5% + Biocort
Vit. B Complex
Tanggal 24 Januari 2018
Rencana elektrokauter
Topsi Cr
Fusicom Cr ( setelah tindakan)
7
BAB III PEMBAHASAN
Berdasarkan laporan kasus diatas, dan setelah didapatkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan dermatologis didapatkan diagnosis adalah Moluskum Kontangiosum. Dasar diagnosis ini berdasarkan bentuk efloresensi yang khas, predileksi pada kasus anak, gejala klinis, serta riwayat keluarga yaitu adik pasien juga pernah mengalami keluhan ke luhan yang sama dengan pasien. p asien.
A. DEFINISI
Moluskum kontagiosum adalah virus yang menyebabkan benjolan pada kulit. Benjolan ini disebut "moluskum".6 Moluskum kontangiosum adalah penyakit yang disebabkan oleh virus poks, klinis berupa papul-papul, pada permukaannya terdapat lekukan, berisi massa yang mengandung badan moluskum. Penyakit ini adalah penyakit virus yang berbentuk papula milier sampai lentikuler bulat berwarna putih seperti lilin dan mempunyai delle.2,3 Moluskum kontangiosum adalah sejenis tumor virus yang terbatas pada manusia dan kera, disebabkan oleh virus DNA yang tergolong pox virus.5
B. EPIDEMIOLOGI
Bateman pertama kali menjelaskan lesi moluskum pada tahun 1817. Paterson menunjukkan sifat menular dari penyakit ini pada tahun 1841. Juliusberg pada tahun 1905 membuktikan bahwa itu penyebabnya adalah virus.1
8
Penyakit ini paling sering menyerang anak-anak, dan tetapi dapat juga orang dewasa. Bila pada orang dewasa, penyakit ini digolongkan dalam PMS (Penyakit Menular Seksual). Penularan dapat melalui kontak kulit langsung dan otoinokulasi. Pernah dilaporkan terjadinya penyebaran pada anak-anak yang sering berenang di kolam renang. Anak laki-laki lebih sering terkena dibanding anak perempuan. Lokalisasi lesi pada orang dewasa biasanya adalah di sekitar genitalia.3.4,5 Infeksi MCV biasanya terjadi pada anak-anak usia 1-10 tahun. Pada anakanak, dapat mengenai seluruh tubuh. Lesi terlihat di wajah, leher, ketiak, tungkai, lengan dan tangan dan satu-satunya, yaitu selaput lendir bibir, lidah dan mukosa bukal. Cepat menular ke daerah sekitarnya. Pada orang dewasa, lesi yang umum di genital, perut dan bagian dalam paha.1,8
Predileksi lesi pada anak-anak. Sumber: Stulberg DL, Hutchinson AG
Predileksi lesi pada anak. Sumber:NHS Trust
9
Moluskum kontangiosum yang menular secara seksual telah mendapatkan perhatian tambahan selama dua dekade terakhir karena prevalensi sebagai infeksi oportunistik pada orang dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Pada pasien dengan HIV, infeksi virus moluskum kontangiosum sering tidak sembuh sendiri dan bisa jauh lebih luas dan bahkan meninggalkan bekas. Studi terbaru menunjukkan bahwa Moluskum Kontangiosum dapat berfungsi sebagai penanda kulit immunodeficiency berat dan kadang-kadang merupakan indikasi pertama infeksi HIV.7
C. ETIOLOGI
Poxvirus adalah virus hewan terbesar, yang hanya sedikit lebih kecil dari bakteri terkecil, dan mereka hanya terlihat dengan mikroskop mik roskop cahaya. Mereka adalah kompleks, virus DNA untai ganda yang bereplikasi dalam sitoplasma dan secara khusus
beradaptasi
dengan
sel-sel
epidermis.
Dalam
sitoplasma,
mereka
menghasilkan badan inklusi eosinofilik (badan Guanieri). Mereka umumnya tahan terhadap kerusakan fisik; beberapa, misalnya variola, memiliki ketahanan yang luar biasa untuk pengeringan dan dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan di krusta. Penyebaran terutama oleh kontak langsung inokulasi, dengan penyebaran droplet, misalnya variola, yang menghasilkan lesi saluran pernapasan. Beberapa tumbuh mudah dalam telur dan kultur jaringan, yang lain tidak sama sekali.9 Moluskum
kontagiosum
disebabkan
oleh
virus
Poxviridae
dan
diklasifikasikan sebagai satu-satunya anggota dari genus Molluscipoxvirus dan spesies moluskum kontagiosum virus (MCV). Ada empat jenis Moluskum kontagiosum virus, yaitu MCV I sampai IV. MCV-I adalah yang paling lazim dan
10
MCV-II biasanya terlihat pada orang dewasa dan mungkin menular secara seksual. Pada pasien HIV positif, MCV-II menyebabkan sebagian besar infeksi (60%).1 Molluscum contangiosum virus virus adalah virus dengan diameter 200-300 nm yang mengalami replikasi di dalam sitoplasma sel yang terinfeksi.3 Moluskum kontangiosum adalah virus DNA untai ganda dalam keluarga Poxviridae. Seperti poxvirus lainnya, moluskum kontangiosum menular melalui fomite atau kontak kulit ke kulit, dan lecet kecil di epidermis yang diduga memfasilitasi transmisi. 7
D. PATOGENESIS
Patogenesis molekul lesi tidak pasti dan tidak jelas, tetapi protein anti apoptosis telah dicurigai memiliki peran. Virus masuk melalui luka kecil, dan kemudian merusak epidermis dan masuk ke sitoplasma sel stratum malphigi dan stratum granulare. Sel yang terinfeksi, terinfeksi, di antara sel-sel normal, terjadi peningkatan pembelahan sel di stratum basal yang meluas ke lapisan suprabasal dan akan menembus epidermis ke atas.3 Dalam lapisan sel, penurunan mitosis meningkatkan sintesis DNA virus. Proliferasi seluler menghasilkan pertumbuhan epidermis yang berlobul yang menekan papila sampai muncul sebagai septa fibrous diantara lobul, yang berbentuk seperti pear-shaped seperti pear-shaped dengan apex yang cenderung naik. Lapisan basal tetap utuh. Selsel di inti lesi menunjukkan distorsi terbesar dan pada akhirnya dihancurkan, kemudian muncul sebagai hialin (tubuh moluskum) dengan diameter 25μm, massa yang mengandung sitoplasmia virus. Organisme ini ada dalam jumlah besar dalam rongga, yang muncul di dekat permukaan di tengah lesi yang sedang berkembang.
11
Perubahan inflamasi pada dermis tidak ada atau hanya ringan saja. Namun dalam luka jangka panjang, bisa berupa infiltrat granulomatosa kronis. Ini menunjukkan bahwa respons peradangan p eradangan bisa disebabkan oleh perubahan dalam dermis yang berisi papul.9
Lesi moluskum kontangiosum yang umbilicated. Sumber: Wolf K, Johnson RA
E. GEJALA KLINIS
Pada sebagian besar pasien gejalanya asimptomatik atau hanya mengeluhkan gatal ringan saja. Masa inkubasi berlangsung satu sampai beberapa minggu. Lesi yang timbul berawal dari papul kecil yang membesar sampai ukuran 3-6 mm dan jarang berukuran sampai 3 cm, keadaan ini disebut moluskum raksasa giant (giant molluscum) molluscum) pada penderita dengan imunodefisiensi. Lesi ini dapat menggerombol atau tersebar. Kelainan kulit ini berupa papul miliar atau lentikuler, berbentuk bundar, berwarna putih seperti lilin, permukaan licin dan berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya terdapat lekukan (delle) dan terletak di atas dasar kulit berwarna kemerahan.2,3,8
12
Papul tersebut bila dipijat akan tampak keluar massa yang berwarna putih yang menyerupai nasi, yang tidak lain adalah badan moluskum. Lokalisasi penyakit ini di daerah muka, badan dan ekstremitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder sekunde r sehingga timbul supurasi. Lesi tersebut dapat meradang dan tampak sebagai furunkel.2,3,5,8
Gambar Effloresensi Moluskum Kontangiosum. Sumber: Sterling JC
13
Pada Orang Dewasa (Kelainan Pada Kelamin)
Keluhan berupa adanya kutil pada kelamin, yang kadang-kadang disertai rasa gatal ringan, nyeri, rasa panas, atau berdarah. Pada wanita hamil kutil cepat membesar dan terjadi regresi spontan setelah melahirkan. Kutil juga cepat membesar pada pasien imunokompromais. imuno kompromais. Bila tejadi pada wanita, umumnya disertai duh du h tubuh abnormal. Lokasi tersering pada laki-laki ialah penis, skrotum, meatus uretra, dan daerah perianal, sedangkan pada wanita ialah introitus, vulva, perineum, dan daerah perianal. Dapat juga berlokasi di serviks dan dinding vagina, pubis, paha bagian atas.10 Terdapat 4 tipe morfologi,yaitu: serupa kembang kol, papular, keratotik, dan papul datar. Lesi papular tampak sebagai papul berbentuk kubah, sewarna kulit, dengan diameter 1-4 mm. Lesi keratotik tampak sebagai kutil dengan permukaan yang keras atau tampak seperti keratosis seboroik. Varian papul kubah dan papul datar disebut sebagai papulosis bowenoid yang hiperpigmentasi.10
Lesi moluskum kontangiosum di genitalia pada penderita dengan HIV/AIDS. Sumber: Wolf K, Johnson RA, James WD, Berger TG, Elston DM
14
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Manusia adalah satu-satunya host yang rentan dan virus tidak dapat tumbuh dalam telur, kultur jaringan atau hewan. Titer antibodi tidak membantu. Diagnosis banyak dilakukan secara klinis. Pseudocystic dan moluskum kontagiosum dengan lesi yang besar lebih sulit untuk mendiagnosa secara klinis. Infeksi virus terbatas pada area lokal pada epidermis. epid ermis.1 Diagnosis didapatkan melalui biopsi eksisi dan diperiksa di bawah mikroskop daya rendah yang menunjukkan ovoid, massa sitoplasma berdinding halus yang homogen yang terutama terdiri dari stadium dewasa, yang belum dewasa dan tidak lengkap virion disertai puing-puing selular. Ini disebut sebagai badan moluskum 2030 μm, μm, yang mendorong inti ke tepi sel. Dalam tubuh moluskum, sejumlah besar partikel virus yang tertanam dalam matriks protein. Badan moluskum adalah badan inklusi dari moluskum kontagiosum virus. Pewarnaan Wright Giemsa, Haematoxylin & pewarnaan gram dapat dilakukan.1 Potong papul, oleskan isinya antara 2 gelas objek, diwarnai dengan Wright Giemsa atau Gram. Lihat dibawah mikroskop, badan moluskum berbentuk telur, berdinding licin homogeny, diameter sampai 25 μ m.5 Pada penderita dewasa dengan predileksi di kelamin: 1. Lesi subklinis dapat dideteksi dengan bantuan cairan asam asetat 5% 2. Kolposkopi untuk wanita dengan kutil pada alat kelamin dalam 3. Anuskopi untuk pasien wanita dan pria dengan kutil perianal berulang dan adanya riwayat hubungan seksual anogenital
15
4. Uretroskopi untuk pasien pria dengan kutil pada meatus uretra dan adanya riwayat hematuria serta 5. Pap Smear untuk wanita dengan riwayat kondilomata akuminata pada serviks.10
G. HISTOPATOLOGI
Pada pemeriksaan histopatologi di daerah epidermis dapat ditemukan badan moluskum yang mengandung partikel virus. Ditemukan adanya hipertropi dan hiperplasti dari epidermis. Terlihat badan inklusi dalam sitoplasma sel. Di atas penampakan normal lapisan basal berupa lobul-lobul dari sel-sel epidermal yang mengandung badan inklusi intrasitoplasmik positif Feulgen (badan HendersonPatterson atau badan Moluskum) yang merupakan khas dari suatu Molluscum contagiosum. contagiosum. Badan inklusi ini merupakan partikel virus yang ukurannya makin lama makin bertambah besar dan sel yang infeksi semakin bergerak maju ke permukaan.3
Potongan media pada lesi moluskum kontangiosum. kon tangiosum. Pada pembesaran terlihat jelas badan moluskum intrasitoplasmik (pewarnaan ungu-merah muda) dalam keratinosit.
16
Potongan bagian bawah, bawa h, terlihat sebuah lesi moluskum kontangiosum menunjukkan gambaran klasik berbentuk cangkir, invaginasi dari epidermis kedalam dermis.
H. DIAGNOSIS BANDING
Kelainan ini didiagnosis banding dengan veruka vulgaris, varisela, furunkel, papiloma, dan liken planus. Lesi yang besar (Giant Molluscum) dapat didiagnosis banding dengan keratoakantoma. keratoak antoma.3 1. Veruka Vulgaris Dua bentuk kutil pada kulit adalah veruka vulgaris dan veruka plana. Veruka vulgaris (VV) secara klinis berupa papul/plak padat dan permukaannya verukosa. Umumnya kutil sebagian besar b esar terjadi pada usia u sia antara 5 dan 20 tahun dan hanya 15% terjadi setelah usia 35 tahun. Tangan yang sering di rendam dalam air merupakan faktor risiko untuk kutil umum. Pekerja daging (tukang daging), pekerja ikan, dan pekerja rumah potong hewan lainnya memiliki insiden tinggi kutil umum terutama daerah tangan.12 Veruka plana secara klinis berupa papul kecil berukuran 1-3 mm, agak menimbul. VV merupakan manifestasi klinis yang paling sering dari infeksi virus Human virus Human papulloma p apulloma virus (HPV). HPV tipe 1,2,3 dan 4 dapat
17
diisolasi dari kutil kulit. Penularan kutil biasanya melalui kontak langsung dengan orang lain atau diri sendiri.10 Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa dan orang tua. Tempat predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor, walaupun penyebarannya dapat ke bagian lain tubuh termasuk mukosa mulut dan hidung. Kutil ini bentuknya bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikuler atau kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena Kobner).2
Veruka vulgaris yang multiple pada dorsum pergelangan tangan. Sumber: Wolf K, Johnson RA 2. Liken Planus Liken planus adalah penyakit umum, pruritus, penyakit radang kulit, selaput lendir, dan folikel rambut. Hal ini terjadi di seluruh dunia, di semua ras. Mungkin keluarga di 1% sampai 2% dari kasus. Tampaknya pada pria dengan laju yang konstan kon stan dari awal aw al 20 -an melalui tahun 60-an,
18
sedangkan pada wanita tingkat kasus baru terus meningkat dengan bertambahnya usia, mencapai puncaknya pada tahun 60-an. Lesi utama dari lichen planus merupakan ciri khas, hampir patognomonik, kecil, keunguan, datar atasnya, papula polygonal.12 Predileksinya yaitu daerah pergelangan terutama daerah fleksor, daerah pinggang, tulang kering (tebal, lesi hyperkeratosis), kulit kepala, glans penis, dan mulut.11 Liken planus ditandai timbulnya papul-papul yang mempunyai warna dan konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku. Sangat gatal, umumnya membaik dalam waktu 1-2 tahun. Terdapat fenomena kobner (isomorfik). Pada selaput lendir dapat terbentuk kelainan, tetapi tidak menimbulkan keluhan. Kelainan yang khas terdiri atas papul yang polygonal, datar dan berkilat, kadangkadang ada cekungan di sentral (delle). Garis-garis anyaman berwarna putih (strie Wickhman) dapat dilihat pada permukaan papul.2
19
Datar atasnya, poligonal, papula tajam didefinisikan dengan warna ungu, berkelompok dan konfluen. Permukaan mengkilap dan setelah pemeriksaan tangan dengan lensa, garis-garis putih halus akan terlihat (Strie wickham, panah). Sumber: Wolf K, Johnson RA
3. Varisela Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan infeksi primer virus varisela-zoster (VVZ). Penyakit ini terutama mengenai anak-anak dan sangat menular, dapat melalui kontak langsung dengan lesi, tetapi terutama melalui udara (droplet (droplet infection). infection). Masa inkubasi pada pasien imunokompeten 10-21 hari, sedangkan pada pasien imunokompromais lebih singkat, yakni kurang dari 14 hari.10 Pada anak kecil imunokompeten jarang terdapat gejala prodromal, kadang hanya demam dan malese ringan bersamaan dengan timbulnya lesi kulit. Pada pubertas dan dewasa biasanya terdapat gejala prodromal berupa demam, kedinginan, malese, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung, dan atau nyeri tenggorokan 2-3 hari sebelum lesi kulit timbul. Lesi kulit awalnya timbul di wajah dan skalp, kemudian menyebar cepat ke badan dan sedikit ke ekstremitas sehingga memberi gambaran distribusi sentral. Gatal biasanya timbul selama vesikel masih terbentuk.10 Lesi awal berupa makula eritematosa yang cepat menjadi papul, vesikel, pustul, dan krusta dalam beberapa hari. Gambaran khas adalah terdapatnya semua stadia lesi secara bersamaan pada satu saat. Pada
20
pasien imunokompromais lesi kulit lebih luas dan dalam, sering terdapat bula, serta nekrotik. Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain superinfeksi bakterial, pneumonia, varisela, ensefalitis/meningoensefalitis varisela.10
Terdapat semua stadia pada satu saat: papul, vesikel dan krusta. Distribusi sentral, terutama pada badan. badan. Sumber: Daili ES, Menaldi SL, Wisnu IM
I. DIAGNOSIS
Diagnosis
didasarkan
pada
temuan
klinis.13 Diagnosis
moluskum
kontagiosum biasanya jelas ketika beberapa lesi pada berbagai tahap evolusi yang muncul dan papul umbilikasi yang jelas dan khas. Umbilikasi yang khas dapat dilihat lebih mudah dengan dermatoscope atau setelah pembekuan. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan mikroskop langsung atau mikroskop elektron dari isi papul, oleh histopatologi atau dengan analisis molekuler. Moluskum soliter mungkin menyerupai granuloma piogenik, keratoacanthoma atau karsinoma sel skuamosa dan
21
mungkin sulit untuk mengidentifikasi. Lesi kelompok kecil dapat membingungkan dengan kutil pesawat. Pada penyakit HIV, moluskum kontagiosum dapat menyerupai kriptokokosis kutan.9 Khas lesi moluskum kontangiosum adalah asimtomatik, tegas, halus, bulat, papul dengan umbilikasi pusat. Lesi biasanya biasan ya 3 sampai 5 mm dan jumlah kurang ku rang dari 30, meskipun parameter ini sering terlampaui pada orang dengan HIV dan kondisi immunocompromised lainnya. Pada anak-anak, papula biasanya ditemukan pada ekstremitas, batang, dan wajah. Dalam kasus menular seksual, mereka biasanya terjadi pada perut bagian bawah dan di daerah genital.7
J. PENATALAKSANAAN
Karena penyakit ini biasanya sembuh sendiri dan lesi sembuh tanpa sikatriks jika tidak ada infeksi sekunder, sekund er, ada yang menganjurkan menganj urkan untuk tidak melakukan melaku kan terapi apapun. Kebanyakan lesi sembuh sendiri dalam durasi 2-9 bulan, tapi ada juga yang berlangsung
selama
bertahun-tahun,
khususnya
pada
individu
dengan
imunokompresi. Dapat dilakukan tindakan seperti:1,11 1. B edah dah
Kuretase (Curretage) Kuretase merupakan salah satu pilihan pengobatan yang memiliki kentungan yakni menyediakan spesimen jaringan untuk menegaskan diagnosis. Kerugiannya yakni ada peningkatan perubahan pigmen postinflamasi setelah kuretase dan prosedurnya tidak bersih (dari perdarahan lokal) dan memberi rasa tidak nyaman.
22
Pulse Dye Laser Penggunaan terapi sangat baik ditoleransi tanpa sikatriks atau anomali pigmen. Lesi sembuh semb uh tanpa sikatriks dalam 2 minggu. Studi menunjukkan 96%99%
lesi
sembuh
dalam
sekali
pengobatan.
Walaupun
efektif,
tapi
kekurangannya ialah biayanya lebih mahal dari pilihan lainnya.
2. Topikal Cryotheraphy Krioterapi untuk moluskum kontagiosum efisien dan tidak menyakitkan seperti pada kuret, praktis, harganya cocok dan hasil kosmetiknya bagus. Setiap lesi harus dibekukan dengan nitrogen cair lewat usapan kapas selama 6-10 detik. Dapat diulang dengan interval 3 minggu sepanjang dibutuhkan. Potassium hydroxide Dalam suatu solusi KOH 10% diaplikasikan topikal pada lesi dua kali sehari. Pengobatan tidak dilanjutkan jika ada respon inflamasi atau ulkus superfisial. Resolusi muncul rata-rata dalam 30 hari. Sikatriks hipertrofik dan perubahan pigmentasi perubahan pigmentasi merupakan efek samping. Cantharidin Cantharidin merupakan terapi yang aman dan efektif. Setetes cantharidin (cantharidin 0.7%) diaplikasikan pada permukaan lesi.. Akan muncul rasa panas, nyeri, eritema atau pruritus. Cantharidin merupakan pengobatan pilihan pada pasien muda dan merupakan suatu inhibitor fosfodiesterase. Substansi ini harus dibilas dalam 2-6 jam.
23
Tretinoin/Chemical Peeling Ketika pengobatan di rumah diinginkan, terapi topikal dekstrutif termasuk derivate vitamin A, alfa hidroksi (lactic) dan asam beta hidroksi.. Sedikit eritema pada tempat lesi merupakan efek samping
3. Oral Cimetidine Agen oral dapat meningkatkan sistem imun untuk menyingkirkan virus Moluskum Kontagiosum. Cimetidin merupakan antagonis reseptor H2. Dalam suatu studi diberikan dosis 40mg/kg/hari selama 2 bulan.
K. KOMPLIKASI
Pada beberapa pasien, gejalanya asimtomatik, dan kadang-kadang terdapat gatal pada pasien dengan dermatitis atopi. Dapat terjadi Konjungtivitis kronik dan keratitis jika lesinya di daerah kelopak mata. Infeksi bakteri sekunder dapat terjadi jika pasien sering menggores daerah lesi. Dalam immunocompromised misalnya infeksi HIV, lesi dapat menjadi besar dan riang, dan infeksi sekunder mungkin bermasalah.14
L. PREVENTIF
Pasien disarankan untuk tidak menggaruk atau mengganggu benjolan, tidak berbagi handuk, mencuci kain dan barang-barang pribadi lainnya, sehingga tidak terkena kulit yang memiliki lesi, untuk lesi anogenital agar tidak melakukan hubungan seks.1
24
Hindari kontak kulit ke kulit dengan individu yang memiliki mollusca. Orang yang terinfeksi HIV dengan moluska di daerah jenggot harus disarankan untuk meminimalkan cukur rambut wajah atau tumbuh jenggot.11
M. PROGNOSIS
Dengan menghilangkan semua lesi yang ada, penyakit ini tidak atau jarang residif. Pada individu sehat, Molluscum contagiosum dapat sembuh sendiri. Pada individu dengan infeksi HIV ( Human Human Immunodeficiency Virus), Virus), Molluscum contagiosum selalu rekurens bahkan dengan terapi agresif menghasilkan kecacatan kosmetik yang signifikan, khususnya lesi di wajah. Jika tidak sembuh sendiri, lesi moluskum akan hilang dalam waktu 2 tahun. Lesi menular selama pertumbuhan kulit dan lesi masih ada. Keuntungan dari pengobatan adalah untuk mempercepat resolusi virus. Jumlah CD4 yang rendah telah dikaitkan dengan mollusca wajah luas dan karena itu telah menjadi penanda untuk penyakit HIV parah. Oleh karena itu, tujuan dan target terapi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada pasien ini.1
N. EDUKASI
Kesempatan virus moluskum kontagiosum untuk menyebar kepada orang lain adalah kecil, dan itu juga tidak serius. Oleh karena itu, tidak ada kebutuhan khsus untuk menjaga anak-anak dengan virus moluskum kontagiosum dari sekolah, kolam renang, pusat kebugaran, dan lain-lain, atau menjauh dari anak-anak lain. Untuk mengurangi kemungkinan tersebarnya virus itu kepada orang lain, hal itu masuk akal untuk tidak berbagi handuk, pakaian, mainan lunak, atau air mandi. Juga mencoba dan menghindari kontak kulit ke kulit dengan orang lain (misalnya, dengan menutupi
25
daerah yang terkena lesi dengan pakaian). Mendorong anak-anak untuk tidak menggaruk mollusca karena hal ini dapat meningkatkan risiko penyebaran ruam ke area lain dari kulit. Kontagiosum moluskum menular sampai moluskum terakhir sudah menghilang atau setelah kita melakukan tindakan kauter.15
26
BAB IV DISKUSI
Diagnosis didasarkan pada temuan klinis. Diagnosis moluskum kontagiosum biasanya jelas ketika beberapa lesi pada berbagai tahap evolusi yang muncul dan papul umbilikasi yang jelas dan khas. Umbilikasi yang khas dapat dilihat lebih mudah dengan dermatoscope atau setelah pembekuan. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan mikroskop langsung atau mikroskop elektron dari isi papul, oleh histopatologi atau dengan analisis molekuler. Pada sebagian besar pasien gejalanya asimptomatik atau hanya mengeluhkan gatal ringan saja. Masa inkubasi berlangsung satu sampai beberapa minggu. Lesi ini dapat menggerombol atau tersebar. Kelainan kulit ini berupa papul miliar atau lentikuler, berbentuk bundar, berwarna putih seperti lilin, permukaan licin dan berbentuk kubah yang kemudian di tengahnya ten gahnya terdapat lekukan (delle) dan terletak di atas dasar kulit berwarna kemerahan. Papul tersebut bila dipijat akan tampak keluar massa yang berwarna putih yang menyerupai nasi, yang tidak lain adalah badan moluskum. Lokalisasi penyakit ini di daerah muka, badan dan ekstremitas, sedangkan pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder sekunde r sehingga timbul supurasi. Lesi tersebut dapat meradang dan tampak sebagai furunkel.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Basac S, Rajurkar MN. MN. Molluscum Contangiosum – Contangiosum – An An Update. Indian Medical Gazette. India. July 2013: 276-7. 2. Aisah S, Handoko RP. Moluskum Kontangiosum. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Eds (Editors) 7 th Ed. Ed. Jakarta. 2015: 124-6. 3. Hartadi, Sumaryo S. Infeksi S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit, Harahap M. Eds (Editors) 1st Ed. Penerbit Hipokrates. Jakarta. 2000: 99-100 4. Graham-Brown R, Bourke J, Cunliffe T. Infeksi Dan Infestasi. Dermatologi Dasar Untuk Praktik Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2011: 220 5. Siregar, R.S. Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005: 79-80. 6. Molluscum Contangiosum. Seattle Children’s. Washington. 2013: 1. 7. Stulberg DL, Hutchinson AG. Molluscum Contangiosum And Warts. Cover Article Practical Theraupetics. March 2013; 67 (6): 1233-4. 8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dermatologi. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1 Edisi 11. 11. Jakarta. 2007: 252. 9. Sterling, J.C. Virus Infections. Rook’s Textbook Of Dermatology 8th Edition, Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. USA. 2010: 33(11)-33(12). 10. Daili ES, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit IM. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. PT Medical Multimedia Indonesia. Jakarta. 2005: 66-70 11. Wolf K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis Of Clinical Dermatology Sixth Edition. USA. 2009: 128-30, 771-5, 789.
28
12. James WD, Berger TG, Elston DM. Viral Diseases. Andrews Diseases Of The Skin Clinical Dermatology Tenth Edition. Canada. 2006: 394-6. 13. Molluscum 13. Molluscum Contangiosum. BCCDC Clinical Prevention Services. December 2014: 1-3. 14. United Kingdom National Guideline on the Management of Molluscum Contagiosum. Clinical Contagiosum. Clinical Effectiveness Group (British Association of Sexual Health and HIV). 2007: 1-4. 15. Molluscum 15. Molluscum Contangiosum. Contangiosum. Information For Patients, Parents And Carers. NHS Trust. Jan 2013.
29