MODUL VIII SULFONASI NAFTALEN DENGAN MENGGUNAKAN PELARUT DIKLOROMETANA DIKLOROMETANA
Oleh: Rintis Manfaati, ST., MT
I.
PENDAHULUAN
Sulfonasi adalah reaksi memasukkan gugus sulfonic acid (-SO2OH) atau gugus sulfonil halida halida (-SO2Cl) ke dalam senyawa organik. Gugus tersebut dapat berikatan dengan atom C (produk yang dihasilkan disebut sulfonates) sulfonates) atau atom N (RNHSO2ONa, produk yang dihasilkan disebut N-sulfonates N-sulfonates atau sulfamates). sulfamates). Sulfatasi adalah reaksi memasukkan gugus -OSO2OH yang berikatan dengan atom C pada senyawa organik menghasilkan acid sulfate (ROSO sulfate (ROSO2OH) atau gugus -SO 4antara dua atom C pada senyawa organik membentuk sulfate membentuk sulfate ROSO2OR.
1.1
Latar Belakang
Sulfonates Sulfonates biasanya digunakan dalam bentuk asam atau garamnya. Industri yang mengaplikasikan proses sulfonasi cukup luas terutama industri kertas, dengan produk utama yang dihasilkan adalah lignin sulfonate. sulfonate. Detergent (dodecyl (dodecyl benzene sulfonate) sulfonate) dihasilkan dengan cara menggabungkan gugus aktif -SO 2OH- sebagai kutub polar hidrofilik dengan senyawa organik rantai panjang sebagai kutub non polar hidrofobik.Toluenesulfonic hidrofobik.Toluenesulfonic acid digunakan sebagai katalis, phenolsulfonic acid digunakan digunakan sebagai bahan aditif pada proses elektroplating.
Aromatic sulfonil chlorides chlorides -RSO2Cl- digunakan sebagai bahan baku pembuatan sulfoamides sulfoamides seperti obat-obatan sulfa, zat pewarna tekstil, zat penyamak kulit, plasticizers, plasticizers, pemanis buatan sakarin dan sulfonate ester (insektisida).Herbisida, pemanis buatan dan antikoagulan antikoagulan darah merupakan jenis Sulfamates. Sulfamates.
Sulfonasi Naftalen dengan Menggunakan Menggunakan Pelarut Diklorometana Diklorometana
VIII - 1
Sulfonasi Naftalen dengan Menggunakan Pelarut Diklorometana
VIII-2
1.2
Tujuan Percobaan
1.
Memahami karakteristik reaksi sulfonasi naftalen , kondisi operasi proses, rangkaian peralatan proses dan penanganannya yang tepat.
2.
Melakukan tahapan-tahapan proses sulfonasi.
3.
Melakukan tahapan-tahapan proses purifikasi dan pemurnian produk sulfonasi yang tepat.
II.
DASAR TEORI
Bahan baku yang biasanya digunakan pada proses sulfonasi adalah senyawa aromatik seperti benzene dan turunannya, naftalen dan turunannya, antraquinon dan turunannya; senyawa alifatik dan turunannya seperti alkohol, eter. Agents yang digunakan untuk proses sulfonasi adalah : Grup Sulfur trioksida :
Sulfur trioksida (SO3), oleum dan concentrated sulfuric acid (SO3 + water)
Chlorosulfonic acid (SO3 + HCl)
Sulfur trioksida yang digabungkan dengan senyawa organik
SO3-oleum-concentrated sulfuric acid memiliki kedekatan sifat fisik dan bisa saling menggantikan. Group sulfur trioksida (terutama oleum) merupakan agent utama yang digunakan untuk menghasilkan sulfonates secara langsung dengan bahan baku aromatik.
SO3 memiliki daya afinitas yang tinggi terhadap air. Bentuk hidrat dari SO 3 adalah oleum dan concentrated sulfuric acid. Monohidrat SO 3.H2O adalah 100% H 2SO4; dihidrat SO3.2H2O atau 84,5% H2SO4: dan pyrosulfuric acid 2SO3.H2O atau 45% oleum. SO3 merupakan bagian yang reaktif dalam oleum dan concentrated sulfuric acid (H2SO4 92-98%). Hidrat dari SO 3 pada suhu rendah berbentuk kristal, namun dengan kenaikan suhu akan semakin tidak stabil dan akhirnya pada suhu 450 0C akan terurai sempurna menjadi SO3 dan H2O. Perbandingan proses sulfonasi dengan menggunakan agent H 2SO4 dan Oleum ditunjukkan pada Tabel 2.1.
2
Sulfonasi Naftalen dengan Menggunakan Pelarut Diklorometana
VIII-2
Tabel 2.1 Perbandingan proses sulfonasi dengan menggunakan agent H2SO4 dan Oleum Faktor
H2SO4
Oleum
Laju reaksi
Lambat
Cepat sekali
Membutuhkan panas untuk
Panas reaksi
menyempurnakan reaksi
Sangat eksotermis
Tahap reaksi
Sebagian
Sempurna
Sisa asam
Berarti
Tidak ada
Ukuran reaktor
Berarti
Minimum
Viskositas campuran reaksi
Rendah
Kelarutan dalam pelarut
Sangat rendah
Tinggi pada beberapa kasus Larut
organik halogen
Persamaan reaksi sulfonasi senyawa aromatik RH keseluruhan jika menggunakan agent oleum adalah : H2SO4 RH + SO3
RSO3H + H2SO4
Kinetika reaksi sulfonasi jika menggunakan agent oleum adalah : Rate = k 2 [ArH][SO3] Kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi bahan baku (ArH) dan konsentrasi SO3.
Sedangkan persamaan reaksi sulfonasi senyawa aromatik jika menggunakan agent concentrated sulfuric acid (H2SO4 pekat) adalah : RH + H2SO4
RSO3H + H2O
Kinetika reaksi sulfonasi pada pemakaian agent concentrated sulfuric acid (H2SO4 pekat) adalah : Rate = k 2 [ArH]/[w]2 Karena dihasilkan H2O di akhir proses maka kecepatan reaksi berbanding terbalik dengan kuadrat konsentrasi air, sehingga kecepatan reaksi akan berkurang secara berarti.
3
Sulfonasi Naftalen dengan Menggunakan Pelarut Diklorometana
VIII-2
Sulfonasi senyawa hidrokarbon aromatik merupakan salah satu jenis sulfonasi yang paling penting. Pada proses sulfonasi senyawa aromatik dengan menggunakan sulfonating agent concentrated H2SO4 merupakan reaksi endoterm. Sulfonasi anilin, berlangsung pada temperatur 180 – 195oC sehingga akan sulit jika diaplikasikan pada skala laboratorium, sementara untuk proses sulfonasi naftalen menggunakan concentrated H2SO4 dapat berlangsung pada temperatur kurang dari 50oC dengan tekanan 1 atm. Naftalen merupakan salah satu senyawa yang cukup aman digunakan jika dibandingkan senyawa hidrokarbon aromatik lainnya. Oleh karena itu, reaksi sulfonasi naftalen merupakan reaksi sulfonasi yang cocok dan aman diterapkan di laboratorium Satuan Proses Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Reaksi sulfonasi naftalen menjadi α-naftalen sulfonat dengan menggunakan sulfonating agent concentrated H2SO4 merupakan reaksi substitusi elektrofilik yang berlangsung pada temperatur operasi yang lebih rendah dibandingkan dengan reaksi sulfonasi naftalen menjadi β-naftalen sulfonat (Groggins, 1958). Struktur α-naftelan sulfonat dan (b) β-naftalen sulfonat disajikan pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 (a) α-naftelan sulfonat dan (b) β-naftalen sulfonat Mekanisme Reaksi Sulfonasi Naftalen
Mekanisme reaksi sulfonasi dengan sulfonating agent concentrated H2SO4 diawali dengan pembentukan elektofilik (SO 3). Pada tahap ini terjadi penguraian asam sulfat. 2 4 ↔ 3 3 + 4 −
Pada tahap selanjutnya, terjadi proses penyerangan senyawa naftalen oleh elektrofilik yang terbentuk (Solomons, 1978).
4
Sulfonasi Naftalen dengan Menggunakan Pelarut Diklorometana
VIII-2
H
+
SO3-
SO3
H SO3-
SO3-
+ HSO4-
+ H2SO4
SO3H
SO3-
+ H3O+
+ H2O
Reaksi secara keseluruhan : SO3H
+
H2SO4
+ H2O
Naftalen (C10H8)
α-naftalensulfonat
C1 H H SO4 → C1 H SO3 H O
Faktor-faktor yang mempengaruhi Sulfonasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses Sulfonasi : 1.
Konsentrasi SO3 pada Sulfonating Agent dalam reaktor Proses sulfonasi dapat berlangsung dengan baik tergantung pada konsentrasi
SO3 dalam sulfonating agent yang digunakan. Reaksi sulfonasi menggunakan sulfonating agent H2SO4 akan menghasilkan air sebagai produk sampingnya. Terbentuknya air selama proses, akan menurunkan konsentrasi asam yang akan menyebabkan kecepatan reaksi sulfonasi menurun, saat kandungan SO 3 habis, reaksi akan terhenti. Konsentrasi SO3 minimum yang diperlukan agar reaksi sulfonasi tetap berlangsung didefinisikan sebagai π. Persamaan yang menyatakan kebutuhan asam untuk mensulfonasi 1 mol senyawa organik diuraikan pada persamaan (1).
5
Sulfonasi Naftalen dengan Menggunakan Pelarut Diklorometana
1
= 80 ( 80)
π
1
atau
X = 80
1− π − π
VIII-2
. . . . . . . . . . . . . (1)
Dengan X adalah berat asam dalam gram dan α adalah banyaknya SO 3 dalam H2SO4 dalam persen. Setiap senyawa organik memiliki nilai π yang berbeda-beda seperti yang ditunjukkan Tabel 2.2. Semakin mudah suatu bahan organik disulfonasi semakin rendah nilai π nya (Groggins, 1958).
Tabel 2.2 Nilai π beberapa senyawa organik Nilai π
Persen H2SO4
Naphtalenene (monosulfonation at 60oC)
56
68,5
Naphtalenene (monosulfonation at 160oC)
52
63,7
79,8
97,3
82
100,1
Naphtalenene (trisulfonation at 160oC) Nitrobenzenae (monosulfonation)
2. Temperatur Operasi Proses sulfonasi naftalen membentuk 2 jenis naftalen sulfonat, yaitu α dan β-naftalen sulfonat. Kedua jenis naftalen sulfonat tersebut berbeda pada penempatan gugus – SO3H pada naftalennya. Pengaruh temperatur terhadap pembentukan naftalen sulfonat dan distribusi pembentukan α dan β-naftalen sulfonat disajikan pada Gambar 2.2 dan Tabel 2.3.
Gambar 2.2 Pembentukan Naftalen Sulfonat pada Temperatur Berbeda
6
Sulfonasi Naftalen dengan Menggunakan Pelarut Diklorometana
VIII-2
Tabel 2.2 Pengaruh Temperatur terhadap Sulfonasi Naftalen (Groggins, 1958) Temp (oC)
80
90
100
110,5
124
129
138,5
150
161
Alpha, (%)
91,0
90,0
83,0
72,6
52,4
44,4
28,4
18,3
18,4
Beta (%)
9,0
10,0
17,0
27,4
47,6
55,6
71,6
81,7
81,6
Pada temperatur rendah, reaksi dikendalikan oleh faktor kinetika atau faktor cepatlambatnya reaksi. α-naftalen sulfonat akan lebih cepat terbentuk pada kondisi ini karena reaksi berlangsung pada jalur energi aktivasi yang lebih rendah. Reaksi yang berlangsung pada temperatur yang lebih tinggi akan dikendalikan oleh faktor termodinamika atau faktor kestabilan produk. Pada kondisi ini reaksi akan menghasilkan β-naftalen sulfonat yang lebih stabil meskipun memiliki energi aktivasi yang lebih tinggi (Weininger, 1984). 11 III.
RANCANGAN PERCOBAAN
3.1.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan tertera pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat Nama Alat
Jumlah
Nama Alat
Jumlah
Gelas Kimia 1000 ml
2 buah
Waterbath
1 buah
Erlenmeyer 250 ml
2 buah
Erlenmeyer 50 ml
5 buah
Hot Plate
1 buah
Bola Hisap
1 buah
Pipet Ukur 25ml
1 buah
Kaca arloji
5 buah
Pipet Ukur 10ml
1 buah
Kertas Saring
2 lembar
Pipet Ukur 1 ml
1 buah
Thermometer
1 buah
Stirer Magnetik
2 buah
Pipet tetes
2 buah
Statif dan Klem
2 pasang
Botol semprot
2 buah
Corong Buchner
1 buah
Gelas ukur 50 ml
1 buah
Selang Silikon
1 buah
Digital Melting Point
1 unit
Batang Pengaduk
1 buah
Neraca Analitis
1 unit
Buret
1 buah
Sarung tangan karet
Kondensor
1 buah
7
2 pasang
Sulfonasi Naftalen dengan Menggunakan Pelarut Diklorometana
VIII-2
Bahan Nama Bahan
Jumlah
Nama Bahan
Naftalen p.a/teknis
10 gram
H2SO4 98%
6 mL
NaOH teknis
10 gram
Diklorometan teknis
3.2
Jumlah
Etanol 96 %
30 mL
Aquades
100 ml
Indikator PP
10 mL
30 mL
Prosedur Percobaan
1. Massa naftalen yang digunakan 10 gram 2. Konsentrasi H2SO4 98 %, 6 ml 3. Volume pelarut diklorometana 30 ml 4. Temperatur reaksi 700C 5. Pengadukan dilakukan pada kecepatan sama pada setiap run (40-50 rpm). 6. Waktu reaksi selama 60 menit 7. Reaksi
sulfonasi
dilakukan
dalam
reaktor
erlenmeyer
dengan
menggunakan penangas air. Proses reaksi sulfonasi naftalen dilakukan secara batch di dalam erlemeyer dengan menggunakan penangas air. Bahan baku naftalen yang digunakan sebanyak 10 gram untuk setiap run. Bahan baku naftalen dilarutkan terlebih dahulu kedalam pelarut diklorometana sebanyak 30 mL yang kemudian ditambahkan sulfonatig agent asam sulfat 6 ml ketika telah mencapai temperatur operasi. Proses sulfonasi berlangsung selama 60 menit.
Produk
yang
dihasilkan
dari
proses
sulfonasi
ini
berupa
senyawa
α-naftalen sulfonat yang masih mengandung pengotor berupa sisa – sisa asam dan sisa bahan baku yang tidak bereaksi. Proses pemurnian dilakukan dengan cara melarutkan produk ke dalam larutan etanol untuk memurnikan produk dari sisa bahan baku yang tidak bereaksi, sedangkan proses pemurnian dari sisa asam dilakukan dengan cara melarutkan produk ke dalam air panas. Setelah itu produk disaring kemudian dicuci kembali dengan aquades sebanyak 100 mL dan etan ol 30
8
Sulfonasi Naftalen dengan Menggunakan Pelarut Diklorometana
VIII-2
mL untuk mengikat air pencuci. Produk kemudian dikeringkan didalam desikator. Diagram alir proses disajikan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Flowsheet Percobaan
9
Sulfonasi Naftalen dengan Menggunakan Pelarut Diklorometana
VIII-2
Desain Reaktor
Desain reaktor yang digunakan untuk proses sulfonasi naftalen berupa reaktor sederhana, menggunakan labu erlemeyer dan gelas kimia sebagai penangas dan dilengkapi magnetik stirrer sebagai pengaduk, untuk mengukur temperatur digunakan termometer air raksa. Selama proses sulfonasi berlangsung labu erlemeyer ditutup menggunakan kondensor untuk menghindari penguapan pelarut selama reaksi berlangsung. Gambar desain reaktor disaji kan pada Gambar 3.2. Keterangan : 1. Hot Plate 2.
Gelas Kimia
3.
Labu Erlemeyer
4. Magnetic Stirrer
A.
5.
Kondensor
6.
Statif
7.
Selang
8.
Waterbath
Gambar 3.2 Desain Reaktor Sulfonasi Naftalen Metode Analisis Produk
Produk α-naftalen sulfonat yang sudah terbentuk dan dilakukan proses pemurnian akan dianalisis sebagai berikut : 1.
Pengukuran titik leleh menggunakan alat digital melting point apparatus Elektrothermal.
2.
Berat kering produk. Produk α-naftalen sulfonat diukur berat keringnya dengan metode gravimetri.
3.
Analisis sisa asam dengan metode titrasi menggunakan NaOH dan indikator phenolpthalein.
10
Sulfonasi Naftalen dengan Menggunakan Pelarut Diklorometana
VIII-2
3.3 Tabel Data Pengamatan
Hasil pengamatan percobaan disajikan pada Tabel 3.2 Tabel 3.2 Hasil Pengamatan H2SO4 diklrorometana
Naftalen
Etanol
Naftalen sulfonat
Berat Molekul (gr/mol) Volume (ml) Konsentrasi (mol/liter) Massa (gr)
IV.
PENGOLAHAN DATA
1.
Bandingkan titik leleh naftalen sulfonat yang terbentuk pada percobaan ini dengan literatur.
2.
Hitung
massa
senyawa
naftalen
sulfonat
yang
terbentuk
secara
stiokiometris/teoritis. 3. 4.
Hitung Persentasi Yield/rendemen menggunakan persamaan : Persentasi Hasil =
(Massa senyawa naftalen sulfonat) percobaan
x 100%
(Massa senyawa naftalen sulfonat )teoritis
V.
KESELAMATAN KERJA
1.
Gunakan jas lab dan penutup hidung. Praktikum dilakukan di lemari asam.
2.
Pemasangan selang silikon yang tersambung pada kondenser dan penutup reaktor harus rapat dan ketat untuk mencegah air menetes .
3.
Gunakan sarung tangan karet setiap menangani asam sulfat pekat (Concentrated ) karena bersifat korosif. Gunakan peralatan gelas yang kering dan bersih. Penanganan asam sulfat dilakukan terakhir setelah semua rangkaian peralatan siap digunakan. Peralatan bekas asam sulfat segera dicuci setelah digunakan dengan air mengalir agar tidak mengenai rekan kerja.
11
Sulfonasi Naftalen dengan Menggunakan Pelarut Diklorometana
VIII-2
DAFTAR PUSTAKA
1.
Fessenden, R. and Fessenden, J., 1982 .,”Organic Chemistry”, 2 nd Edition, Willard Grant Press Publisher, Massachusetts, USA.
2.
Groggins, P. H., “Unit Processes in Organic Synthesis”, fifth Edition, International Student Edition, Mc. Graw – Hill Kogakusha, Ltd.
3.
Hart Harold, Terj. Achmadi Suminar, “Kimia Organik, Suatu Kuliah Singkat”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1987.
4.
Rahman Dede Dini & Neng Sri Widianti, Optimasi Sulfonating Agent H 2SO4 dan
Temperatur Operasi
Pada Sintesis Senyawa α-Naftalen
Sulfonat , Tugas Akhir D3- Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung, 2015.
12