MODEL-MODEL
DESAIN PEMBELAJARAN
Oleh:
Putu Agus Dellon Praditya 1411021008
DAFTAR ISI
Halaman
"SAMPUL "i "
"..........................................................." "
"............................................. " "
"DAFTAR ISI "ii "
"..........................................................." "
"....................................... " "
"MODEL DESAIN BERORIENTASI KELAS " "
"Model Dick, Carey, and Carey "1 "
"..........................................................."1 "
".... "2 "
"Model Morrison, Ross, dan Kemp "3 "
"......................................................... "5 "
"Model Banathy "8 "
"..........................................................." "
".............................. " "
"Model PPSI " "
"..........................................................." "
".................................... " "
"Model Henich, Molenda, Russell, dan Smaldino (ASSURE) " "
"............... " "
"Model Smith dan Ragan " "
"..........................................................." "
"............... " "
"MODEL DESAIN BERORIENTASI PRODUK " "
"Model Bergman dan Moore "10 "
"..........................................................."10 "
"......... "11 "
"Mode Bates "13 "
"..........................................................."14 "
"..................................... "16 "
"Model Nieveen " "
"..........................................................." "
"............................... " "
"Model Seels dan Glasgow " "
"..........................................................." "
"............. " "
"Hannafin dan Peck " "
"..........................................................." "
"....................... " "
"Model ADDIE " "
"..........................................................." "
"............................... " "
"MODEL DESAIN BERORIENTASI SISTEM " "
"Model Gentry "18 "
"..........................................................."20 "
"................................. "22 "
"Model Dorsey, Goodrum, dan Schwen "24 "
"................................................... "25 "
"Model Diamon " "
"..........................................................." "
"............................... " "
"Model Smith dan Ragan " "
"..........................................................." "
"............... " "
"Model Dick, Carey, dan Carey " "
"..........................................................." "
"..... " "
"DAFTAR PUSTAKA "28 "
"..........................................................." "
"......................... " "
MODEL DESAIN BERORIENTASI KELAS
A. Model Dick, Carey, and Carey
1. Deskripsi model
Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem
terhadap komponen-komponen dasar desain pembelajaran yang meliputi
analisis desain pengembangan, implementasi dan evaluasi.
2. Langkah-langkah model
Adapun komponen dan sekaligus merupakan langkah-langkah utama dari
model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick, Carey & Carey
(2009) adalah:
1) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
2) Melakukan analisis instruksional.
3) Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks pembelajaran.
4) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus.
5) Mengembangkan instrumen penilaian.
6) Mengembangkan strategi pembelajaran.
7) Mengembangkan dan memilih bahan ajar.
8) Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif.
9) Melakukan revisi terhadap program pembelajaran.
10) Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
B. Model Morrison, Ross, dan Kemp
1. Deskripsi model
Menurut Morisson, Ross, dan Kemp (2004), model desain sistem
pembelajaran ini akan membantu pendidik sebagai perancang program atau
kegiatan pembelajaran dalam memahami kerangka teori dengan lebih baik dan
menerapakan teori tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang
lebih efektif dan efisien.
2. Langkah-langkah model
Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah, yaitu:
1) Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan tujuan umum untuk
pembelajaran tiap topiknya
2) Menganalisis karakteristik peserta didik, untuk siapa pembelajaran
tersebut didesain
3) Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat
dampaknya dapat dijadikan tolok ukur perilaku peserta didik
4) Menentukan isi materi pelajar yang dapat mendukung tiap tujuan
5) Pengembangan penilaian awal untuk menentukan latar belakang peserta
didik dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik
6) Memilih aktivitas dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau
menentukan strategi pembelajaran, jadi peserta didik akan mudah
menyelesaikan tujuan yang diharapkan
7) Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi
personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk
melaksanakan rencana pembelajaran.
8) Mengevaluasi pembelajaran peserta didik dengan syarat mereka
menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan
peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan
perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif.
C. Model Banathy
1. Deskripsi model
Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H. Banahty.
Model yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil pembelajaran,
sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem.
Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses menentukan dan
menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat
berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah
lakunya.
2. Langkah-langkah model
Secara garis besar, pengembangan system instruksional model Banathy
dapat diformulasikan dalam enam langkah, sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan
Dalam langkah ini guru harus merumuskan kemampuan yang harus dikuasai
peserta didik setelah mengikuti program pengajaran tertentu.
2) Mengembangkan test
Dalam mengembangkan evaluasi ini perlu didasarkan pada tujuan
instruksioanal yang telah dirumuskan.
3) Menganalisis kegiatan belajar
Dalam langkah ini perlu dirumuskan kegiatan belajar yang harus
dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan.
4) Mendesain system instruksional
Dalam langkah ini ditetapkan jadwal dan tempat dari masing-masing
komponen instruksional. Seluruh komponen instruksional yang telah
dirumuskan perlu ditetapkan sebagai suatu system pengajaran.
5) Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil
Dalam langkah ini sistem instruksional yang telah didesain perlu
diujicobakan dan dilaksanakan, selain itu juga perlu mengadakan penilaian
terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik.
6) Mengadakan perbaikan
Hasil yang diperoleh dari evaluasi dapat digunakan sebagai umpan
balik ( feed back) dalam rangka mengadakan perbaikan sistem.
D. Model PPSI
1. Deskripsi model
PPSI dilihat dari segi makna kata. Kata "prosedur" berarti tahap
kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktifitas. Kata "pengembangan" berarti
membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih
baik, lebih efektif dan sebagainya. Kata "Intruksional" berhubungan
dengan proses pembelajaran. Dari arti kata tersebut, PPSI dapat di
artikan adalah suatu tahapan kegiatan pengembangan perencanaan komponen-
komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan.
2. Langkah-langkah model
Model pengembangan intruksional PPSI ini memiliki 5 langkah pokok
yaitu:
1) Perumusan tingkah laku dan kemampuan (kompetensi)
Merumuskan tingkah laku dan kompetensi yang akan dimiliki oleh
pebelajar. Sebelum melakukan proses pembelajaran, pembelajar harus
merumuskan tingkah laku dan kompetensi yang nantinya akan di miliki oleh
pebelajar dalam setelah melakukan proses pembelajaran, satu rumusan untuk
satu tingkah laku dan kompetensi.
2) Perumusan alat evaluasi atau tes
Perumusan alat evaluasi ini di tujukan untuk mengukur dan menilai
sampai berapa jauh kemampuan yang telah dikuasai pebelajar, yang akan
dibuat acuan untuk merumuskan apa yang harus dilakukan oleh pembelajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Hal ini di lakukan untuk
melakukan pre-test dan post test, yang nantinya dapat member informasi
seberapa jauh pemahaman pebelajar tentang materi yang nantinya akan di
sampaikan.
3) Perumusan kegiatan belajar
Pembelajar menetapkan kegiatan belajar yang sesuai dengan tujuan yang
telah di tentukan, penentuan kegiatan belajar di lakukan dengan bertahap.
Tahapan pertama menetukan seluruh kegiatan yang di mungkinkan dilakukan
oleh pebelajar. Tahap kedua mengeliminasi kegiatan yang tidak sesuai
dengan tujuan. Tahap terahir menentukan dan menetapkan kegiatan-kegiatan
yang di lakukan dalam proses pembelajaran. Semisal kegiatan belajar
berapa diskusi, Tanya jawab antar pebelajar atau bisa yang lainya.
4) Menentukan program kegiatan
Setelah kegiatan belajar di putuskan, maka selanjutnya untuk
memastikan tercapainya kegiatan belajar tersebut di lakukan, harus di
tentukan program kegiatan yang menjamin terlaksananya kegiatan belajar.
Semisal menentukan program kegiatan berupa presentasi makalah kelompok,
maka yang harus di lakukan adalah menentukan materi presentasi, pembagian
anggota kelompok, mencari referensi, menentukan sistematika presentasi,
menentukan media yang akan dipakai dalam presentasi, penentuan waktu
presentasi makalah kelompok, menentukan tempat presentasi.
5) Implementasi program kegiatan
Langkah terahir yaitu langkah implementasi program kegiatan seperti
pre-test, melakukan proses pembelajaran, post-test, langkah terahir ini
juga dilengkapi dengan evaluasi, evaluasi dilakukan untuk mengoreksi
seberapa berhasilnya model desain pembelajaran yang telah dilakukan,
evaluasi dilakukan dengan mencari kelemahan dan kelebihan dari model
desain pembelajaran yang telah dilakukan.
E. Model Henich, Molenda, Russell, dan Smaldino (ASSURE)
1. Deskripsi model
Model ASSURE adalah salah satu petunjuk dan perencanaan yang
bisamembantu untuk bagaimana cara merencanakan, mengidentifikasi,
menentukan tujuan, memilih metode dan bahan, serta evaluasi. Model Assure
ini merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik
dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan
mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih
efektif dan bermakna bagi peserta didik.
Model ASSURE lebih difokuskan pada perencanaan pembelajaran untuk
digunakan dalam situasi pembelajaran di dalam kelas secara actual.
2. Langkah-langkah model
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mendesain sistem
pembelajaran dengan model ASSURE dapat digambarkan dalam diagram sebagai
berikut:
"A "= Analisis karakteristik siswwa "
"S "= Menetapkan tujuan pembelajaran "
"S "= Seleksi media, metode, dan bahan "
"U "= Memanfaatkan bahan ajar "
"R "= Melibatkan siswa dalam kegiatan belajar\ "
"E "= Evaluasi dan revisi "
Untuk lebih memahami model ASSURE, berikut ini dikemukakan deskripsi
dari setiap komponen yang terdapat dalam model tersebut:
1) Analyzze Learnes
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menerapkan model iniadalah
mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan melakukan aktifitas
pembelajaran. Siapakah siswa yang akan melakukan proses belajar?
Pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa akan sangat membantu
siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Analisis terhadap
karakteristik siswa meliputi beberapa aspek penting, yaitu karakteristik
umum, kompetensi spesifik yang telah dimiliki sebelumnya, dan gaya
belajar atau learning style siswa.
2) State Objectives
Langkah selanjutnya dari model desain sistem pembelajaran ASSURE
adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang bersifat spesifik. Tujuan
pembelajaran dapat diperoleh dari silabus atau kurikulum, informasi yang
tercacat dalam buku teks, atau dirumus kansen diri oleh perancang atau
instruktur. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan atau pernyataan yang
mendeskripsikan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperoleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran.
Setelah menggambarkan kompetensi yang perlu dikuasai oleh siswa,
rumusan tujuan pembelajaran juga mendeskripsikan kondisi yangdiperlukan
oleh siswa untuk menunjukkan hasil belajar yang telahdicapai dan tingkat
penguasaan siswa atau degree terhadap pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajari.
3) Select Methods, Media, and Materials
Langkah berikutnya adalah memilih metode, media, dan bahan ajar yang
akan digunakan. Ketiga komponen ini berperan penting dalam membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang telah digariskan.
Pemilihan metode, media, dan bahan ajar yang tepat akan mampu
mengoptimalkan hasil belajar siswa dan membantu siswa mencapai kompetensi
atau tujuan pembelajaran. Dalam memilih metode, media, dan bahan ajar
yang akan digunakan, ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan, yaitu
memilih media dan bahan ajar yang telah tersedia, dan memproduksi bahan
ajar baru.
4) Utilize Materials
Setelah memillih metode, media, dan bahan ajar, langkah selanjutnya
adalah menggunakan ketiganya dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum
menggunakan metode, media, dan bahan ajar, instruktur atau perancang
terlebih dahulu perlu melakukan uji coba untuk memastikan bahwa ketiga
komponen tersebut dapat berfungsi efektif untuk digunakan dalam situasi
atau setting yang sebenarnya. Langkah berikutnya adalah menyiapkan kelas
dan sarana pendukungyang diperlukan untuk dapat menggunakan metode,
media, dan bahan ajar yang dipilih. Setelah semuanya siap, ketiga
komponen tersebut dapat digunakan.
5) Requires Learner Participation
Proses pembelajaran memerlukan keterlibatan mental siswa secara aktif
dengan materi atau substansi yang sedang dipelajari. Pemberianlatihan
merupakan contoh cara melibatkan aktifitas mental siswa dengan materi
yang sedang dipelajari.
Siswa yang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran akan
denganmudah memelajari materi pembelajaran. Setelah aktif
melakukan proses pembelajaran, pemberian umpan balik berupa
pengetahuantentang hasil belajar akan memotivasi siswa untuk mencapai
prestasi belajar yang lebih tinggi.
6) Evaluate and Revise
Setelah mendesain aktifitas pembelajaran maka langkah selanjutnya
yang perlu dilakukan adalah evaluasi. Tahap evaluasi dalam model ini
dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran dan juga hasil belajar
siswa. Proses evaluasi terhadap semua komponen pembelajaran perlu
dilakukan agar dapat memperoleh gambaran yang lengkap tentang kualitas
sebuah program pembelajaran.
F. Model Smith dan Ragan
1. Deskripsi model
Particia L. Smith and Tillman J. Ragan (2003) mengemukakan sebuah
model desain sistem pembelajaran yang populer dan profesional yang
memiliki kecenderungan terhadap implementasi teori belajar kognitif.
Hampir semua langkah dan prosedur dalam sistem desain pembelajaran ini
difokuskan pada rancangan tentang srategi pembelajaran.
2. Langkah-langkah model
Model desain yang dikemukakan oleh Smith dan Ragan terdiri dari
beberapa langkah dan prosedur yaitu:
1) Analisis lingkungan belajar
Analisis lingkungan belajar meliputi prosedur menetapkan
kebutuhanakan adanya proses pembelajaran dan lingkungan tempat
program pembelajaran akan di implementasikan. Tahap analisis dalam model
inidigunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-
masalah pembelajaran.
2) Analisis karakteristik siswa
Analisis karakter siswa meliputi aktifitas atau prosedur
untuk mengidentifikasi dan menentukan karakteristik siswa yang
akanmenempuh program pembelajaran yang didesain. Karakter siswa yangakan
menempuh program pembelajaran meliputi kondisi socialekonomi, penguasaan
isi atau materi pelajaran dan gaya belajar. Gaya belajar siswa dapat
dikelompokkan menjadi gaya belajar auditori, gaya belajar visual dan gaya
belajar kinestetik.
3) Analisis tugas pembelajaran
Analisis tugas pembelajaran perlu dilakukan untuk menetapkan tujuan-
tujuan pembelajaran spesifik yang perlu dimiliki oleh pembelajar untuk
menciptakan kompetensi dalam melakukan pekerjaan.
4) Menulis butif tes
Menulis butir tes dilakukan untuk menilai apakah program pembelajaran
yang dirancang dapat membantu siswa dalam mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir-butir tes yang ditulis harus
bersifat valid dan reliable agar dapat digunakan untuk menilai kemampuan
atau kompetensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
5) Menentukan strategi pembelajaran
Menentukan strategi pembelajaran dilakukan untuk mengelola program
pembelajaran yang didesain agar dapat membantu siswadalam melakukan
proses pembelajaran yang bermakna. Strategi pembelajaran dalam konteks
ini dapat diartikan sebagai siasat yang perlu dilakukan oleh instruktur
agar dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
6) Memproduksi program pembelajaran
Program pembelajaran merupakan output dari desain system pembelajaran
yang mencakup deskripsi tentang kompetensi atau tujuan, metode, media,
strategi dan isi atau materi pembelajaran, sertaevaluasi hasil belajar.
7) Melaksanakan evaluasi formatif
Dilakukan untuk menemukan kelemahan-kelemahan dari draf bahan ajar
yang telah dibuat agar segera direvisi.
8) Merevisi program pembelajaran
Dengan melakukan revisi untuk terhadap draf program pembelajaran
diharapkan program tersebut dapat menjadi program pembelajaran yang
berkualitas yaitu pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
MODEL DESAIN BERORIENTASI PRODUK
A. Model Bergman dan Moore
1. Deskripsi model
Bergman dan Moore (1990) mempublikasikan sebuah model yang khusus
ditujukan untuk membimbing dan mengelola produksi produk dari multimedia
interaktif. Setiap kegiatan menentukanmasukan, penyampaian (output), dan
strategi evaluasi. Output dari setiap kegiatan memberikanmasukan untuk
kegiatan berikutnya.
Mereka mengacu pada setiap baris horizontal dari modeltersebut
sebagai fase dan mengingatkan pembaca bahwa meskipun tidak ditampilkan,
mungkin perlu untuk meninjau fase dan menguji kembali aktivitas yang
dipilih. Mereka juga menekankan pentingnya mengevaluasi output
(penyampaian) dari setiap kegiatan sebelum melanjutkan.Daftar pengecekan
yang mereka berikan untuk melakukan evaluasi ini sangat luas dan akan
berharga jika salah satu menggunakan model pengembangan produk yang
berbeda untuk pengembangan multimedia interaktif.
2. Langkah-langkah model
Model Bergman dan Moore yang berisi enam kegiatan utama, berikui 6
langkahnya:
1) Analisis
2) Desain
3) Mengembangkan
4) Memproduksi
5) Author (coding, testing, running)
6) Memvalidasi
B. Mode Bates
1. Deskripsi model
Pembelajaran secara terbuka adalah tujuan utama atau kebijakan
kependidikannya. Karakrakteristik pendidikan terbuka yang utama dan
terpenting adalah menghilangkan semua hambatan untuk belajar. Hal ini
bukan berarti mengharuskan adanya persyaratan bagi siswa untuk belajar,
dan untuk sebagian siswa yang memiliki keterbelakangan, dan sebuah
langkah yang menentukan untuk menyediakan pendidikan pada bentuk yang
sesuai untuk memecahkan masalah keterbelakangan tersebut. Tujuan yang
lain adalah untuk menciptakan lingkungan belajar jarak jauh yang akan
meningkatkan pengalaman bagi peserta melalui interaksi. Dalam
mempertimbangkan pengaturan pendidikan, Bates juga mengklaim "karena
jenis kelamin, ras, dan penampilan fisik, status, atau pengalaman yang
tidak nampak, dan karena akses ke konferensi dapat dibuat dan disediakan
bagi siswa dan guru secara sama, dan setiap orang yang berpartisipasi
yang dinilai semata-mata pada nilai kontribusi mereka, meskipun hal ini
sangat tergantung pada pendekatan yang dilakukan oleh tutor atau
moderator" (Bates, 1995: 11).
Model yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan desain
isntruksional Diklat Jarak Jauh Online adalah model dari kelompok yang
berorientasi produk. Salah satu model yang tepat adalah model
pengembangan instruksional Bates karena memeliki kekhasan yaitu
dikembangkan khusus untuk pembelajaran mandiri, memiliki kejelasan
hubungan antara langkah, pelaku dan produk dan langkahnya tidak kompleks.
2. Langkah-langkah model
Model pengembangan intruksional Bates terdiri dari empat langkah
yaitu:
1) Pengembangan outline diklat
2) Pemilihan media
3) Pengembangan dan produksi bahan ajar
4) Uji coba dan perbaikan
C. Model Nieveen
1. Deskripsi model
Menurut Smith (Nieveen, 1999: 128) prototype merupakan versi awal
atau suatu model dari keseluruhan produk pengembangan. Prototipe dari
keseluruhan produk dibuat sebelum produk final dihasilkan dan
diimplementasikan. Ada bermacam-macam model pembelajaran. Diharapkan guru
dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang baik. Adapun
kriteria model pembelajaran yang baik menurut Nieveen (Trianto, 2007: 8)
adalah sebagai berikut.
a. Valid
Validitas atau ketepatan model pembelajaran berhubungan dengan dua
hal, yaitu rasional teoritik yang kuat dan memilki konsistensi internal.
a. Praktis
Kriterium praktis menunjuk pada: pertama, para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa apa yang mereka kembangkan dapat diterapkan dan kedua,
kenyataan menunjukkan bahwa apa yang mereka kembangkan tersebut betul-
betul dapat diterapkan.
b. Efektif
Efektivitas suatu model pembelajaran ditunjukkan dengan parameter:
pertama, para ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan
bahwa model pembelajaran tersebut efektif, dan kedua, secara operasional
model pembelajaran tersebut memberikan hasl sesuai dengan yang
diharapkan.
2. Langkah-langkah model
a. Preliminary research (studi pendahuluan)
Pada tahap ini dilakukan analisis permasalahan dan pengembangan
kerangka konseptual berdasarkan studi literatur dan peneltian- penelitian
terdahulu. Hasil dari studi pendahuluan ini akan menjadi blueprint
pertama pada tahapan pengembangan ini.
a. Prototyping stage (tahap prototiping)
Pada tahap ini dirancang prototype untuk selanjutnya diujicobakan,
dievaluasi dan direvisi. Ujicoba dalam tahap ini dimaksudkan sebagai
ujicoba oleh ahli untuk selanjutnya dilakukan evaluasi formatif
(kevalidan & kepraktisan) dari prototipe berdasarkan penilaian ahli
(expert judgement).
b. Assessment stage (tahap penilaian)
Selanjutnya setelah melalui tahap penilaian ahli dan revisi, maka
prototype tersebut selanjutnya diujicobakan dalam pembelajaran untuk
dinilai kepraktisan (dari segi pengguna) dan keefektifannya.
c. Systematic reflection and documentation (refleksi dan dokumentasi)
Refleksi dan dukumentasi merupakan kegiatan yang kontinu pada setiap
tahap yang ada dalam proses pengembangan ini. Secara tidak langsung tahap
yang keempat ini telah berada pada ketiga tahap pengembangan sebelumnya.
D. Model Seels dan Glasgow
1. Deskripsi model
Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi media ke dalam dua
kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir.
Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan dan
yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang
diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan
pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi
(misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan
komputer dan hypermedia).
Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas,
tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang
klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata lain, belum
ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya,
terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau memang
tidak akan pernah ada suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang
sahih dan berlaku umum. Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara
yang ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan
informasi tentang spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui.
Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas
perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa
dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu
pembelajaran tertentu.
2. Langkah-langkah model
Model pengembangan intruksional Seels dan Glasgow terdiri dari empat
langkah yaitu:
1) Analysis (analysis problem, task analysis, instructional analysis)
2) Design (obyektives and test, instructional strategy and delivery
system)
3) Develop (material development)
4) Evaluation (formatif and sumatif evaluation)
E. Model Hanafin and Peck
1. Deskripsi model
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri
daripada tiga fase, yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain dan fase
pengembangan atau implementasi. Dalam model ini, penilaian dan
pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model
desain pembelajaran berorientasi produk. Gambar di bawah ini menunjukkan
tiga fase utama dalam model Hannafin dan Peck.
Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan.
Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam
mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan
objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang
diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media
pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi, Hannafin dan Peck
menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum
meneruskan pembangunan ke fase desain.
Fasa yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di
dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk
dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin
dan Peck (dalam Supriatna & Mulyadi, 2009 : 14) menyatakan fase desain
bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaidah yang paling
baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen
yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang mengikut
urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajar dan objektif
media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan.
Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase
ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi.
Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan dan
implementasi. Hannafin dan Peck mengatakan aktivitas yang dilakukan pada
fase ini ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian
formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board akan dijadikan
landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan
media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan
seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada
fase ini. Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan digunakan
dalam proses penyesuaian untuk mencapai kualitas media yang dikehendaki.
Model Hannafin dan Peck (dalam Supriatna & Mulyadi, 2009 : 14) menekankan
proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses
pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase
secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck (dalam Supriatna
& Mulyadi, 2009 : 14) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian
formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang
dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif
dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan. Dengan berpedoman
pada sebuah desain pembelajaran yang telah tersusun, maka pembelajaran di
kelas dapat dilaksanakan dengan lebih terarah dan terencana.
2. Langkah-langkah model
a. Fase analisis kebutuhan.
Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dalam
mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan
objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang
diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media
pembelajaran.
b. Fase desain.
Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam
bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran.
c. Fase pengembangan dan implementasi.
Hannafin dan Peck mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini
ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan
penilaian sumatif.
F. Model ADDIE
1. Deskripsi model
Sebagian besar orang mengatakan bahwa ADDIE merupakan model
pengembangan intruksional. Jika demikian, maka kita harus telusuri
kembali apakah yang dimaksud dengan model itu sendiri. Menurut definisi,
model merupakan representasi yang akurat menyerupai struktur yang ada 2.
Berdasarkan definisi tersebut, model pengembangan intruksional ADDIE
seharusnya akan menjadi representasi yang mencerminkan struktur yang ada
untuk desain instruksional. Namun demikian, kenyataannya ADDIE tidak
hanya dapat digunakan sebagai model pengembangan instruksional. ADDIE
dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa ADDIE bukanlah sebuah model pengembangan instruksional, melainkan
hanya berupa model umum, atau dapat juga disebut sebagai sebuah kerangka
konseptual.
Dalam proses pengembangan sistem instruksional, ADDIE merupakan
sebuah kerangka konseptual yang mengacu pada proses utama dari proses ISD
secara generik: analisis, desain, pengembangan, implemetasi, dan
evaluasi. Dikatakan sebagai kerangka konseptual karena ADDIE menjadi
dasar pemikiran para ahli dalam mengembangakan model desain
instruksional. Model-model instruksional yang ada hingga saat ini
menunjukkan bahwa secara umum di dalamnya unsur-unsur ADDIE, meskipun
secara rinci pelaksanaannya berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan tujuan yang dihasilkan dari masing-masing model
pengembangan instruksional.
2. Langkah-langkah model
Model pengembangan intruksional ADDIE terdiri dari lima langkah
yaitu:
1) Analyze
2) Design
3) Development
4) Implementation
5) Evaluation
MODEL DESAIN BERORIENTASI SISTEM
A. Model Gentry (IPDM Model)
1. Deskripsi model
Gentry (1994) disebut juga Instructional Project Development and
Management (IPDM) dimaksudkan untuk memperkenalkan kedua konsep dan
prosedur dasar dari intruksional desain proses dan proses pendukung.
Modelnya hadir untuk apa yang perlu dilakukan dan bagaimana sesuatu
dilakukan selama proyek pengembangan instruksional. Model Gentry ini
disertai oleh berbagai teknik dan alat bantu pekerjaan untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan instruksional.
Menurut Gentry, model IPDM ditujukan untuk mahasiswa pascasarjana,
berlatih pengembang instruksional, dan guru. Namun, deskripsi
komprehensif dari seluruh proses dan alat-alat yang menyertainya untuk
mengelola proyek-proyek besar membuatnya cocok untuk mengembangkan sistem
skala besar.
Model Gentry ini dibagi menjadi dua kelompok komponen: komponen
pembangunan dan komponen pendukung dengan komponen komunikasi yang
menghubungkan dua bagian.
Model IPDM menekankan pentingnya berbagi informasi antara dua
kelompok komponen selama hidup proyek pengembangan instruksional.
komponen komunikasi adalah "proses dimana informasi penting
didistribusikan dan beredar di kalangan mereka yang bertanggung jawab,
atau terlibat dalam kegiatan proyek.
Kualitas yang unik model Gentry adalah cara bahwa proses pengembangan
instruksional terkait dengan teknik-teknik khusus untuk pelaksanaannya.
Beberapa mungkin melihat model IPDM ini sebagai pendekatan yang agak
mekanistik untuk pengembangan instruksional karena ketergantungannya pada
jargon dan orientasi behavioristik nya. Namun, Gentry memperingatkan
terhadap menjadi terlalu dogmatis dan linear dalam menerapkan modelnya.
model menggambarkan prosedur yang berisi informasi deskriptif dan
preskriptif cukup, dan pada berbagai tingkat detail, untuk membuat
pengenalan yang komprehensif untuk proses dan teknik pengembangan
instruksional.
2. Langkah-langkah model
Komponen pengembangan terdiri dari 8 komponen yaitu: Need analysis,
Adoptio, Desig, Production, Prototyping, Installation, Operation, dan
Evaluation.
1) Analisis (menetapkan kebutuhan dan tujuan prioritas untuk instruksi
yang ada atau yang diusulkan)
2) Adaptasi (membangun penerimaan oleh pengambil keputusan, dan memperoleh
komitmen sumber daya)
3) Desain kebutuhan (menentukan tujuan, strategi, teknik dan media)
4) Produksi (membangun elemen proyek ditentukan oleh desain dan revisi
data)
5) Prototipe (merakit, uji coba, memvalidasi, dan menyelesaikan unit
instruksional)
6) Instalasi (membangun kondisi yang diperlukan untuk operasi yang efektif
dari produk instruksional baru)
7) Operasi (merawat produk instruksional setelah instalasi)
8) Evaluasi (mengumpulkan, menganalisis, dan meringkas data untuk
memungkinkan keputusan revisi).
Ada lima komponen pendukung yaitu Manajemen, Informasi penanganan,
Alokasi anggaran/sumber daya, Personil, Fasilitas.
1) Manajemen (proses dimana sumber daya dikendalikan, terkoordinasi,
terpadu, dan dialokasikan untuk mencapai tujuan proyek)
2) Informasi penanganan (proses memilih, mengumpulkan, menghasilkan,
mengorganisir, menyimpan, mengambil, mendistribusikan, dan menilai
informasi yang diperlukan oleh intruksional desain proyek)
3) Alokasi anggaran/sumber daya (proses untuk menentukan kebutuhan sumber
daya, meresmikan anggaran, dan memperoleh dan mendistribusikan sumber
daya)
4) Personil (proses untuk menentukan kebutuhan staf, mempekerjakan,
pelatihan, menilai, memotivasi , anggota konseling, mencela, dan
mengabaikan intruksional desain proyek)
5) Fasilitas (proses untuk mengatur dan merenovasi ruang untuk desain,
implementasi, dan pengujian unsur instruksi).
B. Model Dorsey, Goodrum, dan Schwen
1. Deskrisi model
Dorsey, Goodrum dan Schwen (1997) menyebutkan proses mereka dengan
Rapid Collaborative Prototyping yang menekankan peran sentral pengguna
terlibat dalam proses pengembangan. Mereka membayangkan desainer bukan
sebagai ahli eksternal yang mengawasi pengembangan, melainkan sebagai
kolaborator pada tim dimana pengguna memainkan peran kunci perancangan.
Mereka percaya bahwa kolaborasi ini, dengan pengguna memainkan peran
sentral dalam semua tahap proses, hasil produk yang lebih baik lebih
mungkin dapat digunakan.
Berdasarkan contoh-contoh yang termasuk dalam deskripsi mereka model,
prototipe kolaboratif cepat tampaknya paling tepat diterapkan di tingkat
pengembangan saja, meskipun mungkin juga dapat digunakan untuk
menghasilkan produk untuk digunakan dalam program. Model mereka memiliki
serangkaian siklus pengujian berulang prototipe. Prototipe awal biasanya
memiliki ketepatan rendah untuk produk yang diinginkan, sedangkan
prototipe kemudian sebenarnya diuji coba memiliki ketepatan yang tinggi
untuk produk yang diinginkan. Kelima siklus adalah: menciptakan visi,
mengeksplorasi prototipe konseptual, percobaan dengan tangan-on mock-up,
prototipe uji coba bekerja, dan sepenuhnya melaksanakan visi berkembang.
Dorsey, Goodrum dan Schwen tidak memberikan informasi rinci tentang
bagaimana pengembangan dan pengujian harus dilakukan, tapi menawarkan
sejumlah prinsip dasar RAPD dalam empat kategori: Proses, interaksi,
kesetiaan, dan umpan balik.
Tiga Prinsip Proses Rapintruksional desain, Collaborative
Prototyping, Memodifikasi secara berulang sebuah prototipe di setiap
tingkatan desain, memodifikasi dan kembali ke prototipe dengan cepat
(kecepatan sangat penting) dan mencari altematif, bukan hanya modifikasi.
Rapid, Collaborative Prototyping memiliki tiga prinsip dalam prosesnya
yaitu prinsip interaksi, prinsip ketepatan, prinsip umpan balik.
Tiga prinsip interaksi adalah: menganggap pengguna sebagai desainer,
hindari penggunaan bahasa teknis, dan memelihara komunikasi yang
konsisten. Masing-masing prinsip terdiri dari tiga prinsip.
Tiga prinsip ketepatan yaitu: menggunakan prototipe ketepatan rendah
hingga mendapatkan umpan balik pada tingkat awal desain dan menggunakan
protorypes ketepatan fidelity tinggi untuk mendapatkan umpan balik
kualitas selama tingkat akhir desain.;mempertimbangkan protorype yang
efektif jika memungkinkan pengguna untuk memberikan umpan balik dan
produktif , dan memanfaatlcan teknologi yang tersedia.
Tiga prinsip umpan balik adalah: menangkap apa yang pengguna suka
dan, yang lebih penting, apa yang dia tidak suka, jika pengguna tidak
ingin, maka perbaiki,jika ingin maka jangan memperbaikinya, dan kumpulkan
data. pada tiga tingkatan (mikro, mini, dan makro).
Model ini sangat interaktif, yang menekankan bentuk dasar cepat di
semua lima unsur ADDIE, membuatnya agak unik intruksional desain
literatur dan merupakan dasar seleksi untuk ulasan. Sayangnya, hal ini
lebih konseptual dari operasional, sehingga rincian bagaimana untuk
menerapkannya kurang. Namun, kami mengantisipasi melihat model yang lebih
seperti di masa depan, mudah-mudahan dengan lebih rinci operasional,
sebagai pengembang berusaha menerapkan bentuk asli cepat untuk semua fase
intruksional desain proses.
2. Langkah-langkah model
Collaborative Prototyping terdiri dari 5 siklus :
1) Penciptaan visi (Create a vision )
2) Eksplorasi prototipe konseptual (Explore conceptual prototypes)
3) Eksperiment
4) Test prototype (Pilot test working prototypes)
5) lmpelementasi penuh dengan visi ( Fully implement the evolving vision)
C. Model Diamond
1. Deskripsi model
Model Selama beberapa tahun, Diamond (1998) dikembangkan dan
disempurnakan model pembangunan yang khusus untuk lembaga pendidikan
tinggi (seefig. 19). Walaupun Model Diamond mungkin dianggap berorientasi
kelas, kami telah menempatkan dalam kategori sistem karena keyakinannya
bahwa pembangunan adalah upaya tim dan sering diarahkan pada luas-
persembahan kurikulum di kecanduan kursus. Diamond juga menekankan
kebutuhan untuk peka terhadap isu-isu politik dan sosial yang ada di
kampus dan dalam departemen akademik. Menjamin bahwa upaya pembangunan
yang diusulkan konsisten dengan prioritas organisasi dan misi merupakan
perhatian penting lain yang agak unik untuk model ini. Diamond diyakini
intruksional desain adalah proses tim dengan masukan yang signifikan dari
personil universitas yang secara khusus ditugaskan untuk membantu
fakultas. Untuk semua alasan ini, modelnya tampaknya paling tepat untuk
klasifikasi sebagai model sistem.
The Diamond Model (1989) khusus untuk pendintruksional desainikan
tinggi. Asumsi yang mendasari:
1) Isu-isu politik dan sosial yang ada di kampus dan dalam departemen
akademik sangat penting.
2) Pengembangan instruksional adalah upaya team, yang konsisten dengan
prioritas dan misi organisasi.
Model Diamond ini dibagi menjadi dua fase: pemilihan proyek dan
desain dan produksi, pelaksanaan dan evaluasi. Selama fase satu,
kelayakan dan keinginan meluncurkan proyek diperiksa. masalah
instruksional seperti proyeksi entrollment, tingkat efektivitas program
yang ada, prioritas kelembagaan, dan fakultas antusiasme semua dianggap
sebelum beggining pembangunan. Diamond merekomendasikan dimulai
intruksional desain proses berpikir dalam hal solusi ideal, tanpa
memperhatikan kendala yang ada. Argumennya adalah bahwa dengan berpikir
suatu hal yang ideal, tim akan lebih kreatif dan innivative dalam
menguraikan solusi kuat. Setelah keputusan dibuat untuk memulai sebuah
proyek, rencana operasional dikembangkan yang menyumbang gol, waktu,
sumber daya manusia dan lainnya, dan kebutuhan siswa.
Selama dua tempat dari kegiatan yang ditentukan dalam model Diamond,
setiap unit kursus kurikulum berlangsung melalui proses tujuh langkah.
Langkah pertama adalah untuk menentukan tujuan unit ini diikuti oleh
desain instrumen evaluasi dan prosedur, langkah yang keluar bersamaan
dengan memilih format instruksional dan memeriksa bahan yang ada untuk
inclussion mereka mungkin dalam sistem. Setelah langkah-langkah telah
diambil, bahan-bahan baru yang diproduksi dan bahan yang ada
dimodifikasi. Menariknya Diamond ini termasuk percobaan bidang sebagai
bagian dari langkah yang sama seperti produksi bahan, walaupun sebagian
besar pengembang model yang membuat langkah mereka terpisah. Juga
implisit untuk langkah ini adalah revisi dari instruksi berdasarkan data
uji lapangan, tapi Berlian termasuk dalam proses revisi. Di samping
langkah terakhir adalah mengkoordinasikan logistik untuk pelaksanaan,
diikuti dengan implementasi skala penuh, termasuk evaluasi dan revisi.
Berlian menekankan cocok dengan keputusan tentang apakah untuk terlibat
dalam pembangunan untuk misi kelembagaan dan rencana strategis, serta
masalah instruksional. Dia juga menekankan perlunya untuk menjamin
fakultas kapal pemilik hasil dari upaya pembangunan dan kebutuhan untuk
sebuah organisasi formal untuk mendukung upaya pengembangan fakultas.
2. Langkah-langkah model
Model Diamond ini dibagi menjadi dua fase: pemilihan proyek, desain,
dan produksi, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Pemilihan proyek, desain, dan produksi
Pemilihan proyek merupakan langkah pertama, langkah dimana menentukan
apa yang akan dikerjakan. Desain merupakan perancangan apa yang akan
dibuat. Sedangkat produksi yaitu menentukan bagaimana itu akan dikerjakan
dan langkah mengerjakan sebuah perancangan.
b. Pelaksanaan dan evaluasi
Pelaksanaan merupakan langkah dimana sesuatu diterapkan. Dan langkah
yang terakhir yaitu evaluasi yang merupakan langkah penilaian yang
bertujuan melihat sesuatu yang telah dibuat tadi memerlukan perbaikan
atau sesuatu itu siap digunakan di lapangan.
D. Model Smith dan Ragan
1. Deskripsi model
Smith dan Ragan (1999) telah dibuat dan proses desain instruksional
Model yang menjadi semakin populer dengan mahasiswa dan profesional di
bidang teknologi instruksional yang sangat tertarik pada dasar psikologi
kognitif dari proses intruksional desain. Hampir setengah dari prosedur
dalam model mereka mengatasi desain dalam strategi struksional.
Model Smith dan Ragan mencerminkan keyakinan filosofis mereka yang
menerapkan proses yang sistematis, pemecahan masalah dapat mengakibatkan
efektif instruksi, berpusat pada peserta didik. Model mereka mempunyai
keterangan yang kuat di bidang pengembangan strategi pembelajaran yang
spesifik, dibanding sebuah kelemahan umum yang banyak pada model lainnya.
Model Smith dan Ragan dianggap sangat kuat di bidang pengembangan
strategi instruksional, sehingga efektif, instruksional yang berpusat
pada pelajar.
2. Langkah-langkah model
Model ini terdiri dari tiga Fase, yaitu:
a. AnaIisis
1) Menganalisis lingkungan belajar
2) Menganalisis peserta dintruksional desainik (menggambarkan karakter
stabil peserta didik; menggarnbarkan perubahan arah peserta didik)
3) Menganalisis tugas belajar
4) Menulis item-item test
b. Tentukan strategi instruksional
1) Menghasilkan lnstruksi (kembangkan bahan Intruksional)
2) Melakukan evaluasi formatif
3) Merevisi instruksional
Strategi intruksional menetapkan hal-hal sebagai berikut:
1) Strategi organisasi
2) Strategi penyampaian
3) Strategi pengelolaan, selanjutnya
4) Tulis dan produksi instruksional
c. Evaluasi
1) Melakukan Evaluasi Formatif
2) Merevisi instruksional
E. Model Dick, Carey, dan Carey
1. Deskripsi model
Tanpa ragu, model intruksional desain yang paling banyak dikutip
adalah salah satu awalnya diterbitkan oleh Walter Dick dan Lou Carey yang
mereka sekarang telah menambahkan James Carey. Kedua pendukung
intruksional desain dan kritikus paling kuat yang hampir selalu mengutip
model ini ketika mengekspresikan pendapat mereka mengenai keinginan
sistematis merancang instruksi. Model Carey dan Carey (2001) telah
menjadi standar semua model dibandingkan intruksional desain lain (dan
pendekatan alternatif untuk desain dan pengembangan instruksi). karenanya
kita termasuk dalam publikasi ini juga. Dalam teks ini banyak digunakan,
sekarang dalam edisi kelima (Dick, carey dan carey, 2001), model tidak
berubah dari edisi sebelumnya. Model ini mungkin dianggap produk-
berorientasi daripada sistem berorientasi tergantung pada ukuran dan
ruang lingkup langkah satu-kegiatan.
Kebutuhan untuk mengidentifikasi (menilai instruksional tujuan).
Banyak dari contoh-contoh dan lembar kerja yang tampak harus diarahkan
dalam mengembangkan hasil pembelajaran tertentu , tetapi bagian dari
cerita lebih menunjukkan perspektif . Untuk tujuan itu, kami menganggap
itu sebagai suatu kursus atau sistem model tingkat yang juga berlaku
untuk pembelajaran yang memiliki fokus yang lebih terbatas. Perlu dicatat
bahwa mereka menggunakan desain istilah instruksional untuk proses
keseluruhan yang kita definisikan sebagai pengembangan instruksional.
Dick dan Carey membuat kontribusi yang signifikan terhadap bidang
desain instruksional dengan memperjuangkan pandangan sistem pengajaran,
berbeda dengan mendefmisikan instruksi sebagai jumlah dari bagiambagian
yang terisolasi. Model ini membahas instruksi sebagai keseluruhan sistem,
dengan fokus pada hubungan timbal balik antara konteks, konten,
pembelajaran dan pengajaran. Menurut Dick dan Carey, 'Komponen seperti
instruktur, peserta didik, materi, kegiatan pembelajaran, sistem
pengiriman, dan pembelajaran dan kinerja Iingkungan berinteraksi satu
sama lain dan bekerja sama untuk mewujudkan hasil belajar siswa yang
diinginkan.
2. Langkah-langkah model
Komponen Model Pendekatan Sistem, juga dikenal sebagai Dick dan Carey
Model, adalah sebagai berikut:
a. ldentifikasi tujuan lnstruksional
menyatakan pernyataan tujuan yang menjelaskan keterampilan,
pengetahuan atau sikap (SKA) bahwa pelajar akan diharapkan untuk
menunjukkan.
Melakukan Analisis lnstruksional mengidentifukasi apa pelajar harus
ingat; mengidentifikasi apa pelajar harus mampu Iakukan untuk melakukan
tugas tertentu.
Menganalisis Peserta didik dan Konteks mengidentifukasi karakteristik
umum target audiens termasuk keterampilan sebelumnya, pengalaman
sebelumnya, dan demografi dasar; mengidentifikasi karakteristik Iangsung
berhubungan dengan keterampilan yang akan diajarkan; dan menganalisis
pengaturan kinerja dan pembelajaran.
Menulis Tujuan Kinerja menulis tujuan yang terdiri dari deskripsi
perilaku, kondisi dan kriteria.
Mengembangkan Instrumen Penilaian mengidentifikasi tujuan pengujian
kemampuan awal, pretesting, pasca-pengujian, dan praktek.
Mengembangkan Strategi Pembelajaran mengembangkan kegiatan
prainstruksional, presentasi isi, partisipasi peserta didik, dan
penilaian.
b. Mengembangkan dan pilih bahan ajar
Desain dan Perilaku Formatif Evaluasi Instruksi mengidentifikasi area
bahan ajar yang membutuhkan perbaikan.
Merevisi Instruksi merevisi bahan dan melakukan evaluasi formatif
tambahan yang diperlukan.
c. Desain dan melakukan evaluasi sumatif
Model Dick dan Carey mencerminkan proses proses fundamental desain
yang digunakan di banyak bisnis, industri, pemerintah, dan pengaturan
pelatihan militer, serta pengaruh teknologi kinerja dan aplikasi komputer
untuk instruksi. Hal ini merupakan keterangan rinci dan bermanfaat selama
analisis dan evaluasi tahap proyek (perancangan).
DAFTAR PUSTAKA
Wicaksono, D. 2016. Instructional Development Models. Tersedia pada:
http://alivixongko.blogspot.co.id/2016/09/instructional-development-
models .html. (23 Desember 2016).
Sujarwo. Desain Sistem Pembelajaran. Tersedia pada:
http://staff.uny.ac.id/sites/
default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./Desain%20Pembelajaran-
pekerti.pdf. (23 Desember 2016).
Awan'n, M. Bergman dan Moore. Tersedia pada: https://www.scribd.com/doc/14
5522383/Bergman-Dan-Moore. (23 Desember 2016).
Suryadi, A. 2013. Penerapan Model Bates Dalam Desain Djj Online. Tersedia
pada: http://www.academia.edu/4226508/PENERAPAN_MODEL_BATE S_
DALAM_DESAIN_DJJ_ONLINE. (23 Desember 2016).
Nurrohmah, C. 2015. Model Desain Pembelajaran Menurut a. W. Bates. Tersedia
pada: http:// www.edukasi.in/2015/08/model-desain-pembelajaran-menurut-
w.html. (23 Desember 2016).
Kuntjojo. 2009. Model Pembelajaran. Tersedia pada: https://ebekunt.word
press.com/2009/09/25/ untitled-2/. (23 Desember 2016).
Rahmawati, U. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika. Tersedia
pada: http://eprints.uny.ac.id/11632/7/tessis-uki-rahmawati-
11709251040. pdf. (23 Desember 2016).
Juliantara, P. 2015. Media Pembelajaran: Arti, Posisi, Fungsi, Klasifikasi,
dan Karakteristiknya. Tersedia pada:
http://www.kompasiana.com/ikpj/media-pembelajaranarti-posisi-fungsi-
klasifikasi-dan-karakteristiknya_54ff4771a3 3311874a50fb9a. (23
Desember 2016).
Mita, S. 2015. Model Pengembangan Instruksional. Tersedia pada:
https://septia nimitaa.wordpress.com/tag/model-pengembangan-
instruksional/. (23 Desem ber 2016).
Sujarwo. Desain Sistem Pembelajaran. Tersedia pada:
http://staff.uny.ac.id/sites/
default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./Desain%20Pembelajaran-
pekerti.pdf. (21 Desember 2016).
Setiawati, Eti. 2015. DESAIN Analisis Perbandingan Model Pembelajaran.
Tersedia pada: http://www.academia.edu/19909381/DESAIN_analisis_per
bandingan_model_pembelajaran. (21 Desember 2016).
Hery. 2011. Perencanaan Pembelajaran Model Banathy. Tersedia pada: https:
//herydotus.files.wordpress.com/2011/11/perencanaan-pembelajaran-model-
banathy.docx. (21 Desember 2016).
Hastuti. 2014. Model Pembelajaran PPSI. Tersedia pada: https://tugas2kam
pus.wordpress.com/2014/07/21/model-pembelajaran-ppsi/. (21 Desember
2016).