Pengkajian Status Mental Dan Kognitif KlienFull description
Pre/post test Short Portable Memory Status Queisionaire for dementia
Pre/post test Short Portable Memory Status Queisionaire for dementia
Orthogonal Frequency Division Multiplexing OFDM has been recently applied wide in wireless communication systems, as a result of its high rate, transmission capability with high information measure, potency and its strength to multipath delay .Channe
Mini Mental-State Examination (MMSE) Disebut juga Folstein test adalah tes yang digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya pelemahan kognitif (cognitive impairment) pada pasien. Tes dilakukan dengan memberikan pertanyaan sederhana atau masalah pada pasien dengan cakupan: tempat dan waktu tes dilakukan, mengulangi beberapa kata, aritmatika, penggunaaan dan pemahaman bahasa, dan kemampuan motorik dasar. Penampilan Pemeriksa akan melihat apakah penampilan pasien sesuai dengan usia pasien. Pemeriksa juga akan melihat ada/tidaknya penamulan fisik yang berkaitan dengan kondisi tertentu seperti nose bridge yang datar pada Sindrom Down. Pemeriksa akan melihat apakah pasien terawatt dengan baik dinilai dari kerapihan dan kebersihat pakaian serta tubuh. Pemeriksa akan melihat apakah pasien nyaman dengan situasi sosial. Pemeriksa juga akan menilai bahasa tubuh yang ditampilkan oleh pasien serta pergerakan yang menjadi karakteristik dari kondisi tertentu seperti kontraksi otot atau pergerakan otot berlebih. Pemeriksa akan mengobservasi bagaimana pasien melakukan kontak mata dengan orang lain. Orientasi Orientasi pasien pada waktu, tempa, dan mengenai seseorang akan dites. Orientasi yang abnormal dapat menjadi indikasi adanya penggunaan alkoho, obata-obatan tertentu, trauma kepala, defisiensi nutiris, atau penyakit otak organik. Untuk mengetahui status orientasi pasine, pemeriksa akan memberikan beberapa
pertanyaan
seperti
nama
dan
usia.
Pemeriksa
juga
akan
menanyakan riwayat atau pekerjaan sekarang juga di mana pasien tinggal. Pasien juga akan ditanyai mengenai tanggal dan tahun saat diperiksa. Rentang Perhatian Rentang perhatian pasien juga akan dites untuk mengetahui apakah pasien dapat
menyelesaikan
pikiran
yang
dipikirkan,
kemampuan
pasien
menyelesaikan masalah dan apakah pasien mudah teralihkan perhatiannya. Rentang perhatian yang abnormal dapat menjadi indikasi adanya attention deficit disorder (ADD) pada orang dewasa, kelainan kepribadian, dan skizofrenia. Pemeriksa mungkin akan meminta pasien untuk menghitung mundur dari angka tertentu juga meminta pasien untuk mengeja kata-kata dari depan atau dari belakang. Pasien juga dapat diminta untuk mengikuti instruksi tertentu.. Memori Baik memori jangka panjang maupun memori jangka pendek pada pasien akan dites. Kehilangan memori jangka pendek biasanya mengindikasikan masalah
medis
sedangkan
kehilangan
memori
jangka
panjang
mengindikasikan demensia. Pemeriksa akan menanyakan beberapa kejadian yang baru saja terjadi seperti siapakah presiden yang menjabat saat ini. Pemeriksa juga dapat menanyakan perjalan yang baru saja pasien lakukan. Untuk melakukan tes pada ingatan pasien, pemeriksa akan mengatakan tiga kata pada pasien. Pasien kemudian diminta untuk mengulang kata-kata tersebut setelah beberapa menit. Pemeriksa juga akan mengetes ingatan jangka panjang pasien dengan menanyakan pasien mengenai masa muda atau masa kecil pasien. Bahasa
Tes bahasa hanya dapat dilakukan apabila pasien memiliki kemampuan untuk menulis dan membaca. Pemeriksa akan menilai kemampuan menulis dan membaca serta kemampuan pasien memahami kata-kata. Hasil tes bahasa yang abnormal dapat menjadi indikasi terjadinya demensia, trauma kepala, stroke, atau bahkan transient ischemic attack (TIA). Untuk tes bahasa, pasien dapat diminta untuk menyelesaikan kaliman dan mengikuti instruksi tertulis. Pemeriksa juga akan meminta pasien utnuk menulis nama-nama benda yang terdapat di ruang pemeriksaan seperti meja atau pulpen. Pemeriksa juga dapat meminta pasien untuk menyebutkan nama-nama dimulai dari abjad tertentu dalam kategori tertentu. Keputusan Tes
keputusan
digunakan
utuk
menilai
kemampuan
pasien
dalam
menyelesaikan masalah dan kemampuan untuk membuat keputusan yang dapat diterima. Hasil penilaian keputusan yang abnormal dapat menjadi indikasi terjadinya skizofrenia, retardasi mental atau pnyakit otak organik. Pasien dapat diminta untuk menggambar jam yang menunjukkan waktu tertentu. Pasien juga dapat ditanyakan mengenai apa yang akan pasien lakukan apabila berada dalam situasi tertentu yang mungkin terjadi di kehidupan sehari-hari. Nilai tertinggi dari MMSE adalah 30. Metode Single Cutof Range
Skor <24 <21
Interprestasi Abnormal Meningkatkan kemungkinan menderita
>25
demensia Menurunkan kemungkinan menderita
Pendidikan
21
demensia Abnormal
untuk
pendidikan kelas 8 <23
Abnormal
<24
pendidikan SMA Abnormal
Keparahan
untuk untuk
24 -30
pendidikan kuliah Tidak ada pelemahan
18-23
kognitif
0-17
Pelemahan
kognitif
ringan Pelemahan
kognitif
berat
Tabel: Interpretasi Skor MMSE Skor MMSE pada pasien didapatkan 18 merupakan skor yang abnormal. Terjadi peningkatan kemungkinan menderita demensia pada pasien. Menilik dari tingkat pendidikan pasien yang merupakan lulusan SD, skor MMSE yang didapatkan adalah abnormal. Skor di bawah 24 biasanya mengindikasikan adanya hendaya kognitif. 24-30 (normal) 17-23 (probable) < 16 (definitif) Atau 25-30 (normal) 21-24 (gangguan ringan) 10-20 (gangguan sedang)