METODOLOGI UNTUK MERANCANG TES DETAILS OF BALANCES MENGGUNAKAN MODEL RISIKO AUDIT.
Dalam bab ini, akan dipelajari tes fase ketiga dalam proses audit, yaitu mengenai bagaimana substantive analyticval procedures dan test of detailed balance dalam siklus penjualan dan penagihan. Dalam tes fase ketiga ini, terdapat dua akun di balance sheet yang dapat menjadi objek yaitu account receivable (piutang usaha) dan allowance for uncollectible accounts (penyisihan piutang tak tertagih)
Dalam merancang tes details of balances piutang usaha, auditor harus memenuhi masing-masing dari delapan tujuan audit, yaitu:
Detail tie-in: Account receivable dalam aged trial balance sesuai dengan jumlah yang ada pada master file, dan total jumlahnya benar serta sesuai dengan yang ada pada buku besar.
Existence: Pencatatan di Account Receivable ada.
Completeness: Semua accounts receivable yang ada telah dimasukkan dalam pencatatan
Accuracy: Semua Account receivable yang tercatat akurat
Classification: Account Receivable diklasifikasikan dengan benar
Cutoff: Cutoff dalam account receivable benar
Realizable value: Account receivable diungkapkan dalam nilai realisasi
Rights: Klien mempunyai hak atas account receivable
Phase ISet tolerable misstatement and assess inherent risk for accounts receivableIdentify client business risks affecting Accounts ReceivableAssess control risk for sales and collection cycle
Phase I
Set tolerable misstatement and assess inherent risk for accounts receivable
Identify client business risks affecting Accounts Receivable
Assess control risk for sales and collection cycle
Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi nilai realisasi (realizable value) pada account receivable (Fase 1)
Tes terhadap account receivable dilakukan auditor berdasarkan prosedur risk assessment yang memberikan pemahaman mengenai bisnis dan industri klien. Dalam tahap ini, auditor:
Mempelajari bagaimana lingkungan bisnis dari industri klien
mengevaluasi bagaimana objektif dari manajemen
mengamati bagaimana proses bisnis klien berlangsung untu
Hal – hal diatas dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat mempengaruhi laporan keuangan, termasuk account receivables. Dalam proses ini, auditor juga melakukan preliminary analytical procedure yang memungkinkan untuk menunjukkan indikasi peningkatan risiko salah saji dalam account receivable. Risiko bisnis dari klien tersebut memiliki kaitan dalam penentuan inherent risk dan planned evidence dari account receivable.
Menentukan salah saji yang ditoleransi dan Asses menilai Risiko Inheren (Fase 1)
Auditor harus melakukan preliminary judgement tentang materialitas untuk keseluruhan laporan keuangan termasuk account receivable, karena Pada dasarnya account receivable adalah salah satu akun yang material pada laporan keuangan.
Auditor menilai risiko yang melekat pada setiap sasaran akun, seperti account receivables, mengingat risiko bisnis klien dan sifat industri klien. PSA 70 (SA 316)
menunjukkan bahwa auditor harus mengidentifikasi risiko inheren khusus untuk pengakuan pendapatan yang mempengaruhi penilaian risiko auditor yang melekat untuk tujuan: eksistensi, cutoff penjualan, dan retur penjualan dan cutoff allowance.
Menilai Risiko pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Fase 1)
Cara yang efektif bagi manajemen untuk menjaga hubungan dengan customer salah satunya adalah dengan melakukan kontrol internal atas penjualan dan penerimaan kas dan terkait account receivable. Auditor selalu memperhatikan tiga aspek kontrol internal yaitu:
Kontrol untuk mencegah dan mendeteksi adanya penggelapan
Kontrol tehadap cutoff
Kontrol terkait AFDA
Selanjutnya, auditor harus menghubungkan risiko pengendalian dari transaksi yang berhubungan dengan tujuan audit (transaction-related audit objectives
dan balance-related audit objectives) untuk menentukan planned detection risk dan planned evidence dalam test of detailed balance.
Gambar berikut ini menunjukkan hubungan antara dua kelas transaksi utama dalam siklus penjualan dan penagihan.
Dua aspek khusus dalam hubungan di atas adalah
Terkait penjualan, occurrence transaction-related audit objective memengaruhi existence balance related audit objective. Terkait penerimaan cash, occurrence transaction-related audit objective memengaruhi completeness balance-related audit objective;
Realizable value dan rights account receivable balance-related audit objective tidak terpengaruhi oleh risiko pengendalian.
Phase IIDesign and perform tests of controls andsubstantive tests of transactionsfor the sales and collection cycle
Phase II
Design and perform tests of controls and
substantive tests of transactions
for the sales and collection cycle
Desain dan Lakukan test of controls Subtantive test of Transaction (Fase II)
Chapter-chapter sebelumnya kita mempelajari prosedur audit test of control, substantive test, menentukan ukuran sampel, dan evaluasi. Hasil dari test of control digunakan untuk
menentukan apakah prosedur assessment terhadap sales and cash receipt perlu direvisi.
Sedangkan, hasil substantive test digunakan untuk menentukan sejauh mana planned detection risk menggambarkan account receivable balance-related audit objectives.
Phase IIISample sizeDesign and perform analytical procedures for accounts receivableDesign tests of details of accounts receivable balance to satisfy balance-related objectivesAudit proceduresItems to selectTiming
Phase III
Sample
size
Design and perform analytical procedures for accounts receivable
Design tests of details of accounts receivable balance to satisfy balance-related objectives
Audit procedures
Items to select
Timing
Design and Perform Analytycal Procedures (Fase III)
Analytical Procedures digunakan pada fase 3 tahap dalam audit, yaitu:
tahap perencanaan (planning),
Pada saat melaksanakan detailed test
Pada tahap akhir audit (completing phase).
Sebagian besar prosedur analitik pada tahap detailed test dilaksanakan setelah tanggal neraca namun sebelum dilaksanakannya test of detailed balance. Auditor akan melaksanakan prosedur analitik untuk semua siklus penjualan dan penerimaan, bukan hanya pada akun piutang. Hal ini dikarenakan adanya hubungan yang erat antara laporan laba rugi dan akun-akun neraca. Tabel di bawah ini merupakan contoh dari rasio dan perbandingan untuk siklus penjualan dan penerimaan serta salah saji potensial yang dapat ditemukan melalui prosedur analitik. Yang perlu diperhatikan adalah, walaupun tabel berikut fokus pada perbandingan antara tahun berjalan dan tahun sebelumnya, auditor juga harus tetap mempertimbangkan hasil tahun berjalan dengan target yang telah ditetapkan dan tren pada industri terkait.
Prosedur Analitik
Kemungkinan salah saji
Membandingkan persentase gross margin dengan tahun sebelumnya.
Overstatement dan understatement pada akun penjualan dan akun piutang.
Membandingkan penjualan per bulan dengan tahun-tahun sebelumnya
Overstatement dan understatement pada akun penjualan dan akun piutang
Membandingkan retur penjualan sebagai persentase terhadap penjualan dengan tahun sebelumnya
Overstatement dan understatement pada akun
retur penjualan dan akun piutang
Membandingkan saldo konsumen dengan saldo tahun Sebelumnya
Salah saji pada akun piutang
Membandingkan BDE sebagai persentase terhadap penjualan dengan tahun sebelumnya
Overstatement dan understatement pada akun
BDE dan AFDA
Membandingkan aging categories sebagai persentase terhadap akun piutang dengan tahun sebelumnya
Overstatement dan understatement pada akun
BDE dan AFDA
Membandingkan AFDA sebagai persentase terhadap akun piutang dengan tahun sebelumnya
Overstatement dan understatement pada akun
BDE dan AFDA
Sebagai tambahan, auditor juga harus mengkaji ulang akun piutang yang memiliki jumlah yang terlalu besar dan yang tidak biasa, seperti piutang yang sudah terlalu lama, piutang yang berasal dari pihak-pihak terkait, serta credit balances.
Karena prosedur analitik merupakan uji subtantive, hasil yang sesuai harapan pada pengujian ini akan mengurangi jumlah yang harus diuji pada test of detailed balance.
Sebaliknya, jika hasil prosedur analitik tidak sesuai harapan, maka auditor harus melakukan wawancara tambahan dengan pihak manajemen.
Merancang dan melakukan Test of Detailed of Account Receivables Balance
Hasil dari test of detailed balance akan bergantung pada faktor-faktor yang ada pada evidence planning worksheet. Kesulitan dalam melaksanakan pengujian ini adalah penilaian untuk setiap faktor tersebut sangat subjektif.
DESAIN TESTS OF DETAILES OF BALANCES
Dalam melakukan test of detailed balances untuk Account Receivables, auditor tetap akan melakukan pemeriksaan terhadap income statement account, dalam hal ini Sales Account. Hal yang penting dalam test of detailed balances adalah melakukan konfirmasi pada tiap akun-akun yang bersangkutan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan test of detailed balances pada akun Account Receivables adalah:
Account Receivables telah sesuai dengan Master File dan General Ledger (aged trial balances)
master file sesuai tanggal balance sheet termasuk saldo AR tiap konsumen dan menyajikan secara rinci tiap saldo berdasarkan waktu tertentu antara tanggal penjualan dan tanggal balance sheet.
Accounts Receivable yang telah tercatat benar-benar ada (exist)
Konfirmasi saldo AR konsumen merupakan langkah yang penting dalam melakukan test of detailed balances untuk menentukan bahwa AR yang tercatat benarbenar ada. Apabila konsumen tidak memberikan respon mengenai konfirmasi yang telah dilakukan oleh auditor, auditor melakukan pemeriksaan terhadap dokumen pengiriman untuk memastikan pengiriman barang dan mencari bukti mengenai penerimaan kas untuk menentukan bahwa AR telah benar-benar diterima (collect).
Semua Account Receivable yang ada sudah dimasukkan
Apabila terdapat kejadian dimana AR tidak tercatat dalam aged trial balance
sehingga menyulitkan auditor dalam melakuakan test of detailed balances, maka hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan substantive test of transaction terhadap pengiriman barang yang tidak tercatat (completeness objective for tests of sales transaction) dan analytical procedures.
Account Receivables sudah akurat
Konfirmasi terhadap akun-akun tertentu yang berhubungan pada trial balances adalah hal yang dilakukan untuk melakukan test of detailed balances dalam mengukur akurasi saldo Accounts Receivable.
Account Receivables telah diklasifikasikan secara tepat
Audit dapat mengevaluasi pengklasifikasian Accounts Receivable dengan relative lebih mudah dengan melakukan proses review terhadap aged trial balance untuk nilai Accounts Receivable pihak afiliasi atau pihak lain yang material.
Cutoff untuk Account receivables telah benar
Tujuan dari adanya cutoff adalah untuk melakukan verifikasi apakah transaksi yang terjadi disekitar akhir periode akuntansi telah dicatat dalam periode yang tepat. Cutoff misstatement terjadi ketika transaksi yang seharusnya dicatat diperiode sekarang dicatat diperiode berikutnya atau sebaliknya. Cutoff misstatement dapat terjadi pada akun sales, sales returns and allowances, dan cash receipts. Untuk setiap cutoff dalam akun diatas, auditor memerkulan 3 pendekatan untuk menentukan reasonableness of cutoff:
Menentukan criteria yang tepat mengenai cutoff;
Melakukan evaluasi apakah klien telah melakukan prosedur yang tepat mengenai cutoff;
Melakukan tes apakah cutoff sudah benar.
Account receivables dinyatakan dalam Realizable value
Realizable value dari nilai AR = Gross Account Receivable –
Allowance for Uncollectible Account (AFDA)
Realizable value dari nilai AR = Gross Account Receivable –
Allowance for Uncollectible Account (AFDA)
Untuk menentukan AFDA, klien melakukan perhitungan mengenai jumlah AR yang tidak dapat tertagih. Namun, klien tidak dapat memperhitungkan jumlah tersebut secara tepat. Oleh karena itu auditor akan melakukan perhitungan tersendiri dengan membuat audit schedule untuk menganalisa AFDA dan kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan klien.
The client has right to Account Receivables
Dalam kasus tertentu porsi dari AR yang dimiliki klien menjadi kolateral atau dijual kepada pihak lain sehingga auditor perlu untuk melakukan pengecekan.
Account Receivables Presentation and Disclosure
Untuk melakukan evaluasi ketepatan dalam penyajian dan pengungkapan, auditor harus memiliki pemahaman terhadap standard akuntansi mengenai syarat penyajian dan pengungkapan.
KONFIRMASI DARI ACCOUNTS RECEIVABLE
Standar auditing mensyaratkan konfirmasi putang dagang dalam kondisi normal. PSA 07 menyebutkan tiga pengecualian terhadap persyaratan konfirmasi tersebut, yaitu:
Piutang dagang jumlahnya tidak material.
Tingkat respons yang rendah.
Kombinasi tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian rendah.
Konfirmasi piutang dagang dibagi menjadi dua:
Konfirmasi positif.
Konfirmasi positif adalah komunikasi yang ditujukan kepada debitor untuk meminta konfirmasi secara langsung apakah saldo yang disebutkan dalam konfirmasi benar atau salah.
Konfirmasi positif diantaranya adalah:
Formulir konfirmasi kosong.
Konfirmasi tagihan.
Konfirmasi negatif.
Konfirmasi negatif adalah komunikasi yang juga ditujukan kepada debitor, tetapi
hanya meminta respons jika debitor tidak menyetujui jumlah yang dinyatakan dalam
konfirmasi.
Konfirmasi negatif hanya dapat dilakukan apabila tiga kondisi berikut dipenuhi:
1. Piutang dagang terdiri dari sejumlah besar akun bersaldo kecil.
2. Kombinasi antara risiko pengendalian dan risiko bawaan rendah.
3. Jika diyakini bahwa penerima konfirmasi tidak mengabaikan konfirmasi yang diminta.
Penetapan Waktu (Timing)
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi diperoleh saat konfirmasi tersebut
dikirimkan sesegara mungkin setelah penutupan tanggal neraca.
Keputusan pengambilan jumlah sampel ditentukan oleh beberapa faktor:
Salah saji yang dapat diterima.
Risiko yang tak terhindarkan (ukuran relatif dari total piutang dagang, jumlah akun, hasil pengujian tahun sebelumnya, dan ekspektasi salah saji).
Risiko pengendalian
Risiko deteksi yang diperoleh dari pengujian substantif lainnya.
Tipe konfirmasi
Surat konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak dapat dianggap sebagai
bukti audit. Tindak lanjut bila tidak ada tanggapan:
Memeriksa penerimaan kas pada masa tenggat
Memeriksa duplikat faktur penjualan
Memeriksa dokumen pengiriman
Ketika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auditor harus menentukan
alasan jika ditembukan perbedaan. Jenis perbedaan yang biasa terjadi pada hasil konfirmasi
meliputi:
Pembayaran sudah dilakukan
Misalnya pelanggan sudah melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, akan
tetapi klien belum menerima pembayaran saat pencatatan sebelum tanggal konfirmasi.
Barang belum diterima.
Perbedaan ini biasanya timbul karena klien mencatat penjualan pada tanggal pengiriman dan pelanggan mencatat pembelian pada saat penerimaan barang.
Pengembalian barang
Kesalahan klien dalam mencatat memo kredit dapat terjadi karena beda waktu atau
kesalahan pencatatan retur dan cadangan penjualan.
Kesalahan klerikal dan jumlah yang dipertentangkan
Perbedaan terjadi biasanya karena adanya kesalahan atas harga barang, kerusakan barang,dan lain-lain.
Setelah melewati semua tahap tersebut, auditor haurs melakukan pengambilan kesimpulan.
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal berikut:
Evaluasi ulang pengendalian internal
Evaluasi kondisi kualitatif dari salah saji
Tentukan apakah bukti memadai telah diperoleh
Developing Test of Detailed Audit Program
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada proses ini, adalah:
Tolerable Mistatement
Acceptable audit risk
Inherent risk
Control risk
Subtantive test of transactions result
Analytical procedures
Planned detection risks