Metode Laba Kotor Metode laba kotor merupakan metode yang banyak digunakan oleh para akuntan intern untuk mengestimasi harga perolehan persediaan yang tersisa pada saat dilakukannya penyusunan laporan keuangan sementara (interim report), atau oleh juru taksir asuransi dalam menaksir harga perolehan persediaan yang tersisa sesaat sebelum terjadinya kebakaran atau bencana lainnya yang mengakibatkan adanya kerusakan pada persediaan barang dagangan. Metode ini dapat dengan mudah dan cepat mengestimasi harga perolehan persediaan yang terserap dalam persediaan yang telah terjual (harga pokok penjualan) dan harga perolehan yang melekat pada persediaan yang tersisa. Metode laba kotor menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode dimaksud untuk mengestimasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya diestimasikan dari tingkat actual dari tahun sebelumnya, disesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi dalam harga pokok dan harga jual selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba kotor,jumlah dolar penjualan untuk suatu periode periode dapat dibagi ke dalam 2 komponen: 1. Laba kotor 2. Harga pokok penjualan Harga pokok penjualan dapat dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk dijual guna mendapatkan estimasi harga pokok persediaan. Dalam penggunaan metode penentuan harga perolehan ini selalu diasumsikan bahwa rasio laba kotor tahun sekarang adalah sama atau sebesar rasio laba kotor tahun sebelumnya atau rasio laba kotor rata-rata selama periode tertentu. Rasio laba kotor tidak lain adalah persentase laba kotor dari penjualan bersih. Langkah-langkah penentuan harga perolehan persediaan menurut metode ini adalah: 1. Tentukan rasio laba kotor tahun sebelumnya sebelumn ya atau rasio rata-rata laba kotor. 2. Tentukan besarnya harga pokok penjualan dengan cara mengalikan rasio laba kotor dengan penjualan bersih periode sekarang.
3. Tentukan nilai persediaan siap dijual berdasarkan catatan-catatan dalam akuntansi perusahaan. 4. Persediaan akhir dapat ditentukan dengan cara mengurangkan persediaan siap dijual terhadap harga pokok penjualan.
Evaluasi atas Metode Laba Kotor Apa kelemahan utama metode laba kotor? Salah satu kelemahan utamanya adalah bahwa metode ini menghasilkan suatu estimasi: Akibatnya,perhitungan fisik persediaan harus dilakukan sekali setahun untuk memeriksa jumlah persediaan yang sebenarnya ada di tangan. Kedua, metode laba kotor menggunakan persentase masa lalu dalam menentukan markup. Walaupun masa lalu sering kali dapat memberikan jawaban atas masalah masa depan, namun persentase masa kini pasti lebih akurat.Di sini harus diperhatikan bahwa setiap kali fluktuasi yang signifikan terjadi,persentase ini harus disesuaikan. Ketiga, aplikasi persentase – laba-kotor-kelompok harus dilakukan secara hati-hati. Sering kali, sebuah took atau departemen menangani barang dagang yang memiliki persentase laba kotor yang beragam. Dalam situasi ini, metode laba kotor mungkin harus diaplikasikan menurut subbagian, lini barang dagang, atau dasar serupa yang mengklasifikasikan barang dagang menurut persentase laba kotornya masing-masing. Metode laba kotor biasanya tidak boleh dipakai bagi tujuan pelaporan keuangan karena hanya menyediakan suatu estimasi. Perhitungan fisik persediaan diharuskan oleh GAAP sebagai verifikasi tambahan bahwa persediaan yang ditunjukkan dalam catatan benar-benar ada di tangan. Meskipun demikian, metode laba kotor dibolehkan untuk menentukan persediaan akhir bagi tujuan pelaporan interim (biasanya kuartalan) dan pemakaian metode ini harus diungkapkan dalam catatan kaki. Perhatikan bahwa metode laba kotor akan menyerupai metode persediaan yang dipakai (FIFO,LIFO, Biaya Rata-rata )karena metode itu didasarkan atas catatan histories. Persediaan akhir ditentukan dengan cara persediaan awal ditambah dengan pembelian selama satu periode kemudian dikurangi dengan harga pokok barang yang dijual pada periode yang bersangkutan. Untuk menentukan harga pokok penjualan, penjualan yang telah dicatat
dalam rekening penjualan dikurangi dengan laba kotornya. Umumnya laba kotor ini sudah diketahui %-nya. Jika belum diketahui, % laba kotornya digunakan % laba kotor tahun-tahun sebelumnya. Soemarso (2002:394) menyatakan bahwa, ”metode laba bruto atau metode laba kotor ( gross profit method ): metode penetapan harga pokok persediaan secara taksiran yang didasarkan atas hubungan, yang terdapat dalam periode yang lalu, antara laba bruto dengan harga jual”. Metode laba kotor menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode dimaksud untuk mengestmasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya diestimsikan dari tahun sebelumnya, disesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi dengan harga pokok dan harga jual selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba kotor, penjualan untuk suatu periode dapat dibagi dalam dua komponen: laba kotor dan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dapat dikurangkan dari harga pokok barang tersedia untuk dijual guna mendapat estimasi persediaan akhir barang dagang. Metode laba kotor sangat berguna dalam mengistemasi persediaan untuk laporan keuangan bulanan atau triwulan daam system persediaan periodik. Metode ini juga berguna dalam mengistemasi harga pokok barang dagang yang rusak akibat kebakaran atau bencana lainnya. Teknik estimasi persedian digunakan untuk menghasilkan nilai persediaan ketika perhitungan fisik
persediaan tidak dapat dilakukan, serta untuk menyediakan pengecekan
independen atas validasi nilai persediaan yang dihasilkan oleh system akuntansi. Teknik estimasi persediaan yang paling sederhana adalah metode laba kotor. Metode laba kotor didasarkan pada observasi bahwa hubungan antara penjualan dan harga pokok penjualan biasanya relative stabil. Persentase laba kotor [(penjualan – harga pokok penjualan ) / penjualan] diterapkan pada penjualan guna mengestimasikan harga pokok penjualan. Estimasi harga pokok penjualan ini dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk dijual guna memperoleh estimasi atas saldo persediaan. Agar dapat bermanfaat, persentase laba kotor yang digunakan harus merupakan ukuran yang dapat dipercaya berdasarkan pengalaman saat ini. Dalam mengembangkan angka yang dapat dipercaya, maka angka terdahulu dijadikan referensi, dan disesuaikan dengan perubahan kondisi saat ini. Sebagai contoh, persentase laba kotor historis akan disesuaikan jika strategi
penetapan harga berubah (misalnya karena peningkatan persaingan), jika bauran penjualan berubah, atau metode penilaian persediaan yang berada digunakan (misalnya perubahan dari FIFO ke LIFO).
Persentase penentuan laba kotor
Hal yang berperan penting dalam penentuan nilai sediaan adalah persentase laba kotor. Persentase laba kotor biasanya diturunkan ditunjukan dalam hubungan laba kotor dengan penjualan, sebab (a) kebanyakan produk ditetapkan dengan dasar harga jual dan bukan biaya, (b) laba kotor berdasarkan harga jual tidak pernah lebih dari 100%.
Ada dua rumus untuk menentukan persentase laba kotor: (a) persentase laba kotor atas penjualan dan (b) persentase laba kotor atas biaya. Rumus masing-masing dapat dilihat sebagai berikut:
Cara Perhitungan laba kotor: Merchandise Inventory (awal) Purchases Freight in
xxx xxx
xxxx
Purchases disc
xxxx
Purchases return
xxxx
xxxx
xxxx
xxxx
Net Purchases Cost of Goods available for sale
Sales
xxxx
xxxx
Sales disc
xxx
Sales return xxx
xxxx xxxx
Net sales
Taksiran persentase laba kotor: xxxx xxxx
X 100%
xxx%
Estimated gross profit : 100%-xx%=xxx% xx% X xxx
(xxxx) (xxxx)
CGS
xxxx
Barang dagang yang ada menurut catatan
Good in Transit
(xxxx)
Barang yang tersedia di gudang
xxxxx
Sisa barang dari kebakaran xx% X xxx Barang yang terbakar Asuransi
xx% X xxx xx% X xxxx
(xxxx) xxxx (xxxx)
Total kerugian kebakaran
xxxx
Manfaat Metode Laba Kotor dala Penilaian sediaan
Akuntansi sering menggunakan laba kotor untuk menafsir kos sediaan yang hilang disebabkan oleh kebakaran dan bencana alam lainnya. Informasi yang dibutuhkan untuk menerapkan metode ini diperoleh dari catatan akuntansi. Jika catatan tersebut hilang,akuntan dapat mengembangkan taksiran berdasarkan informasi dalam statement keuangan periode sebelunya. Meminta catatan bank yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran dan menghubungi pemasok dan pelanggan. Jika sediaan habis terbakar, perusahaan dapat menggunakan metode laba kotor untuk membantu menentukan besarnya jumlah asuransi yang akan dibayarkan, selain itu metode laba kotor digunakan untuk menguji keandalan penentuan nilai sediaan yang ditentukan oleh system periodik atau perpektual yang lain. Kelemahan metode ini,yaitu: A. metode ini hanya memberikan suatu taksiran nilai sediaan. B. Menggunakan persentase masa lalu untuk menentukan kenaikan atas kos(markup). C. Informasi yang salah akan dihasilkan, jika metode laba kotor diterapkan dalam perusahaan yang memiliki barang dengan tingkat laba kotor bervariasi.
SOAL 13 Toserba BORMAJAYA di Bandung yang bergerak dalam bidang perdagangan barang-barang akhir-akhir ini merencanakan untuk menaksir jumlah barang dagangan yang ada di gudang sebagai dasar untuk menentukan tingkat kerugian karena kebakaran yang terjadi pada akhir tahun 1999. Data-data yang dapat dikumpulkan berkaitan dengan informasi untuk menetapkan saldo persediaan dapat diperoleh sbb: Merchandise Inventory
Rp. 145.000.000
Purchases Rp. 300.000.000 Freight in Rp. 25.000.000 Purchases Return Rp. 30.000.000 Sales Return Rp 25.000.000 Sales discount Rp. 24.000.000 Purchases discount Rp. 27.000.000 Sales Rp. 350.000.000 Data-data pendukung lainnya: a. Pesanan pembelian selama bulan juli 1999 sebesar Rp. 80.000.000 sebesar 20% telah sampai digudang dan sisanya masih dalam perjalanan, tapi sudah tercatat dalam buku pembelian. b. Barang dagangan yang ada di gudang ditaksir yang terbakar sebesar 75% dari barang yang ada, dan barang dagang tersebut diasuransikan oleh perusahaan sejumlah Rp. 75.000.000. c. Total penjualan dan harga pokok penjualan selama tahun 1998 adalah sebesar Rp. 235.000.000 dan Rp. 175.000.000. Saudara diminta: Berdasarkan data tersebut di atas hitunglah besarnya k erugian akibat kebakaran tersebut setelah memperoleh pembayaran dari pihak asuransi, apabila pihak asuransi bersedia membayar 85% nya dari peremi yang disetujui.
Jawab:
Merchandise Inventory (awal) Purchases
Rp 300.000.000
Freight in
25.000.000
Rp 145.000.000
Rp 325.000.000
Purchases disc Rp 27.000.000 Purchases return
30.000.000
(Rp 57.000.000) Net Purchases
Rp 413.000.000
Cost of Goods available for sale
Sales
Rp 350.000.000
Sales disc Rp 24.000.000 Sales return
25.000.000
(Rp 49.000.000)
Net sales
Taksiran persentase laba kotor: 175.000.000 235.000.000
X 100%
Estimated gross profit : 100%-74,5%=25,5%
74,5%
Rp 268.000.000
Rp 301.000.000
25,5% x Rp 301.000.000
(Rp 76.755.000) (Rp 224.245.000)
CGS
Rp 188.755.000
Barang dagang yang ada menurut catatan
Good in Transit
(Rp
Barang yang tersedia di gudang Sisa barang dari kebakaran 25% x 124.755.000 Barang yang terbakar
75% x 124.755.000
Asuransi
85% x 75.000.000
Total kerugian kebakaran
64.000.000)
Rp 124.755.000 (Rp Rp
31.188.750) 93.566.250
(Rp
63.750.000)
Rp
29.816.250
Kesimpulan : jadi pihak asuransi bersedia membayar 85% dari premi yang disetujui sebesar 63.750.000
Rp